You are on page 1of 32

BAB I IMUNISASI

1.1 Definisi Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit. ilihat dari cara timbulnya maka terdapat dua jenis kekebalan, yaitu kekebaln pasif dan kekebalan aktif. !ekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat oleh tubuh itu sendiri. "ontohnya adalah kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu atau kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan immunoglobulin. !ekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan dimetabolisme oleh tubuh. #aktu paruh Ig$ %& hari, sedangkan 'aktu paruh immunoglobulin lainnya lebih pendek. !ekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi, atau terpajan secara alamiah. !ekebalan aktif berlangsung lebih lama daripada kekebalan pasif karena adanya memori imunologik.

$ambar (. )adual Imunisasi

$ambar %. !eterangan )ad'al Imunisasi 1.2 Tujuan imunisasi *ujuan imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat +populasi, atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia. 1.3 Respons imun terhadap vaksin Antibodi protektif yang paling penting adalah %ntramus yang mengaktifkan produkproduk protein bakteri toksik larut +yaitu antitoksin, mempermudah fagositosis dan digesti intraseluler bakteri +yaitu opsonin,, berinteraksi dengan komponenkomponen komplemen serum untuk merusakkan %ntramus bakteri dengan akibat bekteriolisis+yaitu lisin,. Mencegah profilerasi .irus yang infeksius+%ntramus neutralisasi,, atau berinteraksi dengan komponen-komponen permukaan bakteri untuk mencegah adhesi terhadap permukaan mukosa +yaitu anti-adhesin,. Banyak dari %ntram-unsur structural mikroorganisme dan eksotoksin adalah %ntramusc. !ebanyakan antigen memerlukan interaksi sel B +tidak tergantung %ntram, dan sel * +tergantung %ntram, untuk menghasilkan respon imun +%ntram campak, tetapi

beberapa memulai proliferasi sel B dan produksi /ntramus tanpa pertolongan sel * +/ntram, polisakarida pneumokokus tipe III,. 0angkah pertama dalam induksi respons /ntramus tergantung /ntram adalah akti.asi sel * penolong dengan penyajian antigen pada fagosit /ntramuscul atau sel dendritik, suatu langkah yang dapat dipermudah dengan penggunaan /ntramus. 1enyajian antigen memicu sekresi kaskade mediator, yang disebut sitokin, yang dibuat atau bekerja pada elemen /ntram imun untuk meransang maturasi sel * penolong yang tidak dibuat-buat dan untuk menkomunikasikan antar leukosit, dengan menggunakan interleukin untuk mengatur respons imun. Antibodi yang dibentuk terhadap /ntram-unsur pokok .aksin dapat merupakan salah satu kelas immunoglobulin. 2ungsi /ntramus sendirian atau bersama dengan komponen-komponen /ntram imun yang lain +/ntram, komplemen, opsonin, dengan berperan serta secara lansung dalam neutralisasi toksin +/ntram, difteria,, dengan opsonisasi .irus+polio.irus,, dengan memulai atau bergabung dengan komplemen dan menaikan fagositosis+pneumokokkus,3 dengan bereaksi dengan limosit nonsensitisasi meransang fagositosis atau dengan mensensitisasi makrofag meransang fagositosis. 4espons primer terhadap antigen .aksin memerlukan periode laten beberapa hari sebelum imunitas humoral dan seluler dapat terdeteksi. Antibodi yang bersirkulasi tidak muncul selama 5-(6 hari. !elas /ntramuscular/ berubah seiring 'aktu. Antibodi yang pertama muncul biasanya adalah IgM, /ntramus yang muncul kemudian biasanya Ig$. Bila antigen adalah tergantung /ntram /ntramus Ig$ dan IgM pada mulanya disekresikan sel B. Antibodi IgM memfiksasi komplemen, menimbulkan lisis dan kemungkinan fagositosis. *iter IgM turun ketika titer Ig$ naik selama minggu ke %. sesudah ransangan imunogenik. 1erubahan dari sintesis IgM ke sintesis yang didominasi Ig$ dalam sel B memerlukan kerjasama sel *. Antibodi Ig$ dihasilkan pada kadar yang tinggi dan bergungsi pada neutralisasi, presipitasi, dan fiksasi komplemen. *iter Ig$ mencapai puncak dalam %-7 minggu. 4espon humoral atau seluler yang dipertinggi diperoleh dengan pemajanan kedua terhadap antigen yang sama. 4espons sekunder terjadi dengan cepat, biasanya 8-9 hari. 4espons sekunder tergantung pada memori imunologis yang diperantarai oleh sel B dan sel * dan ditandai oleh proliferasi yang mencolok sel penghasil /ntramus atau sel * efektor. :aksin polisakharida

membangkitkan respons imun yang tidak tergantung sel * dan tidak ditemukan pada pemberian ulangan. Ikatan polisakharida dengan protein, mengubahnya menjadi antigen tergantung sel * yang menginduksi memori imunologis dan respons sekunder terhadap re.aksinasi. 4espons terhadap .aksin biasanya diukur dengan menggunakan kadar 8ntramus spesifik dalam serum. Adanya 8ntramus yang bersirkulasi berkorealsi dengan proteksi klinis pada beberapa .aksin .irus. *iter 8ntramus berperan sebagai 8ntramusc imunitas yang dapat dipercaya, tetapi sero-kon.ersi hanya mengukur satu parameter respons hospes. #alaupun 8ntramus akibat .aksin menurun le'at 'aktu, re.aksinasi atau pemajanan pada organisme menimbulakan respons sekunder yang terdiri atas 8ntramus Ig$ dengan sedikit IgM atau IgM tidak dapat dideteksi. 4espons anamnesis memberi kesan bah'a imunitas menetap. *idak adanya 8ntramus yang dapat diukur mungkin tidak berarti bah'a indi.idu tidak terproteksi. Sebaliknya ada 8ntramus saja tidak cukup untuk memaastikan proteksi klinis sesudah pemberian beberapa .aksin atau toksoid. 1roduksi 8ntramus bebas, ransangan 8ntram imun oleh .aksinasi dapat mendatangkan respons yang tidak diharapkan, terutama reaksi hipersensitif. :aksin campak mati menginduksi imunitas humoral tidak sempurna dan hipersensiti.itas seluler, mengakibatkan perkembangan sindroma campak atipik pada beberapa anak sesudah tantangan sebelumnya. 1.4 Prosedur imunisasi 1rosedur imunisasi dimulai dari menyiapkan dan memba'a .aksin, mempersiapkan anak dan orangtua, tekhnik penyuntikkan yang aman, pencatatan, pembuangan limbah, sampai pada tekhnik penyimpanan dan penggunaan sisa .aksin dengan benar. 1enjelasan kepada orang tua serta pengasuhnya sebelum dan setelah imunisasi perlu dipelajari pula. 1engetahuan tentang kualitas .aksin yang masih boleh diberikan pada bayi; anak perlu mendapat perhatian. Ukuran jarum, lokasi suntikan, cara mengurangi ketakutan dan rasa nyeri pada anak juga perlu diketahui. Imunisasi perlu dicatat dengan lengkap, termasuk keluhan kejadian ikutan pasca imunisasi. 1.5 Penyimpanan

