You are on page 1of 29

Tinjauan Pustaka

Pemeriksaan Forensik pada Pembunuhan akibat Kekerasan Benda Tajam


Edwinda Desy Ratu Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731 Email: edwindadr@ymail.com

Pendahuluan Di masyarakat kerap terjadi peristiwa pelanggaran hukum yang menyangkut tubuh dan nyawa manusia. Untuk pengusutan dan penyidikan serta penyelesaian masalah hukum ini ditingkat lebih lanjut sampai akhirnya pemutusan perkara dipengadilan diperlukan bantuan berbagai ahli di bidang terkait untuk membuat jelas jalannya peristiwa atau kejadian. Dokter diharapkan membantu proses peradilan ini sehingga bekal ilmu kedokteran forensik diperlukan.[1] Peran dokter dalam kasus pidana adalah memberikan bantuan sesuai dengan bidang keahliannya seperti yang terdapat pada pasal KUHAP 133. Dengan mempelajari Ilmu kedokteran Forensik, maka seorang dokter dapat melakukan berbagai pemeriksaan untuk membantu penyidikan sehingga akan didapatkan informasi-informasi penting yang diperlukan pihak penyidik untuk mengungkap suatu kasus. [1]

Dalam makalah ini, akan dibahas bagaimana alur tata cara yang perlu dilakukan oleh dokter yang diminta oleh pihak penyidik dalam membantu mengungkapkan suatu kasus termasuk aspek hukum yang berperan didalamnya hingga membuat laporan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan dari kasus tersebut.

Aspek hukum[2] Pasal 338 KUHP Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun. Pasal 339 KUHP Pembunuh an yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya, atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan hukum, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun. Pasal 340 KUHP Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh lima tahun. Pasal 353 KUHP (1) Penganiayaan dengan rencana terlebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama 4 tahun. (2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun. (3) Jika perbuatan mengakibatkan mati, dia dikenakan pidana penjara paling lama 9 tahun.
2

Pasal 354 KUHP (1) Barangsiapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam, karena melakukan penganiayaan berat, dengan pidana penjara paling lama delapan tahun. (2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama sepuluh tahun. Pasal 355 KUHP (1) Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama 12 tahun. (2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama 15tahun.

Aspek Medikolegal[2] Kewajiban Dokter Membantu Peradilan Pasal 133 KUHAP 1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya. 2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat. 3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.

Penjelasan Pasal 133 KUHAP 2) Keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli, sedangkan keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman

disebut keterangan. Pasal 179 KUHAP 1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan. 2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenanr-benarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya. Bentuk Bantuan Dokter Bagi Peradilan Dan Manfaatnya Pasal 183 KUHAP Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah

melakukannnya. Pasal 184 KUHAP 1) Alat bukti yang sah adalah: Keterangan saksi Keterangan ahli Surat Pertunjuk Keterangan terdakwa

2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan. Pasal 186 KUHAP Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.
4

Pasal 180 KUHAP 1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di sidang pengadilan, Hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat pula minta agar diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan. 2) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Hakim memerintahkan agar hal itu dilakukan penelitian ulang. 3) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2) Sangsi Bagi Pelanggar Kewajiban Dokter Pasal 216 KUHP 1) Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya. Demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah. 2) Disamakan dengan pejabat tersebut di atas, setiap orang yang menurut ketentuan undang-undang terus-menerus atau untuk sementara waktu diserahi tugas menjalankan jabatan umum. 3) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya pemidanaan yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidanya dapat ditambah sepertiga. Pasal 222 KUHP Barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
5

Pasal 224 KUHP Barangsiapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi, ahli atau jurubahasa, dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut undangundang ia harus melakukannnya: 1. Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9 bulan. 2. Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6 bulan. Pasal 522 KUHP Barangsiapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau jurubahasa, tidak datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah. Rahasia Jabatan dan Pembuatan Ska/ V Et R Peraturan Pemerintah No 26 tahun 1960 tentang lafaz sumpah dokter Saya bersumpah/ berjanji bahwa: Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perkemanusiaan Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan bersusila, sesuai dengan martabat pekerjaan saya. Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan kedokteran. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan karena keilmuan saya sebagai dokter.dst. Peraturan Pemerintah no 10 tahun 1966 tentang wajib simpan rahasia Kedokteran.

Pasal 1 PP No 10/1966 Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya dalam lapangan kedokteran.

Pasal 2 PP No 10/1966 Pengetahuan tersebut pasal 1 harus dirahasiakan oleh orang-orang yang tersebut dalam pasal 3, kecuali apabila suatu peraturan lain yang sederajat atau lebih tinggi daripada PP ini menentukan lain. Pasal 3 PP No 10/1966 Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1 ialah: a. Tenaga kesehatan menurut pasal 2 UU tentang tenaga kesehatan. b. Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan, pengobatan dan atau perawatan, dan orang lain yang ditetapkan oleh menteri kesehatan. Pasal 4 PP No 10/1966 Terhadap pelanggaran ketentuan mengenai wajib simpan rahasia kedokteran yang tidak atau tidak dapat dipidana menurut pasal 322 atau pasal 112 KUHP, menteri kesehatan dapat melakukan tindakan administrative berdasarkan pasal UU tentang tenaga kesehatan. Pasal 5 PP No 10/1966 Apabila pelanggaran yang dimaksud dalam pasal 4 dilakukan oleh mereka yang disebut dalam pasal 3 huruf b, maka menteri kesehatan dapat mengambil tindakan-tindakan berdasarkan wewenang dan kebijaksanaannya. Pasal 322 KUHP 1) Barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena jabatan atau pencariannya baik yang sekarang maupun yang dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak sembilan ribu rupiah. 2) Jika kejahatan dilakukan terhadap seorang tertentu, maka perbuatan itu hanya dapat dituntut atas pengaduan orang itu.

Pasal 48 KUHP Barangsiapa melakukan perbuatan karena pengaruh daya paksa tidak dipidana.

