You are on page 1of 8

Fisiologi Penyembuhan Luka dan Faktor Penghambat Penyembuhan Luka Kronik Ivan Yoseph Saputra Fakultas Kedokteran Krida

Wacana Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731 Alamat korespondensi: ivanyoseph@gmail.com

Abstrak: Luka dan cedera kulit jarang mendapat perhatian khusus dari orang-orang. Hal ini dikarenakan kulit dapat sembuh dengan sendirinya. Padahal kerusakan kulit membuat orang terpapar terhadap penyakit dan lingkungan. Namun, tidak semua sel kulit sembuh dengan sendirinya, ada faktor-faktor yang menyebabkan kulit mengalami luka kronik di mana penyembuhan luka tidak terjadi berdasarkan waktu yang normal. Luka kronik dapat menyebabkan komplikasi seperti; perdarahan, hematoma, infeksi, gangren dan mutasi sel. Penderita luka kronik harus menjalani kombinasi terapi farmakologi maupun terapi nonfarmakologi untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Kata kunci: penyembuhan luka, luka kronik Abstract: wounds and skin injuries rarely receive attention from the people, this is because the skin can heal itself. Skin damage caused exposure from diseases and environment, heal itself. However, not all skin cells heal by itself, there are factors that cause chronic wounds, where healing does not occur on the normal period. Chronic wounds can lead to complications such as bleeding, hematoma, infection, gangrene and cell mutation. Patients with chronic wounds should take a combination of pharmacological therapy and nonpharmacological therapies to prevent complications and promote healing. Keywords: wounds healing, chronic wounds Pendahuluan Kulit merupakan salah satu pertahanan tubuh terhadap bahaya lingkungan. Kulit melindungi tubuh dari kerusakan akibat mekanik, radiasi, efek termal, kimia, dan masuknya mikroorganisme. Luka menimbulkan hilangnya fungsi perlindungan oleh kulit. Bakteri dapat masuk ke jaringan yang lebih dalam dan menimbulkan perlawanan tubuh serta menimbulkan risiko infeksi. 1

Selama hidup, kebanyakan orang pernah luka atau cedera. Kebanyakan luka kecil dapat sembuh dengan sendirinya tanpa perhatian khusus, hal ini dikarenakan orang yang luka memiliki bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk penyembuhan luka seperti suplai darah cukup, sistem kekebalan utuh, status nutrisi baik. Namun tidak semua luka sembuh dengan sendirinya, hal ini dikarenakan adanya faktor-faktor internal maupun eksternal yang mengganggu mekanisme penyembuhan. Sehingga diperlukan penanganan khusus dari luar untuk membantu penyembuhanya. Latar Belakang Masalah Seorang laki-laki 45 tahun, datang ke poliklinik karena daerah pipi kiri samping cuping hidung ada luka yang tidak sembuh-sembuh lebih dari dua bulan. Luka makin lama makin melebar dan mendalam. Sudah diobati dengan obat luka tetapi tidak ada perbaikan. Rumusan Masalah Seorang laki-laki berusia 45 tahun menderita luka kulit yang tidak sembuh-sembuh, padahal sudah diberi obat. Analisis Masalah

Struktur Kulit Definisi Luka dan Luka Kronis

Terapi Luka Kronik

Luka Kulit yang Tidak Sembuh


Komplikasi Luka Kronik Penghambat Penyembuhan Luka Hipotesis Fisiologi Penyembuhan Luka

