You are on page 1of 16

TINJAUAN PUSTAKA

Tes Pembuktian Anak Kandung

Johanes Mayolus Davy Putra 10-2010-197 D3

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana elevend@rocketmail.com Pendahuluan Seperti yang kita ketahui, banyak terjadi kasus pada saat ini mengenai keraguan ayah atau ibu, atau bahkan kasus perkosaan, maka dari itu, para ahli berusaha untuk memecahkan bagaimana cara membuktikan bahwa seseorang ayah atau ibu adalah sah secara biologis dari seorang anak. Media yang digunakan dalam pembuktian ini adalah DNA, darah, dan genetika mendel. DNA DNA yang merupakan singkatan dari Dioxyribo Nucleat Acid adalah asam nukleat yang mengandung materi genetik dan berfungsi mengatur perkembangan biologis seluruh kehidupan manusia dan dapat diturunkan. Seperti yang kita ketahui bahwa kita memiliki DNA yang sangat unik, DNA dapat ditemukan didalam tubuh manusia yaitu pada inti sel dan pada mitokondria. Pada inti sel, DNA membentuk suatu kesatuan yang disebut kromosom. Sel manusia normal mempunyai 46 kromosom yang terdiri dari 22 pasang kromosom somatic dan 1 pasang kromosom sex (XX atau YY). Secara umum, peran DNA di dalam sebuah sel adalah sebagai materi genetik. Maksudnya adalah DNA menyimpan cetak biru untuk semua aktivitas sel. Hal ini berlaku pada setiap organisme. Teteapi ada beberapa perkecualian yang menonjol seperti jenis virus (virus tidak termasuk organisme) seperti HIV (Human Immunodeficiency Virus).1

Secara struktur, DNA terdiri dari tiga komponen utama, yaitu gugus fosfat, gula deoksiribosa, dan basa nitrogen. Unit monomer DNA yang tersusun dari ketiga komponen tersebut dinamakan nukleotida, maka dari itu DNA merupakan polinukleotida. Lebar rantai DNA 2224 , panjang satu unit nukleotida 3,3 . Walaupun unit monomer ini sangatlah kecil, DNA dapat memiliki jutaan nukleotida yang terangkai seperti rantai.1 Struktur untai komplementer DNA menunjukkan pasangan basa, ada empat basa yang ditemukan pada DNA adalah adenin (A), sitosin (C), guanin (G), dan timin (T). Adenin berikatan hidrogen dengan timin, sedangkan guanin berikatan dengan sitosin. Rangka utama untai DNA terdiri dari gugus fosfat dan gula yang berselang-seling. Gula pada DNA adalah gula pentosa, yaitu 2-deoksiribosa. Dua gugus gula terhubung dengan fosfat melalui ikatan fosfodiester antara atom karbon ketiga pada cincin satu gula dan atom karbon kelima pada gula lainnya. Salah satu perbedaan utama DNA dan RNA adalah gula penyusunnya; gula RNA adalah ribosa. DNA terdiri atas dua untai yang berpilin yang membentuk sebuah struktur, disebut struktur heliks ganda. Pada struktur heliks ganda, orientasi rantai nukleotida pada satu untai berlawanan dengan orientasi nukleotida untai lainnya. Hal ini disebut sebagai anti paralel. Masing-masing untai terdiri dari rangka utama, sebagai struktur utama, dan basa nitrogen, yang berinteraksi dengan untai DNA satunya pada heliks. Kedua untai pada heliks ganda DNA disatukan oleh ikatan hidrogen antara basa-basa yang terdapat pada kedua untai tersebut.2 Secara umum, selain menjadi cetak biru semua informasi dan semua aktivitas dalam tubuh kita, DNA memiliki fungsi biologis yaitu sintesis protein. Sintesis protein dibagi prosesnya menjadi 3 tahapan, replikasi, transkripsi, dan translasi. Pada replikasi DNA, rantai DNA baru dibentuk berdasarkan urutan nukleotida pada DNA yang digandakan. Replikasi merupakan proses penggandaan DNA. Proses ini diperlukan ketika sel akan membelah diri. Pada setiap sel (kecuali sel gamet), pembelahan diri harus disertai dengan replikasi DNA supaya semua sel turunan memiliki informasi genetik yang sama. Pada dasarnya, proses replikasi memanfaatkan fakta bahwa DNA terdiri dari dua rantai dan rantai yang satu merupakan "konjugat" dari rantai pasangannya. Dengan kata lain, dengan mengetahui susunan satu rantai, maka susunan rantai pasangan dapat dengan mudah dibentuk. Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan bagaimana proses replikasi DNA ini terjadi. Salah satu teori yang paling populer menyatakan bahwa pada masing-masing DNA baru yang diperoleh pada akhir proses replikasi; satu rantai tunggal merupakan rantai DNA dari rantai DNA sebelumnya, sedangkan rantai pasangannya merupakan rantai yang baru disintesis.

