You are on page 1of 12

PROCEEDINGS PIT IAGI YOGYAKARTA 2012 The 41st IAGI Annual Convention and Exhibition

KARAKTERISASI HIDROGEOLOGI DAN NERACA AIR ZONA MATA AIR UTARA GUNUNG CIREMAI, KAB. KUNINGAN, JAWA BARAT RahmawatiRAHAYU1, Dasapta ErwinIRAWAN2*, AtikaLUBIS, IrfanRIZAL3, Deny Juanda PURADIMAJA2, dan Cut Novianty RACHMI 1 Program Studi Magister Teknik Air Tanah, FITB, ITB, Indonesia 2 Kelompok Keahlian Geologi Terapan, FITB, ITB, Indonesia 3 Kelompok Keahlian Sains Atmosfer, FITB, ITB, Indonesia * Corresponding author: d.erwin.irawan@gmail.com

ABSTRAK Gunung Ciremai dikenal sebagai sumber air yang sangat potensial di kawasan utara Jawa Barat. Pemunculan mata air membentuk zona mata air di bagian kaki pada elevasi 500-1500 mdpl. Untuk memperkirakan kawasan imbuhan zona mata air bagian utara, di wilayah Kecamatan Mandirancan, dilakukan karakterisasi hidrogeologi dan perhitungan neraca air di wilayah. Data yang dianalisis terdiri dari data hidrogeologi lapangan dan klimatologi sebagai dasar perhitungan neraca air. Parameter klimatologi yang diolah meliputi: curah hujan, radiasi matahari, kecepatan angin, temperatur, kelembaban relatif dan evaporasi.Secara geologis, daerah tersebut tertutup oleh endapan gunung api berumur Kuarter terdiri dari lapili, tuf, dan lava, yang menumpang di atas Formasi Kaliwangu berumur Pliosen Awal berupa batu lempung perselingan batupasir. Analisis hidrogeologi spasial menghasilkan empat unit hidrogeologi melalui pengamatan 12 buah mata air dan 18 buah sumur dangkal. Keempat unit tersebut memiliki siklus hidrogeologi lokal ditandai dengan besaran debit maksimum 1 L/detik dan daya hantar listrik yang kurang dari 200 mikroSiemens/cm. Mata Air Cipaniis dengan debit 650 L/detik diperkirakan memiliki kawasan imbuhan yang paling luas dengan jangkauan paling jauh dari lokasi mata air. Dari perhitungan F.J. Mock didapatkan fakta bahwa pola direct run off (DRO), groundwater storage(GS), dan base flow (BF) mengikuti pola CH, sedangkan nilai evapotranspirasi aktual cenderung stabil sepanjang tahun 2007 berkisar antara 60-98 mm/bulan. Hasil perhitungan GS dengan dengan kawasan imbuhan intrepretatif Mata Air Cipaniis seluas 2.5 km2 adalah 2,041,004,834 L. Bila dibandingkan dengan debit rata-rata Mata Air Cipaniis selama setahun sebesar 20,498,400,000L, dapat diinterpretasikan bahwa kawasan imbuhannya lebih luas dari 2.5km2, sebagaimana yang selama ini digunakan dalam penataan wilayah tersebut. Metode ini dinilai mampu memberikan indikasi luas kawasan imbuhan mata air. Namun demikian, tambahan data hidrogeologis seperti analisis isotop dan kimia air akan sangat memperkaya hasil analisis. Kata kunci: Gunung Ciremai, hidrogeologi, zona mata air, cipaniis

PENDAHULUAN Lokasi daerah penelitian Gunung Ciremai dikenal sebagai sumber air yang sangat potensial, dari zona mata air yang berada di bagian kaki pada elevasi 500-1500 mdpl. Untuk memperkirakan kawasan imbuhan zona mata air bagian utara, di wilayah Kecamatan Mandirancan, dilakukan karakterisasi hidrogeologi dan perhitungan neraca air di wilayah. Data yang dianalisis

terdiri dari data hidrogeologi lapangan dan klimatologi sebagai dasar perhitungan neraca air. Parameter klimatologi yang diolah meliputi: curah hujan, radiasi matahari, kecepatan angin, temperatur, kelembaban relatif dan evaporasi. Beberapa penelitian telah dilakukan di daerah ini dalam skala regional. Penelitian ini merupakan salah satu penelitian skala rinci, yang belum banyak dilakukan di kawasan ini.

