You are on page 1of 22

PARADIGMA PEMASARAN DAN PERMASALAHANYA DALAM PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN DENGAN SISTEM INFORMASI CYBER EXTENSION

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen (SIM)

Dosen : Prof, Dr. Ir. Kundang Boro Seminar, MSc

Disusun Oleh : Kelompok 1(EK 9 / BPN)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Joko Heriyadi Syafriman Andi Tenri Abeng Meijana Irawan Sukarja Deni Ahmad Hidayat Heru Hermanto Nono Sukirno

P056101753.9EK P056101893.9EK P056101653.9EK P056101803.9EK P056101663.9EK P056101733.9EK P056101823.9EK

2011
Sistem Informasi Manajemen : Cyber Extension

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ............................................................................ 1 BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 6 2.1 Macam-Macam Strategi Pemasaran ..................................................... 6 2.2 Penyuluhan Pertanian ......................................................................... 8 BAB III HASIL YANG DIHARAPKAN .................................................. 10 3.1 Konsep Dasar Komunikasi dalam Cyber Extension ............................. 10 3.2 Inovasi Pertanian ................................................................................ 10 3.3 Karekteristik Elemen Sistem Jaringan Informasi Inovasi Pertanian ..... 11 3.4 Sistem Kerja Cyber Extension ............................................................ 12 3.5 Kekuatan, Kelemahan, dan Peluang Sistem Jaringan Komunikasi Informasi Cyber Extension .................................................................. 16 3.6 Pelaku Jaringan Komunikasi Informasi Inovasi Pertanian ................... 16 3.7 Penguatan Sistem Jaringan Komunikasi Informasi Inovasi Pertanian Melalui Implementasi Cyber Extension ................................ 17 BAB IV PENUTUP .................................................................................... 18 4.1 Kesimpulan ......................................................................................... 18 4.2 Saran .................................................................................................. 19 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 20 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Karakteristik Sistem ..................................................................... 12 Gambar 2 Website Pertanian ......................................................................... 14 Gambar 3 Model UPIPK ideal P4MI ............................................................. 15 Gambar 4 Sistem Jaringan Komunikasi Inovasi Pertanaian ........................... 17

Sistem Informasi Manajemen : Cyber Extension

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Salah satu paradigma pemasaran akhir-akhir ini yang cukup populer adalah pemasaran produk pertanian tidak berpihak pada petani produsen terutama petani produsen dengan lahan pertanian yang relatif sempit/terbatas. Petani produsen dengan lahan pertanian yang sempit dan didirikan denga cara-cara bertani tradisional pada umumnya proses produksinya tidak efisien dan bahkan mengganggu biaya produksi pertaniannya hanya diperhitungkan dari biaya-biaya produksi yang riil dikeluarkan sehingga biaya-biaya yang tidak keluar akan secara nyata dianggap bukan faktor produksi sehingga terus dipergunakan dalam proses biaya produksi. Biasanya yang diperhitungkan hanya tenaga kerja yang diambil dari luar keluarganya sehingga secara nyata diperlukan biaya untuk tenaga kerja tersebut contoh buruh tani yang digunakan sehinnga petani produsen betul-betul secara nyata mengeluarkan biaya yang berupa upah sedangkan tenaga sendiri dan keluarganya sering tidak diperhitungkan. Akibat dari hal tersebut diatas biaya tenaga kerja sendiri/keluarganya tersebut diperhitungkan sebagai keuntungan yang diperoleh. Ciri-ciri dari petani produsen yang tradisional yaitu tidak adanya pengetahuan tentang pasar sebagai tempat bertemu produsen dan konsumen termasuk harga pasar, permintaan dan penawaran, sehingga para petani produsen hanya dapat menerima harga pasar yang pada umumnya ditentukan oleh para pedagang perantara sebagai akibat ketidaktahuan / tidak adanya informasi mengenai pasar pada tingkat petani produsen. Sebagai akibat lebih lanjut dari keadaan tersebut diatas maka margin harga ditingkat produsen dan di pasar lebih besar diperoleh para pedagang perantara bahkan kadang-kadang produsen hanya memperoleh pendapatan yang berupa biaya produksi tanpa keuntungan. 1.2 Perumusan Masalah Pembangunan pertanian akan terbentur apabila petani-petani kecil itu tidak memiliki kesempatan untuk membeli barang; apabila input-input pertanian, baik yang modern maupun yang tradisional kurang persediaannya; dan apabila informasi-informasi yang tepat mengenai tanaman baru, harga pasar, atau teknik baru tidak bisa diperoleh. Permasalahan pembangunan pertanian lebih dominan disebabkan oleh lemahnya pembangunan sosial. Faktor sosial (modal sosial) dan kelembagaan sebagai basis kristalisasi nilai tidak ditangani secara baik. Kelembagaan pada tingkat mikro (kelompok tani) yang merupakan basis berkembangnya modal sosial dari bawah, sehingga perlu diperkuat karena berpotensi menjadi bahan bakar pembangunan sosial dan ekonomi di pedesaan. Berkaitan dengan pelaksanaan otonomi daerah
1

