You are on page 1of 16

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN SINDROM GUILLAN-BARE Deskripsi Sindrom Guillan-Bare (GBS) merupakan sindrom klinis yang ditunjukkan

oleh onset (awitan) akut dari gejala-gejala yang mengenai saraf tepi dan saraf kranial.

Patofisiologi Akson bermielin mengonduksi impuls saraf lebih cepat dibanding akson tidak bermielin. Sepanjang perjalanan serabut bermielin terjadi gangguan dalam

selaput (nodus Ranvier) tempat kontak langsung antara membran sel akson dengan cairan ekstraseluler. Membran sangat permiabel pada nodus tersebut

sehingga konduksi menjadi lebih baik. Gerakan ion-ion masuk dan keluar akson dapat terjadi dengan cepat banyak pada nodus Ranvier sehingga impuls saraf sepanjang serabut bermielin dapat melompat dari satu nodus ke nodus lain (konduksi saltatori) dengan cukup kuat. Kehilanagan selaput mielin pada GBS membuat konduksi saltatori tidak mungkin terjadi dan transmisi impuls saraf batalkan. Pengkajian Pengkajian keperawatanklien dengan GBS meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dan pengkajan psikososial. Pengkajian terhadap komplikasi GBS meliputi pemantauan terus-menerus terhadap ancaman gangguan gagal napas akut yang mengancam kehidupan. Komplikasi lain mencangkup disritmia jantung, yang terlihat melalui pemantauan EKG dan mengobservasi klien terhadap tanda trombosis vena profunda dan emboli paru-paru, yang sering mengancam klien imobilisasi dan paralisis. Anamnesis

Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta pertolongan kesehatan adalah berhubungan dengan kelemahan otot baik kelemahan fisik secara umum maupun lokalis seperti melemahnya otot-otot pernapasan. Riwayat penyakit saat ini Keluhan yang paling sering di temukan pada klien GBS dan merupakan komplikasi yang berat dari GBS adalah gagal napas. Melemahnya otot

pernapasan membuat klien dengan gangguan ini beresiko lebih tinggi terhadap hipoventilasi dan infeksi pernapasan berulang. Disfagia juga dapat timbul,

mengarah pada aspirasi. Gangguan kelemahan ekstermitas atas dan bawah hampir sama seperti keluhan klien yang terdapat pada klien stroke. Keluhan lainnya adalah kelainan dari fungsi kardiovaskuler, yang mungkin menyebabkan gangguan sistem saraf otonom pada klien GBS yang dapat mengakibatkan disritmia jantung atau perubahan drastis yang mengancam kehidupan dalam tanda-tanda vital. Riwayat penyakit dahulu Pengkajian penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi pernahkah klien mengalami ISPA, infeksi gastrointestinal, dan tindakan bedah saraf. Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering digunakan klien, antibiotik dan reaksinya pemakaian obat kartikosteroid, pemakaian jenis-jenis (untuk menilai resistensi pemakaian antibiotik) dapat menambah komprehensifnya pengkajian. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya. Pengkajian Psiko-sosio-spiritual Pengkajian psikologis klien GBS meliputi beberapa penilaian yang

memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Pengkajian mekanisme koping yang

digunakan klien juga penting untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit

klien yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun masyarakat. Apakah ada tampak yang timbul pada klien,

yaitutimbul ketakutan atau kecacata, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh). Pengkajian mengenai mekanisme koping yang secara sadar biasa digunakan klien selama masa stres meliputi kemampuan klien untuk mendiskusikan masalah kesehatan saat ini yang telah diketahui dan perubahan perilaku akibat stres. Karena klien harus menjalani rawat inap maka apakah keadaan ini memberi dampak pada status ekonomi klien, karena biaya perawatan dan pengobatan memerlukan dana yang tidak sedikit. Perawat juga memasukkan pengkajian

terhadap fungsi neurologis dengan dampak gangguan neurologis yang akan terjadi pada gaya hidup individu. Perspektif keperawatan dalam mengkaji terdiri dari dua masalah, yaitu keterbatasan yang diakibatkan oleh defisit neurologis dalam hubungannya dengan peran sosial klien dan rencana pelayanan yang akan mendukung adaptasi pada gangguan neurologis di dalam sistem dukungan individu. Pemeriksaan fisik Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) yang terarah dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari klien. Pada klien GBS biasanya didapatkan suhu tubuh normal. Penurunan denyut nadi terjadi berhungan dengan tanda-tanda penurunan curahjantung. Peningkatan

frekuensi pernapasan berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme umum dan adanya infeksi pada sistem pernapasan dan adanya akumulasi sekret akibat insufisiensi pernapasan. TD didapatkan ortstatik hipotensi atau TD meningkat