PROCEEDINGS PIT IAGI YOGYAKARTA 2012 The 41st IAGI Annual Convention and Exhibition

Secara administratif 60% daerah penelitian termasuk dalam wilayah Kecamatan Mandirancan, Kabupaten Kuningan dan sisanya adalah Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Secara geografis daerah penelitian terletak antara 108o2522 BT - 108o2942 BT dan 6o3135 LS 6o3649. Luas daerah penelitian 80 km2 (10km x 8km) (Gambar 1). Kondisi Geologi Geomorfologi daerah penelitian dapat dibagi menjadi dua satuan geomorfologi, yaitu : satuan dataran Volkanik dan Satuan Lereng Volkanik, yang berada pada tahapan geomorfik muda. Pola aliran sungai yang berkembang adalah pola dendritik Sistem Gunung Ciremai sebelah Barat Daya daerah penelitian. Stratigrafi daerah penelitian dapat dibagi menjadi lima satuan, berturut-turut dari tua ke muda adalah Satuan Batu Lempung Perselingan Batupasir yangberumur Pliosen Awal, diendapkan pada lingkungan lagoon. Satuan ini merupakan bagian dari Formai Kaliwangu. Selanjutnya Satuan Breksi Laharik diendapkan secara tidak selaras di atas Satuan Batulempung (Formasi Kaliwangu). Kemudian satuan Lapillituf diendapkan selaras di atas Satuan Breksi Laharik. Kemudian Satuan Tuf diendapkan selaras di atas Satuan Lapilli-Tuf. Terakhir diendapkan Satuan Lava sebagai satuan yang termuda, yang diendapkan selaras di atas Satuan Lapilli-Tuf. Keempat Satuan ini adalah hasil endapan muda Gunungapi Ciremai yang berumur Halosen Tengah. Struktu geologi yang berkembang di daerah penelitian adalah Antiklin bukit 300 dengan sumbu barat-Timur arah tegasan Utara-Selatan (Situmorang, 1995; Sumintadireja et al, 2012). Kondisi Hidrogeologi Daerah penelitian berdasarkan litologi dan keterdapatan sumber air dan karakteristik akifer dibagi atas empat unit hidrogeologi, yaitu : Unit Hidrogeologi Sistem Volkanik I (Lapilli-Tuf), Unit hidrogeologi sistem volkanik II (Lava), unit hidrogeologi sistem volkanik III (Tuf), Unit Hidrogeologi Sistem Volkanik IV (Breksi Laharik). Pada keempat unit hidrogeologi ini ditemukan 12 buah mata air dan 18 buah sumur dangkal. Mata air yang ditemukan di daerah

penelitian semuanya mata air kontak dengan 3 tipe, yaitu : Mata air kontak dengan akifer media rekahan yang ditemukan pada Mata Air Cipaniis, mata air kontak antara pelapukan batuan dan batuan segarnya yang terdapat pada 10 buah mata air, mata air kontak dengan pebedaan litologi yang terdapat pada mata air tukmudal. Akifer yang berkembang di daerah penelitian adalah mata air bebas dengan perincian : sepuluh buah akifer terdapat pada pelapukan batuan dengan lapisan impermiabel adalah batuan segarnya, akifer yang berkembang pada media rekahan dengan lapisan impermiabel adalah batuan segar dan akifer yang berkembang pada batuan segar (Tuf) dengan lapisan impermiabel adalah batuan lain (Breksi Laharik) yang masih segar. Berdasarkan hasil studi Rizal (2000) nilai konduktifitas mata air di daerah penelitian kebanyakan mendekati nilai konduktifitas air hujan, dari data tersebut didug mata air di daerah penelitian pada umumnya mempunyai area recharge local. Hanya satu mata air yang mengalami anomaly yaitu Mata Air Cipaniis yang mempunyai debit 650 l/dt dengan konduktifitas yang cukup besar, dan diduga recharge area mata air ini sangat luas dan jauh dari daerah output mata air.

