You are on page 1of 32

BAB I PENDAHULUAN

I.1.

Latar Belakang Bronkiolitis adalah penyakit saluran pernapasan bayi yang lazim, akibat dari obstruksi

radang saluran pernapasan kecil. Penyakit ini terjadi selama umur 2 tahun pertama, dengan insiden puncak pada sekitar umur 6 bulan, dan pada banyak tempat penyakit ini paling sering menyebabkan rawat inap bayi di rumah sakit. Insidensi tertinggi selama musim dingin dan awal musim semi. Penyakit ini terjadi secara sporadik dan endemik.( ! Bronkiolitis yang terjadi di bawah umur satu tahun kira"kira 2# dari seluruh kasus, sedangkan pada tahun kedua lebih jarang lagi, yaitu sekitar setengahnya. Penyakit ini menimbulkan morbiditas in$eksi saluran napas bawah terbanyak pada anak. Penyebab yang paling banyak adalah %irus Respiratory syncytial, kira"kira &'"''# dari total kasus. (edangkan %irus lain seperti Parain$luenza, )hino%irus, *deno%irus, dan +ntero%irus sekitar 2,#. Bakteri dan mikoplasma sangat jarang menyebabkan bronkiolitis pada bayi. (ekitar -,# kasus bronkiolitis pada bayi terjadi gejala yang berat sehingga harus dirawat di rumah sakit, sedangkan sisanya biasanya dapat dirawat di poliklinik. (ebagian besar in$eksi saluran napas ditularkan lewat droplet in$eksi. In$eksi primer oleh %irus )(. biasanya tidak menimbulkan gejala klinik, tetapi in$eksi sekunder pada anak tahun"tahun pertama kehidupan akan bermani$estasi berat. .irus )(. lebih %irulen daripada %irus lain dan menghasilkan imunitas yang tidak bertahan lama. In$eksi ini pada orang dewasa tidak menimbulkan gejala klinis. )(. adalah golongan paramikso%irus dengan bungkus lipid serupa dengan %irus parain$luenza, tetapi hanya mempunyai satu antigen permukaan berupa glikoprotein dan nukleokapsid )/* helik linear. 0idak adanya genom yang bersegmen dan hanya mempunyai satu antigen bungkus berarti bahwa komposisi antigen )(. relati$ stabil dari tahun ke tahun.
(2!

In$eksi %irus sering berulang pada bayi. 1al ini disebabkan oleh2 . 3egagalan sistem imun host untuk mengenal serotipe protekti$ dari %irus. 2. 3erusakan sistem memori respons imun untuk memproduksi interleukin I inhibitor dengan akibat tidak bekerjanya sistem antigen presenting. 4. Penekanan pada sistem respons imun sekunder oleh in$eksi %irus dan kemampuan %irus untuk mengin$eksi makro$ag serta lim$osit. *kibatnya, terjadi gangguan $ungsi

seperti kegagalan produksi inter$eron, interleukin I inhibitor, hambatan terhadap antiobodi neutralizing, dan kegagalan interaksi dari sel ke sel.(2! Bronkiolitis yang disebabkan oleh %irus jarang terjadi pada masa neonatus. 1al ini karena antibodi neutralizing dari ibu masih tinggi pada &"6 minggu kehidupan, kemudian akan menurun. *ntibodi tersebut mempunyai daya proteksi terhadap in$eksi saluran napas bawah, terutama terhadap %irus.(2! I.2. Tujuan 5ntuk mengetahui dan memahami bronkiolitis dari de$inisi, etiologi, patogenesis, diagnosis, penatalaksanaan dan prognosisnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1.

Definisi Bronkiolitis adalah penyakit in$lamasi respiratori akut bawah yang ditandai dengan

adanya in$lamasi pada bronkiolus. 5mumnya in$eksi disebabkan oleh %irus. (ecara klinis ditandai dengan episode pertama wheezing pada bayi yang didahului dengan gejala I)*(4! II.2. Eti l gi Respiratory Syncytial Virus ()(.! adalah agen yang paling sering yang ditemukan dalam isolasi sebanyak -'# pada anak"anak kurang dari 2 th yang menderita bronkiolitis dan dirawat di rumah sakit. Penyebab lain yang menyebabkan bronkiolitis termasuk didalamnya adalah %irus para in$luenza tipe dan 4, in$luenza B, para in$luenza tipe 2, adeno%irus tipe ,2,' dan mycoplasma yang paling sering pada anak"anak usia sekolah. 0erdapat pembuktian bahwa kompleks imunologis yang memainkan peranan penting dari patogenesis dari bronkiolitis dengan )(.. )eaksi alergi tipe dimediasi oleh antibodi Ig + hal ini dapat dihitung untuk signi$ikansi dari bronkiolitis. Bayi yang meminum *(I dengan colustrum tinggi yang didalamnya terdapat Ig * tampaknya lebih relakti$ terproteksi dari bronkiolitis.(&! *deno%irus dapat dihubungkan dengan komplikasi jangka lama, termasuk bronkiolitis obliterans dan sindrom paru hiperlusen unilateral (sindrom (wyer"6ames!. !irus sinsisial res"irat rik .() adalah %irus )/* terikat membran berukuran medium yang berkembang dalam sitoplasma sel yang terin$eksi dan matang dengan pertunasan dari membran plasma. Berbagai strain .() menunjukan beberapa heterogenitas antigenik. .ariasi ini terutama ditemukan pada hanya satu dari dua glikoprotein permukaan dari %irus menunjukan reaksi pada hospes manusia seperti satu serotip. .() menghasilkan sitopatologis sinsitial khas dalam biakan jaringan spesimen dikirim dengan cepat dalam es basah karena labil. (&! A#en $irus *deno%irus adalah %irus 7B* ukuran sedang, yang diklasi$ikasikan menjadi subgena * sampai 8. 0ipe "49 ada dalam subgena * sampai +, tipe &, adalah subgenus :, dan tipe & adalah subgenus 8, %irion mempunyai pembungkus ikosahedral yang tersusun dari berbagai protein, yang paling berlebihan darinya adalah ;he<on=, antigen biasa yang bereaksi silang dengan semua adeno%irus mammalia. ;penton= memberi spesi$isitas tipe, dan antibodi 4

terhadapnya adalah protekti$. Penton ini juga sitotoksik pada biakan jaringan, dan si$at so$atoksik telah dianggap berasal darinya juga in %i%o. *deno%irus dapat juga diklasi$ikasikan dengan mencetakkan ;sidik jari= 7/*nya pada jelli sesudah terdigesti dengan pembatasan endonuklease, dan klasi$ikasi ini biasanya sesuai dengan tipe"tipe antigeniknya. (&! (emua tipe adeno%irus kecuali tipe &, dan & tumbuh dalam sel ginjal embrional manusia primer, dan kebanyakan tumbuh pada sel 1ep"2 atau 1e>a, menghasilkan pengaruh sitopatik, destrukti$ khas. 0ipe &, dan & (dan serotip lain juga!, tumbuh pada 294 sel, deretan sel ginjal embrional manusia yang kepadanya telah dimasukkan gena adeno%irus ;awal= tertentu. Banyak tipe adeno%irus, tetapi terutama tipe anak biasa ( ,2 dan '!, dilepas selama masa yang panjang dari saluran perna$asan maupun saluran cerna. 0ipe ini juga menyebabkan in$eksi tonsil ringan dan kronik. (&! !irus "ara influen%a *da empat %irus dalam $amili parain$luenza yang menyebabkan sakit pada manusia, ditandai tipe "&. .irus mempunyai genom )/* helai tunggal, tidak bersegmen dengan pembungkus mengandung lipid yang berasal dari pertunasan melalui membran sel. Bagian antigenik utama adalah tonjolan"tonjolan protein pembungkus yang menunjukan si$at"si$at hemaglutinasi (protein 1/! dan $usi sel (protein :!. (&! II.&. E"i#e'i l gi +pidemi dari )(. berkembang pada iklim dengan musim hujan dan menjelang kemarau, dan biasanya juga muncul pada musim yang bersamaan dengan menjangkitnya para"in$luenza. 0erdapat bukti bahwa )(. endemik di daerah sub tropis dari *sia 0enggara sepanjang tahun , dan memuncak antara bulan ?ktober sampai :ebruari dan berkurang pada bulan @aret sampai 6uli. 2 dari sub tipe )(. telah di ketahui, yaitu tipe * dan tipe B, dengan tipe yang paling sering menyebabkan in$eksi yang berat. 0ipe B biasanya mendominasi apabila tipe * tidak dalam musim endemi. Penyakit ini sangat menular, penularan disebarkan melalui sekresi hidung yang keluar dan sangat menular pada hari ke 6 sampai hari ke 2 setelah gejala muncul. Aaktu inkubasi antara 2 " ' hari. In$eksi terjadi pada anggota keluarga sebanyak &6 #, 9B # pada anak yang dititipkan pada perawatan harian, &2 # pada sta$$ rumah sakit dan sebanyak &' # pada bayi yang dirawat di )( tetapi tidak terin$eksi. In$eksi menyebar melalui muntahan dan penggunaan sarung tangan, sedangkan baju khusus dapat &