Sistem Informasi Manajemen : Cyber Extension

maka lembaga pembangunan pertanian yang berinduk pada lembaga sektor nasional harus menyesuaikan rencana dan strategi pembangunan sektor ke dalam pola pikir dan tujuan pembangunan daerah. Keragaman potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sosial budaya dan iklim pembangunan daerah membuka peluang bagi lembaga pembangunan pertanian untuk lebih kreatif untuk mengembangan strategi pendekatan yang bersifat spesifik lokalita dan berkelanjutan. Keberhasilan pembangunan ekonomi di pedesaan tidak terlepas dari sinkronisasi kebijakan pembangunan pertanian di tingkat nasional, regional dan daerah. Pembangunan sektor pertanian tidak bisa dilakukan secara otonom karena mempunyai keterkaitan dengan sub sektor dan sektor-sektor lain dan sejauh ini masih memerlukan dukungan dan jaringan kerjasama dari berbagai sektor. Paradigma modernisaisi pertanian yang bertujuan merubah sektor pertanian tradisional menjadi sektor pertanian modern yang dikenal dengan revolusi hijau telah mampu meningkatkan produksi pertanian khususnya pertanian tanaman pangan (padi) juga diikuti dengan munculnya berbagai masalah generasi kedua, seperti: a. Rentannya sistem pertanian pangan di Negara-negara sedang berkembang terhadap serangan hama penyakit; b. Ketergantungan petani pada input-input modern (pupuk kimiawi, pestisidan dan herbisida); c. Masalah sosial (perbedaan antara petani kaya dan petani miskin) yang disebabkan oleh adanya perubahan dalam berbagai situasi tradisional yang semula berperan dalam mekanisme pemerataan; dan d. Berkembangnya ekonomi uang di daerah pedesaan. e. Permasalahan-permasalahan pembangunan pertanian masih dapat dianalisis lebih rinci mengenai faktor-faktor penyababnya : 1. Meningkatnya serangan hama penyakit pada tanaman pangan disebabkan oleh meningkatnya penggunaan teknologi pertanian modern, 2. Ketergantungan petani pada input-input modern disebabkan oleh orientasi peningkatan produksi sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan pertanian tanpa mempertimbangkan dampak-dampak negattif terhadap penerapan teknologi modern. 3. Meningkatnya stratafikasi sosial di pedesaan seperti adanya perbedaan petani kaya dan petani miskin atau adanya golongan petani berperilaku rasional (rational behavior) dan golongan petani yang mementingkan diri sendiri (self interested) disebabkan oleh perbedaan pemilikan/penguasaan lahan pertanian yang berakibat pada meningkatnya kemiskinan, 4. Berkembangkannya ekonomi uang di pedesaan tidak diimbangi oleh pengembangan ekonomi kerakyatan yang berbasis pada kelembagaan sosial pedesaan.

Sistem Informasi Manajemen : Cyber Extension

Permasalahan lain dalam pelaksanaan pembangunan berorientasi peningkatan produksi adalah tidak diikuti dengan pengembangan teknologi sosial seperti pengembangan kelembagaan pedesaan yang berbasis agribisnis serta mengabaikan faktor-faktor sosial budaya dan kekuatan sumberdaya lokal, sehingga mengakibatkan pembangunan pertanian tidak berkelanjutan. Keberhasilan agribisnis di sektor pertanian sangat ditentukan oleh kekuatan modal sosial melalui jaringan-jaringan (networks), saling kepercayaan (trust) dan norma (norms). Tidak berjalannya kegiatan agribisnis di pedesaan disebabkan oleh rusaknya modal sosial karena perilaku negatif yang dilakukan oleh beberapa individu. Sistem pemasaran pertanian merupakan satu kesatuan urutan lembagalembaga pemasaran. Tugasnya melakukan fungsi-fungsi pemasaran untuk memperlancar aliran produk pertanian dari produsen awal ke tangan konsumen akhir. Begitu pula sebaliknya memperlancar aliran uang, nilai produk yang tercipta oleh kegiatan produktif yang dilakukan oleh lembagalembaga pemasaran, baik dari tangan konsumen akhir ke tangan produsen awal dalam suatu sistem komoditas Sistem pemasaran pertanian mencakup banyak lembaga, baik yang berorientasi laba maupun nirlaba, baik yang terlibat dan terkait secara langsung maupun yang tidak terlibat atau terkait langsung dengan operasi sistem pemasaran pertanian. Sistem pemasaran yang kompleks tersebut diharapkan dapat memainkan peranan penting dalam upaya memaksimalkan tingkat konsumsi kepuasan konsumen, pilihan konsumen, dan mutu hidup masyarakat. Dalam pengembangan sektor pertanian ke depan masih ditemui beberapa kendala, terutama dalam pengembangan sistem pertanian yang berbasiskan agribisnis dan agroindustri.1 Kendala yang dihadapi dalam pengembangan pertanian khususnya petani skala kecil, antara lain : a. Lemahnya struktur permodalan dan akses terhadap sumber permodalan. b. Ketersediaan lahan dan masalah kesuburan tanah. c. Pengadaan dan penyaluran sarana produksi. d. Terbatasnya kemampuan dalam penguasaan teknologi. e. Lemahnya organisasi dan manajemen usaha tani. f. Kurangnya kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia untuk sektor agribisnis. Masalah utama yang dihadapi pada pemasaran produk pertanian meliputi, antara lain: 1. Kesinambungan produksi Salah satu penyebab timbulnya berbagai masalah pemasaran hasil petanian berhubungan dengan sifat dan ciri khas produk pertanian, yaitu:

Almasdi Syahza, (2001a). Kajian sosial ekonomi usahatani tanaman pangan dan hortikultura di kabupaten Pelalawan Propinsi Riau, Pangkalan Kerinci, BAPPEDA Kabupaten Pelalawan,