DATA DAN METODOLOGI Data Data-data yang digunakan untuk menghitung keseimbangan air di daerah ini adalah data Klimatologi yang berada di daerah penelitian (Tabel 1). Dikarenakan tidak terdapat stasiun klimatologi yang tepat berada di daerah penelitian, maka data klimatologi yang di gunakan adalah data dari stasiun klimatologi terdekat yang berada di Kabupaten Cirebon yang masih memungkinkan digunakan untuk daerah penelitian. Data klimatologi tersebut antara lain yaitu: Curah Hujan, Radiasi Matahari, Kecepatan Angin, Temperatur, Kelembaban Relatif dan Evaporasi (Lihat Tabel 2 sampai dengan 5). Data klimatologi yang di dapat dari Dinas Pekerjaan Umum Sumberdaya Air (PUSAIR) adalah tahun 2007, sehingga

PROCEEDINGS PIT IAGI YOGYAKARTA 2012 The 41st IAGI Annual Convention and Exhibition

perhitungan water balance di daerah ini hanya akan dilakukan untuk tahun 2007. Metodologi Dalam siklus hidrologi, penjelasan mengenai hubungan antara aliran ke dalam (inflow) dan aliran keluar (outflow) di suatu daerah untuk suatu perioda tertentu disebut neraca air atau keseimbangan air (water balance): P = Ea + GS + TRO dengan: P = presipitasi Ea = evapotranspirasi GS = perubahan groundwater storage (simpanan air tanah) TRO = total run off(limpasan permukaan total) Evapotranspirasi Evapotranspirasi merupakan faktor penting dalam memprediksi debit dari data curah hujan dan klimatologi dengan menggunakan Metoda Mock (1973). Alasannya adalah karena evapotranspirasi ini memberikan nilai yang besar untuk terjadinya debit dari suatu daerah aliran sungai. Evapotranspirasi diartikan sebagai kehilangan air dari lahan dan permukaan air dari suatu daerah aliran sungai akibat kombinasi proses evaporasi dan transpirasi. Lebih rinci tentang evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi aktual diuraikan di bawah ini. 1. Evapotranspirasi Potensial Evapotranspirasi potensial adalah evapotranspirasi yang mungkin terjadi pada kondisi air yang tersedia berlebihan. Faktor penting yang mempengaruhi evapotranspirasi potensial adalah tersedianya air yang cukup banyak. Jika jumlah air selalu tersedia secara berlebihan dari yang diperlukan oleh tanaman selama proses transpirasi, maka jumlah air yang ditranspirasikan relatif lebih besar dibandingkan apabila tersedianya air di bawah keperluan. Beberapa rumus empiris untuk menghitung

evapotranspirasi potensial adalah rumus empiris dari: Thornthwaite, BlaneyCriddle, Penman dan Turc-LangbeinWundt (Viessman et al, 1977; Thornthwaite dan Mather, 1957). Dari rumus-rumus empiris di atas, Metoda Mock menggunakan rumus empiris dari Penman. Rumus empiris Penman memperhitungkan banyak data klimatologi yaitu temperatur, radiasi matahari, kelembaban, dan kecepatan angin sehingga hasilnya relatif lebih akurat. Perhitungan evaporasi potensial Penman didasarkan pada keadaan bahwa agar terjadi evaporasi diperlukan panas. Menurut Penman besarnya evapotranspirasi potensial diformulasikan sebagai berikut:

