You are on page 1of 20

BAB II

LANDASAN TEORITIS
A. Konsep Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah jika kenaikan sistolik > 140 mmHg dan tekanan diastolik > 90 mmHg
(JNV, VI 1998; hal 115), adapun pernyataan lain dari (Sylvia Anderson andprice, 2005 :
hal 583) berpendapat hipertensi adalah peningkatan tekanan sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Lain hal yang didefinisikan oleh
(Elizabeth Corwin 2000 : hal 356) hipertensi adalah apabila tekanan darahnya lebih tinggi
dari pada 140mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik ditulis 140/90mmHg. Maka penulis
menyimpulkan hipertensi adalah tekanan darah yang sistoliknya melebihi 140mmHg dan
distoliknya melebihi 90 mmHg.
2. Etiologi
Penyebab hipertensi yang sering kali menjadi penyebab diantaranya ateroskleriosis
(penebalan dinding arteri yang menyebabkan hilangnya elastisitas pembuluh darah),
selain itu hipertensi disebabkan karena faktor usia, keturunan, stress yang berlebih,
aktifitas yan berlebih, tidak terkontrol pola makan, terdapat dua golongan hipertensi yaitu
golongan hipertensi primer, dimana hipertensi ini tidak / belum diketahui penyebabnya,
terdapat kurang lebih 90% dari seluruh hipertensi, hipertensi primer ini kemungkinan
memiliki banyak penyebab.
7
Beberapa perubahan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan
peningkatan tekanan darah. Golongan hipertensi yang kedua adalah hipertensi sekunder,
dimana yang disebabkan akibat dari adanya penyakit lain, jika penyebabnya diketahui,
maka disebut hipertensi sekunder, pada sekitar 5-10% penyebabnya adalah penyakit
ginjal, dan sekitar 1-2% penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat
tertentu (misalnya pil KB). Kebanyakan pasien yang menderita hipertensi ini tidak
mempunya keluhan, tetapi beberapa pasien mengeluh sakit kepala pusing, lemas, sesak
nafas, gelisah, mata berkunang-kunang, kaki kesemutan mual, dan muntah.
3. Patofisiologi
Proses terjadinya hipertensi adalah menurunnya tonus otot vaskuler merangsang saraf
simpatis yang diturunkan ke sel juguralis, dari sel juguralis ini dapat meningkatkan
tekanan darah, apabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi ekstresi rennin
yang berkaitan dengan angiostensinogen, dengan adanya perubahan angiostensinogen II
berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan
tekanan darah, selain itu dapat meningkatkan hormon adesteron yang menyebabkan
retensi natrium, hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan
peningkatan tekanan darah maka akan menimbuikan kerusakan pada organ seperti
kerusakan pada ginjal, dan mata, maka dari itu jika hipertensi itu tidak ditangani dengan
baik, dapat mengakibatkan akibat lanjut seperti terjadinya stroke, gagal jantung, gagal
ginjal, dan gangguan penglihatan.
Proses Terjadinya Hipertensi
Saraf Simpatis
Renin
Angiotensinogen (hati)
Angiotensin ( paru)
ACE (angiontensin
Converting Enzyme)
Anginotensin II
Rangsang Saraf Vosokontriksi Aldosteron
Pusat haus
ADH Retensi Na
Over Volum T.D. Over Volum
(Bidang Pendidikan dan Penelitian Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh
Darah Nasional Harapan Kita 2001)
4. Penatalaksanaan Medis
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya
morbiditas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah dibawah
140/90 mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi,
biaya, perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmkologis, termasuk penurunan berat badan,
pembatasan alkohol, dan tembakau, latihan relaksasi merupakan intervensi wajib yang
harus dilakukan pada setiap terapi anthipertensi. Apabila penderita hipertensi ringan
berada dalam resiko tinggi (pria perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap,
diatas 85 atau 95 mmHg dan sistoliknya diatas 130 sampai 139 mmHg maka dimulai
terapi obat-obatan.
