You are on page 1of 11

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH TINGGI MEDIA TERHADAP KADAR pH, DETERJEN, TSS, DAN TDS PADA AIR LIMBAH PENCUCIAN SEPEDA MOTOR MELALUI PEMANFAATAN KARBON AKTIF ARANG KAYU (20, 30, dan 40 cm)

RAHMATULLAH 12314195

TEKNIK LINGKUNGAN SEKOLAH TINGGI TEKNIK LINGKUNGAN YAYASAN LINGKUNGAN HIDUP YOGYAKARTA 2014

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya kepada Allah SWT karena dengan izin dan petunjuk dari-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal penelitian dengan judul Pengaruh Tinggi Media Terhadap Kadar pH, Deterjen, TSS, dan TDS pada Air Limbah Pencucian Sepeda Motor Melalui Pemanfaatan Karbon Aktif Arang Kayu (20, 30, dan 40 cm) sebagai salah satu syarat melakukan penelitian. Penelitian ini bermaksud mengolah air limbah pencucian sepeda motor dengan kadar pH, deterjen, TSS, dan TDS yang tinggi agar tidak mengganggu kualitas badan air. Proses pengolahannya dengan cara filtrasi lapisan ijuk, pasir kuarsa, kerikil, dan karbon aktif arang kayu yang dianggap dapat menurunkan kadar pH, deterjen, TSS, dan TDS pada air limbah. Hasilnya akan diperoleh air dengan parameter yang aman untuk dibuang ke badan air. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang memberikan bantuan teknis, saran, dan motivasi dalam penyelesaian proposal ini. Semoga proposal ini bermanfaat dan dapat memberikan nilai tambah bagi para pembaca.

Yogyakarta, Februari 2014

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1 DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2 BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 3 1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 3 1.2. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4 1.3. Perumusan Masalah ..................................................................................... 4 1.4. Batasan Masalah .......................................................................................... 4 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 5 2.1. Kajian Teori ................................................................................................. 5 2.2. Landasan Teori ............................................................................................ 6 2.3. Hipotesis ...................................................................................................... 7 BAB III. METODOLOGI ....................................................................................... 8 3.1. Objek Penelitian .......................................................................................... 8 3.2. Populasi dan Sampel ................................................................................... 8 3.3. Alat dan Bahan ............................................................................................ 8 3.4. Variabel ....................................................................................................... 8 3.4.1. Variabel Bebas ..................................................................................... 8 3.4.2. Variabel Terikat ................................................................................... 8 3.5. Langkah Penelitian ...................................................................................... 8 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 10

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Seiring bertambahnya jumlah penduduk, bertambah pula jumlah kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor yang paling banyak digunakan oleh masyarakat adalah sepeda motor. Sepeda motor menjadi pilihan karena harganya yang terjangkau dan biaya perawatannya murah bila dibandingkan kendaraan bermotor lainnya. Setiap kendaraan bermotor membutuhkan perawatan, begitu juga halnya dengan sepeda motor. Sepeda motor harus dirawat baik bagian dalam yaitu mesin dan bagian luarnya. Perawatan bagian dalam atau perawatan mesin dilakukan oleh para mekanik yang ada di bengkel. Para mekanik hanya merawat ataupun memperbaiki bagian mesinnya saja, tanpa memperhatikan bagian luar atau tampilan dari sepeda motor tersebut. Oleh karena itu, pemilik sepeda motor harus melakukan perawatan bagian luar sendiri ataupun ke tempat yang lain. Saat ini telah banyak tempat perawatan bagian luar sepeda motor, salah satunya adalah usaha pencucian sepeda motor. Usaha ini dapat ditemukan di pinggir-pinggir jalan raya, termasuk di Jl. Maguwo, Dusun Wonocatur, Kelurahan Banguntapan Bantul. Disana terdapat sebuah usaha pencucian motor bernama Maxi. Di tempat tersebut selalu terlihat ramai oleh sepeda motor dengan kondisi kotor yang siap untuk dicuci. Setelah keluar dari tempat tersebut, sepeda motor pun terlihat bersih kembali. Akan tetapi, timbul masalah lain terhadap lingkungan di sekitar tempat tersebut. Air hasil pencucian menjadi limbah cair yang diduga mengandung pH, deterjen, TSS, dan TDS dengan konsentrasi yang melebihi ambang batas baku mutu PP RI No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Oleh karena itu, perlu adanya suatu pengolahan terhadap air limbah pencucian sepeda motor agar tidak menjadi pencemar.