Rantai tunggal yang diperoleh dari DNA sebelumnya tersebut bertindak sebagai "cetakan" untuk membuat rantai pasangannya. Proses replikasi memerlukan enzim pembantu, enzim-enzim pembantu tersebut adalah polymerase DNA yang berfungsi mempolimerasi nukleotida-nukleotida, ligase DNA yang berfungsi menyambung DNA utas legging, primase DNA berfungsi memulai polimerasi DNA pada lagging strand, helikase DNA berfungsi membuka jalinan DNA double helix, dan Single strand DNA-binding protein yang menstabilkan DNA induk yang terbuka. Proses replikasi diawali dengan pembukaan untaian ganda DNA pada titik-titik tertentu di sepanjang rantai DNA. Proses pembukaan rantai DNA ini dibantu oleh beberapa jenis protein yang dapat mengenali titik-titik tersebut, dan juga protein yang mampu membuka pilinan rantai DNA. Setelah cukup ruang terbentuk akibat pembukaan untaian ganda ini, DNA polimerase masuk dan mengikat diri pada kedua rantai DNA yang sudah terbuka secara lokal tersebut. Proses pembukaan rantai ganda tersebut berlangsung disertai dengan pergeseran DNA polimerase mengikuti arah membukanya rantai ganda. Monomer DNA ditambahkan di kedua sisi rantai yang membuka setiap kali DNA polimerase bergeser. Hal ini berlanjut sampai seluruh rantai telah benar-benar terpisah. Kemudian proses sintesis dilanjutkan dengan transkripsi DNA. Transkripsi adalah proses penyalinan kode-kode genetic yang ada pada urutan DNA menjadi molekul RNA. Transkripsi adalah proses yang mengawali ekspresi sifat-sifat genetic yang nantinya akan muncul sebagai fenotipe. Urutan nukleotida pada salah satu untaian molekul DNA digunakan sebagai cetakan (template) untuk sintesis molekul RNA yang komplementer. Molekul RNA yang disintesis dalam proses transkripsi pada garis besarnya dapat dibedakan menjadi tiga kelompok molekul RNA,yaitu mRNA (messenger RNA), tRNA (transfer RNA) dan, rRNA (ribosomal RNA). Molekul mRNA adalah RNA yang merupakan salinan kode-kode genetic pada DNA yang dalam proses selanjutnya (yaitu proses translasi) akan diterjemahkan menjadi urutan asam-asam amino yang menyusun suatu polipeptida atau protein tertentu. Molekul tRNA adalah RNA yang berperan membawa asam-asam amino spesifik yang akan digabungkan dalam proses sintesa protein (translasi). Molekul rRNA dan RNA yang digunakan untuk menyusun ribosom, yaitu suatu partikel di dalam sel yang digunakan sebagai t empat sintesis protein. Molekul tRNA dan r RNA tidak pernah ditranslasi karena molekul yang digunakan adalah RNA-nya itu sendiri.Salah satu pita DNA tunggal mencetak mRNA. Pita tersebut dinamakan pita sense, sedangkan pita yang tidak mencetak mRNA disebut pita antisense. mRNA yang telah dicetak kemudian keluar dari i nti sel melalui poripori nukleus masuk ke dalam sitoplasma, Susunan tiga basa mRNA komplementer dengan

susunan tiga buah pita sense DNA. Sintesis RNA ini selalu terjadi menurut arah 5 ke 3. Transkripsi akan berakhir jika RNA polimerase mentranskripsi urutan DNA terminator yang be rf ungsi sebagai sinyal t erminasi. Dalam proses transkripsi, beberapa komponen utama yang terlibat adalah urutan DNA yang akan ditranskripsi (cetakan/template), enzim RNA polymerase, factor-faktor transkripsi, dan precursor untuk sintesis RNA. Secara umum mekanisme dasar transkripsi (sintesis RNA) dibagi dalam beberapa tahapan yaitu pertama faktor-faktor yang mengendalikan transkripsi menempel pada bagian promoter, kemudian Penempelan factor-faktor pengendali transkripsi menyebabkan terbentuknya kompleks promoter yang terbuka (open promoter complex), lalu RNA polymerase membaca cetakan (DNA template) dan mulai melakukan pengikatan nukleotida yang komplementer dengan cetakannya dan tahap terakhir setelah terjadi proses pemanjangan untaian RNA hasil sintesis, selanjutnya diikuti dengan proses pengakhiran (terminasi) transkripsi yang ditandai dengan pelepasan RNA polymerase dari DNA yang ditranskripsi. Kemudian proses terakhir pada sintesis protein yaitu translasi. Translasi merupakan pemindahan informasi genetik dari RNA dan membentuk protein yang sesuai. Pada proses ini terjadi penerjemahan informasi genetik yang berupa serangkaian kodon di sepanjang molekul mRNA oleh tRNA menjadi asam amino. Setiap molekul tRNA menghubungkan kodon tRNA tertentu dengan asam amino tertentu. tRNA akan terus datang membawa asam amino ke ribosom dan menyatukan asam aminonya sehingga terbentuk polipeptida yang makin panjang. Setiap molekul tRNA akan dilepaskan dari ribosom setelah memberikan asam aminonya. Peristiwa ini berlanjut hingga kodon stop mencapai ribosom. Perlu dipahami bahwa hanya molekul mRNA yang ditranslasi, sedangkan rRNA dan tRNA tidak di translasi. Molekul mRNA merupakan transkripsi (salinan) urutan DNA yang menyusun suatu gen dalam bentuk ORF (open reading frame=kerangka baca terbuka). Molekul rRNA adalah salah satu molekul penyusun ribosom, yakni organel tempat berlangsungnya sintesis protein, sedangkan tRNA adalah pembawa asam-asam amino yang akan disambungkan menjadi rantai polipeptida. Suatu ORF mempunyai ciri-ciri adanya kodon inisiasi translasi, yaitu urutan ATG (pada DNA) atau AUG (pada mRNA), ada serangkaian urutan nukleotida yang menyusun banyak kodon, ada kodon terminasi translasi, yaitu TAA (UAA pada mRNA), TAG (UAG pada mRNA), atau TGA (UGA pada mRNA). Proses translasi itu sendiri terdiri dari tiga tahap yaitu yang pertama Inisiasi. Proses ini dimulai dari menempelnya ribosom sub unit kecil ke mRNA. Penempelan terjadi pada tempat tertentu yaitu pada 5-AGGAGGU-3. Selanjutnya ribosom bergeser ke arah 3 sampai bertemu dengan kodon AUG. Asam amino yang dibawa oleh tRNA awal adalah metionin.

