You are on page 1of 95

Menghafal Alqur'an itu indah

Judul Terjemahan : METODE SISTEMATIS MENGHAFAL QUR'AN Judul Asli : Kaifa Tahfadzul Qur'anal Karim
Penulis Penterjemah : Dr. Yahya ibn Abdur Razzaq Ghautsani : Ahmad Yunus Naidi

_____________________________________________________________________________________________________________________________ _________________________________________________________________________________

DAFTAR ISI
KOMENTAR MEREKA TENTANG BUKU INI KATA PENGANTAR CETAKAN KEDUA KATA SAMBUTAN Syekh Abdullah bin Ali Basfar Pujian dari Syeikh al-Muqri Abdul Ghaffar ibn Abdul Fattah al-Durubi al-Himshi, Dosen Qiraat di Universitas Ummul Qura, Mekkah al-Mukarramah Pujian dari guru para qari di kota Hamah Al-Syeikh al-Muqri Said Abdullah al-Muhammad Dosen Qiraat di Universitas Ummul Qura, Mekkah al-Mukarramah Pujian dari al-Muqri al-Ustadz al-Muhaqqiq al-Syeikh Aiman Rusydi Suwai KATA PENGANTAR CETAKAN PERTAMA BAGIAN PERTAMA BAB I : ALLAH SWT. MENJAGA AL-QUR'AN DALAM SEMUA PROSES PENURUNAN DAN DALAM SEGALA ASPEKNYA 1. Fase Pertama: Allah menjaga al-Quran di Lauh Mahfudh 2. Fase Kedua: Allah SWT menjaga al-Quran ketika diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. 3. Fase Ketiga: Allah SWT menjaga al-Quran di dalam hati Nabi saw. dan menghimpunnya di dadanya yang mulia 4. Fase Keempat: Allah SWT menjaga al-Quran ketika Nabi Muhammad saw. menyampaikan dan membacakannya kepada umatnya dengan tanpa adanya campur-tangan di dalamnya ataupun kesulitan ketika menyampaikannya. 5. Fase Kelima: Allah SWT menjaga al-Quran setelah Nabi saw. menyampaikannya dan ia tetap terjaga dan terpelihara hingga hari kiamat. BAB II : KEUTAMAAN MENGHAFAL DAN MEMAHAMI AL-QURAN AL-KARIM BAB III : KEWAJIBAN MEMURAJAAH DAN MENGINGAT-INGAT AL-QURAN DAN PERINGATAN BAGI ORANG YANG MENINGGALKAN DAN MELUPAKANNYA BAB IV : SYARAT-SYARAT MERAIH ILMU MENURUT ULAMA SALAF 1. Kecerdasan 2. Penuh perhatian

3. Bersungguh-sungguh 4. Bekal yang memadai 5. Bersahabat dengan guru 6. Waktu yang lama BAGIAN KEDUA : KAEDAH UMUM DAN NORMA DASAR DALAM MENGHAFAL AL-QURAN ALKARIM Kaedah Pertama :Keikhlasan merupakan rahasia meraih taufiq dari Allah dan hati yang terbuka Kaedah Kedua : Menghafal di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu Kaedah ketiga : Memilih waktu yang tepat dapat membantu dalam menghafal Kaedah keempat : Memilih tempat menghafal Kaedah kelima : Irama dan bacaan yang baik dengan memperdengarkan suara dapat memantapkan ayat-ayat dalam ingatan Kaedah keenam : Cukup menggunakan satu mushaf dengan satu bentuk cetakan Kaedah ketujuh : Membenarkan bacaan lebih didahulukan daripada menghafal Kaedah kedelapan : Proses menghubungkan antar ayat akan membuat hafalan yang saling bersambung Kaedah kesembilan : Proses pengulangan dapat menjaga hafalan baru dari terlepas dan hilang Kaedah kesepuluh : Hafalan harian secara teratur lebih baik daripada hafalan yang terputus-putus Kaedah kesebelas : Menghafal dengan cara perlahan, tenang dan pasti lebih baik daripada menghafal dengan cara cepat dan tergesa-gesa Kaedah kedua belas : Memkosentrasikan diri untuk memperhatikan ayat-ayat yang mirip dapat terhindar dari kekaburan dalam hafalan Kaedah ketiga belas : Keharusan berhubungan dengan seorang guru Kaedah keempat belas : Memfokuskan pandangan kepada bentuk ayat di dalam mushaf ketika menghafal Kaedah kelima belas : Mempraktekkan hafalan dan bacaan dalam amal perbuatan serta selalu menjalankan ketaatan dan meninggalkan segala kemaksiatan Kaedah keenam belas : Murajaah yang teratur dapat memantapkan hafalan Kaedah ketujuh belas : Pemahaman yang menyeluruh menyebabkan hafalan yang sempurna Kaedah kedelapan belas : Kekuatan motivasi dan kebenaran keinginan untuk menghafal alQuran Kaedah kesembilan belas : Berlindung kepada Allah melalui doa, zikir dan meminta pertolongan dari-Nya

BAGIAN KETIGA : METODE PRAKTIS DAN SARANA YANG MEMBANTU HAFALAN Metode pertama : Metode terbaik untuk menghafal al-Quran yang telah aku coba seorang diri Metode kedua : Menhafal antara dua orang Metode ketiga : Menggunakan waktu yang terbuang di kendaraan Metode keempat : Hafalan para pekerja Metode kelima : Mendengarkan alat perekam (tape recorder) Metode keenam : Menghafal dengan merekam suaramu sendiri

Metode ketujuh: Menghafal bagi anak-anak dengan perekam Metode kedelapan : Menghafal dengan metode penulisan Metode kesembilan : Pemanfaatan papan tulis rumah Metode kesepuluh : Menghafal Al-Quran dengan papan. Metode kesebelas : Rangsangan motivasi melalui simulasi dan hadiah Metode keduabelas : Menghafal dari halaman terakhir Metode ketiga belas : Menghafal satu halaman al-Quran baris perbaris Metode keempat belas : Memanfaatkan video untuk merekam al-Quran Metode kelima belas : Menghafal dengan bantuan komputer Metode keenam belas : Menghubungkan ayat al-Quran dengan kejadian tertentu Metode ketujuh belas : Menghubungkan hafalan baru dengan berbagai peristiwa penting Metode kedelapan belas : Menghubungkan ayat-ayat al-Quran dengan berbagai cara Metode kesembilan belas : Menghafal al-Quran melalui pemahaman maknanya Metode kedua puluh : Cara menghafal al-Qur'an bagi orang yang buta Metode kedua puluh satu : Pembentukan majelis tahfidz di mesjid-mesjid Metode kedua puluh dua : Sirkulasi Metode keduapuluh tiga : Metode Uzbekistan Metode kedua puluh empat : Metode Turki Metode keduapuluh lima : Penggabungan ayat-ayat menggunakan kisah-kisah nyata atau media gambar BAGIAN KE-EMPAT : MUROJAAH DAN MADRISAH SERTA PEMANTAPAN HAFALAN Pertama : Murajaah Individu Kedua : Metode Menyimak Metone Murajaah yang Gharib

BAGIAN KE-LIMA : Pembahasan Pertama : Nasihat-nasihat khusus bagi siapa saja yang ingin menghafal al-Quran Pembahasan Kedua : Nasehat - nasehat umum bagi pembaca Quran, Penuntut ilmu al-Quran dan para pemula.

PENUTUP SAMBUTAN REFERENSI

Komentar mereka mengenai buku ini sesungguhnya dalam diri seseorang akan terkumpul, ketika ia membaca buku ini, antara menerima dan menikmati. Baris pertama dari buku ini memiliki faedah tersendiri bagiku dan

demikianlah pada setiap barisnya. Oleh karena itulah, aku menganjurkan bagi orang yang telah mendapatkan buku ini agar tidak menutupnya sebelum ia menyelesaikan membacanya agar tidak luput darinya faedah yang banyak ini yang sungguh mulia bisa mendapatkannya dari buku ini Prof. Hasan Ahmad Hamid Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan atas buku ini, sungguh buku ini banyak digunakan oleh orang banyak Syeikh Ali al-Thanthawi merupakan pembahasan ilmiyah dan metodologis yang pertama Dr. Muhammad Abu al-Fath al-Bayanuni Sungguh aku telah menerapkan kaedah-kaedah dan pola-pola yang telah aku baca dalam buku ini, sehingga aku telah berhasil menghafal lima belas juz. Mahasiswi dari Yordania Penulis yang terhormat, aku kabarkan bahwa aku telah menghafal al-Quran secara lengkap dan hal ini setelah aku melaksanakan dan mengikuti kaedah-kaedah dan metode-metode yang ada pada buku ini. Mahasiswa dari Universitas Afrika KATA PENGANTAR CETAKAN KEDUA Segala puji hanya milik Allah yang dengan kenikmatan yang dianugerahkan-Nya segala amal kebaikan menjadi sempurna. Shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita semua yang ada di alam semesta ini, Nabi Muhammad saw., keluarga dan orang-orang yang menempuh jalannya. Sesungguhnya orang yang membaca biografi para tokoh sejarah Islam terkemuka, maka di sela-sela bacaannya ia akan dihadapkan dengan nama-nama yang menarik, sehingga ia akan tertarik untuk membaca sejarah perjalanan hidup mereka dengan rasa kagum, bahkan bisa jadi dia akan mengulang-ulanginya dan menceritakannya di beberapa majlis, namun apakah ia hanya cukup berhenti dengan kekagumannya itu? Tidakkah sebaiknya ia bertanya-tanya: bagaimana cara mereka bisa mencapai penghargaan ini ? bagaimana cara mereka sehingga bisa menjadi ulama ? langkah-langkah apa saja yang mereka tempuh untuk meraihnya ?. Di sela-sela aku merenungi pertanyaan-pertanyaan ini dan menengok kembali ke langkah-langkah yang pertama dalam perjalanan awal karir tokoh-tokoh ini, tiba-tiba aku mendapatkan bahwa mayoritas mereka semua memulai dari al-Quran al-Karim dan menghafalkannya. Inilah yang membuat kami semakin menerima bahwa langkah awal yang

benar dalam membangun sosok yang berilmu dan memiliki keimanan yang benar hanyalah diawali dari al-Quran al-Karim, baik dengan menghafal, memahami dan merenungi. Namun tatkala aku melihat kebanyakan remaja telah tergelincir ketika perjalanan menghafal mereka, maka aku mulai memperhatikan masalah ini dan jadilah buku ini. Sungguh Allah SWT telah memudahkan cetakan pertama buku ini dengan memunculkan program tahfidz al-Quran al-Karim bagi anak-anak muslim di dunia yang telah mendistribusikannya ke lebih dari tiga puluh negara dan al-Hamdulillah jumlah keseluruhannya telah habis. Program tahfidz al-Quran al-Karim telah menjadikan buku ini sebagai pedoman, seperti halnya kurikulum dasar dalam pelatihan-pelatihan bagi para guru di berbagai halaqah dan mahad al-Quran al-Karim di dunia. Buku ini juga dijadikan sebagai silabus pada beberapa sekolah al-Quran di Filipina dan beberapa lembaga tahfidz al-Quran al-Karim. Tatkala program ini memaksaku untuk membimbing pelatihan-pelatihan ini, maka buku ini menjadi salah satu materi pokok pada pelatihan tersebut dan aku telah menyampaikannya pada beberapa ceramah diNamsa, Kroasia, Bosnia, Hersik, Sulufinia, Amerika Serikat, Kanada, Afrika, Turki dan lain-lain yang merupakan persiapan untuk memoles dan menyeleksi pikiranpikirannya. Tidak diragukan lagi bahwa kunjungan-kunjungan ini dengan berbagai macam tempat telah memiliki pengaruh besar dalam menelaah pola-pola yang sangat banyak dan bermacammacam model untuk menghafal al-Quran al-Karim. Hal ini memberikan kelebihan dengan memasukkan pengalaman-pengalaman baru ke dalam pembahasan buku ini, di sela-sela itulah, aku telah berhasil menghimpun beberapa hal yang bermanfaat dan aku berusaha menjadikannya sesuai dengan pembahasan buku ini. Aku sangat bersyukur kepada Allah SWT bahwa aku telah melihat indikasi bahwa buku ini telah diterima dan memiliki pengaruh bagi setiap orang yang membaca dan mengkajinya, bahkan buku ini telah dibaca oleh para profesor yang spesialisasinya di bidang pendidikan dan pengajaran, ilmu jiwa dan ilmu-ilmu al-Quran, dan mereka telah menemukan hal baru di bidangnya. Para mahasiswa dari berbagai penjuru dunia telah berkali-kali meminta untuk mencetak ulang buku ini, surat-surat dan sanjungan, baik dalam bentuk puisi ataupun prosa, telah ditujukan kepadaku, sebagian darinya akan aku sebutkan di akhir buku ini. Akhirnya, setelah menunggu selama empat tahun, cetakan kedua ini dapat diterbitkan. Pada cetakan ini, aku telah menambahkan beberapa sentuhan, perubahan dan informasi penting. Pertama-tama aku bersyukur kepada Allah SWT atas karunia dan anugerah-Nya yang telah menjadikan buku ini diterima oleh semua orang, baik dari kalangan khusus maupun kalangan umum. Kedua, aku berterima kasih kepada para ulama dan para guru senior yang telah berkenan membaca ulang buku ini dan mereka tidak sungkan-sungkan untuk memberikan beberapa kritikan yang berharga.

Hanya kepada Allahlah aku memohon agar menjadikan buku ini sebagai bekal dalam timbangan amal kebaikanku dan memaafkan segala kesalahanku, serta menjadikannya bermanfaat bagiku kelak pada hari yang tiada harta dan anak keturunan yang bermanfaat kecuali orang yang datang ke hadirat Allah dengan hati suci, sesungguhnya Dia Maha Mendengar , Maha Dekat dan Maha Mengabulkan doa. Jeddah, 13 Syaban 1418 H Dr. Yahya ibn Abdur Razzaq Ghautsani KATA PENGANTAR Oleh: Syeikh Abdullah Ali Bashfar, pembimbing program tahfidz al-Quran al-Karim, imam dan khatib masjid al-Syuabi Jeddah. Segala puji hanya milik Allah Yang telah menurunkan al-Quran kepada hamba-Nya sebagai peringatan bagi orang-orang yang berakal. Shalawat dan salam tertuju kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw. yang telah diutus sebagai pengajak ke jalan Allah dan pelita yang menerangi, kepada keluarga dan semua sahabatnya. Sesungguhnya akhir dari usaha seorang mukmin adalah upaya memperoleh kemuliaan dan keutamaan di sisi Tuhannya dan memperoleh pahala yang besar agar ia termasuk orangorang yang menang. Sesungguhnya Allah SWT telah menunjukkan kepada kita jalan-jalan kebaikan dan berlomba-lomba dalam ketaatan. Di antara jalan-jalan tersebut adalah menerima alQuran al-Karim dengan cara membaca, menghafal, merenungi dan mengamalkannya. Allah SWT berfirman: Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karuniaNya.Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (QS. Fathir: 29-30). Rasulullah saw. juga telah menjelaskan kepada kita mengenai kedudukan ahli al-Quran, keutamaan mempelajari, mengajarkan dan menghafalkannya, beliau bersabda: Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Quran dan mengajarkannya. Alangkah berbahagianya jika kita diberikan taufiq oleh Allah SWT untuk dapat berkhidmat kepada al-Quran al-Karim, menyebar-luaskan halaqah tahfidz al-Quran di berbagai penjuru dunia dan membimbingnya, baik secara materi maupun non-materi, berusaha mengembangkan kegiatan ini dan memperbaiki strata para murid dan guru serta mencukupi mereka dengan bekal ilmu dan pengalaman. Berangkat dari buku yang berharga ini yang dijadikan pegangan oleh program tahfidz alQuran, kami mempersembahkan kepada pembaca buku yang bermanfaat ini yang merupakan hasil dari pengalaman panjang dan jerih payah yang tinggi yang ditulis oleh Syeikh Yahya ibn Abdul Razzaq Ghautsani. Tujuannya agar buku ini dapat membantu para remaja dalam perjalanan mereka menghafal al-Quran. Buku ini juga sebagai solusi atas kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh beberapa orang dari mereka di tengah-tengah menghafal disertai dengan penjelasan sebab dan faktor-faktornya.

Buku ini memfokuskan untuk meresapi kaedah-kaedah dasar untuk menghafal al-Qurana dengan metode ilmiyah dan menjelaskan metode-metode dan pola-pola yang beraneka ragam dalam menghafal dan memurajaah, tentunya dengan metode modern. Kami memohon kepada Allah SWT agar menjadikan kita semua termasuk ahli al-Quran yang merupakan Ahlullah dan orang-orang pilihan-Nya dan memuliakan kita semua dengan syafaat al-Quran dan ditinggikan derajat kita di surga, serta menjadikan kita semua termasuk hamba-hamba-Nya.Walhamdulillahi rabbil alamin. 10 Dzul Qadah 1414 H. Abdullah Ali Bashfar pembimbing program tahfidz al-Quran al-Karim, imam dan khatib masjid al-Syuabi Jeddah Pujian dari Syeikh al-Muqri Abdul Ghaffar ibn Abdul Fattah al-Durubi al-Himshi, Dosen Qiraat di Universitas Ummul Qura, Mekkah al-Mukarramah Segala puji hanya milik Allah Yang telah menunjukkan kepada kita agama Islam dan menjadikan kita termasuk ummat Nabi Muhammad saw. serta menurunkan kepada kita sebuah kitab yang tidak didatangi oleh kebatilan, baik dari arah depan maupun arah belakang. Shalawat dan salam tetap tertuju kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw., keluarga dan para sahabatnya. Aku telah membaca buku yang berjudul Kaifa Tahfzdz al-Quran al-Karim, karya putra terbaik, Syeikh Yahya ibn Abdul Razzaq Ghautsani. Buku ini merupakan buku yang sangat berharga yang telah menghimpun metode-metode para imam al-Quran dalam menghafal alQuran. Kita sering ditanya tentang metode yang mudah untuk menghafal al-Quran al-Karim. Akhirnya Allah telah memberikan taufiq kepada saudaraku ini untuk menghimpun isi buku ini. Kami memohon kepada Allah semoga menjadikan buku ini bermanfaat bagi orang yang ingin menghafal al-Quran, diterima dengan baik dan penulisnya dibalas dengan sebaik-baik balasan. Penulis buku ini pernah menemaniku ketika kami berada di Mekkah al-Mukarramah dan di Jeddah. Penulis telah membaca al-Quran dari awal hingga akhir di bawah bimbinganku dengan menggunakan qiraat sepuluh yang mutawatir dari dua jalur, jalur al-Syatthibiyyah dan jalur al-Durrah dan aku telah mengijazahinya untuk membaca dan mengajarkannya di segala masa dan tempat. Penulis tiada henti-hentinya mengikuti langkahku dalam mengajarkan al-Quran dengan riwayat-riwayat dari semua ahli al-Quran. Segala puji dan sanjungan hanya milik Allah. Wa akhiru dawana anil hamdulillahi rabbil alamin. Mekkah al-Mukarramah, 27 Syawal 1414 H. Pelayan al-Quran Abdul Ghaffar al-Durubi Pujian dari guru para qari di kota Hamah Al-Syeikh al-Muqri Said Abdullah al-Muhammad Dosen Qiraat di Universitas Ummul Qura, Mekkah al-Mukarramah Segala puji hanya milik Allah Tuhan alam semesta. Shalawat dan salam tetap tertuju kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw., keluarga, sahabat dan para tabiin.