1.2. Tujuan Penelitian Mengetahui tinggi media karbon aktif arang kayu yang efektif pada alat filtrasi pasir kuarsa yang dikombinasikan dengan filtrasi karbon aktif untuk menurunkan kadar pH, deterjen, TSS, dan TDS air limbah pencucian sepeda motor. 1.3. Perumusan Masalah Apakah kandungan pH, deterjen, TSS, dan TDS dapat diturunkan dengan proses filtrasi pasir kuarsa dan karbon aktif arang kayu? 1.4. Batasan Masalah Pada penelitian ini, parameter yang diukur dibatasi pada pH, deterjen, TSS, dan TDS. Media yang digunakan adalah ijuk, pasir kuarsa, kerikil, dan karbon aktif arang kayu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Kajian Teori Berdasarkan PP RI No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, air adalah semua air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, kecuali air laut dan air fosil. Air dibutuhkan bagi kehidupan seluruh makhluk hidup termasuk manusia. Semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin bertambah pula kebutuhan air. Manusia menggunakan air untuk berbagai keperluan seperti; MCK (mandi, cuci, kakus), produksi pangan, papan, sandang, dan yang paling utama adalah untuk minum. Air yang membawa penyakit termasuk air yang tercemar. Pengertian pencemaran air berdasarkan PP RI No.82 Tahun 2001, adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Derajat keasaman air (pH) ditentukan berdasarkan tinggi rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air. Air limbah yang bersifat basa bersumber dari buangan yang mengandung bahan-bahan organik seperti senyawa karbonat, bikarbonat, dan hidroksida (Ginting, 2007). Deterjen atau biasa disebut surfactans atau surface active agents (Metcalf dan Eddy, 1991) adalah sejumlah besar molekul organik yang sulit larut dalam air dan menyebabkan timbulnya busa dalam pengolahan air limbah dan dalam permukaan air yang sudah mengandung surfactans. Surfaktan biasanya mengumpul pada interface (ruang antara) air dan udara. Komponen ini mengumpul pada permukaan gelembung-gelembung udara dan kemudian menjadi busa yang sangat kental selama aerasi air limbah. Penentuan keberadaan surfaktan adalah adanya perubahan warna dalam larutan standar dari methylene blue dye, nama lain untuk surfaktan adalah methylene blue active substance (Metcalf dan Eddy, 1991). Deterjen sintesis lebih mudah larut daripada sabun dan karena garam magnesium dan kalsiumnya dapat larut, deterjen lebih efektif larut dalam air dengan kesadahan tinggi (Amal, 2011).

Padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid atau TSS) adalah bahanbahan tersuspensi (diameter > 1 m) yang tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 m. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasadjasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air (Effendi, 2003). Padatan terlarut total (Total Dissolved Solid atau TDS) adalah bahan-bahan terlarut (diameter < 10-3 m) dan koloid (diameter 10-3 1 m) yang berupa senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan lain, yang tidak tersaring pada kertas saring berdiameter 0,45 m (Rao dalam Effendi, 2003). Baku Mutu PP RI No.82 Tahun 2001 Parameter Satuan Kelas Air I 6-9 II 6-9 200 50 1000 III 6-9 200 400 1000 IV 5-9 (-) 400 1000

pH Deterjen sebagai g/liter 200 MBAS TSS mg/liter 50 TDS mg/liter 1000 Sumber: PP RI No. 82 Tahun 2001

Bahan pengadsorpsi (adsorben) seperti arang aktif, zeolit aktif, silika, alumina, tanah diatomae, mampu mereduksi limbah deterjen. Campuran dari arang dan zeolit aktif, mampu mengadsorpsi limbah deterjen secara optimum pada perbandingan arang : zeolit = 2:3 (Cholil dalam Rochman, 2009). Salah satu alat yang sudah banyak digunakan untuk menjernihkan air adalah saringan pasir sederhana/tradisional. Saringan pasir sederhana merupakan gabungan dari saringan pasir lambat (pasir dan kerikil) dan saringan arang (pasir, arang, dan kerikil). Pada saringan sederhana ini selain menggunakan pasir, arang, dan kerikil, juga ditambah satu buah lapisan ijuk (Nusantari, 2009). 2.2. Landasan Teori Lapisan pasir Lapisan arang efektif dalam menghilangkan bau dan rasa yang ada pada air baku. Arang yang digunakan dapat berupa arang kayu atau arang