mengurangi penyebaran in$eksi nosokomial. 2' # anak umur dibawah anak umur antara

tahun dan 4 #

sampai 2 tahun akan mendapatkan in$eksi saluran na$as. (eparuh dari

angka tersebut didapatkan gejala bersin yang diasosiasikan dengan in$eksi saluran na$as. )(. dapat ditemukan pada kultur pasien yang dirawat di )( yang menderita in$eksi tersebut dan B, # nya berumur kurang dari 6 bulan. 7iantaranya bayi yang sehat B, # dirawat di )( pada tahun pertama kehidupannya dan sekitar ', # perawatan di rumah sakit adalah bayi antara umur "4 bulan. 3urang dari ' # perawatan di )( pada neonatus, kemungkinan dengan adanya antibodi yang masih terdapat dari transplasental"maternal. :aktor resiko untuk onset yang dini dari penyakit ini dan kemungkinan perawatan intensi$ dihubungkan dengan berat badan lahir rendah, prematuritas, sosio"ekonomi rendah, hidup didaerah padat, orang tua perokok, tidak diberikannya *(I ekslusi$, dan perawatan harian.(&! Pada satu laporan, pemeriksaan $ungsi paru yang canggih dilakukan terhadap populasi besar bayi"bayi normal. *nalisis tindak lanjut menunjukan bahwa penyakit paru mengi secara bermakna lebih lazim dijumpai pada bayi yang hantaran perna$asan total awalnya ada pada sepertiga terendah dari mereka yang diuji. Penurunan $ungsi paru dapat memainkan peran penting dalam menentukan bayi mana yang dengan in$eksi %irus yang akan berkembang bronkiolitis.( ! II.(. Pat genesis Bronkiolitis akut ditandai dengan obstruksi bronkiolus yang disebabkan oleh edema dan kumpulan mukus dan oleh in%asi bagian"bagian bronkus yang lebih kecil oleh %irus. 3arena tahananC resistensi terhadap aliran udara didalam saluran besarnya berbanding terbalik dengan radiusC jari"jari pangkat empat, maka penebalan yang sedikit sekali pun pada dinding bronkiolus bayi dapat sangat mempengaruhi aliran udara. 0ahanan pada saluran udara kecil bertambah selama $ase inspirasi dan ekspirasi, namun karena selama ekspirasi jalan na$as menjadi lebih kecil, maka hasilnya adalah obstruksi perna$asan katup yang menimbulkan udara terperangkap dan o%erin$lasi. *telektasis dapat terjadi ketika obstruksi menjadi total dan udara yang terperangkap diabsorbsi.( ! Proses patologis menggangu pertukaran gas normal di dalam paru. Per$usi %entilasi yang tidak seimbang mengakibatkan hipoksemia, yang terjadi pada awal perjalanannya. )etensi karbondioksida (hiperkapnia! biasanya tidak terjadi kecuali pada pasien yang terkena berat. @akin tinggi $rekuensi pernapasan melebihi 6,CmenitD selanjutnya hiperkapnia berkembang menjadi takipnea.( !

'

Beberapa $akta memberi kesan cidera imunologis sebagai $aktor $aktor pada patogenesis bronkiolitis yang disebabkan )(. 2 ( ! bayi yang sekarat karena bronkitis telah menunjukkan imunoglobulin maupun %irus dalam jaringan bronkiolus yang terjejasD (2! anak yang mendapat %aksin )(. yang diberikan secara parenteral sangat antigenik, inakti$ pada pemajanan )(. berikutnya, penyakitnya menjadi lebih berat dan lebih sering kambuh dibandingkan anak"anak lainnya D (4! bronkiolitis yang bergabung kedalam asma pada bayi yang lebih tua, dan )(. seringkali merupakan serangan asma akut yang dikenali pada anak usia "' tahunD dan (&! antibodi imunoglobulin + (Ig+! yang mengarah langsung ke )(. ditemukan pada sekresi kon%alesen pada bayi dengan bronkiolitis.( ! 7isamping pengaruh destrukti$ %irus dan respons hospes yang menyertai, belum jelas peran apa yang dimainkan oleh bakteri yang menumpanginya. Pada kebanyakan bayi dengan bronkiolitis, dengan atau tanpa pneumonia interstitial, pengalaman klinis memberi kesan bahwa bakteri memainkan peran yang tidak berarti.( ! Penyakit ini juga berkembang pada bayi"bayi yang biasanya terdapat titer antibodi maternal (Ig8! menetralkan )(. tetapi tidak terdapat antibodi sekretorik (Ig*! pada saluran na$as, sehingga terdapat pada sekret hidung yang memproteksi terhadap in$eksi )(.. :akta tersebut telah mengarah ke spekulasi bahwa $akta tersebut penyebab alamiah terjadinya bronkiolitis.('! Berbeda antara bayi, anak besar dan orang dewasa dapat mentoleransi udem saluran napas dengan lebih baik. ?leh karena itu, pada anak besar dan orang dewasa jarang terjadi bronkiolitis bila terkena in$eksi oleh %irus.(2! *da pendapat bahwa bronkiolitis merupakan hasil dari reaksi kompleks imun antara antibodi non"neutralizing dengan %irus. Pendapat tersebut berdasarkan pengamatan di mana terjadinya in$eksi oleh %irus ketika umur masih muda, terutama kurang dari 6 bulan. (aat itu, antibodi yang secara pasi$ didapatkan dari ibu masih cukup tinggi.(2!

)a'*ar 1. Pe'*engkakan Br nki lus aki*at Infeksi +S!. ,-. II./. 0anifestasi Klinis @ula"mula bayi mendapatkan in$eksi saluran napas ringan berupa pilek encer, batuk, bersin"bersin, dan kadang"kadang demam. 8ejala ini berlangsung beberapa hari, kemudian timbul distres respirasi yang ditandai oleh batuk paroksimal, mengi, dispneu, dan iritabel. 0imbulnya kesulitan minum terjadi karena napas cepat sehingga menghalangi proses menelan dan menghisap. Pada kasus ringan, gejala menghilang "4 hari. Pada kasus berat, gejalanya dapat timbul beberapa hari dan perjalananya sangat cepat. 3adang"kadang, bayi tidak demam sama sekali, bahkan hipotermi. 0erjadi distres pernapasan dengan $rekuensi napas 6, <Cmenit, terdapat napas cuping hidung, penggunaan otot pernapasan tambahan, retraksi, dan kadang" kadang sianosis. )etraksi biasanya tidak dalam karena adanya hiperin$lasi paru (terperangkapnya udara dalam paru!. 1epar dan lien bisa teraba karena terdorong dia$ragma akibat hiperin$lasi paru. @ungkin terdengar ronki pada akhir inspirasi dan awal ekpirasi. +kpirasi memanjang dan mengi kadang"kadang terdengar dengan jelas.(2! 8ambaran radiologik biasanya normal atau hiperin$lasi paru, diameter anteroposterior meningkat pada $oto lateral. 3adang"kadang ditemukan bercak"bercak pemadatan akibat atelektasis sekunder terhadap obtruksi atau an$lamasi al%eolus. >eukosit dan hitung jenis biasanya dalam batas normal. >im$openia yang sering ditemukan pada in$eksi %irus lain jarang ditemukan pada brokiolitis. Pada keadaan yang berat, gambaran analisis gas darah -

