You are on page 1of 24

Perizinan Penggunaan Kawasan Hutan untuk Kepentingan Pembangunan di luar Kegiatan Kehutanan

DIREKTORAT PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN


Cibogo, 26 April 2011

Pengertian

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan/atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.

Ketentuan Umum

Penggunaan kawasan hutan adalah penggunaan atas sebagian kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan tanpa mengubah fungsi dan peruntukan kawasan hutan tersebut. Penggunaan kawasan hutan dilakukan/ diberikan berdasarkan izin pinjam pakai kawasan hutan

Ketentuan Umum Larangan dan Sanksi (UU No.41 Tahun 1999) :


Setiap orang dilarang (Pasal 50 ayat 3) : a. g. mengerjakan dan atau menggunakan dan atau menduduki kawasan hutan secara tidak sah; melakukan kegiatan penyelidikan umum atau eksplorasi atau eksploitasi bahan tambang di dalam kawasan hutan, tanpa izin Menteri Kehutanan;

Sanksi pidana (Pasal 78) : (2) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf a, huruf b, atau huruf c, diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). (6) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (4) atau Pasal 50 ayat (3) huruf g, diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

Dasar Hukum Perizinan PPKH


UU No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan pasal 38 PP No 2 Tahun 2008 tentang Jenis dan Tarif PNBP Penggunaan Kawasan Hutan PP No 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan Permenhut Nomor P.43/Menhut-II/2008 Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan tentang

Permenhut No.P.56/Menhut-II/2008 tentang Tata Cara Penentuan Luas Areal Terganggu Dan Areal Reklamasi Untuk PNBP Penggunaan Kawasan Hutan

Pokok-pokok Pengaturan
Pasal 38 UU 41 Tahun 1999 ttg Kehutanan :
(1) Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan di dalam kawasan hutan produksi dan kawasan hutan lindung.
Penggunaan kawasan hutan sebagaimana mengubah fungsi pokok kawasan hutan. dapat dilakukan tanpa

(2) (3)

Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pertambangan dilakukan melalui pemberian izin pinjam pakai oleh Menteri dengan mempertimbangkan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta kelestarian lingkungan. Pada kawasan hutan lindung dilarang melakukan penambangan dengan pola pertambangan terbuka. Pemberian izin pinjam pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang berdampak penting dan cakupan yang luas serta bernilai strategis dilakukan oleh Menteri atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

(4) (5)

Pokok-pokok Pengaturan ....

Penggunaan kawasan hutan untuk pertambangan

HP : dapat dilakukan penambangan terbuka dan

bawah tanah

HL : dilarang penambangan terbuka, hanya untuk pertambangan bawah tanah dengan ketentuan dilarang mengakibatkan :
a) b)

turunnya permukaan tanah; berubahnya fungsi permanen; dan pokok kawasan hutan secara

c)

terjadinya kerusakan akuiver air tanah.

Ketentuan Tambang Bawah Tanah di HL diatur dengan Peraturan Presiden.

Batasan Luas
1) Pada kawasan hutan produksi yang dibebani izin pemanfaatan hutan (IUPHHK-HA/HT d/h HPH/HTI), luas izin pinjam pakai kawasan hutan yang dapat dipertimbangkan paling banyak 10% dari luas efektif setiap izin pemanfaatan hutan. 2) Pada kawasan hutan produksi yang tidak dibebani izin pemanfaatan hutan, luas izin pinjam pakai kawasan hutan yang dapat dipertimbangkan paling banyak 10% dari luas kawasan hutan produksi kabupaten yang tidak dibebani izin pemanfaatan hutan. 3) Pada areal kerja Perum Perhutani, luas izin pinjam pakai kawasan hutan yang dapat dipertimbangkan paling banyak seluas 10% (sepuluh perseratus) dari luas kesatuan pengelolaan hutan Perum Perhutani. 4) Pada kawasan hutan lindung, luas izin pinjam pakai kawasan hutan yang dapat dipertimbangkan paling banyak 10% (sepuluh perseratus) dari luas kelompok hutan lindung yang bersangkutan.

5) Ketentuan paling banyak 10% tidak berlaku bagi permohonan izin pinjam pakai kawasan hutan untuk kegiatan tahap eksplorasi pertambangan.

Kewenangan IPPKH

1) IPPKH diberikan oleh Menteri berdasarkan permohonan.

