Professional Documents
Culture Documents
(SARS)
Priyanti Z Soepandi
Bagian Pulmonologi dan Ilmu
Kedokteran Respirasi FKUI – RS
Persahabatan, Jakarta
Pendahuluan
• Penyebab kematian di dunia akibat pneumonia
• SKRT 2001 : saluran napas penyebab kematian
no.2
• SEAMIC Health Statistik 2001 : Influensa dan
pneumonia penyebab kematian no.6 di Indonesia
• Saat ini s/d tgl. 10 April 2003 terdapat 2781 kasus
pneumonia SARS, yang meninggal 111 dari 19
negara ( Cina Taiwan dan Cina Hongkong )
• Dr.Carlo Urbani meninggal 29 Maret di Thailand
Definisi
• Pneumonia adalah peradangan pada jaringan paru
yang disebabkan bakteri tipik, bakteri atipik
(misal; virus, mycoplasma, legionella,
chlamydia), jamur, parasit dan tidak termasuk
yang disebabkan M.tuberculosis
• Severe acute Respiratory Syndrome adalah
infeksi saluran napas akut berat, merupakan salah
satu tipe pneumonia atipikal
Bakteri atipik pada CAP
Yang sering dijumpai
• M.pneumoniae
• C.pneumoniae
• Legionella spp
Penyebab lainnya
• Virus influenza type A
• Respiratory syncitial virus
• Chlamydia psittasi
Penyebab
– Suspek
– Probable
Kasus suspek
1. Seseorang yg setelah tgl 1 Nov 2002 :
ada riwayat gejala :
• Demam tinggi > 380C
dan
• Batuk atau sukar bernapas
dan 1 atau lebih,
- Dlm 10hari terakhir kontak langsung dgn sesorang
suspect/probable SARS
- Dlm 10 hari terakhir riwayat bepergian ke daerah
terjangkit SARS
- Pendduduk dari daerah terjangkit SARS
Kasus suspek
2. Seseorang yang setelah tgl 1 November 2003
meninggal akibat ARDS yg tidak diketahui
penyebabnya & tidak dilakukan autopsi
dan satu atau lebih
- Dlm 10hari terakhir kontak langsung dgn
sesorang suspek/probable SARS
- Dlm 10 hari terakhir riwayat bepergian ke
daerah terjangkit SARS
- Pendduduk dari daerah terjangkit SARS
Gejala tambahan lain :
• Sakit kepala
• Otot kaku
• Nafsu makan ↓
• Lesu
• Bingung
• Kemerahan pada kulit
• diarrhea
Kontak langsung
• Orang yang mengobati/merawat; dokter,
tenaga para medis dll
• Saudara/keluarga/teman dekat
• Orang yang tinggal dengan penderita
• Kontak langsung dengan cairan tubuh
penderita; dahak, darah dll
Kasus probable
• Kasus suspek yg pada foto toraksnya
ditemukan gambaran pneumonia atau
acute respiratory distress syndrome
(ARDS)
atau
• Kasus suspek SARS yg meninggal
dilakukan otopsi, dari hasil PA ditemukan
gambaran ARDS dgn penyebab tak jelas
Gb.1 Gambaran klinik pada penderita SARS
Pajanan SARS
Gejala awal (deman,nyeri otot - batuk kering tanpa dahak
batuk kering, sakit kepala - napas pendek Sembuh 90%
Infeksius
• PCR
• IFA : immuno fluorescence assay
Tabel 2. Sistim skor pada pneumonia komuniti
menurut PORT
Faktor demografi
• Usia : laki-laki umur (tahun)
perempuan umur (tahun) - 10
• Perawatan di rumah + 10
• Penyakit penyerta
– keganasan + 30
– penyakit hati + 20
– gagal jantung kongestif + 10
– penyakit cerebrovaskular + 10
– penyakit ginjal + 10
Karakteristik penderita Jumlah poin
Pemeriksaan fisik
• Perubahan status mental + 20
• Tekanan darah sitolik < 90 mmHg + 20
• Suhu tubuh < 35oC atau > 40oC + 15
• Nadi > 125 kali/menit + 10