Algoritma penanganan yang dikeluarkan oleh Join National on Detection, Evalution and
Treatment Of Hight blood Presure menunjukkan dokter memilih kelompok obat yang
mempunyai efektivitas tertinggi, efek samping paling kecil dan penerimaan serta
kepatuhan pasien. Dua kelompok obat dalam terapi pilihan pertama duretika, atau
penyakat beta, apabila pasien dengan hipertensi ringan sudah terkontrol selama setahun
tetapi dapat diturunkan, agar pasien mematuhi terapi yang diresepkan, maka harus
dicegah pemberian jadwal terapi obat-obatan yang rumit.
Namun hipertensi dapat diringankan dengan cara non farmakologi antara lain dengan
membatasi pola makan yang banyak mengandung garam dan kolesterol, olahraga teratur,
istirahat cukup, hindari stress, stop merokok dan alkohol.
B. Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Konsep keluarga
a. Definisi keluarga
Kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan,
emosional, dimana setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing sebagai
bagian dari keluarga (Friedman dalam Suprajitno, 2004: hal 1)
b. Jenis atau tipe keluarga
Tipe keluarga menurut Anderson Carter (dalam Agus Citra, 2008 hal 7)
1) Keluarga inti (Nuclear Family), terdiri dari bapak, ibu dan anak-anak.
2) Keluarga besar (Extended family), adalah keluarga inti ditambah dengan sanak
saudara misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan
sebagainya.
3) Keluarga berantai (serial family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria
yang baru menikah lebih dari satu kali, dan merupakan satu keluarga inti.
4) Keluarga duda atau janda (Single family), adalah keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian.
5) Keluarga berkomposisi (Composite), adalah keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama.
6) Keluarga Kabitas (Cahabitation), adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan
tetapi membentuk satu keluarga.
c. Struktur keluarga
Struktur Keluarga dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
Untuk dominasi jalur hubungan darah :
1) Patrilineal, keluarga yang dihubungkan melalui jalur garis ayah, suku-suku di
Indonesia menggunakan struktur keluargara Patrilineal.
2) Matrilineal, keluarga yang dihubungkan melalui jalur garis ibu, suku padang di
Indonesia merupakan salah satu suku yang masih konsisten menggunakan pola
Matrilineal
Untuk dominasi keberadaan tempat tinggal
1) Matrilokal, menentukan bahwa keberadaan tempat tinggal satu keluarga.
2) Patrilokal, menunjukan bahwa keberadaan tempat tinggal satu keluarga suami
istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
Untuk dominasi pengambilan keputusan :
1) Patriakal, menunjukan dominasi pengambilan keputusan ada dipihak suami.
2) Matriakal, menunjukan dominasi pengambilan keputusan ada dipihak istri.
d. Peran keluarga
Beberapa peran yang terdapat di dalam keluarga menurut (Nasrul Efendi, 1998: hal
14) adalah sebagai berikut:
1) Peran ayah : sebagai suami dari istri dan anak-anaknya, berperan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga,
sebagai anggota kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dan
lingkungannya.
2) Peran Ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peran
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung
dan sebagai salah satu kelompok dan lingkungannya. Disamping itu ibu dapat
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.
3) Peran anak : anak-anak melaksanakan peran psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangan baik fisik, mental, sosial, dan spiritual
e. Fungsi Keluarga
Secara umum fungsi keluarga menurut (friedman, 1998 dalam Supprayitno, 2004 :
hal ) adalah sebagai berikut :
1. Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala
sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain,
fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan indivisu dan psikososial, anggota
keluarga
2. Fungsi Sosialisasi dan tempat bersosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan
tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah
untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
3. Fungsi Repoduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga
secara ekonomi dan tepat untuk mengembangkan kemampuan individu
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi Perawatan kesehatan adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan
kesehatan keluarga agar tetap memiliki produksifitas tinggi.
f. Tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangan keluarga
Tahap-tahap kehidupan keluarga Duvall dan Miller, dikutip dalam Fridmen (1998)
adalah sebagai berikut :
1) Tahap I
Tahap pembentukan keluarga
Tahap ini dimulai dari pernikahan, yang dilanjutkan membentuk rumah tangga.
