You are on page 1of 27

SEL

A. Karakteristik sel dan jaringan Sel adalah unit pembentuk semua makhluk hidup, setiap sel adalah suatu sistem lengkap ( self contained ) yang melaksanakan berbagai fungsi yaitu membentuk dan menggunakan energy, melakukan respirasi, reproduksi, dan ekskresi. Sel-sel bergabung untuk membentuk jaringan, jarigan-jaringan bersatu untuk membentuk organ, dan organorgan bersatu membentuk sistem tubuh. 1) Fungsi dan komponen sel Sel terdiri dari struktur-struktur internal yang masing-masing dipisahkan oleh membrane semipermeable. Berbagai struktur internal tersebut dibungkus bersamaan menjadi satu ole sebuah membrane sel sehingga membentuk satu unit tunggal. Meskipun fungsi setiap sel berbeda-beda dalam tubh, semua sel memiliki struktur internal yang sama. Bagian dalam setiap sel dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu sitoplasma dan nucleus. a. Sitoplasma Sitoplasma meliputi semua yang terletak didalam sel tetapi diluar inti sel. Aktivitas metabolic utama dan berbagai fungsi sel dilaksanakan di bagian ekstranucleus, yaitu di sitoplasma, yang mengandung berbagai jenis organel sel yang melaksanakan fungsi berbeda yang penting untuk metabolism sel. Kebanyakan organel adalah unsur mebran dengan bentuk dan struktur intern khas. Organel ini terbenam dalam matriks sitoplasma semi-cair yang disebut siosol. Terdapat anyaman kasar, yang terdiri atas berkas filament halus yang melintasi sitoplasma dan melekat pada mmbran sel, memberi kekuatan intern dan membantu mempertahankan bentuk normal sel. Reticulum endoplasma Dalam sitoplasma hamper semua jenis sel terdapat sistem kanalikuli bermembran luas yang disebut dengan reticulum endoplasma ( RE ). RE dapat dibagi menjadi dua jenis berdasarkan gambaran morfologinya, yaitu RE kasar dan halus, yang membedakan adalah RE kasar memiliki partikel padat kecil pada permukaan luarnya yang disebut dengan ribosom. RE kasar atau granular paling banyak terdapat pada sel kelenjar yang mengsekresi protein. Ribosom adalah partikel kecil yang terdiri atas ribonukleat dan 20 atau lebih protein. Selain terdapat dala RE kasar, ribosom juga beredar bebas di dalam sitoplasma, ribosom bebas 1

maupun terikat adalah tempat asam amino dirakit dalam mensisntesis protein. Sedangkan retikulu endoplasana halus/licin tidak sebanyak yang kasar pada kebanyakan jenis sel, dan umumnya berupa anyaman tubul bercabang. Sistem halus jarang ditemukan. Reticulum halus telibat dalam sintesis asam lemak dan lipid lainnya. RE jenis ini banyak ditemukan dalam sel-sel kelenjar endokrin yang mengsekresi steroid. Dalam hati, reticulum ini berperan penting dalam mensintesis komponen lipid dari very-low-density-lipoprotein yang merupakan pembawa kolestrol dalam darah. Rtikulum ini juga merupakan tempat utama detokfikasi dan metabolism dari obat eksogen yang larut dalam lipid. Dalam otot rangka terkandung bentuk khusus dari RE halus yaitu reticulum sarkoplasma, yang membentuk anyaman sekitar semua myofibril dri miosit dan fungsi utamanya adalah pemisahan ion kalsium yang mengendalikan kontraksi otot. Lamel Anulata Istilah lamel nulata menerangkan organel yang relative tidak umum, organel ini erdiri atas tumpukan lamel atau sisterna parallel dengan banyak pori yang serupa dengan yang ada pada selput inti. Sistema ini saling terpisah sejauh 80-100nm dan sering berhubungan pada ujungnya, dengan tubul atau sistema dari RE plasma kasar. Lamel anulata cenderung terdapat dalam sel yang cepat membelah. Terutama sel benih, dan dalam beberapa jenis sel lain dalam tahap awal perkembangannya. Organ ini berkembang sebagai perkusor dari selaput nucleus dalam sel yang akan membelah, jika terdapat berlebihan yang bebas pada selaput inti selama pembelahan sel berikutnya dapat berthan beberapa waktu untuk kemudia hancur. Namun, smpai saat ini belum ditemukan asal dan fungsi dari organel lamel anulata ini. Kompleks golgi Kompleks golgi ( apartus golgi ) adalah organel utama yang terdapat pada hamper semua sel. Apparatus golgi ini adalah organel penting dalam jalur sekresi dan paling jelas terlihat pada jenis sel yang menghasilkan banyak secret. Kompleks golgi berfungsi untuk mengolah, memekatkan dan mengemas protein yang disintetis oleh RE yang kemudian dikeluarkan dari sel. Selain fungsinya dalam pemrosesan

protein sekresi, kmpleks golgi juga mengendalikan lalu lintas vesikel kecil yang terlibat dalam daur ulang membrane antar organel, dan dari sitoplasma ke permukaan bagi pembaruan membrane sel. Badan golgi berbentuk diktiosom, yaitu terdapat sebagian lumen yang sempit tetapi cenderung melebar ujungnya, dua atau tiga tumpukan sisternanya sering kali melengkung dengan permukaan luar konveks dan permukaan dalam konkaf. Permukaan konveks yang menerima protein sekresi dari RE disebut muka cis dari organel dan permukaan konkaf disebut muka trans yang mengandung endapan protein. Mitokondria Mitokondria berbentuk batang-batang langsing berdiameter 0,4-0,8 um dan panjang 4-9 um tampak dalam sel hidup tipis dibawah mikroskop kontras fase. Mitokondria ini cukup fleksibel, berubah bentuk selama bergerak perlahan dalam sitoplasma. Fungsinya adalah menyediakan energy yang dibutuhkan untuk biosintesis dan aktivitas motoric sel. Mitokondira ini dibutuhkan untuk biosintesis dan aktivitas motoric sel. Organel ini tersebar secara acak dalam sitoplasma atau berkumpul pada tempat pemakai energy tinggi, jumlahnya bervaiasi dari beberapa sampai ratusan, tergantung besar dan kebtuhan energy berbagai jenis sel. Membrane mitokondria membatasi dua kompartemen; satu ruang interkrista besar, terdiri atas semua daerah di dalam membrane dalam, dan ruang membrane yang lebih keil yang terdiri atas celah sempit diantara membrane luar dan dalam. Mitokondria adalah organel yang mengalami replikasi sendiri, dengan jangka hidup terbatas, yang mempertahankan jumlahnya dengan semacam pembelahan yang mirip pembelahan biner bakteri, karena mitokondria memiliki DNA, RNA ribosom, transfer dan menejernya sendiri. Aktivitas biokimia utama dari mitokondri adalah fosforilasi oksidatif-oksidasi, oleh oksigen molecular dari metabolit nutrient ( glukosa dan asam lemak ) yang diperoleh sel darah. Energy yang timbul dipakai untuk mensintesis ATP dari ADP dan fosfat anorganik. ATP yang dibebaskan dari mitokondria, masuk sitoplasma merupakan cadangan energy yang dibutuhkan untuk transport melalui membrane bagi semua proses sintetik dan untuk kerja

mekanik dalam aktivitas motoric sel. Sehingga mitokondria dipandang sebagai gudang tenaga sel. Lisosom Umlah lisosom berkisar antara beberapa sampai ratusan per sel, dan berbeda pada setiap jenis sel. Lisosom berbentuk badan padat-elektron, bulat, lonjong, atau sangat tidak teratur, berdiameter 0.25-0.8 um. Isinya tampak homogen atau terdiri tas granul padat dari berbagai ukuran dalam matriks yang kurang padat. Lisosom dapat mengandung Kristal atau sistem lamel konsentris, dikatakan sebagai fosfolipid bentuk mielin. Lisosom mengandung setidaknya 40 enzim yang berbeda yang mencakup enzim protease, glikosidase, nuclease, fosfatase, fosfolipse, dan sulfatase dimana ph optima dari hampir semua enzim ini berada di daerah asam. Lisosom adalah sistem pencernaan sel yang sanggup meghancurkan hampir semua unsur kimiawi alami sel. Dalam sel normal, enzim berpotensi merusak ini dengan aman ditampung di dalam lisosom bermembran. Namun, dalam kondsi yang paologis tertentu, permeabilitas membrane terganggu, memungkinkan enzim keluar dan mencerna atau menghancurkan sel. Lisosom berperan dalam kematian terprogram sel tertentu misalnya dalam perkembangan embrio, mempertahankan organ terhadap invasi bakteri, dan penghilangan organel dalam reorganisasi sitoplasma akibat perubahan aktivitas fisiologik. Secara kelompok besar lisosom dapat dibagi menjadi dua, yaitu liosom primer, dipakai untuk menyebut lisosom yang belum terlibat dalam aktivitas pencernaan, dan lisosom skunder untuk semua struktur vakuol yang merupakan tempat kegiatan pencernaan yang sedang berlangsung atau sudah berlalu. Peroksisom Peroksisom mengandung setidaknya 40 enzim, walaupun menghasilkan energy melalui oksidasi substratnya peroksisom berbeda dengan mitokondria karena tidak mampu menyimpan energy dalam bentuk ATP bagi pemakian kemudian oleh sel. Dikatakan bahwa energy yang dihasilkan dengan oksidasi asam lemaknya dikeluarkan sebagai panas dan ikut mempertahankan suhu tubuh. Peroksisom terdapat dalam hamper semua jenis sel dan jumlahnya ratusan dalam sel yang