Identifikasi Forensik[1] Identifikasi forensik merupakan langkah pertama apabila korban ditemukan. Upaya penentuan identiti korban dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personel merupakan suatu masalah dalam kasus pidana atau perdata. Menentukan identitas personel dengan tepat amat penting dalam penyelidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan. Di dalam identifikasi korban ini, peran ilmu kedokteran forensik adalah penting terutama apabila korban ini tidak dikenal dan korban ini sudah membusuk seperti di dalam kasus ini. Penentuan identitas personel dapat menggunakan beberapa metode dan identifikasi seseorang dipastikan apabila paling sedikit dua metode yang digunakan memberikan hasil positif. Metode-metodenya adalah : 1. Pemeriksaan dokumen Apabila dokumen seperti kartu identifikasi (KTP, SIM, paspor dll) yang kebetulan ditemukan dalam saku pakaian yang dikenakan atau berdekatan dengan TKP sangat membantu mengenali korban tersebut. 2. Identifikasi medik Pemeriksaan ini dilakukan di TKP atau ruang autopsi semasa pemeriksaan luar. Identifikasi medik ini mempunyai nilai tinggi karena selain dilakukan oleh seorang ahli dengan menggunakan cara/modifikasi sehingga ketepatan cukup tinggi. Metode ini terbahagi kepada dua : i. Identifikasi umum Pada pemeriksaan luar, identifikasi umum dilakukan dengan mencatat identitas korban seperti; jenis kelamin, bangsa dan ras, umur, warna kulit, keadaan gizi, tinggi, berat badan, rambut mayat baik dari segi warna, distribusi, keadaan tumbuh serta sifatnya; kasar atau halus, lurus atau ikal, keadaan zakar yang disirkumsisi atau tidak.
8

ii.

Identifikasi khusus Ini terdiri daripada sesuatu yang khusus yang dapat dijumpai pada korban yang dapat membantu identifikasi korban. Ini terdiri dari : Rajah / tattoo Tentukan letak, warna serta tulisan/lukisan tattoo yang ditemukan. Bila perlu bt dokumentasi foto. Jaringan parut Catat seteliti mungkin jaringan parut yang ditemukan baik yang timbul akibat penyembuhan luka maupun yang terjadi akibat tindakan bedah. Kelainan kulit Adanya kutil, angioma, bercak hiper atau hipopogmentasi, eksema dan kelainan lain sering kali dapat membantu dalam penentuan identitas. Anomali dan cacat pada tubuh Kelainan anatomis berupa anomaly atau deformitas akibat penyakit atau kekerasan perlu dicatat dengan seksama. Tidak tercatanya ciri-ciri yang disebut di atas dapat sangat merugikan karena dapat menyebabkan diragukannya hasil pemeriksaan terhadap mayat secara keseluruhan.

3. Pemeriksaan pakaian dan perhiasan Dari pakaian dan perhiasan yang dikenakan jenazah mungkin dapat diketahui merek atau nama pembuat, ukuran, inisial nama pemilik, badge, yang semuanya membantu identifikasi walaupun telah terjadi pembusukan pada jenazah tersebut. 4. Metode visual Metode ini dilakukan dengan cara memperlihatkan jenazah pada orang-orang yang merasa kehilangan anggota keluarga atau temannya. Cara ini hanya efektif pada jenazah yang belum membusuk sehingga masih mungkin mengenali wajah dan bentuk tubuhnya oleh lebih dari satu orang. Hal ini perlu perhatikan mengingat adanya kemungkinan faktor emosi yang turut berperan untuk membenarkan atau sebaliknya menyangkal identitas jenazah tersebut.

5. Pemeriksaan sidik jari Metode ini membandingkan gambaran sidik jari jenazah dengan sidik jari ante mortem. Sampai saat ini, pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi ketepatannya untuk menentukan identitas seseorang. Dengan demikian harus dilakukan penanganan sebaik-baiknya jari tangan untuk pemeriksaan sidik jari misalnya melakukan pembungkusan kedua tangan jenazah dengan kantung plastik. 6. Pemeriksaan gigi Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi (odontogram) dan rahang yang dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar-x dan pencetakan gigi serta rahang. Odontogram memuat data tentang jumlah, bentuk, susunan, tambalan, protesa gigi dan sebagainya. Seperti halnya dengan sidik jari, maka setiap individu memiliki susunan gigi yang khas. Dengan demikian dapat dilakukan identifikasi dengan cara membandingkan data temuan dengan data pembanding ante mortem. 7. Pemeriksaan serologik Pemeriksaan serologik bertujuan untuk menentukan golongan darah jenazah. Penentuan golongan darah pada jenazah yang telah membusuk dengan memeriksa rambut, kuku dan tulang.

Pemeriksaan TKP[1] Dasar pemeriksaan adalah hexameter, yaitu menjawab 6 pertanyaan : (1) apa yang terjadi, (2) siapa yang tersangkut, (3) dimana dan kapan terjadi, (4) bagaimana terjadinya dan (5) dengan apa melakukannya, serta (6) kenapa terjadi peristiwa tersebut. Bila korban masih hidup maka tindakan yang paling utama dan pertama bagi dokter adalah menyelamatkan koban dengan tetap menjaga keutuhan TKP. Sedangkan pada skenario, korban didapatkan dalam keadaan telah mati dan membusuk, tugas dokter adalah menegakkan diagnosis kematian, memperkirakan saat kematian, memperkirakan sebab kematian, memperkirakan cara kematian, menemukan dan mengamankan benda bukti biologis dan medis. Bila perlu dokter dapat melakukan anamnesa dengan saksi-saksi untuk

