Professional Documents
Culture Documents
Oleh
E.Kosmayadi
A. PENDAHULUAN
jasa oleh individu untuk kepentingan individu. Karena erat kaitannya dengan
paham materialisme, maka perberkembangannya berorientasi materi yang
dianggap akan mensejahterakan masyarakat.
2. Masalah
Maka, idealnya falsafah eknomi yang digunakan oleh umat Islam adalah
ekonomi Syari’ah atau ekonomi Islam. Prinsip “halal” merupakan acuan utama,
karena bagi umat Islam memenuhi kebutuhan hidup tidak berorientasi materi,
melainkan lebih mementingkan nilai spiritual (ukhrowi) dalam arti berlandaskan tauhid.
Di samping itu, zakat dan sadaqah merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan
aktivitas ekonomi.
Tetapi dalam kenyataan, umat Islam Indonesia seperti tidak berdaya, karena
dalam aktivitas ekonominya terjerat oleh sistem liberal kapitalis. Sebagai contoh,
falsafah ekonomi masih ada yang menganut teori Adam Smith yang menyatakan
bahwa “dengan modal yang sekecil-kecilnya diharapkan dapat memperoleh
keuntungan yang sebesar-besarnya” sehingga dalam prakteknya akan menghalalkan
segala cara, termasuk praktek ekonomi non halal yang merugikan banyak pihak.
3. Tujuan
4. Pendekatan
teori ekonomi syariah yang seharusnya dijadikan pedoman oleh umat Islam dengan
praktek ekonomi yang digunakan di masyarakat saat ini.
Dilihat dari sudut pandang filsafat ilmu, baik berdasarkan agama maupun
Pancasila, praktek ekonomi yang layak dianut dan diyakini kebenarannya oleh umat
Islam di Indonesia adalah ekonomi syari’ah. Dengan alasan : Pertama, Islam
merupakan agama yang sempurna, dalam arti dapat menjadi acuan kehidupan dalam
berbagai aspek, termasuk aspek ekonomi. Salah satu penyebab Umat Islam terjerat
sistem ekonomi liberal kapitalis adalah karena kebodohan, bodoh dalam arti tidak
mengetahui, memahami, mendalami, dan mengamalkan ajaran Islam secara kaafah.
Pada umumnya, ajaran Islam hanya diwujukan dalam bentuk pengamalan ritual
semata, sedangkan praktek pengamalan nyata sehari-hari larut dalam sistem
kehidupan yang sangat bervariasi, mulai yang bersumber dari sisa-sisa ajaran Hindu
dan Budha, sampai kepada gaya Barat yang dianggap modern. Akibatnya, apa yang
dilakukan seseorang di mesjid (ritual keagamaan : solat dan dzikir), tidak seirama
dengan gaya hidup di masyarakat. Ini berarti pengamalan ritual keagamaan tidak
menjadi cahaya penerang kebenaran dalam praktek kehidupan lainnya. Kedua, nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya relevan dengan ajaran Islam,
sehingga apabila diamalkan dengan baik akan saling memperkuat dengan sistem
perekonomian syariah. Karena, sila pertama dari Pancasila adalah Ketuhanan Yang
Mahaesa, sedangkan tuhan Yang Mahaesa hanyalah Allah SWT. Kemudian, secara
filosofis, Pancasila itu bukan lima sila yang terpisah melainkan merupakan satu
kesatuan, karena antara sila pertama, kedua, ketiga, keempat dan kelima merupakan
hirarki piramidal yang utuh. Artinya, sila pertama menjiwai sila kedua, sila pertama dan
kedua menjiwai sila ketiga, dan seterusnya. Oleh karena itu, apabila Pancasila
dijadikan sebagai pedoman dalam menggali kebenaran, khususnya di bidang ekonomi
akan relevan dengan ekonomi syariah.
Terbukti bahwa, banyak umat Islam dari kalangan menengah ke bawah bangkrut
justru setelah berkenalan dengan Bank. Kalaupun tidak bangkrut, gaya hidupnya
terseret kepada perilaku konsumtif materialistis yang melupakan aspek halal, sehingga
lupa pula akan kewajibannya terhadap sesama umat yang membutuhkan. Padahal
Islam mengajarkan bahwa “Di dalam harta orang kaya terdapat hak orang miskin, baik
diminta maupun tidak diminta“. Demikian juga halnya dalam praktek jual-beli, hanya
sebagian kecil saja yang berusaha memenuhi ajaran Islam, misalnya saat transaksi
mengucapkan ijab-kobul, yang lainnya biasa-biasa saja.
Terdapat tiga sistem ekonomi yang ada di muka bumi ini yaitu Sosialis,
Kapitalis, dan Mix Economic. Ketigas sistem tersebut merupakan sistem ekonomi
yang berkembang berdasarkan pemikiran barat. Tidak ada satupun diantara sistem
ekonomi yang secara penuh berhasil diterapkan dalam perekonomian di banyak
negara. Sistem ekonomi sosialis hancur dengan bubarnya Uni Soviet. Dampak
politisnya, sistem kapitalisme merasa menjadi satu-satunya sistem ekonomi yang
sahih di muka bumi. Tetapi ternyata, kapitalis berakibat lebih buruk, karena banyak
negara miskin semakin miskin dan negara kaya yang jumlahnya relatif sedikit semakin
kaya. Demikian juga dalam skala kecil, yang miksin makin miskin, yang kaya makin
kaya.