metabolic aktif, seperti pada hati. Terdapat beberapa penyakit turunan yang menimbulkan adanya defek dalam pembentkan peroksisom dan defisiensi beberapa enzim ( Sindrom Zellweger ). Senterosom dan sentriol Sentrosom yaitu daerah kecil bulat dengan tekstur sedikit berbeda dari sitoplasma sekitarnya. Dibagian tengah terdapat dua batang pendek, sentriol. Sentrosom dan sentriol ini berperan dalam pembelahan sel. Inklusi sitoplasma Selain organel, yang merupakan peserta aktif penting dalam proses biokimia dari metabolism sel, terdapat komponen pasif dari sitoplasma yang merupakan nutrient simpanan, produk samping tak giat dari metabolism, atau kumpulan pigmen endogen atau eksogen, dan semua ini disebut dengan inklusi sitoplasma. Inklusi sitoplasma ini mengandung glikogen, lipid, pigmen, dan Kristal. Sitoskelet Konsistensi sitoplasma mirip-jeli disebabkan ( untuk sebagian ) oleh kisikisis tiga dimensi dari filament yang membentuk kerangka struktur yang biasanya disebut sebagai sitoskelet. Komponen utamanya adalah mikrofilamen dan filament intermediate, tetapi filament-filamen ini ditunjang oleh mikrotubul lurus dan langsing. Sitoskelet terlibat dalam perubahan bentuk sel, menstabilkan tambatan sel, penyebaran organel sel dan mortilitas sel. ( Fawcett, Don W. 2002 ) b. Nucleus Nucleus adalah suatu organel bear terbungkus membrane yang

mengandung asam deoksiribonukleat ( DNA, deoxyribonucleic acid ), yaitu bahan genetic sel. DNA mengalami pelipatan-pelipatan di dalam nekleus yang bertujuan untuk melindunginya dari kerusakan. Jenis protein yang berperan dalam pelipatan dan proteksi DNA tersebut disebut histon. Histon dan DNA ditemukan di bagian nelkeus yang disebut nucleolus. Di dalam nucleolus inilah terjadi replikasi DNA, pembelahan sel, dan transkipsi DNA. Nucleus merupakan suatu lingkungan kecil yang mempunyai hak-hak istimewa di dalam sel, terselubung dalam selubung nucleus yang terdiri dari dua membrane. Membrane luarnya memiliki pori-pori kecil, dimana pori-

pori tersebut mempunyai fungsi sebagai tempat keluar masuknya informasi kedalam dan keluar nucleus. Tiap membrane tebalnya sekitar 10 nm dan terpisah stu sama lain oleh ruangan yang tebalnya bervariasi. Sarung luar nucleus bersifat kontinyu dengan RE pada banyak tempat, dan strukturnya menyerupai membrane RE. kecuali, terdapatnya DNA dan RNA dalam fraksi membrane nucleus, susunan kimia dari kedua tipe membrane serupa namun sarung nucleus memiliki kandungan protein yang lebih tinggi. Sedangkan permukaan dalam sarung memelihara hubungan dengan bahan genetic, yang dalam nucleus interfase ( tidak sedang mengalami pembelahan sel ) terdapat dalam kelompok-kelompok kental yang disebut heterokromatin. Kromatin yang tidak mengental disebut eukromatin. Banyak nucleus ( nucli ) mempunyai kulit kromatin yang melekat pada sarung nucleus. Namun perlekatan ini tampaknya terbatas pada tempat-tempat kesukaan kromosom-kromosom tertentu. c. Membrane plasma Plasmamembran atau membrane sel terdiri dari dua zona dasar. Yang melapisi permukaan membrane sel dan yang menghadap keluar adlah lapisan kulit sel atau glikokaliks ( kulit manis ) yang terdiri dari kulit berbulu terbuat dari protein ( glikoprotein ) dan lemak ( glikolipida ) yang mengandung karbohidrat. Sifat-sifat dari glikokaliks menentukan

pengenalan sel, perlekatan sel, gerak dan pemeliharaan bentuknya. Zona sebelah dalam terdiri atas membrane mosaic cair yang pokok. Protein yang menonjol dimana-mana sepanjang membrannya, mungkin sekali terlibat dalam sistem ulak-alik ( suttle ) yang menggerakkan elektrolit-elektrolit dan metabolit-metabolit kecil, seperti asam amino dan glukosa, ke dalam dan keluar sel. Protein-protein yang mengahadap kea rah sitoplasma selnya, bersangkutan dengan pangaturan metabolism sel dan merintis terjadinya respon-respon sel terhadap sinyal-sinyal kimiawi dari luar, seperti hormone, dan sebagainya. ( Bevelander, Gerrit dan Judith A. Ramaley. 1979; Corwin, Elizabeth J. 2009 ) 2) Integrasi fungsi sel dan replikasi Integrasi adalah proses penerjemahan informasi yang berasal dari stimulasi reseptor sensoris oleh lingkungan, kemudian dihubungkan dengan respons tubuh yang sesuai. Sebagian besar integrasi dilakukan ole sel-sel yang berada

didalam sistem saraf pusat ( SSP atau central nervous system CNS ), yaitu otak dan sumsum tulang belakang ( pada vertebrata ). ( Campbell, Neil., Jane B. Reece dan Lawrence G Mitchell. 2004 ) Replikasi sel adalah hal penting bagi suatu sel untuk berkembang biak dan salah satu yang terpenting terdapat dalam nucleus atau intisel. Replikasi sel digambarkan dalam suatu siklus yang biasa disebut dengan siklus sel, dimana siklus sel menggambarkan serangkaian kejadian di dalam sel dari awal pembelahan mitois sampai awal kejadian berikutnya. Dengan keterkecualian sel gamet, semua penggantian sel dalam tubuh terjadi dengan pembelahan sel mitosis. Durasi setiap tahap dari siklus sel ini bevariasi tergantung Jenis sel. Siklus sel melibatkan 4 tahap utama, yaitu : a. Interfase Interfase adalah peride pertumbuhan sel saat DNA didalam nucleus bereplikai. Terdapat tiga fase berbeda dalam interfase, disebut G1, S dan G2. Fase G1 terjadi segera setelah sel yang baru dihasilkan. G merupakan singkatan dari gap ( celah ) dan G1 adalah periode antara akhir pembelahan sel dan replikasi DNA. Fase ini merupakan periode pertumbuhan saat sepasang sentriol mulai bereplikasi, sebagaimana organel permukaan sel lainnya. Dalam fase S ( sintesis ), DNA bereplikasi secara tepat, menggandakan setiap kromosom. Selama fase ini pasangan sentriol lainnya juga bereplikasi. Fase G2 adalah fase gap kedua dan kelanjutan dari perumbhan. Sebelum mitosis dapat dimulai, sel orang tua ( induk ) haru cukup akurat menggandakan massa dan kandungan intraselnya. Pasangan sentriol mulai memisah, membrane nucleus mulai mengalami disintegrasi, kromosom mulai mengalami kondensasi dan gelendong mulai terbentuk saat sel bergerak ke awal profase mitosis b. Profase Profase, dimana kromosom yang bereplikasi saat interfase akan berkndensasi ( menjadi lebih pendek dan lebih tebal dengan penggulungan erat DNA ) menjadi dua kromatid yang bergabung pada sentromer. Mikrotubulus dibuat untuk perakitan spindle dan memasuki region nucleus ( inti ) saat membrane inti dan sitoskeleton hancur dan nucleolus hilang