Hasil laboratorium/Radiologik
• Analisis gas darah arteri : pH < 7,35 + 30
• BUN > 30 mg/dl + 20
• Natrium < 130 meg/liter + 20
• Glukosa > 250 mg/dl + 10
• Hematokrit < 30% + 10
• PO2 < 60 mmHg + 10
• Efusi pleura + 10
Tabel 3. Derajat skor risiko
Risiko Kelas risiko Total skor Perawatan
Kriteria minor
• Frekuensi napas > 30/menit
• PaO2/FiO2 < 250 mmHg*
• Rontgen paru : bilateral*
• Rontgen paru > 2 lobus
• Tekanan sistolik < 90 mmHg*
• Tekanan diastolik < 60 mmHg
Kriteria mayor :
• Membutuhkan ventilasi mekanik*
• Infiltrat bertambah > 50%
• Membutuhkan vasopressor > 4 jam (septik shok)*
• Serum kreatinin > 2 mg/dl
Kriteria ICU : 2 atau 3 gejala minor(tanda*)
atau
1 atau 2 gejala mayor (tanda*)
Kriteria rawat menurut PDPI
• Skor PORT > 70
• Bila skor PORT < 70 indikasi rawat bila
– Frekuensi napas > 30/menit
– PaO2/FiO2 < 250 mmHg
– Foto toraks paru menunjukkan kelainan
bilateral
– Foto toraks paru melibatkan > 2 lobus
– Tekanan sistolik < 90 mmHg
– Tekanan diastolik < 60 mmHg
• Pneumonia pada pengguna NAPZA
Faktor modifikasi
• Pneumokokus resisten terhadap penisilin
- Umur > 65 tahun
- Memakai obat gol beta laktam selama 3
bulan terakhir
- Pecandu alkohol
- Penyakit gangguan kekebalan
- Penyakit penyerta multipel
Faktor modifikasi
• Bakteri enterik Gram negatif
- Penghuni rumah jompo
- Penyakit dasar kelainan jantung paru
- Mempunyai penyakit multipel
- Riwayat pengobatan antibiotik
Faktor modifikasi
• Pseudomonas aeruginosa
- Bronkiektasis
- Pengobatan kortikosteroid > 10 mg/hari
- Pengobatan antibiotik spektrum luas > 7
hari pada 1 bulan terakhir
- Gizi kurang
Petunjuk terapi empirik menurut PDPI
Rawat jalan
• Tanpa faktor modifikasi :
golongan β laktam atau β laktam + anti laktamase
• Dengan faktor modifikasi
golongan β laktam + anti β laktamase atau
Fluorokuinolon respirasi (levofloksasin,
moksifloksasin, gatifloksasin)
• Bila dicurigai pneumonia atipik : makrolid baru
(roksitromisin, klaritromisin, azithromisin)
Petunjuk terapi empirik pneumonia
komuniti menurut PDPI
Rawat Inap
• Tanpa faktor modifikasi :
– Golongan β laktam + anti β laktamase iv, atau
– Sefalosporin G2, G3 iv, atau
– Fluorokuinolon respirasi iv
• Dengan faktor modifikasi
– Sefalosporin G2, G3 iv atau
– Fluorokuinolon respirasi iv
• Bila dicurigai disertai infeksi bakteri atipik
ditambah makrolid baru
Petunjuk terapi empirik pneumonia
komuniti menurut PDPI
Ruang rawat intensif
• Tidak ada faktor risiko infeksi pseudomonas :
– Iv sefalosporin G3 non pseudomonas ditambah makrolid
baru atau fluorokuinolon respirasi
• Ada faktor risiko infeksi pseudomonas :
– Iv sefalosporin anti pseudomonas atau karbapenem
ditambah fluorokuinolon anti pseudomonas
(siprofloksasin) atau aminoglikosida
– Bila dicurigai disertai infeksi bakteri atipik sefalosporin
anti pseudomonas atau karbapenem ditambah
aminoglikosida, ditambah lagi makrolid baru atau
fluorokuinolon respirasi
Penatalaksanaan menurut WHO
Dibagi :
• Kasus suspek
• Kasus probable
• Kontak dengan kasus suspek
• Kontak dengan kasus probable
Penatalaksanaan kasus suspek