Metionin adalah asam amino yang disandi oleh AUG. pada bakteri, metionin diubah menjadi Nformil metionin. Struktur gabungan antara mRNA, ribosom sub unit kecil dan tRNANformil metionin disebut kompleks inisiasi. Pada eukariot, kompleks inisiasi terbentuk dengan cara yang lebih rumit yang melibatkan banyak protein initiation factor. Lalu proses berikutnya adalah Elongation, elongasi adalah proses penempelan sub unit besar pada sub unit kecil menghasilkan dua tempat yang terpisah. Tempat pertama adalah tempat P (peptidil) yang ditempati oleh tRNA-Nformil metionin. Tempat kedua adalah tempat A (aminoasil) yang terletak pada kodon ke dua dan kosong. Proses elongasi terjadi saat tRNA dengan antikodon dan asam amino yang tepat masuk ke tempat A. Akibatnya kedua tempat di ribosom terisi, lalu terjadi ikatan peptide antara kedua asam amino. Ikatan tRNA dengan Nformil metionin lalu lepas, sehingga kedua asam amino yang berangkai berada pada tempat A. Ribosom kemudian bergeser sehingga asam amino- asam aminotRNA berada pada tempat P dan tempat A menjadi kosong. Selanjutnya tRNA dengan antikodon yang tepat dengan kodon ketiga akan masuk ke tempat A, dan proses berlanjut seperti sebelumnya. Proses berikutnya adalah terminasi. Proses ini adalah proses dimana keseluruhan dari proses translasi diberhentikan. Proses translasi akan berhenti bila tempat A bertemu kodon akhir yaitu UAA, UAG, UGA. Kodon-kodon ini tidak memiliki tRNA yang membawa antikodon yang sesuai. Selanjutnya masuklah release factor (RF) ke tempat A dan melepaska rantai polipeptida yang terbentuk dari tRNA yang terakhir. Kemudian ribosom berubah menjadi sub unit kecil dan besar.1-3 Golongan Darah Golongan darah adalah satu dari berbagai cara dari tes maternitas atau paternitas, golongan darah itu sendiri adalah suatu ciri khusus dari individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein yang ada pada permukaan membrane sel darah merah, dengan kata lain, golongan darah ditentukan oleh jumlah zat (kemudian disebut antigen) yang terkandung di dalam sel darah merah. Ada 2 penggolongan darah yang paling penting, yaitu Golongan ABO dan Golongan Rhesus (Rh). Ada lebih dari 40 juta antigen yang kita kenal selain ABO dan Rh, hanya sangat jarang sekali dijumpai. Pada golongan darah ABO, terdapat 2 antigen yang berbeda. Antigen-A, dan AntigenB. Ada 4 golongan dalam Golongan darah ABO ini, golongan A, B, AB, dan O. Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terha dap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A -negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan

golonga n darah A-negatif atau O-negatif. Untuk individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B -negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B -negatif atau O-negatif. Sedangkan individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB -positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB -positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif. Dan yang terakhir, individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O -negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebutdonor universal. Namun, orang dengan golongan darah O -negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O- negatif. Secara umum, golongan darah yang paling banyak adalah golongan darah O, meskipun di beberapa Negara sepertu norwegia dan swedia golongan darah umum disana adalah golongan darah A. Golongan darah berikutnya yang tidak kalah penting adalah Golongan Rhesus (Rh). Nama ini diambil dari monyet jenis rhesus yang digunakan oleh karl leindsteiner pada tahun 1940 (karl leindsteiner juga yang menemukan golongan darah ABO). Penggolongan pada golongan ini dibagi 2, yaitu Golongan Rh + dan Rh -, golongan darah Rh + yang berarti darahnya memiliki antigen-Rh yang ditunjukkan dengan reaksi positif atau terjadi penggumpalan eritrosit pada waktu dilakukan tes dengan anti-Rh (antibodi Rh). Sedangkan golongan darah Rh - berarti darahnya tidak memiliki antigen-Rh yang ditunjukkan dengan reaksi negatif atau tidak terjadi penggumpalan saat dilakukan tes dengan anti-Rh (antibodi Rh). Jenis penggolongan ini seringkali digabungkan dengan penggolongan ABO.