:aksin yang disimpan dan diangkut secara tidak benar akan kehilangan potensinya. Aturan umum untuk sebagian besar .aksin, bah'a .aksin harus didinginkan pada temperature %-&6 " dan tidak membeku. Secara umum ada % jenis .aksin yaitu .aksin hidup +polio oral, B"$, campak, MM4, .arisella dan demam kuning, dan .aksi mati atau inaktif + 1*,<ib, pneimokokus, *yphoid, influen=a, polio inaktif, meningokokus,. Secara umum semua .aksin sebaiknya disimpan pada suhu >% s;d >&6" .aksin hidup akan cepat mati, .aksin polio hanya bertahan % hari, .aksin B"$ dan campak yang belum dilarutkan mati dalam 5 hari. :aksin hidup potensinya masih tetap baik pada suhu kurang dari %6 " s;d beku. :aksin polio oral yang belum dibuka lebih bertahan lama +%tahun, bila disimpan pada suhu -%96 " s;d -(96 ", namun hanya bertahan 7 bulan pada suhu >%6 " s;d >&6 ". .aksin B"$ dan campak berbeda, 'alaupun disimpan pada suhu -%96 " s;d -(96 ", umur .aksin tidak lebih lama dari suhu >%6 " s;d >&6 ", yaitu B"$ tetap ( tahun dan campak tetap % tahun. ?leh karena itu .aksin B"$ dan campak yang belum dilarutkan tidak perlu disimpan di -%96 " s;d -(96 " atau di dalam free=er. :aksin inaktif +mati, sebaiknya disimpan dalam suhu >%6 " s;d >&6 " juga, pada suhu diba'ah >%6 " +beku, .aksin mati akan cepat rusak. Bila beku dalam suhu -6,96 " .aksin hepatitis B dan 1*-<epatitis B +kombo, akan rusak dalam @ jam, 1*ibekukan dalam suhu -96 " s;d -(66 " .aksin tetapi dalam suhu diatas &6 " .aksin <epatitis B bias bertahan sampai /6 hari, <epatitis B kombinasi sampai (8 hari. 1*, dalam suhu diatas &6 ". 1.6 Tekhnik dan ukuran jarum 1ada tiap suntikan harus digunakan tabung suntikan dan jarum baru, sekali pakai dan steril. Sebaiknya tidak digunakan botol .aksin yang multidosis, karena resiko infeksi. Apabila memakai botol multidosis maka jarum suntik yang telah digunakan menyuntik tidak boleh dipakai lagi mengambil .aksin. Standar jarum suntik ialah ukuran %/ dengan panjang %9 mm, tetapi ada perkecualian lain dalam beberapa hal seperti berikut A

* dan ** akan rusak dalam (,9 s;d % jam, tetapi bias bertahan sampai (8 hari

pada bayi-bayi kurang bulan, umur dua bulan atau yang lebih muda dan bayibayi kecil lainnya, dapat pula dipakai jarum ukuran %7 dengan panjang (7 mm.

untuk suntikan subkutan pada lengan atas, dipakai jarum ukuran %9 dengan panjang (7mm, untuk bayi-bayi kecil dipakai jarum ukuran %5 dengan panjang (% mm.

untuk suntikan intramuscular pada oaring de'asa yang sangat gemuk +obese, diapakai jarum ukuran %/ dengan panjang /& mm. untuk suntikan untradermal pada .aksinasi B"$ dipakai jarum ukuran %9-%5 dengan panjang (6 mm.

1.7 rah sudut jarum pada suntikan !ntramus"u#ar )arum suntik harus disuntikkan dengan sudut 896 sampai 766 ke dalam otot .astus lateralis atau otot deltoid. Untuk otot .astus lateralis, jarum harus diarahkan kea rah lutut dan untuk deltoid jarum harus diarahkan ke pundak. !erusakan saraf dam pembuluh .ascular dapat terjadi apabila suntikan diarahkan pada sudut B66. 1.$ Tempat suntikan yan% dianjurkan 1aha anterolateral adalah bagian tubuh yang dianjurkan untuk .aksinasi pada bayi-bayi dan anak-anak umur diba'ah (% bulan. 4egion deltoid adalah alternati.e untuk .aksinasi pada anak-anak yang lebih besar +mereka yang dapat berjalan, dan orang de'asa. Sejak akhir (B&6, #<? telah memberi rekomendasi bah'a daerah anterolateral paha adalah bagian yang dianjurkan untuk .aksinasi bayi-bayidan tidak pada pantat +daerah gluteus, untuk menghindari resiko kerusakan saraf iskhiadika +ner.us ischiadicus,. 4esiko kerusakan saraf ischiadika akibat suntikan di daerah gluteus lebih banyak dijumpai pada bayi karena .ariasi posisi saraf tersebut, masa otot lebih tebal, sehingga pada .aksinasi dengan suntikan intramuscular di daerah gluteal dengan tidak disengaja menghasilkan suntikan subkutan dengan reaksi local yang lebih berat.

:aksinasi hepatitis B dan rabies bila disuntikkan di daerah gluteal kurang imunogenik3 hal ini berlaku untuk semua umur. Sedangkan untuk .aksin B"$, harus disuntik pada kulit diatas insersi otot deltoid +lengan atas,, sebab suntikan-suntikan diatas puncak pundak memeberi resiko terjadinya keloid. 1.& Posisi anak dan #okasi suntikan Alasan memilih otot .astus lateralis pada bayi dan anak umur di ba'ahh (% bulan adalahA Menghindari resiko kerusakan saraf ischiadika pada suntikan daerah gluteal. aerah deltoid pada bayi dianggap tidak cukup tebal untuk menyerap suntikan secara adekuat. Sifat imunogenesitas .aksin hepatitis B dan rabies berkurang bila disuntikkan di daerah gluteal. Menghindari resiko reaksi local dan terbentuk pembengkakan ditempat suntikan yang menahun. Menghindari lapisan lemak subkutan yang tebal pada paha bagian anterior.

:astus lateralis, posisi anak dan lokasi suntikan :astus lateralis adalah otot bayi yang tebal dan besar, yang mengisi bagian anterolateral paha. :aksin harus disuntikkan ke dalam batas antara sepertiga otot bagian atas dan tengah yang merupakan bagian yang paling tebal dan padat. )arum harus membuat sudut 896-766 terhadap permukaan kulit, dengan jarum kearah lutut, maka jarum tersebut harus menembus kulit selebar ujung jari diatas +kearah proksiimal, batas hubungan bagian atas dan sepertiga tengah otot.

$ambar /. iagram 0okasi Suntikan Cang ianjurkan pada otot paha.