akan menunjukkan hiperkapnia, karena karbondioksida tidak dapat dikeluarkan, akibat edem dan hipersekresi bronkiolus.(2! II. 1. 2akt r resik (alah satu $aktor resiko yang terbesar untuk menjadi bronkiolitis pada umur kurang dari 6 bulan, sebab paru"paru dan sistem kekebalan tidak secara penuh berkembang dengan baik. *nak laki"laki cenderung untuk mendapatkan bronkiolitis lebih sering dibanding anak" anak perempuan. $aktor lain yang telah dihubungkan dengan peningkatan resiko bronkiolitis pada anak"anak meliputi2 a. 0idak pernah diberi air susu ibu sehingga tidak menerima perlindungan kekebalan dari ibu b. 3elahiran prematur c. Pajanan ke asap rokok d. (ering dititipkan pada tempat banyak bayi"bayi contoh tempat penitipan anak, panti asuhan e. (audara kandung lebih tua dengan kontak in$eksi dari sekolahC tempat bermain.(B! Bayi dengan ibu perokok pasi$ mempunyai peningkatan resiko in$eksi )(. dengan suatu perbandingan rintangan dilaporkan 4.B- untuk itu telah banyak studi atas e$ek dari perokok pasi$ pada penyakit yang berhubungan dengan pernapasan di bayi dan anak"anak. 7i dalam suatu tinjauan ulang yang sistematis dari perokok pasi$ dan in$eksi saluran na$as bawah pada bayi dan anak"anak, (trachan 7an Eook menunjukkan suatu perbandingan digabungkan dari .'- jika kedua orang tua perokok dan suatu perbandingan dari .-2 jika ibu yang merokok. (tock 7an 7ezateu< meninjau 2, kasus studi dari $ungsi berkenaan dengan paru"paru di bayi. (tudi ini menunjukkan suatu penurunan $ungsi paru"paru di bayi para ibu yang merokok selama kehamilan. *liran +<pirasi berkurang kira"kira 2,#. ukuran lain"lain $ungsi berkenaan dengan paru"paru demikian juga abnormal. Bapak yang merokok juga mempunyai suatu e$ek, pre%alensi penyakit bidang berhubung pernapasan bagian atas meningkat dari B .6# ke 9'.2# di bayi di bawah merokok.(9! *ir susu ibu (*(I! telah menunjukkan mempunyai $aktor kebal terhadap )(. yang mencakup immunoglobulin 8 dan (uatu antibodies 6, dan inter$eron" 6 . *(I telah pula ditunjukkan untuk mempunyai menetralkan akti%itas melawan terhadap )(.. 7i satu studi merujukan ke rumah sakit yang relati$ dengan )(. adalah anak"anak yang tidak diberi tahun usia jika hanya bapak yang

*(I .7i dalam studi lain, B ( -#! dari

' anak"anak di opname dengan in$eksi )(. adalah

disusui, dan &6 ( 2-#! dari 6- pasien sebagai kendali disusui.(9! (uatu meta"analysis hubungan menyusui dengan opname untuk in$eksi saluran na$as bawah di (dalam! awal kelahiran menguji 44 studi, semua dari yang menunjukkan suatu asosiasi bersi$at melindungi antara menyusui dan resiko opname untuk in$eksi saluran na$as bawah. (embilan studi dijumpai pada semua ukuran"ukuran pemasukan analisa. 3esimpulan adalah bahwa bayi yang tidak disusui *(I hampir meningkatakan resiko yang lebih besar lipat tiga diopname untuk in$eksi saluran na$as bawah dibanding yang disusui *(I eklusi$ untuk & bulan ( perbandingan resiko2 ,.2B!.(9! II.3. Diagn sis 7iagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan $isik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya. Pertama sekali dapat dicatat bahwa bayi dengan bronkiolitis menderita suatu in$eksi ringan yang mengenai saluran pernapasan bagian atas disertai pengeluaran sekret"sekret encer dari hidung dan bersin"bersin. 8ejala"gejala ini biasanya akan berlangsung selama beberapa hari dan disertai demam dari 4B,',E hingga 49,E, akan tetapi bisa juga tidak disertai demam, bahkan pasien bisa mengalami hipotermi. Pasien mengalami penurunan na$su makan, kemudian ditemukan kesukaran perna$asan yang akan berkembang perlahan"lahan dan ditandai dengan timbulnya batuk"batuk, bersin paroksimal, dispneu, dan iritabilitas. Pada kasus ringan gejala akan menghilang dalam waktu "4 hari. 3adang"kadang, pada penderita yang terserang lebih berat, gejala"gejala dapat berkembang hanya dalam beberapa jam serta perjalaan penyakitnya akan berlangsung berkepanjangan. 3eluhan muntah"muntah dan diare biasanya tidak didapatkan pada pasien ini.

3ebanyakan bayi"bayi dengan penyakit tersebut, mempunyai riwayat keberadaan mereka diasuh oleh orang dewasa yang menderita penyakit saluran perna$asan ringan pada minggu sebelum awitan tersebut terjadi pada mereka. 7isamping itu, kita juga harus menyingkirkan pneumonia atau riwayat atopi yang dapat menyebabkan wheezing.B Pemeriksaan $isik memperlihatkan seorang bayi mengalami distres na$as dengan $rekuensi na$as lebih dari 6, kali per menit (takipneu!, kadang"kadang disertai sianosis, dan nadi juga biasanya meningkat. 0erdapat na$as cuping hidung, penggunaan otot pembantu perna$asan yang mengakibatkan terjadinya retraksi pada daerah interkostal dan daerah sub kostal. )etraksi biasanya tidak dalam karena adanya hiperin$lasi paru (terperangkapnya udara dalam paru!. 0erdapat ekspirasi yang memanjang , wheezing yang dapat terdengar dengan ataupun tanpa stetoskop, serta terdapat crackles. 1epar dan lien akan teraba beberapa cm dibawah tepi batas bawah tulang iga. 3eadaan ini terjadi akibatt pendorongan dia$ragma kebawah karena tertekan oleh paru yang hiperin$lasi. (uara riak"riak halus yang tersebar luas juga dapat terdengar pada bagian akhir inspirasi. :ase ekspirasi perna$asan akan memanjang dan suara"suara pernapasan juga bisa hampir tidak terdengar jika sudah berada dalam kasus yang berat. 5ntuk menilai kegawatan penderita dapat dipakai skor )espiratory 7istress *ssessment Instrument ()7*I!, yang menilai distres napas berdasarkan 2 %ariabel respirasi yaitu wheezing dan retraksi. Bila skor lebih dari ' dimasukkan kategori berat, bila skor kurang 4 dimasukkan dalam kategori ringan. Pulse o<imetry merupakan alat yang tidak in%asi$ dan berguna untuk menilai derajat keparahan penderita. (aturasi oksigen F 9'# merupakan tanda terjadinya hipoksia dan merupakan indikasi untuk rawat inap.6 0es laboratorium rutin tidak spesi$ik. 6umlah dan hitung jenis lekosit biasanya normal. >im$openia yang biasanya berhubungan dengan penyakit"penyakit %irus, tidak ditemukan pada penyakit ini. Biakan"biakan bahan yang berasal dari naso$aring akan menunjukkan $lora normal. .irus dapat dapat diperlihatkan di dalam sekresi naso$aring melalui $luresensi imunologis dalam suatu peningkatan titer"titer darah atau dalam biakan.

