You are on page 1of 25

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien Nama Umur Jenis kelamin Suku bangsa Pekerjaan Alamat : Ny. N : 36 th : Perempuan : Sunda : Ibu Rumah Tangga : Ciherang Kabupaten Kuningan

Tanggal Pemeriksaan : 31 Oktober 2013 jam 10.20 WIB

II. Anamnesa Keluhan utama: Mata kanan merah terkena uang koin

Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang ke poliklinik mata RSUD 45 Kuningan dengan keluhan mata merah terkena uang koin sejak 3 hari yang lalu. Keluhan tersebut terjadi pada mata kanan pasien. Pada saat melihat pasien juga merasa silau. Pasien juga mengatakan matanya merah dan berair. Selain itu pasien merasakan nyeri pada mata kanan pasien. Pasien merasakan seperti ada benda asing pada mata kanannya. Pasien menceritakan pada awalnya pasien sedang menggendong bayinya yang sedang memegang uang koin, lalu

tangan bayi yang memegang koin mengenai mata kanan pasien dengan kuat. Belekan dirasakan pasien terutama pada saat bangun tidur dipagi hari. Pasien kemudian berobat ke puskesmas. Namun pasien tidak merasakan perubahan. Pasien mengatakan sering mengucek-ngucek matanya. Selain itu pasien juga mengatakan mata pasien terkena debu akibat sering membersihkan rumah miliknya. Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga: tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama denga pasien

Riwayat Pengobatan Sebelumnya: pasien sudah pernah berobat ke puskesmas

III. Pemeriksaan Fisik Kesadaran : composmentis Vital sign: TD : 130/80 IV. Pemeriksaan Oftalmologi Pemeriksaan Visus Pinhole Refraksi Lapang pandang Ocular Dextra 5/5 Ocular Sinistra 5/5 -

Gerakan bola mata

Ke segala arah

Ke segala arah

Versi baik, Duksi baik Palpebra Superior Edema Hiperemis Papil Entropion Silia Pseudoptosis Sikatriks Trikiasis Palpebra Inferior Edema Hiperemis Entropion Silia Sikatriks Trikiasis -

Versi

baik,

Duksi baik

Konjungtiva palpebra

Superior Inferior

+ hiperemis + hiperemis

Konjungtiva bulbi Injeksi konjungtiva Injeksi silier + Kornea Keadaan Permukaan Terdapat erosi central. Tepi tidak rata DBN

Bilik mata depan Iris Warna Sinekia Hitam Hitam Hifema Hipopion -

Pupil Bentuk Refleks cahaya

Reguler Isokor 3 mm +

Regular Isokor 3 mm +

Lensa Apparatus lakrimalis Tonometri Funduskopi

Normal Lakrimasi + Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Normal Normal Tidak dilakukan Tidak dilakukan

V. Resume Pasien datang dengan keluhan mata kanan merah terkena uang koin sejak 3 hari yang lalu. Keluhan disertai mata merah, berair, seperti ada benda yang mengganjal di kelopak mata, setiap bangun tidur mata menjadi belekan, nyeri dan silau. Ada riwayat trauma saat menggendong anaknya yang sedang memegang uang koin sebelum mata menjadi merah. Pasien sudah berobat dan belum ada perubahan. Pemeriksaan oftalmologi : (OD) Visus : 5/5 Konjungtiva palbebra sinistra : hiperemis Konjungtiva bulbi : terdapat injeksi silier Kornea : terdapat erosi central.

Lakrimalis : lakrimasi +

VI. Pemeriksaan yang telah dilakukan -tes flouresen : + pada slitlamp terlihat erosi jaringan kornea pada bagian sentral. VII. Pemeriksaan Anjuran Pewarnaan gram dan KOH Kultur

VIII.

Diagnosis Banding

OD erosi kornea ec trauma tumpul OD glaucoma acute ec trauma tumpul

IX. Diagnosis Kerja OD erosi kornea ec trauma tumpul

X.