$ambar 8. 1otongan 0intang 1aha A Menunjukkan Bagian Cang isuntik 0okasi suntikan pada .astus lateralis 0etakkan bayi di atas tempat tidur atau meja, bayi ditidurkan terlentang. *ungkai ba'ah sedikit di tekuk dengan fleksi pada lutut. "ari trochanter mayor femur dan condylus lateralis dengan cara palpasi, tarik garis yang menghubungkan kedua tempat tersebut. *empat suntikan .aksin ialah batas sepertiga bagian atas dan tengah pada garis tersebut +bila tungkai ba'ah sedikit menekuk, maka lekukan yang dibuat oleh tractus iliotibialis menyebabkan garis bagian distal lebih jelas,

&

Supaya .aksin yang disuntikkan masuk ke dalam otot pada batas antara sepertiga bagian atas dan tengah, jarumditusukkan satu jari diatas batas tersebut.

eltoid, posisi anak dan lokasi suntikan 1osisi seorang anak yang paling nyaman untuk suntikkan di daerah deltoid ialah duduk diatas pangkuan ibu atau pengasuhnya. 0engan yang akan disuntik dipegang menempel pada tubuh bayi,sementara lengan lainnya diletakkan di belaknag tubuh orang tua atau pengasuh. 0okasi deltoid yang benar adalah penting supaya .aksinasi berlangsung aman dan berhasil. 1osisi yang salah akan menghasilkan suntikan subkutan yang tidak benar dan meningkatkan resiko penetrasi saraf. Untuk mendapatkan lokasi deltoid yang baik, membuka lengan atas dari pundak ke siku. 0okasi yang paling baik adalah pada tengah otot, yaitu separuh antara akromion dan insersi pada tengah humerus. )arum suntik ditusukkan membuat sudut 896-766 mengarah pada akromion. Bila bagian ba'ah deltoid yang disuntik, ada resiko trauma saraf radialis karena saraf tersebut melingkar dan muncul dari otot trisep. 1erhatian untuk suntikan subkutan Arah jarum 896 terhadap kulit. "ubit tebal untuk suntikan subkutan Aspirasi semprit sebelum .aksin disuntikkan. Untuk suntikan multipel diberikan pada bagian ekstrimitas berbeda.

$ambar 9. 0okasi 1enyuntikan Subkutan 1ada Bayi +a, dan Anak Besar +b, 1erhatian untuk penyuntikan intramuscular 1akai jarum yang cukup panjang untuk mencapai otot. Suntik dengan arah jarum 896 D 766 , lakukan dengan cepat. *ekan kulit sekitar tempat suntikan dengan ibu jari dan telunjuk saat jaruum ditusukkan. Aspirasi semprit sebelum .aksin disuntikkan, untuk meyakinkan tidak masuk dalam .ena. Apabila terdapat darah buang dan ulangi dengan suntikan baru. Untuk suntikan multipel diberikan pada bagian ekstremitas berbeda.

$ambar 7. 0okasi 1enyuntikan intramuscular 1ada Bayi +a, dan Anak Besar +b,

(6

1.1' Pem(erian dua atau #e(ih vaksin pada hari yan% sama 1emberian .aksin-.aksin yang berbeda pada umur yang sesuai, boelh diberikan pada hari yang sama. :aksin inacti.ated dan .aksin .irus hidup, khususnya .aksin yang dianjurkan dalam jad'al imunisasi, pada umumnya dapat diberikan pada lokasi yang berbeda saat hari kunjungan yang sama. Misalnya pada kesempatan yang sama dapat diberikan .aksin-.aksin 1*, <ib, hepatitis B, dan polio. 0ebih dari satu macam .aksin .irus hidup dapat diberikan pada hari yang sama, tetapi apabila hanya satu macam yang diberikan, .aksin .irus hidup yang kedua tidak boleh diberikan kurang dari % minggu dari .aksin yang pertama, sebab respons terhadap .aksin yang kedua mungkin telah banyak berkurang. :aksin-.aksin yang berbeda tidak boleh dicampur dalam satu semprit. :aksin-.aksin yang berbeda yangdiberikan pada seseorang pada hari yang sama harus disuntikkan pada lokasi yang berbeda dengan menggunakan semprit yang berbeda.

((

) ) !! !*+,!- -! . /!) 0PP!1


Imunisasi yang di'ajibkan meliputi B"$, polio, hepatitis B, campak. 2.1. )23 Bacille "almete-$uerin adalah .aksin hidup yang dibuat dari Mycobacterium Bo.is yang dibiak berulang selama (-/ tahun sehingga didapatkan basil yang tidak .irulen teatapi masih mempunyai imunogenitas. :aksinasi B"$ menimbulkan sensiti.itas terhadap tuberculin. Imunisasi B"$ diberikan pada umur sebelum / bulan. Namun untuk mencapai cakupan yang lebih luas, epartemen !esehatan menganjutkan pemberian imunisasi B"$ pada umur antara 6-(% bulan. osis 6,69 ml untuk bayi kurang dari ( tahun dan 6,( ml untuk anak +E( tahun,. :aksin B"$ diberikan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas pada insersio M. eltoideus sesuai anjuran #<?, tidak ditempat lain +bokong, paha, . :aksin B"$ tidak dapat mencegah infeksi tuberculosis, namun dapat mencegah komplikasinya. Apabila B"$ di.erikan pada umur lebih dari / bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberculin terlebih dahulu. :aksin B"$ diberikan apabila uji tuberculin negatif.. Ffek proteksi timbul &-(% minggu setelah penyuntikkan. Berhubungan dengan beberapa factor yaitu mutu .aksin yang dipakai, lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau factor pejamu +umur, keadaan gi=i dan lain-lain, *1 dan

(%

:aksin B"$ tidak boleh terkena sinar matahari, harus disimpan pada suhu %&6", tidak boleh beku. :aksin yang telah dienccerkan harus dipergunakan dalam 'aktu & jam. 2.1.1 4ejadian ikutan pas"a imunisasi vaksinasi )23 1enyuntikan B"$ intradermal akan menimbulkan ulkus local yang superficial / minggu setelah penyuntikkan. Ulkus tertutup krusta, akan sembuh dalam %-/ bulan, dan meninggalkan parut bulat dengan diameter 8-& mm, apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus yang timbul lebih besar, namun apabila penyuntikkan terlalu dalam maka parut yang terjadi tertarik ke dalam. (. 0imfadenitis 0imfadenitis supuratif di aksila atau di leher kadang-kadang dijumpai setelah penyuntikan B"$. 0imfadenitis akan sembuh sendiri, jadi tidak perlu diobati. Apabila limfadenitis melekat pada kulit atau timbul fistula maka dapat dibersihkan +drainage, dan diberikan obat anti tuberculosis oral. 1emberian obat anti tuberculosis sistemik tidak efektif. %. B"$-itis diseminasi )arang terjadi, seringkali berhubungan dengan imunodefisiensi berat. !omplikasi lainnya adalah eritema nodosum, iritis, lupus .ulgaris dan osteomielitis. !omplikasi ini harus diobati dengan kombinasi obat anti tuberculosis. 2.1.2 4ontra indikasi )23 4eaksi uji tuberculin E9 mm. Menderita infeksi <I: atau dengan resiko tinggi infeksi <I:, imunokompromais akibat penggunaan kortikosteroid, obat imunosupresif, mendapat pengobatan radiasi, penyakit keganasan yang mengenai sumsum tulang atau system limfe. Menderita gi=i buruk. Menderita demam tinggi. Menderita infeksi kulit yang luas.