2) Tahap II
Tahap menjenjang kelahiran anak
Tugas keluarga yang utama untuk mendapatkan keturunan sebagai generasi
penerus, melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi keluarga yang merupakan
saat-saat yang dinantikan.
3) Tahap III
Tahap menghadapi bayi
Dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik dan memberikan kasih sayang
kepada anak, karena pada tahap ini bayi kehidupannya sangat bergantung pada
kedua orang tuanya dan kondisinya masih sangat lemah.
4) Tahap IV
Tahap menghadapi anak Pra sekolah
Pada tahap ini anak sudah mulai mengenai kehidupan sosial, sudah mulai bergaul
dengan teman sebaya, tetapi sangat rawan dalam masalah kesehatan karena tidak
mengetahui mana yang kotor dan mana yang bersih.
5) Tahap V
Tahap menghadapi anak sekolah
Dalam tahap ini tugas keluarga adalah bagaimana mendidik anak, mengajari anak
untuk mempersiapkan mana depannya.
6) Tahap VI
Tahap menghadapi anak remaja
Tahap ini adalah tahap yang paling rawan karena dalah tahap ini anak akan
mencari identitas diri dalam membentuk kepribadiannya.
7) Tahap VII
Tahap melepaskan anak kemasyarakat
Setelah melalui tahap remaja dan anak telah dapat menyelesaikan pendidikannya,
maka tahap selanjutnya adalah melepaskan anak kemasyarakat dalam memulai
kehidupannya yang sesungguhnya, dalam tahap ini anak akan memulai kehidupan
berumah tangga.
8) Tahap VIII
Tahap berdua kembali
Setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendiri-sendiri tingalah
suami istri berdua saja. Tugas perkembangan adalah memperhatikan kesehatan
masing-masing pasangan, mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
teman sebaya dan anak-anak, serta meningkatkan keakraban pasangan.
9) Tahap IX
Tahap masa tua
Tahap ini masuk ketahap lanjut usia, Perkembangan keluarga ini dimulai saat
telah satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan pension, berlanjut
saat salah satu pasangan meninggal sampai keduanya meninggal. Dan tugas
perkembangan adalah perubahan kehilangan pasangan dan teman, kekuatan fisik
dan pendapatan, serta mempertahankan keakaraban suami istri. (Agus Citra
Dermawan: 2008, hal 8)
2. Konsep Proses Keperawatan Keluarga
a. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahapan yang terpenting dalam proses keperawatan, karena
pengkajian adalah sebagai awal bagi keluarga untuk mengidentifikasi data yang ada
pada keluarga. Oleh karena itu perawat keluarga diharapkan memahami betul lingkup
metode, alat bantu dan format pengkajian yang digunakan.
Pengkajian memberikan batasan 6 katagori dalam memberikan pertanyaan-
pertanyaan saat melakukan pengkajian: data pengenalan keluarga riwayat dan tahap
perkembangan keluarga, data lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, koping
keluarga.
1) Penjajakan Tahap I
Data-data yang dikaji dikumpulkan pada penjajakan tahap I
a) Data dasar keluarga
Terdiri dari nama kepala keluarga, jenis kelamin, umur, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, komposisi keluarga, genogram, tipe keluarga, suku bangsa,
status sosial keluarga, aktifitas rekreasi, riwayat dan tahap perkembangan
keluarga saat ini, perkembangan yang belum terpenuhi, riwayat keluarga inti,
riwayat keluarga sebelumnya.
b) Lingkungan
(1) Perumahan. Karakteristik rumah meliputi jenis rumah, luas bangunan, luas
pekarangan, ventilasi rumah, penerangan, lantai dan kondisi kebersihan
rumah secara keseluruhan.