ABOABAB-

AB+ Semua golongan

BOB-

B+ OO+ BB+

AOA-

A+ OO+ AA+

OO-

O+ OO+

Tabel Kecocokan RBC

Menurut Landsteiner golongan darah Rh ini termasuk keturunan (herediter) yang diatur oleh satu gen yang terdiri dari 2 alel, yaitu Rh dan rh. Rh dominan terhadap rh sehingga terbentuknya antigen-Rh ditentukan oleh gen dominan Rh. Orang bergolongan darah Rh+ jika mempunyai genotip RhRh atau Rhrh, sedangkan orang Rh- mempunyai genotip rhrh. Genetika Mendel Genetika adalah ilmu yang mempelajari pewarisan sifat dari induk kepada anaknya, sedangkan genetika mendel dimulai pada saat jaman genetika modern dimulai di sebuah kebun biara, ada seorang biarawan bernama Abbot Gregor Johann Mendel (Gregor Mendell). Dia adalah warga asli austria yang sering melakukan penilitian tentang pewarisan sifat, teori itu disebut Teory of Particulte inheritance. Mendel menerangkan adanya fenomena faktor keturunan (gen) yang secara kekal diwariskan dari induk kepada keturunannya melalui hukum pemisah. Teori ini dibangun Mendel terhadap pengamatan persilangan tanaman kacang kapri. Mendel memilih bekerja dengan kacang kapri karena kacang kapri memiliki banyak varietas, dan juga mendel menggunakan kacang kapri karena kacang kapri mempunyai keturunan yang banyak dan memerlukan waktu yang singkat untuk itu, juga untuk melakukan penyerbukan silang pada kacang kapri sangatlah mudah. Di dalam genetika,teori sangat penting bahkan dijadikan dasar dalam memahami genetika dan melakukan analisis atas pola-pola pewaris sifat genetik. Hukum mendel pada prinsipnya terdiri dari dua rumusan yaitu hukum I mendel disebut juga hukum segregasi, hukum II Mendel disebut juga hukum penggabungan secara bebas. Hukum I Mendel (disebut juga hukum segregasi) adalah mengenai kaidah pemisahan alel padawaktu pembentukan gamet. Hukum segregasi menyatakan bahwa pada waktu pembentukan gametterjadi segregasi atau pemisahan alel-alel secara bebas, dari diploid menjadi haploid, hukum Mendel I dapat kita pelajari dari persilangan monohibrit. Persilangan monohibrit adalah perkawinan satu karakter dengan dua sifat yang beda, contohnya warna mata adalah karakter orang yang diamati. Mendel melihat ada dua sifat dari karakter warna mata yaitu warna biru dan warna coklat bila orang bermata biru dengan satu orang bermata coklat. P1 F1 P2 F2 BB (biru) x bb (coklat) Bb (biru) Bb (biru) x Bb (biru) 1 BB (biru); 2 Bb (biru); 1 bb (coklat) Perbandingan : 3 (biru) : 1 (coklat)

Tabel Persilangan Monohibrid

Sedangkan Hukum II Mendel, atau dinamakan hukum penggabungan bebas (the Mendelian law of independent assortment) mengenai ketentuan penggabungan bebas yang harus menyertai terbentuknya gamet pada perkawinan dihibrid. Hukum II Mendel dapat dipelajari dari persilangan dihibrid. Persilangan dihibrid adalah perkawinan dua karakter yang berlainan. Misalnya persilangan antara orang yang berambut lurus dan berkulit putih dengan orang berambut keriting dan berkulit hitam.

Gamet LP Lp lP lp

LP LLPP LLpP lLPP lLpP

Lp LLPp LLpp lLPp lLpp

lP LlPP LlpP llPP llpP

lp LlPp Llpp llPp llpp

Tabel Ratio fenotip F2 persilangan dihibrid LLPP (lurus putih) x llpp (keriting hitam)

Pada percobaan-percobaan genetika, para ahli sering menemukan ratio fenotip yang ganjil, seakan-akan tidak mengikuti hukum mendel. Contohnya, pada persilangan antara 2 individu dengan sifat berbeda, ternyata rasio fenotip F2 tidak selalu 9:3:3:1, sering dijumpai perbandingan 9:7, 12:3:1, 15:1 dan lain-lain. namun apa bila kita melihat lebih teliti, angkaangka perbandingan di atas, ternyata juga penggabungan angka-angka perbandingan mendel. Seperti 9 : 7 = 9 : (3+3+1) ; 12 : 3 : 1 = (9+3) : 3 : 1 ; 15 : 1 = (9+3+3) : 1 dan lainnya. Oleh sebab itu disebut penyimpangan semu, karena masih mengikuti hukum mandel. Penyimpangan semu hukum mendel adalah terjadinya suatu kerjasama berbagai sifat yang memberikan fenotip berlainan namun masih mengikuti perbandingan genotip dari mendel. Pernyimpangan semu ini terjadi karena adanya 2 pasang gen atau lebih saling mempengaruhi dalam memberikan fenotip pada suatu individu. Peristiwa pengaruh mempengaruhi antara 2 pasang gen atau lebih disebut interaksi gen. Tes Paternitas dan Maternitas Belakangan ini banyak kasus ragu ayah (disputed paternity) dan ragu ibu (disputed maternity), maka dari itu para ahli menciptakan serangkaian tes atau sistem yang akan membuktikan secara biologis hubungan ayah atau ibu dengan anak. Serangkaian tes atau sistem ini disebut juga sebagai tes paternitas (untuk ragu ayah) dan tes maternitas (untuk ragu