Penatalaksanaan Floxa ed 6 tetes OD Klorampenikol salep mata 2x1 OD Perban mata untuk mencegah eksposur lingkungan Ciprofloxacin tab 2x1 Tiamphenikol tab 2x1

XI. Prognosis Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA Bola mata berbentuk hampir bulat dengan diameter anteroposterior sekiar 24 mm. Terdapat 6 otot penggerak bola mat dan terdapat kelenjar lakrimal yang terletak didaerah temporal atas didalam rongga orbita.1 Bola mata dibagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda mata mempunyai reseptor khusus untuk mengenali perubahan sinar dan warna. Secara keseluruhan struktur mata terdiri dari bola mata, termasuk otot-otot penggerak bola mata, rongga tempat mata berada, kelopak dan bulu mata.1,2

Gambar 2.1 Anatomi Bola Mata

Bola mata di bungkus oleh tiga lapis jaringan, yaitu: 1,2 1. Sklera merupakan jaringan ikat kenyal memberikan bentuk pada mata,dan bagian luar yang melindungi bola mata. Bagian depan disebut kornea yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata. 2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskuler. Jaringan sklera dan uvea dibatasi oleh ruang yang mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa di sebut juga perdarahan suprakoroid. Jaringan uvea terdiri atas iris, badan sillier dan koroid. 3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang mempunyai susunan 10 lapis. Retina dapat terlepas dari koroid yang disebut Ablasio retina.

1. Kornea Kornea (latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, menempati pertengahan dari rongga bola mata anterior yang terletak diantara sclera. Kornea ini merupakan lapisan avaskuler dan menjadi salah satu media refraksi ( bersama dengan humor aquos membentuk lensa positif sebesar 43 dioptri ). Kornea memiliki permukaan posterior lebih cembung daripada anterior sehingga rata-rata mempunyai ketebalan sekitar 11,5 mm ( untuk orang dewasa).1,2

Gambar 2.2 Anatomi Kornea

2. Uvea Uvea terdiri dari iris, korpus siliar dan koroid. Bagian ini adalah lapisan vascular . tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sclera : 1,2 a. Iris Merupakan lanjutan dari badan siliar kedepan dan merupakan diafagma yang membagi bola mata menjadi dua segmen anterior dan segmen posterior. Berbentuk sirkular yang ditengah- tengahnya berlubang yang disebut pupil. Jaringan otot iris tersusun longgar dengan otot polos yang melingkar pupil (m. Sfingter pupil) terletak di dalam stroma dekat pupil dan di atur oleh saraf parasimpatis (N. III) dan yang berjalan radial dari akar iris ke pupil (m. dilatator pupil) terletak di bagian posterior stroma dan diatur oleh saraf simpatis.

Gambar 2.3 Anatomi Uvea

b. Badan Siliar Berbentuk segitiga terdiri dari dua bagian, yaitu : 1,2 Pars korona, pada bagian anterior bergerigi panjangnya kira-kira 2mm Pars plana, yang posterior tidak bergerigi, panjangnya 4mm

Prosesus siliar menghasilkan cairan mata yaitu, aqueos humor yang mengisi bilik mata depan. Yang berfungsi memberi makanan untuk kornea dan lensa. Pada peradangan akibat hiperemi yang aktif, maka pembentukan cairan mata bertambah sehingga dapat menyebabkan tekanan intraokuler meninggi dan timbullah glukoma sekunder. Bila peradangan hebat dan merusak sebagian badan siliar maka produksi aqueos humor berkurang, tekanan berkurang dan berakhir sebagai atrofi bulbi okuli.3 c. Koroid Koroid merupakan suatu membran yang berwarna coklat tua, yang terletak diantara sklera dengan retina terbentang dari ora serata sampai ke papil saraf optik. Koroid terdiri dari beberapa lapisan, yaitu:Lapisan epitel pigmen, Membran Bruch (lamina vitrea), koriokapiler, pembuluh darah sedang dan pembuluh darah besar, suprakoroid.1,2 3. Lensa Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan hampir transparan sempurna. Tebalnya kira-kira 4mm dan diameternya 9 mm. Lensa digantung oleh zonula zinnii, yang menghubungkannya dengan korpus silier. Di bagian anterior lensa terdapat humor aqueous, disebelah posteriornya vitreus. Kapsul lensa adalah suatu membran yang semi permeabel (sedikit lebih permeabel dari pada dinding kapiler) yang akan memperoleh air dan elektrolit masuk. 3