batok/tempurung kelapa. Hasil yang lebih baik akan didapatkan jika menggunakan arang aktif (Nusantari, 2009). Deterjen dapat diadsordsi menggunakan adsorben karbon aktif. Semakin tinggi bed/media di dalam kolom dapat meningkatkan jumlah deterjen yang terserap. Bed yang tinggi menyebabkan jumlah partikel solid menjadi semakin banyak dan berat sehingga pada saat fluida melewatinya menyebabkan kontak antara solid dan liquid semakin banyak pula sehingga jumlah deterjen yang terserap juga semakin besar. Pengujian dilakukan pada tinggi bed 10, 20, dan 30 cm. Hasil yang terbaik didapatkan pada ketinggian media 30 cm dengan deterjen yang terserap sebesar 25,9% (Udyani, 2007). 2.3. Hipotesis 1. Tinggi media karbon aktif arang kayu yang efektif pada alat filtrasi untuk menurunkan kadar deterjen adalah 30 cm. 2. Jika kadar deterjen telah terjadi penurunan, maka pada parameter pH juga akan terjadi penurunan. 3. Tinggi media pasir kuarsa yang efektif untuk menurunkan TSS dan TDS adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah air limbah pencucian sepeda motor dari usaha pencucian sepeda motor Maxi. 3.2. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh usaha pencucian sepeda motor di Kelurahan Banguntapan, Bantul. Sampelnya adalah pencucian sepeda motor Maxi. 3.3. Alat dan Bahan Alat yang digunakan antara lain; drum penampung air limbah, pipa PVC 4 inch, PVC 2 inch, kran air, timer, alat tulis, dan alat untuk pengambilan sampel. Bahan yang digunakan antara lain; lem pipa, ijuk , pasir kuarsa, kerikil, dan karbon aktif arang kayu, dan bahan untuk pengambilan sampel. 3.4. Variabel 3.4.1. Variabel Bebas Variabel bebasnya adalah tinggi media pasir kuarsa, tinggi media karbon aktif arang kayu, waktu tinggal, jenis media, dan dimensi alat. Pada penelitian ini tinggi media pasir kuarsa, waktu tinggal, jenis media, dan dimensi alat telah ditetapkan terlebih dahulu. 3.4.2. Variabel Terikat Variabel terikatnya adalah pH, deterjen, TSS, dan TDS. 3.5. Langkah Penelitian 1. Air limbah ditampung pada drum penampung air limbah, drum diletakkan di atas tower . 2. Air cucian di usaha pencucian sepeda motor Maxi diambil sebagai sampelnya. 3. Alat filtrasi pasir kuarsa dibuat menggunakan pipa PVC 4 inch yang dilubangi bagian atasnya sebagai inlet dan bagian bawahnya sebagai aliran oulet, kemudian dipasangi dengan kran air.

4. 5. Air cucian tersebut diuji kandungan deterjennya sebagai karakteristik air limbah. 6. Air cucian tersebut dimasukkan ke dalam alat filtrasi yang telah dibuat sebelumnya. 7. Tinggi media yang dipakai yaitu: 1 Tinggi (cm) 10 10 20 20 Perlakuan 2 Tinggi (cm) 10 10 30 20 3 Tinggi (cm) 10 10 40 20

Media Ijuk Pasir Arang tempurung kelapa Kerikil

8. Pada setiap perlakuan dilakukan 3 kali ulangan dan diambil sampel outletnya. 9. Sampel tersebut diuji di laboratorium. 10. Data yang didapatkan dari pengujian di laboraorium dianalisa ke dalam bentuk laporan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA
Amal, Nilna. 2011. Usaha Peningkatan Kualitas Air dengan Variasi Penambahan Tawas-Lempung Kering Ampo Pada Limbah

Domestik yang Mengandung Deterjen. Jurnal Info Teknik. Volume 12 No. 2, Desember 2011. Metcalf dan Eddy. 1991. Wastewater Engineering, Treatment, Disposal and Reuse. Third edition. McGraw Hill, Inc. Nusantari, Retno. 2009. Saringan Air Sedrhana. Sumber: scribd.com. (Diakses pada 10 Januari 2014) PP RI No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Rochman, Faidur. 2009. Pembuatan Ipal Mini Untuk Limbah Deterjen Domestik. Jurnal Penelitian Med. Eksakta. Vol. 8, No. 2, Agust 2009: 134-142 Soemirat, J. 2000. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Udyani, Kartika. 2007. Adsorpsi Deterjen dalam Air Menggunakan Adsorben Karbon Aktif pada Kolom Fluidisasi. Jurnal Penelitian Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri ITATS Surabaya.

10

You might also like