You are on page 1of 26

PRESENTASI KASUS STEMI

HAQQI PRADIPTA SUGANDA 20090310051

IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien Usia Alamat Agama Masuk RS

: Tn. S : 67 tahun : Srumbung : Islam :1 April 2014

ANAMNESIS
pasien datang dengan keluhan nyeri dada, sejak 1 jam SMRS nyeri dada seperti tertindih beban berat, dirasakan di seluruh dada, tidak menjalar ke lengan, sesak nafas (+), riwayat sesak nafas (-), riwayat keluarga sesak nafas (-), batuk (-), mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-), pusing(-), Keringat dingin(+), BAB (+) N, BAK (+) N, Riwayat Hipertensi (+), Riwayat DM (-), Riwayat stroke setengah tahun yang lalu

PX FISIK
Keadaan Umum Kesadaran Vital Sign : Kesakitan : Compos Mentis : T : 130/80 mmHg RR : 24 x/menit HR : 62 x/menit, reguler.

S : 36,4O C
1. 2. Kulit : Hiperpigmentasi (-), Ikterik (-), turgor baik

Pemeriksaan Kepala - Bentuk : Bentuk ovale, simetris.

Kepala
- Rambut - Nyeri Tekan : : Warna hitam, tidak mudah rontok, distribusi merata Tidak ada

3.

Pemeriksaan Mata Palpebra Konjunctiva Sklera Pupil : Edema (-/-) : Anemis (-/-) : Ikterik (-/-) : Reflek cahaya (+/+) : Faring tidak hiperemis

4. 5.

Pemeriksaan Tenggorokan Pemeriksaan Leher Trakea Kelenjar Tiroid Kelenjar lnn JVP

: Deviasi trakea (-), Struma (-). : Membesar (-) : Tidak membesar, nyeri (-) : Tidak meningkat

6.

Pemeriksaa n Dada

Paru-paru Dx/sn: inspeksi: asimetris (-), ketinggalan gerak paru (-), retraksi dada (-). Palpasi: Nyeri tekan (-), massa (-), krepitasi (-).

Perkusi & Auskultasi: Sonor, SDV


Sonor, SDV Sonor, SDV

Sonor, SDV

Jantung: S1-S2 reguler, bising jantung (-), gallop (-)

7.

Pemeriksaan Abdomen Inspeksi Auskultasi Palpasi : : : Perut datar Bising usus (+) normal Supel, nyeri tekan (-)

Perkusi

Tymphani, Supel (+), Hepar/lien tak teraba,


Massa (-)

8.

Pemeriksaan Ekstremitas

Superior
Edema Clubing finger -/-/-

Inferior
-/-/-

Eritem palmaris
Sianosis Akral

-/-/Hangat

-/-/Hangat

PX PENUNJANG
EKG: ST elevasi di V2, V3 dan V4 LAB: Kimia klinik

Ureum : 23 Creatinine: 0,76 Asam Urat: 7,6 SGOT: 27 SGPT: 10

DIAGNOSIS

STEMI

PENATALAKSANAAN
O2 3-4 LpM Inf D5% 16 tpm Inj Ranitidine 1a/12 jam Sotatik 1A/8jam k/p CPG 1x1 Aspilet 1x1 pc ISDN 1x1 k/p Curcuma 3xCI

DEFINISI
STEMI (ST elevation myocard infarction) merupakan bagian dari spectrum sindrom koroner akut (SKA) yang terdiri dari Angina pectoris tak stabil, IMA tanpa elevasi ST dan IMA dengan elevasi ST. Infark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI) terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak akibat oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya.

ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO

Faktor resiko yang tidak dapat dirubah

usia, jenis kelamin, ras, dan riwayat keluarga

Faktor resiko yang dapat dirubah

Hiperlipidemia The National Cholesterol Education Program (NCEP) menemukan kolesterol LDL sebagai faktor penyebab penyakit jantung koroner. Hipertensi Peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan Resistensi vaskuler terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri => kerja jantung bertambah => ventrikel kiri hipertrofi untuk meningkatkan kekuatan pompa. Bila proses aterosklerosis terjadi, maka penyediaan oksigen untuk miokard berkurang => infarc

Merokok

Merokok meningkatkan resiko terkena penyakit jantung kororner sebesar 50% Obesitas Biasanya obesitas berhubungan dengan kelainan metabolik seperti peninggian kadar trigliserida, penurunan HDL, peningkatan tekanan darah, inflamasi sistemik, resistensi insulin dan diabetes melitus tipe II, yang meningkatkan kemungkinan kejadian infarc myocard

PATOFISIOLOGI

Faktor-faktor seperti usia, genetik, diet, merokok, diabetes mellitus tipe II, hipertensi, reactive oxygen species dan inflamasi => disfungsi dan aktivasi endotelial.

Leukosit => menempel pada sel endotel teraktivasi => bermigrasi ke sub endotel => berubah menjadi makrofag.

Faktor pertumbuhan dan trombosit menyebabkan migrasi otot polos dari tunika media ke dalam tunika intima dan proliferasi matriks

Proses ini mengubah bercak lemak => ateroma matur. Lapisan fibrosa menutupi ateroma matur, membatasi lesi dari lumen pembuluh darah.