dengan: H (energy budget) = R (1-r) (0,18 + 0,55 S) - B (0,56 0,092 d e ) (0,10 + 0,9 S) D (panas yang diperlukan untuk evapotranspirasi) = 0,35 (ea ed) (k + 0,01w) A = slope vapour pressure curve pada temperatur rata-rata, dalammmHg/oF. B = radiasi benda hitam pada temperatur rata-rata, dalam mmH2O/hari. ea = tekanan uap air jenuh (saturated vapour pressure) pada temperaturmrata-rata (mmHg). R = radiasi matahari, dalam mm/hari. r = koefisien refleksi S = rata-rata persentasi penyinaran matahari bulanan, dalam persen (%). ed = tekanan uap air sebenarnya (actual vapour pressure ), dalam mmHg.= ea x h. h = kelembaban relatif rata-rata bulanan, dalam persen (%). k = koefisien kekasaran permukaan evaporasi (evaporating surface).Untuk permukaan air nilai

PROCEEDINGS PIT IAGI YOGYAKARTA 2012 The 41st IAGI Annual Convention and Exhibition

k = 0,50 dan untuk permukaan vegetasi nilai k = 1,0. w = kecepatan angin rata-rata bulanan, dalam mile/hari. Formulasi inilah yang dipakai dalam Metoda Mock untuk menghitung besarnya evapotranspirasi potensial dari data-data klimatologi yang lengkap (temperatur, lama penyinaran matahari, kelembaban relatif, dan kecepatan angin). Besarnya evapotranspirasi potensial ini dinyatakan dalam mm/hari.Untuk menghitung besarnya evapotranspirasi potensial dalam 1 bulan maka kalikan dengan jumlah hari dalam bulan itu. Besarnya A, B dan ea tergantung pada temperatur rata-rata. Hubungan temperatur rata-rata dengan parameter evapotranspirasi ini ditabelkan pada Tabel 1.2. Besarnya radiasi matahari tergantung letak lintang. Besarnya radiasi matahari ini berubah-ubah menurut bulan, seperti Tabel 1.3 pada halaman berikut ini. Koefisien refleksi sangat berpengaruh pada evapotranspirasi. Tabel 1.4 memuat nilai koefisien refleksi yang digunakan dalam Metoda Mock. 2. Evapotranspirasi Aktual Jika dalam evapotranspirasi potensial air yang tersedia dari yang diperlukan oleh tanaman selama proses transpirasi berlebihan, maka dalam evapotranspirasi aktual ini jumlah air tidak berlebihan atau terbatas. Jadi evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi yang terjadi pada kondisi air yang tersedia terbatas. Evapotranspirasi aktual dipengaruhi oleh proporsi permukaan luar yang tidak tertutupi tumbuhan hijau (exposed surface) pada musim kemarau. Besarnya exposed surface (m) untuk tiap daerah berbeda-beda.F.J. Mock mengklasifikasikan menjadi tiga daerah dengan masing-masing nilai exposed surface ditampilkan pada Tabel 1.4.

Selain exposed surface, evapotranspirasi aktual juga dipengaruhi oleh jumlah hari hujan (n) dalam bulan yang bersangkutan. Menurut Mock rasio antara selisih evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi aktual dengan evapotranspirasi potensial dipengaruhi oleh exposed surface (m) dan jumlah hari hujan (n), seperti ditunjukan dalam formulasi sebagai berikut.

Jadi evapotranspirasi aktual (eactual) adalah evapotranspirasi potensial (EP) yang memperhitungkan faktor exposed surface(E) dan jumlah hari hujan dalam bulan yang bersangkutan. Evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi yang sebenarnya terjadi, dihitung sebagai berikut: Eactual = EP E Water Surplus Water surplus didefinisikan sebagai air hujan (presipitasi) yang telah mengalami evapotranspirasi dan mengisi tampungan tanah (soil storage, disingkat SS). Water surplus ini berpengaruh langsung pada infiltrasi atau perkolasi dan total run off yang merupakan komponen debit. Persamaan water surplus (disingkat WS) adalah sebagai berikut: WS = (P Ea) + SS Tampungan kelembaban tanah (soil moisture storage, disingkat SMS) terdiri dari kapasitas kelembaban tanah (soil moisture capacity, disingkat SMC), zona infiltrasi, limpasan permukaan tanah dan tampungan tanah (soil storage, disingkat SS). Besarnya SMC tiap daerah tergantung dari tipe tanaman penutup lahan dan tipe tanahnya,