(hipertensi transien) berhungan dengan penurunan reaksi saraf simpatis dan parasimpatis. B1 (Breathing) Inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi pernapasan dan yang paling sering didapatkan pada klien GBS adalah penurunan frekuensi pernapasan karena melemahnya fungsi otot-otot pernapasan. Palpasi biasanya taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan GBS berhubungan akumulasi sekret dari infeksi saluran napas. B2 (Blood) Pengkajian pada sistem kardiovaskular pada klien GBS didapatkan bradikardi yang berhubungan dengan penurunan perfusi perifer. TD didapatkan

ortostatikhipotensi atau TD meningkat (hipertensi transien) berhubungan dengan penurunan reaksi saraf simpatis dan parasimpatis. B3 (Brain) Pengkajian B3 merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya. Tingkat Kesadaran Pada klien GBS biasanya kesadaran klien compos mentis (CM). Apabila klien mengalami penurunan tingkat kesadaran maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk monitoring pemberian asuhan. Fungsi Serebri Status mental: observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai gaya bicara klien dan observasi ekspresi wajah, dan aktivitas motorik yang pada klien GBS tahap lanjut disertai penurunan tingkat kesadaran biasanya status mental klien mengalami perubahan.

Pemeriksaan Saraf Kranial Saraf I Biasanya pada klien GBS tidak ada kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan. Saraf tes ketajman penglihatan pada kondisi normal. Saraf III, IV, dan VI Penurunan kemampuan membuka dan menutup kelopak mata, paralisis okular. Saraf V Pada klien GBS didapatkan paralisis pada otot wajah sehingga mengganggu proses mengunyah. Saraf VII Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris karen adanya paralisis unilateral. Saraf VII Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi. II

Saraf IX dan X Paralisis otot orofaring, kesukarn berbicara, mengunyah, dn meneln. Kemampuan menelan kurang baik sehingga mengganggu pemenuhn nutrisi via oral. Saraf XI Tidak ada artrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Kemmpuan mobilisasi leher baik.

Saraf XII Lidah simetris, tidak da deviasi pda satu sisi dan tidk ada vasikulasi. Indra pengecapa normal Sistem Motorik Kekuatan otot menurun, kontrol keseimbangan dn koordinsi pada klien GBS tahap lanjut menglmi perubahan. Klien mengalami kelemahan motorik secara umum sehingga mengganggu mobilitas fisik. Pemeriksaan Refleks Pemeriksaan refleks dalam, pengetukan pada tendon, ligamentum, tau periosteum derajat refleks pada respon normal. Gerakan Involunter Tidak ditemukan adanya tremor, kejang, TIC, dan distonia. Sistem Sensorik Arestesia (kesemutan kebas) dan kelemahan otot kaki, yang dapat berkembang ke ekstremitas atas, batang tubuh, dan otot wajh. Klien mengalami penurunan kemampuan penilaian sensorik raba, nyeri, dan suhu. B4 (Bladder) Pemeriksaan pada sistem kandung kemih biasanya didapatkan berkurangnya volume haluaran urine, hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal. B5 (Bowel) Mual sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan produksi asam lambung. Pemenuhan nutrisi pada klien GBS menurun karena anorexia dan kelemahan otototot pengunyh serta gangguan proses menelan menyebabkan pemenuhan via orl menjadi berkurang.

B6 (Bone) Penurunan kekuatan otot dan penurunan tingkat kesadaran menurunkan mobilitas klien secara umum. Dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari klien lebih bnyak dibantu oleh orang lain.

Pemeriksaan Diagnostik diagnosis GBS sngt bergantung pada : Riwayat penyakit dan perkembangan gejala-gejala klinik. Tidak ada satu pemeriksaanpun yang dapat memastikan GBS;

pemeriksaan tersebut hanya menyingkirkan gangguan. Lumbal pungsi dapat menunjukkan kadar protein normal pada awalnya dengan kenaikan pada minggu ke-4 sampai ke-6. Cairan spinal memperlihatkan adanya peningkatan konsentrasi protein dengan

menghitung jumlah sel normal. Pemeriksaan konduksi saraf mencatat transmisi impuls sepanjang serabut saraf. Pengujian elektrofisiologi gis diperlihatkan dalam bentuk lambatnya laju konduksi saraf. Sekitar 25% orang dengan penyakit ini mempunyai antibiotik baik terhadap citomegalovirus atau virus epstein-barr. Telah ditunjukkan bahwa suatu perubahan respon imun pada antigen saraf tepi dapat menunjang perkembangan gangguan. Uji fungsi pulmonal dapat dilakukan jika GBS terduga, sehingga dapat ditetapkan nilai dasar untuk perbandingan sebagai kemajuan penyakit. Penurunan kapasitas fungsi pulmonal dapat menunjukkan kebutuhan akan ventilasi mekanik.