Aku telah membaca buku Kaifa Tahfadz al-Quran al-Karim, karya Syeikh Yahya ibn Abdul Razzaq Ghautsani. Buku ini merupakan jawaban atas pertanyaan yang selama ini ditanyakan oleh kebanyakan orang-orang yang ingin menghafalkan al-Quran, yaitu: bagaimana aku memulai menghafalkan al-Quran ? dari mana ? bagaimana caranya ? kapan ? bersama siapa ? adakan metode dan jalan termudah untuk itu ? Buku ini menyuguhkan bagi orang yang ingin menghafalkan al-Quran lebih dari dua puluh metode menghafal dengan menjelaskan sisi sifat dan akhlak seorang hafidz serta sifat dan akhlak orang yang mengajarkan dan melatih para murid dalam menghafalkan al-Quran. Semua ini sesuai dengan kaedah-kaedah dasar dan pokok yang diambil dari eksperimen orang-orang terdahulu disertai dengan beberapa ucapan para ulama salaf, semoga Allah meridhoi mereka, dalam hal ini. Penulis tidak menyisakan pengetahuannya dan tidak menyimpan jerih payahnya untuk menyebutkan setiap hal yang bermanfaat dalam kerangka amanah keilmuan yang patut dipuji. Penulis menyantumkan pada setiap ucapan dan pikiran nama-nama pemiliknya. Syeikh Yahya Abdul Razzaq Ghautsani selalu bersamaku ketika dia bermukim di Mekkah al-Mukarramah dalam waktu yang lama. Pada kesempatan itu, di bawah bimbinganku ia membaca al-Quran secara lengkap sebanyak dua kali, pertama dengan qiraat Ashim dan Ibn Katsir dan kali kedua dengan qiraat Abu Amr al-Bashri. Di bawah bimbinganku pula, ia membaca satu bagian dari al-Quran dengan sekumpulan qiraat yang sepuluh berdasarkan metode syeikh Sulthan dan ia juga mempelajari dariku hukum-hukum tajwid dan dasar-dasar qiraat. Semua hal di atas telah aku ijazahkan kepadanya, karena aku melihatnya memiliki kemampuan untuk memegang amanat ini. Aku memohon kepada Allah SWT agar memberikan manfaat pada buku ini dan membalas penulisnya dengan sebaik-baik balasan di dunia dan akhirat. Wal hamdulillahilladzi bi nimatihi tatimmus shalihat. Mekkah al-Mukarramah, 24 Syawal 1414 H. Pelayan al-Quran Said Abdullah al-Muhammad Pujian dari al-Muqri al-Ustadz al-Muhaqqiq al-Syeikh Aiman Rusydi Suwaid Segala puji hanya milik Allah Yang telah menjamin penjagaan kitab-Nya. Dia telah menyiapkan untuknya sekelompok orang dari para kekasih-Nya di setiap zaman dan menjadikan mereka dapat menghafal dan memahaminya dengan mencermati setiap huruf hingga harakatnya. Shalawat dan salam tetap tertuju kepada pemimpin qari di dunia dan akhirat, Nabi Muhammad, pemilik beberapa keistimewaan yang membanggakan, kepada keluarga dan para sahabatnya yang bagaikan bintang-bintang yang gemerlap. Aku telah membaca buku kecil dan langka yang berjudul Kaifa Tahfadz al-Quran alKarim, karya saudaraku tercinta al-Syeikh al-Muqri Yahya ibn Abdul Razzaq Ghautsani, semoga Allah menjaga dan melindunginya. Aku melihatnya telah memasukkan di dalamnya metode-

metode terkenal dalam menghafalkan al-Quran al-Karim, bahkan ia telah menambah beberapa metode kontemporer (modern). Buku ini memuat bagaimana cara menggunakan beberapa kecanggihan teknologi modern, seperti alat perekam suara dan gambar (tape recorder dan kamera). Tidak diragukan lagi bahwa bermacam-macam metode menghafal ini dapat menghilangkan kejenuhan dari jiwa kita. Sudah banyak saudara-saudaraku yang tiada henti-hentinya bertanya tentang metode terbaik untuk menghafal al-Quran al-Karim, hingga akhirnya terbit buku karya Syeikh Yahya, semoga Allah melindunginya, ini sebagai jawaban yang cukup memadai dan mata air yang menyegarkan bagi orang yang berkeinginan menghafal al-Quran, tanpa membedakan antara kaum remaja dan orang-orang tua. Aku memohon kepada Allah SWT agar menjadikannya bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya, memberikan keberkahan bagi penulisnya dan menambahkan kemanfaatannya, khususnya bagi ahli al-Quran dan umumnya bagi kaum muslimin. Sesungguhnya Dialah Yang Menguasai dan Kuasa atas hal itu. Washallahu ala sayyidina wa nabiyyina Muhammad wa ala aalihi wa shahbihi wa sallam, wal hamdulillahi rabbil alamin. Jeddah, 1 Jumadis Tsani 14141 H. Pelayan al-Quran al-Karim Aiman Rusydi Suwaid KATA PENGANTAR CETAKAN PERTAMA Segala puji hanya milik Allah Tuhan alam semesta Yang telah berfirman: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al-Hijr: 9). Shalawat dan salam tetap tertuju kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw., keluarga dan para sahabatnya. Beberapa saudaraku tercinta telah memintaku untuk menuliskan bagi orang-orang yang ingin menghafal al-Quran al-Karim sebuah buku yang menyebutkan beberapa metode dan media terbaik yang dapat membantu dalam menghafalkan al-Quran. Oleh karena itulah, aku mengabulkan permintaan mereka, namun aku selalu menundanya dan memperlambat waktu yang telah dijanjikan, karena aku berkeyakinan bahwa aku bukanlah ahlinya dan aku bukan pula orang yang ahli dalam pekerjaan mulia tersebut, hingga permintaan semakin mendesak dan paksaan semakin bertambah dari beberapa teman yang akhirnya membuatku mempercepat untuk mengabulkan permintaan mereka dengan sedikit bekal dan langkanya peralatan. Akhirnya hanya kepada Allahlah aku berpasrah diri dan meminta dari-Nya taufiq dan bantuan, serta semoga Dia menunjukiku jalan yang lurus. Kemudian aku mulai menulis pokok-pokok pikiran yang aku torehkan pada tiga waktu istirahat antara maghrib dan isya di tengah-tengah aku mengajar di halaqah tahfidz al-Quran pada salah satu masjid di Jeddah. Alangkah cepatnya pikiran-pikiran ini memanggilku dan sisisisi pembahasan mengkristal di hadapanku. Hal ini dikarenakan aku telah meneliti tema ini sejak

bertahun-tahun lamanya dari beberapa pendapat para hafidz dan syeikh yang memiliki pengalaman yang cukup lama dalam bidang al-Quran. Akhirnya pikiran-pikiran ini datang juga ke otak dan hanya membutuhkan tatanan beberapa ungkapan dan barisan kata-kata. Aku memohon kepada Allah semoga menjadikannya sebagai amalan yang tulus ikhlas demi mencari ridho-Nya dan menjadikannya bermanfaat bagiku di dunia dan akhirat. Aku berkeyakinan bahwa orang yang melihat usaha ini akan mendapatkan sesuatu yang dapat membantunya untuk menghafalkan al-Quran, dan bagi saudaraku yang telah membaca metode-metode yang ada dalam buku ini hanya tinggal memilih metode yang menurutnya menarik dan ia berkeyakinan bahwa metode tersebut cocok untuknya. Namun yang perlu ia perhatikan bahwa jika ia telah memilih, maka hendaklah terus menerus berjalan di atas langkahlangkah yang aku terangkan dalam beberapa kaedah dan petunjuk serta beberapa peringatan, ia juga dianjurkan untuk terus menyambung langkahnya hingga dapat meraih tujuan yang diharapkanya. Dan berhati-hatilah jangan sampai tergesa-gesa dalam memutuskan kecuali setelah ia mencoba dan menerapkannya. Sungguh aku telah menyaksikan banyak orang yang telah dimuliakan oleh Allah SWT sehingga mereka dapat menghafal al-Quran, mereka dapat menghafalkanya dengan menggunakan salah satu metode yang akan anda lihat dalam pembahasan buku ini. Pada kenyataannya, aku sering membahas tema ini sejak waktu yang lama, namun aku tidak mendapatkan referensi yang memuaskan diriku, selain sepenggal kutipan yang berserakan di beberapa kitab. Seakan-akan orang-orang yang menulis mengenai bidang al-Quran dan ilmunya menganggap bahwa pembahasan mengenai hal ini hanyalah masalah praktis (bukan teori) yang berbeda antara masing-masing individu, sehingga mereka tidak menjelaskannya secara terperinci, padahal mereka mengetahui bahwa tema ini sangat layak untuk dibahas dan dikaji serta disendirikan dalam buku khusus yang bernilai tinggi. Tujuannya untuk menjelaskan kepada semua orang seberapa besar perhatian kaum muslimin, dahulu dan sekarang, terhadap alQuran. Setelah aku menyelesaikan tulisan tema ini dan menyusun kata-katanya, aku pergi mengunjungi Madinah al-Munawwarah untuk aku sodorkan kepada beberapa orang guru yang spesialisasinya di bidang ini. Ketika itu aku melihat pada salah satu masjid sebuah buku berjudul: Kaifa Tahfadz al-Quran al-Karim, Aara min Huffadz, kemudian aku membacanya sepintas lalu dan aku melihat materinya berbeda dengan materi yang sedang aku bahas, buku tersebut hanyalah sebuah kumpulan pertanyaan yang dilontarkan oleh penulisnya kepada beberapa guru al-Quran di Riyadh dan kebanyakan jawaban mereka memiliki beberapa kemiripan, namun buku tersebut memuat beberapa pengalaman berharga, sehingga buku tersebut tidak kosong dari faedah. Di antara tulisan yang pernah aku lihat dalam bidang ini adalah sebuah selebaran mengenai al-Quran yang berjudul: Al-Qawaid al-Dzahabiyyah li Hifdz al-Quran al-Karim, karya Syeikh Abdurrahman Abdul Khaliq. Sekalipun bentuknya kecil, namun sangat berfaedah dan aku mengambil sebagian faedah darinya dan aku tuangkan secara global dalam bukuku ini.

Aku juga pernah melihat buku kecil berjudul: Al-Qawaid al-Dzahabiyyah li Hifdz Kitab Rabb al-Bariyyah, karya Syeikh Ahmad Muhammad Syawar. Buku ini merupakan penjelasan ringkas terhadap karya Syeikh Abdurrahman Abdul Khaliq dengan menambahkan beberapa pembahasan mengenai adab para penghafal al-Quran, beberapa keutamaan surat-surat dan beberapa tambahan lainnya yang membedakannya dari kitab aslinya. Dan aku melihat dalam daftar pustaka buku kecil ini sebuah buku berjudul Kaifa Tahfadz al-Quran,karya Abdul Rabb Nawwab al-Din, namun aku tidak memiliki kesempatan untuk membaca buku ini. Akhirnya aku tidak menklaim bahwa aku telah menghimpun segala sesuatu mengenai masalah ini, namun inilah jerih payah yang aku persembahkan bagi saudara-saudaraku. Barangsiapa menemukan kebaikan padanya, maka hendaklah ia memuji Allah dan mendoakan kebaikan untukku, namun barangsiapa yang menemukan selain itu, maka buku ini hanyalah sebuah jerih payah yang aku memohon kepada Allah semoga tidak menghalangi pahalanya dariku. Aku juga memohon kepada Allah SWT agar menjadikan pembahasan ini sebagai motivasi bagiku dan bagi saudara-saudaraku untuk selalu berada di bawah bimbingan al-Quran dan menempatkannya di hati kami sebagai ilmu dan amalan. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Dekat dan Maha Mengabulkan doa. Walhamdulillahi rabbil alamin. Jeddah, 29 Rabiul Awwal 1414 H. Penulis Yahya ibn Abdul Razzaq Ghautsani BAGIAN PERTAMA BAB I ALLAH SWT MENJAGA AL-QURAN DALAM SEMUA PROSES PENURUNANNYA DAN DALAM SEGALA ASPEKNYA Sebaiknya kaum muslimin memiliki keyakinan yang teguh bahwa Allah SWT benarbenar menjaga kitab-Nya yang meliputi segala aspek dan kondisi, Dia juga telah menurunkan dalam keadaan terpelihara dari perubahan, penggantian, tambahan dan pengurangan dan tidak ada kebatilan yang mendatanginya, baik dari depan maupun dari belakang hingga hari kiamat. Semua ini telah dijelaskan oleh dalil-dalil qathI yang meyakinkan. Aku akan menjelaskan secara ringkas fase-fase penjagaan al-Quran sebagai berikut: 1. Fase Pertama: Allah menjaga al-Quran di Lauh Mahfudh Allah SWT berfirman: Bahkan (yang didustakan mereka itu) ialah al-Qur'an yang mulia, yang tersimpan dalam Lauhul Mahfuzh. (QS. Al-Buruj: 21-22). Kata dibaca khafadl (kasrah), sehingga ia merupakan sifat bagi kata , yaitu lembaran penulisan al-Quran yang pertama. Keterangan ini menjelaskan bahwa tulisan yang terkandung dan tertoreh pada lembaran ini adalah tulisan yang dijaga. Namun, ada jugaqiraat (bacaan) lain yang menjelaskan bahwa kata ini dibaca rafa (dhammah), sehingga ia merupakan sifat bagi kata yang juga dibaca rafa. Keterangan kedua ini menjelaskan bahwa al-Quran juga dijaga di lembaran tersebut (al-Lauh).

Allah SWT berfirman: Dan sesungguhnya al-Qur'an itu dalam induk Al-Kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah. (QS. Al-Zukhruf: 4). 2. Fase Kedua: Allah SWT menjaga al-Quran ketika diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Allah SWT berfirman: (Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhaiNya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. (QS. Al-Jinn: 26-27). Yang dimaksud ayat ini adalah Jibril turun dengan membawa al-Quran dan ikut bersamanya beberapa malaikat dalam rangka menjaga al-Quran yang dibawanya, para malaikat ini juga menjaga disekeliling Rasulullah saw., di muka maupun dibelakangnya. Keterangan ini dijelaskan dalam riwayat Said ibn Jubair. Al-Dhahhak dan lainnya.[1] Ketika menjelaskan tentang jin, Allah SWT berfirman: dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api (QS. Al-Jinn: 8). Allah Maha Besar, marilah bersama-sama kita merenungi kata yang berarti malaikat-malaikat yang kuat yang menjaga al-Quran agar tidak ada satu hurufpun yang dicuri ketika proses turunnya. Kata berarti panah-panah api yang akan membakar setiap orang yang berusaha mencurinya. Pada ayat berikutnya dijelaskan: dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (bereita-beritanya), yaitu sebelum Nabi Muhammad saw. diangkat sebagai rasul dan sebelum al-Quran diturunkan kepadanya. Sedangkan penggalan ayat berikutnya berbunyi: tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu), yaitu setelah Nabi Muhammad saw. diangkat sebagai rasul dan al-Quran telah diturunkan, maka ia akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya). (QS. Al-Jinn: 9). 3. Fase Ketiga: Allah SWT menjaga al-Quran di dalam hati Nabi saw. dan menghimpunnya di dadanya yang mulia. Al-Bukhari meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya dari Ibn Abbas ra. mengenai firman Allah SWT:Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) al-Qur'an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya. (QS. Al-Qiyamah: 16-19) bahwa ketika Jibril menurunkan wahyu, Rasulullah saw. langsung mempelajarinya dengan keras dan bersungguh-sungguh, sehingga menyebabkannya menggerakkan lisan dan kedua bibirnya (dengan cepat), namun hal ini justru memberatkannya, akhirnya Allah SWT menurunkan ayat ini.[2] Allah SWT berfirman: demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar). (QS. Al-Furqan: 32). Oleh karena itulah, al-Quran tetap terjaga di dalam hati Nabi Muhammad saw., baik redaksi maupun maknanya dikarenakan penjagaan Allah SWT dan Dialah yang telah menjamin semua ini. 4. Fase Keempat: Allah SWT menjaga al-Quran ketika Nabi Muhammad saw. menyampaikan dan membacakannya kepada umatnya dengan tanpa adanya campur-tangan di dalamnya ataupun kesulitan ketika menyampaikannya. Allah SWT berfirman: Dan sesungguhnya telah kami turunkan berturut-turut perkataan ini (al-Qur'an) kepada mereka agar mereka mendapat pelajaran. (QS. Al-Qashash: 51).

Allah SWT telah mengabarkan kepada kita bahwa Dia telah menjamin al-Quran akan sampai kepada umat manusia sebagaimana ia diturunkan. Allah SWT berfirman: Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya (QS. Al-Maidah: 67). Ayat ini menjelaskan bahwa diantara syarat kenabian Muhammad saw. adalah menyampaikan alQuran secara lengkap dan utuh. Allah SWT berfirman: dan tiadalah yang diucapkannya itu (al-Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (QS. Al-Najm: 3-4). Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan Hikmah (QS. Al-Baqarah: 151). Ayat-ayat di atas menunjukkan secara pasti bahwa Nabi Muhammad saw. telah menyampikan al-Quran sebagaimana ia diturunkan, beliau tidak mengurangi ataupun menambahkan satu hurufpun. Inilah yang wajib diyakini oleh setiap muslim. 5. Fase Kelima: Allah SWT menjaga al-Quran setelah Nabi saw. menyampaikannya dan ia tetap terjaga dan terpelihara hingga hari kiamat. Allah SWT berfirman: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar menjaganya. (QS. Al-Hijr: 9). Terdapat tiga konsekwensi dari penjagaan ini, yaitu: 1. Menjaga huruf-huruf dan kata-katanya secara lengkap berdasarkan teks-teksnya yang telah diturunkan kepada Rasulullah saw. dan meriwayatkannya secara berkesinambungan (tawatur) dan pasti hingga hari kiamat. 2. Menjaga keterangan yang terkandung di dalam al-Quran, yaitu melalui hadis nabawi. 3. Menjaga para penghafal al-Quran dan melestarikan orang yang menyampaikannya hingga datang keputusan Allah SWT (hari kiamat). Hal ini terbukti bahwa Allah telah memilih hambahamba-Nya untuk membawa kitab-Nya ini tetap terjaga di hati mereka dan memantapkannya dalam mengucapkan dan membacanya secara tartil sebagaimana ia diturunkan.[3] Al-Quran dalam kelima fase yang telah aku sebutkan di atas, tetap terjaga dari penggantian dan perubahan dan terlindungi dari penambahan ataupun pengurangan. FirmanNya: Yang tidak datang kepadanya (al-Qur'an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari (Rabb) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. (QS. Fushshilat: 42). Allah SWT telah mempersiapkan hambahamba--Nya yang dipilih untuk menjaga kitabNya, mereka itu terdiri dari para sahabat, tabiin dan seterusnya, pada setiap masa dan setiap penjuru dunia. Oleh karena itulah, hendaklah orang-orang yang menghafal al-Quran ini merasa senang akan keistimewaan yang Allah berikan kepada mereka. Hendaklah mereka mengetahui betapa besar amanat yang mereka emban dan hendaklah mereka tetap berada di atas tanggung jawab ini. BAB II KEUTAMAAN MENGHAFAL DAN MEMAHAMI AL-QURAN AL-KARIM Allah SWT berfirman: Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran. (QS. Al-Qamar: 17). Kata , untuk pelajaranberarti untuk mengingat, menghafal dan memahaminya. Imam al-Qurthubi menafsirkan ayat ini: Kami memudahkan al-Quran untuk dihafal dan Kami membantu siapa saja yang ingin menghafalnya, oleh karena itu adakah orang yang berkeinginan menghafal al-Quran, sehingga ia akan mendapatkan pertolongan untuk itu ?

1.

2.

3.

4. 5.

6.

