You are on page 1of 20

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JAMBORE GEMA, SEBUAH PROGRAM PENCEGAHAN PERILAKU BULLYING BERBASIS KOMUNITAS

BIDANG KEGIATAN: PKM-GAGASAN ILMIAH

Diusulkan oleh: Septiadhi Wirawan Handy Satria Yudha Muhammad Radhi Mafazi 2011 2012 2013 11013303 12013103 1300013002

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2014

1. Judul Kegiatan

: Jambore Gema Perdamaian, Sebuah Program Pencegahan Komunitas. Perilaku Bullying Berbasis

2. Bidang Kegiatan 3. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap b. NIM c. Jurusan d. Universitas e. Alamat / No hp

: PKM - GT

: Septiadhi Wirawan : 11013303 : Psikologi : Universitas Ahmad Dahlan : Bumijo Lor Jt 1/ 1264, Bumijo, Jetis, Yogyakarta / 085878792835

f. Alamat Email

: swirawan.psychology@gmail.com : 2 orang

4. Anggota Pelaksana Kegiatan 5. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap b. NIY c. Alamat / No hp 6. Biaya Kegiatan Total a. Sumber Dikti b. Sumber lain

: Dra. Mutingatu Solichah M.Si : :

: Rp 3.000.000 : Rp -

7. Jangka Waktu Pelaksanaan : 3 bulan Yogyakarta, 18 Februari 2014 Menyetujui, Wakil Dekan Ketua Pelaksana Kegiatan

(Faridah Ainur Rohmah, S.Psi, M.Si. Psi) NIY. 60960132

( Septiadhi Wirawan) NIM. 11013303

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan

Dosen Pendamping

( Drs Muchlas, M.T.) NIP. 19620218 198702 1 001

(Dra. Mutingatu Solichah M.Si ) NIY. 60090566

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... DAFTAR ISI............................................................................................... RINGKASAN................................................................................................ PENDAHULUAN............................................................................................... GAGASAN.................................................................................................... KESIMPULAN..................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ LAMPIRAN...........................................................................................................

RINGKASAN Bullying merupakan salah satu jenis kekerasan di sekolah yang seringkali dianggap sebagai kasus yang wajar terjadi di sekolah, padahal bahaya yang bisa diakibatkan oleh bullying sangat fatal. Hal ini terjadi karena bullying siswa dapat kehilangan hak nya untuk menjadi diri sendiri, bahkan dapat beresiko untuk kehilangan nyawanya. Berbagai penelitian mengaitkan perilaku bullying dengan timbulnya ide untuk melakukan bunuh diri pada siswa. Melihat bahaya yang dapat ditimbulkan dari bullying, maka perlu dibuat sebuah program yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan bahaya bullying dan mencegah perilaku bullying pada siswa. Bullying dapat didefinisikan sebagai Perilaku untuk melukai dan menyerang yang disengaja dari orang atau kelompok yang lebih kuat, diarahkan terus menerus kepada orang yang lebih lemah, yang biasanya terjadi tanpa provokasi. (Harris-Petrie, 2003). Hal ini terjadi karena tidak semua siswa memiliki kemampuan koping yang sama dalam menghadapi berbagai masalah yang didapatinya di keluarga dan sekolah, sehingga terdapat siswa yang kesulitan untuk bisa beradaptasi dengan teman sebayanya. Maka pada dasarnya pada kasus bullying, pihak korban maupun pelaku sebenarnya adalah sama sama pihak korban dari permasalahan yang menimpa mereka. Oleh karena itu digagaslah JAMBORE GEMA, yaitu sebuah program Generasi Muda Anti-Kekerasan (GEMA) yang dikemas dalam bentuk perkemahan selama 5 hari, bagi siswa SMP kelas 1. Didalam perkemahan tersebut, siswa akan mengikuti berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mempromosikan nilai nilai GEMA antara lain ketaqwaan, kebersamaan, kreatifitas, toleransi dan tenggang rasa. Melalui kegiatan JAMBORE GEMA ini diharapkan dapat meningkatkan sense of community pada siswa, membantu siswa untuk mempelajari cara menggalang dukungan sosial dan melatih mereka untuk mampu memecahkan problem mereka bersama dalam bentuk multi-level-help (bantuan berjenjang).