Penatalaksanaan Medis Tujuan utama merawat klien dengan GBS adalah memberikan pemeliharaan fungsi sistem tubuh, dengan cepat mengatasi krisis-krisis yang mengancam jiwa. Mencegah infeksi dan komplikasi imobilitas serta memberikan dukungan psikologis untuk klien dan keluarga. GBS dipertimbangkan sebgai kedarurtan medis dan klien diatasi di unit perawatan intensif. Klien yang mengalami masalah pernapasan yang memerlukan ventilator, kadang-kadang untuk periode yang lama. Plasmaferesis (perubhan plasma) yang menyebabkan reduksi antibiotik ke dalam sirkulasi sementara, yng dapat digunakan pada serangan berat dan dapat membatasi keadaan yang memburuk pada klien dan demielinisasi. Diperlukan pemantauan EKG kontinu, untuk kemungkinan adanya perubahan kecepatan atau ritme jantung. Disritmia jantung disebabkan keadaan abnormal otonom yang diobati dengan propanolol untuk mencegah takikardia dan hipertensi. Atropi dapat diberikan untuk menghindri episode bradikrdia selama pengisapan endrotrakeal dan terapi fisik.

Diagnosis Keperawatan 1. Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan kelemahan progresif cepat otot-otot pernapasan dan ancaman gagal pernapasan. 2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan akumulasi kesadaran. 3. Resiko tinggi penurunan curah jantung yang berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama, dan kondisi listrik jantung. 4. Resiko tinggi defisit cairan dan hipovolemik. 5. Resiko gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan mengunyah dan menelan makanan. 6. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan sekret, kemampuan batuk menurun akibat penurunan

neuromuskular, penurunan kekuatan otot, dan penurunan kesadaran. 7. Gangguan persepsi sensorik yang berhubungan dengan kerusakan penerima rangsang sensorik, transmisi sensorik, dan integrasi sensorik.

8. Koping individu dan keluarga tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis penyakit, perubahan psikososial, perubahan persepsi kognitif, perubahan aktual dalam struktur dan fungsi, ketidakberdayaan, dan merasa tidak ada harapn. 9. Cemas yang berhubungan dengan kondisi sakit dan prognosis penyakit yang buruk.

Rencana Intervensi Tujuan utama asuhan keperawatan klien mencakup mempertahankan fungsi pernapasan, mancapai mobilitas, terpenuhinya kebutuhan nutrisi normal, mampu berkomunikasi, menurunnya ketakutan dan ansietas, dan tidak ada komplikasi.

Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan progresif cepat otot-otot pernapasan dan ancaman gagal pernapasan. Tujuan: dalam waktu 3 x 24 jam setelah diberikan tindakan pola napas kembali efektif. Kriteria hasil: secara subjektif sesak napas (-), RR 16-20 x/mnt. Tidak menggunakan otot bantu napas, gerakan dada normal. Intervensi Rasionlisasi bahan parameter monitoring

Kaji fungsi paru, adanya bunyi napas Menjadi tambahan, perubahan irama

dan serangan gagal naps dan menjadi data dasar intervensi selanjutnya. dan gejala meliputi adanya

kedalaman, penggunaan otot-otot aksesori.

Evaluasi keluhan sesak napas baik secara Tanda verbal dan nonverbal.

kesukaran bernapas saat bicara, pernapasan dangkal dan irreguler, menggunakan otototot aksesoris, takikardia, perubahan pola napas.

Beri ventilasi mekanik

Ventilasi

mekanik

digunakan

jika

pengkajian sesuai kapasitas vital, klien memperlihatkan perkembangan ke arah kemunduran, yang mengindikasi ke arah memburuknya pernapasan. Lakukan pemeriksaan kapasitas vital Kapasitas vital klien dipantau lebih sering dan dengan interval yang teratur dalam kekuatan otot-otot

pernapasan.

penambahan kecepatan pernapasan dan kualitas pernapasan, sehingga pernapasan yang tidak efektif dapat diantisipasi.