Laki-laki berumur 45 tahun menderita kanker kulit Sasaran Pembelajaran 1. Mahasiswa mengetahui struktur kulit 2. Mahasiswa mengetahui definisi luka dan luka kronik 3. Mahasiswa mengetahui fisiologi penyembuhan luka 4. Mahasiswa mengetahui faktor-faktor penghambat penyembuhan luka 5. Mahasiswa mengetahui komplikasi luka kronik 6. Mahasiswa mengetahui terapi luka kronik Pembahasan 1. Kulit Kulit adalah salah satu organ yang berfungsi untuk melindungi manusia dari kerusakan tubuh yang disebabkan oleh bahaya lingkungan. Selain melindungi tubuh manusia, kulit berfungsi untuk mengekskresi cairan tubuh yang berlebihan atau tidak dibutuhkan oleh manusia. Kulit terbagi atas tiga lapisan; epidermis, dermis, dan hipodermis.1 Epidermis merupakan bagian terluar dari kulit yang berfungsi untuk mencegah bakteri masuk ke dalam tubuh. Sebagian besar epidermis tersusun atas keratinosit (epitel berlapis gepeng), selain itu terdapat sel-sel lain seperti melanosit, pulau langerhans dan sel merkel.2 Epidermis dapat dibagi lagi menjadi beberapa sub-lapisan (dari luar ke dalam);3 Stratum korneum Stratum lusidum Stratum granulosum Stratum spinosum Stratum germitivum

Dermis adalah lapisan kulit dibawah epidermis yang banyak tersusun oleh jaringan ikat dan mengandung serat kolagen dan serat elastis. Dermis juga mengandung fibroblas, makrofag, dan jaringan adiposa. Dermis dibagi menjadi dua sub-lapisan;4 Stratum papilaris Stratum rektikularis

Hipodermis atau subkutan berada pada bagian terbawah lapisan kulit. Hipodermis mengandung jaringan adiposa, fibroblas, makrofag, kelenjar keringat, folikel rambut, saluran limfatik dan pembuluh darah.5 2. Luka dan luka kronik Luka adalah rusak atau terputusnya keutuhan jaringan yang disebabkan secara fisik atau mekanik. Setiap jenis luka menimbulkan peradangan, yang merupakan reaksi tubuh terhadap cedera. Peradangan dapat didefinisikan sebagai reaksi jaringan terhadap cedera, yang secara khas terdiri atas respons vaskular dan selular, yang secara bersama-bersama berusaha menghancurkan substansi yang dikenali sebagai asing untuk tubuh. Jaringan itu kemudian dipulihkan seperti sediakala atau diperbaiki sedemikian rupa agar jaringan atau organ itu dapat bertahan hidup.6 Penyembuhan secara ideal berusaha memulihkan jaringan asalnya, namun bila tidak mungkin, akan terbentuk jaringan parut. Radang ada yang akut dan yang menahun. Penyebab paling umum dari peradangan adalah 1) infeksi (dari mikroba dalam jaringan), 2) trauma fisik (sering disertai perdarahan dalam jaringan), 3) cedera kimiawi, radiasi, mekanik atau termal (yang langsung merangsang jaringan), 4) reaksi imun (menimbulkan respon hipersensitivitas dalam jaringan).6 Tabel 1. Jenis-Jenis Luka Mekanis dan Fisik 6

Luka

Definisi

Mekanik Insisi Disebabkan oleh alat pemotong; tepian luka rata dan rapat. Kontusi Disebabkan oleh benda tumpul, umumnya merusak permukaan kulit atau organ; menimbulkan perdarahan atau ekirnosis pada jaringan yang terkena. Abrasi Disebabkan oleh gesekan atau kerokan pada lapis-lapis epidermis kulit atau membran mukosa. Laserasi Disebabkan oleh robekan pada jaringan akibat benda tumpul; robekan jaringan tidak teratur. Pungsi Disebabkan oleh tertusuknya jaringan atau organ oleh benda runcing, seperti paku atau jarum. Fisik Organisme hidup dapat mempengaruhi kulit, membran mukosa, organ, dan aliran darah; Mikroba menghasilkan eksotoksin; atau melepaskan endoktoksin atau mempegaruhi sel-sel lain. Kimia Agen yang toksisk untuk sel-sel tertentu; termasuk agen farmasi, agen yang dibebaskan nekrosis sel, asam, alkohol, logam, dan lain-lain. Termal Suhu tinggi atau rendah dapat menimbulkan luka; ini pada giliranya berakibat nekrosis sel. Radiasi sinar ultraviolet atau sinar-x mempengaruhi epitel dan atau membran mukosa; dosis yang tinggi dapat menimbulkan perubahan pada sistem saraf pusat, sistem hemopoietik. dan sistem gastrointestial.