PENDAHULUAN a. Latar belakang Pendidikan merupakan sebuah proses yang tidak akan pernah terpisahkan dari perjalanan membangun bangsa, karena dari masyarakat yang cerdas dan bermoral bangsa ini akan tumbuh menjadi bangsa yang besar. Sekolah mendapatkan peran penting untuk mengemban misi mulia ini, pendidikan formal 12 tahun yang dilewati dari mulai Sekolah dasar sampai Sekolah Menengah adalah jenjang penting yang harus dilewati setiap siswa yang akan meneruskan perjuangan membangun bangsa. Sekolah sebagai sebuah komunitas yang besar tentu saja tidak luput dari permasalahan, salah satunya adalah masih banyaknya kasus kekerasan yang terjadi di sekolah. Maraknya kekerasan yang masih terdapat di sekolah sudah sangat mengkhawatirkan, sehingga siswa yang menjadi korban kekerasan beresiko kehilangan hak hak pendidikannya. Kekerasan di sekolah dapat muncul dalam berbagai bentuk dan bisa dilakukan oleh murid kepada murid yang lain maupun oleh guru kepada murid. Bentuk kekerasan yang bisa terjadi antar murid di sekolah bisa berupa tawuran, bullying, kekerasan seksual atau dalam berbagai bentuk lain. Dari berbagai kasus kekerasan tersebut, bullying sering kali dianggap sebagai kasus yang paling umum terjadi di sekolah yang bisa dilakukan oleh siswa manapun. Namun walaupun terbukti masih tingginya angka bullying, masih terdapat indikasi bahwa angka bullying yang sebenarnya terjadi masih sangat jauh dari angka yang sudah dilaporkan saat ini, karena hal yang tersulit untuk mengungkap kasus bullying justru terjadi ketika korban menolak untuk mengakui bahwa mereka merupakan korban bullying itu sendiri. Permasalahan bullying merupakan masalah yang serius karena hal ini dapat menyebabkan siswa kehilangan kemampuan untuk menjadi dirinya sendiri dan pada beberapa kasus, hal ini bahkan bisa mendorong siswa untuk menghilangkan nyawanya sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh Borowsky, dkk (2012) menyebutkan bahwa 29% dari korban bully dan 22% dari pelaku bully melaporkan bahwa mereka pernah memilki

pemikiran untuk bunuh diri dan pernah melakukan percobaan bunuh diri. Rivers (2012) juga melaporkan pada penelitiannya bahwa siswa yang melihat adanya bully di sekitar mereka berpotensi untuk mendapatkan perasaan ketidakberdayaan (helplessness) yang mendorong timbulnya pemikiran untuk bunuhdiri. Melihat seriusnya efek yang dapat ditimbulkan dari masalah bullying ini, maka tentu saja dibutuhkan sebuah solusi yang efektif untuk menurunkan angka bullying di sekolah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Husmiati Yusuf (2013), beberapa faktor yang

menyebabkan perilaku bullying dapat diidentifikasi pada berbagai komponen ekologis yang ada di sekitar siswa, seperti keluarga, sekolah dan teman sebaya. Sehingga intervensi yang dilakukan untuk

meningkatkan kemampuan koping dan penanaman nilai, seharusnya tidak hanya berhenti pada satu tempat, misal hanya di sekolah atau di antara teman teman sebaya, tapi idealnya dapat dilakukan secara sinergis diberbagai komponen. Siswa diajak untuk mengerti posisinya didalam komunitas yaitu sebagai bagian dari keluarga, sekolah dan pertemanan sebaya, lalu menggunakan lingkungan sosial tersebut sebagai tempat menggalang dukungan sosio emosional. b. Tujuan dan Manfaat Tujuan dari penulisan gagasan ini adalah untuk memperkenalkan JAMBORE GEMA (Generasi Muda Anti-Kekerasan) dengan berbagai kegiatan didalamnya yang menarik bagi siswa yang umumnya adalah remaja. Kegiatan ini merupakan sebuah program intervensi untuk mencegah dan mengurangi tingkat perilaku bullying di kalangan siswa sekolah. Penulisan ini juga mempunyai manfaat sebagai informasi kepada psikolog, guru BK, orang tua dan pekerja sosial untuk dapat membuat program sejenis yang bertujuan untuk mencegah perilaku bullying. Manfaat lain dari penulisan ini juga secara ilmiah juga dapat menjadi bahan referensi mengenai bullying dari kajian psikologi komunitas dan dapat menjadi referensi pengembangan intervensi komunitas lainnya.