c. Metaphase Metaphase adalah fase dimana kromosom menempel pada spindle disentromennya ( titik pertemuan dua kromosom identic ) dan berjejer pada bagian tengah sel d. Anaphase Pada proses anaphase kromosom-kromosom tertarik pada

sentromernyasehingga saling berpisah dan satu set kromosom akan bergerak ke masing-masing sel baru. Pergerakan terjadi karena pemendekan dan pemanjangan mikrotubulus yang membentuk spindle ( Brooker, Chris. 2008; James, Joyce., Colin Brooker dan Helen Swain. 2008 ) 3) Pergerakan membrane sel dan membrane sel potensial Zat-zat seperti oksigen, karbon dioksida, lemak netral, kolestrol, alcohol, dan urea bersifat larut lemak dan berpindah melalui proses difusi sederhana melintasi lapisan ganda lemak. Zat-zat lain yang tidak larut lemak, misalnya sebagian besar ion kecil, glukosa, asam amino, dan protein, berpindah dari cairan ekstrasel ke ruangan intrasel malalui pori-pori yang terbentuk oleh protein integrsl stsu melalui sistem transport yang diperantarai oleh pembawa ( carrier ). Pemindahan yang diperantarai oleh pembawa tersebut uga berasal dari protein integral. Cairan ekstrasel terdiri atas darah dan cairan yang terdapat di antara sel-sel adalah cairan interstisial. Berikut beberapa macm pergerakan membrane sel yang dapat terjadi, diantaranya yaitu : a. Difusi sederhana melintasi membrane sel Difudi sederhana melalui membrane sel terjadi melalui gerakan acak

molekul-molekul. Proses ini tidak memerlukan energi, tetapi pada akhirnya nanti dapat menghasilkan gerakan menembus membrane. Substansi yang bersifat permeable terhadap membrane sel akan berdifusi baik itu kedalam maupun ke luar sel sampai terjadi keseimbangan konsentrasi diantara kedua ruangan tersebut. Oleh karena itu tidak akan terjadi pningkatan konsentrasi suatu zat hanya pada salah satu bagian saja b. Osmosis Difusi air ke dalam sel disebut dengan osmosis. Osmosis terjadi secara terusmenerus antara ruangan intrasel dan ekstrasel, seiring dengan pergerakan air ke gradient konsentrasi yang lebih rendah. Tekanan osmotic larutan merupakan salah satu factor yang mendorong air untuk bergerak kesalah

satu arah. Tekanan osmotic suatu larutan bergantung pada jumlah partikel atau ion yang terdapat di dalam larutan air tersebut. Suatu sel yang mengalami dehidrasi memiliki tekanan osmotic yang tinggi yaitu knsentrasi airnya rendah dan konsentrasi partikelnya tinggi. Pada kondisi demikian maka air akan berdifusi ke dalam sel tersebut. Sel yang mengalami hidrasi berlebihan ( overhydrated ) memiliki tekanna osmotic yang rendah yaitu konsentrasi tinggi air dan konsentrasi partikel rendah, sehingga

menyebabkan air berdifusi keluar dari sel tersebut. c. Difusi sederhana melalui pori-pori protein ion-ion kecil misalnya hydrogen, natrium, kalum dan kalsium memiliki muatan listrik yang terlalu bear untuk dapat berdifusi menembus membrane lemak sel. Sebagai gantinya ion-ion tersebut akan berdifusi melalui pori-pori yang dibentuk oleh protein integral. Saluran-saluran protein ini biasanya selektif terhadap ion-ion yang akan melaluinya. Slektivitas tersebut didasarkan pada bentuk dan ukuran saluran serta sifat listrik ion yang bersangkutan. Banyak saluran protein yng memiliki pintu/gerbang; saluransaluran tersebut dapat terbuka atau tertutup bagi suatu ion. Terbuka dan tertutupnya celah pori bergantung pada potensial listrik yang melintasinya ( mis., pintu natrium ), atau pada peningkatan pintu oleh suatu ligan. Salah satu conthnya yaitu saat asetilkolin berikatan dengan protein-protein di taut neuromuskulus, sehingga terjadi pembukaan pintu bagi banyak molekul kecil, termasuk ion kalsium dan natrium. Difusi satu pintu ini juga akan terus berlangsung sampai konsentrasi di kedua sisi membrane setara atau pintunya tertutup. d. Pemindahan dengan perantara Bagi banyak zat msalnya glukosa dan berbagai asam amino, difusi sedehana tidak mungkin terjadi karena molekul yang berukuran terlalu besar untuk melewati pori-pori membrane. Sebagai gantinya zat-zat ini, yang disebut substrat, dibawa menembus membrane dengan bantuan suatu pembawa, sehingga jenis pergerakan ini disebut pemindahan dengan perantara ( mediated transport ), dan kadang-kadang tidak memerlukan eneri atau memerlukan energy yang berasal dari pemecahan adenosine trifosfat ( ATP ). Ada dua jenis pemindahan dengan perantara yaitu : Pemindahan aktif

Pemindahan aktif adalah pemindahan dengan perantara yang memerlukan energy. Dengan pemindahan akti, energy digunakan oleh sel untuk mempertahankan konsentrasi suatu zat menjadi lebih tinggi di salah satu sisi membrane dibandingkan konsentrasinya di sisi lain. Difusi terfasilitasi Difusi terfasilitasi adalah suatu pemindahan dengan perantara yang tidak memerlukan energy. Difusi terfasilitasi ( facilitated diffusion ) serupa dengan difusi sederhana yait bahwa tidak ada enegi yang digunakan sel untuk memindahkan suatu zat; dengan demikian, bag zat yang bersangkutan tidak dapat diciptakan atau dipertahankan adanya gradient konsentrasi melintasi membrane. Pada difusi terfasilitasi suatu molekul yang sebenarnya tidak mampu melintasi membrane sel dibantu ( difasilitasi ) oleh suatu zat pembawa sehingga kemudian dapat melintasi membrane. Contohnya glukosa yang berpindah masuk ke dalam sebagian besar sel melalui difusi terfasilitasi. Pemindahan aktif dan difusi terfasilitasi keduanya memerlukan pembawa. Semua pembawa dipengaruhi oleh sifat-sifat spesifitas, kejenuhan ( saturasi )dan kompetisi. Spesifitas pembawa berarti bahwa hanya zat-zat tertntu yang dapat dipindahkan oleh suatu tertentu, dimana pembawa dan substratnya memiliki konfigurasi yang cocok satu sama lain. Saturasi pembawa berarti baha hanya pada suatu konsentari tertentu pembaw akan memindahkan suatu substrat. Penambahan substrat tidak akan

meningkatkan pemindahan melintasi membrane. Sedangkan kompetisi pembawa mengacu kepada pembawa yang memiliki kemampuan membawa lebih dati satu macam substart. Substrat-substrat tersebut bersaing atu sama lain untuk menempati pembawa yang terbatas jumlahnya. e. Endositosis Apabila terdapat suatu zat yang sangat besar sehingga tidak dapat masuk ke dalam sel melalui difusi atau pemindaha dengan perantara, maka akan terjadi endositosis ( pencaplokan, engulfment ) oleh membrane sel. Pinosistosis adalah endositosis suatu makromolekul, misalnya protein, oleh vesikel. Fagositosis adalah endositosis bakteri atau sel mati. Dimana kedua proses tersebut membutuhkan energy. Hanya sel-sel dari sistem imun ( yaitu magrofag dan neutrophil ) yang melakukan fagositosis.