Sekarang terbukti seperti yang dikemukakan Joseph E.Stiglitz (2006),
kegagalan ekonomi Amerika dekade 90-an justru karena keserakahan kapitalisme ini,
karena kelemahannya lebih menonjol ketimbang kelebihannya. Oleh karena itu,
muncul pemikiran baru tentang sistem ekonomi yang relatif dapat diandalkan sebagai
solusi untuk memerangi sistem kapitalis, terutama di kalangan negara-negara muslim
atau negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam yaitu sistem
ekonomi syariah. Negara-negara yang penduduknya mayoritas Muslim mencoba untuk
mewujudkan suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada Al-quran dan Hadist, yaitu
6
sistem ekonomi Syariah yang pada zaman Rasulullah telah berhasil membawa umat
meningkatkan perekonomian di Zazirah Arab. Dari pemikiran yang didasarkan pada Al-
quran dan Hadist tersebut, saat ini sedang dikembangkan Ekonomi Syariah dan
Sistem Ekonomi Syariah di banyak negara Islam termasuk di Indonesia.
Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah merupakan perwujudan dari
paradigma Islam. Pengembangannya bukan untuk menyaingi sistem ekonomi kapitalis
atau sistem ekonomi sosialis, tetapi lebih ditujukan untuk mencari suatu sistem
ekonomi yang mempunyai kelebihan-kelebihan serta untuk menutupi kekurangan-
kekurangan dari sistem ekonomi yang telah ada. Islam diturunkan ke muka bumi ini
dimaksudkan untuk mengatur hidup manusia guna mewujudkan ketentraman hidup
dan kebahagiaan umat di dunia dan di akhirat sebagai nilai ekonomi tertinggi.
Menurut ajatran Islam, kegiatan ekonomi harus sesuai dengan hukum syara’.
Artinya, ada yang boleh dilakukan dan ada yang tidak boleh, sehingga diperlukan
adanya etika. Kegiatan ekonomi dan kegiatan-kegiatan lainnya yang bertujuan untuk
kehidupan di dunia maupun di akhirat adalah merupakan ibadah kepada Allah S.W.T.
Semua kegiatan dan apapun yang dilakukan di muka bumi, kesemuannya merupakan
perwujudan ibadah kepada Allah SWT. Manusia Tidak dibenarkan bersifat sekuler,
yaitu memisahkan kegiatan ibadah/ uhrowi’ dan kegiatan duniawi. harta pada
hakikatnya adalah milik Allah, dan harta yang dimiliki oleh manusia sesungguhnya
merupakan pemberian dan titipan Allah, oleh karenanya harus dimanfaatkan sesuai
dengan perintah Allah.
Berkaitan dengan sistem ekonomi syariah, Chapra dalam Amri Amir (2008),
mengemukakan tiga prinsip utama, yaitu Tawhid, Khilafah dan ‘Adalah. Pertama,
Tawhid menjadi landasan utama bagi setiap Muslim dalam menjalankan aktivitasnya
termasuk aktivitas ekonomi. Prinsip ini merefleksikan bahwa penguasa dan pemilik
tunggal atas jagad raya ini adalah Allah SWT yang mendasari prinsip Khilafah dan
‘Adalah. Kedua, prinsip Khilafah mempresentasikan bahwa manusia adalah khalifah
atau wakil Allah di muka bumi yang membawa amanah dari Allah SWT yang harus
dilaksanakan selama hidupanya. Ketiga, prinsip ‘Adalah atau keadilan yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan konsep Tawhid dan Khilafah.
Dengan demikian, sistem ekonomi syariah yang berdasarkan atas ketiga prinsip
tersebut, diharapkan mampu mewujudkan sistem perekonomian umat yang
berlandaskan etika dan moral dalam melaksanakan semua kegiatan ekonomi, selain
harus adanya keseimbangan antara peran pemerintah, swasta, kepentingan individu,
juga terdapat keseimbangan antara kepentingan dunia dan akhirat.
7
Oleh karena kedua sistem tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan, maka
yang terbaik bagi umat adalah memadukan kekuatan masing-masing. Solusi yang
tepat adalah dengan menggunakan sistem ekonomi syariah, yang juga memiliki
paradigma, dasar dan filosofi yang jelas. Maka untuk memperoleh gambaran tentang
perbandingan ketiga sistem tersebut, penulis kemukakan bagan berikut ini :
8
EKONOMI
SISTEM EKONOMI
Gambar 2.1
Paradigma, dasar dan filosofi sistem ekonomi
Dari gambar di atas tampak bahwa sistem ekonomi syariah memiliki paradigma
syariah, yang berarti tidak lagi berorientasi kepada Marxis dan pasar, melainkan
berorientasi syari’ah (hukum) yang bersumber dari Al Quran dan Hadits. Kemudian
dilihat dari dasar dan filosofinya, tidak lagi sekedar memperbincangkan antara
kebersamaan dan individu, melainkan bersifat menyeluruh, bahkan berorientasi
kepentingan dunia dan akhirat, karena filosofi TAUHID akan menaungi seluruh
aktivitas hidup, bukan hanya sebatas ektivitas ekonomi melainkan akan terintegrasi
kepada semua aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, budaya, politik, hukum, ilmu
pengetahuan, teknologi, bahkan tataran spiritual sekalipun.
