You are on page 1of 11

14

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitiann dilaksanakan di Desa Pasawahan Kecamatan Tarogung Kaler Kabupaten Garut dengan ketinggian tempat 738 m di atas permukaan laut, dengan jenis tanah Inceptisol (Data Analisis Tanah sebelum percobaan terdapat pada

Lampiran 1). Tipe curah hujan berdasarkan kriteria Schmidt dan Ferguson (1951) adalah tipe curah hujan C dengan rata-rata temperatur harian 28C (Data Curah Hujan selama 10 tahun terdapat pada Lampiran 2). Percobaan dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2014.

3.2 Bahan dan Alat Percobaan Bahan yang digunakan, yaitu benih Kacang Tanah Gajah, Domba dan Bison (Deskripsi masing-masing kultivar terdapat pada Lampiran 3, 4, dan 5), pupuk kandang kelinci dan pupuk (Urea, KCl, SP 36). Alat yang digunakan adalah cangkul, kored, pisau, tali rapia, hand sprayer, tugal, ember plastik, alat ukur, timbangan, meteran, dan alat tulis.

3.3 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah meetode eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 3x4 dengan 3 kali ulangan.

15

Faktor perlakuan pertama adalah kultivar kacang tanah (Arachis hypogaea, L.) (K) dengan tiga taraf yaitu :

k1 k2 k3

: Kultivar Gajah : Kultivar Domba : Kultivar Bison

Faktor perlakuan kedua adalah dosis pupuk kandang kelinci (P) dengan empat taraf yaitu: p0 p1 p2 p3 : 0 ton/ha, setara 0 kg/plot : 5 ton/ha, setara 1,5 kg/plot : 10 ton/ha, setara 3 kg/plot : 15 ton/ha, setara 4,5 kg/plot Kombinasi taraf perlakuan jenis kultivar dan dosis pupuk kandang kelinci dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Daftar Kombinasi Perlakuan Jenis Kultivar (K) dan Dosis Pupuk Kandang Kelinci (P) Dosis Pupuk Kandang Kelinci (P) Kultivar (K) p0 k1 k2 k3 k1p0 k2p0 k3p0 p1 k1p1 k2p1 k3p1 p2 k1p2 k2p2 k3p2 p3 k1p3 k2p3 k3p3

Berdasarkan Tabel 1. dapat diketahui bahwa terdapat 12 kombinasi taraf

16

perlakuan. Perlakuan diulang tiga kali, sehingga jumlah plot perlakuan adalah 36 plot. yang berukuran lebar 1,20 m dan panjang 2,00 m, jarak antar plot 30 cm dan jarak antar ulangan 50 cm. ( Tata Letak Percobaan terdapat pada Lampiran 6).

3.4 1.

Analisis Data Pengamatan Model Linier Analisis data dari hasil penelitian dilakukan berdasarkan model linier

Rancangan Acak Kelompok (RAK) Pola Faktorial menurut Toto Warsa dan Cucu SA. (1982), yaitu dengan rumus: Xij = u + ri + Kj + Pk + (KP) jk + eijk Keterangan : Xijk ri Kj Pk = Nilai duga hasil pengamatan = Rata-rata umum = pengaruh ulangan ke-i = Pengaruh jumlah bunga ke-j = Pengaruh jarak tanam ke-k

(KP)jk = Pengaruh faktor K taraf ke-j dengan faktor P taraf ke-k eijk taraf ke-j, faktor P taraf ke-k pada ulangan ke-i 2. Analisis Ragam = Pengaruh faktor random/galat yang berhubungan dengan faktor K

17

Berdasarkan model linier yang digunakan, maka dapat disusun daftar analisis ragam dapat dilihat pada Tabel 2. Kemudian untuk mengetahui tingkat perbedaan masing-masing perlakuan, maka digunakan uji F dengan kaidah pengambilan keputusan. Fhitung F05, F0,05 < F0,1 F hit > F0,01, = tidak berbeda nyata = berbeda nyata = berbeda sangat nyata

Tabel 2. Daftar Analisis Ragam Sumber Ragam Ulangan Perlakuan K P KxP Galat Total DB 2 (11) 2 3 6 22 35 JK Xi2/t-FK Xi2/r-FK Xk /r.b-FK Xj2/r.j-FK JKper-Jkp-Jkk Jktot- Jkper-JKul Xijk2-FK
2

KT JK u/DB u JKper/DBper JKJ/DBJ JK T/DBT JKBJ/DTJBJ JKG/DBG

Fh KT U/KTG KTP/KTG KTTJKTG KTT/KTG KTBJ/KTG

F0,5 3,44 2,26 3,44 3,05 2,55

F0,1 5,72 3,18 5,72 4,82 3,76

Sumber : Toto Warsa dan Cucu S.A (1982). Hasil analisis ragam selanjutnya diuji F untuk mengetahui tingkat perbedaan masing-masing perlakuan, jika ternyata F hitung lebih besar dari F tabel, maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan dengan rumus sebagai berikut : LSR(,dbg,p) = SSR(,dbg,p) x Sx Keterangan: LSR = Least Significant Ranges