10

mendapatkan gambaran riwayat medis korban (pada kasus anamnesa dilakukan terhadap orang yang menemukan jenazah ). Perlengkapan yang sebaiknya dibawa pada saat pemeriksaan di TKP adalah kamera, film berwarna dan hitam putih (untuk ruangan gelap), lampu kilat, lampu senter, lampu ultraviolet, alat tulis dan temapat menyimpan barang bukti berupa amplop atau kantong plastik, pinset, skapel, jarum, tang, kaca pembesar, termometer rectal, termometer rangan, sarung tangan, kapas, kertas saring serta alat tulis (spidol) untuk memberi label pada benda bukti. Pemeriksaan di tempat kejadian penting untuk membantu penentuan penyebab kematian dan menentukan cara kematian. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah posisi korban saat mati, simpul pada baju korban yang dipakai untuk mencekik korban, benda-benda bukti di sekitar korban, dan keadaan lingkungan. Dari hasil pemeriksaan TKP di dapatkan bahwa terdapat ceceran darah yang cukup banyak pada bebatuan pada daerah dekat luka pada ketiak kiri korban, tidak ditemukan adanya benda tajam yang dicurigai menimbulkan luka, TKP merupakan sungai kering yang jauh dari pemukiman penduduk. Korban dalam posisi tertelengkup dan leher terjerat lengan bajunya sendiri sedangkan lengan lainnya terkait pada pohon, posisi korban mendatar. Thanatologi[1] 1. Tanda yang segera dikenali setelah kematian. Berhentinya sirkulasi darah. Berhentinya pernafasan.

2. Tanda-tanda kematian setelah beberapa saat kemudian: a. Perubahan temperatur tubuh (algor mortis) Suhu tubuh pada orang yang sudah meninggal perlahan-lahan akan sama dengan suhu lingkungannya karena mayat tersebut akan melepaskan panas dan suhunya menurun. Kecepatan penurunan suhu pada mayat bergantung kepada suhu lingkungan dan suhu mayat tu sendiri. Pada iklim yang dingin maka penurunan suhu mayat berlangsung cepat.
11

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Suhu Mayat 1) Usia. Penurunan suhu lebih cepat pada anak-anak dan orang tua dibandingkan orang dewasa. 2) Jenis kelamin. Wanita mengalami penurunan suhu tubuh yang lebih lambat dibandingkan pria karena jaringan lemaknya lebih banyak.

3) Lingkungan sekitar mayat. Jika mayat berada pada ruangan kecil tertutup tanpa ventilasi kecepatan penurunan suhu mayat akan lebih lambat dibandingkan jika mayat berada pada tempat terbuka dengan ventilasi yang cukup. 4) Pakaian. Tergantung pakaian yang di pakai tebal atau nipis atau tidak berpakaian. 5) Bentuk tubuh. Mayat yang berbadan kurus akan mengalami penurunan suhu badan yang lebih cepat. 6) Posisi tubuh. Mayat dalam posisi terlentang mengalami penurunan suhu yang lebih cepat.

b. Lebam mayat (livor mortis) Lebam mayat terjadi akibat terkumpulnya darah pada jaringan kulit dan subkutan disertai pelebaran pembuluh kapiler pada bagian tubuh yang letaknya rendah atau bagian tubuh yang tergantung. Keadaan ini memberi gambaran berupa warna ungu kemerahan.Setelah seseorang meninggal, mayatnya menjadi suatu benda mati sehingga darah akan berkumpul sesuai dengan hukum gravitasi. Lebam mayat pada awalnya berupa barcak. Dalam waktu sekitar 6 jam, bercak ini semakin meluas yang pada akhirnya akan membuat warna kulit menjadi gelap. Pembekuan darah terjadi dalam waktu 6-10 jam setelah kematian. Lebam mayat ini bisa berubah baik ukuran maupun letaknya tergantung dari perubahan posisi mayat. Karena itu penting sekali untuk memastikan bahwa mayat belum disentuh oleh orang lain. Posisi mayat ini juga penting untuk menentukan apakah kematian disebabkan karena pembunuhan atau bunuh diri. Ada 5 warna lebam mayat yang dapat kita gunakan untuk memperkirakan penyebab kematian :
12

Merah kebiruan merupakan warna normal lebam Merah terang menandakan keracunan CO, keracunan CN atau suhu dingin Merah gelap menunjukkan asfiksia Biru menunjukkan keracunan nitrit Coklat menandakan keracunan aniline

c. Kaku mayat (rigor mortis) Perubahan otot yang terjadi setelah kematian bisa dibagi dalam 3 tahap : 1) Periode relaksasi primer (flaksiditas primer) Hal ini terjadi segera setelah kematian. Biasanya berlangsung selama 2-3 jam. Seluruh otot tubuh mengalami relaksasi,dan bisa digerakkan ke segala arah. Iritabilitas otot masih ada tetapi tonus otot menghilang. Pada kasus di mana mayat letaknya berbaring rahang bawah akan jatuh dan kelopak mata juga akan turun dan lemas. 2) Kaku Mayat Kaku mayat akan terjadi setelah tahap relaksasi primer. Keadaan ini berlangsung setelah terjadinya kematian tingkat sel, dimana aktivitas listrik otot tidak ada lagi. Otot menjadi kaku. Fenomena kaku mayat ini pertama sekali terjadi pada otot-otot mata, bagian belakang leher, rahang bawah, wajah, bagian depan leher, dada, abdomen bagian atas dan terakhir pada otot tungkai. Akibat kaku mayat ini seluruh mayat menjadi kaku, otot memendek dan persendian pada mayat akan terlihat dalam posisi sedikit fleksi. Keadaan ini berlangsung selama 24 - 48 jam pada musim dingin dan 18 - 36 jam pada musim panas. Penyebabnya adalah otot tetap dalam keadaan hidrasi oleh karena adanya ATP. Jika tidak ada oksigen, maka ATP akan terurai dan akhirnya habis, sehingga menyebabkan penumpukan asam laktat dan penggabungan aktinomiosin (protein otot). 3) Periode Relaksasi Sekunder Otot menjadi relak (lemas) dan mudah digerakkan. Hal ini terjadi karena pemecahan protein, dan tidak mengalami reaksi secara fisik maupun kimia. Proses
13