GAGASAN a. Kondisi kekinian Berbagai contoh kasus bullying yang dapat terekspose oleh media, dapat dijadikan rujukan untuk melihat kondisi saat ini mengenai perilaku bullying yang ada di sekolah sekolah di indonesia. Misalnya kasus yang menimpa OB siswa kelas X SMA 46 Jakarta terjadi dengan bentuk peminjaman paksa motor, dan kekerasan lain berupa pukulan, tendangan dan sundutar rokok oleh kakak kelasnya (news.detik.com). Fenomena bully juga tidak hanya menimpa siswa, melainkan juga siswi. Mengutip dari Antaranews, S (15 Tahun) salah satu siswi SMP di daerah Blitar sampai harus dirawat di RS Mardi Waluyo Blitar, akibat mengalami kekerasan yang dilakukan oleh 14 teman teman satu sekolahnya. Sebagai pembanding, kasus bullying ini tidak hanya terjadi di indonesia, namun juga di berbagai negara yang lain. Data tentang kasus Bullying beberapa tempat lain antara lain (Harris Petrie, 2003): a. Di norwegia, diperkirakan 15 persen dari siswa SMP pernah mengalami kasus bully dengan berbagai jenis perlakuan b. Di Inggris, sekitar 10 Persen dari pelajar pada tingkat SMP didata pernah melaporkan kasus bully yang menimpa mereka c. Di Jepang, 13 Persen siswa SMP melaporkan pernah mengalami kasus bully d. Di Amerika Serikat, sekitar 10 persen pelajar SMP setidaknya melaporkan pernah mengalami kasus Bully setidaknya dalam 6 bulan terakhir. Data data tersebut dapat dijadikan data pembanding, mengingat masih minimnya penelitian yang besar melibatkan berbagai daerah di indonesia mengenai angka terjadinya bullying di indonesia. Bullying merupakan sebuah fenomena yang sulit untuk dicari padanan katanya di dalam bahasa indonesia, sehingga pada penulisan ilmiah seringkali tetap menggunakan bahasa aslinya, yaitu bullying dari kata dasar bully, yang biasanya dalam bahasa inggris identik dengan kata

kata

Harm

(Melukai),

atau

Abuse

(Menyiksa)

dan

Aggressive

(Menyerang). Harris-Petrie (2003) dalam bukunya Bullying, mendefinikan bullying sebagai Perilaku untuk melukai dan menyerang yang disengaja dari orang atau kelompok yang lebih kuat, diarahkan terus menerus kepada orang yang lebih lemah, yang biasanya terjadi tanpa provokasi (terjemahan bebas). Berdasarkan beberapa studi mengenai bully (Harris Petrie, 2003), terdapat beberapa kriteria umum yang diindentfikasi pada korban dan pelaku bully. Para korban bully umumnya memiliki kesamaan karakteristik antara lain; memiliki kemampuan penyesuaian psikososial dan emosional yang lebih rendah; memilki kesulitan yang besar dalam menjalin hubungan teman; memiliki hubungan yang kurang baik dengan orang orang di kelasnya; memiliki tingkat kecemasan dan kesepian yang tinggi. Sedangkan pada pelaku bully, kesamaan kriterianya antara lain adalah; memilki kemampuan adaptasi psikososial yang rendah; memiliki tendensi untuk mengkonsumsi rokok dan alkohol; memilki persepsi akademis dan dunia persekolahan yang buruk; biasanya mampu membuat pertemanan yang lebih baik, dan biasanya lebih populer dari korban. Kasus bullying biasanya tidak hanya melibatkan dua pihak, terdapat satu pihak lagi umumnya terlibat yaitu penonton (by standers). Pihak penonton berada di sekitar perilaku bullying dan memiliki pilihan untuk tetap diam, membantu korban atau justru mendukung pelaku. Lebih jauh lagi dengan menggunakan model pendekatan ekologis yang dibuat oleh Urie Bronfenbrenner, perilaku bullying berkembang tidak hanya dipengaruhi oleh pengalamannya di sekolah, namun juga dipengaruhi oleh keluarga dan teman sebaya. Tidak semua siswa memiliki kemampuan koping yang sama dalam menghadapi berbagai masalah yang didapatinya di keluarga dan sekolah, sehingga terdapat siswa yang kesulitan untuk beradaptasi dengan teman sebaya. Faktor media (baik media massa yang sering memperlihatkan adegan-adegan kekerasan maupun media sosial yang saat ini menjadi tempat yang rawan untuk terjadinya cyber-bullying)

juga memberikan peran yang penting dalam memperkuat resiko terjadinya perilaku bullying.