Penurunan kapasitas vital dihubungkan dengan kelemahan otot-otot yang

digunakan saat menelan, sehingga hal ini menyebabkan kesukaran saat batuk dan menelan, dan adanya indikasi

memburuknya fungsi pernapasan. Kolaborasi: Pemberian humidifikasi oksigen 3 liter/mnt Membantu pemenuhan oksigen yang

sangat diperlukan tubuh dengan kondisi laju metabolisme sedang meningkat.

Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan akumulasi sekret, kemampuan batuk menurun akibat penurunan kesadaran. Tujuan: dalam waktu 3 x 24 jam setelah diberikan tindakan jalan napas kembali efektif. Kriteria hasil: secaara subjektif sesak napas (-), RR 16-20 x/mnt, tidak menggunakan otot bantu napas, retraksi ICS (-), ronkhi (-/-), mengi (-/-), dapat mendemonstrasikan cara batuk efektif. Intervensi Rasionalisasi dan mengatasi komplikasi

Kaji fungsi paru, adanya bunyi napas Memantau tambahan, perubahan irama

dan potensial. Pengkajian fungsi pernapasan

kedalaman, penggunaan otot-otot aksesori, dengan interval yang teratur adalah penting warna, dan kekentalan sputum. karena pernapasan yang tidak efektif dan adanya kegagalan, karena adanya

kelemahan atau paralisis pada otot-otot interkostal dan diafragm yang berkembang dengan cepat. Atur posisi fowler dan semifowler. Peninggian kepala tempat tidur

memudahkan pernapasan, meningkatkan ekspansi dada, dan meningkatkan batuk lebih efektif. Ajarkan cara batuk efektif. Klien berada pada resiko tinggi bila tidak dapat batuk dengan efektif untuk

membersihkan jalan napas dan mengalami kesulitan dalam menelan, yang dapat menyebabkan aspirasi saliva dan

mencetuskan gagal napas akut. Lakukan fisioterapi dada; vibrasi dada. Terapi fisik dada membantu meningktkan batuk lebih efektif. Penuhi hidrasi cairan via oral seperti Pemenuhan cairan dapat mengencerkan minum air putih dan pertahankan intake mukus yang kental dan dapat membantu cairan 2500 ml/hari. pemenuhan cairan yang banyak keluar dari tubuh. Lakukan pengisapan lendir di jalan napas. Pengisapan mungkin dilakukan untuk

mempertahankan kepatenan jalan napas menjadi bersih.

Resiko tinggi penurunan curah jantung yang berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama, dan konduksi listrik jantung. Tujuan: penurunan curah jantung tidak terjadi. Kriteria hasil: stabilitas hemodinamik baik (TD dalam batas normal, curah jantung kembali meningkat, intake dan output sesuai, tidak menunjukkan tanda-tanda disritmia). Intervensi Rasionalisasi

Auskultasi TD. Bandingkan dengan kedua Hipotensi dapat terjdi sampai dengan lengan, ukur dalam keadaan berbaring, disfungsi duduk, atau berdiri bila memungkinkan. fenomen ventrikel, umum hipertensi nyeri juga cemas

karena

pengeluaran katekolamin. Evaluasi kualitas dan kesamaan nadi. Penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya kekuatan nadi. Catat murmur. Menunjukkan gangguan aliran darah dalam jantung, (kelainan katup, kerusakan

septum, atau vibrasi otot papilar) Pantau frekuensi jantung dan irama. Perubahan frekuensi dan irama jantung menunjukkan komplikasi disritmia. Kolaborasi: O2 tambahan sesuai indikasi. Oksigen yang dihirup akan langsung meningkatkan saturasi okesigen dalam darah.

Resiko gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan ketidakmampuan mengunyah dan menelan makanan. Tujuan: pemenuhan nutrisi klien terpenuhi. Kriteria hasil: setelah dirawat selama 3 hari klien tidak terjadi komplikasi akibat penurunan asupan nutrisi. Intervensi Rasionalisasi

Kaji kemampuan klien dalam pemenuhan Perhatian yang diberikan untuk nutrisi yang nutrisi oral. adekuat dan pencegahan kelemahan otot karena kurang makanan. Monitor komplikasi akibat paralisis akibat Ilius insufisiensi aktivitas parasimpatis. paralisis dapat disebabkan oleh

insufisiensi aktivitas parasimpatis. Dalam kejadian ini, makanan melalui intravena dipertimbangkan diberikan oleh dokter dan perawat memantau bisisng usus sampai terdengar.