2) Kewenangan pemberian IPPKH, dilimpahkan kepada Gubernur dengan ketentuan untuk ;


a. Luasan paling banyak 1 (satu) hektar. b. Pembangunan fasilitas umum. c. Kegiatan yang bersifat non komersial. 3) Tata cara dan persyaratan permohonan sebagaimana butir 2, berlaku mutatis mutandis. PPKH

Lingkup Kegiatan Penggunaan Kawasan Hutan


1. 2. religi antara lain tempat ibadah, tempat pemakaman dan wisata rohani; pertambangan meliputi pertambangan minyak dan gas bumi, mineral, batubara dan panas bumi termasuk sarana dan prasarana; 3. instalasi pembangkit, transmisi, dan distribusi listrik serta teknologi energi baru dan terbarukan; 4. jaringan telekomunikasi, stasiun pemancar radio, dan stasiun relay televisi; 5. jalan umum, jalan tol, dan jalur kereta api; 6. prasarana transportasi yang tidak dikategorikan sebagai prasarana transportasi umum untuk keperluan pengangkutan hasil produksi; 7. sarana dan prasarana sumber daya air, pembangunan jaringan instalasi air, dan saluran air bersih dan/atau air limbah; 8. fasilitas umum; 9. industri terkait kehutanan; 10. pertahanan dan keamanan, antara lain pusat latihan tempur, stasiun radar, dan menara pengintai; 11. prasarana penunjang keselamatan umum antara lain keselamatan lalu lintas laut, lalu lintas udara dan sarana meteorologi, klimatologi dan geofisika; atau 12. penampungan sementara korban bencana alam

Bentuk Izin PPKH


A. Izin PPKH dengan kompensasi
1.

2.

Kompensasi Lahan pada provinsi dengan luas Kawasan Hutan < 30 % : a. Non komersil : ratio paling sedikit 1 : 1 b. Komersil : ratio paling sedikit 1 : 2 Kompensasi membayar PNBP-PKH dan melakukan penanaman pada provinsi dengan luas Kawasan Hutan > 30 % a. Non Komersil : ratio penanaman 1 : 1 b. Komersil : ratio penamanan paling sedikit 1 : 1

B. Izin PPKH tanpa kompensasi

Izin PPKH tanpa kompensasi diberikan untuk kegiatan survey/ eksplorasi dan untuk kegiatan pertahanan negara, sarana keselamatan lalu lintas laut atau udara, sarana meteorologi, klimatologi, dan geofisika.

Skema pemberian Izin PPKH


125 HK Permohonan Persetujuan Prinsip 215 HK Izin-PPKH

Syarat-syarat

Pemenuhan Kewajibankewajiban
Ok

Monitoring
Ok

Evaluasi

Ok

20 HK

Perpanjangan

Tata Cara Permohonan


Permohonan diajukan oleh Menteri/pejabat setingkat Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota, Pimpinan Badan Usaha, Ketua Yayasan. Permohonan diajukan kepada Menteri (tanpa tembusan) Persyaratan permohonan :

Rencana kerja Peta Lokasi Citra Satelit (hanya untuk kegiatan Operasi Produksi) Rekommendasi Gubernur atau Rekomendasi Bupati/Walikota Pernyataan kesanggupan untuk memenuhi semua kewajiban dan biaya, semua dokumennya sah dan belum melakukan kegiatan sebelum ada izin Menteri. Pertimbangan Teknis Perum Perhutani (khusus Jawa) Izin atau perjanjian disektor non kehutanan (KK/KP/IUP/lainnya) AMDAL/UKL-UPL (hanya untuk kegiatan Operasi Produksi) Untuk kegiatan pertambangan yang diterbitkan oleh Propinsi/Kabupaten, diperlukan pertimbangan dari ESDM

Kewajiban Pemegang Persetujuan Prinsip sebelum penerbitan IPPKH


Melaksanakan tata batas terhadap kawasan hutan yang disetujui dan lahan kompensasi serta proses pengukuhannya;

Melaksanakan inventarisasi tegakan;


Membuat pernyataan kesanggupan : a. Melaksanakan reklamasi b. Melaksanakan perlindungan hutan c. Menanggung seluruh biaya sbg akibat adanya pinjam pakai kws hutan d. membayar ganti rugi nilai tegakan hutan tanaman dan PSDH atau membayar PSDH dan DR atas pohon yang rusak/ditebang; e. kesanggupan membayar PNBP dan melakukan penanaman dalam rangka rehabilitasi DAS (untuk penggunaan dengan kompensasi PNBP)

Membayar biaya investasi dan iuran izin (bila berada di IUPHHK]

Menyerahkan LK yang clear & clean yang telah dikukuhkan menjadi kawasan hutan dan menghutankan lahan kompensasi (untuk penggunaan dengan kompensasi LK)
Menyampaikan base line (bagi yg bayar PNBP dan penanaman di DAS)

Kewajiban pemegang Izin PPKH-Op. Prod.


Melakukan reboisasi Lahan Kompensasi. Membayar PNBP PKH dan Melaksanakan penanaman dalam rangka rehabilitasi DAS.