Gambar 2.4 Anatomi Lensa Mata

4. Retina Retina adalah selapis lembar tipis jaringan saraf yang semi transparan. Retina merupakan reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Retina berbatas dengan koroid dan sel pigmen epitel retina.2,3 Warna retina biasanya jingga dan kadang-kadang pucat pada anemia dan iskemia dan merah pada hiperemia. 2,3 Pembuluh darah di dalam retina merupakan percabangan arteri oftalmika, arteri retina sentral masuk retina melalui papil saraf optik yang akan memberikan nutrisi pada retina dalam. Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari koroid. 3

Gambar 2.5 Anatomi Retina

5. Saraf optik Saraf optik yang keluar dari polus posterior bola mata membawa dua jenis serabut saraf yaitu : saraf penglihatan dan serabut pupilomotor. Kelainan saraf optik

menggambarkan gangguan yang diakibatkan tekanan langsung atau tidak langsung terhadap saraf optik ataupun perubahan toksik dan anoksik yang mempengaruhi penyaluran aliran listrik.3

Gambar 2.6 Anatomi Saraf Optikus

6. Sklera Bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan pembungkus dan pelindung 4/5 permukaan mata. Sklera berjalan dari papil saraf optik sampai kornea. 2,3 Sklera anterior ditutupi oleh tiga lapis jaringan ikat vaskular, sklera mempunyai kekakuan tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola mata. Walaupun sklera kaku dan tipisnya 1 mm ia masih tahan terhadap kontusio trauma tumpul. Kekakuan sklera dapat meninggi pada pasien diabetes melitus, atau merendah pada eksoftalmos goiter, miotika dan meminum air banyak.3

Gambar 2.7 Anatomi Sklera

7. Konjungtiva Merupakan membran mukosa yang transparan dan tipis. Dapat dibagi menjadi tiga zona : palpebra, forniks dan bulbar. Bagian bulbar mulai dari mukokutaneus junction dari kelopak mata dan melindunginya dari permukaan dalam. Bagian ini melekat erat pada tarsus. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbikulare di fornik dan melipat berkali-kali, sehingga memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik. Kecuali di limbus, konjungtiva bulbaris melekat longgar ke kapsul tenon dan sklera dibawahnya.1,2

Gambar 2.8 Anatomi Konjungtiva

8. Rongga orbita Rongga orbita yang berbentuk piramid ini terletak pada kedua sisi rongga hidung. Dinding lateral orbita membentuk sudut 45dengan dinding medialnya. Dinding orbita terdiri atas tulang-tulang : 2,3 Superior Lateral Inferior Nasal : os. Frontal : os. Frontal, os. Zigomatik, ala magna os. Sfenoid : os. Zigomatik, os. Maksila, os.palatina : os. Maksila, os. Lakrimal, os.etmoid

Gambar 2.9 Anatomi Rongga Orbita

B. DEFINISI Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata. 1

Trauma pada mata dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan rongga orbita, kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi mata sebagai indra penglihat.4 2.3 ETIOLOGI Pada mata dapat terjadi berbagai macam bentuk trauma, yaitu: Macam-macam bentuk trauma:5,6

Fisik atau Mekanik

1. Trauma Tumpul, misalnya terpukul, kena bola tenis, atau shutlecock, membuka tutup botol tidak dengan alat, ketapel. 2. Trauma Tajam, misalnya pisau dapur, gunting, garpu, dan peralatan pertukangan. 3. Trauma Peluru, merupakan kombinasi antara trauma tumpul dan trauma tajam, terkadang peluru masih tertinggal didalam bola mata. Misalnya peluru senapan angin, dan peluru karet.