10

Pemisahan muatan listrik yang melintasi setiap struktur membentuk potensil listrik. Sel saraf, seperti semua sel, memiliki pemisahan muatan listrik yang melintasi membrane selnya seperti bagian dalam sel mengalami polarisasi ( muatan ) negative dibandingkan dengan bagian luar. Pemisahan muatan yang melintasi sel disebut potensial membrane. Potenisial membrane disebabkan oleh keseimbangan antara gradient konsentrasi dan gradient listrik yang ada di sepanjang membrane sel dan mendorog pergerkan ion. Gradient ii secara tidak merata mendistribusikan ion bermuatan listrik di dalam dan di luar sel sehingga terbentuk potensial membrane. Gradient membrane sel dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu : a. Gradient konsentrasi antar sisi membrane sel Gradient konsentrasi ada antar sisi semua membrane sel karena pompa natrium-kaliun mengangkut tiga ion natrium bermuatan positif keluar sel untuk setiap dua ion kalium bermuata positif yang dipompanya ke dalam. Hal ini membentuk gradient konsentrasi dengan kalium dalam konsentrasi yang lebih tinggi di bagian dalam sel dibandingkan bagian luar, sedangkan natrium dalam konsentrasi yang lebih tinggi di bagian luar sel dibandingkan bagian dalam. Karena kalium dan natrium dapat dengan mudah bergerak melintasi membrane, keduanya cenderung berdifusi melalui gradient konsentrasinya-kalium berdifusi keluar sel dan natrium berdfusi kedalam sel. Membrane sel 50 kali lebih permeable terhadap kalium daripada terhadap natrium. Dengan demikian, lebih banyak muatan positif yang berpindah keluar sel dibandingkan yang masuk sehingga bagian dalam sel menjadi negative. b. Gradient listrik antar sisi membrane sel Gradient yang berlawanan dengan gradient konsentrasi adalah gradient listrik yang terjadi akibat difusi natrium dan kalium, serta akumulasi protein yang bermuatan negative didalam sel. Karena bagian dalam sel bermuatan negative, kalium, natrium dan ion lain yang bermuatan positif ditarik ke dalam sel, sedangkan ion bermuatan negative seperti klorida cenderung keluar sel. Hal ini membentuk gradient listrik antarsisi setiap sel. ( Corwin, Elizabeth J. 2009 )

11

4) Jaringan tubuh Jarigan adalah struktur yang dibentuk oleh sekumpulan sel-sel yang biasanya memiliki sifat-sifat yang sama. Pada manusia terdapat empat jenis jaringan yang menyusun tubuh, diantaranya yaitu : a. Jaringan epitel Jaringan epitel adalah lapisan pelindung yang menutupi tubuh dan melapisi semua kavitas serta organ-organ mempunyai hubungan langsung keluar dari tubuh. Sel-sel epitel berikatan sangat erat pada jungsi ini membentuk barrier beranjut antara bagian tubuh yang ditutupinya dan media sekelilingnya ( air, udara, atau cairan internal tubuh ). Jaringan epitel mungkin hanya terdiri dari satu lapis sel-sel gepeg, atau mungkin bertingkat menjadi lapisan yang berbeda. Ada beberapa tipe jaringan epitel yang terdapat pada tubuh manusia, diantaranya yaitu : Epitel skuamosa Epitel skuamosa terbentuk dari sel-sel gepeng yang tersusun dalam lapisan tunggal. Istilah skuamosa berarti seperti pita, dan sel-sel ini memiliki bentuk tak teratur seperti pita. Masing-masing sel mengandung nucleus yang besar dan menonjol di tengahnya. Epitel ini berbentuk sederhana, jaringan epitel skuamosa melapisi struktur kecil seperti kantung dari paru-paru ( alveoli ), yang fungsinya sebagai pertukaran oksigen dan karbon dioksida selama bernafas. Lensa ata juga dibentuk dari epitel skuamosa sederhana. Epitel kuboid Epitel kuboid terbentuk dari sel-sel yang berbentuk kubus. Jaringan ini melapisi duktus dari banyak kelenjar dan ginjal. Nucleus dari sel tersebut berbentuk sferis dan biasanya ditemukan di tengah sel. Beberapa sel kuboid memiliki kemampuan menghasilkan sekresi dan sebagai konsekuensi ditemukan dalam kelenjar seperti tiroid, kelenjar keringat dan kelenjar saliva Epitel kolumnar Sel-sel epitel kolumnar ditekan untuk membentuk seperti batang. Sel-sel panjang dan tipis ini memiliki nucleus yag biasanya dapat ditemukan dekat dengan membrane basalis. Epitel kolumnar secara primer

12

diperkirakan dengan mensekresi dari cairan pencernaan dan dengan penyerapan zat-zat makanan. Epitel bertingkat semu Epitel ini dinamakan bertingkat semu karena sekilas tampaknya seperti tersusun dalam lapisan. Penampakan demikian disebabkan karena berbagai macam bentuk dari tiap sel yang membentuk jaringan. Walaupun beberapa sel berhubngan dengan membrane basalis tidak mencapai permukaan jaringan, sebagian besar sel tinggi dan mencapai permukaan. Epitel bertingkat semu kebanyakan ditemukan pada saluran pernapasan, terutama pada trakea dan bronkus paru. ( Anderson, Paul D. 1996 ) b. Jaringan Ikat Jaringan ikat terdiri atas beragam jenis sel, termasuk fibroblast, sel adipose ( lemak ), sel mast, sel darah dan sel-sel organ pembentuk darah. Jaringan ikat menyatukan jaringan lain yang berbeda melalui akumulasi protein dan zat mirip gel yang disekresikan dari fibroblast ke dalam ruang yang mengelilingi sel. Zat protein yang disekresikan mencakup kolagen, suatu serabut putih yang tebal dan berfungsi sebagai penunjang strukturel; elastin, protein yang dapat diregangkan yang memungkinkan jaringan melentur sewaktu diregangkan; dan serabut reticulum, yaitu suatu untaian serabut tipis fleksibel yang memungkinkan organ mengakomodasi peningkatan volume. Zat serupa gel, sebagian besar terdiri atas asam hialuronat, terdapat berselang-seling di seluruh ruang interstinum untuk mempertahankan air dan berfungsi sebagai penunjang dan pelindung. Jaringan adipose dan sel endotel memberikan makanna dan menunjang kelangsungan hidup fibroblast. Sel mast mengandung granula-granula yang terisi histamine dan zat vasoaktif lainnya. Degranulasi sel mast adalah sebuah langkah penting dalam dimulainya suatu reaksi peradangan. Jaringan hematopoetik dianggap sebagai jaringan ikat. Jaringan hematopoetik meliputi sumsum tulang, sel darah, dan jaringan limfatik. Membrane basal yang dijumpai di sepanjang permukaan pertemuan antara jaringan ikat dan jaringan didekatnya juga dianggap sebagai lapisan jaringan ikat. Membrane ni mengikat, menunjang, dan memungkinkan perbaikan jaringan. c. Jaringan otot

13

Jaringan otot disusun oleh sel-sel otot yang sangat berdiferensiasi ( mengalami spesialisasi ), yang memiliki kemampuan untuk berkonsentrasi dan menyebabkan gerakan atau peningkatan tegangan. Kelompok sel otot membentuk salah satu dari tiga jenis jaringan otot aitu rangka, polos, atau jantung. Sel otot terdiri atas protein aktin dan myosin. Jembatan silang yang terletak diantara aktin dan myosin menyatu dan berayun apabila dirangsang denga urutan yang tepat. Hal ini menyebabkan otot sebagai suatu keseluruhan berkontraksi dan melakukan kerja atau menghasilkan tegangan. Semua jenis sel memerlukan kalsium intrasel dengan konsentrasi tinggi agar dapat berkontraksi. Otot yang berbeda menggunakan sumber kalsium yang berbeda sehingga metode dalam merangsang terjadinya kontraksi menjadi sedikit berbeda. Otot rangka melekat ke tulang melalui tendon, berkontraksi secara volunteer ( sadar ) sewaktu dirangsang oleh impuls neuron motoric. Otot jantung terdapat di jantung, berontraksi secara sponta kerena kemampuan intrinsiknya untuk mengalami depolarisasi dan melepaskan potensial aksi. Otot jantung dipersarafi oleh saraf otonom, yaitu saraf simpatis dan saraf parasimpatis. Sedangkan otot polos dijumpai di seluruh tbuh, termasuk sistem vascular, saluran genitourinaria dan semua bagian usus, dan bekerja secara tidak sadar ( involunter ). Otot polos dipersarafi oleh sistem saraf otonom, yang dapat meningkatkan atau menurunkan kecepatan kontraksi. d. Jaringan saraf Jaringan saraf tersusun dari sel saraf atau biasa disebut dengan neuron, yaitu suatu unit fungsional sistem saraf dan merupakan sel yang sangat khusus. Maturasi saraf terjadi sebelum atau segera setelah lahir. Saat matur, neuron tidak menjalani reproduksi sel dan tidak dapat diganti. Setiap neuron berfungsi untuk menerima stimulus yang dating dari, dan mengirim stimulus yang keluar ke saraf lain, otot, atau kelenjar. Neuron melewati dan menerima sinyal melalui perubahan aliran ion bermuatan listrik bolak-balik melintasi membrane sel neuron. ( Corwin, Elizabeth J. 2009 )