Perlekatan trombosit ke tepian ateroma yang kasar menyebabkan terbentuknya trombosis. Ulserasi atau ruptur mendadak lapisan fibrosa atau perdarahan yang terjadi dalam ateroma menyebabkan oklusi arteri

Ketika aliran darah menurun tiba-tiba akibat oklusi trombus di arteri koroner, maka terjadi infark miokard tipe elevasi segmen ST (STEMI). Perkembangan perlahan dari stenosis koroner tidak menimbulkan STEMI karena dalam rentang waktu tersebut dapat terbentuk pembuluh darah kolateral. Dengan kata lain STEMI hanya terjadi jika arteri koroner tersumbat cepat.

DIAGNOSIS

Anamnesis
Gambaran klinis infark miokard umumnya berupa nyeri dada substernum yang terasa berat, menekan, seperti diremasremas dan terkadang dijalarkan ke leher, rahang, epigastrium, bahu, atau lengan kiri, atau hanya rasa tidak enak di dada. Nyeri pada IMA biasanya berlangsung beberapa jam sampai hari, jarang ada hubungannya dengan aktivitas fisik dan biasanya tidak banyak berkurang dengan pemberian nitrogliserin, nadi biasanya cepat dan lemah, pasien juga sering mengalami diaforesis.

Px Fisik Kombinasi nyeri dada substernal >30 menit dan banyak keringat merupakan kecurigaan kuat adanya STEMI.

Px Penunjang

EKG EKG serian dengan interval 5-10 menit atau pemantauan EKG 12 sandapan secara kontinyu harus dilakukan untuk mendeteksi potensi perkembangan elevasi segmen ST Laborat Pemeriksaan laboratorium harus dilakukan sebagai bagian dalam tatalaksana pasien STEMI tetapi tidak boleh menghambat implementasi terapi reperfusi. Pemeriksaan petanda kerusakan jantung yang dianjurkan adalah creatinin kinase (CK) MB dan cardiac specific troponin (cTn) T atau cTn I, yang dilakukan secara serial. cTn digunakan sebagai petanda optimal untuk pasien STEMI yang disertai kerusakan otot skeletal karena pada keadaan ini juga akan diikuti peningkatan CKMB

PENATALAKSANAAN

Tatalaksana Pra Rumahsakit Pengenalan gejala oleh pasien dan segera mencari pertolongan medis. Pemanggilan tim medis emergensi yang dapat melakukan tindakan resusitasi Transportasi pasien ke rumah sakit yang mempunyai fasilitas ICCU/ICU serta staf medis dokter dan perawat yang terlatih. Melakukan terapi reperfusi

Tatalaksana di Ruang Emergensi


Oksigen : suplemen oksigen harus diberikan ada pasien dengan saturasi oksigen <90%. Nitrogliserin : Nitrogliserin sublingual dapat diberikan dengan aman dengan dosis 0,4 mg dan dapat diberikan sampai 3 dosis dengan interval 5 menit. Morfin : sangat efektif dalam mengurangi nyeri dada dan merupakan analgesik pilihan dalam tatalaksana STEMI. Aspirin : merupakan tatalaksana dasar pada pasien yang dicurigai STEMI dan efektif pada spektrum sindroma koroner akut. Beta blocker : Jika morfin tidak berhasil mengurangi nyeri dada, pemberian penyekat beta intravena dapat efektif. Regimen yang biasa diberikan adalah metoprolol 5 mg tiap 2-5 menit sampai total 3 dosis.

Tatalaksana di Rumahsakit (ICCU)

Aktivitas : pasien harus istirahat dalam 12 jam pertama Diet : pasien harus puasa atau hanya minum cair dengan mulut dalam 4-12 jam karena risiko muntah dan aspirasi segera setelah infark miokard. Sedasi : pasien memerlukan sedasi selama perawatan untuk mempertahankan periode inaktivitas dengan penenang. Diazepam 5mg, oksazepam 15-30 mg, atau lorazepam 0,5-2 mg, diberikan 3-4 kali/hari Saluran pencernaan (bowels) : istirahat di tempat tidur dan efek menggunakan narkotik untuk menghilangkan rasa nyeri sering mengakibatkan konstipasi, sehingga dianjurkan penggunaan kursi komod di samping tempat tidur, diet tinggi serat, dan penggunaan pencahar ringan secara rutin seperti dioctyl sodium sulfosuksinat (200 mg/hari).

KOMPLIKASI
Disfungsi Ventrikular Gangguan Hemodinamik Syok kardiogenik Infark ventrikel kanan Aritmia paska STEMI Ekstrasistol ventrikel Takikardia dan fibrilasi ventrikel Fibrilasi atrium Aritmia supraventrikular Asistol ventrikel Bradiaritmia dan Blok Komplikasi Mekanik

PEMBAHASAN
Pasien diatas didiagnosis STEMI karena pada anamnesis didapatkan pasien mengeluh nyeri dada, sejak 1 jam SMRS nyeri dada seperti tertindih beban berat, dirasakan di seluruh dada, tidak menjalar ke lengan, sesak nafas, dan keringat dingin. Serta pada pemeriksaan EKG didapatkan . Pasien ini terkena STEMI kemungkinan disebabkan karena hipertensi dimana pasien mengaku mempunyai riwayat hipertensi sebelumnya. Dimana hipertensi dapat menyebabkan disfungsi dan injuri endotel yang lama kelamaan akan menyebabkan oklusi thrombus sehingga aliran darah di arteri koroner akan menurun secara tiba- tiba, sehingga akan terjadi STEMI.

TERIMAKASIH

You might also like