Praktek ekonomi syariah atau ekonomi Islam meliputi berbagai aspek ekonomi,
antara lain perdagangan (jual-beli), sewa-menyewa, pinjam meminjam, gadai,
pertanian, peternakan, perbankan, asuransi, dan sebagainya. Karena keterbatasan,
maka yang akan dikemukakan di sini hanya mencakup lembaga keuangan dan sedikit
tentang zakat. Berikut beberapa praktek ekonomi syariah di Indonesia saat ini.
a. Perbankan Syariah
Gagasan awal tentang perbankan syariah tumbuh sekitar tahun 1992-1998,
kemudian berkembang secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Menurut
Bank Indonesia dalam Akbar Susamto (2008), sampai bulan November 2007 jumlah
bank syariah telah mencapai 143 unit. Perinciannya, tiga bank merupakan Bank
Umum Syariah (BUS), 26 bank merupakan Unit Usaha Syariah (UUS), dan 114 bank
merupakan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Dalam operasinya berusaha
melayani masyarakat dalam bentuk simpan pinjam dan bantuan modal usaha
produktif.
Menurut teori yang dikemukakan (Mannan, 1997), dalam skala yang lebih
besar secara umum operasional Bank Islam meliputi (a) Operasi pinjam meminjam;
(b) Partisipasi Modal dan Garis-garis Permodalan; (c) Pembiayaan sewa beli; (d)
Bantuan Teknik; (e) Bagi laba; dan (f) Operasi perdagangan luar negeri.
b. Asuransi Syariah
Selain Bank Syariah, walaupun tidak sebanyak perbankan syariah,
perkembangan asuransi syariah pun telah dilaksanakan di Indonesia. Berdasarkan
data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK), hingga
bulan November 2007, telah terdapat 38 perusahaan asuransi yang beroperasi
sesuai dengan ketentuan syariah. Perinciannya, dua unit merupakan perusahaan
asuransi jiwa syariah, satu unit merupakan perusahaan asuransi kerugian syariah, 13
unit merupakan perusahaan asuransi jiwa konvensional yang mempunyai cabang
syariah, dan 19 unit merupakan perusahaan asuransi kerugian,
Menurut Mannan (1997), “Suatu negara Islam, seharusnya menganjurkan
pembentukan suatu industri asuransi yang dimotivasi oleh jiwa koperatif, karena
gagasan koperasi diakui dalam Islam”. Dengan demikian, asuransi dalam Islam
dibolehkan, hanya beda filosofi dan tujuannya. Salah satu perbedaan yang nyata
adalah, asuransi konvensional menyedot modal dari nasabah, asuransi Islam justru
10
menyediakan modal bagi nasabah dengan tujuan untuk menyediakan sesuatu untuk
ahli warisnya. Sumber dana diperoleh dari sumbangan para dermawan.
zakat. Hal ini menunjukan bahwa manajemen pengelolaan zakat jauh daripada yang
diharapkan.
Selain itu, antrian panjang para mustahiq zakat memberikan lukisan nyata
kepada kita, betapa besarnya jumlah fakir miskin yang harus disantuni melalui
program zakat. Sehingga perlu ditangani dengan pendekatan manajemen yang
sungguh-sungguh.
Demikian, sebagian praktek ekonomi syariah yang diharapkan mampu
mengatasi kelemahan dari sistem ekonomi liberal kapitalis yang banyak menjerat dan
menyengsarakan umat.
C. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia, 2002, Cetak Biru Perbankan Syariah Indonesia, Jakarta: Bank
Indonesia
Chapra, Muhammad U., 1984, “The Nature of Riba in Islam”, Hamdard Islamicus, vol.
7(1),
Fatmawati, Eli, 2004, “Peranan Zakat terhadap Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Masyarakat: Studi kasus Jejaring Dompet Dhuafa Republika”.
Hassanuddin. 2008. Filsafat Ilmu, Bandung: UNPAS.
Mannan, 1997. Teori dan Praktek Ekonomi Islam (Alih Bahasa: Nastangin),
Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf.
Susamto, Akhmad Akbar dan Malik Cahyadin. 2008. Praktik Ekonomi Islami di
Indonesia dan Implikasinya Terhadap Perekonomian, Jakarta:
Tafsir, Ahmad. 2008. Filsafat Umum; Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra,
Bandung: Rosdakarya.
Catatan Kuliah Filsafat Ilmu.