Sistem Informasi Manajemen : Cyber Extension

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Volume produksi yang kecil karena diusahakan dengan skala usaha kecil (small scale farming). b. Produksi bersifat musiman sehingga hanya tersedia pada waktuwaktu tertentu. c. Lokasi usaha tani yang terpencar-pencar sehingga menyulitkan dalam proses pengumpulan produksi. d. Sifat produk pertanian yang mudah rusak, berat dan memerlukan banyak tempat. Kurang memadainya pasar Kurang memadainya pasar yang dimaksud berhubungan dengan cara penetapan harga dan pembayaran. Ada tiga cara penetapan harga jual produk pertanian yaitu: sesuai dengan harga yang berlaku; tawarmenawar; dan borongan. Panjangnya saluran pemasaran Panjangnya saluran pemasaran menyebabkan besarnya biaya yang dikeluarkan (marjin pemasaran yang tinggi) serta ada bagian yang dikeluarkan sebagai keuntungan pedagang. Rendahnya kemampuan tawar-menawar Kemampuan petani dalam penawaran produk yang dihasilkan masih terbatas karena keterbatasan modal yang dimiliki, sehingga ada kecenderungan produk-produk yang dihasilkan dijual dengan harga yang rendah. Berdasarkan keadaan tersebut, maka yang meraih keuntungan besar pada umumnya adalah pihak pedagang. Keterbatasan modal tersebut berhubungan dengan: a. Sikap mental petani yang suka mendapatkan pinjaman kepada tengkulak dan pedagang perantara. b. Fasilitas perkreditan yang disediakan pemerintah belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Berfluktuasinya harga Harga produksi hasil pertanian yang selalu berfluktuasi tergantung dari perubahan yang terjadi pada permintaan dan penawaran. Naik turunnya harga dapat terjadi dalam jangka pendek yaitu per bulan, per minggu bahkan per hari atau dapat pula terjadi dalam jangka panjang. Kurang tersedianya informasi pasar Informasi pasar merupakan faktor yang menentukan apa yang diproduksi, di mana, mengapa, bagaimana dan untuk siapa produk dijual dengan keuntungan terbaik. Kurang jelasnya jaringan pemasaran Produsen dan/atau pedagang dari daerah sulit untuk menembus jaringan pemasaran yang ada di daerah lain karena pihak-pihak yang terlibat dalam jaringan pemasaran tersebut dan tempat kegiatan berlangsung tidak diketahui.

a.

Sistem Informasi Manajemen : Cyber Extension

8.

9.

Rendahnya kualitas produksi Rendahnya kualitas produk yang dihasilkan karena penanganan yang dilakukan belum intensif. Masalah mutu ini timbul karena penanganan kegiatan mulai dari pra panen sampai dengan panen yang belum dilakukan dengan baik. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia Masalah pemasaran yang tak kalah pentingnya adalah rendahnya mutu sumberdaya manusia, khususnya di daerah pedesaan. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini tidak pula didukung oleh fasilitas pelatihan yang memadai, sehingga penanganan produk mulai dari pra panen sampai ke pasca panen dan pemasaran tidak dilakukan dengan baik.2

Ibid hal 5 Sistem Informasi Manajemen : Cyber Extension

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Macam-Macam Strategi Pemasaran Permasalahan nyata yang ada pada pertanian kita saat ini adalah masalah pemasaran produk pertanian yang menyebabkan sektor pertanian kita kurang berkembang, dan bila sistem pemasaran kita tidak diperbaiki secepat mungkin, maka pertanian berkelanjutan akan sulit diwujudkan hal ini dikarenakan semakin berkurangnya minat masyarakat terhadap bidang pertanian. Pemasaran sendiri memiliki tiga komponen utama fungsi, yaitu: 1. Bauran pemasaran adalah elemen internal atau unsur penting yang disusun dalam program pemasaran organisasi 2. Kekuatan Pasar adalah peluang atau ancaman dari luar yang berinteraksidengan operasi pemasaran organisasi. 3. Proses Penyesuaian adalah proses strategis dan manajerial dimana bauran pemasaran kebutuhan internal sesuai dengan kekuatan pasar. Program pemasaran menjadi karakteristik proses penyesuaian dan hal tersebut penting dalam konteks jasa. Analisa terhadap peluang atau kesempatan pemasaran dilakukan dengan : 1. Mencari informasi tentang pasar konsumen maupun pasar bisnis, informasitentang kondisi pesaing. 2. Melakukan segmentasi pasar dan memilih pasar sasaran. Pembuatan strategi pemasaran merupakan penerapan strategi diferensiasi untuk pasar sasaran yang dipilihnya. Dalam merencanakan pemasaran ditetapkan besarnya biaya pemasaran, bauran pemasaran perlu dilakukan agar terjadi kesesuaian antara strategi pemasaran yang ada dengan penerapannya.3 Strategi pemasaran adalah logika pemasaran dan berdasarkan itu unit usaha diharapkan mencapai sasaran-sasaran pemasarannya. Strategi pemasaran memiliki peran dalam membantu pengembangan perspektif strategis dari unit bisnis dalam mengarahkan unit yang bersangkutan ke masa depannya. Fokus dari strategi pemasaran adalah mencari cara-cara dimana perusahaan dapat membedakan diri secara efektif dari pesaingnya dan dengan kekuatan yang berbeda tersebut memberikan nilai yang lebih pemasaran yang baik kepada konsumennya. Dari permasalahan diatas kita dapat melihat bahwa yang menimpa petani lokal adalah margin tataniaga yang ada di tingkat petani dan pedagang (baik pengumpul maupun pedagang pengecer). Margin tataniaga pertanian sendiri adalah perbedaan harga ditingkat petani dengan harga ditingkat pengecer. Margin tataniaga

Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran . Jilid 1. Edisi ke-9. PT Prenhalindo. Jakarta. Limbong, W.H. dan P. Sitorus. 1987. Sistem Informasi Manajemen : Cyber Extension

pertanian juga dapat diartikan sebagai perbadaan atau jarak vertikal antara kurva permintaan (atau kurva penawaran ).4 Komponen marjin tataniaga pertanian ini terdiri dari : 1) Biaya yang diperlukan lembaga-lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi tata niaga pertanian yang disebut biaya tata niaga atau biaya fungsional dan 2) Keuntungan (profit) lembaga tata niaga pertanian.5 mengungkapakan bahwa sifat umum dari margin tata niaga pertanian yaitu : a. Marjin tata niaga pertanian berbeda beda antara satu komoditi pertanian denga komoditi lainnya. Hal ini disebabkan karena perbedaan jasa yang diberikan pada berbagai komoditi mulai dari pintu gerbang petani sampai ke tingkat pengecer untuk konsumen akhir . b. Marjin tata niaga produk pertanian cendrung akan naik dalam jangka panjang dengan menurunnya bagian harga yang diterima petani c. Marjin tataniaga pertanian relatif stabil dalam jangka pendek terutama dalam hubungannya dengan berfluktuasinya harga-harga produk hasil pertanian. Pola saluran pemasaran merupakan bentuk saluran pemasaran langsung. Pola saluran pemasaran seperti ini disebut juga saluran pemasaran nol tingkat karena pada pola ini petani langsung menjual komoditas pada konsumen lokal tanpa perantara pemasaran. Konsumen lokal pada saluran ini adalah masyarakat sekitar yang bertempat tinggal dekat petani tersebut. Pola saluran ini digunakan sesekali waktu oleh petani sangat tergantung pada permintaan konsumen lokal diantaranya : 1. Pada pola ini petani menjual komoditas kepada tengkulak dengan sistem borongan di kebun dengan sistem ini petani tidak perlu melakukan kegiatan pemanenan dan pasca panen. Karena kegiatan tersebut dilakukan oleh tengkulak. Tengkulak selalu menjual komoditas tersebut kepada para pedagang pasar lokal. Pedagang lokal ini bertindak sebagai pedagang pengecer yang menjual kepada konsumen lokal. 2. Pola saluran pemasaran kedua merupakan pola pemasaran semi langsung dengan tengkulak dan pedangang lokal selaku perantara pemasaran. 3. Pola saluran ketiga merupakan pola saluran pemasaran tidak langsung dengan banyak pihak yang bertindak selaku perantara pemasaran sehingga saluran merupakan saluran terpanjang dibandingkan saluran pemasaran lainnya. Ada empat pihak selaku perantara pemasaran dalam pola ini yaitu a. Tengkulak, b. Pengumpul lokal, c. Pengumpul regioanal dan d. Pengecer regional.
4

Limbong, W.H. dan P. Sitorus. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. JurusanIlmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut PertanianBogor. Bogor Ibid hal. 7 Sistem Informasi Manajemen : Cyber Extension

4. Pada pola ini para petani menjual komoditas kepada tengkulak dengan sistem borongan kebun, kemudian tengkulak akan menjual kembali komoditas tersebut kepada para pedagang pengecer regional. Pedagang pengecer regional dalam hal ini adalah para pedagang yang menjual komoditas. Selain empat pola saluran di atas, ada juga, petani yang hanya menggunakan komoditas mereka untuk keperluan sendiri. Untuk itulah diperlukan perbaikan dalam sistem distribusi produk agar distribusi menjadi lebih efisien dengan cara merubah pola pemasaran (memotong jalur distribusi menjadi dari petani - konsumen). Dengan semakin efisiennya distribusi yang ada akan menyebabkan peningkatan pendapatan petani. Selain itu cara lain untuk memperkecil marjin tataniaga pertanian diperlukan pendidikan dan penyuluhan kepada petani mengenai klasifikasi dalam pemasaran. Dengan adanya segmentasi pasar diharapkan petani dapat memilah dan mengolah sendiri produk yang akan dijual, sama seperti yang dilakukan oleh para pedagang pengumpul dan pengecer. Sehingga pendapatan petani yang tadinya berbeda jauh dengan yang didapatkan oleh pedagang pengumpul dan pengecer dapat menjadi lebih kecil perbedaannya (marjin tataniaga mengecil) serta membangun kemandirian petani. Dari segi promosi, pemerintah daerah diharapkan dapat membantu para petani dalam mempromosikan produk pertanian yang telah mereka hasilkan agar peran pedagang pengumpul dan pedagang pengecer dapat dikurangi dan dapat mengangkat nama daerahnya dimata masyarakat daerah lain. Sedangkan peningkatan pendapatan melalui segi produk dapat diperoleh melalui peningkatan produktivitas dan kualitas. Apabila telah dilakukan perbaikan terhadap sistem pemasaran yang ada maka pemerintah dapat menerapkan sistem pertanian yang berkelanjutan kepada masyarakat. Karena dengan meningkatkan kesejahteraan petani melalui faktor-faktor di atas diharapkan masyarkat akan tertarik untuk menekuni bidang pertanian Indonesia. 2.2 Penyuluhan Pertanian Dewasa ini pelaku pengembangan pertanian di Indonesia masih mengeluhkan minimnya informasi pertanian tepat guna yang disediakan oleh Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian. Oleh karena itu menjadi kewajiban Kementerian Pertanian untuk dapat menyediakan inforamsi pertanian bagi pelaku Agribisnis. Penyuluh pertanian sebagai tonggak penting Kementerian Pertanian untuk pengembangan sistem inforamsi pembangunan pertanian karena sampai saat ini sampai menghadapi permasalahan khususnya dalam mengembangkan informasi tepat guna yang berkelanjutan. Dampak Belum adanya mekanisme jaringan informasi pertanian yang efektif adalah sulitnya mengatasi ketertinggalan masyakarat lapisan bawah khususnya petani, meskipun telah banyak program pembangunan pertanian dengan biaya yang tidak sedikit telah dilakukan oleh berbagai pihak khususnya pemerintah.
Sistem Informasi Manajemen : Cyber Extension

Banyak program maupun hasil penelitian pertanian belum dapat dimanfaatkan untuk memecahkan berbagai persoalan petani karena disebabkan belum adanya jaringan komunikasi yang secara terprogram yang efektif yang mampu menghubungkan lembaga penelitian, pengembangan, dan pengkajian dengan diseminator inovasi (penyuluh, pendidik, petani, dan kelompok steakholder lainnya yang masing-masing memiliki kebutuhan dengan jenis dan bentuk informasi yang berbeda). Pengembangan jaringan komunikasi informasi pembangunan yang terprogram secara efektif adalah melalui pengembangan sistem kerja cyber extension dengan dioperasikannya cyber extension untuk mendukung pengembangan kerjasama dan jejaring kerja penyuluh pertanian dengan instansi terkait ataupun petani atau steakholder.