B. Adaptasi, Injuri, dan Kematian Sel

14

Sel normal merupakan mikrokosmos yang berdenyut tanpa berhenti, secara tetap mengubah struktur dan fungsinya untuk memberi reaksi terhadap tantangan dan tekanan yang selalu berubah. Kecuali jika tekanan yang terjadi terlalu berat, maka struktur dan fungsi sel cenderung bertahan dalam jangkauan yang relative sempit, dinyatakan sebagai normal. Dalam keterbatsannya, penyesuaian sel mencapai perubahan yang menetap,

mempertahankan kesehatan sel meskipun tekanan berlanjut. Tetapi bila batas kemampuan adaptasi sel terlampaui, aan terjadi jejas ( injuri ) terhadap sel atau bahkan kematian sel. Dalam bereaksi terhadap tekanan yang progresif, sel akan menyesuaikan diri, terjadi jejas yang dapat pulih kembali ( reversible ), atau mati. Kelangsungan fungsi dan struktur sel normal, beradaptasi, terjejas dan yang terjejas irreversible atau mati, merupakan keadaan yang berbatas kabur. Dalam bereaksi terhadap tekanan sedang, sel dapat mengalami berbagai tahapan adaptasi dan jejas, sedangkan tekanan yang lebih berat dapat menyebabkan jejas langsung dan tentu saja jejas yang hebat dapat segera mematikan. Tekanan-tekanan yang menyebabkan perubahan morfologi sel berkisar dari rudapaksa fisik kasar berupa pukulan yang menghancurkan sampai pergeseran halus akibat tidak ada suatu enzim, seperti yang terjadi pada banyak keadaan genetic. Golongan besar pengaruh merugikan yang dikenal mempengaruhi fungsi sel diantranya yaitu : 1) Hipoksia Hipoksia adalah penyebab jejas dan kematian sel paling penting dan sering mempengaruhi respirasi oksidasi aerob. Hilangnya perbekalan darah, yang dapat terjadi bila aliran arteri atau aliran vena dihalangi oleh penyakit vascular atau bekuan didalam lumen, ialah penyebab hipoksia yang paling sering. Penyebab lain adalah oksigenasi darah yang tidak memadai karena kegagalan kardiorespirasi dan hilangnya kemampuan darah mengagkut oksigen seperti pada anemiadan keracunan karbon monoksida. Penyesuaian sel terjadi bergantung pada derajat hipoksia yang terjadi 2) Bahan-bahan kimia ( termasuk obat-obatan ) Bahan kimia dan obat-obatan merupakan penyebab penting adaptasi, jejas dan kematian sel. Agen-agen yang sering dketahui sebagai racun dapat menyebabkan kerusakan hebat terhadap sel dan kemungkinan kematian seluruh organisme. Bayak bahan kimia dan obat-obatan yang berdampak terjadinya perubahan pada beberapa fungsi vital sel, seperti permeablitas selaput, homeostasis osmosa atau keutuhan enzim dan kofaktor. 3) Agen fisik

15

Beberapa agen fisik yang dapat menimbulkan jejas atau bahkan kematian diantaranya yaitu, trauma mekanik yang dapat menyebabkan sedikit pergeseran tetapi nyata, pada organisasi organel intrasel atau pada keadaan lain yang ekstrem dapat merusak sel secara keseluruhan; dingin dan panas terbukti merupakan penyebab tekanan, jejas dan bahkan kematian. Suhu rendah dapat mengakibatkan vasokontriksi dan mengacau perbekalan darah untuk sel-sel, jejas pada pengaturan vasomotor dan bila suhu menjadi cukup rendah air intrasel akan mengalami kristalisasi. Sedangkan suhu tinggi dapat merusak dan membakar jaringan juga menyebabkan hipermetabolisme sel; perubahan mendadak tekanan atmosfer juga dapat berakibat gangguan perbekalan darah untuk sel-sel; tenaga radiasi secara fantastis dapat juga menyebabkan jejas, baik akibat ionisasi langsung senyawa kimia yang terkandungdalam sel maupun karena ionisasi air sel yang menghasilkan radikal panas bebas secara sekunder yang bereaksi dengan komponen intrasel, tenaga radiasi juga menyebabkan berbagai mutasi yang dapat menjejas atau bahkan membunuh sel; tenaga listrik dapat memancarkan panas bila melewati tubuh dan oleh karena itu dapat menyebabkan luka bakar, tetapi lebih penting lagi dapat mengganggu jalur konduksi saraf dan sering berakibat kematian akibat aritmia jantung. 4) Agen mikrobiologi Penumpangan oleh agen hidup, yang berkisar ukuran dari virus submikroskopi sampai nematode yang tampak dengan mata telanjang dapat menyerang manusia dan mengakibatkan jejas, kematian sel, atau kematian individu. Virus yang menyebabkan perubahan pada sel dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu agen yang mampu menyebabkan kematian sel ( sitolisis ) dan agen yang merangsang replikasi el dan mungkin berakibat tumor ( onkogen ). Selain virus, kuman juga dapat menyebabkan jeas terhadap sel, namun pada kuman belum ditemukan dengan jelas bagaimana kuman dapat menyebabkan jejas pada sel. Beberapa organisme membebaskan eksotoksin yang mempu mengakibatkan jejas sel mulai dari tempat implantasi kuman, agen lain melepaskan endotoksin yang hanya dibebaskan pada keadaan disintregrasi organisme, selain itu beberpa kuman dapat merusak sel dengan melepaskan berbagai macam enzim seperti lesitinase ( clostridium perfringens ) yang mempu merusak selaput sel atau hemolisin ( streptococcus beta hemoliticus ) yang melisiskan sel drah merah. Mekanisme potensial lain yang menimbulkan jejas oleh kuman ialah

16

timbulnya hipersensitivitas terhadap agen, yang berakibat reaksi imunologi yang menghancurkan. Selain virus dan kuman, agen infeksius lain yang dapat menyebabkan jejas paa sel adalah jamur, protozoa dan cacing. 5) Mekanisme imun Reaksi imun sering dikenal sebagai penyebab kerusakan dan penyakit pada sel. Antigen penyulut mungkin berasal dari eksogen, seperti resin tanaman beracun, atau dapat endogen ( misalnya antigen sel ), yang terakhir ini menyababkan autoimun. 6) Gangguan genetic Yang penting bagi homeostatis sel ialah aparat genetic yang normal. Mutasi, apa pun asalnya, dapat tanpa dampak yang diketahui, dapat mengurangi suatu enzin sel ( kesalahan metabolism keturunan ), atau dapat sedemikian parah yang menyebabkan kelangsungan hidup sel tiak sesuai. Mutasi dapat tampak semasa gametogenesis, pada tahap awal zigot atau dalam sel dewasa ( mutasi somatic ). Jelas diketahui beberapa keadaan abnormal genetika diturunkan sebagai sifat keluarga, seperti pada anemia sel sabit. 7) Ketidak seimbangan nutrisi Terjadinya ketidak seimbangan nutrisi dapat menyebabkan timbulya jejas pada sel. Tak hanya pada defisiensi nutrisi yang menimbulkan jejas, namun adanya kelebihan nutrisi seperti pada orang dengan obesitas juga dapat menyebabkan jejas bahkan ematian terhadap sel. 8) Penuaan Pada waktu tertentu sebuah sel akan mengalami maturai dan secara progresif akan kehilangan kemampuan fungsionalnya secara alami yang khas untuk penuaan dan akhirnya kematian. Penuaan sel salah satunya dapat dipicu dengan adanya penimbunan rogresif perubahan-perubahan struktur dan fungsi selama bertahun-tahun yang akan mengakibatkan kematian sel atau setidak-tidaknya pengurangan kemampuan sel bereaksi terhadap jejas ( adaptasi sel ). Apabila sel diberi tekanan, sel akan menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan perubahan mikronnya. Fungsi dan morfologi sel normal tidak berada dalam keadaan yang kaku, tetapi mengikuti perubahan struktur dan fungsi cairan yang mencerminkan perubahan adaptasi. Organel menjadi tua dan diganti oleh yang baru untuk menyesuaikan diri dengan tantangan metabolic. Bila tekanan dan pengaruh yang merusak mengenai sel, bila memungkinkan sel akan menyesuaikan diri dan siap berubah, memungkinkan sel hidup 17

dalam

lingkungan

yang

berubah.