(2) Denah rumah. Meliputi gambaran tipe tempat tinggal, kondisi rumah.
(3) Sumber sampah. Meliputi kondisi tempat sampah dan cara pengolahan
sampah.
(4) Sumber air. Dari sumber air digunakan, kondisi air minum yang
digunakan.
(5) Jamban keluarga. Jenis jamban keluarga yang digunakan, bagaimana
kondisinya, berapa jarak antara air dengan tempat pembuangan tinja.
(6) Fungsi kesehatan dan fasilitas sosial. Adakalh fasilitas pelayanan
kesehatan dan pemanfaatannya.
(7) Karakteristik fisik tetangga dan komunitas, tipe penduduk. Berapa lama
keluarga tinggal ditempat tersebut.
(8) Mobilitas. Berapa lama keluarga tingal ditempat tersebut.
(9) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat. Anggota keluarga
mengetahui perkumpulan yang ada di komunitas apakah keluarga terlibat,
bagaimana pandangan keluarga atas perkumpulan tersebut.
c) Struktur keluarga
(1) Pola komunikasi keluarga. Apakah komunikasi keluarga berfungsi dengan
baik.
(2) Struktur kekuatan keluarga. Siapakah yang mengambil keputusan penting
seperti anggaran keluarga, pindah kerja, tempat tinggal.
(3) Struktur peran. Meliputi peran dan posisi formal setiap anggota keluarga,
tidak ada konflik peran, bagaimana perasaan perannya, bila ada masalah
siapa yang paling berperan dalam mengambil keputusan.
(4) Nilai dan normal budaya. Meliputi nilai-nilai budaya yang dominan dibuat
oleh keluarga, siapa yang berperan member nafkah, apakah ada kesesuaian
antara nilai-nilai mempengaruhi keluarga, apakah ada konflik yang
menonjol dalam keluarga.
d) Fungsi keluarga yaitu fungsi afektif, fungsi sosialisasi, dan fungsi reproduksi.
(1) Stress dan koping keluarga
a) Stress jangka panjang dan pendek. Stress jangka panjang adalah stress
yang dirasakan oleh keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam
waktu lebih dari 6 bulan, sedangkan stress jangka pendek adalah stress
yang dirasakan oleh keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam
waktu kurang dari 6 bulan.
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah. Sejauh mana
keluarga berespon terhadap situasi yang dihadapi oleh keluarga.
c) Strategi koping yang digunakan. Strategi koping apa yang digunakan
keluarga bila menghadapi masalah.
d) Strategi adaptasi fungsional. Strategi yang menyimpang dari masalah
yang dihadapi keluarga.
e) Harapan keluarga terhadap asuhan keperawatan. Harapan apa yang
diinginkan keluarga terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.
2) Penjajakan Tahap 2
Pengkajian yang tergolong dalam penjajakan tahap dua diantaranya pengumpulan
data-data yang berkaitan dengan ketidak mampuan keluarga dalam menghadapi
masalah keluarga dan masalah kesehatan sehingga dapat ditegakan diagnose
keperawatan keluarga. Adapun ketidak mampuan keluarga dalam menghadapi
masalah kesehatan diantaranya :
a) Mengenal masalah kesehatan
Keluarga mampu menyebutkan pengertian, tanda dan gejala, serta penyebab
dari hipertensi.
b) Mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan.
Keluarga mampu menyebutkan akibat dari masalah kesehatan yang tidak
diatasinya.
c) Merawat anggota keluarga yang sakit.
Keluarga mengetahui cara merawat anggota keluarga yang sakit dengan
hipertensi.
d) Memodifikasi fasilitas yang sehat.