pembusukan juga mulai terjadi. Pada beberapa kasus, kaku mayat sangat cepat berlangsung sehingga sulit membedakan antara relaksasi primer dengan relaksasi sekunder.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kaku Mayat 1) Keadaan Lingkungan. Pada keadaan yang kering dan dingin, kaku mayat lebih lambat terjadi dan berlangsung lebih lama dibandingkan pada lingkungan yang panas dan lembab. Pada kasus di mana mayat dimasukkan ke dalam air dingin, kaku mayat akan cepat terjadi dan berlangsung lebih lama. 2) Usia. Pada anak-anak dan orangtua, kaku mayat lebih cepat terjadi dan berlangsung tidak lama. Pada bayi prematur biasanya tidak ada kaku mayat. Kaku mayat baru tampat pada bayi yang lahir mati tetapi cukup usia (tidak prematur). 3) Cara kematian. Pada pasien dengan penyakit kronis, dan sangat kurus, kaku mayat cepat terjadi dan berlangsung tidak lama. Pada pasien yang mati mendadak, kaku mayat lambat terjadi dan berlangsung lebih lama. 4) Kondisi otot. Terjadi kaku mayat lebih lambat dan berlangsung lebih lama pada kasus di mana otot dalam keadaan sehat sebelum meninggal, dibandingkan jika sebelum meninggal keadaan otot sudah lemah

3. Tanda-tanda kematian setelah selang waktu yang lama: a. Proses pembusukan Perubahan warna. Perubahan ini pertama kali tampat pada fossa iliaka kanan dan kiri berupa warna hijau kekuningan, disebabkan oleh perubahan hemoglobin menjadi sulfmethemoglobin. Perubahan warna ini juga tampak pada seluruh abdomen, bagian depan genitalia eksterna, dada, wajah dan leher. Dengan semakin berlalunya waktu maka warnanya menjadi semakin ungu. Jangka waktu mulai terjadinya perubahan warna ini adalah 6-12 jam pada musim panas dan 1-3 hari pada musin dingin. Perubahan warna tersebut juga diikuti dengan pembengkakan mayat. Otot sfingter mengalami relaksasi sehingga urin dan faeses keluar. Lidah juga terjulur. Bibir menebal,
14

mulut membuka dan busa kemerahan bisa terlihat keluar dari rongga mulut.

Mayat

berbau tidak enak disebabkan oleh adanya gas pembusukan. Gas ini bisa terkumpul pada suatu rongga sehingga mayat menjadi tidak mirip dengan korban sewaktu masih hidup. Gas ini selanjutnya juga bisa membentuk lepuhan kulit Lepuhan Kulit (blister) Mulai tampak 36 jam setelah meninggal. Kulit ari dapat dengan cukup mudah dikelupas. Di mana akan tampak cairan berwarna kemerahan yang sedikit mengandung albumin. Jika pembusukan terus berlangsung, maka bau busuk yang timbul akan menarik lalat untuk hinggap pada mayat. Lalat menempatkan telurnya pada mayat, di mana dalam waktu 8-24 jam telur akan menetas menghasilkan larva-yang sering disebut belatung. Dalam waktu 4-5 hari, belatung ini lalu menjadi pupa, dimana setelah 4-5 hari kemudian akan menjadi lalat dewasa. Pada tahap ini bagian dari tulang tengkorak mulai tampak. Rektum dan uterus juga tampak dan uterus gravid juga bisa mengeluarkan isinya Rambut dan kuku dengan mudah dapat dicabut. Bagian perut dan dada bisa pecah berhubung besarnya tekanan gas yang di kandungnya. Jika pembusukan terus berlangsung, maka jaringan jaringan menjadi lunak, rapuh dan berwarna kecoklatan. Organ Tubuh Bagian Dalam Organ tubuh bagian dalam juga mengalami perubahan. Bentuk perubahan sama seperti diatas, jaringan-jaringan menjadi berwarna kecoklatan. Ada yang cepat membusuk dan ada yang lambat. Jaringan yang cepat membusuk : Laring Trakea Otak terutama pada anak-anak Lambung Usus halus Hati Limpa
15

Jaringan yang lambat membusuk : Jantung Paru-paru Ginjal Prostat Uterus non gravid

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Pembusukan. a) Temperatur. Temperatur yang paling cocok untuk proses pembusukan adalah antara 700F sampai 1000F. Pembusukan akan melambat diatas temperatur 1000F dan dibawah 700F, dan berhenti dibawah 320 F atau diatas 2120F . b) Udara. Udara yang mempercepat pembusukan. Kecepatan pembusukan lebih lambat didalam air dan dalam tanah dibandingkan di udara terbuka. c) Kelembaban. Keadaan lembab mempercepat proses pembusukan. d) Penyebab kematian. Bagian tubuh yang terluka biasanya lebih cepat membusuk. Beberapa jenis racun bisa memperlambat pembusukan, misalnya arsen, zinc (seng) dan golongan logam antimon. Mayat penderita yang meninggal karena penyakit kronis lebih cepat membusuk dibandingkan mayat orang sehat.