Kimia

1. Trauma Kimia basa, misalnya sabun cuci, sampo, bahan pembersih lantai, kapur, lem. 2. Trauma asam, misalnya cuka, bahan asam-asam di laboratorium.

Fisik

1. Trauma termal, misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari. 2. Trauma bahan radioaktif, misalnya sinar radiasi.

2.4 EPIDEMIOLOGI Terdapat sekitar 2,4 juta penderita trauma okuler dan orbita di Amerika serikat setiap tahunnya, dimana 20.000 sampai 68.000 dengan trauma yang mengamcam penglihatan dan 40.000 ornag menderita kehilangan penglihatan yang signitifikan setiap tahunnya. Hal ini seringkali didahului oleh katarak sebagai penyebab kerusakan penglihatan. Di Amerika Serikat, trauma merupakan penyebab paling banyak dari kebutaan unilateral. United States Eye Injury Registry (USEIR) merupakan sumber informasi epidemiologi yang digunakan secara umum di AS.

Menurut data dari USEIR, rata-rata umur orang yang terkena trauma okuli adalah 29 tahun, dan laki-laki lebih sering terkena di banding dengan perempuan. Menurut studi epidemiologi international, kebanyakan orang yang terkana trauma okuli adalah lakilaki umur 25 sampai 30 tahun, sering mnegkonsumsi alkohol, trauma terjadi di rumah. Selain itu cedera akibat olah raga dan kekerasan merupakan keadaan yang paling sering menyebabkan trauma.1,5

2.5 KLASIFIKASI Bola mata merupakan komponen yang terdiri dari lapisa fibrosa bagian luar (kornea dan sklera). Definisi yang diutarakan oleh American Ocular Trauma Society mengenai trauma okuler mekanik adalah sebagai berikut :5,6 1. Closed-globe injury Suatu keadaan dimana dinding mata (sklera dan kornea) tidak memiliku luka yang sampai menembus seluruh lapisan-lapisan ini namun tetap menyebabkan kerusakan intraokuler, termasuk di dalamnya : Contusio. Merupakan jenis closed-globe injury yang disebabkan oleh trauma

tumpul. Kerusakan yang timbul dapat ditemukan pada lokasi benturan atau pada lokasi yang lebih jauh dari benturan. Laserasi lamellar. Merupakan jenis closed-globe injury yang dicirikan dengan

luka yang tidak sepenuhnya menembus lapisan sklera dan kornea (partial thickness wound) yang disebabkan oleh benda tajam maupun benda tumpul. 2. Open-globe injury Jenis trauma yang berkaitan dengan luka yang sampai menembus seluruan lapisan dinding dari sklera, kornea, atau keduanya. Termasuk didalamnya ruptur dan laserasi dinding bola mata. Ruptur merujuk pada luka pada dinding bola mata dengan ketebalan penuh

sebagai dampak dari trauma tumpul. Luka yang timbul disebabkan oleh peningkatan tekanan intraokuler secara tiba-tiba melalui mekanisme trauma inside-out.

Laserasi merujuk pada luka pada dinding mata dengan ketebalan penuh yang

disebabkan oleh benda tajam. Luka yang dihasilkan merupakan akibat mekanisme luar ke dalam (outside-in), termasuk di dalamnya : o Trauma penetrasi merujuk pada laserasi tunggal dari dinding mata yang disebabkan oleh benda tajam o Trauma perforasi merujuk pada dua laserasi pada dinding mata dengan ketebalan penuh ( satu masuk dan satu keluar) yang disebabkan oleh benda tajam. Dua luka yang terbentuk harus disebabkan oleh benda yang sama. o Trauma benda asing intraokuler merupakan suatu trauma penetrasi ditambah dengan tertinggalnya benda asing intraokuler.