Keluarga mampu membuat suasana yang dapat mencegah hipertensi.
e) Menggunakan Fasilitas Kesehatan.
Keluarga mampu menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
b. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnose keperawatan adalah pernyataan yang dirumuskan berdasarkan data yang
terkumpul dan berupa rumusan tentang respon klien terhadap masalah kesehatan serta
faktor penyebab yang berkontribusi terhadap timbulnya masalah yang perlu diatasi
tindakan atau intervensi keperawatan.
Berdasarkan data yang di dapat pada pengkajian dan terkait dengan tripologi
diagnosis keperawatan yaitu :
1) Aktual (terjadi deficit / gangguan kesehatan)
Dari hasil pengkajian didapatkan data tanda gejala dari gangguan kesehatan.
2) Resiko (ancaman kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
3) Potensial
Suatu keadaan dimana keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera,
sehingga kesehatan dapat ditingkatkan dalam suatu keadaan keluarga, dapat saja
perawat yang menemui lebih dari 1 diagnosa keperawatan keluarga.
Sedangkan untuk etiologi terkait pada keperawatan keluarga berdasarkan dengan 5
tugas keluarga yaitu :
1) Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga tentang
hipertensi.
2) Ketidak mampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi
hipertensi.
3) Ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi.
4) Ketidak mampuan keluarga memodifikasi lingkungan untuk mengatasi hipertensi.
5) Ketidak mampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk perawatan
anggota keluarga dengan hipertensi.
Sedangkan diagnose keperawatan yang muncul pada klien dengan hipertensi menurut
teori adalah sebagai berikut :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri sakit kepala.
Gejala ini timbul sesuai bahwa adanya peningkatan tekanan vaskuler serebral
akan menimbulkan disporporsi antara kapasitas aorta dan peninkatan curah
jantung.
2. Koping individu dan kurang pengetahuan.
3. Resiko tinggi terhadap kerusakan jaringan serebral.
Gejala ini timbul sesuai teori bahwa sebagian besar hipertensi sistolik yang
dijumpai pada lansia disebabkan karena kekuatan aorta dan pembuluh darah arteri
yang tanda dan gejalannya timbul tekanan darah lebih dari 160/95 mmHg
4. Perubahan perfusi jaringan serebral
Berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit hipertensi masalah ini timbul karena pada Ibu N saat pengkajian didapat data
tekanan darah 170/100 mmHg. Kepala pusing, tengkuk terasa pegal. Hal ini
sesuai dengan teori bahwa sebagian besar hipertensi sistolik disebabkan karena
kekuatan aorta dan pembuluh darah arteri membesar yang tanda dan gejalanya
timbul tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg.
5. Resiko terjadinya stroke
Berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
hipertensi. Masalah ini timbul pada Ibu. T didapat kaki sering kesemutan, kepala
sering sakit.
Penapisan Masalah
Setelah keperawatan terindentifikasi, langkah selanjutnya adalah menyusun
prioritas masalah keperawatan tersebut, maka dapat menggunakan table penapisan
masalah berikut :
(Balion dan Maglaya, 1978)
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah
a. Aktual
b. Resiko
c. Potensial
1
2
3
1
2 Kemungkinan masalah dapat dirubah
a. Mudah
b. Sebagian
c. Tidak dapat
2
1
0
2
3 Potensial masalah untuk dicegah
a. Tinggi / mudah
b. Cukup / sedang
c. Rendah
3
2
1
1
4 Menonjolnya masalah
a. Bersifat harus segera ditangani
b. Tidak perlu segera dtiangani
c. Tidak dirasakan
2
1
0
1
Skorsing
- Tentukan scor untuk setiap criteria
- Score dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan denga bobot.
x bobot
- Jumlah scor untuk semua criteria
- Jumlah scor untuk setiap criteria.
Scor tertinggi adalah lama dan sama dengan seluruh bobot factor-faktor
yang mempengaruhi penentuan prioritas.