Allah SWT berfirman: Sebenarnya, al-Qur'an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu (QS. Al-Ankabut: 49). Sungguh alangkah indahnya ayat ini yang telah menjelaskan keagungan hati yang dapat menghafal Kalamullah ini dan mensifati para pemiliknya bahwa mereka itulah orang-orang yang diberi ilmu. Apakah ada ilmu lain setelah Kitabullah ini (yang lebih unggul) ? Disela-sela ayat ini juga Allah SWT menjelaskan kepada kita bahwa Dia telah memilih sekelompok hambahamba-Nya dengan menjadikan hati mereka sebagai wadah bagi Kalam-Nya. Sungguh inilah anugerah yang nyata. Seandainya orang-orang merenungi keistimewaan umat ini di mana Allah SWT telah menjadikan hati ulama mereka sebagai sebab dalam penjagaan ayat-ayat Allah SWT yang jelas, niscaya mereka mengetahui betapa mulia para penghafal Kitabullah ini. Bahkan lebih mengherankan lagi, bahwa ada sebagian orang yang telah menghafal alQuran ini, padahal mereka tidak dapat berbahasa Arab, namun lisan mereka sangat fasih melantunkan al-Quran, sebagaimana sering kita saksikan. Kedudukan menghafal al-Quran di sisi Rasulullah saw. Disebutkan dalam hadis sahih bahwa Rasulullah saw. telah menjadikan hafalan al-Quran sebagai tolok ukur dalam mengunggulkan di antara para sahabatnya. Oleh karena itulah, ketika mengutus seorang delegasi, beliau bersabda: Hendaklah yang menjadi pimpinan kalian adalah orang yang paling banyak hafalan al-Qurannya [4] . Ketika para syuhada telah terhimpun, beliau lebih mendahulukan orang yang paling banyak hafalan al-Qurannya di antara mereka untuk dimasukkan kedalam liang lahad terlebih dahulu dan beliau sendirilah yang memasukkannya.[5] Bahkan beliau menjadikan hafalan al-Quran seorang sahabatnya sebagai mahar pernikahannya.[6] Beliau juga menyerahkan panji Islam dalam peperangan kepada sahabatnya yang paling banyak hafalan al-Qurannya untuk membedakannya dari yang lainnya. Diriwayatkan dari Abdullah ibn Umar ra., ia berkata: Aku pernah mendengar Rasuluullah saw. bersabda: Tidak ada rasa dengki (yang diperbolehkan) kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah berikan kepadanya al-Quran, lalu ia membacanya ketika beribadah di pertengahan malam dan siang dan orang yang Allah berikan harta kepadanya, lalu ia mensedekahkannya di pertengahan malam dan siang.[7] Diriwayatkan dari Abdullah ibn Amr ibn al-Ash ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: Akan dikatakan kepada para penghafal al-Quran: bacalah dan naiklah, bacalah dengan tartil sebagaimana ketika di dunia kamu membacanya dengan tartil, karena sesungguhnya posisimu adalah pada ayat terakhir yang kamu baca.[8] Diriwayatkan dari Usman ibn Affan ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Quran dan mengajarkannya.[9] Diriwayatkan dari Abdullah ibn Masud ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Barangsiapa membaca satu huruf dari al-Quran, maka baginya satu kebaikan dan kebaikan ini akan digandakan sepuluh kali lipat, aku tidak mengatakan bahwa Alif Lam Mim adalah satu huruf, akan tetapi Alif adalah satu huruf, Lam adalah satu huruf dan Mim adalah satu huruf.[10] Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwa Nabi saw. bersabda: Tidaklah suatu kaum berkumpul di satu rumah dari rumah-rumah Allah SWT (mesjid) sambil membaca Kitabullah, dan mempelajarinya melainkan ketenangan akan turun kepada mereka,rahmat akan menyelimuti mereka, para malaikat akan mengelilingi mereka dan Allah akan menyebut mereka di hadapan makhluk yang ada di sisi-Nya.[11] Para pendahulu kita yang shalih, baik dari generasi sahabat, tabiin dan generasi setelahnya juga tidak mendahulukan sesuatupun di atas al-Quran, bahkan mereka tidak akan

mengizinkan pencari ilmu untuk melanjutkan mempelajari beberapa cabang ilmu dan hadis sebelum ia menghafal al-Quran terlebih dahulu. Al-Walid ibn Muslim berkata: Ketika kami sedang duduk bersama al-AuzaI, beliau melihat seorang pemuda di antara kami, lalu ia berkata kepadanya: Hai pemuda, sudahkah kamu membaca al-Quran ? Pemuda tersebut menjawab: sudah, lalu al-AuzaI menyuruhnya membaca ayat: )11 : (... , namun pemuda ini menjawab: aku tidak bisa. Akhirnya al-AuzaI berkata kepada: Pergilah, pelajarilah al-Quran terlebih dahulu sebelum kamu menuntut ilmu.[12] Dan masih banyak lagi ucapan semacam ini, namun aku merasa cukup dengan sedikit yang aku kemukakan di atas. BAB III KEWAJIBAN MEMURAJAAH DAN MENGINGAT-INGAT AL-QURAN DAN PERINGATAN BAGI ORANG YANG MENINGGALKAN DAN MELUPAKANNYA Sesungguhnya Allah SWT telah menjadikan sifat lupa sebagai watak manusia, namun di antara penyebab lupa ini adalah diakibatkan oleh kesembronoannya dalam memurajaah dan mengingat-ingatnya dan di antaranya juga diakibatkan oleh banyaknya aktivitas dan kesibukan sehari-hari. Allah SWT berfirman: dan sesungguhnnya telah Kami berikan kepadamu dari sisi Kami suatu peringatan(al-Qur'an). Barangsiapa yang berpaling daripada al-Qur'an maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat. (QS. Thaha: 99-100). Allah SWT berfirman: Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". Berkatalah ia:"Ya Rabbku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya seorang yang melihat" Allah berfirman:"Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu(pula) pada hari inipun kamu dilupakan". (QS. Thaha: 124-126). Ayat-ayat di atas secara jelas menerangkan tentang melantunkan dan membaca al[13] Quran. Ibn Katsir berkata: Sebagian mufassir memasukkan pengertian di atas ke dalam firmanNya: Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, karena sesungguhnya berpaling dari membaca al-Quran al-Karim, sengaja melupakannya dan tidak peduli terhadapnya merupakan tindakan meremehkan dan kesembronoan yang besar. Naudzu billahi minh.[14] Diriwayatkan dari al-Dhahhak ibn Muzahim bahwa ia berkata: Tidaklah seseorang mempelajari al-Quran kemudian melupakannya melainkan ia telah melakukan sebuah dosa, karena sesungguhnya Allah SWT berfirman: Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri (QS. Al-Syura: 30). Sesungguhnya melupakan al-Quran merupakan musibah terbesar.[15] Allah SWT berfirman: Dan pada sebagian malam hari shalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Rabb-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (QS. Al-Isra: 79). Ayat ini mengisyaratkan bahwa cara terbaik dan paling afdhal dalam memurajaah al-Quran yang sebaiknya selalu diperhatikan oleh seseorang adalah dengan membacanya ketika shalat tahajjud, karena ketika itu jiwa sedang jernih dan hati sunyi dari segala kesibukan duniawi. Terdapat beberapa hadis yang menganjurkan untuk selalu mengingat al-Quran dan mengingatkan untuk tidak melupakannya, aku hanya menyebutkan sebagiannya saja, yaitu:

1. Diriwayatkan dari Abu Musa al-Asyari ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: Biasakanlah membaca al-Quran,karena demi Zat yang jiwaku ada di Tangan-Nya, sesungguhnya al-Quran lebih mudah lepas daripada onta yang terlepas dari ikatanya.[16] 2. Diriwayatkan dari Ibn Umar ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya perumpamaan penghafal al-Quran adalah laksana onta yang diikat, jika ia menjaganya dengan baik, maka onta tersebut tetap dalam genggamannya, namun jika ia melepaskannya, maka onta itupun akan hilang.[17] 3. Diriwayatkan dari Anas ibn Malik ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Telah disodorkan kepadaku pahala umatku, termasuk pahala kotoran yang disingkirkan oleh seseorang dari mesjid dan disodorkan pula kepadaku dosa-dosa umatku, aku tidak melihat dosa yang lebih besar daripada satu surat atau satu ayat al-Quran yang telah diberikan kepada seseorang, lalu ia melupakannya.[18] 4. Diriwayatkan dari Saad ibn Ubadah ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: Barangsiapa membaca al-Quran, kemudian ia melupakannya, maka ia akan bertemu dengan Allah SWT pada hari kiamat dalam keadaan buntung.[19] Sesungguhnya para sahabat sangat memperhatikan untuk selalu membaca al-Quran di malam hari ataupun siang hari, mereka menjadikan untuk diri mereka satu wirid harian yang mana mereka tidak akan tidur sebelum menyelesaikan wirid mereka, yaitu membaca al-Quran, padahal mereka adalah orang-orang yang selalu disibukkan dengan jihad, pembebasan beberapa kota dan mengajarkan orang-orang yang baru masuk Islam akan hukum-hukum agama Islam, namun mereka tetap tidak melalaikan untuk memurajaah al-Quran. Sungguh mereka telah menjadikan al-Quran sebagai kebiasaan mereka dan manhaj yang mereka tempuh dan aturanaturan al-Quran ini mereka jadikan sebagai petunjuk. Sungguh bacaan al-Quran telah menjadi suara mereka laksana suara lebah yang selalu menggema. Di sini aku akan memberikan pengarahan bagi saudara-saudaraku yang telah menghafal al-Quran di beberapa halaqah tahfidz (perkumpulan penghafal al-Quran) pada beberapa mesjid, namun kemudian mereka meninggalkan dan melupakannya. Pengarahan ini juga aku tujukan bagi saudara-saudaraku yang telah mempelajari al-Quran di beberapa Madrasah Tahfidz alQuran, sebenarnya mereka telah hafal al-Quran sejak kecil, namun waktu telah berjalan cukup lama dan mereka disibukkan oleh beberapa aktivitas keduniawiyan, sehingga mereka lalai untuk memurajaah dan memantapkan hafalan mereka, bahkah mereka justeru sirna dalam keramaian aktivitas duniawi dari gudang yang sangat berharga ini yang jika hilang, maka tidak akan ada penggantinya. Pengarahan ini juga ditujukan bagi saudara-saudaraku yang telah menghafal beberapa surat al-Quran, namun kemudian sirna ditelan sifat lupanya.[20] BAB IV SYARAT-SYARAT MERAIH ILMU MENURUT ULAMA SALAF Sebagai pembuka bab ini, aku akan menampilkan dua buah syair yang dinisbahkan kepada Imam al-SyafiI, semoga Allah merahmatinya, sebagai berikut:[21] Wahai saudaraku, kamu tidak akan memperoleh ilmu, melainkan dengan enam perkara Aku akan menjelaskan perinciannya dengan jelas Yaitu cerdas, penuh perhatian, bersungguh-sungguh, bekal yang cukup Bersahabat dengan guru dan waktu yang lama Imam al-SyafiI telah menyeru kepadamu dengan seruan yang lembut ini, seolah-olah ia berkata kepadamu: Wahai saudaraku, siapa saja yang ingin menjadi penuntut ilmu atau penghafal al-Quran, hendaklah kamu memiliki enam perkara ini, yaitu: 1. Kecerdasan

Kecerdasan ini terdiri dari dua macam, yaitu kecerdasan yang merupakan anugerah dan pemberian Allah SWT dan kecerdasan yang diperoleh dengan usaha, dan keduanya pada hakekatnya berasal dari Allah SWT. Dengan kemampuan yang dimilikinya, seseorang dapat mengembangkan kecerdasan yang kedua, sehingga ia memiliki kecerdasan yang lebih tinggi lagi. Dengan kemampuan yang kita miliki, kita dapat mendidik seorang anak kecil dengan sarana pendidikan yang telah mengalami perkembangan dan telah dikaji sesuai dengan usia dan otaknya agar anak kecil tersebut dapat tumbuh menjadi seorang yang memiliki kecerdasan sehingga dapat membaktikan dirinya bagi umatnya dan problematikanya. Aku pernah membaca sistem pengajaran di Jepang, diantara yang aku baca menjelaskan bahwa anak kecil yang telah berusia tiga tahun sudah bisa dimasukkan ke sekolah tingkat dasar, pada tingkat ini pengajaran dipercayakan kepada guru-guru senior yang memiliki keahlian tertentu agar mereka dapat membangun otak-otak yang ada di hadapan mereka di atas pondasi yang kokoh, maka setelah seorang siswa tamat dari tingkat sekolah menengah, yaitu diusianya yang keempat belas tahun, ia telah mengantongi keilmuan dan pengetahuan yang tidak dimiliki oleh alumni universitas yang ada di negara kita (Arab Saudi), padahal pada kenyataannya semua otak adalah sama, namun yang membuatnya berbeda adalah pola dan metode yang digunakan untuk membantu mengembangkan tingkat kecerdasan seorang pelajar. Mengenai pembahasan ini, telah ditulis beberapa kajian dan penelitian tentangnya, silahkan melihatnya.[22] 2. Penuh perhatian Bagaimana pendapatmu seandainya seseorang memberimu sebuah amanat yang bernilai tinggi, ia berkata kepadamu: Tolong sampaikan amanat ini kepada si fulan, bagaimana kamu dapat mengetahui bahwa kamu sangat memperhatikan amanat ini ? Tidakkah kamu selalu meraba-rabanya, sedangkan ia berada di sakumu, kamu kuatir kalau-kalau barang tersebut terjatuh ? Tidakkah tanganmu menggenggamnya dengan kuat ? Tidakkah kamu selalu menjaganya dengan penuh kehati-hatian, agar ia tidak diincar oleh para pencopet ? Ya, memang harus demikian. Itulah yang dinamakan penuh perhatian. Demikianlah seharusnya kamu bersikap dalam menuntut ilmu dan menghafal al-Quran, yaitu penuh perhatian terhadapnya, karena cita-cita yang tinggi tidak akan dapat diraih hanya dengan angan-angan saja. Hendaklah perhatianmu yang penuh terhadap pengetahuan, sesuatu yang berfaedah ataupun hafalan yang mantap lebih kuat daripada perhatianmu terhadap batu permata dan mutiara. Hendaklah kamu memperhatikan guru yang sedang menjelakan kepadamu betapa berharganya hal-hal yang berfaedah ini, ia juga yang menyingkapkan untukmu hakekatnya, ialah yang meluruskan jalanmu ketika kamu berbelok dan ia pula yang memudahkanmu melalui rintangan-rintangan yang menghalangi perjalanan keilmuanmu. 3. Bersungguh-sungguh Secara umum, kesungguh-sungguhan berarti mengerahkan daya dan upaya demi meraih sesuatu. Sedangkan yang dimaksud dengan kesungguh-sungguhan di sini adalah cita-cita yang tinggi,[23] kontinyu setiap hari dan selalu mengingat-ingat dan memurajaah pelajaran, bukan pengertian yang dikenal oleh para ulama ushul al-fiqh. 4. Bekal yang memadai Yaitu biaya yang membantumu dalam menuju ke puncak perolehan ilmu. Para ulama terdahulu,semoga Allah meridhoi mereka, tidak menginginkan seorang penuntut ilmu menjadi orang yang membebani masyarakat ataupun menjadi seorang yang mencari sesuap nasi dengan bacaan al-Qurannya. Mereka memberikan syarat dalam memperoleh ilmu agar seorang penuntut ilmu mempersiapkan bekalnya sendiri, yaitu bekal yang membuatnya kuat dalam meraih ilmu.

Di samping itu, bagi seorang yang mempelajari al-Quran haruslah mencari dengan sungguhsungguh bekal yang halal dan makanan yang baik ketika mempelajarinya. 5. Bersahabat dengan guru Yaitu selalu bersamanya dan senantiasa hadir di hadapan guru dan pendidik yang selalu memegang tanganmu menuju jalan yang lurus dan sumber mata air jernih dan menyegarkan. Seorang ulama berkata: Janganlah kamu bersahabat dengan orang yang tingkah-lakunya tidak dapat membangkitkan semangatmu dan ucapannya tidak dapat mendekatkanmu kepada Allah SWT. Dalam upaya meraih ilmu dan mempelajari al-Quran tidak mungkin dapat tercapai tanpa guru yang mumpuni. Di samping itu, harus terus-menerus bersama dan menundukkan (menghentikan) kendaraan di hadapan para ulama agar seorang pelajar memiliki pengalaman dalam memahami pelajaran dan beristinbathdengan baik dan mengetahui kandungan kata-kata dan maksud para ulama. Ada sebuah ungkapan: Barangsiapa yang gurunya hanyalah buku yang dibacanya, maka kesalahannya lebih banyak daripada kebenarannya. Penjelasan panjang lebar mengenai hal ini aku tampilkan pada bagian kedua mengenai kaedah ketiga belas. Pada bagian ini, aku juga menjelaskan tentang sifat-sifat yang sebaiknya dimiliki oleh seorang guru dan bagaimana cara memilih seorang guru dan lain-lain. 6. Waktu yang lama Sering sekali dijumpai beberapa pelajar yang hanya memiliki cita-cita yang bersifat sementara, mereka tampak gemar menuntut ilmu, misalkan ketika ia mendengar sebuah nasehat yang mendorongnya untuk menuntut ilmu ataupun ketika ia membaca sekelumit tentang keutamaan-keutamaan ilmu, maka dengan keinginan yang kuat ia segera menghadiri majlismajlis ilmu, namun keadaan ini hanya berlangsung dalam waktu yang hanya sebentar saja, tak lama kemudian kelesuan menimpanya, sebagaimana yang menimpa kebanyakan pelajar, sehingga ia menjadi malas dan mengendur dalam menuntut ilmu. Akhirnya ia mulai menyianyiakan secuil ilmu yang telah dipelajarinya, bahkan ia telah menyia-nyiakan masa depan keilmuaannya. Bahkan bisa jadi keadaanya lebih parah dari ini, misalnya ketika setan membujuknya agar merasa cukup dengan ilmu yang dimilikinya, setan juga membisikinya bahwa hanya dengan menghafal segelintir masalah, ia sudah bisa menjadi seorang guru yang dapat memberikan fatwa ketika dimintai fatwa, bahkan ia sudah bisa berijtihad dan mengemukakan pendapatnya yang sebanding dengan pendapat para imam besar, karena pintu ijtihat terbuka bagi siapa saja. Kedua kondisi ini sangat mengkuatirkan, karena menuntut ilmu itu tidak hanya dengan menghadiri satu ataupun dua pelajaran saja, tidak juga hanya belajar sebulan atau dua bulan saja, sesungguhnya ia membutuhkan waktu yang lama dan selalu berada di sisi para ulama. Al-Baihaqi meriwayatkan dalam kitab Syuab al-Iman bahwa Abdullah ibn al-Mubarak berkata: Seseorang tidak akan memperoleh ilmu kecuali dengan waktu luang, harta, menghafal dan bersikap wara(apik).[24]

BAGIAN KEDUA KAEDAH UMUM DAN NORMA DASAR DALAM MENGHAFAL AL-QURAN AL-KARIM Pada bagian kedua ini, aku berusaha menjelaskan kaedah dasar terpenting yang dibutuhkan oleh seorang pembaca al-Quran yang berkeinginan menghafalnya, setelah itu barulah

aku sertakan dengan bagian ketiga yang menjelaskan tentang cara-cara praktis yang dapat diterapkan dalam menghafal al-Quran, insya Allah. Kaedah Pertama :Keikhlasan merupakan rahasia meraih taufiq dari Allah dan hati yang terbuka Keikhlasan niat, jujur dalam menghadapkan diri kepada Allah SWT, tujuan yang baik dan menghafal karena Allah dan mencari ridho-Nya merupakan rahasia meraih taufiq (pertolongan) dalam perjalanan mencari ilmu. Allah SWT berfirman: Katakanlah:"Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama. (QS. Al-Zumar: 11). Barangsiapa menghafal al-Quran agar dikatakan bahwa ia seorang hafiz atau agar ia dapat berbangga dengannya karena riya dan sumah, maka ia tidak akan mendapatkan pahala dan balasan, justru ia telah berdosa. Nabi saw. bersabda: Ada tiga kelompok manusia yang pertama kali diadili pada hari kiamat,diantaranya adalah, dan orang yang mempelajari ilmu dan mengajarkannya, dia juga membaca al-Quran dan ia dapat menghafalnya, maka al-Quran tersebut mengenalkannya beberapa kenikmatan dan diapun merasakannya, lalu al-Quran bertanya: Apa yang kamu ketahui tentang kenikmatan tersebut ? Ia menjawab: Dalam dirimu aku mempelajari ilmu dan akupun mengajarkannya disamping itu aku juga membaca al-Quran, al-Quran tersebut berkata: kamu berdusta, akan tetapi ia hanyalah ingin dikatakan sebagai seorang qari, maka sesungguhnya julukan ini sudah disandangnnya, tak lama kemudian diperintahkan agar wajahnya diseret hingga ia terlempar ke neraka.[25] Ali ibn al-Madini berkata: Tatkala aku berpamitan kepada Sufyan, ia berpesan: Ingatlah, sesungguhnya kamu akan diuji dengan ilmu ini, sesungguhnya orang-orang akan membutuhkan kamu, oleh karena itulah bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kamu memperbaiki niatmu dalam menuntut ilmu ini.[26] Nabi saw. bersabda: Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya.[27] Ketika menghafal al-Quran karena mencari ridho Allah, seorang penuntut ilmu akan merasakan kebahagiaan besar yang mengalir keseluruh tubuhnya yang paling dalam yang tidak dapat dibandingkan dengan kebahagiaan di dunia ini. Ialah kebahagiaan yang dapat menundukkan setiap kesulitan yang ada di hadapannya. Sesungguhnya peran guru dalam mengarahkan pandangan seorang pelajar untuk mengikhlaskan niatnya dan benar-benar menghadap kepada Allah SWT merupakan peran besar yang tidak dapat dipungkiri. Hendaklah seorang penghafal al-Quran menghindari sifat riya ketika menghafalkannya, sesungguhnya riya merupakan penyakit yang mengkuatirkan dan racun yang merugikan, karena sifat ini dapat menundukkan segala kemampuan dan memalingkannya kepada selain Allah SWT. Diriwayatkan dari Ali ra. bahwa ia pernah berkata: Ada tiga tanda orang yang memiliki sifat riya, yaitu pemalas jika sedang menyendiri, rajin ketika di hadapan orang lain dan menambahkan amalnya ketika ada yang memujinya.[28] Sebaiknya seorang pendidik tidak berlebihan dalam mengungkapkan pujian dan penghargaan kepada para penghafal al-Quran, agar mereka tidak terjerumus ke dalam penipuan dan hendaklah yang ia berikan kepada mereka hanyalah dalam rangka memberi semangat dan membuatnya mempercepat hafalannya serta sesuai dengan kualitasnya. Kaedah Kedua : Menghafal di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu

Sesungguhnya hati anak kecil lebih jernih daripada hati orang dewasa karena minimnya kesulitan dan kesibukan yang dihadapinya. Dan karena itulah, menggunakan kesempatan usia menghafal di waktu kecil dianggap sebagai faktor penting dalam memantapkan al-Quran terukir di dalam hati. Disebutkan dalam sebuah hadis bahwa Nabi saw. bersabda: Hafalan seorang anak kecil bagaikan mengukir di atas batu dan hafalan seseorang setelah dewasa bagaikan menulis di atas air.[29] Ibn Majah meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Nabi saw. bahwa beliau bersabda:Barangsiapa membaca al-Quran sebelum baligh, maka ia termasuk orang yang diberikan kemantapan diwaktu kecil.[30] Barangsiapa yang sejak kecil telah didiktekan bacaan al-Quran, maka al-Quran akan berbaur dengan darah dan dagingnya, hal ini dikarenakan ia menerimanya pada periode pertama dari usianya dan otaknya pada waktu itu sedang berada pada fase pertumbuhan dan penyempurnaan. Oleh karena itulah, kemantapan al-Quran ketika itu menjadi singkron dengan hatinya bersamaan dengan pertumbuhan jasmani dan otaknya. Maka ketika itulah, al-Quran dapat membaur dengan darah dan dagingnya. Al-Bukhari meriwayatkan dalam kitab al-Tarikh al-Kabir bahwa Nabi saw. bersabda: Barangsiapa mempelajari al-Quran pada usia mudanya, maka Allah akan membaurkan al-Quran dengan daging dan darahnya.[31] Sesungguhnya usia yang paling utama untuk menghafal biasanya dimulai sejak usia kelima tahun, bahkan dalam kondisi-kondisi tertentu beberapa anak kecil sudah mulai menghafal ketika usianya yang keempat tahun dan ternyata mereka berhasil. Sedangkan bagi anak yang usiany di bawah itu, maka sedapat mungkin difokuskan untuk mengenal huruf-huruf hijaiyah disertai dengan gambar-gambar. Bahkan jika huruf-huruf dan gambar-gambar tersebut besar bentuknya, maka hasilnyapun akan lebih memuaskan. Di samping itu sedapat mungkin mendiktekan anak kecil pada usia ini dengan pendengarannya, karena ia dapat menghafal segala sesuatu yang didektekan kepadanya dengan syarat metode yang digunakan sesuai dengan otak dan usianya, seperti metode dengan menggunakan alat perekam yang diulang-ulang dan lain-lain. Aku juga menyarankan agar kedua orang tua mulai memperdengarkan bacaan surat-surat pendek ketika ia berusia tiga tahun dan mengulang-ulanginya setiap hari, di samping itu hendaklah mereka memintanya untuk membaca surat yang dihafalnya di hadapan anak-anak lainnya agar mereka juga terdorong untuk menghafal al-Quran dan memecah rintangan yang membuatnya takut dan gentar. Setiap orang dari kita tentunya telah melihat bahwa anak-anak kecil dapat menghafal cerita-cerita dan hikayat-hikayat yang berjilid-jilid dan tidak diragukan lagi bahwa semua ini hanyalah mengambil dan menyibukkan sebagian dari daya ingatnya. Oleh karena itu, jika kita mengarahkan anak kecil untuk menghafal al-Quran sejak dini, tentunya kita akan menyibukkan daya ingatnya dengan sesuatu yang bermanfaat yang akan kembali kepadanya, yaitu kuat dalam membaca, kefasihan dan lain-lain, di samping itu pengetahuan yang ada di otaknya akan semakin meluas sejak masa kecilnya. Semua ini telah dicoba dan dipraktekkan. Peringatan: jika kamu membaca diskusi ini, sedangkan kamu termasuk orang yang usianya telah melebihi batas yang dimaksud, maka janganlah sekali-kali kamu berkata (pada dirimu sendiri): kereta telah meninggalkanku, karena barangsiapa yang memiliki hasrat untuk menghafal dan cita-cita yang tinggi, maka pastilah ia akan menghafal seandainya ia meletakkan di hadapan kedua matanya tujuan bahwa ia harus menghafal dan sesungguhnya aku akan

mengetahui bahwa saudara-saudaraku baru menghafal al-Quran secara lengkap setelah mereka menginjak usia empat puluh tahun.[32] Kaedah ketiga : Memilih waktu yang tepat dapat membantu dalam menghafal Sesungguhnya memilih waktu merupakan hal penting dalam menghafal, seseorang sebaiknya tidak menghafal diwaktu sempit dan gelisah atau diwaktu anak-anak sedang ribut. Seharusnyalah ia mengambil waktu yang suasanya tampak tenang dan jiwa dalam keadaan senang dan tidak gelisah. Disela-sela eksperimen telah ditetapkan bahwa waktu yang paling baik dalam menghafal adalah diwaktu sahur dan waktu setelah subuh, karena ketika itu otak sedang jernih dan badan terasa rileks. Al-Khatib al-Baghdadi berkata: Ketahuilah ada waktu-waktu tertentu dalam menghafal, sebaiknya bagi orang yang ingin menghafal memperhatikannya, ketahuilah bahwa waktu yang paling baik adalah waktu sahur.[33] Ibn Jamaah berkata: Waktu yang paling baik untuk menghafal adalah waktu sahur, waktu yang paling baik untuk berdiskusi adalah pagi hari, waktu yang paling baik untuk menulis adalah pertengahan siang dan waktu yang paling baik untuk membaca dan mengingat-ingat adalah malam hari.[34] Ismail ibn Abi Uwais berkata: Jika kamu berkeinginan menghafal sesuatu, hendaklah kamu tidur terlebih dahulu dan bangunlah diwaktu sahur, maka nyalakan lampu dan lihatlah yang akan kamu hafalkan, karena sesungguhnya kamu tidak akan melupakannya setelah itu, insya Allah.[35] Hammad ibn Zaid pernah ditanya: Apakah yang paling dapat membantu dalam menghafal ?, ia menjawab: Sedikitnya lendir[36] dan sedikitnya lendir ini hanya bisa terjadi jika hati sedang kosong dan hal itu terjadi di kesunyian malam. Kaedah keempat : Memilih tempat menghafal Sesungguhnya pemilihan tempat memiliki pengaruh dalam proses menghafal, karenanya lebih diutamakan agar tempat tersebut bukanlah tempat yang memiliki banyak pemandangan, ukiran, dan ornamen juga bukan tempat yang terdapat banyak kesibukan. Jika sebuah tempat dibatasi, tentunya dengan memperhatikan udaranya yang bersih dan sejuk, maka tempat itu lebih baik daripada tempat yang luas yang dipenuhi pepohonan dan kebun-kebun, karena mata ketika itu akan melihat ke sekelilingnya dengan sangat senangnya. Mengenai hal ini, ada beberapa wasiat beberapa ulama terdahulu yang memiliki keunggulan daripada metode pengajaran modern, di antaranya: Al-Khatib al-Bahdadi berkata: Ketahuilah sesungguhnya ada beberapa tempat yang sebaiknya selalu digunakan oleh orang yang sedang menghafal untuk menghafal dan tempat yang paling baik untuk menghafal adalah kamar[37] yang bukan dilantai bagian bawah dan setiap tempat yang terhindar dari sesuatu yang mengalihkan pandangan, serta tempat yang membuat hati sunyi dari sesuatu yang mengagetkannya agar ia tidak disibukkan olehnya ataupun terfokus kepadanya, sehingga menghalanginya untuk menghafal Seseorang tidak dianjurkan menghafal di hadapan tanaman dan sesuatu yang berwarna hijau, tidak juga di tepi sungai, tidak juga di tengah jalan, karena biasanya tempat seperti ini tidak dapat menghilangkan sesuatu yang menghalangi hati dari rasa sunyi dan kejernihan pikiran.[38] Ibn al-Jauzi berkata: Tidak dianjurkan menghafal di tepi sungai dan di hadapan sesuatu yang hijau agar hati tidak dibuat sibuk olehnya.[39]

Menghafal dan memfokuskan pikiran pada pelajaran berbeda dengan membaca biasa. Sesungguhnya tempat yang luas dan banyaknya pemandangan dan pepohonan akan membuat hati bercabang dan memudarkan kosentrasi pikiran. Tempat semacam ini baik untuk membaca biasa yang tidak membutuhkan jerih payah dan pikiran terfokus, seperti membaca buku sejarah atau buku cerita. Sebaik-baik tempat yang sangat kami anjurkan adalah mesjid, karena di mesjid ini, seseorang selalu menjaga dirinya dari tiga jendela hati, yaitu: mata agar melihat segala yang diharamkan; telianga agar tidak mendengar sesuatu yang tidak membuat Allah ridho; dan lisan agar tidak berbicara kecuali yang baik. Tiga jendela hati ini menggambarkan sekumpulan perangkat yang digunakan dalam menghafal al-Quran, jika ketiganya sehat dan bersih, maka hasil hafalannyapun akan baik dan mantap. Berkaitan dengan kaedah ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu hendaklah menghafal sambil berjalan dua tiang atau dua sudut mesjid, karena berjalan ini sangat membantu dalam membangkitkan semangat anggota badan ketika terasa bosan, di samping itu berjalan ini lebih menyerupai sebuah proses pengisian baterai atau aki. Berjalan juga sangat baik dilakukan ketika memurajaah hafalan, yaitu ketika mushaf ada di tanganmu dan kamu membukanya tatkala hafalanmu terhenti ataupun tersendat. Di samping itu ada beberapa cara yang perlu diperhatikan, yaitu bahwa salah satu metode menghafal al-Quran adalah dengan menyertakan hafalanmu dengan tempat tertentu, misalkan tentukanlah ruang perpustakaan untuk menghafal surat al-Isra dan mesjid untuk menghafal surat al-Nahl. Hal ini dikarenakan bentuk tempat tersebut terpatri di dalam hati dan diharapkan surat tersebut juga ikut terpatri di dalam hati, sehingga tidak mudah hilang. Karenanya, kamu akan mampu memantapkan hafalanmu dengan memperhatikan hal ini sejak semula. Tidak hilang dari ingatan kita mengenai peristiwa turunnya al-Quran kepada Nabi Muhammad saw. ketika di goa Hira, peristiwa ini terjadi pada sebuah tempat yang beliau cintai, oleh karena itulah, ayat-ayat yang beliau dengar terpatri di dalam hatinya berbarengan dengan terpatrinya goa tersebut. Turunnya al-Quran di Mekkah, sebagian di Madinah, sebagian di gunung tertentu dan sebagian lagi di rumah Aisyah merupana bukti nyata bagi kita semua. Diriwayatkan dari Abdullah ibn Masud ra. bahwa ia berkata: Tidaklah satu surat dari Kitabullah diturunkan melainkan aku mengetahui di mana surat itu diturunkan [40] Wahai saudaraku tercinta Jika Allah SWT memuliakanmu, misalkan dengan kesempatan melakukan ibdah umrah, maka khususkankan satu juz al-Quran untuk kamu hafalkan di Tanah Haram, yaitu di sisi Kabah al-Mukarramah dan jika kamu berkesempatan mengunjungi Mesjid Nabawi, hendaklah kamu mengkhususkan dirimu menghafal satu juz di Raudhah yang mulia (makam Rasulullah saw.), karena sesungguhnya hafalanmu memiliki hubungan dengan tempat-tempat ini, terutama tempattempat suci ini, maka ketika kamu memurajaah, maka kamu akan mendapatinya kuat dan mantap, karena kamu telah menyaksikan tempat ini. Ibn Jubair pernah menyebutkan bahwa ia telah menyelesaikan hafalan al-Qurannya di tengah perjalanannya, yaitu ketika ia berada di padang pasir Mesir, tepatnya di sisi sumur air tawar.[41]Perhatikanlah memorial ini, betapa indahnya bukan ? Peringatan : Ada baiknya kamu tidak menghafal di sisi cermin, tujuannya agar pikiranmu tidak bercabang ketika menghafal, karena sesungguhnya setan akan menyibukkan kamu dengan selalu

memandanginya dan memecah pikiranmu hingga ia dapat memalingkanmu dari menghafal alQuran. Akan tetapi, ada baiknya jika kamu mengambil manfaat dari cermin ini ketika mempelajariMakharijul Huruf (tempat keluarnya huruf hijaiyyah) dan sifat-sifatnya. Yaitu dengan cara melihat ke cermin, ketika kamu ingin membenarkan ucapanmu terhadap makharijul huruf, hingga kamu dapat melihat gerakan kedua bibir dan tempat-tempat lisan ketika mengucapkan huruf. Hal ini dikarenakan cermin memiliki peran yang tidak dapat diremehkan dalam hal memperhatikan detail keluarnya huruf dari tempat-tempatnya. Aku baru saja mengetahui bahwa beberapa lembaga bahasa merekomendasikan metode ini dan menggunakannya di laboratorium suara, karena dalam hal ini, cermin sangat berfaedah. Kaedah kelima : Irama dan bacaan yang baik dengan memperdengarkan suara dapat memantapkan ayat-ayat dalam ingatan Al-Quran al-Karim memiliki berbagai keistimewaan, di antara keistimewaan dari segi suara yang merupakan pembeda antara al-Quran dengan bahasa Arab adalah: 1. Melebihkan kadar irama dalam mengucapkan huruf nun dan mim yang bertasydid dan ketika idgham dan ikhfa. 2. Melebihkan kadar mad (bacaan panjang) pada tempat-tempat yang telah diketahui. 3. Irama asli yang mengalir dari lisan pembaca tergantung dari tingkat keilmuannya. Oleh karena itulah, bacaan al-Quran yang disertai dengan irama yang kamu sukai dan dapat memantapkan hukum-hukum tadwij akan mempermudah bagimu dalam proses menghafal dan selanjutnya mempermudah bagimu dalam proses mengulang hafalan dilain waktu tanpa melihat al-Quran, karena jika kamu terbiasa pada lagu tertentu, maka ketika kamu mengurangi satu penggal ayat, karena lupa, maka lisanmu tidak akan patuh kepadamu dan jika lisanmu patuh kepadamu, maka biasanya telinga yang terbiasa mendengarkan irama ini tidak akan menerima kesalahan ini. Nabi saw. bersabda: Tidaklah termasuk golongan kami orang yang tidak melagukan bacaan al-Quran.[42] Beliau juga bersabda: Perindahlah al-Quran dengan suara-suaramu [43] Sebaiknya kamu membaca berdasarkan tabiat dirimu, tidak memaksakan mengikuti irama para qaridan hendaklah hal ini dilakukan dengan suara yang dapat didengar, karena mengeraskan suara dapat membantu dalam menghafal. Al-Zubair ibn Bakkar berkata: Ayahku pernah mengunjungiku ketika aku sedang memikirkan sebuah buku dan aku tidak membacanya dengan keras, aku merenunginya hanyalah antara aku dan diriku, lalu ayahku berkata kepadaku: Sesungguhnya yang kamu dapati dari renunganmu ini hanyalah bacaan yang membuat matamu mendatangi hatimu, maka jika kamu ingin merenungi bacaan, hendaklah kamu melihatnya dan keraskanlah bacaanmu, karena kamu akan mendapatkan bacaan yang membuat matamu mendatangi hatimu dan sesuatu yang membuat pendengaranmu mendatangi hatimu.[44] Abu Hilal al-Askari berkata: Sebaiknya seorang pelajar mengeraskan suaranya ketika belajar, agar dapat didengar oleh dirinya sendiri, karena bacaan yang didengar oleh telinga akan meresap ke dalam hati, oleh karena itulah seseorang biasanya lebih dapat menghafal sesuatu yang didengarnya daripada sesuatu yang dibacanya. Jika yang dipelajarinya itu termasuk pelajaran yang dapat membantu jalan kefasihan dan mengharuskan seorang pelajar mengeraskan suaranya, maka kefasihannya itu akan bertambah.[45]

Irama yang mantap, merdu dan tartil termasuk keistimewaan al-Quran, oleh karena itulah, kita dapat menyaksikan anak kecil ketika membaca beberapa ayat, lalu bacaannya ada yang salah, maka ia tidak akan meneruskan kesalahannya ini, kecuali jika ia mengulangi ayat tersebut sekali lagi dengan irama yang ia pergunakan untuk menghafal. Kita sering menyaksikan guru-guru kita membaca satu ayat atau kamu membaca di hadapan mereka, jika ada kekeliruan satu huruf saja, maka mereka akan merasakannya dan mereka akan berkata kepada pembaca: kamu tidak membaca ayat ini dengan benar, lalu mereka mengulangi ayat tersebut untuk kedua kalinya dengan lisan mereka dan irama yang telah mereka pergunakan dalam menghafal hingga bacaanmu benar. Inilah salah satu bentuk kemukjizatan al-Quran yang sangat memerlukan pembahasan tersendiri. Kaedah keenam : Cukup menggunakan satu mushaf dengan satu bentuk cetakan Sesungguhnya Allah SWT telah mentakdirkan bagi kitab-Nya orang-orang yang mencetak dan menuliskannya dalam beribu-ribu naskah dengan berbagai macam ukuran. Di antara mushaf-mushaf yang mereka tulis/cetak ini ada yang memberikan tanda yang berhubungan dengan hafalan, agar orang-orang yang menghafal dapat melihat permulaan halaman bertepatan dengan bagian pertama sebuah ayat dan akhir halaman dengan bagian akhir sebuah ayat yang tujuannya untuk mempermudah dalam menghafal dan mengontrol batasanbatasan hafalan. Oleh karena itulah, mayoritas orang-orang yang telah berpengalaman menganjurkan agar menggunakan mushaf yang biasa digunakan oleh para penghafal al-Quran, yaitu mushaf yang dicetak oleh Lembaga Raja Fahd di Madinah al-Munawwarah. Namun ada juga yang berbeda dengan orang-orang yang berpengalaman tersebut, mereka menganjurkan agar menghafal dengan menggunakan mushaf yang akhir halamannya bertepatan dengan pertengahan sebuah ayat dan mushaf yang sengaja dibagi dalam satu juz menjadi empat bagian, tujuannya agar orang yang menghafal merasakan kemudahan dalam menghubungkan antara satu halaman dengan halaman berikutnya tanpa adanya kesulitan. Walaupun demikian, dengan cara apapun, jika telah menghafal dengan satu mushaf tertentu, maka janganlah kamu merubah mushaf dengan cetakan yang biasa kamu gunakan dalam menghafal, tujuannya agar kamu posisi beberapa ayat tidak membingungkan ingatanmu. Hal ini dikarenakan gambaran tempat-tempat ayat biasanya telah terpatri di dalam hati berdasarkan halamannya. Akan tetapi sering didapati bahwa kebanyakan orang yang telah menghafal dengan menggunakan mushaf para penghafal (cetakan Lembaga Raja Fahd), jika satu halaman telah mereka selesaikan, maka mereka berhenti dan tidak dapat melanjutkan ke halaman berikutnya, hal ini dikarenakan ingatannya telah menguasai hafalannya bagaikan papan-papan, masingmasing papan terpisah dengan papan lainnya. Oleh karena itulah, dianjurkan bagi mereka untuk memperhatikan proses memperhubungkan (halaman demi halaman) yang akan aku bahas pada kaedah kedelapan dan hendaklah mereka selalu memfokuskan akhir dan awal setiap halamannya, terutama pada hafalan-hafalan awal. Kaedah ketujuh : Membenarkan bacaan lebih didahulukan daripada menghafal Sebelum kamu menghafal surat tertentu, kamu harus membetulkan bacaanmu terlebih dahulu terhadap surat tersebut. Pembenaran ini mencakup pembenaran harakat, makharijul huruf dan sifat-sifat huruf dan hal ini tidak bisa dilakukan sendirian, melainkan harus dibantu oleh seorang guru yang mumpuni, karena al-Quran tidak dapat dipelajari kecuali dengan cara

menerima dari guru-guru yang sebelumnya juga menerima dari guru-guru mereka hingga bersambung silsilahnya sampai ke Rasulullah saw. Namun jika kesulitan mendapatkan seorang guru, maka dengan menggunakan kaset-kaset yang baik dari para qari yang berkualitas kadangkadang dapat menambal beberapa kekurangan, namun bukan berarti menjadikannya sebagai pedoman utama dalam menghafal keseluruhannya. Riset telah membuktikan bahwa orang yang memulai hafalannya seorang diri tanpa terlebih dahulu membenarkan bacaannya selalu terjerumus ke dalam banyak kesalahan pada harakat, bahkan pada pengucapan beberapa kata dan dia akan sangat merasa kesulitan untuk menghilangkanya, sekalipun setelah itu ia selalu diingatkan. Riset juga telah membuktikan bahwa guru yang selalu membenarkan bacaan muridmuridnya sebelum mereka menghafal lebih banyak berhasilnya daripada lainnya dan murid yang menghafal satu bagian al-Quran yang telah dibenarkan dan kemudian dibacakan oleh gurunya dapat menghafal lebih cepat dari yang lainya, kira-kira separuh dari waktu yang dibutuhkannya, terutama bagi murid-murid yang masih kecil. Aku telah menyaksikan di beberapa lembaga tahfiz al-Quran di Turki bahwa para murid selama satu tahun penuh membenarkan bacaannya dimulai dari huruf alif, ba dan seterusnya hingga pembenaran makhraj huruf dan pemantapan bacaan dengan cara melihat hingga mengkhatamkan seluruh al-Quran. Pada tahun pertama, mereka tidak diperkenankan menghafal apa pun. Barulah pada tahun kedua, mereka mulai menghafal dan selama satu tahun mereka sudah dapat mengkhatamkan al-Quran secara hafalan. Sungguh aku telah menyaksikan mereka memiliki para penghafal yang mumpuni dan berkualitas. Peringatan: Pada beberapa lawatan pencarian halaqah al-Quran di negara-negara yang tidak menggunakan bahasa Arab, saya telah menyaksikan kesalahan-kesalahan besar, yaitu mereka telah mencetak mushaf dengan menggunakan huruf latin[46] yang tujuannya untuk mempermudah, sehingga kamu akan melihat seorang murid membaca dengan bacaan yang salah, karena berdasarkan teks yang tertulis di hadapannya. Sebagai contoh, kamu akan mendapatkan kata tertulis aatainaka dan tidak diragukan lagi bahwa hal tertulis aamma dan kata ini merupakan tindakan yang merubah kalamullah.[47] Metode ideal dalam menghafalkan al-Quran bagi orang-orang yang tidak bisa berbahasa Arab Sesungguhnya cara terbaik bagi mereka yang tidak bisa berbahasa Arab adalah dengan melalui tiga tahapan, sebagai berikut: 1. Hendaklah mereka mempelajari huruf dengan cara mengeja sebelum membaca al-Quran dimulai dari huruf alif, ba dan seterusnya. Pada tahapan ini, sedapat mungkin berpedoman pada kitab alQaidah al-Baghdadiyyah. Hendaklah huruf-huruf tersebut didiktekan kepada mereka hingga mereka mampu mengucapkannya dan mengetahuinya dengan baik. 2. Kemudian mereka beralih ke tahapan kedua, yaitu dari pengenalan huruf-huruf secara parsial menuju pengenalan beberapa kata dan kalimat, kemudian pembenaran bacaan al-Quran dengan cara melihat ke mushaf demi memantapkan bacaan huruf dan harakatnya dimulai dari surat-surat pendek. 3. Kemudian pada tahapan ketiga, dimungkinkan mereka memulai proses menghafal, pada tahapan ini, mereka dibiarkan menggunakan metode apa pun dari beberapa metode yang akan aku bicarakan pada bagian berikut dari buku ini.