Gambar 1

Dari beberapa keterangan

tersebut, dapat disimpulkan bahwa

antara pelaku dan korban bully sebenarnya terdapat beberapa kesamaan, antara lain pelaku dan korban pada dasarnya sama sama memiliki masalah dan kesulitan untuk melakukan penyesuaian diri. Korban dan pelaku juga pada dasarnya sama sama memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah, dan memiliki tingkat kesepian (loneliness) yang tinggi walaupun bila dilihat pihak pelaku biasanya memiliki teman dan tingkat kepopuleritasan yang lebih baik. Korban dan pelaku juga memiliki lokus permasahalan yang sama, baik permasalahan di sekolah, keluarga maupun dengan teman sebaya. Perbedaan dari korban dan pelaku adalah cara mereka yang berbeda dalam mengekpresikan masalah mereka.

b. Solusi yang pernah ditawarkan Pada umumnya solusi dari pihak pembuat kebijakan pendidikan terkait permasalahan bully, hanya berputar sekitar kasus kasus yang sudah terlihat di permukaan. Kasus kasus itu antara adalah kasus bully yang sudah membuat korban mengalami kekerasan fisik, atau biasanya kasus kasus kekerasan pada saat orientasi sekolah. Sedangkan banyak kasus bully lain yang masih tardapat di bawah permukaan, antara lain kasus

kekerasan psikologis dan kekerasan sosial yang terjadi melibatkan siswa siswa di sekolah di indonesia. Sebuah solusi pendekatan untuk menanggulangi permasalahan bully dilakukan oleh Agus Basuki (2010), dengan menggunakan Media CD interaktif sebagai media kampanye untuk pencegahan bullying. Dalam media CD ini, dimasukan beberapa materi kampanye yang dititikberatkan pada pembentukan organisasi jaringan dan penggunaan unsur unsur nilai etika (Basuki, 2010). Dengan menggunakan CD ini, diharapkan siswa tertarik untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan untuk mencegah perilaku bullying. Namun kelemahan dari program ini, adalah Media CD yang tidak dapat digunakan sewaktu-waktu dan harus menggunakan media pemutar, baik laptop, CD player dan alat pemutar lain. Pendekatan lain yang digunakan adalah dengan menggunakan modul edukasi pendidikan pencegahan perilaku bully. Program yang dilakukan oleh Ani Khairani (Khairani, 2006) untuk mencegah perilaku bully di sekolah dasar, ditargetkan untuk dapat memberikan perubahan di ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Kelebihan dari program ini adalah bentuknya yang mudah untuk digunakan. Namun kekurangan dari program ini adalah jangka waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan seluruh materi modul yang direncanakan berjalan selama sampai 1 bulan, dan melalui 11 pertemuan.

c. Gagasan yang ditawarkan Perilaku Koping didefinisikan secara sederhana sebagai berbagai perilaku atau kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau

menghilangkan efek yang mengganggu dari sebuah situasi yang membahayakan (Ian Stuart-Hamilton, 2007). Kemampuan koping

seharusnya tumbuh dengan baik pada siswa sebagai upaya untuk menghadapi stress yang bisa ditimbulkan dari lingkungan keluarga, sekolah maupun teman sebaya. Folkman lazarus (dalam Carpenter, 1992) mendefinisikan koping kedalam delapan tipe antara lain: konfrontif, menjauh, kontrol diri, dukungan sosial, menerima tanggung jawab,