Melasanakan reklamasi dan reboisasi tanpa menunggu selesai IPPKH.


membayar ganti rugi nilai tegakan hutan tanaman dan PSDH atau membayar PSDH dan DR atas pohon yang rusak/ditebang; Memelihara batas PPKH. Menyelenggarakan perlindungan hutan. Mengamankan kawasan konservasi dan HL, bila areal PPKH nya berbatasan. Menanggung seluruh biaya sebagai akibat adanya PPKH. Memberikan kemudahan kepada aparat kehutanan dan mengkoordinasikan kegiatan kepada instansi kehutanan. Menyerahkan rencana kerja pemenuhan kewajiban (100 hr kerja setelah terbit IPPKH). Membuat laporan secara berkala 6 bulan sekali.

Lahan Kompensasi
1.

Syarat calon Lahan Kompensasi (LK). a. letaknya berbatasan langsung dg kws hutan. b. terletak dalam DAS, Pulau dan/atau provinsi yg sama. c. dapat dihutankan secara konvensional. d. tidak dalam sengketa dan bebas dari segala pembebanan. e. mendapat rekomendasi dari Gubernur atau Bupati/walikota.

2. Dinilai kelayakan teknis dan hukum yang dikoordinasikan oleh Disprov dan hasilnya dituangkan dalam Berita Acara. 3. Persetujuan/penolakan LK oleh Menteri. 4. Menyelesaikan permasalahan (de facto dan de jure) a. pelepasan hak dg membayar ganti rugi b. pencoretan sertifikat c. tanah yg belum terdaftar (leter c/girik) dicoret dibuku dan peta desa

lanjutan LK

1. Serahterima LK

Pemohon

antara Dirjen Planologi dengan

2. Penunjukan LK menjadi kawasan hutan oleh Menteri 3. Persetujuan/penolakan LK oleh Menteri. 4. Penataan batas LK/kawasan hutan oleh pemohon. 5. Penetapan kawasan hutan

Kewajiban pemegang Izin PPKH-SURVEY

Melasanakan reklamasi dan reboisasi tanpa menunggu selesai IPPKH.

membayar ganti rugi nilai tegakan hutan tanaman dan PSDH atau membayar PSDH dan DR atas pohon yang rusak/ditebang;
Mengganti biaya investasi pengelolaan. Menyelenggarakan perlindungan hutan.

Menanggung seluruh biaya sebagai akibat adanya PPKH.


Memberikan kemudahan kepada aparat kehutanan dan mengkoordinasikan kegiatan kepada instansi kehutanan. Membuat laporan secara berkala 6 bulan sekali.

Dilarang membuat bangunan yang bersifat permanen.

Jangka Waktu IPPKH


Persetujuan Prinsip : 2 tahun Izin PPKH : sesuai dengan jangka waktu izin sektornya Izin survey / Eksplorasi : sesuai dengan jangla waktu izin sektornya Jangka waktu untuk kegiatan sektor yang tidak memerlukan perizinan, selama 20 tahun Jangka waktu untuk kegiatan pertahanan, sarana keselamatan, jalan umum, rel ka, meteorologi dan geofisika, berlaku selama digunakan. Perpanjangan berdasarkan hasil evaluasi

Hapusnya Persetujuan prinsip /Izin PPKH

Jangka waktu berakhir

Dicabut oleh Menteri


Diserahkan kembali oleh pemegang izin kawasan hutan yang dipinjam pakai berubah peruntukan menjadi bukan kawasan hutan atau berubah fungsi menjadi fungsi hutan yang penggunaannya dilarang Hapusnya izin tidak membebaskan kewajiban pemegang izin untuk menyelesaikan semua kewajiban

PNBP Penggunaan Kawasan Hutan


Permenhut P.43/2008 (Pasal 26)

PNBP dikenakan bagi pemegang izin ppkh yang bersifat komersial pada propinsi dengan luas kawasan hutan > 30% (Pasal 26 ayat 2)

Rumus PNBP (Pasal 26 ayat 4)


PNBP =(L1 x tarif ) + (L2 x 4 x tarif ) +(L3 x 2 x tarif ) Rp/tahun

L1 adalah area terganggu karena penggunaan kawasan hutan untuk sarana prasarana penunjang yang bersifat permanen selama jangka waktu penggunaan kawasan hutan. L2 adalah area terganggu karena penggunaan kawasan hutan yang bersifat temporer yang secara teknis dapat segera dilakukan reklamasi. L3 adalah area terganggu karena penggunaan kawasan hutan yang bersifat permanen yang secara teknis tidak dapat dilakukan reklamasi.

TERIMA KASIH

You might also like