PROCEEDINGS PIT IAGI YOGYAKARTA 2012 The 41st IAGI Annual Convention and Exhibition

seperti ditunjukkan dalam Tabel 1.9. Dalam studi yang dilakukan Mock di daerah aliran sungai di Bogor, ditetapkan besarnya kapasitas kelembaban tanah maksimum adalah 200 mm/bulan. Dalam Metoda Mock, tampungan kelembaban tanah dihitung sebagai berikut: SMS = ISMS + (P Ea) dengan: ISMS = initial soil moisture storage (tampungan kelembaban tanah awal), merupakan soil moisture capacity (SMC) atau kapasitas kelembaban tanah bulan sebelumnya. PEa = presipitasi yang telah mengalami evapotranspirasi. Asumsi yang dipakai oleh Dr. F.J. Mock adalah air akan memenuhi SMC terlebih dahulu sebelum water surplus tersedia untuk infiltrasi dan perkolasi yang lebih dalam atau melimpas langsung (direct run off). Ada dua keadaan untuk menentukan SMC, yaitu: a) SMC = 200 mm/bulan, jika P Ea > 0. Artinya SMS sudah mencapai kapasitas maksimumnya atau terlampaui sehingga air tidak disimpan dalam tanah lembab. Ini berarti soil storage (SS) sama dengan nol dan besarnya water surplus sama dengan P - Ea. b) SMC = SMC bulan sebelumnya + (P Ea), jika P Ea < 0. Untuk keadaan ini, tampungan tanah lembab belum mencapai kapasitas maksimum, sehingga ada air yang disimpan dalam tanah lembab. Besarnya air yang disimpan ini adalah P Ea. Karena air berusaha untuk mengisi kapasitas maksimumnya, maka untuk keadaan ini tidak ada water surplus (WS = 0). Selanjutnya WS ini akan mengalami infiltrasi dan melimpas di permukaan (run off). Besarnya infiltrasi ini tergantung pada koefisien infiltrasi.

Limpasan Total Air hujan yang telah mengalami evapotranspirasi dan disimpan dalam tanah lembab selanjutnya melimpas di permukaan (surface run off) dan mengalami perkolasi. Berikutnya, menurut Mock besarnya infiltrasi adalah water surplus (WS) dikalikan dengan koefisien Infiltrasi (if), atau: Infiltrasi (i) = WS x if Koefisien infiltrasi ditentukan oleh kondisi porositas dan kemiringan daerah pengaliran. Lahan yang bersifat porous umumnya memiliki koefisien yang cenderung besar. Namun jika kemiringan tanahnya terjal dimana air tidak sempat mengalami infiltrasi dan perkolasi ke dalam tanah, maka koefisien infiltrasinya bernilai kecil. Infiltrasi terus terjadi sampai mencapai zona tampungan air tanah (simpanan air tanah/groundwater storage, disingkat GS).Dalam Metoda ini, besarnya GS dipengaruhi oleh: a. Infiltrasi (i). Semakin besar infiltrasi maka groundwater storage semakin besar pula, dan begitu pula sebaliknya. b. Konstanta resesi aliran bulanan (K). Konstanta resesi aliran bulanan (monthly flow recession constan ) disimbolkan dengan K adalah proporsi dari air tanah bulan lalu yang masih ada bulan sekarang. Nilai K ini cenderung lebih besar pada bulan basah. c. GS bulan sebelumnya (GSom). Nilai ini diasumsikan sebagai konstanta awal, dengan anggapan bahwa water balance merupakan siklus tertutup yang ditinjau selama rentang waktu menerus tahunan tertentu. Dengan demikian maka nilai asumsi awal bulan pertama tahun pertama harus dibuat sama dengan nilai bulan terakhir tahun terakhir. Dari ketiga faktor di atas, merumuskan sebagai berikut: Mock