Berdasarkan lamanya penyembuhan, luka dapat digolongkan menjadi dua yakni;7 Luka akut, merupakan luka yang baru terjadi yang dapat disembuhkan sesuai dengan lama fase penyembuhan yang normal (waktu penyembuhan dapat diperkirakan) Luka kronik, merupakan luka yang telah berlangsung lama karena penyembuhan yang normal atau luka yang sering kambuh (waktu penyembuhan luka tidak dapat diperkirakan). Pada penderita luka akut, luka seharusnya sembuh sendiri setelah 3 minggu dan terjadi remodelling. Penderita luka kronik terhambat dalam proses penyembuhanya, dari salah satu fase yang ada. Penderita luka kronik dapat didefinisikan gagal secara urutan maupun ketepatan waktu dalam proses perbaikan, yang menciptakan organ yang seimbang secara anatomi maupun fungsional. 3. Fisiologi penyembuhan luka Tubuh berupaya memulihkan kerusakan jaringan dan organ kembali menjadi struktur dan fungsi yang normal dengan cara membuang sel yang sangat rusak sehingga tidak dapat berfungsi kembali dan menggantinya dengan sel baru. Proses fisiologi penyembuhan luka dapat dibagi ke dalam 4 fase utama: 8,9 I. Respons inflamasi akut terhadap cedera: mencakup hemostasis, pelepasan dari mediator (histamin untuk melebarkan pembuluh darah atau vasodilatasi) dari sel-sel yang rusak dan migrasi sel darah putih (leukosit polimorfonuklear dan makrofag) ke tempat yang rusak tersebut. II. Fase destruktif adalah fase pembersihan jaringan yang mati dan yang mengalami devitalisasi oleh leukosit polimorfonuklear dan makrofag. III. Fase proliferatif, yaitu pada saat fibroblas meletakan substansi dasar dan serabutserabut kolagen, serta pembentukan pembuluh darah kapiler baru oleh tunas endotelial (angiogenesis); tanda-tanda inflamasi berkurang dan muculnya jaringan granula yang merupakan penyokong substansi dasar dan serabut kolagen. IV. Fase maturasi mencakup re-epitelisasi, kontraksi luka oleh myofibroblas dan reorganisasi jaringan ikat oleh fibrosit. Tabel 2. Fase Penyembuhan Luka 10 Fase Penyembuhan Waktu Sel

Homeostasis Inflamasi Proliferasi

Segera Hari 1-4 Hari 4-21

Platelets Neutrofil, Makrofag Makrofag, Limfosit, Angiosit Neutrosit, Fibroblast, Keratinosit Fibrosit

Remodeling

Hari 21-2 tahun

4. Faktor-faktor penghambat penyembuhan luka Eksudat

Eksudat merupakan cairan yang keluar dari luka yang mengandung berbagai substansi seperti air, elektrolit, nutrisi, sel mediator inflamasi, leukosit, protease, dll. Dalam jumlah sedikit, eksudat bermanfaat untuk proses penyembuhan luka. Eksudat diperlukan untuk menjaga lingkungan yang optimal bagi penyembuhan luka dan bermanfaat memberikan efek menenangkan (smoothing effect) ujung saraf yang terpanjang pada luka sehingga membantu mengurangi nyeri luka. Tetapi jika jumlah eksudat pada luka berlebihan, dapat menyebabkan peningkatan risiko infeksi dan maserasi. Kulit di sekitar luka. Selain itu, di dalam eksudat luka kronik, jumlah sel mediator inflamasi dan protease meningkat. Oleh karena itu eksudat yang berlebihan harus dihilangkan dari luka, misalnya dengan penggunaan suatu dressing penyerap eksudat.7 Infeksi

Infeksi tidak hanya menghambat penyembuhan tetapi juga dapat memperbesar ukuran luka.7 Usia