8ambaran radiologik mungkin masih normal bila bronkiolitis ringan. 5mumnya terlihat paru"paru mengembang ( hyperaerated !. Bisa juga didapatkan bercak"bercak yang tersebar, mungkin atelektasis ( patchy atelectasis ! atau pneumonia ( patchy infiltrates !. Pada rontgen "$oto lateral, didapatkan diameter *P yang bertambah dan dia$ragma tertekan ke bawah. Pada pemeriksaan rontgen $oto dada, dikatakan hyperaerated apabila kita mendapatkan2 siluet jantung yang menyempit, jantung terangkat,dia$ragma lebih rendah dan mendatar, diameter anteroposterior dada bertambah, ruang retrosternal lebih lusen, iga horizontal, pembuluh darah paru tampak tersebar. 5ntuk menentukan penyebab bronkiolitis, dibutuhkan pemeriksaan aspirasi atau bilasan naso$aring. Pada bahan ini dapat dilakukan kultur %irus tetapi memerlukan waktu yang lama, dan hanya memberikan hasil positi$ pada ',# kasus. *da cara lain yaitu dengan melakukan pemeriksaan antigen )(. dengan menggunakan cara imuno$luoresen atau +>I(*. (ensiti$itas pemeriksaan ini adalah B,"9,#.B

II.4.

Diagn sis Ban#ing 3eadaan yang paling lazim terancu dengan bronkiolitis akut adalah asma, satu atau

lebih dari yang berikut ini mendukung diagnosis asma, riwayat keluarga asma, episode berulang kali pada bayi yang sama, mulainya mendadak tanpa in$eksi yang mendahului, ekspirasi sangat memanjang, eosino$ilia, dan respons pembaikan segera pada pemberian satu dosis albuterol aerosol. (erangan berulang menggambarkan titik pembeda yang penting kurang dari '# serangan berulang bronkiolitis klinis mempunyai penyebab in$eksi %irus. Aujud lain yang dapat terancukan dengan bronkiolitis akut adalah gagal jantung kongesi$, benda asing di dalam trakhea, pertusis, keracunan organo$os$at, kistik $ibrosia, dan bronkopneumonia bakteri yang disertai dengan o%erin$lasi paru obstrukti$ menyeluruh. ( ! II.15. Pe'eriksaan "enunjang 7arah lengkap 7engan hitungan jumlah sel darah lengkap jarang berman$aat karena sel darah putih pada umumnya di dalam batas normal atau naik dan hitung jenis mungkin normal atau bergeser kekanan atau kekiri 5rin Berat jenis urin dapat menyediakan in$ormasi berman$aat mengenai balance cairan dan kemungkinan dehidrasi.

(erum darah 3imia serum darah tidaklah terpengaruh secara langsung oleh in$eksiCperadangan tetapi dapat membantu menerka beratnya derajat dehidrasi.

*nalisa gas darah *nalisa gas darah mungkin diperlukan pada pasien yang sakitnya berat, terutama yang menuntut %entilasi mekanik atau buatan.

)adiologi :oto sinar < dada cukup diperlukan meliputi $oto anterior"posterior dan lateral. dapat terlihat gambaran (tergantung berat ringannya penyakit! o 1iperin$lasi dan in$iltrat yang tertutup, gambaran ini adalah nonspesi$ik dan mungkin juga dapat pada gambaran pasien dengan sakit asma, pneumonia yang tidak lazim atau karena %irus, dan aspirasi cairan. o o o o o o *teletaksis $okal 8ambaran udara yang terperangkap 8ambaran sekat dia$ragma yang rata Peningkatan gambaran 8aris tengah *ntero posterior Peribronchial Eu$$ing :oto sinar < dapat juga mengungkapkan bukti alternati$ untuk diagnosa banding, seperti pneumonia lobaris , gagal jantung kongesti$, atau aspirasi benda asing.

Pemeriksaan lainnya2 o *ntigen 0est pada nasal wash, dapat mengungkap dengan cepat ( pada umumnya di dalam 4, min! dan akurat ( kepekaan B-"9 #, ketegasan 96" ,,#! dalam pendeteksian )(.. o o o 3ultur positi$ dengan direct $luorescent antibody, test hasil percobaan dapat mengkon$irmasikan in$eksi karena )(. . /asal washing test harus diperoleh dari anak"anak yang diperlukan opname dan anak"anak yang berhadapan dengan resiko berat. 3ultur )(. lebih sedikit sensitip ( 6,#! tetapi spesi$itas mencapai ,,#.

Panel karena %irus yang berhubungan dengan pernapasan, kultur untuk )(. atau lain %irus, atau pendeteksian dengan direct $luorescent antibody atau dengan polymerase chain reaction mungkin berman$aat untuk pertimbangan yang berikut2 (ebagai pemeriksaan kon$irmasi lainnya 5ntuk mencari agen lain in$eksius yang lain 3arena tujuan epidemiologik. (
!

II.11. Penatalaksanaan #an Peng *atan II.11.a Penatalaksanaan Bayi umur kurang dari 6 bulan dengan bronkiolitis akut dan distress perna$asan sebaiknya dirawat di rumah sakit bila ditemukan kadar (p?2 kurang dari 92 #, tidak dapat mempertahankan hidrasi oral, dan meningkatkan angka respirasi, atau mempunyai riwayat penyakit kardio"respiratori yang kronik. 7esaturasi di &, #?2 (4"& lCmnt! biasanya muncul sianosis, gejala e<tra pulmonal, apnea dan asidosis merupakan tanda bayi di rawat di ruang rawat intensi$. 1ipoksemia merupakan tanda kelainan laboratorium yang tampak untuk itu diperlukan tambahan oksigen bagi pasien. *rah utama untuk pengobatan pasien dengan bronkiolitis adalah dengan penggantian cairan dan suplemen cairan. Pada pasien tersebut biasanya mengalami dehidrasi ringan dikarenakan berkurangnya asupan cairan dan banyak kehilangan cairan melalui demam dan takipnea. Pengguanan cairan tambahan agar diawasi agar tidak terbentuknya $ormasi edema paru. 0erapi supporti%e adalah mendeteksi cepat bila ada apnea dan memberikan perhatian khusus terhadap demam pada neonatus .(&! II.11.*.Peng *atan Br nk #ilat r Penggunaan bronkodilator merupakan kontro%ersi pada neonatus dan bayi. Pada tahun 994 editorial dari >ancet masih tidak memperkenankan penggunaan bronkodilator pada pasien"apsien bronkiolitis yang jelas tidak e$ekti$. 3ellner dkk., mereka menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan ringan dari perbaikan sementara pada pasien dengan bronkiolitis sedang sampai berat. (&! K rtik ster i# 7isamping aturan utama in$lamasi sebagai patoghenesis terjadinya sumbatan saluran na$as, kortikosteroid sebagai anti in$lamsi tidak terbukti menguntungkan untuk meningkatkan status klinis pada studi klinis multi"instusional. 7ibuktikan dalam penelitan yang ada maka 4

penggunaan de<amethasone atau glukokortikosteroid lain pada anak"anak tidak dapat didukung. /ebulasi ephine$rin (,, mgC3g BB! ditemukan lebih e$ekti$ daripada B"agonis salbutamol pada bayi dengan bronkiolitis akut. Pada studi yang dilakukan henderson dkk, tidak ditemukannya peningkatan signi$ikan $ungsi respirasi pada penggunaan inhalasi adrenalin. 3esimpulan yang didapat bahwa adrenalin inhalasi tidak mengurangi obstruksi saluran na$as. Berdasarkan percobaan random terkontrol untuk membandingkan subcutaneus ephine$rin dan nebulalisasi ephine$rin dengan plasebo ditemukan peningkatan yang signi$ikan pada pasien yang diterapi dengan ephine$rin dalam hal peningktan perbaikan oksigenasi dan tanda klinis. 3ortikosteroid yang digunakan adalah prednisone, prednisolon, mertilprednison, hidrokortison, dan deksametason. )ata" rata dosis per hari berkisar antara ,,6" 6,4 mgCkgBB dan rata" rata total paparan antara 4,, G B,9 mgCkgBB. Eara pemberian adalah secara oral, intramuscular, dan intra%ena. Antik linergik Ipratropium bromide adalah zat antikolinergik dalam bentuk aerosol, tidak dapat menunjukkan bukti dapat membantu dalam manajemen dari bayi yang sakit. 1al ini menunjukkan tidak ada keuntungan klinis dibandingkan dengan pengobatan albuterol tersendiri pada kasus bronkiolitis sedang sampai berat. (&!
(&!