PROCEEDINGS PIT IAGI YOGYAKARTA 2012 The 41st IAGI Annual Convention and Exhibition

GS = { 0,5 x (1 + K) x i } + { K x GSom } Seperti telah dijelaskan, metoda Mock adalah metoda untuk memprediksi debit yang didasarkan pada neraca air. Oleh sebab itu, batasan-batasan water balance ini harus dipenuhi. Salah satunya adalah bahwa GS selama rentang waktu tahunan tertentu adalah nol, atau (misalnya untuk 1 tahun):

terjadi selama hujan deras. SRO ini hanya beberapa persen saja dari hujan. Besaran SRO hanya dimasukkan ke dalam TRO, bila presipitasi kurang dari nilai maksimum kapasitas kelembaban tanah (soil moisture capacity). Menurut Mock SRO dipengaruhi oleh percentage factor(PF), yakni persen hujan yang menjadi limpasan. Besarnya PF oleh Mock disarankan 5% - 10%, namun tidak menutup kemungkinan untuk meningkat secara tidak beraturan hingga mencapai 37,3%.Dalam perhitungan debit ini, Mock menetapkan bahwa i. Jika presipitasi (P) > maksimum soil moisture capacity maka nilai SRO = 0. ii. Jika P < maksimum kapasitas kelembaban tanah, maka SRO adalah jumlah curah hujan dalam satu bulan yang bersangkutan dikali PF, atau: SRO = P x PF Dengan demikian maka TRO yang merupakan akumulasi dari beberapa komponen pembentuk debit sungai (stream flow) adalah jumlah antara BF, DRO, dan SRO, atau: TRO = BF + DRO + SRO Nilai TRO ini dinyatakan dalam mm/bulan, maka jika TRO ini dikalikan dengan luas daerah tangkapan air dalam km2 dengan suatu angka konversi tertentu didapatkan besaran debit dalam m3/det.

Besaran GS adalah selisih antara simpanan air tanah bulan yang ditinjau dengan bulan sebelumnya. Perubahan GS ini penting bagi terbentuknya aliran dasar sungai (base flow, disingkat BF). Dalam hal ini BF merupakan selisih antara infiltrasi (i) dengan perubahan GS, seperti dalam persamaan berikut ini: BF = i GS Jika pada suatu bulan GS bernilai negatif (terjadi karena GS bulan yang ditinjau lebih kecil dari bulan sebelumnya), maka BF akan lebih besar dari nilai infiltrasinya. Karena neraca air merupakan siklus tertutup dengan perioda tahunan tertentu (misalnya 1 tahun) maka perubahan GS selama 1 tahun adalah nol. Dari persaman di atas maka dalam 1 tahunjumlah BF akan sama dengan jumlah infiltrasi. Selain BF, komponen debit yang lain adalah direct run off (DRO) (limpasan langsung) atau surface run off (limpasan permukaan). Limpasan permukaan berasal dari kelebihan air (water surplus) yang telah mengalami infiltrasi. Jadi DRO dihitung dengan persamaan: DRO = WS i Setelah BF dan DRO, komponen pembentuk debit yang lain adalah storm run off (SRO), yaitu limpasan langsung ke sungai yang

HASIL DAN PEMBAHASAN Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa pola dari DRO, GS, dan BF mengikuti pola CH yang berarti bahwa ketiga nilai tersebut dipengaruhi oleh faktor besarnya curah hujan. Sedangkan nilai evapotranspirasi actual polanya berbeda dengan curah hujan, dan cenderung stabil sepanjang tahun berkisar antara 60-98 mm/bulan, hal ini dikarenakan Ea dipengaruhi oleh temperature dan penyinaran matahari sepanjang tahun 2007 tidak ada perbedaan yang