2.6 MANIFESTASI KLINIS Gejala klinis yang dapat terjadi pada trauma mata antara lain 7,8 A. Perdarahan atau keluar cairan dari mata atau sekitarnya Pada trauma mata perdarahan dapat terjadi akibat luka atau robeknya kelopak mata atau perdarahan yang berasal dari bola mata. Pada trauma tembus caian humor akueus dapat keluar dari mata. B. Memar pada sekitar mata Memar pada sekitar mata dapat terjadi akibat hematoma pada palpebra. Hematoma pada palpebra juga dapat terjadi pada pasien yang mengalami fraktur basis kranii. C. Penurunan visus dalam waktu yang mendadak Penurunan visus pada trauma mata dapat disebabkan oleh dua hal, yang pertama terhalangnya jalur refraksi akibat komplikasi trauma baik di segmen anterior maupun segmen posterior bola mata, yang kedua akibat terlepasnya lensa atau retina dan avulsi nervus optikus.

D. Penglihatan ganda Penglihatan ganda atau diplopia pada trauma mata dapat terjadi karena robeknya pangkal iris. Karena iris robek maka bentuk pupil menjadi tidak bulat. Hal ini dapat menyebabkan penglihatan ganda pada pasien. E. Mata bewarna merah Pada trauma mata yang disertai dengan erosi kornea dapat ditemukan pericorneal injection (PCI) sehingga mata terlihat merah pada daerah sentral. Hal ini dapat pula ditemui pada trauma mata dengan perdarahan subkonjungtiva. F. Nyeri dan rasa menyengat pada mata Pada trauma mata dapat terjadi nyeri yang disebabkan edema pada palpebra. Peningkatan tekanan bola mata juga dapat menyebabkan nyeri pada mata. G. Sakit kepala Pada trauma mata sering disertai dengan trauma kepala. Sehingga menimbulkan nyeri kepala. Pandangan yang kabur dan ganda pun dapat menyebabkan sakit kepala. H. Mata terasa Gatal, terasa ada yang mengganjal pada mata Pada trauma mata dengan benda asing baik pada konjungtiva ataupun segmen anterior mata dapat menyebabkan mata terasa gatal dan mengganjal. Jika terdapat benda asing hal ini dapat menyebabkan peningkatan produksi air mata sebagai salah satu mekanisme perlindungan pada mata. I. Fotopobia Fotopobia pada trauma mata dapat terjadi karena dua penyebab. Pertama adanya benda asing pada jalur refraksi, contohnya hifema, erosi kornea, benda asing pada segmen anterior bola mata menyebabkan jalur sinar yang masuk ke dalam mata menjadi tidak teratur, hal ini menimbulkan silau pada pasien. Penyebab lain fotopobia pada pasien trauma mata adalah lumpuhnya iris. Lumpuhnya iris menyebabkan pupil tidak dapat mengecil dan cenderung melebar sehingga banyak sinar yang masuk ke dalam mata.

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG A. Gonioskopi. Tanda yang dapat ditemukan melalui pemeriksaan ini yang mengindikasikan adanya benda asing intraokuler adalah : perdarahan subkonjungtiva, jaringan parut kornea, lubang pada iris, dan gamabaran opak pada lensa. Dengan medium yang jernih, seringkali benda asing intraokuler dapat terlihat dengan oftalmoskopi pada corpus vitreous atau bahkan pada retina. Benda asing yang terletak pada bilik mata depan dapat terlihat melalui gonioskopi.9 B. X-ray orbita. Foto polos orbita antero-posterior dan lateral sangat diperlukan untuk menentukan lokasi benda asing intraokuler disebabkan sebagian besar benda yang menembus bola mata akan memberikan gambaran radiopak.9 C. Lokalisasi benda asing intraokuler perlu dilakukan untuk melakukan

penatalaksanaan berupa penyingkiran benda asing secara tepat, pemeriksaan yang dilakukan dapat berupa :9,10 Lokalisasi radiografi menggunakan metode cincin limbus merupakan metode