Anti*i tik .irus adalah etiologi utama pada bronkiolitis untuk itu penggunaan rutin dari

antibiotik sebaiknya dihindari untuk penyakit ini. *pabila bayi mengarah ke arah lebih buruk dan menunjukkan kenaikan dari hitung sel darah putih kedepannya menunjukkan tanda"tanda sepsis, selanjutnya kultur bakteri dari darah, urine, dan cairan >E( sebaiknya diambil dan di $ollow up segera dengan pemberian antibiotik spektrum luas. Penelitian yang dilakukan oleh 3upperman dkk. dari '6 bayi dibawah umur 2& bulan yang sebelumnya sehat dengan sedikit demam dan menderita bronkiolitis, menunjukkan bahwa bayi"bayi ini mau tidak mau menderita bakteremia dan menderita in$eksi saluran kemih.penggunaan rutin dari antibiotik tidak menunjukkan perbaikan dari bronkiolitis. (&! Heli 6 1elio< (campuran antara helium dengan o<ygen! telah digunakan pada pasien asma akut. telah ada laporan kasus yang menyatakan dan menjelaskan tentang penggunaan helio< pada bayi laki"laki umur & bulan dengan bronkiolitis positi$ )(.. 1elio< mungkin berman$aat sebagai tambahan untuk terapi kon%ensional pada pasien bronkiolitis dalam &

keadaan kritis. Bagaimanapun studi klinis dari terapi ini sangat diperlukan untuk mengetahui kee$ekti$an terapi ini. 1al ini dimungkinkan bahwa helio< dengan terapi nebulalisasi dapat sangat berguna pada bayi dengan bronkiolitis berat atau pasien terpasang intubasi dan tidak merespon dengan terapi kon%ensional. (&! !entilasi 'ekanik Bayi dengan bronkiolitis kadang"kadang memerlukan %entilasi mekanik khususnya pada kasus apneu berulang atau peningkatan usaha na$as pada gagal na$as. 0erapi pada pasien seperti ini adalah terapi suporti$ , dengan pemberian oksigen yang adekuat baik continous positi%e airway pressure (EP*P! dan intermitent mandattory %entilation (I@.! dengan possiti%e end"distending pressure (P++P! telah digunakan dan sukses sebagai terapi pada bayi tersebut. Penyapihan awal pada hari ke"2 sampai ke"4 biasanya tidak sukses setelah kesakitan berkurang, untuk itu penyapihan dilakukan segera. Bayi dengan hypo<emia progresi% tidak merespon %entilasi kon%ensional biasanya merespon penggunaan %entilasi $rekuensi tinggi atau e<tracorporeal oksigenasi membran. e<perimen terapi terkini untuk bayi dengan insu$$isiensi pulmonal dari bronkiolitis meliputi sur$aktan dan nitrit oksida. (&! Anti$irus , +i*a$irin . )iba%irin ( beta"7"riba$uranosyl" ,2,&"triazole"4"carbo<"amide! adalah analog

nukleosida sintetik yang menggabungkan guanosin dan inosin tampaknya di buat untuk mempengaruhi )/* massenger dan menghambat sintesis protein %irus. )iba%irin mempunyai spektrum luas akti%itas anti%iral in%itro. 0erapi riba%irin untuk in$eksi )(. masih kontro%ersial dikarenakan masih ada penggunaan aerosol, harga yang relati$ mahal, to<isitas dan e$ek samping. (&! (aat ini rekomendasi dari **P terapi dengan riba%irin aerosol sedang dipertimbangkan untuk bayi"bayi dengan resiko tinggi penderita penyakit karena )(. 2 a. 7iantara mereka dengan komplikasi penyakit jantung kongenital termasuk didalamnya hipertensi portal dan juga mereka yang menderita displasie bronkopulmonar, kistik $ibrosis dan penyakit paru kronik lainnya. b. @ereka yang menderita penyakit yang didasari oleh penyakit imun. c. Pasien yang dirawat di rumah sakit dengan umur kurang dari 6 minggu dengan penyakit penyerta seperti anomali kongenital multipel atau penyakit neurologi metabolik. 3esimpulannya riba%irin merupakan terapi yang aman tapi mahal, e$isiensi dan kee$ekti$annya tidak tampak jelas menunjukan dalam penelitian. Penggunaan riba%irin secara rutin pada saat ini kurang direkomendasikan. (&! '

II.12. Pen7ega8an Penyebaran dari )(. kemungkinan terjadi karena kontak langsung dengan sekret pasien yang terin$eksi. Pencegahan penting pada sta$ rumah sakit seperti perhatian khusus terhadap kebersihan sekret pasien dan kebersihan badan petugas rumah sakit tampaknya dapat mengurangi penyebaran )(. di rumah sakit. (aat ini menggunaan )(. imunoglobulin intra %ena pada dosis tinggi (',,"-', mgC3g BB! tampaknya dapat mencegah )(. pada pasien resiko tinggi, sebagai tambahan )(. imunoglobulin intra %enus dalam bentuk aerosol dapat memberikan keuntungan pada pasien dengan bronkiolitis karena )(.. 7alam penelitian baru oleh )imensberger, dkk., menyimpulkan bahwa dosis tunggal )(. imunodlobulin intra %ena (,, grC3g BB! tidak menunjukan keuntungan untuk bronkiolitis akut karena )(..(aat ini tampaknya ada kerugian penggunaan bulanan secara intra %ena antara 2"& jam. (&! Insidensi tertinggi di rumah sakit pada kasus bronkiolitis karena )(. terjadi pada bayi umur 2"' bulan untuk itu %aksinasi dapat menstimulasi kee$ekti$an setelah bayi berumur 2 bulan. II.1&. Pr gn sis Br nki litis Akut :ase penyakit yang paling kritis terjadi selama &B"-2 jam pertama sesudah batuk dan dispnea mulai. (elama masa ini, bayi tampak sangat sakit, serangan apneu terjadi pada bayi yang sangat muda dan asidosis respiratorik mungkin ada. (esudah periode klinis, perbaikan terjadi dengan cepat dan seringkali secara drastis. Penyembuhan selesai dalam beberapa hari. *ngka $atalitas kasus di bawah #, kematian dapat merupakan akibat dari serangan apnea yang lama, asidosis respiratorik berat yang tidak terkompensasi, atau dehidrasi berat akibat kehilangan penguapan air dan takipnea serta ketidak mampuan minum cairan. Bayi yang memiliki keadaan"keadaan, misalnya penyakit jantung kongenital, displasia bronkopulmonal, penyakit imunode$isiensi, atau kistik $ibrosis mempunyai angka morbiditas yang lebih besar dan mempunyai sedikit kenaikan angka mortalitas. *ngka mortalitasnya tidak sebesar pada bayi yang ;beresiko tinggi= seperti di masa yang silam. Perkiraan mortalitas pada bayi beresiko tinggi yang menderita bronkiolitis. .() ini telah menurun dari 4-# pada tahun 9B2 menjadi 4,'# pada tahun 9BB. 3omplikasi bakteri seperti bronkopneumonia atau otitis media, tidak lazim terjadi. 3egagalan jantung selama bronkiolitis jarang, kecuali pada anak 6 yang ditimbulkan oleh penggunaan human polyclonal )(." Imunoglobulin antibodi spesi$ik pada bayi. 1al ini meliputi

yang memiliki dasar penyakit jantung. *da proporsi yang bermakna bahwa bayi"bayi yang menderita bronkiolitis mengalami hiperreakti%itas saluran perna$asan selama akhir masa anak"anak, tetapi hubungan antara kedua hal ini, jika ada belum dimengerti. 3esan bahwa satu episode bronkiolitis dapat mengakibatkan kelainan saluran perna$asan kecil yang jangkanya sangat lama memerlukan pengamatan lebih lanjut. 3elainan ini sebagian dapat dijelaskan melalui penemuan bahwa bayi yang memiliki hantaran perna$asan total rendah lebih mungkin mengalami bronkiolitis dalam responnya terhadap in$eksi %irus perna$asan. Bayi dengan bronkiolitis yang padanya berkembang saluran perna$asan reakti$ kemungkinan besar mempunyai riwayat keluarga asma dan alergi, episode bronkiolitis akut lama, dan terpajan asap rokok.( !