PROCEEDINGS PIT IAGI YOGYAKARTA 2012 The 41st IAGI Annual Convention and Exhibition

terlalu signifikan bila dibandingkan nilainya setiap bulannya. Total simpanan air tanah dari curah hujan pada tahun 2007 untuk zona imbuhan mata air Cipaniis untuk satu tahun adalah 2,041,004,834 L dari hasil interpretasi awal luas daerah imbuhan 2.5 km2dengan asumsi: a. Zona imbuhan dibatasi dengan lerenglereng yang curam b. Zona imbuhan dibatasi dengan sungai (jika ada sistem sungai yang mengalir di dekatnya) c. Luas Zona imbuhan untuk mata air disesuaikan dengan nilai debit air yang keluar dari masing-masing mata air d. Mata air yang berdekatan dan masih berada pada geologi yang sama atau berbeda tetapi masih memungkinkan, ada kemungkinan memiliki sistem zona imbuhan yang sama Nilai debit mata air tersebut jika dibandingkan dengan debit hasil pengukuran di Mata Air Cipaniis sebesar 650 l/det atau sama dengan 20,498,400,000 L/tahun, mengindikasikan bahwa ada kemungkinan luas daerah imbuhan lebih besar dari hasil interpretasi awal yang telah dilakukan. Untuk mendapatkan nilai debit tersebut dalam satu tahun setidaknya minimal luas daerah imbuhan minimal 25 Km2 (Tabel 6). Melihat banyaknya mata air yang berada di daerah penelitian, memungkinkan untuk melihat bagaimana pengaruh GS dari CH terhadap debit mata air di daerah penelitian. Perlu adanya pengkajian lebih lanjut mengenai luas daerah tangkapan dari masing-masing mata air untuk menghitung seberapa besar pengaruh CH terhadap debit mata air.

+ TRO. Perhitungan ini berhasil menguji interpretasi awal batas kawasan imbuhan seluas 2,5 km2 yang hanya dapat menghasilkan 2 Milyar L air selama setahun di tahun 2007. Dengan perhitungan yang sama, debit Mata Air Cipaniis sendiri yang mencapai 650 L/det diperkirakan akan memerlukan kawasan imbuhan 10 kali lipat dari hasil perhitungan di atas, yakni seluas 25 km2. Perhitungan potensi air tanah ini belum mencerminkan kondisi daerah penelitian yang sebenarnya, karena belum memasukkan data kemiringan, jenis tanah, dan tutupan lahan daerah penelitian. Namun demikian, hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa kawasan imbuhan mata air dapat jauh lebih luas dibanding yang diperkirakan dari topografi. Tambahan analisis hidrogeologi dengan menggunakan instrumen isotop akan sangat membantu hasil interpretasi batas kawasan imbuhan, baik batas vertikal maupun horizontal.

DAFTAR PUSTAKA Pusat Sumber Daya Air (Pusair), 2007, Data dan Informasi Sumber Daya Air, Laporan Kerja, Tidak dipublikasikan. Irawan, D.E., Puradimaja, D.J., Notosiswoyo, S., Soemintadiredja, P., 2009, Hydrogeochemistry of Volcanic Hydrogeology based on Cluster Analysis of Mount Ciremai, West Java, Indonesia, Journal of Hydrology, doi: 10.1016/j.jhydrol.2009.07.033. Mock FJ., 1973, Land Capabilty Appraisal Indonesia, Water Availability Appraisal, Bogor, UNDP-FAO. Rizal, I., 2000, Geologi dan Hidrogeologi Kawasan Mandirancan Gunung Ciremai, Skripsi S1 Teknik Geologi ITB, Pembimbing: Dr. Deny Juanda P., Tidak Dipublikasikan. Situmorang, 1995, Peta Geologi Gunung Ciremai, Skala 1:50.000, Badan Geologi. Sumintadireja, P., Saepuloh, A., Irawan, D., Irawan, D.E., and Fadillah, A., 2012, The Application of Remote Sensing and Magneto-Telluric for Geothermal

KESIMPULAN Perhitungan keseimbangan air menggunakan metoda F.J. Mock merupakan pendekatan yang cukup baik, dimana syarat-syarat keseimbangan air terpenuhi, yaitu total Gs=0, nilai I=BF, dan dapat membuktikan bahwa P (CH) = Ea + GS

PROCEEDINGS PIT IAGI YOGYAKARTA 2012 The 41st IAGI Annual Convention and Exhibition

Exploration at Mount Ciremai, Kuningan Regency, West Java, Indonesia, ITB Journal of Sciences (In press). Thornthwaite, C.W dan Mather, J.R. 1957. Instruction and Tables for

ComputingPotential Evapotranpiration and Water Balance. Climatology. 10(3). Viessman, W. Jr, Knapp, J.W, dan Lewis, G.L, Harbaugh TE. 1977. Introduction to Hydrology. Ed ke-2. London: Harper and Row.