yang sederhana, dimana cincin metalik dari diameter kornea diikat ke limbus dan foto X-ray pun dilakukan dengan posisi antero-posterior dan lateral, dimana pada posisi lateral, penderita diminta untuk melihat lurus, ke atas, dan ke bawah. Posisi benda asing diperkirakan melalui hubungannya dengan cincin metalik pada posisi yang berbeda.10 Lokalisasi ultrasonografi. Penggunaan ultrasonografi merupakan prosedur noninvasif yang mampu mendeteksi benda berdensitas radiopak dan non-radiopak. 10 CT-Scan. CT-Scan potongan aksial dan koronal saat ini merupakan metode

terbaik untuk mendeteksi benda asing intraokuler dengan menyediakan gambaran potong lintang yang lebih unggul dalam sensitivitas dan spesifisitas dibanding foto polos dan ultrasonografi.10

2.8 DIAGNOSIS Anamnesis Anamnesis yang tepat diperlukan untuk menganalisa bagaimana proses trauma yang dialami, jenis benda yang mengenainya yang akan bermanfaat dalam mengarahkan pemeriksaan oftalmologi dan penunjang selanjutnya. Jika terdapat riwayat trauma oleh benda berkecepatan sangat tinggi atau jika terdapat pecahan logam atau kaca dalam proses trauma maka diangosa trauma okuli penetrans sudah hampir dapat dipastikan.6,11 Dalam anamnesis adalah keharusan untuk menanyakan waktu, mekanisme, dan lokasi trauma. Jika terdapat trauma penetrasi, perlu diidentifikasi kekuatan dan jenis material yang menimbulkan trauma; material organik lebih cenderung menyebabkan infeksi, sedangkan materi logam lebih cenderung menyebabkan reaksi. Riwayat penyakit mata sebelumnya perlu digali lebih lanjut, seperti gangguan visus sebelum trauma, dan riwayat pembedahan pada mata sebelumnya.Penggunaan pelindung mata saat trauma pun perlu ditanyakan guna menilai seberapa berat trauma yang ditimbulkan.6,11

Lokasi Lokalisasi dari benda asing yang masuk ke dalam mata melewati kornea dan sklera dapat ditemukan pada beberapa lokasi seperti :6,11 Bilik mata depan. Pada bilik mata depan, benda asing intraokuler seringkali

tertanam di bagian bawah. Benda asing kecil dapat tersembunyi di sudut dari bilik mata depan, dan hanya dapat terlihat dengan pemeriksaan gonioscopy Iris. Pada iris, benda asing biasanya tertahan dan ditemukan terperangkap dalam

stroma. Bilik mata belakang. Benda asing dapat terperangkap di belakang iris setelah

masuk masuk melalui mata atau setelah membuat lubang pada iris.

Lensa. Benda asing dapat ditemukan pada permukaan anterior atau di dalam

lensa. Gambaran opak atau lensa yang menjadi katarak dapat terlihat. Kavitas vitreous. Benda asing dapat menembus sampai ke dalam lapisan korpus

vitreous. Retina, koroid, dan sklera. Benda asing dapat memperoleh akses ke struktur-

struktur ini melalui kornea atau langsung melalui perforasi pada sklera. Kavitas orbita. Benda asing yang menembus bola mata kadang-kadang

menyebabkan perforasi ganda dan menempati jaringan lain dalam orbita.