Kaedah kedelapan : Proses menghubungkan antar ayat akan membuat hafalan yang saling bersambung Di antara kaedah terpenting dalam menghafal adalah proses menghubungkan antar satuayat, yaitu menghubungkan dengan menggunakan suara dan pengelihatan antara akhir ayat dengan awal ayat berikutnya. Caranya kamu membuka mushaf tepat pada ayat-ayat yang ingin kamu hafalkan, kemudian kamu menghafal ayat pertama dan kamu memfokuskan pandangan pada bagian akhir ayat tersebut. Sebagai contoh kita ambil firman Allah SWT:

Bacalah bagian akhir ayat dengan suara terdengar kemudian segera sambungkan, tanpa menggunakan wakaf manapun, dengan bagian pertama ayat kedua, yaitu:

)141 : ( )141 : (

Ulangilah proses ini berkali-kali tidak kurang dari lima kali. Sebaiknya kamu mengadaptasikan proses ini dengan bentuk yang baik, karena kamu akan sangat membutuhkannya di antara tiap dua ayat, antara akhir juz dan awal juz lainnya dan antara surat-surat. Kamu akan mengambil faedah yang besar darinya. Caranya, lisanmu akan bergerak dengan bentuk sambung menghubungkan akhir ayat dengan awal ayat berikutnya, maka kamu akan merasa mudah menghadapi kesulitan berhenti terlalu lama antara beberapa ayat, kesulitan ini paling banyak terjadi di kalangan para murid penghafal al-Quran, dan selanjutnya kamu akan mendapatkan hafalan yang saling berkaitan (berkesinambungan) seandainya kamu selalu melakukan proses ini secara kontinyu, dengan izin Allah. Yang perlu dilakukan dalam proses penghubungan ini adalah menghubungkan awal halaman dengan akhir halaman, terutama pada mushaf para penghafal yang halamannya berakhir dengan akhir ayat. Di sini terdapat cara yang sangat baik untuk dicoba dalam kaitannya dengan menghubungkan ayat, yaitu dengan cara mempraktekkannya sebelum tidur tanpa mushaf dengan cara kamu berusaha mengingat-ingat sedapat mungkin awal-awal halaman dari juz yang kamu tetapkan untuk di murajaah pada hari tersebut dan kamu melintaskannya dalam ingatanmu. Dan di antara yang perlu dilakukan dalam proses menghubungkan adalah kamu menghafalkan awalrubu (seperempat) juz dan kamu menggambarkan setiap juz terdiri dari dua hizb (bagian besar) dan setiaphizb terdiri dari empat rubu (seperempat). Cobalah kamu mengkonsentrasikan pikiranmu untuk kelompok pertama dari setiap rubu. Sebagai contoh, kita mengambil perumpamaan juz pertama, kami membaginya dalam ingatan kepada dua hizb, yaitu:

Hizb pertama: terdiri Rubu pertama: ... dari empat rubu

Rubu kedua: ... Rubu ketiga: ... Rubu keempat: ...

Hizb kedua: terdiri dari Rubu pertama: ... empat rubu

Rubu kedua: ... Rubu ketiga: ... Rubu keempat: ...

Lakukanlah seperti di atas pada semua juz, karena hal ini tidak akan memberatkanmu kecuali hanya beberapa menit saja dan kamu akan melihat hasilnya yang gemilang jika kamu terus melakukannya. Kaedah kesembilan : Proses pengulangan dapat menjaga hafalan baru dari terlepas dan hilang Sesungguhnya masing-masing orang berbeda-beda dalam hal kekuatan hafalannya; di antara mereka ada yang hafalannya masih tetap kuat sekalipun hanya sedikit mengulangulanginya dan di antara mereka ada yang tidak dapat menghafal kecuali setelah sering mengulang-ulang. Pengulangan terdiri dari dua macam, yaitu: 1. Pengulangan dalam arti menjalankan hafalan secara tersembunyi di dalam hati. Hal ini dilakukan ketika seseorang menjalankan hafalannya di siang hari, misalnya, pada ingatannya sebelum tidur tanpa melafalkannya, karena hafalannya ini, di sela-sela menjalankannya, telah memantapkan gambaran ayat yang dihafal dan tempat-tempatnya serta bentuk umum ayat yang telah dihafalnya, sebagaimana telah aku jelaskan sebelumnya. Sufyan al-Tsauri berkata: Jadikanlah hadis sebagai pembicaraan (hadis) jiwamu dan pikiran hatimu agar kamu dapat menghafalnya.[48] Dari ungkapan tersebut bisa juga dikatakan: Jadikanlah al-Quran sebagai pembicaraan (hadis) jiwamu dan pikiran hatimu agar kamu dapat menghafalnya dengan kuat. Izz al-Din ibn Abd al-Salam berkata: Aku tidak akan tidur malam sebelum aku menjalankan bab-bab fiqih di dalam hatiku sebelum tidur.[49] 2. Pengulangan dengan mengeraskan suara dan membaca ayat yang telah dihafal secara lengkap. Sebaiknya bagi orang yang menginginkan memiliki hafalan yang kuat dan mumpuni agar sering mengulang-ulang dengan suara yang dapat didengar dan tidak hanya merasa cukup dengan sekali atau dua kali pengulangan, sekalipun ia tergolong orang yang cerdas. Ibn al-Jauzi berkata: al-Hasan ibn Abu Bakr al-Naisaburi pernah berkata kepada kami: Aku tidak akan dapat menghafal sebelum mengulang hafalanku sebanyak lima puluh kali. Bahkan Abu Ishaq al-Syirazi selalu mengulang pelajarannya sebanyak seratus kali.[50] Sering mengulang-ulang hafalan merupakan tindakan yang benar, sekalipun melelahkan di awal perjalanan, namun hasilnya sangatlah memuaskan di masa yang akan datang. Sedangkan hafalan yang tidak pernah diulang-ulang, terutama pada tahapan pertama, akan cepat terlupakan dan mudah hilang, karena ia tidak diikat oleh pengulangan. Perhatikanlah peristiwa berikut ini yang diriwayatkan oleh Imam Ibn al-Jauzi, ia berkata: al-Hasan pernah bercerita kepada kami bahwa ada seorang ahli fiqih yang sering mengulang-ulang pelajaran di rumahnya, lalu ada seorang nenek berkata kepadanya ketika ia di rumahnya: Demi Allah, sungguh aku telah menghafalnya !, lalu ahli fiqih itu berkata: Kalau begitu coba kamu mengulang hafalanmu itu, lalu nenek tersebut mengulanginya, tatkala selang

beberapa hari, ahli fiqih ini kembali berkata kepada nenek tersebut: coba kamu ulangi pelajaran yang lalu, lalu nenek tersebut menjawab: aku sudah tidak menghafalnya lagi. Akhirnya ahli fiqih ini berkata: kalau begitu aku akan mengulang hafalanku berkali-kali agar aku tidak tertimpa musibah yang menimpamu.[51] Sesungguhnya aku telah menyaksikan bahwa mayoritas orang awam dapat menghafal surat Yasin, surat al-Sajdah, akhir surat al-Baqarah dan lain-lainnya semata-mata dikarena seringnya mendengarkan surat-surat tersebut, padahal mereka mendengarkannya dalam momentmoment tertentu. Kaedah kesepuluh : Hafalan harian secara teratur lebih baik daripada hafalan yang terputus-putus Sesungguhnya mewajibkan jiwa untuk selalu melakukan sesuatu pada mulanya merupakan kesulitan baginya dan di antara perbuatan yang tidak disukai oleh jiwa untuk selalu melakukannya adalah menghafal. Karena sesungguhnya mayoritas murid lari dari beberapa pelajaran atau materi khusus yang sering dihafalnya, padahal mereka mengetahui bahwa jika seseorang membiasakan otaknya untuk menghafal, maka ia akan terbiasa dan terlatih, bahkan ia akan menyukainya. Beberapa kaedah penting dalam menghafal al-Quran al-Karim Hendaklah kamu selalu membiasakan diri menghafal setiap hari, misalkan kamu mengkhususkan satu target yang tidak akan kamu kurangi, maka jika kamu secara rutin melakukan hal itu selama beberapa hari dan kamu mampu mengusir godaan setan dan sifat malas, maka kamu akan terlatih dalam proses menghafal dan hafalan akan menjadi bagian hidupmu setiap harinya bagaikan makanan dan minuman. Al-Zuhri berkata: Sesungguhnya seseorang akan menuntut ilmu dan hafalan, sedangkan hatinya bagaikan jalanan yang ada di bukit, kemudian ia senantiasa menjadi sebuah lembah yang tidak ada sesuatupun yang diletakan di atasnya melainkan akan ditelannya.[52] Maksud dari ucapan di atas adalah bahwa seseorang diawal pencariannya terhadap ilmu pengetahuan, maka ingatannya terasa sempit untuk menerima pengetahuan, ia belum terbiasa untuk menghafal, namun jika ia berlatih untuk menghafal, membaca, menelaah dan bersungguhsungguh, maka pengetahuannya akan luas dan hafalannya akan menjadi tabiatnya, sehingga hatinya akan dapat menelan ilmu pengetahuan bagaikan lembah yang menelan segala sesuatu yang ada di atasnya. Abu al-Samh al-ThaI berkata: Aku pernah mendengarkan paman-pamanku membaca sebuah syair pada suatu majlis, kemudian ketika aku meminta mereka untuk mengulanginya, mereka melarangku dan mencaciku seraya berkata: kamu mendengarkan sesuatu, namun kamu tidak menghafalnya Lalu Abu al-Samh berkata: Dulu aku merasa kesulitan dalam menghafal ketika aku hendak memulainya, kemudian aku membiasakan diriku untuk menghafal hingga akhirnya aku dapat menghafal qashidah Ruabah: waqatim al-amaq khawi al-mukhtariq dalam satu malam, padahal qasidah ini mencapai dua ratus bait.[53] Wahai saudaraku, hendaklah kamu meluangkan waktu dalam sehari untuk menghafal, sekalipun hanya sebentar, karena setetes air yang terus-menerus menimpa batu besar, maka ia akan membuat sebuah lubang padanya. Abu Hilal al-Askari berkata: Ahmad ibn al-Furat tidak pernah meninggalkan setiap hari jika memasuki waktu subuh untuk menghafal sesuatu sekalipun sedikit. Sebagian ulama berkata: Aku pernah menghadiri majlis seorang guru pada pagi hari Jumat tanpa adanya pelajaran, tujuannya agar aku tidak mencabut kebiasaanku untuk menghadirinya.[54]

Di antara susunan proses menghafal adalah kamu mengistirahatkan dirimu selama satu hari atau dua hari dalam seminggu, ketika itu kamu tidak menghafal. Hal ini akan membangkitkan ingatanmu dan sangat membantu dalam menciptakan hafalan yang kuat dan mumpuni insya Allah. Ibn al-jauzi berkata: Sebaiknya seseorang mengistirahatkan dirinya untuk tidak menghafal selama satu atau dua hari dalam seminggu agar ia menjadi laksana membangun sebuah bangunan yang diistirahatkan agar menjadi semakin kokoh.[55] Di antara susunan proses menghafal adalah kamu menentukan untuk dirimu sendiri satu juz tertentu untuk kamu hafalkan dalam waktu tertentu pula, kemudian kamu beristirahat setelahnya selama beberapa hari kemudian kamu mengulang hafalanmu tadi untuk kali berikutnya. Sebaiknya langkah ini dilakukan berdasarkan petunjuk seorang guru dan langsung di bawah bimbingannya, tidak mengikuti hawa nafsunya dan kesenangannya sendiri. Al-Khatib al-Baghdadi berkata: Sebaiknya seseorang menentukan untuk dirinya sendiri target tertentu yang jika ia dapat mencapainya, maka ia berhenti selama beberapa hari tanpa menambahnya, karena hal ini bagaikan sebuah bangunan, tidakkah kamu melihat bahwa orang yang ingin mendirikan sebuah bangunan yang baik, maka mula-mula ia hanya membangun beberapa hasta saja, kemudian ia meninggalkannya hingga kokoh, kemudian ia membangun bagian atasnya, bagaimana jadinya jika ia membangun seluruh bangunan dalam satu hari, maka niscaya hasilnya tidak akan sebaik yang diinginkan, bahkan bisa jadi bangunan tersebut cepat runtuh, demikian pula halnya dengan seorang pelajar, sebaiknya ia mengkhususkan batasan tertentu yang jika ia telah menyelesaikanya, ia berhenti hingga pelajarannya itu mantap dalam hatinya, jika ia berkeinginan mempelajarinya dengan sungguh-sunggguh, maka ia mengulanginya lagi, namun jika ia berkeinginan mempelajarinya namun dalam kondisi sebaliknya, maka hendaklah ia tidak melakukannya.[56] Di antara susunan proses menghafal adalah tidak menghafal di waktu jenuh dan gelisah, jika kamu merasakan kejenuhan, maka kamu harus meninggalkan hafalanmu dan kamu berpaling ke hal-hal yang dapat membuat jiwamu kembali membaik. Oleh karena itulah, hendaklah kamu mengambil sebagian waktumu untuk beristirahat dan menikmati hal-hal yang diperbolehkan atau membaca beberapa cerita, anekdot dan syair, karena hal itu akan mendatangkan faedah dan hikmah, bahkan di sela-sela menikmatinya, rasa jenuh akan sirna dari jiwamu.[57] Kaedah kesebelas : Menghafal dengan cara perlahan, tenang dan pasti lebih baik daripada menghafal dengan cara cepat dan tergesa-gesa Sesungguhnya lensa mata memiliki peran yang sangat penting dalam proses menghafal. Jika kita mengibaratkannya seperti lensa kamera, maka itulah contoh yang paling mendekati. Sebagaimana orang yang membawa kamera yang menggerakkannya dengan sangat perlahan di antara pemandangan yang akan diambil gambarnya dan ia akan bersungguh-sungguh dalam menekan tombol dengan tangannya untuk mengambil gambar-gambar yang menarik yang dibutuhkannya, demikian halnya dengan orang yang berkeinginan menghafal satu lembar alQuran, hendaklah ia membaca ayat untuk pertama kalinya dengan cara perlahan dan memfokuskan pandangannya kepadanya dengan seteliti mungkin, kemudian ia menggerakkan lisannya secara lembut agar ia dapat menghafalnya. Tatkala hafalan dilakukan secara perlahan, tenang dan terkosentrasi, niscaya hasilnya akan lebih baik di masa-masa mendatang. Sedangkan orang yang memindah pandangannya dengan cepat di antara ayat-ayat yang dibacanya, ia ingin menyelesaikan targetnya hari itu juga dengan cara apapun, maka kamu akan melihat, ia melompat dari awal halaman ke akhir halaman, tujuannya agar ia dapat menghafal satu kalimat di awal halaman dan satu baris di akhir halaman. Ketahuilah sesungguhnya hafalan

semacam ini akan goncang dan tidak akan kekal, ia akan cepat hilang dalam sejenak, bahkan orang yang melakukannya butuh untuk menghafalnya sekali lagi, seakan-akan ia tidak pernah menghafalnya sebelumnya. Kita sering menyaksikan pada beberapa halaqah tahfidz seorang murid yang dipaksa untuk menghafal satu halaman, kemudian selang beberapa menit ia dapat melakukannya dan mengira bahwa ia telah menghafalnya, kadang-kadang ia membacanya tanpa melihat mushaf dengan beberapa kesalahan kecil, namun wajib bagi seorang guru pembimbing untuk memperhatikan waktu yang digunakan seorang murid dalam menghafal halaman tersebut dan hendaklah ia tidak menerima dengan mudah hafalan seorang murid yang melakukanya dengan cepat dan di dalamnya masih terdapat beberapa kesalahan. Berdasarkan eksperimen yang aku lakukan, terbukti bahwa beberapa ayat yang dihafal oleh seseorang dengan kosentrasi penuh, perlahan dan tenang, serta ia mengulanginya berkalikali sebelum menetapkan bahwa dirinya telah menghafalnya, maka hafalannya ini jauh lebih kuat dari yang lainnya. Bahkan beberapa penghafal merasa bahwa diri mereka telah mumpuni dalam menghafal beberapa surat lebih banyak daripada lainnya, hal ini dikarenakan mereka telah mengerahkan jerih payah yang terfokus dan dibangun di atas kaedah-kaedah yang benar dalam menghafalkannya. Al-Khatib al-Baghdadi berkata: Sebaiknya orang yang ingin menghafal agar memantapkan dalam meraih hafalannya, bukan justru memperbanyak, hendaklah ia mengambilnya sedikit demi sedikit sesuai dengan daya hafalnya dan memudahkannya dalam memahaminya. Sesungguhnya Allah SWT berfirman: Berkatalah orang-orang kafir:"Mengapa al-Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar). (QS. Al-Furqan: 32). Kaedah kedua belas : Memkosentrasikan diri untuk memperhatikan ayat-ayat yang mirip dapat terhindar dari kekaburan dalam hafalan Di antara rintangan yang dihadapi oleh sebagian penghafal dalam perjalanan menghafal adalah kemiripan beberapa ayat antar yang satu dengan yang lainnya, seperti ayat:

memurajaah, maka ia akan bingung ketika sampai pada tempat-tempat yang hampir mirip ini. Padahal kemiripan ini mengandung beberapa hikmah yang sebagiannya telah dijelaskan oleh beberapa mufassir. Cara terbaik untuk mengalahkan rintangan ini adalah dengan meminta guru yang berpengalaman yang kamu pilih untuk menunjukkan beberapa ayat yang memiliki kemiripan ditengah proses menghafal dan ketika kamu sampai pada ayat yang memiliki kemiripan dengan ayat serupa di tempat lain. Sebagai contoh, jika kamu membacakan surat al-Baqarah di hadapan seorang guru dan kamu sampai pada ayat: itulah guru tersebut berkata kepadamu: Ayat semacam ini terdapat di tiga tempat; pertama di surat al-Baqarah ini, kedua dan ketiga di surat Ali Imran yang berbunyi:

)89 : (

dan

)78 : (

Jika seseorang mendengar atau

)71 : (

, maka ketika

)11 :(

tanpa menggunakan

oleh karena itulah, hendaklah kamu mencatatnya dalam bukumu. Dengan giliranmu, kamu dapat mengulang tempat-tempat ini untuk memantapkan hafalanmu dan memfokuskannya, sejak permulaan menghafal dan di pertengahan memurajaah. Jika kamu menyimak saudaramu, maka tunjukilah dengan pola yang sama, karena hal itu dapat membantumu dalam memfokuskannya dengan bentuk yang baik. Demikianlah seterusnya, tatkala kamu melewati tempat yang memiliki kemiripan, maka gurumu menunjukkan bandingannya di lain tempat dalam al-Quran. Di sinilah terlihat pentingnya seorang guru yang hafidz dan kuat hafalannya, mengenai pentingnya seorang guru seperti ini, akan aku jelaskan dalam kaedah berikutnya. Jika tidak terdapat seorang guru yang memiliki kualitas tersebut, maka hendaklah seorang murid berpedoman pada buku-buku yang membahas materi ini, jumlahlah cukup banyak dan beragam, di antaranya: Satu bentuk memuat tempat-tempat yang memiliki kemiripan disertai dengan pengarahan dan argumentasi, contohnya al-Burhan fi Mutasyabih al-Quran, karya al-Kirmani, Fath alRahman, karya Syeikh al-Islam Zakariya al-Anshari, dan Mutasyabih al-Quran, karya Abu alHusain al-Munadi. Satu bentuk buku menyebutkan beberapa ayat yang memiliki kemiripan dan menunjukkan tempat-tempatnya secara tepat tanpa disertai dengan argumentasi, kebanyakan buku semacam ini tergolong baru, contohnya Sabil al-Tatsbit wa al-Yaqin li Huffadz Aay alDzikr al-Hakim, karya Abdul Hamid Shafi al-Din, Tanbih al-Huffadz ila al-Ayat alMutasyabihat al-Alfadz, karya Muhammad Abdul Aziz al-Musnid,Dhabth al-Mutasyabihat fi alQuran al-Karim, karya Muhammad ibn Abdullah al-Shaghir, dan Aun al-Rahman fi Hifdz alQuran, karya al-Qalamuni. Satu bentuk di antaranya berupa buku dalam bentuk syair, tujuannya untuk memudahkan seorang murid dalam menghafalnya, contohnya Nadhm Mutasyabih al-Quran, karya Muhammad al-Tusyaiti,Mandhumah al-Dimyathi, dan Mandhumah al-Sakhawi yang merupakan buku terbaik dan paling mudah dihafalkan.[58] Kaedah ketiga belas : Keharusan berhubungan dengan seorang guru Di antara pondasi dasar dalam proses menghafal al-Quran adalah memiliki hubungan dengan seorang guru. Hubungan ini memiliki peran yang sebaiknya tidak dilupakan, karena alQuran berpedoman pada adanya penerimaan langsung pada tingkat pertama, sedangkan penerimaan langsung untuk pertama kali sangat membutuhkan orang yang memberikab pengarahan dan memegang tangannya menuju metode yang baik dalam menghafal, mula-mula dengan pembenaran bacaan di hadapan seorang guru yang merupakan dasar penting jika dikaitkan dengan penerimaan langsung yang memerlukan beberapa pengarahan seputar al-Quran, misalnya yang berhubungan dengan munasabah beberapa ayat. Di antara hal penting yang berfaedah bagi seorang murid pada fase pertama adalah penyelesaian beberapa kesulitan yang dilakukan oleh seorang guru dengan cara mengarahkannya ketika proses menghafal, ia juga memperingatkannya bahwa beberapa ayat saling memiliki kemiripan antara yang satu dengan yang lain, dan ia juga selalu mengingatkannya agar selalu berlindung kepada Allah dan menghafal al-Quran dalam rangka mencari ridho Allah, tidak diragukan lagi bahwa pengarahan dan peringatan semacam ini memiliki pengaruh.

dan )111 : (

Al-Qabisi berkata: Sudah sejak dari dulu, kaum muslimin mengajarkan anak-anak mereka mengenai al-Quran, mereka membawanya ke guru dan mereka bersungguh-sungguh dalam hal ini.[59] Kebutuhan akan penerimaan langsung dari seorang guru semakin kuat dengan perannya yang dapat membuka pikiran generasi muda dan membangkitkan emosi mereka, menghidupkan akal mereka dan meninggikan tingkat pengetahuan mereka. Inilah merupakan senjata mereka dalam mempertahankan kebenaran di hadapan kebatilan, ia juga merupakan senjata bagi akhlak mulia dalam memerangi akhlak tercela, ia juga merupakan senjata bagi ilmu pengetahuan dalam mencabut kebodohan, ia juga dapat memenuhi jiwa-jiwa yang mati dengan kehidupan, ia juga dapat membangkitkan akal yang tertidur dan memberikan kekuatan bagi emosi yang melemah. Ia dapat menyulutkan api bagi pelita yang telah padam, ia juga menerangi jalan yang gelap, menumbuhkan bumi yang mati dan mengelurkan buah bagi pohon yang tidak produktif.[60] Sesungguhnya duduk di hadapan seorang guru yang memiliki hafalan yang kuat yang sehari-harinya memiliki jam khusus untuk mendengarkan hafalan muridnya memiliki pengaruh besar dalam pendidikan jiwa dan melatih dalam penyucian jiwa. Lukman al-Hakim pernah berkata kepada putranya: Wahai anakku, hikmah apa yang telah kamu raih ? ia menjawab: Aku tidak memaksakan diriku untuk meraih sesuatu yang tidak berguna bagiku, Lukman berkata lagi: Wahai anakku, masih ada yang lainnya, yaitu hendaklah kamu duduk bersama para ulama dan desaklah mereka dengan kedua lututmu, karena sesungguhnya Allah menghidupkan hati yang mati dengan hikmah sebagaimana Dia menghidupkan bumi yang mati dengan air hujan dari langit.[61] Kiat memilih guru Ada beberapa hal mendasar dalam memilih seorang guru yang sebaiknya diperhatikan oleh orang yang ingin berguru, di antaranya: 1. Mencari, melihat dan memikirkan. Seorang murid wajib mencari seorang guru yang memenuhi beberapa syarat, hendaklah ia tidak tergesa-gesa dalam memilih seorang guru kecuali setelah yakin dan memikirkannya. Al-Zarnuji berkata: Abu Hanifah telah memilih Hammad ibn Salamah sebagai guru setelah merenungi dan memikirkannya.[62] Al-Zarnuji berkata: Al-Hakim pernah memberi petuah kepada beberapa penuntut ilmu: Jika kamu pergi ke Bukhara, maka janganlah kamu tergesa-gesa menemui beberapa imam, tinggallah selama dua bulan, hingga kamu benar-benar merenungi dalam memilih seorang guru, karena jika kamu pergi menemui seorang yang alim dan kamu cepat-cepat berguru kepadanya, bisa jadi pelajaran yang diberikannya tidak membuatmu kagum kepadanya, dan kemudian kamu meninggalkannya dan pergi menemui orang alim lainnya, sehingga kamu tidak mendapatkan keberkahan dalam menuntut ilmu, oleh karena itulah, bertahanlah selama dua bulan dalam mencari seorang guru.[63] 2. Hendaklah kamu bermusyawarah dengan beberapa orang yang dapat dipercaya dan bertanya kepada orang-orang yang memiliki pengetahuan khusus mengenai ilmu al-Quran dan tajwid. Inilah prinsip umum agam Islam. Allah SWT berfirman: Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam memutuskan perkara (QS. Al-Syura: 38). Bahkan ada yang mengatakan bahwa barangsiapa yang bermusyawarah dengan ahli nasehat, maka ia akan selamat dari cela.[64] 3. Beristikharah (meminta petunjuk dalam memilih) kepada Allah SWT. Karena tidak akan merugi orang yang bermusyawarah dan tidak akan menyesal orang yang beristikharah. Ibn Jamaah berkata:Sebaiknya seorang murid lebih mendahulukan pikirannya dan beristikharah kepada Allah SWT mengenai orang yang akan memberinya ilmu dan mengajarkannya akhlak dan perilaku yang baik.[65]

1. 2.

3.

4.

Syarat-syarat yang sebaiknya dimiliki oleh guru yang sedang kamu cari Seorang penuntut ilmu, terutama mengenai al-quran, seharusnya mengarahkan pandangan matanya kepada beberapa syarat dan sifat ketika memilih seorang guru yang akan dijadikan sebagai pembimbing dalam menghafal, di antara syarat-syarat yang sebaiknya dimiliki oleh seorang guru adalah: Akidah yang benar, yaitu akidah ahlus sunnah wal jamaah. Seorang ulama salaf berkata: Ilmu ini adalah agama, maka perhatikanlah dari siapa kamu memperoleh agamamu.[66] Memiliki ilmu yang cukup dan memiliki pengetahuan yang komprehensip mengenai al-Quran al-Karim, serta memilik hafalan yang kuat, bertaqwa, shalih dan wara (menjaga diri dari hal-hal yang tidak baik). Memiliki kemampuan dalam mentransfer ilmu kepada orang lain. Secara global, Ibn Jamaah berkata:Inilah sifat terpenting yang sebaiknya dimiliki oleh seorang guru dan sedapat mungkin ia termasuk orang yang memiliki keahlian yang sempurna, terbukti memiliki rasa kasih sayang, terjaga kehormatannya, dikenal dapat menjaga diri dan ia merupakan yang terbaik dalam memberikan pelajaran dan pemahaman kepada muridnya.[67] Hendaklah ia orang yang hafal al-Quran dan kuat hafalannya, ia dikenal di kalangan ilmuwan sebagai orang yang dapat dipercaya, memiliki sanad yang bersambung, memiliki sertifikat dalam mengajarkan al-Quran dan diutamakan yang mengerti qiraah al-asyr (qiraat sepuluh) dan memiliki sanad yang tinggi. Namun, jika setelah mencari ke sana kemari, ia tidak mendapatkan seorang guru yang memiliki sifat-sifat di atas, maka hendaklah ia memilih yang paling utama dari yang utama. Dan jika ia belum juga menemukan, maka sedapat mungkin seorang murid memiliki hubungan dengan saudaranya yang juga hafal al-Quran, barangkali ia dapat membantunya dalam menghafal. Karena ketika seseorang mendengarkan ayat yang dihafalnya untuk dirinya sendiri, kadang-kadang melakukan kesalahan, sedangkan ia tidak mengetahuinya, sehingga ia menghafal beberapa ayat secara keliru yang bisa jadi ia tidak menyadarinya kecuali setelah masa yang lama, dan sungguh jauh sekali ia akan dapat memperbaikinya setelah kesalahan tersebut melekat di dalam hatinya. Di antara manfaat berhubungan dengan saudaranya yang memiliki hafalan adalah bahwa orang yang berkeinginan menghafal membutuhkan orang yang memberinya motivasi dan sugesti, ialah yang memegang tangannya untuk meneruskan hingga khatam, tentunya dengan izin Allah. Oleh karena itulah, aku mempertegas sekali lagi, bahwa penting untuk memiliki hubungan dengan seorang guru yang memenuhi syarat-syarat yang telah disebutkan dan hendaklah ia tidak merasa cukup dengan seorang guru yang memiliki sertifikat, akan tetapi hendaklah ia memiliki bacaan yang benar, sebagaimana ia tidak hanya merasa cukup dengan guru yang memiliki bacaan yang benar, tetapi sebaiknya juga yang memiliki sertifikat. Kaedah keempat belas : Memfokuskan pandangan kepada bentuk ayat di dalam mushaf ketika menghafal Pandangan merupakan alat dasar yang dijadikan pedoman dalam proses menghafal, oleh karena itulah diperlukan adanya pengarahan tambahan untuk memperhatikan pola-pola memandang ketika menghafal. Pada fase pertama dalam proses menghafal, sebaiknya pandanganmu benar-benar tertuju pada halaman yang ingin kamu hafalkan dan ayat-ayat yang memenuhi halaman tersebut memenuhi kedua matamu serta memperlama dalam memandang, tentunya disertai dengan suara. Karena memandang secara terus-menerus menyebabkan posisi ayat tergambar di dalam halaman hatimu dan terukir di dalam kaset ingatanmu, sehingga setelah beberapa tahun ketika kamu ditanya mengenai satu ayat, minimal kamu dapat membayangkan

posisinya dan kamu mengingat bahwa ayat tersebut ada di halaman sebelah kanan atau sebelah kiri. Diriwayatkan bahwa Ahmad ibn al-Furat pernah berkata: Kami selalu mendengarkan guru-guru kami mengingat-ingat sesuatu ketika menghafal, lalu mereka sepakat bahwa tidak ada sesuatu yang lebih dapat membantu dalam menghafal kecuali seringnya melihat (sesuatu yang dihafal). [68] Mayoritas ulama mengingatkan betapa pentingnya memandang dan memfokuskan pandangan. Ismail ibn Abi Uwais pernah memberikan petuah kepada salah satu penanya: Jika kamu ingin menghafal sesuatu, maka tidurlah, lalu bangun di waktu sahur, nyalakanlah pelita dan lihatlah sesuatu yang ingin kamu hafalkan, karena sesungguhnya kamu tidak akan melupakannya setelah itu, insya Allah.[69] Petuah-petuah para ulama ahli didik ini merupakan petuah yang sangat berharga dan memiliki tempat tersendiri untuk diteliti dan dibahas. Kaedah kelima belas : Mempraktekkan hafalan dan bacaan dalam amal perbuatan serta selalu menjalankan ketaatan dan meninggalkan segala kemaksiatan Selalu menjalankan ketaatan dapat menerangi hati dan membangkitkan rasa tenang, untuk selanjutnya mendatangkan kejernihan pikiran dan mempersiapkannya untuk menghafal, berbeda dengan hati yang digelapi oleh kemaksiatan, karena sesungguhnya Allah mengazab orang yang melakukan kemaksiatan dengan mencabut kenikmatan ilmu dan hafalan. Diriwayatkan bahwa Abdullah ibn Masud ra. pernah berkata: Sesungguhnya aku telah mengira bahwa seseorang yang melupakan ilmunya yang telah dipelajarinya disebabkan karena dosa yang dilakukannya.[70] Sufyan ibn Uyainah pernah ditanya: Apakah seorang hamba akan dicabut ilmunya karena dosa yang dilakukannya ?, ia menjawab: Tidakkah kamu mendengar firman Allah SWT : (Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka, dan kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya (QS. AlMaidah: 13), itulah kitabullah, ilmu yang paling besar, ia adalah bagian mereka yang terbesar yang telah mereka istimewakan, namun sayang ilmu ini akan menjadi saksi yang akan memberatkan mereka.[71] Imam Malik pernah ditanya: Apakah ada sesuatu yang pantas untuk menghafal ?, ia menjawab:Jika ada, maka itu adalah meninggalkan segala kemaksiatan.[72] Ali ibn Khasyram pernah berkata kepada Waki ibn al-Jarrah: Sesungguhnya aku adalah seorang yang bodoh, aku tidak memiliki daya hafal, oleh karena itu ajarilah aku sebuah obat agar aku bisa menghafal, Waki menjawab: Wahai anakku, demi Allah, aku belum pernah mencoba satu obat agar aku bisa menghafal yang seperti tindakan meninggalkan segala kemaksiatan.[73] Inilah beberapa pengarahan para ulama-ulama terdahulu mengenai hal ini. Ada baiknya dalam kesempatan ini, aku menampilkan ucapan Imam SyafiI dalam sebuah syair: Aku telah mengadu kepada Waki mengenai buruknya hafalanku Lalu ia menasehatiku untuk meninggalkan kemaksiatan Dan ia juga memberitahu kepadaku bahwa ilmu itu adalah cahaya Dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang melakukan kemaksiatan Oleh karena itulah, tidak diragukan lagi bahwa selalu melakukan ketaatan merupakan manivestasi dari pengamalan al-Quran yang telah kita hafal. Ada sebuah peringatan keras

mengenai ilmu tanpa diamalkan, Allah SWT berfirman: Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. (QS. Al-Shaff: 3). Nabi saw. bersabda: Manusia yang pertama kali disidang pada hari kiamat ada tiga kelompok dan seseorang yang telah mempelajari suatu ilmu dan ia telah mengajarkannya, ia membaca al-Quran dan mampu menghafalnya, sehingga al-Quran ini memperkenalkan berbagai kenikmatan yang ada padanya dan iapun mengetahuinya, lalu al-Quran bertanya: Apa yang telah kamu amalkan dari kenikmatan ini ?, ia menjawab: Aku telah mempelajari darimu ilmu pengetahuan dan aku telah mengajarkannya kepada orang lain dan aku dapat membaca alQuran, al-Quran menanggapi: kamu telah berdusta, bukankan agar ia diberi gelar sebagai seorang qari dan dia telah meraihnya, kemudian diperintahkan agar ia diseret di atas wajahnya hingga ia dilemparkan ke api neraka.[74] Islam adalah agama yang menghubungkan antara ilmu dan amal perbuatan. Mengamalkan ayat-ayat yang telah kamu hafal dapat memantapkannya dalam hatimu, bagaimana mungkin Allah SWT membukakan hatimu untuk menghafal ayat al-Quran yang tidak diamalkan dalam kehidupanmu sehari-hari. Sufyan al-Tsauri berkata: Ilmu membisikkan untuk diamalkan, jika bisikannya ini dipenuhi, maka ia akan menetap, namun jika tidak, maka ia akan pergi.[75] Imam al-Ghazali berkata: Seandainya kamu membaca ilmu selama seratus tahun dan kamu telah menghimpun seribu kitab, maka hal ini tidak akan mempersiapkan dalam meraih rahmat Allah SWT kecuali disertai dengan amal perbuatan.[76] Allah SWT berfirman: dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. (QS. Al-Najm: 39). Waki berkata: Kami mendapatkan bantuan dalam menghafal hadis dengan mengamalkannya dan kami mendapatkan bantuan dalam mencarinya dengan berpuasa.[77] Inilah kaedah yang sangat penting sekali sebelum dan sesudah menghafal. Pertama kali yang harus dilakukan oleh seseorang adalah mempersiapkan diri untuk menghafal, yaitu dengan mensucikan anggota tubuhnya dari segala kemaksiatan dan menghiasinya dengan ketaatan; mata yang kamu gunakan untuk menghafal kalamullah, sebaiknya tidak digunakan untuk melihat sesuatu yang diharamkan oleh Allah SWT; telinga yang kamu gunakan untuk mendengarkan kalamullah sebaiknya tidak digunakan untuk mendengarkan pembicaraan yang sia-sia yang dilarang oleh Allah SWT; hatimu yang kamu harapkan dapat dijadikan sebagai wadah bagi kitabullah sebaiknya dalam keadaan bersih, suci dan jauh dari hal-hal yang mengotorinya serta terlihat bening bagaikan cermin yang dipoles. Semoga Allah memberikan taufiq-Nya kepada kita semua untuk mengerjakan sesuatu yang membuat-Nya ridho dan memberikan rizki kepada kita semua di kehidupan dunia ini dengan mengikuti petunjuk-Nya. Kaedah keenam belas : Murajaah yang teratur dapat memantapkan hafalan Sesungguhnya memurajaah hafalan tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan proses menghafal. Sebagaimana kita selalu menghafal dengan penuh perhatian, maka demikian halnya kita juga sebaiknya selalu memurajaah, bahkan ia menempati perhatian yang lebih diutamakan. Sesungguhnya fase murajaah, menurut pendapatku, jauh lebih penting daripada fase menghafal. Hal ini dikarenakan menghafal merupakan hal yang mudah dan ringan bagi jiwa manusia, seseorang akan rindu untuk menghafal dan ia akan sedikit lebih giat untuk melakukannya daripada hal-hal lain yang disukainya. Berbeda halnya dengan memurajaah yang merupakan pekerjaan berat bagi jiwa manusia, ia membutuhkan perjuangan, kesabaran, keteguhan dan kontinuitas, terutama pada fase pertama dalam rangka memantapkan hafalan. Karena inilah, aku

mengkhususkan satu bagian dari buku ini untuk membahas bagaimana cara me murajaah dan beberapa metode berguna yang dapat dilakukan. Dalam kesempatan ini, cukuplah aku menerangkan betapa perlu dan mendesaknya untuk melakukanmurajaah dan ia merupakan kaedah penting dari beberapa kaedah penyempurna bagi proses menghafal. Maka tidak mungkin dapat menggunakan hafalan, jika sebelumnya tidak dimurajaah. Jika seseorang tidak memurajaah hafalannya, maka selang beberapa waktu ia akan membutuhkan perjuangan baru untuk mengulang menghafalkannya di lain kesempatan. Jafar al-Shadiq berkata: Hati itu laksana tanah, ilmu laksana tanamannya dan mudzakarah (mengingat-ingat) laksana airnya, maka jika air terhenti untuk menyirami tanah, maka tanamannya akan kering.[78] Semoga Allah merahmati orang yang mengucapkan syair di bawah ini: Langgengkanlah memudzakarah (mengingat-ingat) ilmu Karena kelanggengan ilmu tergantung kepada memudzakarahnya Kaedah ketujuh belas : Pemahaman yang menyeluruh menyebabkan hafalan yang sempurna Di antara kaedah-kaedah penting adalah pemahaman seseorang terhadap sesuatu yang dihafalnya sesuai dengan kadar kemampuannya, namun apakah kaedah ini berlaku umum ? insya Allah akan aku jelaskan. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa anak kecil dapat menghafal tanpa memahami, demikian pula orang non-Arab, aku pernah menjumpai orang yang dapat menghafalkan al-Quran secara utuh, namun ia tidak dapat berbicara dengan bahasa Arab, jika kamu menanyakannya tentang arti satu kata, maka ia tidak dapat menjawabnya. Atas dasar inilah, maka kaedah pemahaman ini tidak berlaku umum bagi semua kondisi, oleh karenanya, sebaiknya kita membedakan antara anak kecil dengan orang dewasa. Yang dimaksud dengan pemahaman adalah mengerti sesuatu yang telah kamu hafal dengan cara kamu dapat menggambarkan peristiwa-peristiwa terpenting, jika kamu melewati satu kata yang samar, maka merujuklah ke tafsir muyassar (ringkas) untuk memahaminya, karena ketika itu, kata ini akan meresap ke hatimu dan dapat membantumu untuk dapat mengulang-ulang beberapa ayat dilain kesempatan setelah itu, dengan izin Allah SWT. Beda halnya dengan anak kecil, ia tidak membutuhkan untuk mengenal makna setiap yang dihafalnya, karena otaknya tidak dapat mengerti kebanyakan makna yang terkandung di dalam beberapa ayat, namun bolehlah makna tersebut dijelaskan kepadanya dengan cara yang sederhana, tetapi tidak menjelaskan makna hakiki dari ayat tersebut, bahkan bisa jadi ia akan memahami satu makna dengan cara yang tidak benar dan kemudian kesalahan ini meresap ke otaknya, sehingga sulit untuk dihilangkan. Walaupun demikian, ada juga satu kondisi yang dikeculikan dari keumuman kaedah ini. Yaitu, jika seorang anak kecil terhenti untuk menghafal atau ia merasa kesulitan untuk menghafalkan satu ayat, maka sedapat mungkin, kita menjelaskan kepadanya makna sebagian kata dengan sangat ringkas dan bisa juga dengan menceritakan kisah yang bekenaan dengan ayat tersebut. Kaedah kedelapan belas : Kekuatan motivasi dan kebenaran keinginan untuk menghafal al-Quran

1. 2. 3.