Sistem Informasi Manajemen : Cyber Extension

BAB III HASIL YANG DIHARAPKAN


3.1 Konsep Dasar Komunikasi dalam Cyber Extension Pola komunikasi dalam penyuluhan yang diterapkan di Indonesia saat ini sebagaian besar masih menggunakan pendekatan top down sehingga bersifat linear dan bersifat asimetris, komunikasi yang terjadi bias keatas sarat dengan kepentingan. Perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi saat ini sangat mendukung terlaksananya proses berbagai pengetahuan dengan demikian sharing pengetahuan selain dapat dilakukan melalui pertemuan fisik, konvensional, seperti diskusi, whorkshop juga dapat menggunakan sarana teknologi informasi dan telekomunikasi yaitu email, mailing list, web discusion forum web conference, wiki dan blogging. 3.2 Inovasi Pertanian Akses terhadap informasi inovasi pertanian baik informasi pasar maupun teknologi pertanian rnenjadi hal yang sangat penting demi kelangsungan usahatani yang dilaksanakan dalam pengembangan pertanian. Informasi yang dibutuhkan oleh petani merupakan informasi yang matang dan sudah siap dimanfaatkan oleh petani untuk meningkatkan kesejahteraannya. Pengembangan pusat pemadu sistem informasi bidang pertanian di lokasi yang stretegis dengan pemanfaatan berbagai media yang mampu menjembatani antara penghasil atau sumber teknologi dengan pengguna akhir merupakan salah satu pemecahan permasalahan dalam meningkatkan efektivitas pembangunan pertanian. Inovasi pertanian merupakan salah satu "alat" yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas tanaman/ternak dan pendapatan petani. Namun demikian, permasalahan yang umum terjadi dalam proses adopsi inovasi pertanian adalah lambatnya adopsi teknologi oleh petani. Hal ini disebabkan oleh adanya berbagai faktor yang antara lain adalah a) Sulitnya informasi sampai ke petani karena infrastruktur yang terbatas, b) Petani tidak memahami informasi yang diterimanya, karena media penyampaian informasi kurang sesuai dengan materi yang disampaikan dan karakteristik petani, c) Meskipun informasi mengenai inovasi dapat dimengerti, namun sulit untuk menerapkan karena keterbatasan sumber daya yang tersedia, d) Petani belum melihat manfaat dan dampak yang secara langsung menguntungkan dari inovasi yang diintroduksi, e) Sifat petani yang cenderung tidak mau ambil resiko dalam menerapkan inovasi yang belum mereka kenal sebelumnya, dan

Sistem Informasi Manajemen : Cyber Extension

10

f)

Tidak mudah mengubah perilaku petani yang berkaitan dengan kebiasaan dalam melaksanakan kegiatan usahataninya.6

3.3 Karekteristik Elemen Sistem Jaringan Informasi Inovasi Pertanian Kebutuhan dan ketersediaan inovasi pertanian merupakan dua aspek yang saling berkaitan dalam satu kesatuan sistem jaringan informasi inovasi pertanian. Masing-masing lembaga yang terkait dalam sistem jaringan informasi pertanian sebagai subsistem memiliki tugas dan fungsi yang berbeda, sehingga memiliki kebutuhan akan inovasi pertanian dalam bentuk, format, dan jenis yang berbeda. Inovasi yang dibutuhkan merupakan input yang akan dimanfaatkan untuk menghasilkan output bagi subsistem yang lain. Input selanjutnya akan diproses dalam internal kelembagaan melaiui berbagai kegiatan tertentu untuk dapat menghasilkan output sesuai dengan target yang ditetapkan. Sepanjang proses mengolah input menjadi output diperlukan sarana penyimpanan baik yang bersifat sementara maupun tetap. Keberhasilan dalam menghasilkan output bagi lingkungannya (subsistem yang lain) sangat bergantung pada ketersediaan inovasi pertanian dari subsistem yang lain pula. Sinergi antara subsistem yang satu dengan yang Sainnya sangat menentukan kinerja daiam memproses inovasi pertanian menjadi output yang bermanfaat bagi subsistem yang lain. Penghubung sistem diperlukan untuk menyinergikan antara subsistem yang satu dengan yang lainnya. Sebagaimana sebuah sistem, terdapat setidaknya tujuh elemen atau karakteristik (Gambar 1) yang dapat diidentifikasi dari sistem jaringan informasi pertanian, yaitu : 1) Batasan (boundary), 2) Lingkungan (environment), 3) Masukan (input), 4) Keluaran (output), 5) Komponen (component) yaitu proses atau kegiatan, 6) Penyimpanan (storage) baik permanen maupun sementara, dan 7) Penghubung (interface).