(/

1ernah sakit tuberculosis. !ehamilan.

2.1.3 Rekomendasi B"$ diberikan pada bayi G %bulan. 1ada bayi yang kontak erat dengan penderita *B denagn B*A >/ sebaiknya diberikan IN< profilaksis dulu, apabila pasien kontak sudah tenang bayi dapat diberi B"$. 2.2. 5epatitis ) :aksin hepatitis B +hep B, harus segera diberikan setelah lahir, mengingat .aksinasi hepB merupakan upaya pencegahan yang sangat efektif untuk memutuskan rantai penularan melalui transmisi maternal dari ibu kepada bayinya. :aksin diberikan secara intramuscular dalam. 1ada neonatus dan bayi diberikan di anterolateral paha, sedangkan pada anak besar dan de'asa, diberikan di region deltoid 2.2.1 !munisasi aktif Imunisasi hepB-( diberikan sedini mungkin +dalam 'aktu (% jam, setelah lahir. Imunisasi hepB-% diberikan setelah ( bulan +8 minggu, dari imunisasi hepB-( yaitu saat bayi berumur ( bulan. Untuk mendapat respon imun optimal, inter.al imunisasi hepB-% dengan hepB-/ minimal % bulan, terbaik 9 bulan. Maka imunisasi hepB-/ diberikan pada umur /-7 bulan. Bila sesudah dosis pertama, imunisasi terputus, segera berikan imunisasi kedua. Sedangkan imunisasi ketiga diberikan dengan jarak terpendek % bukan dari imunisasi kedua. Bila dosis ketiga terlambat, diberikan segera setelah memungkinkan. Bayi lahir dari ibu dengan <bs-Ag yang tidak diketahui, hepB-( harus diberikan dalam 'aktu (% jam setelah lahir dan dilanjutkan pada umur ( bulan

(8

dan /-7 bulan. Apabila semula status <bs-Ag ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui ibu dengan <bs-Ag positif, maka ditambahkan hepatitis B immunoglobulin +<BIg, 6,9 ml sebelum bayi berumur 5 hari. Bayi lahir dari ibu dengan <bs-Ag positif, diberikan .aksin hepB-( dan <BIg 6,9 ml secara bersamaan dalam 'aktu (% jam setelah lahir. Anak dari ibu pengidap hepatitis B, yang telah memperoleh imunisasi dasar /H pada masa bayi, maka pada saat usia 9 tahun tidak perlu imunisasi ulang +booster,. <anya dilakukan pemeriksaan kadar anti <Bs Apabila sampai dengan usia 9 tahun anak belum pernah memperoleh imunisasi hepatitis B, maka secepatnya diberikan imunisasi <ep B dengan jad'al /H pemberian +catch up .accination,. "atch up .accination merupakan upaya imunisasi pada anak atau remaja yang belum pernah di imunisasi atau terlambat E ( bulan dari jad'al yang seharusnya. !husus pada imunisasi hepatitis B, imunisasi catch up ini diberikan dengan inter.al minimal 8 minggu antara dosis pertama dan kedua, sedangkan inter.al antara dosis kedua dan ketiga minimal & minggu atau (7 minggu sesudah dosis pertama. Ulangan imunisasi +hepB-8, dapat dipertimbangkan pada umur (6-(% tahun, apabila kadar pencegahan belum tercapai +anti <bsG (6Ig;ml,. 2.2.2 !munisasi pasif <epatitis B immune globulin +<BIg, dalam 'aktu singkat akan memeberikan proteksi meskipun hanya untuk jangka pendek +/-7 bulan,. <BIg hanya diberikan pada kondisi pasca paparan. Sebaiknya <BIg diberikan bersama .aksin :<B sehingga proteksinya berlangsung lama. 1ada needle stick injury maka diberikan <BIg 6,67 ml;kg maksimum 9 ml dalam 8& jam pertama setelah kontak. 1ada penularan dengan cara kontak seksual <BIg diberikan 6,67 ml;kg maksimum 9 ml dalam 'aktu G(8 hari sesudah kontak terakhir.

(9

2.2.3 6fek sampin% Umumnya berupa reaksi local yang ringan dan bersigat sementara. !adangkadang dapat menimbulkan demam ringan untuk (-% hari. 2.2.4 4ontra indikasi *idak ada kontra ondikasi yang absolute. 2.3. DT7P 07ho#e8"e## pertussis1 dan DTap 0a"e##u#er pertussis1 Imunisasi *1 primer diberikan / kali sejak umur % bulan + *1 tidak boleh *1-( diberikan pada umur % bulan, *1-% pada umur 8

diberikan sebelum umur 7 minggu, dengan inter.al 8-& minggu. Inter.al terbaik diberikan & minggu, jadi bulan dan tahun setelah *1-/ padaumur 7 bulan. Ulangan booster *1 selanjutnya diberikan satu *1-9 pada saat masuk

*1-/ yaitu pada umur (&-%8 bulan dan

sekolah umur 9 tahun. 1ada booster umur 9 tahun harus tetap diberikan .aksin dengan komponen pertusis +sebaiknya diberikan *a1 untuk mengurangi demam pasca imunisasi, mengingat kejadian pertusis pada de'asa muda meningkat akibat ambang proteksi telah sangat rendah sehingga dapat menjadi sumber penularan pada bayi dan anak. *-9 diberikan pada kegiatan imunisasi di sekolah dasar. Ulangan dari (6 tahun. osis *'1 atau *a1 atau * adalah 6,9 ml, intramuscular, baik untuk imunisasi dasar maupun ulangan. )ad'al untuk imunisasi rutin pada anak, dianjurkan pemberian 9 dosis pada usia %,8,7,(9-(& bulan dan usia 9 tahun atau saat masuk sekolah. osis ke 8 harus diberikan sekurang-kurangnya 7 bulan setelah dosis ke /. kombinasi toksoid difteria dan tetanus+ *, yang mengandung (6-(% 0f dapat diberikan pada anak yang memiliki kontra indikasi terhadap pemberian yang pertusis. *-7 diberikan pada (% tahun, mengingat masih dijumpai kasus difteria pada umur lebih