4.

Para ulama pendidikan mendefinisikan motivasi dengan sekumpulan kekuatan yang dapat menggerakan gerak-gerik seseorang dan mengarahkannya ke arah satu tujuan dari beberapa tujuan.[79] Ada lagi satu definisi yang lebih spesifik, yaitu kondisi tubuh atau jiwa yang paling dalam yang dapat membangkitkan gerakan pada kondisi-kondisi tertentu dan menyampaikannya hingga berakhir pada tujuan akhir yang telah ditentukan.[80] Seandainya kita bertanya-tanya, motivasi apa yang dapat menggerakkan seorang muslim untuk menghafal al-Quran al-Karim? Dapat kita jawab secara ringkas bahwa motivasi yang melahirkan rasa gemar menghafal adalah sebagai berikut: Pahala dan derajat yang tinggi di surga. Berlomba-lomba, hal ini terjadi pada orang-orang yang sedang mengadakan kompetisi dalam menghafal al-Quran. Pengetahuan seorang hafidz akan nilai ayat yang dihafalnya, setahap demi setahap, penilaian ini terjadi pada tingkat hafalannya dan perasaannya bahwa ia telah berpindah dari sesuatu yang tidak ada manfaatnya kepada sesuatu yang menghasilkan dan dapat dihafal. Inilah motivasi yang efektif yang memiliki andil dalam meninggikan derajat dan tidak diragukan lagi akan pentingnya peran seorang guru yang mau mendengarkan hafalanmu dari sisi ini, sebagaimana telah aku jelaskan sebelumnya. Sengaja menghafal dan membatasi tujuan hanya untuk menghafal.[81] Tidak diragukan lagi bahwa tujuan pertama seorang muslim adalah menraih ridho Allah SWT dan di antara sarana terbesar yang dapat menyampaikan kepada tujuan ini adalah al-Quran al-Karim. Dan tidak diragukan lagi bahwa Allah telah menjanjikan bagi seorang muslim yang mau menghafal al-Quran pahala dan balasan, untuk selanjutnya ia akan mendapatkan berbagai kebaikan dan dapat meraih derajat yang tinggi dalam kehidupan ini dan setelah kematian kelak. Cukuplah hal ini sebagai motivasi untuk mengarahkan para pemuda dan orang-orang tua untuk menghafal al-Quran. Motivasi-motivasi seperti demi meraih pahala yang banyak dan anugrah yang besar bagi para penghafal al-Quran akan mewujudkan kondisi jiwa yang paling dalam yang membuat seseorang segera menghafal dengan melangkahi semua kesulitan dan rintangan. Benarnya keinginan untuk menghafal al-Quran dapat meringankan ringtangan yang paling berat. Dan sesungguhnya tugas para guru dan pendidik yang paling utama adalah memberikan pengarahan yang baik kepada orang yang dikuasakan kepada mereka untuk dididik dalam hal menghafal ini. Tujuannya adalah agar motivasi-motivasi ini dapat meresap ke dalam jiwa mereka sejak usia dini, hingga mereka hidup dewasa sebagai orang yang berkeinginan untuk menghafal al-Quran dan setelah itu keinginan ini akan melekat di dalam dirinya. Seorang guru telah melaksanakan tugas mengajarnya pada beberapa tentara yang ingin mempelajari bahasa asing, lalu ia mendapatkan bahwa seorang tentara mampu berbicara dengan bahasa asing tersebut yang diperintahkan untuk dipelajari hanya selang beberapa bulan saja. Padahal satu orang dari beberapa murid sekolah menghabiskan bertahun-tahun dalam mempelajari bahasa asing dan itupun ia tidak mengusainya betul. Tidak diragukan lagi bahwa perbedaan mencolok ini kembali kepada kekuatan motivasi yang ada pada seorang tentara yang mencari pengaruh dalam mempelajari bahasa dan memahami kadar kepentingannya, berbeda dengan seorang murid yang tidak mengetahui kepentingannya, bahkan ia merasa bahwa mempelajarinya merupakan hal yang berat dan ia ingin terbebas darinya.

Contoh lainnya telah diketahui oleh semua orang, yaitu seseorang dapat menghafal pada malam ujian berkali-lipat pengetahuan, hal ini tidak akan terjadi kecuali karena adanya motivasi yang kuat yang ada pada dirinya untuk lulus dan tidak gagal. Kaedah kesembilan belas : Berlindung kepada Allah melalui doa, zikir dan meminta pertolongan dari-Nya Barangkali mayoritas kaedah yang telah aku sebutkan sebelumnya hanyalah merupakan kaedah yang bersifat fisikal dan material dalam proses menghafal dan aku hanya memberikan kaedah yang bersifat maknawi sedikit saja, sekalipun telah diketahui bahwa perannya sangatlah besar, oleh karena itulah aku membuka kaedah-kaedah menghafal ini dengan satu kaedah yang bersifat maknawi dan akan aku akhiri pula dengan kaedah yang bersifat maknawi. Berlindung kepada Allah SWT dapat meringankan setiap yang sulit. Bergantung kepada Allah dan memohon pertolongan dari-Nya ketika kamu merasakan kesulitan dalam menghafal merupakan obat yang paling utama. Ada seorang penuntut ilmu yang dapat menghafal seluruh kitab Matn al-Syathibiyyah fi al-Qiraat al-Sab, namun ia merasakan kesulitan untuk menghafal satu bab darinya, hal ini tidak akan terjadi kecuali jika ia mau berlindung kepada Allah dengan menangis di waktu sahur dan mengharap semoga Allah SWT membukakan pintu baginya. Mudah-mudahan Allah menganugerahkan hafalan yang baik untuk bab ini. Yang sering menimpa para penuntut ilmu adalah kelesuan sesaat di tengah-tengah menghafal dikarenakan adanya faktor luar yang menghalanginya dan hal ini banyak terjadi saat ini, padahal pengetahuannya mengenai kaedah-kaedah yang telah disebutkan dan pola-pola menghafal al-Quran sudah cukup memadai, namun ia melihat dirinya tidak dapat menerima alQuran al-Karim. Oleh karena itulah, tidak ada obat yang paling utama untuk kondisi semacam ini selain berlindung kepada Allah dan berdiri di hadapan-Nya, merendahkan diri dimihrab ketaatan-Nya dan berbelok kepada-Nya pada waktu-waktu yang disukai, yaitu waktu sahur, karena sesungguhnya Allah tidak akan menolak permintaan yang benar yang ditujukan kepada-Nya. Allah SWT telah berfirman: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al-Baqarah: 186). Tidak ada salahnya kita mengutip ucapan Ali ra. mengenai menghafal, sekalipun masih dipermasalahkan oleh kalangan ahli hadis. Ucapan ini diriwayatkan oleh al-Tirmizi dan alHakim yang mensahihkannya menurut syarat al-Bukhari dan Muslim, Ali ibn Abi Thalib berkata: Demi ayah dan ibuku, wahai Rasulullah, al-Quran ini telah lepas dari dadaku dan aku tidak mendapatkan diriku mampu untuk menguasainya lagi, lalu Rasulullah saw. bersabda: Wahai Abu al-Hasan, maukah kamu aku ajari beberapa kalimat yang bermanfaat bagimu dan bagi orang yang kamu ajarkan serta dapat memantapkan ilmu yang telah kamu pelajari di dalam dadamu ? Ali menjawab: Ya, ajarilah aku wahai Rasulullah, Beliau bersabda: Jika tiba malam Jumat, maka jika kamu sanggup untuk bangun pada sepertiga malam yang akhir, maka itulah saat yang disaksikan, berdoa ketika itu akan dikabulkan, sesungguhnya saudaraku, Yaqub as. telah berkata kepada putra-putranya: Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Rabbku (QS. Yusuf: 98), ia senantiasa mengucapkannya hingga tiba malam Jumat, namun jika kamu tidak sanggup, maka bangunlah dipertengahan malam, namun jika kamu tidak sanggup juga maka bangunlah di awal malam dan shalatlah empat rakaat; pada rakaat pertama

.
(Ya Allah kasihanilah aku dengan meninggalkan segala kemaksiatan untuk selamanya selama Engkau membiarkan aku hidup, kasihanilah aku agar aku tidak memaksakan diri dengan sesuatu yang tidak bermanfaat bagiku, dan berilah aku rizki berupa pandangan yang baik terhadap sesuatu yang membuat-Mu ridho kepadaku. Ya Allah, Pencipta langit dan bumi, Pemilik Keagungan dan Kemuliaan, serta Keperkasaan yang tidak dapat dicapai oleh siapa pun, aku meminta kepada-Mu ya Allah, ya Rahman, dengan keagungan dan cahaya Wajah-Mu agar Engkau mewajibkan hatiku untuk menghafal kitab-Mu sebagaimana Engkau telah mengajari aku dan berilah aku rizki agar aku dapat membacanya dengan cara yang membuat-Mu ridho kepadaku. Ya Allah, Pencipta langit dan bumi, Pemilik Keagungan dan Kemuliaan, serta Keperkasaan yang tidak dapat dicapai oleh siapa pun, aku meminta kepada-Mu ya Allah, ya Rahman, dengan keagungan dan cahaya Wajah-Mu agar Engkau menerangi mataku dengan kitab-Mu, menggerakkan lisanku dengannya, membukakan hatiku dengannya, melapangkan dadaku dengannya dan menyibukkan badanku dengannya, karena sesungguhnya tidak ada yang dapat menolongku di atas kebenaran selain-Mu dan tidak seorangpun yang dapat mendatangkan kebenaran itu kepadaku selain Engkau, tiada daya dan upaya melainkan dengan Allah Yang Maha Agung). Wahai Abu al-Hasan, sebaiknya kamu melakukan hal ini selama tiga atau lima atau tujuh Jumat, niscaya kamu akan dikabulkan dengan izin Allah. Ibn Abbas ra. berkata:Selang lima atau tujuh Jumat Ali melakukan hal itu hingga Rasulullah saw. datang pada majlis tersebut, lalu Ali berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya sebelum ini aku telah mempelajari empat ayat atau yang sepadan, ketika aku membacakannya untuk diriku, keempatnya telah hilang, namun sekarang aku dapat mempelajari empat puluh ayat atau yang sepadan dan ketika aku membacakannya untuk diriku, seakan-akan kitabullah terbentang di hadapanku, aku dulu juga telah mendengarkan satu hadis, namun jika aku menginginkannya, ia hilang dariku, namun hari ini aku mendengar beberapa hadis dan jika aku ingin meriwayatkannya, maka tidak satu hurufpun yang yang menyimpang, lalu ketika itu, Rasulullah saw. bersabda: Demi Tuhan Kabah Abu al-Hasan adalah orang yang beriman.[82] Hadis ini telah dicoba oleh orang banyak dan mereka merasakan faedahnya, bahkan Allah SWT telah memuliakan mereka dengan hafalan yang kuat.

kamu membaca surat al-Fatihan dan surat Yasin, pada rakaat kedua kamu membaca surat alFatihah dan Haamiim (surat al-Dukhan), pada rakaat ketiga kamu membaca surat al-Fatihah dan Alif Lam Mim Tanzil (surat al-Sajdah) dan pada rakaat keempat kamu membaca Tabarak (surat al-Mulk), setelah selesai membaca tasyahhud (tahiyyat), maka pujilah Allah dan perbaikilah sanjungan kepada-Nya, bershalawatlah kepadaku dan kepada seluruh nabi dan mohonkanlah ampunan bagi kaum mukminin dan mukminat serta saudara-saudaramu yang telah mendahuluimu dengan membawa iman, kemudian bacalah diakhirnya:

Berlindung kepada Allah SWT adalah obat yang paling mujarab bagi orang yang ingin menghafal al-Quran. Jika pada suatu hari kamu merasa berat untuk menghafal, maka berlindunglah kepada Allah dan mintalah kepada-Nya, karena Dia adalah Yang Maha Dermawan, sedangkan orang yang dermawan tidak akan menolak orang yang meminta kepadanya. Jangan lupa, disamping menghafal, kamu juga harus menerapkan dan mengamalkan isi al-Quran, karena sedikit orang yang diberi taufiq untuk mengamalkan al-Quran yang merupakan tujuan dasar dari menghafal al-Quran al-Karim. Inilah yang telah dilakukan oleh para sahabat, semoga Allah meridhoi mereka. Inilah sembilan belas kaedah yang ada di hadapanmu, wahai saudaraku tercinta, aku memohon kepada Allah Yang Maha Mulia agar Dia memberimu taufiq untuk memahaminya dan menghafalkan al-Quran di atas cahayanya, karena bangunan yang tinggi sebaiknya berdiri kokoh di atas pondasi yang kokoh dan kuat. Mengenai tata cara menghafal al-Quran dan metode yang dapat membantu hafalan serta pola-pola yang memungkinkan untuk digunakan seseorang dalam menghafal al-Quran, berapapun usianya, maka akan aku jelaskan pada bagian berikut dari buku ini dengan izin Allah dan inilah yang menjadi pokok pembicaraan pembahasan buku ini. BAGIAN KETIGA METODE PRAKTIS DAN SARANA YANG MEMBANTU HAFALAN Berdasarkan kaedah-kaedah yang telah aku jelaskan pada bagian terdahulu, aku mengajak kita semua untuk melanjutkan ke bagian yang akan menjelaskan metode-metode terkenal yang dapat membantu dalam menghafalkan al-Quran. Aku menyendirikan pembahasan setiap metode menurut batasannya, sekalipun pada beberapa metode terdapat kemiripan, tujuannya untuk membukakan jalan menghafal al-Quran untuk semua tingkatan dari berbagai usia dan pendidikan. Jika metode ini dibaca oleh seorang karyawan perkantoran, maka ia akan mendapatkan metode yang dapat membantunya untuk menghafal al-Quran dan tidak menghalangi pekerjaannya, jika metode ini dibaca oleh seorang buruh, maka ia akan mendapatkan bagi diri satu ruang agar ia termasuk orang-orang yang hafal al-Quran al-Karim dan jika metode ini dibaca oleh seorang yang baru menginjak remaja, maka ia akan melihat bahwa jalan yang ada di hadapannya tampak jelas dan terang dan ia hanyalah tinggal mengikuti perjalanannya, bahkan orang-orang yang telah melewati usia remaja akan menemukan sesuatu yang membuat mereka senang dengan metode-metode ini. Tidak ada seorang pun yang membaca metode-metode ini, tentunya dengan niat mengambil manfaat darinya, melainkan ia akan keluar dengan membawa hasil yang menyenangkan, dengan izin Allah SWT, dengan syarat ia telah mengikuti kaedah-kaedah dan syarat-syarat yang telah disebutkan. Metode pertama : Metode terbaik untuk menghafal al-Quran yang telah aku coba seorang diri Berdasarkan kaedah-kaedah yang telah lalu pada bagian terdahulu, aku menyarankan bagi orang yang ingin menghafal satu halaman al-Quran pada surat manapun, aku mengharapkan kamu mengikutiku membaca langkah-langkah berikut ini secara bersama-sama dan santai, sebagai pendahuluan untuk menerapkannya secara detail: 1. Milikilah keinginan kuat untuk mendapatkan mushaf al-Quran yang baik dengan bentuk sesuai dengan keinginanmu dan janganlah kamu menggantinya untuk selamanya, tujuannya agar kamu mampu menghafal tempat-tempat dan baris-baris pada tiap halamannya, lebih diutamakan mushaf para penghafal yang memulai awal halaman dengan awal ayat dan mengakhirinya

2. a. b.

c. d.

e. 3.

4.

5.

dengan akhir ayat dan membaginya dengan pembagian yang baik, yaitu al-Quran yang terdiri dari tiga puluh juz, setiap juz terdiri dari dua puluh halaman dan setiap halaman terdiri dari lima belas baris. Lembaga Raja Fahd di Madinah al-Munawwarah telah merintis pencetakan naskah ini, oleh karena itulah aku menyarankan untuk memilikinya, karena ia termasuk cetakan masa kini yang paling akurat. Persiapan duduk untuk tujuan menghafal, yaitu dengan cara sebagai beriut: Persiapan diri, yaitu dengan menghadirkan niat yang baik dan menginginkan pahala dari sisi Allah SWT. Berwudhu dan bersuci secara sempurna, janganlah kamu menganggap ringan sesuatu yang tertinggal karena adanya perbedaan pendapat, karena perbedaan ini tidak sesuai jika dibandingkan dengan kalamullah dan bertata krama di hadapannya. Duduk di sebuah tempat yang membuah jiwamu merasa tenang dan tidak ada tempat yang lebih tinggi daripada masjid. Diutamakan tempat tersebut bukanlah tempat yang terdapat banyak pemandangan, ukiran, ornamen dan kesibukan. Jika tempat tersebut terbatas, dengan tetap memperhatikan udaranya yang baru dan bersih, maka ia lebih utama daripada tempat yang luas, tempat yang banyak pepohonan dan kebun, sekalipun beberapa orang tidak sependapat dengan caraku ini, namun aku berpendapat demikian setelah melalui percobaan, bukan semata dari imajinasi. Alasannya, karena udara bebas yang dibutuhkan untuk membaca berbeda dengan udara yang dibutuhkan untuk menghafal dan berkonsentrasi. Sesungguhnya luasnya tempat dan banyaknya pemandangan dan pepohonan akan membuat hati bercabang dan menghilangkan konsentrasi. Sedangkan udara bebas memang baik untuk membaca yang tidak membutuhkan jerih payah dan kosentrasi. Hal ini telah aku jelaskan pada kaedah keempat. Menghadap ke kiblat dan duduk dengan khusyu, tenang dan rileks. Memulai dengan proses pemanasan (warming up), yaitu persiapan dengan cara memulai membaca beberapa halaman al-Quran sebelum kamu memulai proses menghafal, baik tanpa melihat ataupun dengan melihat mushaf, dan melagukan bacaan sambil memperdengarkan diri sendiri tanpa tergesa-gesa ataupun terlalu lambat. Proses semacam ini adalah sandaran bagi penenangan jiwa. Sesungguhnya mayoritas penghafal yang telah berhasil tidak memboleh seorang murid untuk menghafal sebelum ia memurajaah hafalannya yang lalu dan memperdengarkannya di hadapan guru. Hal ini dilakukan hanyalah dalam rangka persiapan diri, baik jiwa maupun raganya, untuk menghafal, namun kadang-kadang seorang murid tidak memperhatikan tujuan gurunya ini. Berhati-hatilah jangan sampai kamu terpikat oleh suaramu yang merdu, sehingga kamu hanya berkutat di seputar alunan senandung tanpa kata dan dirimu dikuasai oleh kenikmatan alunan lagu, sehingga kamu mengkhayalkan seakan-akan kamu adalah si qari fulan, kemudian ruh kamu menjelma ke kepribadian qari ini, kamu mulai mentartilkan, membaca dengan baik (tajwid) dan memanjangkan huruf, kamu terus mengulang dengan menggunakan metode beberapa qari, bahkan kadang-kadang kondisimu ini bertambah parah dengan menghadirkan microfon dan beberapa kaset. Ketahuilah sesungguhnya waktumu akan terbuang sia-sia, sedangkan kamu tidak mengetahuinya. Demikianlah keadaan seorang remaja yang senang menghafalkan al-Quran, jika ia duduk, ia akan muali menghafal al-Quran surat Yusuf dan mulailah ia melagukannya hingga waktunya terbuang sia-sia sedangkan tidak satu ayatpun yang ia hafal. Setelah sekitar sepuluh sampai lima belas menit dari proses pemanasan dan persiapan jiwa, maka kamu akan merasakan di dalam jiwamu rasa suka yang bertambah kuat untuk menghafal, ketika itulah, sedapat mungkin kamu memulai dengan halaman baru yang ingin kamu hafalkan.