BAB III LAP9+AN KASUS Tanggal 0asuk +SUD 0atara' N . +0 Diagn sis 0asuk Tanggal Pe'eriksaan IDENTITAS H I#entitas Pasien /ama >engkap 6enis 3elamin 5mur *gama *lamat 2 By. I 2 Perempuan 2 ' bulan 2 Islam 2 0anjung 3arang, (ekarbela. 2 2 2 6 @aret 2, & 2249 -@aret 2, &

2 obser%asi dyspneu e.c suspect pneumonia

H I#entitas Keluarga Identitas /ama 5mur Pendidikan Pekerjaan Ibu /y. ( 4, tahun (7 I)0 *yah 0n. @ 4& tahun (7 Buruh

HETE+9ANA0NESIS H Kelu8an Uta'a : (esak H +i;a<at Pen<akit Sekarang : Pasien datang ke I87 )(57 3ota @ataram dibawa oleh orang tuanya dengan keluhan sesak. 3eluhan sesak sudah timbul sejak J 2 minggu yang lalu, namun memberat sejak semalam (@)(. (esak yang dialami pasien disertai bunyi ngik. (esak tidak dipengaruhi B

oleh posisi, suhu, dan cuaca, tanpa adanya paparan dari debu, maupun bulu binatang. *walnya, pasien dikelukan batuk oleh ibunya. Batuk sudah dialami pasien sejak bulan yang lalu. 3eluhan batuk berdahak yang terus menerus hingga mengganggu istirahatnya dengan dahak sulit dikeluarkan. *pabila dahak keluar, terkadang berbarengan dengan muntah yang berisi dahak kental yang berwarna bening disertai dengan caioran dan sisa mkanan. 7ahak keluar K 4<, warna putih, tidak disertai adanya darah.)iwayat kebiruan saat sesak ("!. Ibu pasien mengatakan anaknya sempat mengalami anaknya sempat mengalami panas pada malam hari (@)(. Pasien tidak dikeluhkan mual , namun pasien dikeluhkan muntah (J! sebanyak 2 kali (@)(. Pasien saat ini pasien masih minum *(I, rewel (J!. )iwayat kebiruan saat sesak ("!. )iwayat kejang ("!. Pasien B*B normal sebanyak J "2 kali, berwarna kuning, konsistensi lunak, tanpa disertai lendir maupun darah. B*3 (J! lancar berwarna kuning jernih, $rekuensi '"6 kali. H +i;a<at Pen<akit Da8ulu : )iwayat penyakitCkeluhan serupa berupa sesak na$as sebelumnya disangkal. H +i;a<at Pen<akit Keluarga : )iwayat epilepsi ("!, riwayat asma (J!, riwayat alergi ("!, riwayat 0B ("!. H +i;a<at Peng *atan : (aat pasien mengalami demam, pasien dibawa ke Puskesmas dan diberikan Paracetamol syrup, namun suhu tubuhnya tidak juga turun. 3arena pasien masih demam dan mengalami sesak, orang tua pasien segera melarikan anaknya ke )(57 3ota @ataram. H +i;a<at Ke8a'ilan #an Persalinan : (elama hamil, ibu pasien rutin memeriksakan kehamilannya di Posyandu (L & kali selama kehamilan!. Ibu pasien mengaku selama hamil dirinya tidak pernah mengalami mual muntah yang berlebihan, tekanan darah tinggi, kejang, asma, kencing manis, perdarahan, demam yang lama, ataupun trauma. Ibu pasien juga rutin mengkonsumsi tablet penambah darah dan %itamin selama kehamilan. Pasien lahir di )(5 3ota @ataram melalui persalinan normal dan ditolong oleh bidan. Pasien lahir pada usia kehamilan cukup bulan dengan berat badan lahir 4'', gram dan langsung menangis. )iwayat sesak, kejang, biru, atau kuning setelah lahir disangkal. H +i;a<at Nutrisi : Pasien mendapatkan *(I eksklusi$ dari usia ,"6 bulan. (ejak usia 6 bulan hingga kini, pasien telah mendapat makanan tambahan (@P"*(I! berupa bubur beras. 9

H +i;a<at I'unisasi ,!aksinasi. : Imunisasi BE8 1epatitis B Polio 7P0 Eampak (J! < (J! &< (J! &< (J! 4< 7asar 5sia bulan 5sia , bulan (baru lahir! 5sia bulan 5sia 2 bulan Belum dilakukan 5langan ("! 5sia , &, 6 bulan 5sia 2, &, 6 bulan 5sia &, 6 bulan

H +i;a<at Perke'*angan #an Ke"an#aian @otorik 3asar merangkak. tegak tanpa pegangan. miring dan tengkurap sendiri. @otorik 1alus meraih benda. Bicara belum menyebut kata"kata. (osial dapat Pasien sudah bisa tersenyum spontan. mengamati tangan" nya sendiri.

Pasien mulai belajar utk Pasien sudah bisa Pasien

Pasien sudah bisa duduk Pasien sudah bisa Pasien mampu menoleh Pasien mampu utk mengganggam dgn ke arah suara. Pasien bisa tidur miring" jari dan ibu jari.

PE0E+IKSAAN 2ISIK H Status )eneralis 3eadaan umum 3esadaran 0anda .ital :rekuensi nadi :rekuensi napas (uhu E)0 2 2B <Cmenit, teratur, kuat angkat 2 sedang 2 waspada

2 62 <Cmenit 2 4-,4oE 2 F 2 detik

H Status )i%i BB 2 66,, gram 2,

PB

2 '9 cm BBCPB BBC5 M J2 (7 ~ " (7 M , (7 ~ "2 (7 M gizi baik M gizi baik

I"score (8ra$ik A1?!

PBC5M , (7 ~ "2 (7

M normal

H Pe'eriksaan 2isik U'u' Ke"ala=Le8er Bentuk @ata 0elinga 1idung @ulut buccal dbn, lidah kemerahan dengan papil (J!, gigi geligi dbn. 0enggorok 2 hiperemis ("!, tonsil 0 "0 >eher 2 pembesaran 38B ("!, kaku kuduk ("!, peningkatan 6.P ("! 2 normocephali (>3 &2 cm!, 55B terbuka datar 2 anemis ("C"!, ikterik ("C"!, )p (JCJ! isokor, edema palpebra ("C"!, mata cowong ("C"!, korneaCkonjungti%a kering ("!, air mata (JCJ! 2 bentuk normal, nyeri tekan tragus ("C"!, otorrhea ("C"!, perdarahan ("C"! 2 bentuk normal, de%iasi septum ("!, krepitasi ("!, rinorrhea ("!. 2 mukosa bibir basah, pucat ("!, sianosis sentral ("!, mukosa

T8 raks Inspeksi Palpasi Perkusi *uskultasi 2 bentuk normal, de$ormitas ("!, iga gambang ("!, retraksi (J! minimal 2 pengembangan dinding dada simetris, %okal $remitus (JCJ! normal 2 Pulmo N sonor 2 Eor Eor N sde

N ( (2 tunggal, reguler, murmur ("!, gallop ("!

Pulmo N %esikuler (JCJ!, stridor ("C"!, rhonki ("C"!, wheezing (JCJ! A*# 'en : Inspeksi *uskultasi Palpasi Perkusi 2 distensi ("!, jejas ("!, scarCluka bekas operasi ("! 2 bising usus (J! normal 2 nyeri tekan ("!, 1C>C) tak teraba, turgor kulit normal 2 timpani, meteorismus ("!

Ekstre'itas +kstremitas *tas De6tra J " " " Sinistra J " " " +kstremitas Bawah De6tra J " " " J J ' ' ' (inistra J " " " J J '

Pemeriksaan *kral hangat +dema /yeri tekan Pucat )e$leks :isiologis )e$leks Patologis 3ekuatan ?tot

PE0E+IKSAAN PENUNJAN) H Dara8 Lengka" ( -C4C2, &! 18B 1E0 )BE ABE ,4CO> 2 9,& gCdl 2 2-, # 2 4,9- < ,6CO> 2 2',2 < P>0 @E. @E1 @E1E 87( 2 -,4 < ,4CO> 2 6B,2 $l 2 24,- pg 2 4&,- gCdl 2 -6 mg#

H + ntgen T8 ra6 : :oto thoraks *P tampak corakan bronko%askuler normal. (udut kosto$renikus tajam, sudut cardio$renikus tajam. 5kuran jantung normal (E0)D&4 #!