melarikan diri, pemecahan masalah terencana dan positive reapparaisal. Siswa yang memahami dirinya merupakan bagian dari sebuah komunitas, akan menggunakan lingkungan sosial tersebut untuk membangun dukungan sosial sebagai bagian dari kemampaun koping yang dimilikinya. Berbagai kasus bullying yang terjadi memperlihatkan adanya kesalahan pada siswa dalam menggunakan strategi yang koping pada masalah yang dihadapinya. Perasaan superioritas pada pelaku bullying maupun inferior pada korban bullying mendorong mereka untuk lari dari masalah, menggunakan metode koping Avoidance atau menghindar dari masalah. Oleh karena itu, dibutuhkan pemahaman sense of communitty yang baik, sehingga siswa berani untuk membentuk dukungan sosial dari lingkungan yang ada di sekitarnya. Bentuk dukungan sosial tersebut dapat berupa, encouragement atau dorongan, bantuan informasi seperti saran dan nasihat, dan yang terakhir dapat berupa dukungan nyata yang berupa keterlibatan langsung dalam masalah yang dihadapi (Dalton, Alias dan Wandersman, 2001). Generasi Muda Anti-kekerasan (GEMA) merupakan sebuah gerakan yang bertujuan untuk mengajak pemuda, siswa sekolah dan lingkungannya untuk bersama sama berkomitmen membangun generasi bangsa yang bebas dari kekerasan dalam berbagai bentuk. Bentuk nyata dari gerakan ini adalah program bernama JAMBORE GEMA, yaitu sebuah perkemahan selama 5 hari, untuk siswa pada Sekolah Menengah Pertama kelas 1. Perkemahan ini bertujuan untuk membentuk dan meningkatkan sense of community pada siswa, membantu siswa untuk mempelajari cara menggalang dukungan sosial dan melatih mereka untuk mampu memecahkan problem mereka bersama dalam bentuk multi-levelhelp (bantuan berjenjang). Langkah Strategis 1. Persiapan a. Koordinasi diperlukan diawal antara fakultas psikologi UAD dengan Sekolah Menengah Pertama yang bersedia menjadi sekolah percobaan untuk melaksanakan program JAMBORE GEMA ini.

b. Persiapan pelaksanaan Jambore GEMA, dilakukan oleh mahasiswa fakultas psikologi bersama relawan relawan lain yang memiliki antuasisme pada isu anti kekerasan. 2. Pelaksanaan Konsep dasar nilai yang ditanamkan kepada siswa pada kemah selama 5 hari ini adalah nilai nilai penghargaan sesama yang akan disampaikan melalui bentuk bentuk kegiatan yang menarik sesuai dengan perkembangan siswa pada usia remaja. Kelima nilai tersebut adalah:

Gambar 2

a. Ketaqwaan Nilai ketaqwaan merupakan nilai yang penting, karena merupakan nilai tertinggi yang harusnya dihayati manusia sebagai mahluk beragama. Menghargai penciptaan dapat diwujudkan dengan menghargai perdamaian sebagai bentuk cinta kasih antara sesama mahluk Tuhan. Bentuk kegiatan: Ibadah berjamaah sesuai agama masing masing. Tadabur alam. Refleksi diri (Muhasabah). b. Kebersamaan Nilai kebersamaan dapat memberikan perasaan menjadi bagian dari sebuah komunitas. Solidaritas dan kekompakan biasanya yang menjadi tolak ukur dalam menilai sebuah kebersamaan, namun kualitas dari kebersamaan tidak hanya diukur dengan cara tersebut saja. Kemampuan anggota

untuk dapat saling menceritakan masalah satu sama lain, berbagi apa yang dirasakan satu sama lain merupakan tolak ukur yang lebih baik untuk menilai kualitas sebuah kebersamaan. Bentuk kegiatan: Makan bersama. Outbond. Sesi Curahan Hati. Malam Api Unggun. Kompetisi antar kelas. Pemilihan duta Generasi Muda Anti-Kekerasan. c. Kreatifitas Unsur kreatifitas memainkan peran sebagai arah dan tujuan dari kebersamaan yang dijalani oleh sebuah komunitas. Kebersamaan tanpa tujuan beresiko untuk cepat pecah karena satu sama lain anggotanya tidak memiliki tujuan yang sama. Keinginan yang luhur untuk mencipta, atau menggapai sebuah tujuan menjadi nilai yang penting dalam mempererat dan meningkatkan sense of community. Bentuk Kegiatan: Lomba Karya Cipta. Lomba Jingle kelas. Ajang problem solving. d. Toleransi Dengan menanamkan sikap toleransi pada siswa, maka diharapkan siswa mampu menghargai perbedaan antara satu sama lain dengan lebih baik. Mempu melihat ciri khas seseorang dari segi yang baik bukan hanya dari kekurangannya saja. Mampu memaafkan, dan memberikan respon emosi yang lebih baik ketika menghadapi masalah dengan teman sebaya maupun orang lain di lingkungan. Bentuk Kegiatan: Konseling kelompok, Sesi malam memaafkaan (Forgiving night). Pematerian dan diskusi. e. Tenggang Rasa Sehubungan dengan sikap toleransi, dalam diri siswa perlu juga ditanamkan sikap tenggang rasa, untuk saling menghargai orang di sekitarnya, terdorong untuk berhati hati agar tidak menyakiti yang lain. Perasaan tenggang rasa