18

SSR dbg p

= Studentized Significant Ranges = Derajat Bebas Galat = Taraf nyata = Jarak antar perlakuan = Simpangan baku rata-rata perlakuan

Sx

Nilai Sx di hitung berdasarkan rumus sebagai berikut: 1. Untuk menguji bila terjadi interaksi antara Faktor perlakuan, maka untuk membedakan antara K dan P atau sebaliknya digunakan rumus sebagai berikut:

Sx
2.

KTGalat ( p ) r

Untuk menguji bila tidak terjadi interaksi antara K dan P yaitu: a. Membedakan faktor perlakuan K pada taraf faktor p seperti: p1, p2, dan p3 digunakan rumus sebagai berikut :

Sx

KTGalat (k ) r. p

b. Membedakan faktor perlakuan P pada taraf faktor k seperti: k1, k2, dan k3 digunakan rumus sebagai berikut :

Sx

KTGalat ( p ) r.k

19

3.5 Pelaksanaan Percobaan 3.5.1 Persiapan Benih Benih kacang tanah yang disimpan dalam bentuk polong kering tanpa dikupas, hal itu dikarenakan kacang tanah tidak mempunyai masa dormansi sehingga mudah tumbuh jika terlambat dipanen ataupun terkena air. Benih yang ditanam harus dipilih atau disortir yang memiliki kualitas yang baik, yaitu varietas yang unggul, benih tanaman baru, daya tumbuh tinggi lebih dari 90%, kulit benih mengkilat, tidak keriput dan cacat, tidak terbelah, bebas hama dan penyakit, dan kadar air dalam benih berkisar 9 sampai 12%. Jumlah benih yang dibutuhkan dalam penanaman dapat dihitung dengan cara mengetahui terlebih dahulu daya kecambah atau daya tumbuh dari benih tersebut, sehingga jika daya tumbuh sudah diketahui, kita sudah dapat memperkirakan dan menghitung jumlah benih yang diperlukan untuk ditanam. 3.5.2 Persiapan lahan Pertumbuhan kacang tanah yang optimal, kondisi tanah yang dibutuhkan adalah tanah yang gembur dan tidak terlalu padat, sehingga aerase dan draenase didalam tanah lebih optimal, selain itu supaya tanaman kacang tanah lebih mudah dalam pembentukan akar. Tanah yang gembur juga memudahkan sulur sulur calon kacang tanah menembus tanah yang berfungsi membentuk polong. Penggemburan tanah perlu dilakukan dengan pembajakan atau pengolahan tanah, setelah itu tanah diberi pupuk kandang sesuai denga dosis yang telah di tentukan untuk menambah unsur hara dalam tanah. Membuat plot percobaan

20

sebanyak 36 plot yang berukuran lebar 1,20 m dan panjang 2 m, jarak antar plot 30 cm dan jarak antar ulangan 50 cm kedalaman parit 30 cm. 3.5.3 Penanaman Benih dari 3 varietas lalu direndam terlebih dahulu dengan air hangat kuku, selama 10 menit, membuat lubang tanam dengan tugal, ke dalaman 3 cm. Selanjutnya lubang diberi benih yaitu satu-dua benih per lubang kemudian ditutup dengan sedikit tanah yang gembur. Jarak tanam yang digunakan 25 cm X 25 cm. 3.5.4 Pemeliharaan Tanaman

a. Penyulaman Penyulaman dilakukan dengan maksud untuk mengganti bibit yang mati, atau tanaman yang tumbuh tidak normal.waktu penyulaman lebih cepat lebih baik yaitu sekitar 3 sampai 7 HST. b. Penyiangan dan pembumbunan Penyiangan gulma pertama dilakukan sebelum tanaman berbunga dan penyiangan kedua setelah ginofor masuk ke dalam tanah. Penyiangan tidak boleh dilakukan saat pembentukan polong karena dapat menyebabkan kegagalan pembentukan polong. Tanaman kacang tanah relatif lambat baru terjadi penutupan permukaan tanah, penutupan tajuk baru terjadi setelah tanaman berumur sekitar 45 HST Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan yang bertujuan untuk menutup bagian perakaran sehingga memudahkan serta mempercepat ginofora mencapai tanah.

