Professional Documents
Culture Documents
MAHASISWA ANGKATAN LV
A. LATAR BELAKANG
B. SUBSTANSI
C. ANALISA
Konflik yang terjadi antara SH Teratai dengan SH Winongo di Madiun
tersebut merupakan salah satu bentuk konflik antar kelompok sosial yang
terwujud dalam bentuk fisik dan dalam bentuk konflik simbolik. Dimana dalam
konflik fisik masing-masing kelompok berusaha untuk saling menghancurkan baik
orang maupun barang hingga membunuh atau setidaknya mencederai pihak
lawan. Dan menghancurkan harta benda yang menjadi milik pihak lawan yaitu
yang merupakan atribut-atribut dari jati diri pihak lawan. Konflik yang terjadi
adalah merupakan tindakan permusuhan antara dua kelompok maupun
perorangan yang membawa atribut kelompoknya masing-masing yang terwujud
dengan tindakan saling menghancurkan untuk memenangkan suatu tujuan
tertentu (Dahrendorf).
Bailey (1968) menyatakan bahwa proses-proses politik pada dasarnya
adalah persaingan antara dua kelompok atau lebih untuk memperebutkan posisi
atau kekuasaan penentu dalam kebijakan umum atau publik mengenai
kekuasaan sesuatu jabatan serta alokasi dan pendistribusian dari sumber-
sumber daya terbatas dan berharga. Melihat dari sejarah terjadinya konflik
tersebut sudah berlangsung dari berpuluh-puluh tahun yang lalu dan terus
menerus secara turun temurun dari generasi ke generasi, hal tersebut
menggambarkan betapa kuatnya masing-masing kelompok sosial
mempertahankan diri dan saling menyatakan bahwa kelompoknyalah yang lebih
baik dari yang lain dengan berbagai atribut-atribut yang ada. Konflik tersebut
semestinya menjadi perhatian baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat
warga Karisidenan Madiun namun pada kenyataannya justru dimanfaatkan oleh
sebagian elite politik untuk mendapatkan dukungan untuk mencapai tujuannya,
sehingga semakin merentangkan jarak antara kelompok sosial yang berkonflik
tersebut. Berdasarkan penelitian dari E. Probo yang menemukan fakta besarnya
nilai uang dan tingkat ekonomi yang dihasilkan dari eksistensi kedua perguruan
pencak silat tersebut, tentunya merupakan sumber daya yang menurut mereka
haruslah bisa dipertahankan agar jangan sampai direbut oleh pihak lawan atau
oleh kelompok sosial yang lain. Dengan jumlah anggota yang besar dan kuat
masing-masing kelompok sosial memunculkan atribut ego bahwa merekalah
yang paling atau lebih hebat dibandingkan dengan kelompok sosial yang lain.
Masing-masing kelompok sosial mempunyai tokoh-tokoh yang menjadi panutan
mereka yang dianggap gagah berani yang berbeda dengan pandangan umum
(Budiman, Fanani).
D. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Modul A2209. 2008. Hubungan Antar Suku Bangsa. Jakarta: Perguruan Tinggi Ilmu
Kepolisian.
Bailey, F.G. 1968. Stratagems and Spoils: A social anthropology of Politics. New
York: Schocken.