Berikan nutrisi via NGT.

Jika klien tidak mampu menelan, mkanan diberikan melalui selang lambung.

Berikan nutrisi via oral bila paralisis Bila klien dapat menelan, makanan melalui menelan berkurang. oral diberikan perlahan-lahan dan sangat hati-hati.

Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan neuromuskular, penurunan kekuatn otot, penurunan kesadaran. Tujuan: dalam waktu 3 x 24 jam setelah diberikan tindakan mobilitas klien meningkat atau teradaptasi. Kriteria hasil: peningkatan kemampuan dan tidak terjadi, trombosis vena profunda dan emboli paru merupakan ancaman klien paralisis yang tidak mampu menggerakkan ekstremitas, dekubitus tidak terjadi. Intervensi Kaji tingkat kemampuan klien Rasionalisasi dalm Merupakan data dasar untuk melakukan intervensi selanjutnya.

melakukan mobilitas fisik.

Dekatkan alat dn sarana yang dibutuhkan Bila pemulihan mulai untuk dilakukan, klien dalam pemenuhan aktivitas sehari- klien dapat mengalami hipotensi ortostatik hari. (dari disfungsi otonom) dan kemungkinan membutuhkan meja tempat tidur untuk

menolong mereka mengambil posisi duduk tegak. Hindari terjadinya faktor yang memungkinkan Individu saat klien kemungkinan paralisis mengalami mempunyai kompresi

trauma

pada

melakukan mobilisasi.

neuropati, paling sering saraf ulnar dan peritoneal. Bantalan dapat ditempatkan di siku dan kepala fibula untuk mencegah terjadinya masalah ini.

Sokong paralisis.

ekstremitas

yang

mengalami Ekstremitas paralisis disokong dengan posisi fungsional dan memberikan latihan rentang gerak secara pasif paling sedikit dua kali sehari.

Monitor komplikasi gangguan mobilitas Deteksi awal trombosis vena profunda dan fisik. dekubitus sehingga dengan penemuan yang cepat penanganan lebih mudah

dilaksanakan. Kolaborasi dengan tim fisioterapis. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik untuk mencegah deformitas kontraktur dengan menggunakan pengubahan posisi yang hati-hati dan latihan rentang gerak.

Cemas yang berhubungan dengan kondisi sakit dan prognosis penyakit yang buruk. Tujuan: dalam waktu 1 x 24 jam setelah intervensi kecemasan hilang atau berkurang. Kriteria hasil: mengenal perasaannya, dapat mengidentifikasi penyebab atau faktor yang mempengaruhinya, dan menyatakan cemas berkurang. Intervensi Rasionalisasi

Bantu klien mengekspresikan perasaan Cemas berkelanjutan memberikan dampak mrah, kehilangan, dan takut. Kaji tanda verbal dan serangan jantung selanjutnya. nonverbal Reaksi verbal/nonverbal dapat

kecemasan, dampingi klien, dan lakukan menunjukkan rasa agitasi, marah, dan tindakan merusak. Hindari konfrontasi. Konfrontasi marah, dapat meningkatkan kerja sama, rasa dan bila menunjukkan perilaku gelisah.

menurunkan

mungkin memperlambat penyembuhan.

Mulai

melakukan

tindakan

untuk Mengurangi rangsangan eksternal yang

mengurangi kecemasan. Beri lingkungan tidak perlu. yang tenang dan suasana penuh istirahat. Tingkatkan kontrol sensasi klien. Kontrol sensasi klien (dan dengan dalam cara

menurunkan

ketakutan)

memberikan informasi tentang keadaan klien, menekankan pada penghargaan koping

terhadap

sumber-sumber

(pertahanan diri), yang positif, membantu latihan relaksasi, dan tehnik-tehnik

pengalihan dan memberikan respon balik yang positif. Orientasikan klien terhadap prosedur rutin Orientasi dapat menurunkan kecemasan. dan aktivitas yang diharapkan. Beri kesempatan kepada klien untuk Dapat menghilangkan ketegangan terhadap kekhawatiran yang tidak diekspresikan.

mengungkapkan kecemasannya.

Berikn privasi untuk klien dan orang Memberikan waktu untuk mengekspresikan terdekat. perasaan, menghilangkan cemas, dan

membentuk perilaku adaptasi. Adanya kelurga dan teman-teman yang dipilih klien melayani aktivitas dan akan

pengalihan

(misalnya

membaca)

menurunkan perasaan terisolasi.