(7

2.3.1 4ejadian ikutan pas"a imunisasi DTP 4eaksi local kemerahan, bengkak dan nyeri pada lokasi injeksi terjadi pada separuh penerima *1. 1roporsi emam ringan dengan reaksi local sama dan diantaranya dapat mengalami hiperpireksia. Anak gelisah dan menangis terus menerus selama beberapa jam paska suntikan +inconsolable crying,. ari suatu penelitian ditemukan adanya kejang demam sesudah .aksinasi yang dihubungkan dengan demam yang terjadi. !ejadian ikutan yang paling serius adalah terjadinya ensefalopati akut atau reaksi anafilaksis dan terbukti disebabkan oleh pemberian .aksin pertusis. 2.3.2 4ontra indikasi Saat ini didapatkan dua hal yang diyakini sebagai kontra indikasi mutlak terhadap pemberian .aksin pertusis baik 'hole cell maupun acelular. Caitu A anafilaksis pada pemberian .aksin sebelumnya. Fnsefalopati sesudah pemberian .aksin pertusis sebelumnya. !eadaan lain dapat dinyatakan sebagai perhatian khusus +precaution,. Misalnya pemberian .aksin pertusis berikutnya bila pada pemberian pertama dijumpai ri'ayat hiperpireksia, keadaan hipotonik-hiporesponsif dalam 8& jam, anak menangis terus menerus selama / jam dan ri'ayat kejang dalam / hari sesudah imunisasi *1 4i'ayat kejang dalam keluarga dan kejang yang tidak berhubungan dengan pemberian .aksin sebelumnya, kejadian ikutan paska imunisasi atau alergi terhadap .aksin bukanlah suatu indikasi kontra terhadap pemberian .aksin *a1. #alaupun demikian keputusan untuk pemberian .aksin pertusis harus dipertimbangkan secara indi.idual dengan memperhitungkan keuntungan dan resiko pemberiannya. 2.3.3 9aksin pertusis a8se#u#er :aksin pertusis aseluler adalah .aksin pertusis yang berisi komponen spesifik toksin dari Bordetellapertusis yang dipilih sebagai dasar yang berguna dalam

(5

patogenesis pertusis dan perannya dalam memicu antibody yang berguna untuk pencegahan terhadap pertusis secara klinis. 2.4. P:;!: 1oliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh .irus. Agen pemba'a penyakit ini, sebuah .irus yang dinamakan polio.irus +1:,, masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. :irus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan +paralisis,.

$ambar 5. Anak dengan 1olio 1olio.irus adalah .irus 4NA kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda dan amat menular. :irus akan menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan jam. 1olio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak berusia antara / hingga 9 tahun. Masa inkubasi polio dari gejala pertama berkisar dari / hingga /9 hari. Anak-anak kecil yang terkena polio seringkali hanya mengalami gejala ringan dan menjadi kebal terhadap polio. !arenanya, penduduk di daerah yang memiliki sanitasi baik justru menjadi lebih rentan terhadap polio karena tidak menderita polio ketika masih kecil. :aksinasi pada saat balita akan sangat membantu pencegahan

(&

polio di masa depan karena polio menjadi lebih berbahaya jika diderita oleh orang de'asa. ?rang yang telah menderita polio bukan tidak mungkin akan mengalami gejala tambahan di masa depan seperti layu otot3 gejala ini disebut sindrom postpolio. )enis polioA (. 1olio non-paralisis %. 1olio paralisis spinal /. 1olio bulbar 2.4.1 !munisasi Po#io :aksin efektif pertama dikembangkan oleh /onas -a#k. Salk menolak untuk mematenkan .aksin ini karena menurutnya .aksin ini milik semua orang seperti halnya sinar matahari. Namun .aksin yang digunakan untuk inokulasi masal adalah .aksin yang dikembangkan oleh #(ert -a(in. Inokulasi pencegahan polio anak untuk pertama kalinya diselenggarakan di Pitts(ur%h, Pennsy#vania pada %/ <e(ruari 1&54. 1olio hilang di Amerika pada tahun (B5B. Belum ada pengobatan efektif untuk membasmi polio. 1enyakit yang dapat menyebabkan kelumpuhan ini, disebabkan .irus poliomyelitis yang sangat menular. 1enularannya bias le'at makanan;minuman yang tercemar .irus polio. Bisa juga le'at percikan ludah;air liur penderita polio yang masuk ke mulut orang sehat. Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis. 1olio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan;tungkai. 1olio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan. 1olio bisa menyebabkan kematian. *erdapat % macam .aksin polioA - I1: +Inacti.ated 1olio :accine, :aksin Salk,, mengandung .irus polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan. - ?1: +?ral 1olio :accine, :aksin Sabin,, mengandung .aksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.

(B

Bentuk tri.alen +*?1:, efektif mela'an semua bentuk polio, bentuk mono.alen +M?1:, efektif mela'an ( jenis polio.Imunisasi dasar polio diberikan 8 kali +polio I,II, III, dan I:, dengan inter.al tidak kurang dari 8 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan ( tahun setelah imunisasi polio I:, kemudian pada saat masuk S +9-7 tahun, dan pada saat meninggalkan S +(% tahun,. i Indonesia umumnya diberikan .aksin Sabin. :aksin ini diberikan sebanyak % tetes +6,( m0, langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula. osis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibody sampai pada tingkat yang tertinggi. !epada orang yang pernah mengalami reaksi alergi hebat +anafilaktik, setelah pemberian I1:, streptomisin, polimiksin B atau neomisin, tidak boleh diberikan I1:. Sebaiknya diberikan ?1:. !epada penderita gangguan sistem kekebalan +misalnya penderita AI S, infeksi <I:, leukemia, kanker, limfoma,, dianjurkan untuk diberikan I1:. I1: juga diberikan kepada orang yang sedang menjalani terapi penyinaran, terapi kanker, kortikosteroid atau obat imunosupresan lainnya. I1: bisa diberikan kepada anak yang menderita diare. )ika anak sedang menderita penyakit ringan atau berat, sebaiknya pelaksanaan imunisasi ditunda sampai mereka benar-benar pulih. I1: bisa menyebabkan nyeri dan kemerahan pada tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung hanya selama beberapa hari. Masa inkubasi .irus antara 7-(6 hari. Setelah demam %-9 hari, umumnya akan mengalami kelumpuhan mendadak pada salah satu anggota gerak. Namun tak semua orang yang terkena .irus polio akan mengalami kelumpuhan, tergantung keganasan .irus polio yang menyerang dan daya tahan tubuh si anak. Imunisasi polio akan memberikan kekebalan terhadap serangan .irus polio. 2.4.2 +sia Pem(erian= Saat lahir +6 bulan,, dan berikutnya di usia %, 8, 7 bulan. ilanjutkan pada usia (& bulan dan 9 tahun. !ecuali saat lahir, pemberian .aksin polio selalu dibarengi dengan .aksin *1.