b. Saponifikasi atau adiposera Fenomena ini terjadi pada mayat yang tidak mengalami proses pembusukan yang biasa. Melainkan mengalami pembentukan adiposera. Adiposera merupakan subtansi yang mirip seperti lilin yang lunak, licin dan warnanya bervariasi mulai dari putih keruh sampai coklat tua. Adiposera mengandung asam lemak bebas, yang dibentuk melalui proses hidrolisa dan hidrogenasi setelah kematian. Adanya enzim bakteri dan air sangat penting untuk berlangsungnya proses tersebut. Dengan demikian, maka adiposera biasanya terbentuk pada mayat yang terbenam dalam air atau rawarawa. Lama pembentukan adiposera ini juga bervariasi, mulai dari 1 minggu sampai 10 minggu. Kepentingan medikolegal dari adiposere adalah dapat menunjukkan tempat kematian (kering, panas atau tempat basah).
16

c. Mumifikasi Mayat mengalami pengawetan akibat proses pengeringan dan penyusutan bagian-bagian tubuh. Kulit menjadi kering, keras dan menempel pada tulang kerangka. Mayat menjadi lebih tahan dari pembusukan sehingga masih jelas menunjukkan ciri-ciri seseorang. Fenomena ini terjadi pada daerah yang panas dan lembab, di mana mayat dikuburkan tidak begitu dalam dan angin yang panas selalu bertiup sehingga mempercepat penguapan cairan tubuh. Lama terjadinya mummifikasi adalah antara 4 bulan sampai beberapa tahun. Kepentingan medikolegal dari mummifikasi adalah dapat menunjukkan tempat kematian (kering, panas atau tempat basah).

Traumatologi[1] Luka Tusuk Pada korban laki-laki yang ditemukan, luka yang terdapat pada badannya merupakan luka akibat kekerasan tajam. Benda- benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini adalah benda yang mempunyai sisi tajam baiik garis maupun runcing, yang bervariasi dari alat-alat seperti pisau, golok, dan sebagainya hingga keping kaca, gelas, logam, sembilu, dan lain- lain. Gambaran umum luka yang diberikan adalah tepi dan dinding luka yang rata, berbentuk garis, tidak terdapat jembatan jaringan dan dasar luka berbentuk garis atau titik. Luka akibat kekerasan benda tajam dapat berupa luka iris atau luka sayat, luka tusuk dan luka bacok. Luka iris atau sayat dan luka bacok mempunyai kedua sudut luka lancip dan dalam luka tidak melebihi panjang luka. Sudut luka yang lancip dapat terjadi dua kali pada tempat yang berdekatan akibat pergeseran senjata sewaktu ditarik atau akibat bergeraknya korban. Bila dibarengi gerak sewaktu ditarik atau akibat bergeraknya korban. Bila dibarengi gerak memutar, dapat menghasilkan yang tidak selalu berupa garis. Pada luka tusuk, sudut luka dapat menunjukkan perkiraan benda penyebabnya, apakah berupa pisau bermata satu atau bermata dua. Bila satu sudut luka lancip dan yang lain tumpul, berarti penyebabnya adalah benda tajam bermata satu. Bila kedua sudut luka lamcip, maka
17

penyababnya adalah benda tajam bermata dua. Benda tajam bermata satu dapat menimbulkan luka tusuk dengan kedua sudut luka lancip apabila hanya dibagian ujung benda saja yang menyentuh kulit, sehingga sudut luka dibentuk oleh ujung dan sisi tajamnya. Kulit di sekitar luka akibat kekerasab benda tajam biasanya tidak menunjukan adanya luka lecet atau luka memar, kecuali bila bagian gagang turut membentur kulit. Pada luka tusuk panjang luka biasanya tidak mencerminkan lebar benda tajam penyebabnya, demikian pula panjang saluran luka biasanya tiak menunjukan panjang benda tajam tersebut. Hal ini disebabkan karena faktor elastisitas jaringan dan gerakan korban. Pada luka akibat kekerasan benda tajam yang merupakan pembunuhan akan didapatkan lokasi luka yang sembarang, jumlah luka banyak, mengenai pakaian, terdapat luka tangkis, tidak ada luka percobaan, mungkin ditemukan cedera sekunder. Jika tanpa perkelahian maka biasanya lokasi lukanya pada daerah yang fatal dan dapat tunggal. Luka tangkis umumnya terjadi akibat perlawana korbandan umumnya ditemukan pada telapak dan punggung tangan, jari- jari tangan, punggung lengan bawah dan tungkai. Pemeriksaan pada kain (baju) yang terkena pisau bertujuan untuk melihat interaksi, bentuk robekan, adanya partikel besi (reaksi biru berlin dilanjutkan dengan pemeriksaan spektroskopi), serat kain dan pemeriksaan terhadap bercak darahnya. Pada kasus bunuh diri yang menggunakan benda tajam biasa diarahkan pada tempat yang mematikan misalnya leher, dada kiri, pergelangan tangan, perut (harakiri), dan lipat paha. Luka percobaan has ditemukan pada kasus bunuh diri dengan senjata tajam, luka percobaan dapat berupa luka sayat atau luka tusuk yang dilakukan berulang dan biasanya sejajar. Luka Jerat Pada korban laki-laki ini, selain dari satu luka terbuka di daerah ketiak kiri dan beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan dan kiri, leher korban juga terjerat oleh baju miliknya sendiri. Lehernya terikat oleh lengan baju dan ujung lengan yang lain terikat ke sebuah dahan pokok. Ini menunjang juga kemungkinan korban meninggal karena asfiksia, selepas ditusuk.[1]

18

Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara pernapasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan karbon dioksida (hiperkapnea). Dengan demikian organ tubuh mengalami kekangan oksigen (hipoksia hipoksik) dan terjadi kematian. Dari segi etiologi, asfiksia dapat disebabkan oleh hal berikut: 1. Penyebab alamiah, misalnya penyakit yang menyumbat saluran pernapasan seperti laringitis difteri atau menimbulkan gangguan pergerakan paru seperti fibrosis paru. 2. Trauma mekanik yang menyebabkan asfiksia mekanik, misalnya trauma yang mengakibatkan emboli udara vena, emboli lemak, pneumotoraks bilateral; sumbatan atau halangan pada saluran napas dan sebagainya. 3. Keracunan bahan yang menimbulkan depresi pusat pernafasan misalnya barbiturat, narkotika.[1] Asfiksia Mekanik Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara pernaapasan terhalang memasuki saluran pernapasan oleh berbagai kekerasan (yang bersifat mekanik), misalnya :[1] Penutupan lubang saluran pernapasan bagian atas Pembekapan (smothering) Penyumbatan (Gagging dan choking)