Adanya

jejas

akan

menimbulkan

peralihan

berkesinambungan substruktur sel untuk penyeuaian jumlah organel yang sesuai dengan jeni tekanan. Keseimbangan baru tetapi berubah akan dicapai. Beberapa adaptasi sel diantranya yaitu : 1) Atrofi Pengisutan ukuran sel akibat kehilangan bahan sel dikenal sebagai atrofi. Keadaan ini mencerminkan bentuk reaksi adaptasi. Bila jumlah sel yang terlibat cukup, seluruh jaringan dan alat tubuh berkurang atau mengalami atrofi. Penyebab atrofi yang jelas diantaranya yaitu berkurangnya beban kerja, hilangnya persyarafan, berkurangnya perbekalan darah, nutrisi yang tidak adekuat dan hilangnya rangsang hormone. Semua perubahan yang mendasari memiliki sifat yang sama, berupa kemunduran sel sampai ukuran yang lebih kecil disertai kemampuan hidup yang masih dimungkinkan. Sel mengandung sedikit mitokondria dan miofilamin serta pengurangan reticulum endoplasma. Konsentrasi protease hidrolitik dapat meningkatkan atrofi, akan tetapi enzimenzim ini tidak mudah dilepaskan kedalam sitoplasma, karena hal ini dapat mengakibatka perusakan sel yang tidak terkendali. Enzim ini tergabung dalam vakuol autofagi. Jadi, pada banyak keadaan atrofi disertai kenaikan nyata jumlah vakuol autofagi 2) Hipertofi Hipertrofi menyatakan peningkatan ukuran sel dan perubahan ini meningkatkan ukuran alat tubuh. Hipertrofi dapat disebabkan oleh kenaikan tantangan fungsi atau rangsangan hormone khas dan dapat terjadi dalam keadaan fisiologi dan patologi. Penurunan degradasi protein disertai sintesis protein normal atau agak meningkat dapat juga menyebabkan hipertrofi. Factor pembatas agar hipertrofi tidsk berlanjut dan penyebab perubahan regresi tidak diketahui selengkapnya, dapat karena pembatasan perbekalan vascular serat-serat yang membesar ( sel otot ), pengurangan kemampuan oksidasi mitokondria atau oleh perubahan sintesis dan degradasi protein. Sel dapat dianggak mati apabila dengan mikroskop cahaya terlihat terjadinya proses nekrosis. Nekrosis dapat didefinisikan sebagai perubahan morfologi oleh enzim-enzim pada sel yang terjejas letal. Dua proses penting yang menunjukkn perubahan nekrosis adalah pencernaan sel oleh enzim dan denaturasi protein. Enzim katalitik yang berasal dari lisosom

18

sel mati, yang mencrna secara enzimatik dinamakan sebagai autolysis atau dari lisosom leukosit imigran, dan disebut juga heterolysis. Tergntung apakah pencernaan enzimatik atau denaturasi protein yang menyolok, terjadi dua gambaran bentuk nekrosis sel. Yang pertama katalisis proresif atruktur sel menyebabkan apa yang disebut dengan nekrosis koagulatif. Kedua, proses ini memerlukan waktu beberapa jam, dengan demikian perubahan tidak dapat dijumpai dalam sel bila, sebagai contoh, infark miokardium menyebabkan kematian mendadak. Tanda jelas kemtian sel terdapat dalam inti. Pada jejas tahap lanjut tetapi reversible, kromatin sering menggumpal pada membrane inti. Selanjutnya dengan kematian sel perubahan inti tampak sebagai salah satu dari tiga gambaran, yaitu kromatin basophil menjai pucat ( kariolisis ), perubahan yang diduga mencerminkan aktivitas DNAse pada penurunan pH sel; gambaran kedua ialah piknosis, ditandai oleh pengisutan inti dan bertambah basophil. Di sini DNA agaknya menggumpal menjadi massa solid, dan basophil mengisut; kemungkinan gambaran ketiga dikenal sebagai karioreksis, inti piknosis atau sebagian yang piknosis yang mengalami fragmentasi. Dengan perjalanan waktu ( satu atau dua hari ), dengan cara yang sama atau cara lainnya, inti pada sel yang nekrosis sama sekali menghilang. Sementara itu sitoplasma berubah menjadi massa asidofil suram bergranula. Asidofil ini mencerminkan afinitas terhadap zat warna asam ( eosinophil ) yang sebagian sebagai akibat denturasi protein sitoplasma, yang gugus basanya terbuka dan bagian akibat aktivasi ribonuklease asam yang menghancurkan RNA sitoplasma, yang normal basofilnya. Dalam keadaan ini sel nekrosis berubah menjadi bangkai asidofil tanpa inti. Bila sel mati dan mengalami perubahan awal seperti disebutkan di atas, timbul salah satu dari tiga rangkaian peristiwa berikut, yaitu : 1) Nekrosis koagulasi Nekrosis koagulasi menyatakan pemeliharaan garis besar atas sel yang digumpalkan minimal beberapa hari. Diduga jejas atau asidosis inrasel yang meningkat secara berkesinambungan yang mengakibatkan denturasi tidak hanya protein struktur tetapi juga protein enzim, dengan demikian menghambat proteolysis sel. Selanjtnya untuk sementara waktu, bentuk morfologi sel seuthnya jelas sekali dipertahankan. Proses koaguasi khas untuk kematian hipoksia sel pada semua jaringan kecuali otak. 2) Nekrosis likuefaktif Nekrosis likuefaktif terjadi sebagai akibat dari autolysis atau heterolysis terutama khas pada infeksi fokal kuman, karena kuman memiliki rangsang kuat pengumpulan sel darah putih. Likuefaksi pada hakekatnya mencerna bangkai 19

kematian sel dan sering meninggalkan cacat jaringan yang diisi leukosit imigran dan menimbulkan abses 3) Nekrosis kaseosa Nekrosis kaseosa merupakan bentuk lain dari nekrosis koagulatf, dijumpai paling sering pada focus-fokus infeksi tuberculosis. Istilah kaseosa berasal dari gambaran makro ( yaitu putih seperti kiju ) daerah-daerah nekrosis. Histologi focus nekrosis tampak sebagai debris bergranula amorf yang tampaknya tersusun oleh sel-sel berfragmentasi dan menggumpal dengan radang nyata meliputi tepi yang dikenal sebagai reaksi granulomatosa. Apoptosis ialah gambaran morfologi nyata kematian sel yang tidak lazim ( berasal dari Yunani yang berarti keruntuhan ). Biasanya mengenai satu sel atau kelompok sel dan tampak pada potongan sediaan HE sebagai massa bulat atau oval, sitoplasma jelas eosinophil, kadang-kadang disertai fragmen-fragmen inti piknosis. Ada beberapa macam nekrosis, diantaranya yaitu nekrosis lemak oleh enzim, menyatakan area-area fokal kerusakan lemak sebagai akibat dilepaskan secara abnormal enzim-enzim pancreas yang diaktifkan ke dalam jaringan pancreas dan rongga peritoneum; nekrosis fibrinoid adalah istilah yang paling sering diterapkan dlam jejas imunologi terhadap arteri dan arteriol yang ditandai oleh penimbunan massa fibrin yang berwarna merah muda homogeny, protein plasma, immunoglobulin, dalam dinding pembuluh yang terkena; nekrosis gangrenosa biasanya terjadi pada tungkai bawah yang kehilangan perbekalan darah yang selanjutnya diserang kuman. Akhirnya, pada penderita yang hidup, kebanyakan sel nekrosis dan debris akan menghilang, meskipun sel-sel mengalami koagulasi selanjutnya disingkirkan oleh proses gabungan pencernaan oleh enzim dan fragmentasi secara fagositosis debris utama oleh leukosit pembersih. Bila sel nekrosis dan debris sel tidak selengkapnya dihancurkan dan direabsorpsi, cenderung menarik garam kalsium dan mineral lain dan menjadi berkpur, peristiwa ini disebut dengan klasifikasi distrofi. ( Robbins, Stanley L dan Vinay Kumar. 1995 )

C. Neoplasia Secara harfiah neoplasma berarti pertumbuhan baru, Menurut Willis, neoplasma didefiisikan sebagai massa jaringan abnormal dengan pertumbuhan berlebihan dan tidak ada koordinasi dengan pertumbuhan jaringan normal, dan tetap tumbuh dengan cara yang berlebihan setelah stimulus yang menimbulkan perubahan tersebut berhenti. Pada dasarnya awal semua neoplasma ialah hilangnya tanggapan terhadap kendali pertumbuhan