PROCEEDINGS PIT IAGI YOGYAKARTA 2012 The 41st IAGI Annual Convention and Exhibition

Gambar 1 Lokasi Daerah Penelitian

PROCEEDINGS PIT IAGI YOGYAKARTA 2012 The 41st IAGI Annual Convention and Exhibition

Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

Tabel 1 Data Klimatologi Stasiun Cirebon RH(%) S(%) t(oC) W (km/hari) W(mile/hari) 63.710 40.861 28.18 44.839 27.861 67.643 26.254 27.54 42.179 26.209 66.629 32.731 27.73 37.323 23.191 65.183 43.510 28.35 15.067 9.362 61.387 59.777 28.57 56.400 35.045 59.533 60.980 28.16 36.433 22.639 57.823 77.410 27.65 44.613 27.721 51.790 76.697 28.26 85.419 53.077 50.517 64.388 29.42 84.933 52.775 55.100 58.472 29.85 38.903 24.173 60.567 42.067 28.90 25.633 15.928 66.323 38.500 28.20 23.400 14.540

CH(mm) 678 601 306 350 174 83 20 4 0 79 181 376

n(hari) 23 22 14 19 15 6 3 2 0 5 16 19

Tabel 2 Hubungan Temperatur Rata-rata vs Parameter Evapotranspirasi A, B dan ea

Tabel 3 Nilai Radiasi Matahari pada Permukaan Horizontal Luar Atmosfir (mm/hari)

PROCEEDINGS PIT IAGI YOGYAKARTA 2012 The 41st IAGI Annual Convention and Exhibition

Tabel 4 Koefisien Refleksi, r

Tabel 5 Exposed Surface, m

PROCEEDINGS PIT IAGI YOGYAKARTA 2012 The 41st IAGI Annual Convention and Exhibition 800 700 600 500 400 300 200 100 0 CH(mm/bln) Ea(mm/bln)) DRO Gs BF

Grafik Time Series

Gambar 2 Grafik curah hujan (CH), evapotranspirasi actual (Ea), direct runoff (DRO), groundwater storage (GS) dan base flow (BF) tahun 2007

Tabel 6 Hasil perhitungan keseimbangan air Mandirancan Gs (mm) 55.705 152.700 137.486 138.479 97.034 60.660 33.363 18.350 10.092 5.551 25.445 81.537 816.402 Gs -25.832 96.995 -15.214 0.993 -41.445 -36.374 -27.297 -15.013 -8.257 -4.542 19.894 56.092 0.000 Gs(lt) Cipaniis 2.5km2 139,263,361.250 381,750,419.212 343,715,089.565 346,197,656.975 242,584,409.469 151,649,981.753 83,407,489.964 45,874,119.480 25,230,765.714 13,876,921.143 63,612,147.915 203,842,471.579 2,041,004,834.020

Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Tahun 2007

Ea(mm/bln) 98.574 76.001 75.888 79.627 84.235 60.599 63.254 74.683 75.156 81.244 84.691 85.495 939.449

I (mm/bln) 173.828 157.500 69.033 81.112 26.929 9.408 0.000 0.000 0.000 0.000 28.893 87.151 633.855

BF 199.659 60.505 84.248 80.119 68.375 45.782 27.297 15.013 8.257 4.542 8.999 31.059 633.855

DRO 405.598 367.499 161.078 189.261 62.835 12.992 0.000 0.000 0.000 0.000 67.417 203.353 1470.034

You might also like