%6

2.4.3 2ara Pem(erian= Bisa le'at suntikan +Inacti.ated 1oliomyelitis :accine;I1:,, atau le'at mulut +?ral 1oliomyelitis :accine;?1:,. i tanah air, yang digunakan adalah ?1:. 2.4.4 6fek -ampin%= <ampir tak ada. <anya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot. !asusnya pun sangat jarang. kelumpuhan dan kejang-kejang. 2.4.5 Tin%kat 4eke(a#an= apat mencekal hingga B6J. 2.4.6 !ndikasi 4ontra= *ak dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit akut atau demam tinggi +di atas /&6",3 muntah atau diare3 penyakit kanker atau keganasan3 <I:;AI S3 sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum3 serta anak dengan mekanisme kekebalan terganggu. 2.5. 2 *P 4 0*:R)!;;!1 1enyakit "ampak +4ubeola, "ampak B hari, measles, adalah suatu infeksi .irus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungti.itis +peradangan selaput ikat mata;konjungti.a, dan ruam kulit. 1enyakit ini disebabkan karena infeksi .irus campak golongan Paramyxovirus. apat mungkin terjadi berupa

$ambar &. Anak dengan "ampak

%(

Sebelum .aksinasi campak digunakan secara meluas, 'abah campak terjadi setiap %-/ tahun, terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak S . )ika seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit ini. *idak ada pengobatan khusus untuk campak. Anak sebaiknya menjalani tirah baring. Untuk menurunkan demam, diberikan asetaminofen atau ibuprofen. )ika terjadi infeksi bakteri, diberikan antibiotik. :aksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak. :aksin biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak )erman +.aksin MM4;mumps, measles, rubella,, disuntikkan pada otot paha atau lengan atas. )ika hanya mengandung campak, .aksin diberikan pada umur B bulan. alam bentuk MM4, dosis pertama diberikan pada usia (%-(9 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 8-7 tahun. selain itu penderita juga harus disarankan untuk istirahat minimal (6 hari dan makan makanan yang bergi=i agar kekebalan tubuh meningkat. 2.5.1 !munisasi 2ampak Sebenarnya, bayi sudah mendapat kekebalan campak dari ibunya. Namun seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh antibody tambahan le'at pemberian .aksin campak. Apalagi penyakit campak mudah menular, dan mereka yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali terserang penyakit yang disebabkan .irus Morbili ini. Untungnya, campak hanya diderita sekali seumur hidup. )adi, sekali terkena campak, setelah itu biasanya tak akan terkena lagi. Imunisasi campak efektif untuk memberi kekebalan terhadap penyakit campak sampai seumur hidup. 1enyakit campak yang disebabkan oleh .irus yang ganas ini dapat dicegah jika seseorang mendapatkan imunisasi campak, minimal dua kali yakni semasa usia 7 D 9B bulan dan masa S +7 D (% tahun,. Upaya imunisasi campak tambahan yang dilakukan bersama dengan imunisasi rutin terbukti dapat menurunkan kematian karena penyakit campak sampai 8&J.*anpa imunisasi, penyakit ini dapat menyerang setiap anak, dan mampu menyebabkan cacat dan kematian karena komplikasinya seperti radang paru +pneumonia,3 diare, radang

%%

telinga +otitis media, dan radang otak +ensefalitis, terutama pada anak dengan gi=i buruk. 1enularan campak terjadi le'at udara atau butiran halus air ludah + droplet, penderita yang terhirup melalui hidung atau mulut. 1ada masa inkubasi yang berlangsung sekitar (6-(% hari, gejalanya sulit dideteksi. Setelah itu barulah muncul gejala flu +batuk, pilek, demam,, mata kemerah-merahan dan berair, si kecil pun merasa silau saat melihat cahaya. !emudian, di sebelah dalam mulut muncul bintikbintik putih yang akan bertahan /-8 hari. Beberapa anak juga mengalami diare. Satudua hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar /&-86,9K". Seiring dengan itu, barulah keluar bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas penyakit ini. Ukurannya tidak terlalu besar, tapi juga tak terlalu kecil. A'alnya hanya muncul di beberapa bagian tubuh saja seperti kuping, leher, dada, muka, tangan dan kaki. alam 'aktu ( minggu, bercakbercak merah ini akan memenuhi seluruh tubuh. Namun bila daya tahan tubuhnya baik, bercak-bercak merah ini hanya di beberapa bagian tubuh saja dan tidak banyak. )ika bercak merah sudah keluar, umumnya demam akan turun dengan sendirinya. Bercak merah pun akan berubah jadi kehitaman dan bersisik, disebut hiperpigmentasi. 1ada akhirnya bercak akan mengelupas atau rontok atau sembuh dengan sendirinya. Umumnya, dibutuhkan 'aktu hingga % minggu sampai anak sembuh benar dari sisa-sisa campak. alam kondisi ini, tetaplah meminum obat yang sudah diberikan dokter. )aga stamina dan konsumsi makanan bergi=i. 1engobatannya bersifat simptomatis, yaitu mengobati berdasarkan gejala yang muncul. <ingga saat ini, belum ditemukan obat yang efektif mengatasi .irus campak. )ika tak ditangani dengan baik campak bisa sangat berbahaya. Bisa terjadi komplikasi, terutama pada campak yang berat. "iri-ciri campak berat, selain bercaknya di sekujur tubuh, gejalanya tidak membaik setelah diobati (-% hari. !omplikasi yang terjadi biasanya berupa radang paru-paru +broncho pneumonia, dan radang otak +ensefalitis,. !omplikasi inilah yang umumnya paling sering menimbulkan kematian pada anak.

%/

2.5.2 Deskripsi :aksin campak merupakan .aksin .irus hidup yang dilemahkan. Setiap dosis +6,9ml, mengandung tidak kurang dari (666 infecti.e unit .irus strain "AM 56, dan tidak lebih dari (66 mcg residu kanamycin dan /6 mcg residu erythromycin. :aksin ini berbentuk .aksin beku kering yang harus dilarutkan hanya dengan pelarut steril yang tersedia secara terpisah untuk tujuan tersebut. :aksin ini telah memenuhi persyaratan #<? untuk .aksin campak. 2.5.3 !ndikasi Untuk Imunisasi aktif terhadap penyakit campak. 2.5.4 4omposisi *iap dosis .aksin yang sudah dilarutkan mengandung A :irus "ampak EL (.666 ""I 96, !anamycin sulfat GL (66 mcg, Frithromycin GL /6 mcg 2.5.5 Dosis dan 2ara Pem(erian Imunisasi campak terdiri dari dosis 6,9 ml yang disuntikkan secara SUB!U*AN, lebih baik pada lengan atas. 1ada setiap penyuntikan harus menggunakan jarum dan syringe yang steril. :aksin yang telah dilarutkan hanya dapat digunakan pada hari itu juga +maksimum untuk & jam, dan itupun berlaku hanya jika .aksin selama 'aktu tersebut disimpan pada suhu %K-&K" serta terlindung dari sinar matahari. 1elarut harus disimpan pada suhu sejuk sebelum digunakan. Satu dosis .aksin campak cukup untuk membentuk kekebalan terhadap infeksi. i negara-negara dengan angka kejadian dan kematian karena penyakit campak tinggi pada tahun pertama setelah kelahiran, maka dianjurkan imunisasi terhadap campak dilakukan sedini mungkin setelah usia B bulan +%56 hari,. i negaranegara yang kasus campaknya sedikit, maka imunisasi boleh dilakukan lebih dari usia tersebut. :aksin campak tetap aman dan efektif jika diberikan bersamaan dengan .aksin-.aksin 2e.er. *, *d, **, B"$, 1olio, +?1: dan I1:,, <epatitis B, dan Cello'