Penekanan dinding saluran pernapasan Penjeratan (strangulation) Pencekikan (manual strangulation, throttling) Gantung (hanging)

Penekanan dinding dada dari luar (asfiksia traumatik) Saluran pernapasan terisi air (tenggelam, drowning)

Karena mekanisme kematian pada kasus tenggelam bukan murni disebabkan oleh asfiksia, maka ada sementara ahli yang tidak lagi memasukkan tenggelam ke dalam kelompok asfiksia mekanik, tetapi dibicarakan tersendiri. Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala yang capat dibedakan dalam 4 fase, yaitu:
19

1. Fase dispnea.[1] Penurunan kadar oksigen sel darah merah dan penimbunan C02 dalam plasma akan merangsang pusat pernapasan di medula oblongata, sehingga amplitudo dan frekuensi pernapasan akan meningkat, nadi cepat, tekanan darah meninggi dan mulai tampak tanda-tanda sianosis terutama pada muka dan tangan. 2. Fase konvulsi.[1] Akibat kadar CO2 yang naik maka akan timbul rangsangan terhadap susunan saraf pusat sehingga terjadi konvulsi (kejang), yang mula-mula berupa kejang kionik tetapi kemudian menjadi kejang tonik, dan akhirnya timbul spasme opistotonik. Pupil mengalami dilatasi, denyut jantung menurun, tekanan darah juga menurun. Efek ini berkaitan dengan paralisis pusat yang lebih tinggi dalam otak akibat kekurangan O2. 3. Fase apnea. Depresi pusat pernapasan menjadi lebih hebat, pernapasan melemah dan dapat berhenti. Kesadaran menurun dan akibat relaksasi sfingter dapat terjadi pengeluaran cairan sperma, urin dan tinja. 4. Fase akhir. Terjadi paralisis pusat pernapasan yang lengkap. Pernafasan berhenti setelah kontraksi otomatis otot pernapasan kecil pada leher. Jantung masih berdenyut beberapa saat setelah pernapasan berhenti. Masa dari saat asfiksia timbul sampai terjadinya kematian sangat bervariasi. Umumnya berkisar antara 4-5 menit. Fase 1 dan 2 berlangsung lebih kurang 3-4 menit, tergantung dari tingkat penghalangan oksigen, bila tidak 100% maka waktu kematian akan lebih lama dan tanda-tanda asfiksia akan lebih jelas dan lengkap.[1] Penjeratan (Strangulation) Penjeratan adalah penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang, rantai, stagen, kawat, kabel, kaos kaki dan sebagainya, melingkari atau mengikat leher yang makin lama makin kuat, sehingga saluran pernapasan tertutup. Berbeda dengan gantung diri yang biasanya merupakan suicide (bunuh diri) maka penjeratan biasanya adalah pembunuhan.1

20

Mekanisme kematian pada penjeratan adalah akibat asfiksia atau refleks vaso-vagal (perangsangan reseptor pada carotid body).Pada gantung diri, semua arteri di leher mungkin tertekan, sedangkan pada penjeratan, arteri vertebralis biasanya tetap paten. Hal ini disebabkan oleh karena kekuatan atau beban yang menekan pada penjeratan biasanya tidak besar.1 Jerat Bila jerat masih ditemukan melingkari leher, maka jerat tersebut harus disimpan dengan baik sebab merupakan benda bukti dan dapat diserahkan kepada penyidik bersamasama dengan Visum et Repertum nya.1 Terdapat dua jenis simpul jerat, yaitu simpul hidup (lingkar jerat dapat diperbesar atau diperkecil) dan simpul mati (lingkar jerat tidak dapat diubah). Simpul harus diamankan dengan melakukan pengikatan dengan benang agar tidak berubah pada waktu mengangkat jerat. Untuk melepaskan jerat dari leher, jerat harus digunting serong (jangan melintang) pada tempat yang berlawanan dari letak simpul, sehingga dapat direkonstruksikan kembali di kemudian hari. Kedua ujung jerat harus diikat sehingga bentuknya tidak berubah. 1 Jejas jerat Jejas jerat pada leher biasanya mendatar, melingkari leher dan terdapat lebih rendah daripada jejas jerat pada kasus gantung. Jejas biasanya terletak setinggi atau di bawah rawan gondok.1 Keadaan jejas jerat pada leher sangat bervariasi. Bila jerat lunak dan lebar seperti handuk atau selendang sutera, maka jejas mungkin tidak ditemukan dan pada otot-otot leher sebelah dalam dapat atau tidak ditemukan sedikit resapan darah. Tali yang tipis seperti kaus kaki nylon akan meninggalkan jejas dengan lebar tidak lebih dari 2-3 mm.1

21

Gambar 1: Penjeratan menggunakan selendang sutera. Lipatan selendang meninggalkan kesan yang khusus.[3]

Pola jejas dapat dilihat dengan menempelkan transparant scotch tape pada daerah jejas di leher, kemudian ditempelkan pada kaca obyek dan dilihat dengan mikroskop atau dengan sinar ultra violet. Bila jerat kasar seperti tali, maka bila tali bergesekan pada saat orban melawan akan menyebabkan luka lecet di sekitar jejas jerat, .ang tampak jelas berupa kulit yang mencekung berwarna coklat dengan perabaan kaku seperti kertas perkamen (luka lecet tekan). Pada otototot leher sebelah dalam tampak banyak resapan darah. Cara kematian dapat berupa: Bunuh diri (self strangulation). Hal ini jarang dan menyulitkan diagnosis. Pengikatan dilakukan sendiri oleh korban dengan simpul hidup atau bahan hanya dililitkan saja, dengan jumlah lilitan lebih dari satu.1 Pembunuhan. Pengikatan biasanya dengan simpul mati dan sering terlihat bekas luka pada leher.1 Kecelakaan. Dapat terjadi pada orang yang sedang bekerja dengan selendang di leher dan tertarik masuk ke mesin.1
22