21

c. Penyiraman Penyiraman dilalukan agar tanah tetap lembab namun jika pada musim hujan penyiraman tidak perlu di lakukan karena kebutuhan air sudah dipenuhi oleh air hujan. Pentiraman diperlukan jika tanam dilakukan pada musim kemarau. Periode kritis tanaman terhadap air adalah periode awal sampai 15 hari, umur 25 hari (awal berbunga), umur 50 hari (pembentukan dan pengisian polong) dan umur 75 hari (pemasakan).

d. Pemupukan Pupuk merupakan suatu bahan yang diberikan pada tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendorong pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi atau memperbaiki kualitasnya sebagai akibat perbaikan nutrisi tanaman (Leiwakabessy dan Sutandi, (2004). Pupuk dapat digolongkan kedalam senyawa organik maupun anorganik yang dapat terdiri atas satu atau lebih unsur hara. Pemupukan dilakukan untuk memberikan tambahan unsurr hara yang dibutuhkan tanaman. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (2010) memberikan rekomendasi pemupukan untuk tanaman kacang tanah yaitu Urea 60 kg/ha, TSP 200 kg/ha, dan KCl 300 kg/ha sebagai starter. Pupuk SP 36 diberikan bersamaan pada saat tanam, pupuk KCl diberikan dua kali 100 kg/ha pada umur 20 HST dan 200 kg/ha pada umur 50 HST Dosis pemupukan ini tidak selalu sama di setiap tempat, tergantung kondisi lahan yang ditanam kacang tanah.

22

Menurut Purwono dan Purnamawati (2007), untuk kacang tanah, hara kalsium yang cukup diperlukan untuk pembentukan polong dan pengisian biji. Pemberian kalsium bisa berupa kaptan atau dolomit sebanyak 300 sampai 400 kg/ha. e. Hama dan Penyakit pada Kacang Tanah Pengendalian hama dan penyakit kacang tanah tergantung dari hama yang menyerang di lapangan. Kalo ada hama dan perlu di lakukan pengendalian kita kendalikan dengan menggunakan pestisida. f. Panen Kacang tanah dipanen jika 70% polong telah mengeras, berwarna agak gelap, kolit polong terlihat berurat, dan pada bagian dalam polong berwarna agak gelap. Waktu panen perlu diperhatikan. Jika terlalu cepat, akan terlalu banyak polong yang belum cukup terisi (polong cipo). Sebaliknya, panen yang terlalu lambat akan banyak polong terlepas dari tanaman karena tangkai ginofora hanya berumur 10 sampai 12 minggu. Selain itu, lahan tidak boleh terlalu basah karena memungkinkan kacang tanah untuk berkecambah.

3.6 Parameter Pengamatan 3.6.1 Pengamatan Utama

1. Tinggi Tanaman Tinggi tanaman adalah rata-rata tinggi tanaman dari lima sampel yang diukur dari permukaan tanah sampai titik tumbuh. Pengukuran dilakukan pada saat tanaman berumur 15, 30, dan 45 HST. 2. Jumlah Cabang

23

Pengukuran jumlah cabang yaitu diamati pada lima tanaman sampel pada umur 45 HST. 3. Bobot Kering Tanaman Bobot kering tanaman adalah bobot kering tanaman dari satu tanaman yang dikorbankan konstan. 4. Luas Daun (cm2) Luas daun adalah luas daun dari satu tanaman yang dikorbankan setiap plot percobaan, pengamatan dilakukan pada umur 45 HST dengan satuan (cm2). 5. Jumlah Polong Berisi per Tanaman Jumlah polong berisi per tanaman adalah jumlah polong berisi lima sampel pada setiap plot percobaan. Pengamatan dilakukan setelah panen. 6. Bobot Polong Basah per Tanaman Bobot polong basah per tanaman adalah bobot polong basah lima sampel tanaman setiap plot percobaan, pengamatan dilakukan setelah panen. 7. Bobot Polong Kering per Tanaman Bobot polong kering per tanaman adalah bobot polong kering lima sampel tanaman setiap plot percobaan, pengamatan dilakukan setelah panen dan polong sudah dikeringkan. 8. Hasil Polong Basah per Plot (g) Polong yang basah ditimbang dari setiap plot percobaan, pengamatan dilakukan pada saat tanaman sudah dipanen. 9. Hasil Polong Kering per Plot (g) setelah dioven pada suhu 65 sampai 70oC sampai kering

24

Penimbangan dilakukan setelah biji kering yaitu kadar air berkisar 14%, di ambil dari setiap plot percobaan. Diamati pada saat tanaman sudah di panen. 10. Bobot 100 Biji Penimbangan dilakukan setelah biji kering dengan kadar air 14%, pengeringan memerlukan waktu 3 sampai 4 hari penjemuran. pengamatan dilakukan setelah bobot biji kering dan di ambil 100 biji secara acak pada setiap plot. 3.6.1 Pengamatan Penunjang Pengamatan penunjang yaitu pengamatan yang datanya tidak dianalisis secara statistik yang meliputi suhu udara, curah hujan, analisis tanah sebelum percobaan dan serangan hama penyakit dan gulma.

You might also like