perlu dibangun dengan cukup, tidak kurang dan tidak berlebihan sehingga siswa paham batasan hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Bentuk Kegiatan: Pematerian dan diskusi, Psikodrama (memainkan peran dalam suatu skenario keadaan tertentu). 3. Evaluasi dan Follow Up Sebagai bahan evaluasi, siswa ditugaskan untuk membuat catatan harian berisi pengalaman dan perasaan yang dialami selama mengikuti kegiatan. Angket dan Kuisioner juga akan disebarkan sebelum dan setelah kegiatan untuk mengukur kesuksesan program. Untuk keberlanjutan program, perkembangan internalisasi lima nilai GEMA pada siswa akan diimplementasikan pada mata pelajaran yang berhubungan dengan sikap anti kekerasan, misalnya PKN, Agama atau Bimbingan Konseling. Siswa yang tertarik untuk mengikuti kegiatan Anti kekerasan dan bersedia untuk menjadi pendidik dan konselor sebaya juga akan dikumpulkan dan dibina untuk membentuk komunitas anti kekerasan di sekolahnya. Komunitas siswa anti kekerasan tersebut akan berperan sebagai multi-level-help, yang akan membantu teman teman sebayanya untuk mampu keluar dari masalah bullying. d. Pihak yang terlibat Pihak pihak yang terlibat dalam program JAMBORE GEMA ini antara lain adalah Fakultas Psikologi UAD sebagai pembina, penanggung jawab konseptual yang memberikan rancangan program yang tepat untuk diterapkan di JAMBORE ini. Mahasiswa Fakultas Psikologi UAD sebagai pelaksana teknik dilapangan mengorganisir kepanitiaan, perizinan, persiapan segala hal yang dibutuhkan terkait dengan kesuksesan acara ini. Unit Pelayanan Psikologi, Fakultas Psikologi UAD juga dapat dilibatkan kedalam sesi sesi kelompok seperti Sesi Curhat, Sesi Konseling Kelompok, Sesi Keakraban dan Malam Memaafkan. Pihak sekolah

menjadi pihak terpenting, karena keterbukaan dan kesediaan untuk menjadi sekolah percobaan (pilot project) adalah sebuah langkah nyata dari pihak sekolah untuk menjadi sekolah yang anti kekerasan. Yang tidak kalah penting adalah Dinas Pendidikan DIY yang memegang peranan kebijakan, memastikan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan peraturan pendidikan yang tetap tertib dan benar.

KESIMPULAN Perilaku Bullying merupakan salah satu jenis kekerasan yang umumnya terjadi di sekolah. Bullying memberikan efek negatif, baik kepada korban maupun pelaku karena bullying dapat membuat siswa kehilangan hak-hak nya dan tidak dapat menjadi diri sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah program yang bertujuan untuk mengedukasi siswa tentang bahaya bullying. Program yang digagas ini bernama JAMBORE GEMA, yaitu

sebuah gerakan yang mengajak pemuda untuk bersama sama menolak kekerasan. Program dikemas dalam bentuk perkemahan yang bertujuan untuk membentuk dan meningkatkan sense of community pada siswa, membantu siswa untuk mempelajari cara menggalang dukungan sosial dan melatih mereka untuk mampu memecahkan problem mereka bersama dalam bentuk multi-level-help (bantuan berjenjang). JAMBORE GEMA yang dilaksanakan selama 5 hari, akan berupaya untuk mengajak siswa siswa kelas 1 Sekolah Menengah Pertama untuk menginternalisasi nilai nilai GEMA melalui kegiatan yang menarik. Kelima nilai tersebut antara lain adalah, Ketaqwaan, Kebersamaan, Kreatifitas, Toleransi dan Tenggang rasa. Tindak lanjut dari kegiatan ini adalah pembentukan komunitas siswa anti kekerasan yang akan berperan sebagai multi-level-help, yang membantu teman teman sebayanya untuk mampu keluar dari masalah bullying.