22

+ESU0E Pasien datang ke I87 )(57 3ota @ataram dibawa oleh orang tuanya dengan keluhan sesak. 3eluhan sesak sudah timbul sejak J 2 minggu yang lalu, namun memberat sejak semalam (@)(. (esak yang dialami pasien disertai bunyi ngik. (esak tidak dipengaruhi oleh posisi, suhu, dan cuaca, tanpa adanya paparan dari debu, maupun bulu binatang. *walnya, pasien dikelukan batuk oleh ibunya. Batuk sudah dialami pasien sejak bulan yang lalu. 3eluhan batuk berdahak yang terus menerus hingga mengganggu istirahatnya dengan dahak sulit dikeluarkan. *pabila dahak keluar, terkadang berbarengan dengan muntah yang berisi dahak kental yang berwarna bening disertai dengan caioran dan sisa mkanan. 7ahak keluar K 4<, warna putih, tidak disertai adanya darah.)iwayat kebiruan saat sesak ("!. Ibu pasien mengatakan anaknya sempat mengalami anaknya sempat mengalami panas pada malam hari (@)(. Pasien tidak dikeluhkan mual , namun pasien dikeluhkan muntah (J! sebanyak 2 kali (@)(. Pasien saat ini pasien masih minum *(I, rewel (J!. )iwayat kebiruan saat sesak ("!. )iwayat kejang ("!. Pasien B*B normal sebanyak J "2 kali, berwarna kuning, konsistensi lunak, tanpa disertai lendir maupun darah. B*3 (J! lancar berwarna kuning jernih, $rekuensi '"6 kali 7ari pemeriksaan $isik didapatkan keadaan umum pasien tampak lemah. /adi 2B <Cmenit, regular, kuat angkat cukup, )) 62 <Cmenit, regular, suhu 4-,4 oE. Pemeriksaan $isik

24

paru menunjukkan retraksi (J! minimal, suara napas %esikuler (JCJ!, rhonki ("C"!, wheezing (JCJ!. 7ari pemeriksaan laboratorium didapatkan 1b 9,& gCdlD 1ct 2-, #D )BE 4,9< ,6Cu>D ABE 2',2 < ,4Cu>D P>0 -,4 < ,4Cu>D dan 87( 26 mg#. DIA)N9SIS H Br nki litis Akut

+EN>ANA TE+API " " " " " " " " Pemberian oksigen nasal kanul 2 literCmenit I.:7 7' P /( 2, tetes mikro per menit Injeksi /orages & < -' mg I. Injeksi ce$ota<im 4 < 22, mg I. Injeksi de<ametason bolus 4,' mg I. selanjutnya 4 < ,' mg /ebulisasi :arbi%ent ampul J 4 cc /aEl ,,9# tiap B jam P?C *mbro<ol 4 < Q cth P?C Paracetamol 4 < R Eth

2&

BAB I! PE0BAHASAN

Bronkiolitis adalah penyakit in$lamasi respiratori akut bawah yang ditandai dengan adanya in$lamasi pada bronkiolus. 5mumnya in$eksi disebabkan oleh %irus. (ecara klinis ditandai dengan episode pertama wheezing pada bayi yang didahului dengan gejala I)* (4!. Respiratory Syncytial Virus ()(.! adalah agen yang paling sering yang ditemukan dalam isolasi sebanyak -'# pada anak"anak kurang dari 2 th yang menderita bronkiolitis dan dirawat di rumah sakit. Penyebab lain yang menyebabkan bronkiolitis termasuk didalamnya adalah %irus para in$luenza tipe dan 4, in$luenza B, para in$luenza tipe 2, adeno%irus tipe ,2,' dan mycoplasma yang paling sering pada anak"anak usia sekolah. Pada laporan kasus ini diagnosis bronkiolitis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan $isik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya. Pertama sekali dapat dicatat bahwa bayi dengan bronkiolitis menderita suatu in$eksi ringan yang mengenai saluran pernapasan bagian. 8ejala"gejala ini biasanya akan berlangsung selama beberapa hari dan disertai demam dari 4B,',E hingga 49,E, akan tetapi bisa juga tidak disertai demam, bahkan pasien bisa mengalami hipotermi. Pasien mengalami penurunan na$su makan, kemudian ditemukan kesukaran perna$asan yang akan berkembang perlahan"lahan dan ditandai dengan timbulnya batuk"batuk, bersin paroksimal, dispneu, dan iritabilitas. Pemeriksaan $isik memperlihatkan seorang bayi mengalami distres na$as dengan $rekuensi na$as lebih dari 6, kali per menit (takipneu!, kadang"kadang disertai sianosis, dan nadi juga biasanya meningkat. 0erdapat na$as cuping hidung, penggunaan otot pembantu perna$asan yang mengakibatkan terjadinya retraksi pada daerah interkostal dan daerah sub kostal. )etraksi biasanya tidak dalam karena adanya hiperin$lasi paru (terperangkapnya udara dalam paru!. 0erdapat ekspirasi yang memanjang , wheezing yang dapat terdengar dengan ataupun tanpa stetoskop, serta terdapat crackles. . Pasien pada laporan kasus ini dari pemeriksaan $isik yang dapat ditemukan yaitu adanya ekspirasi yang memanjang (wheezing! pada saat dilakukan auskultasi.

2'

(elain itu, adapun $actor resiko terjadinya bronkiolitis pada pasien laporan kasus ini yaitu pajanan asap rokok. *yah pasien ini, merokok tiap harinya. 1al lain yang mungkin dapat menjadi $actor resiko yaitu kondisi lingkungan sekitar rumah pasien. @enurut pengakuan ibu pasien, rumahnya terletak di lingkungan penduduk yang padat. (elain itu, di dekat lingkungan tempat tinggal pasien terdapat tempat pembuatan kerupuk, yang menggunakan kayu bakar untuk menggorengnya. .entilasi di rumah pasien juga menurut ibu pasien kurang baik. 8ambaran radiologik pasien ini masih normal. Pada pasien ini diberikan terapi oksigen nasal kanul 2 literCmenit untuk memberi kebutuhan oksigen pada pasien ini. Pemberian I.:7 7' P /( 2, tetes mikro per menit bertujuan sebagai penggantian cairan dan suplemen cairan. Pada pasien tersebut biasanya mengalami dehidrasi ringan dikarenakan berkurangnya asupan cairan dan banyak kehilangan cairan melalui demam dan takipnea. Pengguanan cairan tambahan agar diawasi agar tidak terbentuknya $ormasi edema paru. Injeksi /orages & < -' mg I. sebagai penurun demam. (edangkan pemberian Injeksi ce$ota<im 4 < 22, mg I. pada pasien ini yaitu sebagai pro$ilaksis in$eksi sekunder yang disebabkan oleh bakteri. 3arena %irus adalah etiologi utama pada bronkiolitis untuk itu penggunaan rutin dari antibiotik sebaiknya dihindari untuk penyakit ini. *pabila bayi mengarah ke arah lebih buruk dan menunjukkan kenaikan dari hitung sel darah putih kedepannya menunjukkan tanda"tanda sepsis, selanjutnya kultur bakteri dari darah, urine, dan cairan >E( sebaiknya diambil spektrum luas. Pemberian kortikosteroid yaitu Injeksi de<ametason bolus 4,' mg I. selanjutnya 4 < ,' mg pada pasien ini sebagai antiin$lamasi, karena pada patogenesiss terjadinya sumbatan saluran na$as dapat disebabkan oleh proses in$lamasi. /amun penggunaan anti in$lamasi ini belum terbukti menguntungkan untuk meningkatkan status klinis pada studi klinis multi" instusional. 7ibuktikan dalam penelitan yang ada maka penggunaan de<amethasone atau glukokortikosteroid lain pada anak"anak tidak dapat didukung. /ebulisasi :arbi%ent ampul J 4 cc /aEl ,,9# tiap B jam diberikan pada pasien ini yaitu sebagai terapi yang dapat memperbaiki mukosilier pasien bronkiolitis, disamping e$ek sebagai bronkodilator. Penggunaan bronkodilator merupakan kontro%ersi pada neonatus dan bayi. P?C *mbro<ol 4 < Q cth pada pasien ini yaitu terapi suporti$ untuk mengatasi keluhan batuk pada pasien. (edangkan P?C Paracetamol 4 < R Eth yaitu sebagai terapi penurun pana 26 dan di $ollow up segera dengan pemberian antibiotik