Sumardjo, Lukman M. Baga Retno SH Mulyandari Cyber Extension Peluang dan Tantangan Dalam Revitalisasi Penyuluhan Pertanian Sistem Informasi Manajemen : Cyber Extension

11

Gambar 1 Karakteristik Sistem 3.4 Sistem Kerja Cyber Extension Mekanisme cyber agricultural extension sudah mulai diterapkan di banyak negara dalam tahun-tahun ini sebagai suatu mekanisme penyaluran informasi yang dapat diupayakan untuk mencukupi keterbatasan petani di perdesaan terhadap informasi yang dibutuhkannya. Sebuah sistem cyber extension memfokuskan pada keseluruhan pengembangan usaha tani termasuk produksi, manajemen, pemasaran, dan kegiatan pembangunan perdesaan lainnya. Dengan demikian, konsep cyber extension adalah model komunikasi dan penjelasan apa saja yang dapat berkaitan dengan model ini, sebagai komunikasi cyber (cyber communication) telah dirasakan kebutuhannya dapat menjelaskan kerangka kerja untuk kajian tentang komunikasi internet. Model komunikasi cyber extension mengumpulkan atau memusatkan informasi yang diterima oleh petani dari berbagai sumber yang berbeda maupun yang sama dan disederhanakan dalam bahasa lokal disertai dengan teks dan ilustrasi audio visual yang dapat disajikan atau diperlihatkan kepada seluruh masyarakat desa khususnya petani semacam papan pengumuman (bulletin board) pada kios atau pusat informasi pertanian. Dalam model komunikasi cyber extension, transmisi informasi dari sumber ke pusat informasi komunitas akan menjadi milik umum, sedangkan dari pusat informasi komunitas ke petani, informasi tersedia di wilayah pribadi (milik pribadi). Keuntungan yang potensiai dari komunikasi cyber extension adalah ketersediaan yang secara terus menerus, kekayaan, informasi (informasi nyaris tanpa batas), jangkauan wilayah internasional secara instan, pendekatan yang berorientasi kepada penerima, bersifat pribadi (individual), dan menghemat biaya, waktu, dan tenaga7
7

Adekoya AE. 2007 Cyber Extension Comunicaton : A Strategic made for agricultural and rural transformation in Nigeria. Internasional journal of food, agriculture and environment , (article) Sistem Informasi Manajemen : Cyber Extension

12

Program Unlimited Potential merupakan sebuah inisiatif global Microsoft. Dalam program ini, Microsoft bekerjasama dengan berbagai lembaga nonprofit untuk menyediakan sarana pelatihan dan pembelajaran jangka panjang bagi masyarakat yang memiliki keterbatasan, melalui Community Training and Learning Centre (CTLC). Masyarakat dapat mengakses informasi, dan memperdalam pengetahuan di bidang Teknologi Informasi di CTLC. Tujuan utama program Unlimited Potential adalah untuk mengurangi kesenjangan digital bagi masyarakat yang memiliki keterbatasan. Hal ini sejalan dengan target pemerintah melalui kesepakatan yang ditandatangani pada World Summit on Information Society (WSIS) di Geneva untuk memberikan akses kepada 50% penduduk Indonesia pada tahun 2015. Program UP di Indonesia pertama kali diluncurkan di Indonesia tanggal 23 Oktober 2003. Melalui pelatihan yang didapat di CTLC, diharapkan masyarakat dapat membuka wawasan mereka seluas-luasnya melalui akses informasi dan meningkatkan keahlian mereka di bidang Teknologi Informasi. Keahlian ini kemudian dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup, memperbaiki keadaan sosial dan ekonomi, juga memperkuat daya saing masyarakat. Konsep pendirian telecenter semacam CTLC di daerah perdesaan merupakan program pengembangan komunitas lokal dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi sehingga mampu untuk: 1. Memberdayakan masyarakat dengan kemudahan akses terhadap informasi dasar seperti informasi pasar, pertanian, perdagangan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain; 2. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam hal mengakses informasi penggunaan komputer, maupun manajemen telecenter melalui pelatihanpelatihan; 3. Mendorong masyarakat untuk meningkatkan perekonomian setempat dengan kegiatan pembangunan komunitas melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi; 4. Mengembangkan kerjasama dengan pihak-pihak terkait untuk membangun komunitas lokal Melalui Program CTLC (Community Training and Learning Center) menunjukkan bahwa penerapan teknologi informasi, khususnya internet dapat membantu meningkatkan penghasilan petani. CTLC menyediakan piranti komputer dan koneksi ke internet bagi petani di wilayah lokasi CTLC. Salah satu contoh CTLC adalah CTLC Pancasari yang membantu petani organik di Desa Pancasari (Gianyar-Bali). Dengan fasilitator yang bekerja di CTLC, petani belajar mengoperasikan piranti komputer yang terkoneksi ke jaringan internet. Program ini membantu petani mengakses informasi pertanian penting dan bahkan lebih jauh mampu mengakses pasar langsung ke pembeli tanpa melaiui pedagang perantara. Pengembangan sumber informasi pertanian nasional dan lokal P4MI (Program Peningkatan Pendapatan Petani melalui Inovasi) dalam kegiatannya

Sistem Informasi Manajemen : Cyber Extension

13

yang dilaksanakannya untuk mendukung pengembangan sumber informasi pertanian dan lokal berbasis teknologi informasi adalah : 1. Penyempurnaan Sistem Informasi Pasar Kegiatan penyempurnaan sistem informasi pasar dilaksanakan di Pusat Data dan Informasi Pertanian (PUSDATIN), Kementerian Pertanian dengan tahapan sebagai berikut: a. Melakukan kajian terhadap kegiatan penyempurnaan sistem informasi pasar yang dilaksanakan bersama-sama dengan konsultan proyek, termasuk kajian dalam peningkatan kapasitasnya maupun ruang lingkup isi sistem informasi pasar, dan rancangan aktivitas yang sesuai dengan kebutuhan petani di lahan marjinal. b. Melakukan pemantapan sistem informasi pasar, termasuk pengoperasian sistem yang telah dikembangkan. c. Melakukan pemantapan anggaran secara reguler ke dalam anggaran Kementerian Pertanian dalam pengoperasian sistem informasi pasar yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP). 2. Pengembangan Website Pertanian Nasional Pengembangan website pertanian nasional dilaksanakan dengan beberapa tahapan sebagai berikut: a. Mempelajari website sejenis di negara lain b. Mengidentifikasi model yang dapat diaplikasikan untuk website Indonesia di lokasi P4MI c. Merancang web dan hosting d. Melakukan pemutakhiran secara reguler dan melakukan pengembangan (expansion) e. Mengajak partisipasi sektor swasta f. Telah terintegrasi dengan Kementerian Pertanian sekaligus sebagai sarana promosi hasil pertanian melalui program market online.