ibu).Pengelompokan sistem yang digunakan dalam tes paternitas dan maternitas dibagi menjadi empat yaitu: Sistem sel darah merah terdiri dari: sistem ABO, Rhesus (Rh), MNS, Kell (K), Duffy (Fy), Kidd (Jk), Lutheran. Sistem biokimia meliputi pemeriksaan plasma protein dan enzim sel darah merah terdiri dari: haptoglobin (Hp), phosphoglucomutase (PGM), esterase D (EsD), erythrocyte acid phosphatase (EAP), glyoxalase (GLO), adenosine deaminase (ADA), adenylate kinase (AK), group specific component (GC), Gm dan KM. Human Leucocyte Antigen (HLA) yang mengidentifikasi antigen pada leukosit. DNA profiling. Intinya semakin banyak sistem yang kita gunakan pada kasus ragu ayah, maka peluang memastikan bukan ayah akan semakin besar. Dengan pemeriksaan semua serologi forensik yaitu pemeriksaan sel darah merah, biokimia, dan HLA (tidak termasuk tes DNA) maka peluang eksklusi yang memastikan bukan ayah sebesar 99,7% dengan pemeriksaan HLA yang memberikan peluang eksklusi tertinggi yaitu sebesar 94%. Pemeriksaan dengan serologi forensik kurang kuat jika dibandingkan dengan pemeriksaan DNA yang memiliki peluang memastikan status keayahan sebesar 99,9%.3 Secara umum, tes yang paling sering dilakukan adalah tes sel darah merah, biokimia dan HLA, karena dengan ini kita hanya dapat mengeksklusi seseorang yang bukan ayah atau ibu dari anak. Sedangkan tes DNA berdasarkan pada analisis informasi genetik yang sangat spesifik dalam membedakan ciri setiap individu sehingga dapat menentukan identitas seseorang hampir 100 % pasti sebagai ayah biologis si anak. Tes sel darah merah, biokimia, dan HLA intinya sama, kita hanya menggolongkan sel darah dari anak dan orang tua yang mempunyai kasus ragu ayah dengan zat-zat kimia seperti antigen A dan antigen B untuk menggolongkan darah ke dalam golongan ABO. Sedangkan pada tes DNA, ada keuntungan dengan menggunakan tes ini dalam kasus ragu ayah dan ragu ibu, yaitu Ketepatan lebih tinggi Kestabilan yang tinggi Pada kasus-kasus dimana bukti sebagai sampel sudah membusuk, maka hanya tes DNA yang masih dapat dilakukan, karena DNA bersifat tahan pembusukan dibandingkan protein. Pilihan sampel yang luas Penyebaran DNA kecuali sel darah merah.

Hanya tes DNA yang dapat dilakukan untuk pemecahan kasus-kasus sulit yang tidak dapat dipecahkan oleh metode konvensional antara lain seperti: penentuan keayahan, kasus incest, kasus paternitas dengan bayi dalam kandungan, kasus paternitas dengan bayi yang sudah meninggal dan kasus paternity tanpa kehadiran sang ayah.

Dapat mengungkap kasus perkosaan dengan banyak pelaku, pemeriksaan DNA dapat memastikan berapa orang pelaku dan siapa saja pelakunya. Sensitifitas yang amat tinggi Sensitifitas tes DNA dapat mencapai 99,9 %. Tes DNA juga dapat dilakukan pada sampel dengan jumlah kecil dengan metode PCR. Secara umum bisa dikatakan bahan sampel DNA dapat dipilih dari jaringan apa saja,

karena DNA dapat diperoleh dari semua sel berinti. Sel yang tidak memiliki DNA hanyalah sel darah merah karena sel darah merah tidak memiliki inti. Tetapi ada beberapa bagian yang mudah untuk terkontaminasi. Untuk itu terhadap beberapa bahan sampel tersebut harus diberi perlakuan sebagai berikut:4 Jaringan Untuk bahan sampel yang segar, sampel terbaik adalah jaringan limpa, kelenjar getah bening dan hati. Sedangkan untuk bahan yang telah busuk, otak yang terbaik meskipun kondisinya telah mencair. Bahan sampel diambil, dibungkus kertas alumunium dan dibekukan pada suhu dibawah 20C. Darah Darah cair diberikan pengawet EDTA, dan disimpan dalam termos es atau lemari es. Alternatif lain, bahan diserap dengan kain kasa lalu dikeringkan. Bercak kering dapat dikerok dengan scalpel, dibawa dengan bendanya atau diusap dengan kain kasa basah lalu dikeringkan. Cairan mani Diserap dengan kain kasa kemudian dikeringkan Tulang, Gigi dan Rambut Dibungkus dengan kertas alumunium dan disimpan pada suhu di bawah 20C. Bahan yang telah dikeringkan dapat disimpan pada suhu kamar. Sampel rambut diambil 10 15 helai beserta akarnya. Sampel gigi dipilih paling sedikit empat, molar jika mungkin. Sampel gigi sebaiknya tidak rusak oleh endodontia. Sampel tulang sebaiknya dari femur. Secara umum, tes DNA untuk tes paternitas atau maternitas ini memeliki beberapa tahapan. tahapan tes DNA yaitu:5 Tahapan preparasi sampel yang meliputi pengambilan sampel DNA (isolasi) dan pemurnian DNA. Dalam tahap ini diperlukan kesterilan alat-alat yang digunakan. Untuk sampel darah, dalam isolasinya dapat digunakan bahan kimia phenolchloroform sedangkan untuk sampel rambut dapat digunakan bahan kimia Chilex. Selanjutnya DNA