Koping individu dan keluarga tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis, penyakit, perubahan psikososial, perubahan persepsi kognitif, perubahan aktual dalam struktur dan fungsi, ketidakberdayaan, dan merasa tidak ada harapan. Tujuan: dalam waktu 1 x 24 jam setelah intervensi harga diri klien meningkat. Kriteria hasil: mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi, mampu menhyatakan penerimaan diri terhadap situasi, mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa harga diri yang negatif. Intervesi Rasionalisasi

Kaji perubahan dari gangguan persepsi dan Menentukan bantuan untuk individu dalam hubungan denga derajat ketidakmampuan. menyusun rencana perawatan atau

pemilihan intervensi. Identifikasi arti dari kehilangan atau Beberapa klien dapat menerima dan

disfungsi pada klien.

mengatur perubahan fungsi secara efektif dengan sedikit penyesuaian diri, sementara klien yang lain mempunyai kesulitan mengenal dan mengatur kekurangan.

Anjurkan klien untuk mengekspresikan Menunjukkan perasaan kemarahan. termasuk permusuhan dan klien untuk

pemerimaan, mengenal dan

membantu memulai

menyesuaikan dengan perasaan tersebut.

Catat ketika klien menyatakan pernyataan Mendukung penolakan terhadap bagian pengakuan terhadap penolakan tubuh, tubuh atau perasaan negatif terhadap

seperti sekarat atau mengingkari dan gambaran tubuh dan kemampuan yang menyatakan ingin mati. menunjukkan kebutuhan dan intervensi serta dukungan emosional. Ingatkan kembali fakta kejadian tentang Membantu klien untuk melihat bahwa realitas bahwa masih dapat menggunakan perawat menerima kedua bagian sebagai sisi yang sakit dan belajar menggunakan bagian dari seluruh tubuh. Membiarkan sisi yang sehat. klien untuk merasakan adanya harapan dan mulai menerima situasi baru. Bantu dan anjurkan perawatan yang baik Membantu meningkatkan perasaan harga dan memperbaiki kebiasaan. diri dan mengendalikan lebih dari satu area kehidupan. Anjurkan orang yang terdekat untuk Menghidupkan kembali perasaan

mengijinkan klien melakukan sebanyak- kemandirian dan membantu perkembangan banyaknya hal-hal untuk dirinya. harga diri serta mempengaruhi proses rehabilitasi. Dukung perilaku atu usaha seperti Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan

peningkatan minat atau partisipasi dalam dan pengertian tentang peran individu masa aktivitas rehabilitasi. mendatang. kemandirian untuk

Dukung penggunaa alat-alat yang dapat Meningkatkan

membantu adaptasi klien seperti tongkat, membantu pemenuhan kebutuhan fisik dan atau alat bantu, tas panjang untuk kateter. menunjukkan posisi untuk lebih aktif dalam kegiatan sosial. Monitor gangguan tidur peningkatan Dapat mengindikasikan terjadinya depresi

kesulitan konsentrasi, letargi, dan menarik umumnya terjadi sebagai pengaruh dari

diri.

stroke, ketika intervensi dan evalusi lebih lanjut diperlukan.

Kolaborasi: rujuk pada ahli neuropsikologi Dapat memfasilitasi perubahan peran yang dan konseling bila ada indikasi. penting untuk perkembangan perasaan.

Pendidikan klien dan pertimbangan perawatn di rumah Banyak klien GBS mengalami pemulihan yang sempurna dalam beberap minggu atau bulan. Klien-klien yang pernah mengalami paralisis total atau lma mungkin membutuhkan beberapa tipe rehabilitasi yang dilakukan terus setelah keluar dari rumah sakit. Program yang luas tergantung pada pengkajian yang dibutuhkan dibuat oleh anggotan tim kesehatan. Alternatif program yang komprehensif bagi klien jika dikurangi adalah penting dan dukungan sosil dibatasi untuk program di rumah terhadap terapi fisik dan okupasi. Fasi pemulihan mungkin lama dan akan membutuhkan kesbaran serta keterlibatan pihak klien dan keluarga untuk mengembalikan kemampuan sebelumnya. Awitan akut dan perkembangan yng dramatik dari gejala-gejala yang ada tidak dapat dilakukan penyelesaiannya dengan tiba-tiba dalam mengubah fungsifungsi. Kelompok pendukung GBS menawarkan kedua informasi dan berinteraksi dengan kelompok, yng dapat membantu selama fase pemulihan.

You might also like