Gambar 2. Website Pertanian Sistem Informasi Manajemen : Cyber Extension

14

3. Pembangunan Pusat Informasi Pertanian (UPIPK) di tingkat kabupaten Pembangunan pusat informasi pertanian di kantor/instansi/lembaga pertanian kabupaten atau di kantor Bupati dilaksanakan di lokasi yang representatif, di mana kontak tani dapat akses dengan pusat informasi pertanian. Pusat informasi ini akan berfungsi sebagai one stop shop untuk pertukaran informasi di mana kontak tani dapat memperoleh informasi yang berguna dan sesuai dengan inovasi produksi dan pemasaran. Dalam jaringan sistem informasi pertanian nasional yang dikembangkan oleh P4MI, UPIPK merupakan pusat dari kegiatan akses informasi yang berbasis apiikasi teknologi informasi yang menjembatani antara sumber informasi yang berada cli pusat dengan stakeholders lokal. Selatn UPIPK memfasilitasi pengguna dan stakeholders lokal dalam akses informasi pertanian, UPIPK juga dapat berfungsi sebagai penghinnpun informasi (indigenous knowledge) dari sumber informasi lokal. Model UPIPK ideal P4MI yang telah dirancang oleh Tim Komponen 2 disajikan dalam Gambar 3.

Gambar 3. Model UPIPK ideal P4MI yang telah dirancang oleh Tim Komponen 2

Sistem Informasi Manajemen : Cyber Extension

15

3.5 Kekuatan, Kelemahan, dan Peluang Sistem Jaringan Komunikasi Informasi Cyber Extension a. Kekuatan Manfaat yang menjadi kekuatan implementasi cyber extension antara lain adalah : 1. Mendorong terbentuknya jaringan informasi pertanian di tingkat lokal dan nasional 2. Membuka akses petani terhadap inforamsi pertanian untuk meningkatkan pendapatan dan cara pencapaiannya 3. Mendukung terlaksananya kegiatan pengembangan, pengelolaan dan pemanfaatan informasi pertanian secara langsung maupun tidak langsung. 4. Terdokumentasi informasi pertanian 5. Memberdayakan masyarakat dengan kemudahan akses terhadap informasi dasar seperti informasi pasar, pertanian, perdagangan, pendidikan dan kesehatan 6. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam hal mengakses informasi penggunaan komputer, manajemen telecenter b. Kelemahan Belum adanya komitmen manajemen dilevel steakholder managerial dengan memberikan kebijakan yang tidak konsisten, belum memiliki kapasitas dibidang teknologi informasi sebagian besar belum mengetahui secara persis konsep aplikasi teknologi informasi sehingga tidak tahu apa yang harus dilakukan, terlalu luasnya wilayah jangkuan sehingga penerapanya tidak merata biaya operasional aplikasi teknologi informasi tidak memadai. c. Peluang Terbukanya informasi dari seluruh dunia mengenai informasi pertanian 3.6 Pelaku Jaringan Komunikasi Informasi Inovasi Pertanian Sumber informasi pertanian adalah lembaga atau institusi yang bertanggung jawab mengolah, menghasilkan dan menyediakan informasi pertanian yang dijamin dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya serta mudah digunakan dan dimengerti petani yaitu : Direktorat Jenderal terkait dan pusat perpustakaan dan penyebaran teknologi pertanian (level pusat, balai pengkajian teknologi pertanian dan lembaga Lit Kaji Komoditas Terkait. Saluran Informasi adalah individu atau petugas (penyuluh pertanian) yang bertanggung jawab menyalurkan atau menyampaikan informasi pengguna informasi (petani) diantaranya adalah penyuluh, petani maju, mantri tani pedagang yang dianggap mampu menyampaikan informasi pertanian kepada pelaku utama pembangunan pertanian (petani).
Sistem Informasi Manajemen : Cyber Extension

16

3.7 Penguatan Sistem Jaringan Komunikasi Informasi Inovasi Pertanian Melalui Implementasi Cyber Extension Masing-masing lembaga atau stakeholder saling berhubungan untuk dapat menjalankan tugas maupun kewajiban agar dapat menghasilkan output sebagaimana diharapkan dalam sistem jaringan komunikasi pertanian secara keseluruhan keterkaitan antara masing-masing stakeholder baik pusat maupun daerah dalam sistem pengembangan tersebut. Dalam sistem jaringan komunikasi inovasi pertanian nasional pada sistem kerja cyber extension badan penyuluh kabupaten merupakan pusat dari kegiatan akses informasi yang berbasis aplikasi teknologi informasi yang menjembatani antara sumber informasi yang berada di pusat dengan stakeholder lokal sekaligus bertindak sebagai lembaga pemandu sistem.