dimurnikan dari kotoran-kotoran seperti protein, sel debris, dan lain lain. Untuk metode pemurnian biasanya digunakan tehnik sentrifugasi dan metode filtrasi vakum. Tetapi berbagai ilmuwan telah banyak meninggalkan cara tersebut dan beralih ke produk-produk pemurnian yang telah dipasarkan seperti produk butir magnet yang memanfaatkan silicacoated paramagnetic resin yang memungkinkan metode pemisahan DNA yang lebih sederhana dan cepat. Tahapan selanjutnya adalah memasukan sampel DNA yang telah dimurnikan kedalam mesin PCR (polymerase chain reaction) sebagai tahapan amplifikasi. Hasil akhir dari tahap amplifikasi ini adalah berupa kopi urutan DNA lengkap dari DNA sampel. Selanjutnya kopi urutan DNA ini akan dikarakterisasi dengan elektroforesis untuk melihat pola pitanya. Karena urutan DNA setiap orang berbeda maka jumlah dan lokasi pita DNA (pola elektroforesis) setiap individu juga berbeda. Pola pita inilah yang disebut DNA sidik jari (DNA finger print) yang akan dianalisa pola STR nya. Tahap terakhir adalah DNA berada dalam tahapan typing, proses ini dimaksudkan untuk memperoleh tipe DNA. Mesin PCR akan membaca data-data DNA dan menampilkannya dalam bentuk angkaangka dan gambar-gambar identfikasi DNA. Finishing dari tes DNA ini adalah mencocokan tipe-tipe DNA. Hasil analisis laboratorium atau profil DNA akan terlihat berupa pita-pita DNA yang terdapat pada gel poliakrilamid. Pita DNA anak kemudian dibandingkan dengan pita DNA ayah dan ibunya. Dapat dilihat bahwa masing-masing orang memiliki dua pita sebagai representasi dua alel yang menggambarkan DNA pada satu pasang kromosom. Salah satu pita pada kolom DNA anak sama tinggi dengan salah satu pita ibu yang menunjukkan alel tersebut berasal dari ibu, artinya pita anak yang kedua berasal dari pihak ayah terlihat bahwa salah satu pita ayah sama tinggi dengan pita kedua anak. Kemudian dilakukan perhitungan statistik sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pria tersebut kemungkinan besar adalah ayah dengan kemungkinan sekian persen dibandingkan dengan orang lain dalam ras yang sama. Selain cara umum untuk melakukan tes DNA tersebut seperti diatas, Ada beberapa teknik analisa DNA yang lainnya yang dapat dilakukan, yang pertama adalah Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP), RFLP adalah suatu polimorfisme DNA yang terjadi akibat variasi panjang fragmen DNA setelah dipotong dengan enzim retriksi tertentu menjadi fragmen Variable Number Of Tandem Repeat (VNTR). Teknik ini dilakukan dengan memanfaatkan enzim retriksi yang berfungsi memotong DNA pada tempat-tempat tertentu

dengan cara mengenali urutan basa tertentu seperti AATT. Urutan basa tersebut disebut sebagai recognition sequence. Enzim yang berbeda memiliki recognition sequence yang berbeda. Enzim ini lalu memotong DNA menjadi segmen-segmen yang berbeda. Panjang segmen tersebut bervariasi pada tiap orang, hal ini disebabkan karena titik potong enzim yang berbeda dan panjang segmen antara titik potong juga berbeda.4,6 Analisa yang dihasilkan adalah variasi pada panjang fragmen DNA yang telah ditentukan. Setelah selesai, pola RFLP tampak seperti kode batang (bar code). Saat membandingkan hasil analisa dua sampel, pola batang pada autoradiograf dibandingkan untuk menentukan apakah kedua sampel tersebut berasal dari sumber yang sama.4,6 Proses pada teknik Restriction Fragment Leght Polymorphism (RFLP) diawali dengan proses pemotongan dengan menggunakan enzim retriksi tertentu. Kemudian dengan menggunakan gel yang dialiri arus listrik, potongan DNA diurutkan berdasarkan panjangnya. Proses ini dinamakan electrophoresis, prinsip pada proses in adalah potongan DNA yang lebih pendek bergerak lebih cepat daripada yang lebih panjang. Untuk mendeteksi adanya segmen yang bersifat polimorfik maka dilakukan suatu prosedur yang disebut sebagai Southern Blooting. Dalam prosedur ini pada gel ditambahkan suatu zat kimia yang berfungsi untuk memisahkan rantai ganda menjadi rantai tunggal, kemudian membran nilon diletakkan diatas gel dan bahan penyerap diatas membran nilon. Cairan akan bergerak ke dalam bahan penyerap bersama potongan DNA rantai tunggal. Kemudian dengan menggunakan fragmen pendek DNA (DNA probe) yang mengandung petanda radioaktif maka akan dideteksi DNA yang berasal dari lokasi pada genome yang memiliki ciri yang jelas dan sangat polimorfik. Pada proses ini DNA probe akan berikatan dengan potongan DNA rantai tunggal dan membentuk DNA rantai ganda pada bahan nilon. DNA probe yang tidak berikatan akan dicuci. Membran nilon yang berisi potongan DNA yang telah ditandai dengan DNA probe selanjutnya ditransfer pada selembar film X-ray. Pada proses ini akan tampak hasil berupa kode batang yang disebutaut or ad. Pola inilah yang dibandingkan untuk mengetahui apakah kedua sampel bersal dari sumber yang sama. Pada teknik RFLP tidak hanya digunakan satu DNA probe, diamana DNA probe yang berbeda menandai lokus yang berbeda.4,6 Lalu ada teknik Polymerase Chain Reaction (PCR), PCR yaitu suatu metode untuk memperbanyak fragmen DNA tertentu secara in vitro dengan enzim polymerase DNA. Teknik ini didesain agar yang diperbanyak hanya segmen tertentu dari sampel dengan tingkat akurasi yang tinggi, sehingga dapat diperoleh informasi dari sampel yang jumlahnya sedikit atau bahkan pada sampel DNA yang sudah mulai terdegradasi.2,4,6