20

normal. Neoplasma tampak berperilaku seperti parasite dan bersaing dengan sel jaringan normal untuk keperluan metabolismenya. Jadi neoplasma akan tumbuh subur dalam diri seseorang penderita yang kurus. Neoplasma juga memiliki tingkat otonomi tertentu dan tetap bertambah besar, tanpa memperhatikan lingkungan sekitarya dan status nutrisi tuan rumah. Dan selanjutnya akan terjadi pertumbhan yang tidak terkendali. Setiap jenis proliferasi dapat dijumpai sebagai bentuk yang relative murni, kabanyakan bersifat tumpang tindih. Jadi sel hiperplastik dapat dijumpai bersamaan dengan metaplasia dan displasi dapat timbul dalam suatu metaplasia. 1) Konsep deferensiasi dan pertumbuhan sel Selama perkembangan, sel normal akan berdeferensiasi. Deferensiasi berarti bahwa suatu sel menjadi khusus dalam struktur dan fungsinya, dan berkumpul dengan sel-sel yang berdeferensiasi serupa. Sebagai contoh, sebagian sel embrionik ditakdirkan untuk menjadi sel retina, sedangkan yang lain ditakdirkan untuk menjadi sel kulit atau jantung. Semakin tinggi deferensiasi sebuah sel, semakin jarang sel tersebut masuk ke siklus sel untuk bereproduksi dan membelah. Sel-sel saraf yang tidak mengalami reproduksi, adalah sel yang berdiferensiasi tinggi. Sel yang jarang atau tidak pernah menjalani siklus sel tidak mungkin enjadi sel kanker, sedangkan sel yang sering menjalani siklus sel lebih mungkin cenderung mengalami kanker. Diferensiasi tanpaknya terjadi akibat supresi selektif gen tertentu pada beberapa sel, sedangkan pada sel lain, gen yang sama tetap aktif. Diferensiasi setiap sel dan jarigan tampaknya mempengaruhi diferensiasi sel dan jaringan di sekitarnya. Sel melepaskan factor pertumbuhan khusus yang menuntun diferensiasi sel sekitar ( Corwin, Elizabeth J. 2009 ). Pertumbuhan sel adalah adanya perubahan selular yang merupakan penigkatan ukuran dan volume sel serta pengurangannya, yag pada dasarnya adalah reaksi adaptasi sel yang memungkinkan sel tetap hidup dalam lingkungan yang berubah. Ada tiga jenis pertumbuhan sel, diantaranya yaitu : a. Hyperplasia Hiperplasi ditandai oleh bertambahnya jumlah sel dalam suatu jaringan atau alat tubuh. Hiprplasi ini hanya bias terjadi pada jaringan atau alat tubuh yang tersusun oleh sel yang mengalami kemampuan membelah secara mitosis dalam masa pasca embrionik. Jaringan yang mengalami hiperplasi memilikisel lebih banyak dalam ukuran yag normal.

21

Hyperplasia ini dapat terjadi baik dalam kondisi fisiologis maupun kondisi patologis. Pada kondisi fisio logis, dibedakan menjadi dua jenis, yaitu (1) jenis hormonal, hiper plasi hormonal tampak jelas pada proliferasi kelenjar payudara wanita selama pubertas, kehamilan dan laktasi, (2) jenis terkompensasi, jenis ini tampak pada ginjal yang tersisa, bila gnjal sebelah diangkat atau rusak karena penyakit. Pembesaran gijal adalah akibat dari bertambahnya ukuran tiap-tiap nefron yang terutama disebabkan oleh hiperplasi sel epitel tubulus dan pembesaran glomerulus. Sedangkan hiper plasia patologik contohnya adalah hiperplasi endometrium, tiroid dan epidermis. Semua bentuk

hyperplasia patologi ini merupakan proliferasi yang akan berhenti bila stimulus pencetusnya menghilang, jadi sebagai tanggapan terhadap kendali pertumbuhan normal. Hiperplasi ini memiliki dua makna klinik, yaitu hiperplasi dapat menimbulkan masalah klinik ( misalnya pendarahan endometrium, hiper fungsi tiroid ), dan dapat meningkatkan risiko terjadinya neoplasi, akan tetapi kurang bila dibandingkan dengan risiko pada metaplasia dan displasi. b. Mataplasia Metaplasia ialah bentuk lain dari pertumbuhan abnormal sel yang terkendali. Metaplasia umumnya ditandai oleh adanya substansi yang bersifat adaptif suatu macam sel dewasa atau sel yang telah mengalami deferensiasi penuh menjadi suatu sel dewasa jenis lain. Metaplasia terjadi baik pada sel epitel maupun sel jaringan ikat. Pada epitel biasanya berupa substansi epitel permukaan kolumnar dengan sekresi mucus menjadi epitel berlapis skuamosa. Pola metaplasia ini dapat dilihat pada kantung empedu, trakea, bronkus dan bronkiulus dan lainlain saat terjadi peradangan atau iritasi kronik. Metaplasia jaringan ikat dapat dijumpai setelah terjadi jejas pada jaringan lunak. Sebenarnya tujuan metaplasia pada umumnya adalah menggambarkan proses adaptasi atau dampak perlindungan, seperti epitel berlapis yang merupakan hasil metaplasia dapat lebih tahan hidup pada lingkunga yang berubah dibandingkan dengan epitel kolumnar atau berlapis semu yang terdahulu. Perubahan metaplasia ini selalu bersifat teratur dan selalu menghasilkan susunan epitel yang benar-benar menyerupai epitel

22

skuamosa normal, kecuali bila terjadi peradangan kronik biasanya bentuknya menjadi agak tidak teratur. c. Displasia Dibandingkan 2 jenis yang lain, jenis dysplasia ini merupakan sel yang paling tidak teratur, dan paling sering menjadi pendahulu kanker. Pada dasarnya dysplasia dijumpai di sel epitel. Dysplasia adalah hilangnya keragaman sel secara individual dan juga hilangnya orientasi susunan sel-sel tersebut. Sel diplastik menunjukkan preomorfisme yang nyata ( variasi dan ukuran dan bentuk sel ) dan sering mempunyai inti sel yang berwarna gelap ( hiperkromasi ), yang ukurannya lebih besar dan abnormal untuk ukuran sel yang bersangkutan. Displasi berhubungan erat dengan iritasi atau radang kronik yang berkepanjangan. Secara klink dysplasia dapat dijumpai pada srviks, saluran pernapasa, rongga mulut dan kantong empedu. Displasi memiliki potensi reversible dan oleh karena itu tetap dianggap sebagai perubahan terkendali. Bila penyebabnya disingkirkan, maka perubahan diplastik akan kembali menuju ke keadaan normal. ( Robbins, Stanley L dan Vinay Kumar. 1995 ) 2) Karakteristik neoplasma yang jinak dan ganas Dalam membedakan keganasan suatu sel neoplasma dapat di lihat dari perbedaan yang terjadi, dimana perbedaan tersebut dapat dibagi menjadi 4 kelompok, diantaranya yaitu : a. Diferensiasi dan anaplasi Deferensiasi dalam organisme multiseluler melibatkan ekspresi program genetic tertentu dan represi lain suatu macam sel. Pada umumnya, pada sel-sel khusus yang berdiferensiasi sempurna, program genetic unuk replikasi mengalami represi; dalam neoplasma program-program ini akan diaktifkan kembali dan diferensiasi dapat berlangsung tanpa kehilanga kemampuan replikasi. Neoplasma jinak tersusun oleh sel-sel yang berdiferensiasi baik, sangat mirip dengan sel-sel normal pada umumnya. Jadi, lipoma tersusun oleh sel-sel lemak matur yang berisi vakuol lipid dalam sitoplasmanya, dan kondroma tersusun oleh sel-sel tulang rawan matur yang seperti biasa melakukan sintesis mtriks tulang rawan, sebagai bukti terjadinya diferensiasi morfologi dan fungsi.