%8

2.5.6 +sia > /um#ah Pem(erian= Sebanyak % kali3 ( kali di usia B bulan, ( kali di usia 7 tahun. ianjurkan, pemberian campak ke-( sesuai jad'al. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun di usia B bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. )ika sampai (% bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia (% bulan harus diimunisasi MM4 +Measles Mumps Rubella,. 2.5.7 6fek -ampin%= Umumnya tidak ada. 1ada beberapa anak, bisa menyebabkan demam dan diare, namun kasusnya sangat kecil. Biasanya demam berlangsung seminggu. !adang juga terdapat efek kemerahan mirip campak selama / hari. 2.5.$ 4ontraindikasi *erdapat beberapa kontraindikasi yang berkaitan dengan pemberian .aksin campak. #alaupun berla'anan penting untuk mengimunisasi anak yang mengalami malnutrisi. emam ringan, infeksi ringan pada saluran nafas atau diare, dan beberapa penyakit ringan lainnya jangan dikategorikan sebagai kontraindikasi. !ontraindikasi terjadi bagi indi.idu yang diketahui alergi berat terhadap kanamycin dan erithromycin. !arena efek .aksin .irus campak hidup terhadap janin belum diketahui, maka 'anita hamil termasuk kontraindikasi. Indi.idu pengidap .irus <I: +<uman Immunodficiency :irus,. :aksin "ampak kontraindikasi terhadap indi.idu-indi.idu yang mengidap penyakit immune deficiency atau indi.idu yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukimia, lymphoma atau generali=ed malignancy. Bagaimanapun penderita <I:, baik yang disertai gejala ataupun tanpa gejala harus diimunisasi .aksin campak sesuai 2.5.& /adua# yan% ditentukan. Bagi anak-anak yang sedang sakit berat seperti diare dan demam tinggi, menurut )ane, diinstruksikan tidak perlu diimunisasi campak. 1ara petugas cukup mencatat namanya. Apabila anak tersebut telah sembuh, petugas akan mendatangi rumahnya untuk diberi imunisasi.

%9

2.5.1' 4emasan :aksin tersedia dalam kemasan .ial (6 dosis > 9 ml pelarut dalam ampul.

%7

) ) !9 !*+,!- -! ? ,3 D! ,/+R4 ,
4. 1. !munisasi 5!) Sesuai namanya, imunisasi ini bermanfaat untuk mencekal kuman <iB +Haemophyllus influenzae type B). !uman ini menyerang selaput otak sehingga terjadilah radang selaput otak yang disebut meningitis. Meningitis sangat berbahaya karena dapat merusak otak secara permanen sampai kepada kematian. Selain mengakibatkan radang selaput otak, kuman ini juga dapat menyebabkan radang paru dan radang epiglotis. *erdapat dua jenis .aksin <ib konjungat yang beredar di Indonesia yaitu .aksin <ib yang berisi 141-* (capsular polysaccharide polyriibosyl ribitol phosphate- konjugasi dengan protein tetanus, dan 141-?M1 +141 berkonjugasi outer membrane protein compleH,. 4.1.1 /ad7a# imunisasi :aksin <ib yang berisi 14*-1 diberikan umur %,8, dan 7 bulan. :aksin <ib yang berisi 141-?M1 diberikan pada umur % dan 8 bulan, dosis ketiga +7 bulan, tidak diperlukan. :aksin <ib dapat diberikan dalam bentuk .aksin kombinasi + *'1;<ib, *a1;<ib;I1:, 4.1.2 Dosis -

Satu dosis <ib berisi 6,9 ml, diberikan secara intramuscular. *ersedia .aksin kombinasi + *'1;<ib, syrin e !"# ml. *a1;<ib, *a1;<ib;I1: +.aksin

kombinasi yang beredar berisi .aksin <ib 14*-1, dalam kemasan prefilled

4.1.3 +#an%an :aksin <ib baik 14*-1 ataupun 141-?M1 perlu diulang pada umur (& bulan.

%5

Apabila anak datang pada umur (-9 tahun, <ib hanya diberikan satu kali.

4.2. !munisasi P29 )enis imunisasi ini tergolong baru di Indonesia. 1": atau Pneumococcal $accine alias imunisasi pneumokokus memberikan kekebalan terhadap serangan penyakit I1 +%nvasive Peumococcal &iseases,, yakni meningitis +radang selaput otak,, bakteremia +infeksi darah,, dan pneumonia +radang paru,. !etiga penyakit ini disebabkan kuman 'treptococcus Pneumoniae atau 1neumokokus yang penularannya le'at udara. $ejala yang timbul umumnya demam tinggi, menggigil, tekanan darah rendah, kurang kesadaran, hingga tak sadarkan diri. 1enyakit I1 organ yang terinfeksi. ini. *erdapat % jenis .aksin pneumokokus yang beredar di Indonesia, yaitu .aksin pneumokokus polisakarida berisi polisakarida murni, %/ serotipe disebut pneumococus polysaccharide .accine +11:%/,. :aksin pneumokokus generasi kedua berisi .aksin polisakarida konjungasi, 5 serotipe disebut pneumococcal conjungate .accine +1":5,. :aksin 1":5 dikemas dalam prefilled syringe 9 ml dieberikan intramuskular. osis pertama tidak berikan sebelum umur 7 minggu Untuk bayi BB04 +G(966 gram, .aksin diberikan setelah umur kronologik 7& minggu, tanpa memperhatikan umur atau apabila berat badan telah mencapai.E%666 gram apat diberikan bersama .aksin lain. Untuk setiap .aksin pada sisi badan yang berbeda. sangat berbahaya karena kumannya bisa menyebar le'at darah +in.asif, sehingga dapat memperluas iperlukan imunisasi 1neumokukus untuk mencekal penyakit

4.3. !munisasi **R

%&

Memberikan

kekebalan

terhadap

serangan

penyakit

Mumps

+gondongan;parotitis,, Measles +campak,, dan Rubella +campak )erman,. *erutama buat anak perempuan, .aksinasi MM4 sangat penting untuk mengantisipasi terjadinya rubela pada saat hamil. Sementara pada anak lelaki, nantinya .aksin MM4 mencegah agar tak terserang rubella dan menulari sang istri yang mungkin sedang hamil. 1enting diketahui, rubela dapat menyebabkan kecacatan pada janin. *oksin MM4 diberikan pada umur (9 -(& bulan minimal inter.al 7 bulan antara imunisasi campak +B bulan, dan MM4. osis satu kali 6,9 ml secara sub kutan. MM4 diberikan minimal satu bulan sebelum atau setelah penyuntikan imunisasi lain. Apabila seorang anak telah mendapat imunisasi MM4 pada umur (% -(& bulan dan 7 tahun, imunisasi campak tambahan pada umur 9-7 tahun tidak perlu diberikan. Ulangan imunisasi MM4 diberikan pada umur 7 tahun.