Visum et Repertum[4] Menurut bahasanya berasal dari kata latin yaitu visum (sesuatu yang dilihat), et (dan), dan repertum (melaporkan). Visum et repertum adalah keterangan tetulis yang dibuat oleh dokter (Pasal 133 KUHAP ayat 1), berisi temuan dan pendapat berdasarkan keilmuannya tentang hasil pemeriksaan medis terhadap manusia atau bagian dari tubuh manusia, baik yang hidup maupun mati, atas pemintaan tertulis (resmi; Pasal 133 KUHAP ayat 2) dari penyidik yang berwenang (Pasal 133 KUHAP ayat 1) yang dibuat atas sumpat atau dikuatkan dengan sumpah untuk kepentingan peradilan. Visum et repertum adalah alat bukti surat dimana merupakan satu dari lima alat bukti yang sah (Pasal 184 KUHAP) selain keterangan saksi, keterangan ahli, petunjuk, dan keterangan terdakwa. Visum et repertum dibtuhkan pada kasus : Luka (Pasal 133 KUHAP ayat 1) Keracunan Mati Maka penyidik akan mencantumkan dalam surat permintaan visumnya, visum apa yang diinginkan (Pasal 133 KUHAP ayat 2), sesuai dengan kebutuhan atas keterangan yang mereka perlukan. Pada kasus korban luka, jenis kasus yang umumnya dimintakan visum et repertum oleh penyidik adalah kasus-kasus : Kecelakaan lalu lintas Kecelakaan kerja Penganiayaan Percobaan pembunuhan Kekerasan terhadap perempuan Kekerasan terhadap anak Dugaan malpraktik
23

Visum et repertum terdiri dari lima bagian yaitu : 1. Projustisia 2. Pendahuluan Bagian ini tidak diberi judul Pendahuluan. Merupakan uraian tentang identitas dokter pemeriksa, instansi pemeriksa, tempat dan waktu pemeriksaan, instansi peminta visum, nomor dan tanggal surat permintaan, serta identitas korban yang diperiksa sesuai dengan permintaan visum et repertum tersebut. Di bagian ini dicantumkan ada/tidaknya label identifikasi dari pihak penyidik, bentuk, dan bahan label serta isi label identifikasi yang dilekatkan pada benda bukti, biasanya pada ibu jari kaki kanan mayat. 3. Pemberitaan Diberi judul Hasil Pemeriksaan. Memuat semua hasil pemeriksaan terhadap barang bukti yang dituliskan secara sistematik, jelas, dan dapat dimengerti oleh orang yang tidak berlatar belakang kedokteran. Pada pemeriksaan jenazah, bagian ini terbagi tiga bagian, yaitu : a. Pemeriksaan luar b. Pemeriksaan dalam (bedah jenazah) c. Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan pendukung lainnya 4. Kesimpulan Diberi judul Kesimpulan. Berisi kesimpulan pemeriksa atas hasil pemeriksaan dengan berdasarkan keilmuan/keahliannya. Pada korban hidup berisi setidaknya jenis perlukaan atau cidera, penyebab, serta derajat luka. Apabila memungkinkan, tuliskan juga saat kematian dan petunjuk tentang kekerasan ataupun pelakunya. 5. Penutup Tanpa judul. Merupakan uraian kalimat penutup yang menyatakan bahwa visum et repertum dibuat dengan sebenarnya, berdasarkan kelimuan mengingat sumpah dan sesuai dengan KUHAP.1,2

24

HASIL VISUM ET REPERTUM RS UKRIDA Jalan Arjuna Utara Nomor 6 Kebon Jeruk Jakarta Barat 11510 Telp. 021-566 9999 Jakarta, 4 Desember 2013 PRO JUSTISIA

VISUM ET REPERTUM No. 10/TU.RSUKRIDA/XII/2013

Yang bertandatangan di bawah ini, dr. Petric Libut, SpF, dokter pada Rumah Sakit UKRIDA, atas permintaan dari Kepolisian Sektor Kebon Jeruk dengan suratnya nomor 11/VER/XII/2013/Sek.KebJeruk, tertanggal 30 November 2013, maka dengan ini menerangkan bahwa pada tangal tigapuluh November tahun duaribu tigabelas, pukul sembilanbelas lewat lima menit Waktu Indonesia bagian Barat, bertempat di RS UKRIDA, telah melakukan pemeriksaan kobran dengan nomor registrasi 00990012 yang menurut surat tersebut adalah------------------------------------------------------------------------------------------

Nama Umur Jenis Kelamin

: Cecep--------------------------------------------------------------------------------------: 32 tahun----------------------------------------------------------------------------------: laki-laki-------------------------------------------------------------------------------------

Warga Negara : Indonesia---------------------------------------------------------------------------------Pekerjaan Alamat : Petani-------------------------------------------------------------------------------------: Jalan Tanjung Duren Utara No. 100 Jakarta Barat-------------------------------

Mayat telah diidentifikasikan dengan sehelai label berwarna merah muda, dengan materai lak merah, terikat pada ibu jari kaki kanan.----------------------------------------------------