Gambar 4. Sistem Jaringan Komunikasi Inovasi Pertanaian yang perlu dikembangkan dalam strategi Implementasi Cyber Extension di Indonesia

Sistem Informasi Manajemen : Cyber Extension

17

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan 1. Dalam pengembangan sektor pertanian ke depan masih ditemui beberapa kendala, terutama dalam pengembangan sistem pertanian yang berbasiskan agribisnis dan agroindustri. Kendala tersebut antara lain: (a) lemahnya struktur permodalan dan akses terhadap sumber permodalan; (b) ketersediaan lahan dan masalah kesuburan tanah; (c) pengadaan dan penyaluran sarana produksi; (d) terbatasnya kemampuan dalam penguasaan teknologi; (e) lemahnya organisasi dan manajemen usaha tani; dan (f) kurangnya kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia untuk sektor agribisnis Petani menghadapi beberapa kendala untuk memasarkan produk pertanian, antara lain: (a) kesinambungan produksi; (b) panjangnya saluran pemasaran; (c) kurang memadainya pasar; (d) kurang tersedianya informasi pasar; (e) rendahnya kemampuan tawar-menawar; (f) berfluktuasinya harga; (g) rendahnya kualitas produksi; (h) kurang jelasnya jaringan pemasaran; dan (i) rendahnya kualitas sumberdaya manusia. Dengan adanya segmentasi pasar diharapkan petani dapat memilah dan mengolah sendiri produk yang akan dijual, sama seperti yang dilakukan oleh para pedagang pengumpul dan pengecer. Sehingga pendapatan petani yang tadinya berbeda jauh dengan yang didapatkan oleh pedagang pengumpul dan pengecer dapat menjadi lebih kecil perbedaannya (marjin tataniaga mengecil) serta membangun kemandirian petani. Dari segi promosi, pemerintah daerah diharapkan dapat membantu para petani dalam mempromosikan produk pertanian yang telah mereka hasilkan agar peran pedagang pengumpul dan pedagang pengecer dapat dikurangi dan dapat mengangkat nama daerahnya dimata masyarakat daerah lain. Banyak program maupun hasil penelitian pertanian belum dapat dimanfaatkan untuk memecahkan berbagai persoalan petani karena disebabkan belum adanya jaringan komunikasi yang secara terprogram yang efektif yang mampu menghubungkan lembaga penelitian, pengembangan, dan pengkajian dengan inovasi (penyuluh, pendidik, petani, dan kelompok steakholder lainnya yang masing-masing memiliki kebutuhan dengan jenis dan bentuk informasi yang berbeda). Perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi saat ini sangat mendukung terlaksananya proses berbagai pengetahuan dengan demikian sharing pengetahuan selain dapat dilakukan melalui pertemuan fisik, konvensional, seperti diskusi, whorkshop juga dapat menggunakan
18

2.

3.

4.

5.

6.

Sistem Informasi Manajemen : Cyber Extension

7.

8.

9.

sarana teknologi informasi dan telekomunikasi yaitu email, mailing list, web discusion forum web conference, wiki dan blogging. Sistem cyber extension memfokuskan pada keseluruhan pengembangan usaha tani termasuk produksi, manajemen, pemasaran, dan kegiatan pembangunan perdesaan lainnya. Pendirian telecenter (CTLC) di daerah perdesaan merupakan program pengembangan komunitas lokal dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi sehingga mampu untuk memberdayakan masyarakat, meningkatkan kemampuan masyarakat, mendorong masyarakat untuk meningkatkan perekonomian, mengembangkan kerjasama dengan pihak-pihak terkait untuk membangun komunitas lokal. Pengembangan sumber informasi pertanian nasional dan lokal P4MI (Program Peningkatan Pendapatan Petani melalui Inovasi) dalam kegiatannya yang dilaksanakannya untuk mendukung pengembangan sumber informasi pertanian dan lokal berbasis teknologi informasi adalah penyempurnaan Sistem Informasi Pasar, pengembangan Website Pertanian Nasional, Pembangunan Pusat Informasi Pertanian (UPIPK) di tingkat kabupaten.

4.2 Saran 1. Pemasaran pertanian tidak bisa lepas dari sistem hukum ekonomi bahwa harga suatu produk dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu permintaan pasar, mutu produksi, tingkat kegunaan/olahan (bahan mentah, setengah jadi, jadi dan siap dikonsumsi). Banyak upaya yang dilakukan dalam pemasaran pertanian agar harga jual menjadi tinggi dapat dilakukan dengan cara mengantisipasi harga sebelum tanam, melaksanakan teknik budidaya secara baik, kemudian penanganan pasca panen yang tepat, pengolahan hasil, memperpendek rantai hasil pemasaran dengan cara memasarkan langsung ke konsumen, memasarkan ke grosir atau pabrik dan memasarkan ke pedagang atau pengumpul. 2. Dengan mudahnya mengakses informasi inovasi pertanian melalui website (cyber extension) diharapkan petani dapat mudah memperoleh informasi dalam memasarkan produk-produk pertanian.

Sistem Informasi Manajemen : Cyber Extension

19

DAFTAR PUSTAKA

Sumardjo, Lukman M. Baga Retno SH Mulyandari Cyber Extension Peluang dan Tantangan Dalam Revitalisasi Penyuluhan Pertanian, IPB Press. 2010 Almasdi Syahza, (2001a). Kajian sosial ekonomi usahatani tanaman pangan dan hortikultura di kabupaten Pelalawan Propinsi Riau, Pangkalan Kerinci, BAPPEDA Kabupaten Pelalawan, Adekoya AE. 2007 Cyber Extension Comunicaton : A Strategic made for agricultural and rural transformation in Nigeria. Internasional journal of food, agriculture and environment , (article) Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran . Jilid 1. Edisi ke-9. PT Prenhalindo. Jakarta. Limbong, W.H. dan P. Sitorus. 1987. Suheni. 2005. Strategi Pemasaran Bibit/Benih Tanaman Hias Balai Benih Induk Hortikultura Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI Jakarta. Skripsi.Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian InstitutPertanian Bogor. Bogor Limbong, W.H. dan P. Sitorus. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut PertanianBogor. Bogor

Sistem Informasi Manajemen : Cyber Extension

20

You might also like