4.4. !munisasi !nf#uen@a Influen=a merupakan penyakit infeksi saluran napas yang disebabkan .irus. 1enyakit ini dapat menular dengan mudah karena .irusnya bisa menyebar le'at udara yang bila terhirup dan masuk ke saluran pernapasan kita langsung tertular. Sebenarnya, influen=a tergolong ringan karena sifatnya yang self-limitin disease alias bisa sembuh sendiri tanpa diobati. 1enderita hanya perlu beristirahat, banyak minum air putih, dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan konsumsi makanan bergi=i seimbang. 4.4.1 /ad7a# :aksin influen=a diberikan pada anak umur 7 sampai %/ bulan, baik anak sehat maupun dengan risiko +asma, penyakit jantung, penyakit sel sickle, <I:, dan iabetes,.
-

osis tergantung umur anak, (. Umur 7-/9 bulan 6,%9 ml. %. Umur M/ tahun 6,9 ml

%B

/. Umur N& tahunA untuk pemberian pertama kali diperlukan % dosis dengan inter.al minimal 8 -7 minggu, pada tahun beriktunya hanya diberikan satu dosis
Vaksin influenza diberikan secara intramuskular pada paha antero lateral atau deatoid

4.5. !munisasi Tifoid Ada % jenis .aksin tifoid yang bisa diberikan ke anak, yakni .aksin oral +$ivotif, dan .aksin suntikan +(yphim$i,. !eduanya efektif mencekal demam tifoid alias penyakit tifus, yaitu infeksi akut yang disebabkan bakteri 'almonella typhi. Bakteri ini hidup di sanitasi yang buruk seperti lingkungan kumuh, dan makananminuman yang tidak higienis. ia masuk melalui mulut, lalu menyerang tubuh, terutama saluran cerna. $ejala khas terinfeksi bakteri tifus adalah suhu tubuh yang berangsur-angsur meningkat setiap hari, bisa sampai 866c. Basanya di pagi hari demam akan menurun tapi lalu meningkat di 'aktu sore;malam. $ejala lainnya adalah mencret, mual berat, muntah, lidah kotor, lemas, pusing, dan sakit perut, terkesan acuh tak acuh bahkan bengong, dan tidur pasif +tak banyak gerak,. 1ada tingkat ringan atau disebut paratifus +gejala tifus,, cukup dira'at di rumah. Anak harus banyak istirahat, banyak minum, mengonsumsi makanan bergi=i, dan minum antibiotik yang diresepkan dokter. *api kalau berat, harus dira'at di rumah sakit. 1enyakit ini, baik ringan maupun berat, harus diobati hingga tuntas untuk mencegah kekambuhan. Selain juga untuk menghindari terjadi komplikasi karena dapat berakibat fatal. 4.5.1 /enis vaksin (. :aksin kapsuler :i polisakarida iberikan pada umur lebih dua tahun, ulangan dilakukan setiap / tahun. !emasan dalam prefilled syringe 6,9 ml pemberian secara intramuskular.

%. *ifoid oral *y%(a

/6

iberikan pada umur lebih dari 7 tahun. ikemas dalam kapsul, diberikan / dosis dengan inter.al selang sehari +hari (,/,9,.

Imunisasi ulangan diberikan setiap /-9 tahun.

4.6. !munisasi 5epatitis 1enyebaran .irus hepatitis A +:<A, sangat mudah. 1enderita akan mengeluarkan .irus ini saat meludah, bersin, atau batuk. Bila .irus ini menempel di makanan, minuman, atau peralatan makan, kemudian dimakan atau digunakan oleh anak lain maka dia akan tertular. Namun, untuk memastikan apakah anak mengidap :<A atau tidak, harus dilakukan tes darah. :aksin <ep A diberikan pada umur lebih dari % tahun. :aksin kombinasi <epB atau <epA diberikan pada bayi kurang dari (% bulan. Maka .aksin kombinasi di indikasikan pada anak umur lebih dari (% bulan terutama catch-up immuni=ation yaitu mengejar imunisasi pada anak yang belum pernah mendapatkan imunisasi <ep B sebelumnya atau imunisasi <ep B yang tidak lengkap. !emasan liOuid satu dosis;.ial prefilled syringe 6,9 ml. osis pediatrik 5%6

F0ISA units diberikan % kali dengan inter.al 7-(% bulan, intramuskular di daerah deltoid. !ombinasi <epB;<epA +berisi <ep B (6Ig dan <ep A 5%6 F0ISA units, dalam kemasan prefilled syringe 6,9 ml intramuskular. osis < osis <ep A untuk de'asa +M(B tahun, (886 F0ISA units dosis ( ml, % dosis, inter.al 7-(% bulan.

4.7. !munisasi 9arise#a Memberikan kekebalan terhadap cacar air atau chic)en pox, penyakit yang disebabkan .irus varicella zooster. *ermasuk penyakit akut dan menular, yang

/(

ditandai dengan .esikel +lesi;bintik berisi air, pada kulit maupun selaput lendir. 1enularannya sangat mudah karena .irusnya bisa menyebar le'at udara yang keluar saat penderita meludah, bersin, atau batuk. Namun yang paling potensial menularkan adalah kontak langsung dengan .esikel, yaitu ketika mulai muncul bintik dengan cairan yang jernih. Setelah bintik-bintik itu berubah jadi hitam, maka tidak menular lagi. Imunisasi .arisela diberikan pada anak umur lebih dari 9 tahun. Untuk anak yang mengalami kontak dengan pasien .arisela, imunisasi dapat mencegah apabila diberikan dalam kurun 5% jam setelah kontak. osis 6,9 ml subkutan satu kali. Untuk umur lebih dari (/ tahun atau de'asa, diberikan % kali dengan jarak 8-& minggu.

D <T R P+-T 4

)ad'al Imunisasi Anak - 4ekomendasi Ikatan

okter Anak Indonesia +I AI, %66&

Pimage on the InternetQ. )akartaA Ikatan okter Anak Indonesia, %66& A.ailable from A httpA;;pediatricinfo.'ordpress.com;%66B;68;%6;jad'al-imunisasi-%66&-idai; 4anuh I$N, <ariyono S, 1edoman Imunisasi di Indonesia, Ikatan Indonesia, Fdisi /, )akarta, %66&. httpA;;'''.balita-anda.com;fatherhood;77(-imunisasi-pada-anak.html httpA;;yayaanakhyar.'ordpress.com;%6(6;6(;%B;i-m-u-n-i-s-a-s-i; httpA;;'''.idai.or.id;upload;jad'alimun6&.pdf okter Anak

/%

You might also like