23

Sedangkan kanker ditandai oleh diferensiasi sel parenkim yang bervariasi luas, dari yang beriferensiasi baik sampai yang sama sekali tidak berdiferensiasi. Secara harfiah istilah anaplasi berarti membentuk kearah terbalik. Hal ini menunjukkan diferensiasi dengan arah mundur ( dediferensiasi ) atau hilangnya diferensiasi structural dan fungsional selsel normal. Sebagian besar atau bahkan seluruh kanker timbul dari selsel cadangan dalam jaringan, jadi terjadi suatu kegagalan berdiferensiasi pada tumor-tumor yang tidak berdiferensiasi dan bukannya

dediferensiasi sel-sel khusus. Neoplasma ganas yang tersusun dari selsel yang tidak berdiferensiasi disebut anaplastic. b. Kecepatan tumbuh-progresi tumor Merupakan hal yang umum apabila kebanyakan tumor jinak tumbuh lambat dan sebagian besar kanker tumbuh lebih cepat, kemudian menyebar local dan ketempat yang jauh ( metastatis ) sampai akhirnya menyebabkan kematian. Namun ada banyak pengecualian dalam hali ini dan beberapa tumor jinak dapat tumbuh lebih cepat dibandingkan beberapa kanker. Salah satu penyebabnya yaitu pengaruh perbekalan darah yang memadai dan mungkin juga pertumbuhan yang dibatasi oleh tekanan dapat juga mempengaruhi kecepatan tumbuh tumor jinak, selain itu juga dipengaruhi oleh jenis neoplasma yag terjadi. Sedangkan kecepatan pertumbuhan kanker dipengaruhi oleh derajat

deferensiasinya, sehingga ada variasi yang luas. Dari banyak bukti klinik dan eksperimen memberikan hasil bahwa sebagian besar sel kanker berasal monoclonal ( yaitu berasal dari perkembangan klon satu sel ), namun ada juga yang poliklonal. Dalam hal neoplasma monoclonal, beberapa hal yang mempengaruhi waktu yang diperlukan untuk satu sel dapat menimbulkan massa yang secara klinik dapat tampak diantaranya yaitu sel asal dan waktu kelipatannya, fraksi kumpulan sel yang tetap bertahan hidup dan berada dalam kutub replikasinya dan kecepatan sel terlepas dan menghilang ke dalam lesi yang sedang berkembang. Selain factor kinetic sel yang berpengaruh, perbekalan darah juga

mempengaruhi kecepatan sel kanker untk berkembang seperti halnya pada tumor jinak. c. Pembentukan kapsul lawan invasi ( simpai-invasi )

24

Neoplasma jinak tinggal tetap di tempat asalnya, tidak ada kemampuan melakukan infiltrasi, invasi atau metastasis ke tempat jauh seperti kanker. Kebanyakan tumor jinak akan membentuk simpai fibrosa disekelilingnya yang memisahkannya dari jaringan tuan rumah. Simpai ini berasal dari stroma jaringan asli dengan sel-sel parenkimnya mengalami atrofi karena tekanan tumor yang berkembang. Namun, meskipun simpai merupakan hokum pada pembentukan tumor jinak, tidak adanya simpai bukan berarti bahwa suatu tumor adalah ganas. Sedangkan kanker tumbuh dengan infiltrasi progresif, infasiv, destruktif disertai penetrasi jaringan sekitar, tanpa membentuk simpai. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan kaki-kai kecil menyerupai kepiting menembus tepi-tepi dengan mengadakan infiltrasi struktur didekatnya. Invasi ini cenderung terjadi sepajang celah bidang anatomi. Terdapat tiga langkah yang terlibat dalam peristiwa infasiv, yaitu perlekatan sel kanker, proteolysis local dan daya gerak. Konsep invasi ini didukung oleh pengamatan bahwa selaput basalis yang berdekatan dengan sel tumor seringkali hancur, sel kanker memiliki kemampuan lokomotor yang meningkat, dan kurang bersifat kohesif dan dengan demikian dapat melepaskan diri dari asalnya. d. Metastasis Istilah metastasis berarti timbulnya implantasi sekunder, yang terpisah dari tumor primer, mungkin pada jaringan yang berjauhan letaknya. Sifat invasi dan lebih lagi metastasis lebih memastikan identifikasi suatu neoplasma ganas daripada ciri-ciri neoplastic lain. Namu, tidak semua sel kanker dapat melakukan metastasis. Neoplasma ganas dapat menyebar melalui salah satu dari tiga jalur yaitu menyebar dalam rongga tubuh, penyebaran limfatik dan penyebaran hematogen, sedangkan tumor jinak tidak. Penyebaran kanker terjadi bila neoplasma melakukan invasi pada rongga tubuh alami. Penyebaran limfatik lebih bersifat khas untuk karsinoma, sementara jalur hematogen lebih disukai sarcoma. (Robbins, Stanley L dan Vinay Kumar. 1995 ) 3) Penyebab kanker

25

Transformasi neoplastic sel dapat dihasilkan secara in vitro dan kanker pada hewan coba diinduksi berbagai macam agen, terutama karsinogen bahan kimia, virus onkogenik dan energy radiasi. Berikut penjelasan mengenai agen-agen karsinogenik ( agen yang dapat memicu terbentuknya sel kanker ) yaitu sebagai berikut : a. Karsinogen kimia Secara garis besar penyebab kanker dari karsinogenik kimia dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu : Agen yang bekerja langsung Agen yang bekerja langsung tidak membutuhkan perubahan metabolic untuk menjadi karsinogenik. Pada umumnya bersifat karsinogen lemah, dan tergantung waktu dan dosis, tanpa mengahsilkan tumor. Beberapa diantara agen yang bekerja langsung ini adalah obat kemoterapi kanker ( seperti agen alkilasi ) yang dengan baik telah menyembuhkan, mengendalikan atau menunda berulangnya beberapa tipe kanker hanya kemudian membangkitkan kanker bentuk kedua, biasanya leukemia.

Konsekuensi tragik ini disebut sebagai kemenangan dengan kekalahan. Agen yang bekerja tidak langsung Agen yang bekerja tidak langsung ini membutuhkan perubahan metabolic sebelum menjadi aktif. Beberapa karsinogen yang paling poten-hidrokarbon polikistik-didapatkan pada bahan bakar yang berasal dari fosil. Contohnya adalah Benz (a)piren dan karsinogen lain akan terbentuk pada pembakaran suhu tinggi tembakau pada perokok sigaret. b. Virus onkogenik Sejumlah besar virus telah terbukti bersifat onkogenik pada berbagai jenis hewan. Virus yang bersifat karsinogenik adalah virus RNA rantai tunggal dan virus DNA rantai ganda. Pada virus RNA dikenal sebagai transkip tase terbalik yang memungkinkan transkripsi terbalik dari virus RNA menjadi virus spesifik DNa. Hasil infeksi sel oleh virus onkogenik, tergantung derajat kespesifikan virus untuk semua jenis sel dan spesies, dan pada ketahanan tuan rumah serta factor-faktor lain. Jadi agen DNA

26

dapat menyebabkan sitolisis, infeksi laten, atau transformasi. Ada perbedaan utama antara virus onkogenik DNA dan retrovirus. Virus DNa tidak memiliki reverse transcriptase, sehingga virus DNA atau bagiannya secara langsung bergabung dalam genom sel yang peka. Berlawanan dengan retrovirus, sel-sel yang mengalami transformasi oleh virus DNA tidak dapat melakukan replikasi virus lebih banyak; multiplikasi virus akan menyebabkan sitolisis. Sehingga virus yang melakukan infeksi tidak dapatdiisolasi dari seldan selanjutna sifat onkogenik virus DNA ini tergantung panjang interaksi antara genom virus dengan genom sel tuan rumah dan supresi fungsi replikasi virus. c. Karsinogenesis radiasi Radiasi apapu sumbernya, sinar matahari, sinar-X, pemecahan nuklir, radionuklida dan sebagainya adalah karsingen yang sudah terbukti menimbulkan kanker. Namun, mekanisme radiasi yang menjadikan sel bermutasi masih belum dimengerti. Namun ada beberapa pemikiran yang diduga sebagai mekanisme karsinogenik dari agen radiasi, yaitu : 1) Mutsi yang diinduksi oleh radiasi dapat mengaktifkan proto-onkogen atau dengan cara merusak kendali, memungkinkan ekspresi protoonkogen yang berlebihan 2) Mutasi radiasi dapat membuat sel lemah terhadap pengaruh karsinogenik lain ( selain virus ) 3) Radiasi dapat berakibat kematian sel, yang memungkinkan sel yang bertahan hidup berproliferasi dan dengan demikian menjadi lemah terhadap pengaruh onkogenik 4) Penguatan dari waktu ke waktu pada neoformasi onkogen sel Apapun mekanismenya, jelas bahwa radiasi menginduksi kanker pada manusia dan pengaruhnya yang bersifat aditif. (Robbins, Stanley L dan Vinay Kumar. 1995 )

27

You might also like