Sampel DNA yang disiapkan dengan metode PCR dapat diananlisis menggunakan beberapa cara. Secara umum variasi per lokus sampel DNA yang disiapkan melalui PCR lebih rendah daripada variasi pada RFLP. Dengan demikian hasil dapat diperoleh dari sampel yang kurang secara kualitas maupun kuantitas namun kekuatan deskriminasinya lebih rendah dengan jumlah lokus yang sama. Kekuatan metode analisis PCR adalah kemampuan untuk menganalisa beberapa lokus secara bersamaan dengan proses yang otomatis.2,4,6 Proses yang terjadi pada teknik ini serupa dengan cara DNA memperbanyak jumlahnya dalam sel. Ada tiga tahap yang dilakukan di laboratorium. Pertama, proses yang dinamakan denaturation yaitu segmen atau urutan DNA rantai ganda dipisahkan menjadi dua rantai tunggal dengan cara memanaskan. Kedua proses Annealing atau Hybridization, pada proses ini setiap rantai tunggal tersebut dipersiapkan dengan cara mengikatkannya dengan DNA primer. DNA primer adalah DNA pendek yang dibuat secara sintetis yang menunjukkan urutan DNA yang akan diperbanyak. Proses ketiga disebut Extension yaitu enzim DNA polymerase ditambahkan bersama dengan sejumlah basa bebas dari keempat jenis basa DNA dilanjutkan dengan proses replikasi. Meskipun metode PCR lebih sering dilakukan dalam banyak kasus, tetap saja tes ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan PCR dibandingkan RFLP adalah:2 Simpel dan mudah dilaksanakan di laboraturium Hasil diperoleh dalam waktu singkat (dalam beberapa hari) Oleh karena kapasitas produksi segmen DNA yang tidak terbatas maka metode yang berdasarkan PCR memungkinkan untuk menganalisa DNA dalam jumlah sangat sedikit. Kekurangan metode PCR adalah:2 Mudah terkontaminasi Kebanyakan lokus dalam PCR memiliki alel lebih sedikit dibandingkan VNTR pada metode RFLP. Beberapa lokus dari PCR adalah gen yang fungsional, ini berarti telah terjadi seleksi alam yang menyebabkan perbedaan yang lebih besar dari subgroup populasi. Sistem selanjutnya yang menggunakan sistem analisis DNA adalah STRs (Short Tandem Repeats) dan Y-STRs ( Y-ShortT ande m Repeats). Metode STRs (Short Tandem Repeats) adalah salah satu metode analisis yang berdasar pada metode Polymerase Chain Reaction (PCR). STRs (Short Tandem Repeat) adalah suatu istilah genetik yang digunakan untuk menggambarkan urutan DNA pendek (2 5 pasangan basa) yang diulang. Genome setiap manusia mengandung ratusan STRs. Metode ini paling banyak dikembangkan karena