Makin lanjut usia, luka akan makin lama sembuh karena respons sel dalam proses penyembuhan luka akan lebih lambat. Gangguan suplai nutrisi dan oksigen pada luka. Gangguan suplai nutrisi dan oksigen juga dapat menghambat penyembuhan luka.7 Status Gizi

Gizi buruk akan memperlambat penyembuhan luka karena kekurangan vitamin, mineral, protein dan zat-zat lain yang diperlukan dalam proses penyembuhan luka.7,8 Penyakit yang Mendasari

Luka pada penderita diabetes melitus, anemia, uremia, arteriosklerosis, biasanya akan sulit sembuh atau bahkan dapat memburuk.7,8 Merokok

Suatu studi menunjukkan bahwa rokok dapat memperlambat penyembuhan karena dapat merusak fibroblas yang penting dalam proses penyembuhan luka.7 Stress

Stress yang berlangsung lama juga akan menghambat penyembuhan luka.7,8 Obat-obatan

Penggunaan steroid atau imunosupresan jangka panjang dapat menurunkan daya tahan tubuh yang dapat menghambat penyembuhan luka.8 5. Komplikasi luka kronik Penutup Luka adalah rusak atau terputusnya keutuhan jaringan yang disebabkan secar fisik maupun mekanik. Berdasarkan waktu penyembuhanya, luka dibagi menjadi luka akut dan luka kronik. Luka kronik adalah keadaan luka yang tidak sembuh sesuai dengan waktu yang seharusnya karena terhentinya proses penyembuhan luka pada salah satu fase. Terdapat berbagai faktor Perdarahan. Hematoma. Infeksi, sepsis. Gangren. Squamus cells carcinoma.6,10

6. Terapi luka kronik Pembersihan jaringan yang terluka. Penggunaan perban dan dressing pada jaringan yang terluka. Membuang jaringan nekrosis. Jika ada tanda-tanda infeksi diberikan antibiotik (topikal atau sistemik). Jika diperlukan dapat diberikan anti analgetik dan anti inflamasi. Jika ada gangren perlu dilakukan amputasi. Dilakukan biopsi jika dicurigai terjadi perubahan sel normal menjadi ganas.10

yang mempengaruhi terhentinya proses penyembuhan luka. Terhentinya proses penyembuhan luka dapat menyebabkan komplikasi seperti; perdarahan, hematoma, infeksi, gangren dan mutasi sel. Terapi farmakologi maupun terapi non-farmakologi dapat dikombinasikan untuk mengatasi luka kronik. Pada masalah diatas pasien mengalami luka kronik dan dicurigai menderita squamus cells carcinoma, untuk itu perlu dilakukan biopsi untuk mengetahui mutasi pada sel sehingga dapat dilakukan penanganan lebih lanjut. Daftar pustaka 1. Proksch E, Brandner J M, Jensen J M. The skin: an indispensable barrier. Exp Dermatol 2008; 17(12): 106372. 2. McGrath J A, Eady R A, Pope F M. Rook's Textbook of Dermatology (7th ed.). Oxford: Blackwell Publishing. p. 3.16. 3. Marks J G, Miller, Jeffery. Lookingbill and marks' principles of dermatology (4th ed.). New York: Elsevier; 2006. p. 1-7. 4. Tortora G J. Principles of anatomy and physiology. New York: John Wiley and Sons Inc; 2009. p. 139-45. 5. Kenneth, Saladin. Human anatomy. Quezon City: Rex Bookstore, Inc; 2007. p. 135, 478, 602. 6. Tambayong J. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2000. h. 47-57. 7. Allevyn. Peranan form dressing dalam penanganan luka kronik. CDK 2012; 39 (1): 68-9. 8. Morison M J. Manajemen luka. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2004. h. 15. 9. Gibson J. Fisiologi dan anatomi modern untuk keperawatan. Oxford: Blackwell Publishing; 2003. p. 233. 10. Orsted H L, Keast D, Lalande L F, Megie M F. Basic principles of wound healing. CAWC 2013; 9 (2): 4-12

You might also like