2.9 TATALAKSANA Keadaan trauma tembus pada mata merupakan hal yang gawat darurat dan harus segera mendapat perawatan khusus karena dapat menimbulkan bahaya seperti 1,5,8: Infeksi Siderosis, kalkosis dan oftalmika simpatika

Pada setiap tindakan bertujuan untuk : Mempertahankan bola mata Mempertahankan penglihatan

A. Penatalaksanaan sebelum tiba di rumah sakit 1,5,8: Mata tidak bolah dibebat dan diberikan perlindungan tanpa kontak Tidak boleh dilakukan manipulasi yang berlebihan dan penekanan pada bola mata Benda asing tidak boleh dikeluarkan tanpa pemeriksaan lanjutan Sebaiknya pasien di puasakan untuk mengantisipasi tindakan operasi

B. Penatalaksanaan di rumah sakit 1,5,8 : Pemberian antibiotik topikal dan sistemik, antiinflamasi topikal dan sistemik,

sikloplegia topikal. Pemberian obat sedasi, antiemetik, dan analgetik sesuai indikasi

Pemberian toksoid tetanus sesuai indikasi Pengangkatan benda asing di kornea, konjungtiva atau intraokuler (bila bila mata

intak) Tindakan pembedahan /penjahitan sesuai dengan kausa dan jenis cedera.

2.10

PROGNOSIS

Prognosis dari trauma oculi bergantung pada :5,6 Visus awal penderita Mekanisme trauma Ukuran luka Zona trauma Ada tidaknya perdarahan intraokuler (hifema, perdarahan vitreous) Disertai atau tanpa endoftalmitis Prolapsus uvea Adat tidaknya retinal detachment Lokasis benda asing Jenis benda asing yang tertinggal Lama waktu dalam pengeluaran benda asing Dilakukan ataupun tidak dilakukannya vitrektomi pars plana.

2.11

KOMPLIKASI

Komplikasi yang timbul setelah terjadi trauma okuli perforans6 : A. Infeksi : endoftalmitis, panoftalmitis B. Katarak traumatic Katarak akibat cedera pada mata dapat akibat trauma perforasi ataupun tumpul terlihat sesudah beberapa hari ataupun tahun. Pada trauma tumpul akan terlihat katarak subkabsular anterior ataupun posterior. Kontusio lensa menimbulkan katarak seperti bintang, dan dapat pula dalam bentuk katarak tercetak (imprinting) yang

disebut cincin Vossius. Trauma tembus dapat menimbulkan katarak yang lebih cepat, perforasi kecil akan menutup dengan cepat akibat proliferasi epitel sehingga terbentuk kekeruhan terbatas kecil. Trauma tembus besar pada lensa akan mengakibatkan terbentuknya katarak dengan cepat disertai dengan terdapatnya lensa di dalam bilik mata depan C. Glaukoma sekunder Trauma dapat mengakibatkan kelainan jaringan dan susunan jaringan di dalam mata yang dapat mengganggu pengaliran cairan mata sehingga menimbulkan glaukoma sekunder.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Asbury Taylor, Sanitato James J. Trauma, dalam Vaughan Daniel G, Abury Taylor, Eva Paul Riordan. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007. Hal: 372-78.

2. 3.

Wijana N. Ilmu penyakit mata. Cetakan ke -6. 1993. Ilyas Sidharta, Prof, dr, DSM. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Cetakan I. Jakarta:Balai Penerbit FKUI; 2005. hal: 271-273.

4.

Rukayah Siti, dkk. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Trauma Okuli Dekstra Perforans. 2004. Malang. Hal 1-2

5. 6. 7.

Kuhn F. Intraocular Foreign Body (serial online). 2012 (diakses 27 mei 2013). Lang GK. Ophtalmology, A Pocket Textbook Atlas 2nd Ed. Stuttgart: Thieme. 2006. Yanoff, M, Duker, JS and Augsburger, JJ, et al. Ophthalmology. 2nd ed. St. Louis, Mo: Elsevier; 2004:1391-1396.

8. 9. 10.

Twanmoh JR. Injury (serial online) 2010 (diakses 27 mei 2013). Iqbal M. Retained Intraocular Foreign Body, Case Report. Ophtalmology. 2010;158-160. Sawyer MNA. Ultrasound Imaging of Penetrating Ocular Trauma.The Journal of Emergency Medicine. 2009: 181-2.

11.

Bord SP, Linden J. Trauma to The Globe and Orbit in Emergency Medicine Clinics of North America. Boston: Elsevier Saunder. 2008.

You might also like