Hasil Pemeriksaan:---25

Lanjutan VER No. 10/TU.RSUKRIDA/XII/2013 Halaman ke-2 dari 4 halaman

HASIL PEMERIKSAAN : --------------------------------------------------------------------------------------I. Pemeriksaan Luar--------------------------------------------------------------------------------------1. Mayat tidak terbungkus---------------------------------------------------------------------------2. Mayat berpakaian sebagai berikut :------------------------------------------------------------a. Kaos lengan pendek berwarna coklat tua tidak bermerek ukuran L. Kaos berlumuran darah di bagian lengan atas kiri sisi dalam, tujuh sentimeter di bawah jahitan bahu dan di bagian jahitan ketiak terdapat lubang berukuran tiga sentimeter kali nol koma lima sentimeter.------------------------------------------b. Kaos dalam tanpa lengan berwarna putih tidak bermerek ukuran L. Kaos dalam berlumuran pada seluruh bagian dada kiri dan punggung kiri, sepuluh sentimeter di bawah puncak bahu.---------------------------------------------------------c. Celana panjang berwarna hitam tidak bermerek ukuran tigapuluh dengan dua buah saku pada bagian belakang dan satu buah saku pada masing-masing sisi kanan dan kiri. Pada bagian depan atas celana terdapat bercak darah.----------d. Celana dalam berwarna putih tidak bermerek dengan karet berwarna hitam pada pinggang.----------------------------------------------------------------------------------3. Kaku mayat terdapat pada seluruh tubuh, sukar dilawan. Lebam mayat terdapat pada bagian bokong, paha kanan dan kiri, tungkai bawah sisi belakang kanan dan kiri, tumit kanan dan kiri, berwarna merah kebiruan, tidak hilang pada penekanan.-------------------------------------------------------------------------------------------4. Mayat adalah seorang laki-laki bangsa Indonesia. Umur kurang lebih tiga puluh dua tahun, kulit berwarna sawo matang, gizi sedang, panjang badan seratus tujuhpuluh sentimeter dan berat badan enampuluh lima kilogram dan zakar disunat.-------------------------------------------------------------------------------------------------

5.Rambut kepala berwarna


26

Lanjutan VER No. 10/TU.RSUKRIDA/XII/2013 Halaman ke-3 dari 4 halaman

5. Rambut kepala berwarna hitam, tumbuh lebat lurus, panjang sepuluh sentimeter, alis berwarna hitam, tumbuh lurus, panjang enam millimeter.--------------------------6. Kedua mata tertutup. Selaput bening mata jernih, kedua teleng mata bundar dengan garis tengah empat millimeter. Tirai mata berwarna coklat tua. Selaput bola mata dan selaput kelopak mata kanan dan kiri berwarna putih, tidak tampak perdarahan maupun pelebaran pembuluh darah.-------------------------------------------7. Hidung berbentuk biasa. Kedua daun telinga berbentuk biasa.--------------------------8. Mulut terbuka lima millimeter. Kedua bibir tampak tebal. Gigi geligi lengkap.-----9. Dari lubang hidung, telinga, mulut, dan lubang tubuh lainnya tidak keluar apaapa.-----------------------------------------------------------------------------------------------------10. Alat kelamin berbentuk biasa, tidak menunjukan kelainan. Lubang dubur berbentuk biasa, tidak menunjukan kelainan.------------------------------------------------11. Perut bawah kanan berwarna kehijauan.------------------------------------------------------12. Pada tubuh ditemukan luka-luka sebagai berikut :------------------------------------------a. Pada leher sisi depan, tepat pada garis pertengahan depan, tiga sentimeter di atas puncak bahu, terdapat luka lecet berukuran sepuluh kali tiga sentimeter.b. Pada dada kiri, limabelas sentimeter dari garis pertengahan depan, tujuh sentimeter di bawah puncak bahu, terdapat luka terbuka tepi rata, sudut atas lancip, sudut bawah tumpul, dasar otot, bila dirapatkan membentuk garis sepanjang empat sentimeter.----------------------------------------------------------------c. Pada tungkai bawah kanan sisi luar, limabelas sentimeter di bawah lipat lutut, terdapat luka terbuka tepi rata, sudut atas lancip, sudut bawah tumpul, dasar otot, bila dirapatkan membentuk garis sepanjang tiga koma lima sentimeter.--

d.Pada Tungkai Bawah..

27

Lanjutan VER No. 10/TU.RSUKRIDA/XII/2013 Halaman ke-4 dari 4 halaman

d. Pada tungkai bawah kiri sisi dalam, sepuluh sentimeter di bawah lipat lutut, terdapat luka terbuka tepi rata, sudut atas lancip, sudut bawah tumpul, dasar otot, bila dirapatkan membentuk garis sepanjang tiga koma lima sentimeter.-------

KESIMPULAN :-------------------------------------------------------------------------------------------------Pada korban laki-laki berusia tigapuluh dua tahun ini ditemukan luka terbuka pada dada kiri, tungkai bawah kanan dan kiri akibat kekerasan tajam dan luka lecet pada leher sisi depan akibat kekerasan tumpul.---------------------------------------------------------------------------Luka pada dada kiri, tungkai bawah kanan dan kiri menunjukkan ciri-ciri yang sesuai dengan tusukan benda tajam bermata satu.------------------------------------------------------------Sebab mati orang ini adalah kekerasan tajam pada dada kiri yang menembus dada dan mengenai pembuluh darah sehingga menyebabkan terjadinya perdarahan. Sebab mati korban bisa dipastikan jika dilakukan pemeriksaan dalam jenazah.------------------------------Korban diperkirakan sudah mati kurang lebih duapuluh empat jam sebelum dilakukan pemeriksaan jenazah, karena ditemukannya tanda-tanda pembusukan pada perut bawah kiri korban.----------------------------------------------------------------------------------------------------Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan sebenarnya dengan menggunakan keilmuan yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.-----------------------------------------------------------------------------------------

Dokter Pemeriksa,

dr. Petric Libut, SpF

28

Daftar Pustaka 1. Bagian Kedokteran Forensik Universitas Indonesia. Ilmu kedokteran forensik. Edisi ke-2. Jakarta: FKUI; 1997.h42-4.
2. Bagian Kedokteran Forensik Universitas Indonesia. Peraturan perundang-undangan

bidang kedokteran. Edisi ke-2. Jakarta: FKUI; 1994.h.1-25


3. Shepherd R. Simpson forensic medicine. Ed 12. Amerika: Oxford Press Inc; 2003.h.99 4. Safitry O. Mudah membuat visum et repertum kasus luka. Jakarta: FKUI; 2013.h.1-15

29

You might also like