You are on page 1of 5

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang

Penanggulangan Bencana, Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Badan Nasional Penanggulangan Bencana telah memiliki data sebaran bencana di Indonesia mulai dari tahun 1815 2013, dan angka kejadian bencana dan korban meninggal cenderung meningkat dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Kejadian bencana massal tersebut akan menyebabkan keadaan jenazah yang bervariasi seperti utuh, membusuk, tepisah berfragmen-fragmen, terbakar menjadi abu, separuh terbakar, terkubur ataupun kombinasi dari bermacam-macam keadaan (Prawestiningtyas dan Algozi, 2009:87).

Korban bencana massal memerlukan proses identifikasi yang tujuan utamanya adalah untuk mengenali korban. Proses identifikasi ini sangat penting bukan hanya untuk menganalisis penyebab bencana, tetapi memberikan ketenangan psikologis bagi keluarga dengan adanya kepastian identitas korban (Prawestiningtyas dan Algozi, 2009:87).Menurut drg.Tandyasraya ABM

(1984),Odontologi Forensik adalah cabang Ilmu Kedokteran Forensik yang berusaha menerapkan pengetahuan kedokteran gigi dalam pemecahan masalah

hukum dan kejahatan.Forensik dapat digunakan untuk keperluan identifikasi mayat berdasarkan gigi-geligi yang tersisa (Tandyasraya,1984:33).Hal-hal yang mendasar yang menyebabkan gigi dapat dijadikan sarana identifikasi karen gigi tahan terhadap trauma fisis,termis dan dekomposisi,memiliki bentuk yang jelas dan tertentu,terletak dibagian tubuh yang relatif kecil,terlindung dengan baik sehingga utuh sekalipun badan mengalami kehancuran dan tidak perlu otopsi karena terletak di bagian tubuh yang mudah dicapai (Panjaitan,1986 :1) Lengkung geligi terdiri dari maksila dan mandibula. Lengkung geligi berbeda pada setiap individu, tidak ada seorang pun mempunyai lengkung geligi yang sama meskipun mereka adalah anak kembar, hal ini dipengaruhi oleh lingkungan, nutrisi, genetik, ras, dan jenis kelamin(Foster, 1999). Lengkung geligi pada pria memiliki ukuran relatif lebih besar dan berbentuk tapered dari pada wanita yang memiliki ukuran relatif lebih kecil dan cenderung oval karena relatif gigi-geligi pria jarak mesio distal lebih panjang dibanding dengan wanita (Lukman, 2006). Menurut Mayors (1973), ukuran lebar lengkung gigi pria yang lebih besar dari wanita dikarenakan pria mempunyai muka lebih besar daripada wanita dan mempunyai pertumbuhan rahang ke arah transversal lebih besar daripada wanita (Agustinawati, 2012). Hasil yang didapat dari beberapa penelitian memastikan bahwa terdapat lebih kurang lima tipe bentuk lengkung rahang yang sering dijumpai pada manusia yang mempunyai oklusi normal. Bentuk yang paling sering dijumpai adalah narrow (sempit), wide (lebar), mid (sedang), pointed (tajam), dan flat (datar) (Hasan, 2000:993).

Rahang atas merupakan bagian dari tulang wajah yang berhubungan dengan beberapa bagian kranium melalui sutura frontomaksilaris, sutura zigomatikomaksilaris, sutura zigomatikotemporalis, dan sutura palatinus, sehingga rahang atas memiliki kemungkinan kecil untuk terpisah dari tulang kranium dibandingkan rahang bawah yang berupa sebuah tulang (Kusuma,

2010:5). Bila dibandingkan dengan fraktur rahang bawah, frekuensi terjadinya fraktur rahang atas lebih sedikit. Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa perbandingan frekuensi fraktur rahang atas dengan fraktur rahang bawah adalah 1 : 4 (Samiadji, 1996:1). Manusia dibagi menjadi ras-ras yang

tersebaluas,diantaranya:Kaukasoid,Negroid,Mongoloid, Austramelanesoid, dan Australoid (Nesturkh,1982). Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang multiras danmultietnis. Bangsa Indonesia berasal dari ras Mongoloid dan

Austramelanesoid.Adanya mikroevolusi dan migrasi ras-ras lain ke Indonesia, menimbulkan adanya berbagai kelompok etnis (Jacob, 1990).Suku Jawa termasuk ras Mongoloid dan sub ras Deutro Melayu. Suku Jawa merupakan populasi terbesar di pulau Jawa. Kelompok suku Jawa memiliki ciri-ciri tertentu, antara lain: bentuk kepala braki-meso-dolikosefali, bentuk wajah euri-meso-leptoprosop, bibir agak tebal, profil hidung konkaf, rambut hitam lurus atau berombak, dan rambut tubuh jarang (Sukadana, 1976). Menurut Daldjoeni (1991), suku Jawa memiliki bentuk kepala brakisefalik dan badan pendek dengan tinggi rata-rata 155-165 cm.Memiliki lengkung gigi yang berbentuk elipsoid.Sedangkan ras negroid memiliki lengkung rahang berbentuk U pada suku Papua. Berdasarkan uraian di atas penulis merasa perlu dilakukan penelitian tentang Perbedaan bentuk lengkung geligi rahang atas pada antara laki-laki dan perempuan berdasarkan suku Jawa dan Suku Papua, untuk digunakan sebagai informasi tambahan tentang bentuk lengkung geligi rahang atas pada klinik ortho dan prosto, serta untuk mengetahui perbedaan bentuk lengkung geligi rahang atas antara laki-laki dan perempuan berdasarkan suku Jawa dan suku Papua

1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Adakah perbedaan bentuk lengkung geligi rahang atas antara laki-laki dan perempuan suku Jawa dan suku Papua? 2. Apa bentuk lengkung geligi rahang atas yang dominan antara laki-laki dan perempuan suku Jawa dan suku Papua?

1.3 TUJUAN PENELITIAN. 1. Mengetahui perbedaan bentuk lengkung geligi rahang atas antara laki-laki dan perempuan pada suku Jawa 2. Mengetahui perbedaan bentuk lengkung geligi rahang atas antara laki-laki dan perempuan suku Papua 3. Mengetahui perbedaan bentuk lengkung geligi rahang atas antara laki-laki dan perempuan suku Jawa dan suku Papua 4. Mengetahui bentuk lengkung rahang atas yang dominan antara laki-laki dan perempuan suku Jawa dan suku Papua

1.4 MANFAAT PENELITIAN 1. Dapat memberikan informasi mengenai bentuk lengkung geligi rahang atas antara laki-laki dan perempuan suku Jawa dan suku Papua 2. Dapat memberikan informasi perbedaan bentuk lengkung geligi rahang atas antara laki-laki dan perempuan suku Jawa dan suku Papua 3. Dapat memberikan informasi mengenai bentuk lengkung geligi rahang atas yang dominan antara laki-laki dan perempuan suku Jawa dan suku Papua 4. Dapat membantu dalam proses identifikasi jenazah berdasarkan bentuk lengkung geligi rahang atas antara laki-laki dan perempuan suku Jawa dan suku Papua

Dapat membantu untuk menentukan rencana perawatan dan prognosa di bidang kedokteran gigi khususnya pada

You might also like