metode ini cepat, otomatis dan memiliki kekuatan diskriminasi yang tinggi. Dengan metode STRs dapat memeriksa sampel DNA yang rusak atau dibawah standar karena ukuran fragmen DNA yang diperbanyak oleh PCR hanya berkisar antara 200 500 pasangan basa. Selain itu pada metode ini dapat dilakukan pemeriksaan pada setiap lokus yang memiliki tingkat polimorfisme sedang dengan memeriksa banyak lokus dalam waktu bersamaan. Teknik yang digunakan adalahmulti pl e xi ng yaitu dengan memeriksa banyak lokus dan berbeda pada satu tabung. Dengan cara ini dapat menghemat waktu dan menghemat sampel. Analisis pada teknik ini didasarkan pada perbedaan urutan basa STRs dan perbedaan panjang atau pengulangan basa STRs.2,4 Sedangkan Y- STRs adalah STRs yang ditemukan pada kromosom Y. Y- STRs dapat diperiksa menggunakan jumlah sampel kecil dan rusak dengan metode dan alat yang sama dengan pemeriksaan STRs pada kromosom autosomal. Karena kromosom Y hanya terdapat pada pria maka Y- STRs dapat berguna untuk menyaring informasi genetik yang spesifik dari pria yang yang menjadi sampel. Pemeriksaan Y- STRs dapat digunakan untuk memeriksa sampel tanpa sperma yang bercampur antara sampel laki-laki dan perempuan, seperti sampel darah atau air liur yang diambil dari korban kasus perkosaan. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi profil pria ketika hanya profil wanita yang tampak jelas saat menggunakan STRs. Karena kromosom Y tidak mempunyai homolog pada genom manusia, maka disebut hemizygous. Kromosom Y tidak mempunyai partner yang sama seperti pada kromosom autosomal. Walaupun ia berpasangan selama pembelahan sel, rekombinasi genetik yang terjadi hanya sedikit atau yidak ada sama sekali, hal ini diwariskan kepada keturunannya. YSTRs sangat berguna untuk menyelesaikan kasus disputed paternity pada anak laki-laki, karena kromosom Y diturunkan oleh ayah kepada anak laki-laki.2,4 Tes analisis DNA yang terakhir adalah mtDNA (Mitochondrial DNA) Aplikasi penggunaan mitokondria DNA (mtDNA) dalam identifikasi forensik dimulai pada tahun 1990. Mitokondria adalah partikel intraselular yang terdapat di luar nukleus dalam sitoplasma sel. Mitokondria mengandung DNA kecil berupa molekul berbentuk sirkular yang terdiri dari 16569 pasangan basa yang dapat diidentifikasi. Setiap sel mengandung 100 1000 mitokondria. Ciri khas dari mtDNA adalah pola penurunannya. Tidak seperti DNA inti yang tersusun dari kombinasi separuh DNA orang tua, mitokondria DNA hanya mengandung DNA ibu. Mitokondria diturunkan melalui sel telur tidak melalui sperma walaupun sperma secara struktural juga mengandung mitokondria dalam jumlah kecil, hal ini disebabkan karena

bagian mitokondria sperma tidak masuk ke dalam sel telur sehingga hanya mitokondria ibu yang secara normal diturunkan pada anaknya.2,4 Mitokondria DNA bersifat seperti kromosom Y yang tidak mempunyai homolog pada genom manusia, maka disebut hemizygous hal ini menyebabkan Mitokondria DNA dan Kromosom Y diturunkan secara spesifik. Jika dari pemeriksaan Mitokondria DNA dapat mengetahui garis ibu, maka dari pemeriksaan Kromosom Y dapat mengetahui garis ayah pada anak laki-laki. Perbedaan yang terlihat bahwa Mitokondria DNA adalah marker sitoplasmik yang diturunkan ibu kepada semua anaknya sedangkan Kromosom Y adalah marker nuklear yang hanya diturunkan seorang ayah pada anak laki-lakinya.4 Kesimpulan Tes paternitas dan Maternitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, melalui media DNA, darah dan genetika mendel. tes Golongan darah akan sangat membantu seseorang untuk mengetahui ke sah-an biologis antara ayah atau ibu dengan anak dalam kasus ragu ayah (disputed paternity) atau ragu ibu (disputed maternity). Akan tetapi hasil dari tes ini masih kurang meyakinkan jika dibandingkan dengan tes DNA dengan sistem seperti PCR, RFLP dan lainnya. Karena hasil dari tes DNA mencapai hasil kepastian dan kebenaran sampai 99,9%. Maka dari itu disarankan, jika ada kasus ragu ayah atau ragu ibu, sebaiknya menggunakan tes DNA untuk mencari kebenarannya, karena tingkat kepastian yang sangat tinggi. Daftar Pustaka 1. Anonim. Brief History of Forensik DNA Typing. Availableat :

www.cstl.nist.gov/strbase/ppt/intro.pdf. Accessed on: january 24, 2011. 2. Samuels. JE, Asplen. C. The Future of Forensik DNA Testing, Prediction of the research and development working group. Available:http://www.denverda.org

/DNA/Forensik_DNA_ Articles. htm. Accessed on: January 24, 2011. 3. Anonim. Pusdokkes polri the Indonesian police center for medical and health service. Available at: http://www.pusdokkes.polri.go.id/naskah/dokpol/ladokpoli.html. Accessed on:January 24, 2011. 4. Modul bahan ajar. Proyek pengembangan kewirausahaan melalui integrative bahan ajar kriminalistik. Buku II. Jakarta: Universitas Indonesia, 2000. 5. Anonym. Dna genetik testing-paternity and forensic use. Available at:

http://www.genetiks.edu.au. Accessed on: January 24, 2011.

6. Norah R, Keith I. Introduction to Forensik DNA Analysis.ed. 2. Washington DC: CRC PressLLC,2002.

Tabel Pewarisan Golongan Darah Kepada Anak

Ibu / Ayah O A B AB

O O O, A O, B A, B

A O, A O, A, O, A, B, AB A, B, AB

B O, B O, A, B, AB O, B A, B, AB

AB A, B A, B, AB A, B, AB A, B, AB

You might also like