1. Sifat masalahnya : Dalam hal menentukan sifat atau yang mengancam, bobot
yang paling besar diberikan kepada keadaan sakit atau yang mengancam
kehidupan keluarga yaitu keadaan sakit atau pertimbangan yang tidak sesuai
dengan usia baru kemudian diberikan kepada hal-hal yang mengancam
kesehatan dan selanjutnya kepada situasi kritis dalam keluarga yaitu dimana
terjadi situasi penyesuaiana dalam keluarga.
2. Kemungkinan masalah dapat diubah, faktor yang mempengaruhi,
pengetahuan, teknologi dan tindakan untujk penanganan masalah. Sumber
daya keluarga , diantaranya pengetahuan, ketrampilan, dan waktu. Sumber
dana dan masyarakat, dapat dalam bentuk fasilitas organisasi, seperti
posyandu dan polidas.
3. Potensi masalah untuk mencegah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
melihat potensi pencegahan masalah adalah kepelikan/ kesulitan masalah, hal
ini berkaitan dengan beratnya penyakit atau masalah yang menunjukkan
kepada prognosa dan beratnya masalah, lamanya masalah, berhubungan
dengan jangka waktu berjadinya masalah, beratnya masalah yang menimpa
keluarga, potensi masalah untuk dicegah. Adanya kelompok resiko tinggi
dalam keluarga atau kelompok yang peka menambah potensi untuk mencegah
masalah.
4. Masalahnya yang menonjol : untuk menentukan scor menonjolnya masalah
perawat perlu menilia perspsi keluarga atau bagaimana keluarga melihat
masalah itu.
c. Perencanaan
Perencanaan adalah kemampuan tindakan yang ditentukan oleh perawat untuk
dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan yang telah diidentifikasikan dan
dibuat sesuai diagnose keperawatan yang diprioritas telah dirumuskan. Tujuannya
merupakan pernyataan yang yang bersifat realitas sebagai indicator keberhasilan,
asuhan keperawatan yang diberikan bila dilihat dari jangka waktu maka tujuan
perawat dibagi menjadi :
Tujuan kususnya ditentukan pada keadaan yang mengancam kehidupan yang terbaik
dengan lima tugas fungsi keluarga sedangkan tujuan umumnya ditentukan pada
teratasinya masalah keperawatan.
d. Pelaksanaan Keperawatan Hipertensi
Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga didasarkan kepada rencana
asuhan yang disusun. Dimana pelaksanaan ini adalah usaha yang dilakukan perawat
untuk membantu keluarga mengatasi masalah kesehatan keluarga agar keluarga
mampu mengatasi masalah kesehatan dan dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan
kondisi keluarga dan respon keluarga.
Faktor penghambat dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga dari keluarga
yaitu keluarga kurang pengetahuan tentang asuhan keperawatan dengan pasien
hipertensi dan dari perawat kesehatan yaitu karena perawat puskesmas kurang
tanggap terhadap warganya yang menderita hipertensi.
e. Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan rencana tindakan yang telah diberikan berdasarkan
data subyektif dan obyektif yang ditemukan pada keluarga untuk dilakukan penilaian
kebersihan asuhan keperawatan yang telah diberikan. Evaluasi disusun dengan
menggunakan criteria SOAP (Subyejtif, Obyektif, Analisa dan Planning) secara
operasional adalah :
S. Hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subyektif, setelah dilakukan
intervensi keperawatan, misalnya keluarga mengatakan bahwa pengertian
hipertensi adalah peningkatan tekanan darah diatas normal.
O. Hal-hal yang ditentukan oleh perawat secara obyektif setelah dilakukan intervensi
keperawatan misalnya telah mampu menangani pencegahan terhadap hipertensi.
A. Analisa dari hasil yang telah dicapai yang mengacu pada tujuan yang terkait
dengan diagnosis.
P. Perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada tahap
evaluasi

You might also like