DAFTAR PUSTAKA

Basuki, A. (2010). Preventing School Bullying Dengan Media CD. Jurnal Penelitian 6 (2), 160 - 276. Borowsky, I., Taliaferro, L., & Mcmorris, B. (2012). Suicidal Thinking And Behavior Among Youth Involved In Verbal And Social Bullying: Risk And Protective Factor. Jurnal Of Adolescent Health, 53. Carpenter, B. N. (1992). Personal Coping: Theory, Research And Application. United State: Greenwood Publishing Group. Dalton, J. H., Alias, M. J., & Wandersman, A. (2001). Community Psychology: Linking Individual And Community. United State: Wadsworth. Harris, S., & Petrie, G. F. (2003). Bullying: The Bullies, The Victims, The Bystanders. Maryland, United States: Scarecrow Education Book. Khairani, A. (2006). Modul Program Pendidikan: Pencegahan Perilaku Bullying Di Sekolah Dasar. Depok, Indonesia: Thesis UI - Tidak Dipublikasikan. Marboen, A. (2012, 8 1). Antaranews.Com. Retrieved 2 19, 2014, From Www.Antaranews.Com: Http://Www.Antaranews.Com/Berita/324990/Seorang-Siswi-BlitarDikeroyok-Teman-Sekolah-Hingga-Terluka Rahmatullah, A. (2010, 3 4). Detik News. Retrieved 2 19, 2014, From News.Detik.Com: Http://News.Detik.Com/Read/2010/04/03/065911/1330995/10/KasusBullying-Juga-Menimpa-Okke-Siswa-Sma-46-Jakarta Rivers, I., & Noret, N. (2012). Potential Suicide Ideation And Its Association With Observing Bullying At School. Journal Of Adolescent Health, 53. Stuart-Hamilton, I. (2007). Dictionary Of Psychological Testing, Asestment, And Treatment. London, UK: Jessica Kingsley Publisher. Yusuf, H., & Fahrudin, A. (2013). Perilaku Bullying: Asesmen Multidimensi Dan Intervensi Sosial. Retrieved 2 19, 2014, From Academia.Edu: Https://Www.Academia.Edu/3600222/Husmiati_And_Fahrudin_A._2013 _._Perilaku_Bullying_Asesmen_Multidimensi_Dan_Intervensi_Sosial

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PEMBIMBING 1. Nama Lengkap 2. Tempat, tanggal lahir 3. Alamat 4. No Telepon / Hp 5. Instansi 6. Pendidikan a. ( b. ( ) ) : : : Dra. Mutingatu Solichah M.Si : : : 08122721159 : Universitas Ahmad Dahlan

7. Pengalaman Bekerja di Bidang Akademik a. b. c. 8. Penelitian a. b. c.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS I 1. Nama 2. Alamat 3. Tempat, Tanggal Lahir 4. Pendidikan 5. Fakultas : Septiadhi Wirawan : Bumijo Lor, JT 1 / 1264 Rt 29, Bumijo, Jetis,
Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta

: Bogor, 12 September 1989 : S1 - Psikologi : Psikologi

6. Program Studi/ Semester : Psikologi / VI 7. NIM 8. No. Telp/ Hp 9. Alamat Email 10. Karya Ilmiah : 11013303 : 085878792835 : swirawan.psychology@gmail.com :

Proposal PKM M periode tahun 2011 Sosialisasi Internet Sehat Sebagai Bekal Psikologis Bagi Anak dan Remaja di Kecamatan Umbulharjo, Fakultas Psikologi UAD Proposal PKM M periode tahun 2012 Puppet Role Playing sebagai intervensi preventif untuk meningkatkan kesiagaan bencana dan resiliensi mental pada siswa TK Citra Rini, Dusun Batur, Kawasan Lereng Merapi. Fakultas Psikologi UAD

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS II 1. Nama 2. Alamat 3. Tempat, Tanggal Lahir 4. Pendidikan 5. Fakultas : Handy Satria Yudha : : : S1 - Psikologi : Psikologi

6. Program Studi/ Semester : Psikologi / IV 7. NIM 8. No. Telp/ Hp 9. Alamat Email 10. Karya Ilmiah : 12013103 : : :

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS III 1. Nama 2. Alamat 3. Tempat, Tanggal Lahir 4. Pendidikan 5. Fakultas : Muhammad Radhi Mafazi : Karangkajen,Mergangsan/3/992b,Yogyakarta,
Daerah Istimewa Yogyakarta

: Jogjakarta,5 maret 1994 : S1 - Psikologi : Psikologi

6. Program Studi/ Semester : Psikologi /II 7. NIM 8. No. Telp/ Hp 9. Alamat Email 10. Karya Ilmiah : 1300013002 : : :

You might also like