29LL9?@UP
0anggalC6am -C,4C2, & ,-.,, (ubjecti%e (esak (J!. 3ejang ("!, demam (J!, muntah (J!, batuk (J!, mencret ("!, B*3 (J! lancar, pasien mau menyusu. 35 2 baik 3esadaran 2 compos mentis /adi )) (uhu 2 2B <Cmenit, teratur ?bjecti%e *ssessment " Bronkiolitis *kut Planning

" " " " "

Pemberian

oksigen 2,

nasal kanul 2 literCmenit I.:7 7' P /( tetes mikro per menit Injeksi /orages & < -' mg I. Injeksi ce$ota<im 4 < 22, mg I. Injeksi bolus de<ametason 4,' mg I.

kuat angkat 2 62 <Cmenit 2 4-,4 E


o

3C> 2 an ("C"!, ict ("C"!, )p (JCJ! isokor, sianosis sentral ("!, napas cuping hidung ("!, pembesaran 38B ("!. 0h< 2 Eor N ( (2 tunggal reg, @ ("!, 8 ("!. Pulmo N retraksi (J! minimal, %es (JCJ!, rh ("C"!, wh (JCJ!. *bd 2 distensi ("!, B5 (J! normal, meteorismus ("!, turgor kulit /. +<t 2 akral hangat (JCJ!, edema ("C"!, pucat ("C"!, E)0 F 2 detik.

selanjutnya 4 < ,' mg " /ebulisasi :arbi%ent ampul J 4 cc /aEl ,,9# tiap B jam " " " P?C *mbro<ol 4 < Q cth P?C Paracetamol 4 < R Eth

BC,4C2, & ,-.,,

(esak ("! 3ejang ("!, demam ("!, muntah ("!, batuk (J!, mencret ("!, B*3 (J! lancar, pasien menyusu kuat.

35 2 baik 3esadaran 2 compos mentis /adi )) (uhu 2 2 <Cmenit, teratur kuat angkat 2 &2 <Cmenit 2 46 oE

" Bronkiolitis *kut

"

0erapi lanjut

3C> 2 an ("C"!, ict ("C"!, )p (JCJ! isokor, sianosis sentral ("!, napas cuping hidung ("!, pembesaran 38B ("!. 0h< 2 Eor N ( (2 tunggal reg, @ ("!, 8 ("!. Pulmo N retraksi ("!, %es (JCJ!, rh ("C"!, wh (JCJ!. *bd 2 distensi ("!, B5 (J! normal, meteorismus ("!, turgor kulit /. +<t 2 akral hangat (JCJ!, edema ("C"!, pucat ("C"!, E)0 F 2 detik.

9C,4C2, & ,-.,,

(esak ("! 3ejang ("!, demam ("!, muntah ("!, batuk (J!, mencret ("!, B*3 (J! lancar, pasien menyusu kuat.

35 2 baik 3esadaran 2 compos mentis /adi )) (uhu 2 2, <Cmenit, teratur kuat angkat 2 &2 <Cmenit 2 46 oE

" Bronkiolitis *kut

"

0erapi lanjut

3C> 2 an ("C"!, ict ("C"!, )p (JCJ! isokor, sianosis sentral ("!, napas cuping hidung ("!, pembesaran 38B ("!. 0h< 2 Eor N ( (2 tunggal reg, @ ("!, 8 ("!. Pulmo N retraksi ("!, %es (JCJ!, rh ("C"!, wh (JCJ!. *bd 2 distensi ("!, B5 (J! normal, meteorismus ("!, turgor kulit /. +<t 2 akral hangat (JCJ!, edema ("C"!, pucat ("C"!, E)0 F 2 detik.

2,C,4C2, & ,-.,,

(esak ("! 3ejang ("!, demam ("!, muntah ("!, batuk (J!, mencret ("!, B*3 (J! lancar, pasien menyusu kuat.

35 2 baik 3esadaran 2 compos mentis /adi )) (uhu 2 , <Cmenit, teratur kuat angkat 2 &, <Cmenit 2 46,2 oE

" Bronkiolitis *kut

"

BP>

3C> 2 an ("C"!, ict ("C"!, )p (JCJ! isokor, sianosis sentral ("!, napas cuping hidung ("!, pembesaran 38B ("!. 0h< 2 Eor N ( (2 tunggal reg, @ ("!, 8 ("!. Pulmo N retraksi ("!, %es (JCJ!, rh ("C"!, wh ("C"!. *bd 2 distensi ("!, B5 (J! normal, meteorismus ("!, turgor kulit /. +<t 2 akral hangat (JCJ!, edema ("C"!, pucat ("C"!, E)0 F 2 detik.

DA2TA+ PUSTAKA

. 2.

?renstein 7@, Bronchiolitic. In /elson A+, +ditor /elson, 0e<tbook o$ Pediatric, 'th edition, Philadelphia, 2,,6, hal 2 &B&" &B'. 1artoyo +. /aning ). Mengi Berulang Setelah Bronkiolitis Akut Akibat Infeksi Virus Sserial ?nlineT 6an 2,,' S akses 2, & @ar 2, TD S - 1alamanT. 7i akses dari2 5)> 2 http2CCwww.tempo.co.idCmedikaCarsipC, 2,,2Cpus" .htm

4. &.

1asan ), *latas 1, Bronkiolitis Akut, dalam Buku 3uliah Ilmu 3esehatan *nak, .olume ', 6akarta 2 In$o @edika :3 5I D 2,,&. hal. 244. 7e/icola >3, 8ayle @ ?, Bronchiolitis, Sserial online T (ept 2, , S akses 2, & @ar 2, TD S 2 1alaman T. 7i akses dari 2 5)>2 http2CCwww.dcmsonline.orgCja<" medicineC2, ,journalsCseptember9BCbronchiolitis.htm

'. 6.

1oward +A, Acute Viral Bronchiolitis, )espiratory Illness in Ehildren. ?<$ord 2 Blackwell (cienti$ic PublicationD 99B. p. & "&B. *nonim, Bronchiolitis , Sserial onlineT 2,,& S akses 2, & @ar 2, TD S 8ambar T. 7i akses dari 5)> www.medicastore.comCmedCdetailUpyk.phpV idMWiddtlM9&4WidktgM 9WidobatMW5I7M2,,6,926 ',-&,222. 2&.htm

-.

@ayo :oundation sta$$ , Bronchiolitis, Sserial onlineT ?kt 2,,6 Sakses 2, & @ar 2, TD S ' 1alamanT. 7i akses dari 2 5)> 2 http2CCwww.mayoclinic.comChealthCbronchiolitisC7(,,&B C7(+E0I?/M9.htm

B.

Pianosi P, Diagnosis and Management of Bronchiolitis, Sserial onlineT ?kt 2, , Sakses 2, & @ar 2,TD S66 halamanT. 7i akses dari 5)> 2 httpCC2www.aap.org.usC7iagnosisUandU@anagementUo$UBronchiolitisU"" UsubcommitteeUonU7iagnosisUandU@anagementUo$UBronchiolitisU --& UPediatrics.htm BU(&!U

9.

@cIntosh 3, Respiratory Syncytial Virus. In 2 .aughan .E, et al (eds!. /elson 0e<tbook. o$ Pediatrics. 4 th ed. 0oronto 2 AB (aunders EompanyD 9B-.p . 2" &. Sakses 2, & @ar 2,TD SB

,.

>ouden @, Bronchiolitis, Sserial onlineT :eb 2,

halamanT. 7i akses di 5)> 2 httpCC2www.emedicine.comCbronchiolitis.htm

42

You might also like