6. Dari sini dimulailah fase terpenting, yaitu betul-betul mengkonsentarasikan diri dengan memandang ke ayat al-Quran dan kamu menggambarkan bahwa matamu ini seakan-akan sebuah lensa kamera dan kamu ingin menggambarkan halaman ini dalam bentuk suara dan gambar, maka berhati-hatilah dalam menggerakkan kamera ini. 7. Bukalah kedua matamu secara baik dan kosongkanlah hatimu dari segala kesibukan, setelah itu bacalah dengan cara melihat permulaan ayat yang ada di awal halaman dengan suara yang terdengar indah dan dengan bacaan yang benar dan penuh kosentrasi. Sebagai contoh adalah firman Allah SWT:

Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata :"Apakah yang memalingkan mereka (ummat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?". Katakanlah :"Kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus".(QS. Al-Baqarah: 142). Bacalah ayat ini sebanyak tiga kali, atau lebih dari itu, hingga otakmu dapat memahaminya, kemudian pejamkanlah kedua matamu dan gambarkanlah dalam ingatanmu tempat-tempat kata dan bacalah, jika kamu berhasil membacanya secara lengkap tanpa adanya kesalahan apapun, maka janganlah kamu bergembira terlebih dahulu, akan tetapi ulangilah untuk kedua kalinya, ketiga kali dan kelima kalinya. 8. Kemudian bukalah kedua matamu untuk kedua kalinya, bacakanlah ayat tersebut untuk dirimu sendiri dengan melihat mushaf untuk memastikan kebenaran hafalanmu, jika kamu yakin seratus persen bahwa kamu telah menghafalnya dengan benar, maka janganlah kamu bergembira terlebih dahulu, pejamkanlah kedua matamu dan bacalah untuk terakhir kalinya. Dengan ini berarti kamu telah mengukirnya di dalam ingatanmu dengan ukiran yang tidak mungkin hilang dengan izin Allah SWT. Cobalah langkah-langkah ini dengan cermat, maka kamu akan mendapatkan kebenaran pemikiran ini. Peringatan: Di tengah-tengah proses mengulang, berhati-hatilah agar pikiranmu tidak bercabang dengan memperhatikan segala sesuatu yang ada di sekitarmu, seperti bingkai-bingkai yang berserakan di dinding, label-label, permata dan ornamen yang bernilai seni yang tinggi, janganlah kamu mengikuti hembusan angin yang ada di sekitarmu dan janganlah memperhatikan model perkakas atau dipan yang kamu duduki. Berhati-hatilah, jangan sampai berlebihan dalam memandang sesuatu yang ada di balik jendela, bisa jadi matamu memandang sesuatu yang tidak menggembirakan dan bisa jadi kamu terpikat untuk memandang orang-orang dan mobil-mobil yang ada di jalan, sebagaimana yang terjadi pada beberapa murid ketika mereka mengulang pelajaran untuk persiapan ujian mereka, salah satu di antara mereka berdiri di atas jendela dengan dalih menghirup udara segar, namun tiba-tiba ia mulai menghitung jumlah mobil berdasarkan merk dan modelnya dan seterusnya, tiba-tiba waktu telah berlalu dengan sia-sia dan tidak ada satu pelajaranpun yang ia dapatkan. Oleh karena itulah, wahai saudaraku, janganlah kamu mempedulikan kesibukankesibukan semacam ini, sesungguhnya kamu telah merekomendasikan dirimu agar ia termasuk para penghafal al-Quran dan hal ini membutuhkan perhatian, ketekunan, kosentrasi dan menghindari kesibukan lainnya. 9. Setelah itu, ia langsung ke ayat berikutnya, yaitu:

)141 : (

dan mulailah mengikuti langkah yang sama yang telah ditempuh pada ayat sebelumnya, namun jika kamu mendapatkan satu ayat terlihat panjang, maka bagilah menjadi beberapa bagian sesuai dengan waqaf yang benar dan baik dan makna yang lurus, kemudian ulangilah dan ulangi beberapa kali hingga ayat tersebut benar-benar terukir di hatimu. 10. Sekarang mulailah dengan proses menghubungkan, sebagaimana telah aku jelaskan pada kaedah kedelapan dari kaedah-kaedah menghafal. Caranya adalah dengan membuka mushaf,

...

memandang dengan cermat pada akhir ayat pertama, sebagai contoh:


berhenti pada waqaf, ke awal ayat kedua, yaitu

kamu membacanya dengan suara yang dapat didengar, kemudian segera kamu sambung, tanpa

...

dan

ini berulang kali, jangan kurang dari lima kali. Setelah kamu membaca langkah-langkah ini, itupun jika kamu menginginkannya, maka mulailah menerapkannya langsung, tulislah dalam catatan khusus tanggal memulai hafalan, hubungilah seseorang yang kamu senangi dan kamu percaya, beritahukan kepadanya bahwa kamu telah menemukan satu metode dalam menghafal al-Quran dan kamu akan mulai menerapkannya hari itu juga, semoga kamu kelak menjadi penunjuk kebaikan. Di antara faedah dari menghubungi seseorang ini bahwa ia akan menjadi orang yang memotivasimu untuk tetap menghafal dan melanjutkan hafalanmu, karena ia bisa membalik jiwamu yang paling dalam untuk menambah dalam menerima ayat yang telah kamu baca. Inilah materi yang terdapat dalam ilmu jiwa (psikologi) bahwa jika seseorang melakukan sesuatu kemudian ia memaksa orang lain untuk melakukannya, maka seakan-akan ia telah membangun sebuah benteng tanpa perlu memantaunya dan perbuatan ini dapat memberinya tambahan dalam menerima sesuatu yang diperbuatnya. Berikut ini ringkasan dari metode yang telah dijelaskan sebelumnya:

...

Ulangilah proses

1. Persiapan diri

2. Pemanasan

3. Kosentrasi

4. Mengulangi

5. Menghubungkan

Hasil = Hafalan yang kuat dengan metode terbaik

1.

2. 3.

4. 5. 6.

Metode kedua Menhafal antara dua orang Tiada henti-hentinya aku mengingat tulisan salah seorang guru kami di papan tulis, ketika itu aku duduk di bangku sekolah lanjutan pertama di Mahad al-Furqan, beliau menulisnya dengan tulisan yang indah: Ilmu akan tumbuh di antara dua orang, lalu aku menjadikan kaedah ini sebagai pelita kehidupan intelektualku. Atas dasar inilah, barangsiapa ingin menghafal dengan menggunakan metode ini, hendaklah ia mengikuti langkah-langkah berikut ini: Pilihlah seorang teman yang baik yang memiliki perhatian terhadap apa yang kamu perhatikan dan buatlah kesepakatan dengannya dalam menentukan waktu yang sesuai dengan kalian berdua, diutamakan waktu setelah subuh atau waktu antara maghrib dan isya, tentun ya waktu tersebut berlaku setiap hari. Buatlah satu kesepakatan untuk memulai dengan satu surat di antara beberapa surat. Hendaklah salah satu di antara kalian berdua membuka mushafnya, orang pertama membaca satu ayat dengan melihat mushaf dan orang kedua menyimaknya dengan seksama dengan mengikuti yang tertera di dalam mushaf, kemudian orang kedua mengulanginya dengan melihat mushaf, kemudian orang pertama mengulanginya tanpa melihat mushaf dan kemudian diulangi lagi oleh orang kedua tanpa melihat mushaf. Pindahlah ke ayat kedua dengan pola yang sama hingga akhir halaman. Kemudian mulailah dengan proses menghubungkan antar ayat sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya hingga kalian berdua merasa bahwa hafalan kalian berdua telah mantap. Kemudian tinggallah proses ujian dimana salah satu dari kalian berdua berperan sebagai guru dan yang lainnya sebagai murid, kemudian peran tersebut dibalik, hendaklah masing-masing dari kalian berdua mencatat jumlah kesalaha dan ingatkanlah kepada temannya tempat-tempat kesalahan tersebut agar ia dapat memperbaikinya dan tidak terjerumus di dalamnya untuk kali berikutnya.

Metode ketiga Menggunakan waktu yang terbuang di kendaraan Banyak dijumpai di antara saudara-saudara kita yang memiliki banyak aktivitas memiliki keinginan untuk menghafal al-Quran, namun mereka mengatakan, kami tidak memiliki waktu lagi, tatkala aku melihat kesungguhan mereka dan melihat bahwa mereka menghabiskan banyak waktu di kendaraan mereka, maka aku berkeinginan mengalihkan pandangan mereka ke metode ini, sebagai berikut: 1. Gambarlah satu halaman mushaf yang ingin kamu hafalkan. 2. Gantunglah gambar tersebut di hadapanmu di dalam kendaraanmu, tentunya ditempat yang tidak menghalangi dalam menyetirnya. 3. Jika kamu mengendarai mobilmu di pagi hari, maka bacalah ayat pertama dan ulang-ulangilah selama kamu memanaskan mobilmu.

4. Jika kamu berangkat, dengan karunia Allah, maka ulangilah ayat yang tadi kamu baca tanpa melihat ke gambar. 5. Jika kamu berhenti pada rambu lalu lintas, bacalah satu ayat setelahnya dengan melihat ke gambar, kemudian ketika kamu mulai bergerak, maka bacalah dengan tanpa melihat gambar dan seterusnya Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan 1. Berhati-hatilah jangan sampai kamu tidak memperhatikan halaman yang kamu hafalkan, janganlah kamu menyia-nyiakannya hingga kamu merobeknya. Dianjurkan agar kamu menyampulnya dengan plastik, jika kamu selesai menghafalnya, maka jagalah baik-baik pada map khusus di rumah, barangkali kamu akan mengulanginya untuk kedua kalinya. 2. Berhati-hatilah jangan sampai kamu terlalu sering memandang ke kertas di tengah perjalananmu agar tidak terjadi kecelakaan yang tidak diinginkan, janganlah kamu melihat ke kertas tersebut kecuali pada waktu-waktu berhebti atau menunggu. Seseorang pernah melakukan satu percobaan yang baik, ia menyampul halaman al-Quran dengan sampul transparan dengan menggunakan alat listrik yang khusus menyampul kartu (melaminating), tentunya setelah memisahkan masing-masing kertas dari kertas lainnya, mushaf yang dipilih adalah seukuran saku, maka jadilah setiap kertas mushaf tersebut terdiri dari dua halaman dan ia terlihat kokoh dan kuat seperti halnya kartu biasa yang tidak akan terpengaruh dengan seringnya digunakan dan anti air, ia membuatkan kartu-kartu ini sebuah kemasan yang sesuai dan layak untuk disimpan seperti lemari penyimpanan kaset. Dan dengan kemampuan yang dimilikinya, ia dapat membawa sekumpulan kartu tersebut di sakunya dan ia dapat menggunakannya di mobilnya dengan meletakkannya di hadapannya dan kadang-kadang ia mencuri pandang dengan melihat ke arahnya. Kadang-kadang mushaf saku atau mushaf yang dipilah berdasarkan juz al-Quran dapat menggantikan posisi kertas yang digambar ini. Metode ini juga baik dipraktekkan untuk menghafal dan memurajaah buku-buku ilmiyah lainnya, tentunya dengan menjadikan proses mengulang sebagai bagian terbesar dalam proses menghafal, karena ia tidak membutuhkan terlalu sibuk dalam memandang. Beberapa orang guru telah berhasil menghafal dengan menggunakan metode ini, tetapi mereka mengendarai sepeda atau motor, sebagai ganti mobil, sebagaimana yang diceritakan kepadaku oleh guru kami Syeikh Abdul Fattah al-Murshifi, semoga Allah merahmatinya, bahwa ia telah menghafal matan kitab al-Thayyibah mengenai qiraat yang sepuluh di atas motornya dan aku juga telah mencobanya ketika menghafal kitab Alfiyah ibn Malik di atas sepeda di tengah perjalananku antara pepohonan di kebun yang subur di wilayah timur dan aku melihatnya sebagai metode yang sangat bermanfaat. Sebagaimana tidak diragukan lagi bahwa peran mendengarkan dari alat rekam (tape recorder) yang ada di mobil juga memiliki pengaruh besar, karena hal ini tidak menyibukkan pandangan, lisan hanyalah tinggal mengikuti bacaan qari, inilah metode yang bermanfaat, terutama bagi anak-anak kecil yang hanya dapat menghafal dengan cara di diktekan, dan aku akan menambah bagian ini secara jelas setelah ini. Metode keempat Hafalan para pekerja Sebelumnya aku telah menerangkan bahwa metode ini termasuk bagian terbesar dari saudara-saudara kita yang bekerja dalam berbagai profesi dan mereka memiliki keinginan untuk menghafala al-Quran, aku telah menerangkan sebagian profesi dan aku tidak berpanjang lebar

mengenainya, karena kondisinya tidak memungkinkan untuk berpanjang lebar, sebagai contoh aku menerangkan tentang metode para tukang tenun. Kadang-kadang pembaca akan merasa asing dengan penamaan ini, akan tetapi aku lebih mengedepankan dari yang lainnya, karena guruku yang telah mendiktekanku qiraat yang sepuluh, yaitu Syeikh Abdul Ghaffar al-Durubi,[83] semoga Allah melindunginya, telah memberitahuku bahwa beliau telah menghafal dengan menggunakan metode ini mulai awal alQuran hingga surat al-Furqan selama empat bulan, yaitu selam ia bekerja sebagai tukang tenun. Metode para tukang tenun adalah metode langka, lebih lengkapnya sebagai berikut: 1. Seseorang duduk di belakang mesin tenun kemudian memilih tempat yang menyenangkan bagi pandangannya. 2. Di tempat tersebut, tepatnya di depan kedua matanya, ia menancapkan dua batang paku sebagai tempat sandaran mushaf yang akan digunakan untuk menghafal. 3. Ia memulai proses membaca ayat pertama dengan cara melihat mushaf, kemudian ia membacanya tanpa melihat mushaf ketika ia bekerja. Hal ini memungkinkan, karena pekerjaan menenun tidak membutuhkan banyak konsetrasi dan berfikir, oleh karena itulah hati selalu dalam keadaan siap penuh untuk menghafal, bahkan membaca tanpa melihat mushaf justru memberikan perhatian dalam bekerja dan semangat untuk bergerak, sehingga pikiran disibukkan dengan menghafal, tangan dan kaki bergerak mengiringi gerakan mesin ketika menenun. Profesi semacam ini sangat baik untuk dibarengi dengan memurajaah hafalan, karena murajaahdapat menghilangkan kejemuan dalam jiwa dan membangkitkan gairah hidup bagi para pekerja. Di antara para guru yang telah menghafal al-Quran dan memantapkan hafalannya, sedangkan mereka tetap dalam pekerjaannya dengan menggunakan metode yang telah aku terangkan adalah guru para qari (Syeikh al-Qurra) di Damaskus, al-Allamah al-Muqri al-Syeikh Husain Khaththab,[84] semoga Allah merahmatinya, pada mulanya ia bekerja sebagai tukang tembaga di pasar tembaga Damaskus, kemudian setelah itu ia menjadi seorang tokoh terkemuka di kota Bannan. Di antara ulama yang menghafal dengan keseriusan yang tinggi ini (dengan metode ini) adalah guru kami al-Allamah al-Muqri al-Syeikh Abu al-Hasan al-Kurdi,[85] semoga Allah melindunginya, pada mulanya beliau bekerja sebagai jagal, kemudian beliau menjadi guru alQuran di masjid jami Zaid ibn Tsabit di Damaskus. Di Damaskus terdapat seorang guru al-Quran yang diberi julukan Syeikh Izzi, beliau telah meluangkan waktunya untuk membacakan al-Quran di hadapan jamaah yang terdiri dari para karyawan dari berbagai profesi, sehingga telah lulus di bawah bimbingannya sekumpulan para hafidz yang mumpuni, di antara mereka ada seorang tukang roti yang telah menghafal alQuran secara lengkap, sedangkan ia tetap bekerja di hadapan oven yang ada di atas pengapian.[86] Segala puji hanya milik Allah atas segala karunia-Nya. Bahkan kamu akan banyak menjumpai dalam biografi para ahli al-Quran yang mendapat julukan sebagai berikut: al-Qazzaz (tukang sutera), al-Bazzaz (penjual pakaian), alBazzar (penjual biji), al-Zayyat(penjual minyak), al-Najjad (tukang kasur), al-Naqqar (tukang gali), al-Najjar (tukang kayu), al-Naqqasy(pemahat), dan al-Hadzdza (tukang sepatu).[87] Metode kelima Mendengarkan alat perekam (tape recorder) Ada banyak bentuk penggunaan alat perekam (tape recorder), aku cukup menjelaskan sebagiannya saja, sebagai berikut: Bentuk pertama

1. Belilah kaset al-Quran murattal lengkap dengan suara seorang qari yang mumpuni, seperti alHushari dan al-Mansyawi. 2. Bawalah kaset pertama bersamamu di mobil, dengarkanlah untuk pertama kalinya dari awal hingga akhir. 3. Ulangilah mendengarkannya untuk kedua kalinya. 4. Ulangilah mendengarkannya untuk ketiga kalinya dan usahakan kamu mengikuti bacaannya, kamu mulai membaca ketika kaset mulai membaca dan kamu berhenti ketika kaset berhenti. 5. Pada pendengaran yang keempat kalinya, maka jika ayat pertama dimulai, maka ikutilah dan jika ayat pertama berakhir, maka matikanlah alat perekam dan ulangilah ayat tersebut tanpa mendengarkan kaset. Namun jika kamu melakukan kesalahan, maka ulangilah usahamu ini untuk kali berikutnya. Dan jika bacaanmu telah benar, maka ulangilah untuk ketiga kalinya tanpa mendengarkan kaset, tujuannya agar ayat tersebut meresap ke hatimu dengan baik atas izin Allah SWT. 6. Berpindahlah ke ayat kedua dan kerjakanlah sebagaimana yang kamu lakukan pada ayat pertama dengan sempurna. 7. Jangan lupa dengan proses menghubungkan antar ayat yang telah kita bahas sebelumnya dan dilakukan tidak hanya sekali. Metode ini, disamping baik dilakukan di dalam mobil, juga baik dilakukan di dalam rumah. Akan tetapi jika kamu ingin menghafal di rumah dengan menggunakan metode ini, maka kamu harus memperhatikan beberapa hal di bawah ini: a. Pertama-tama dengarkanlah satu surat sedangkan kamu membuka mushaf dengan memperhatikan wakaf dan permulaan bacaan. b. Bagilah surat menjadi beberapa bagian sesuai dengan konteks dan maknanya, tetapi tiap-tiap bagian tidak melebihi lima ayat. c. Dengarkanlah bagian pertama, kemudian ulangilah tanpa mendengarkan kaset, namun jika kamu merasa satu bagian terlalu panjang dan kamu berat untuk menghafalkannya, maka cukup kamu menghafalkan separuhnya. d. Metode ini sangat baik bagi para tuna netra. Dan banyak sekali orang yang menghafal dengan menggunakan metode ini. Bentuk kedua: menyibukkan keadaan bawah sadar Bentuk ini hampir serupa dengan bentuk pertama, hanya ada sedikit perbedaan pada polanya, yaitu : 1. Pilihlah kaset surat yang ingin kamu hafalkan dengan suara salah satu qari yang mumpuni yang membuat jiwamu merasa tenang. 2. Dengarkanlah dari tape recorder sedangkan kepalamu di atas bantal sebelum tidur, cahaya dimatikan, ketenangan penuh dan kesunyian malam yang sempurna. 3. Dengarkan dengan jiwa ragamu kepada lantunan al-Quran yang mengalir dari tenggorokan yang tampak tenang. 4. Usahakan sedapat mungkin agar suara terdengar lirih. 5. Bangunlah dikala subuh dan hindari tidur setelah shalat, setelah itu cobalah kamu membaca surat yang telah kamu dengarkan sebelum tidur dengan melihat ke mushaf, maka kamu akan mendapatkan bahwa kamu dapat menghafal dengan sangat cepat, praktekkanlah dan praktek itu merupakan bukti terbesar. Ada beberapa manfaat metode di atas, di antaranya: a. Keadaan bawah sadar adalah keadaan yang selalu dialami. Permasalahan yang ada diseputar hal ini adalah masalah sehari-hari yang dilalui oleh seseorang pada harinya, terutama pada akhir

b. c. d. e.

f.

1. 2.

3.

4.

5.

siang dan sebelum tidur. Keadaan bawah sadar ini bekerja sepanjang malam berdasarkan permasalahan terakhir yang menyibukkannya. Jika ia selalu mengulang ayat-ayat yang telah disimpannya dalam ingatanya sebelum tidur, maka ketika ia bangun di pagi hari, maka lisannya akan terasa tergerak dengan sekiranya ia tidak mengerti suara atau lagu yang sama yang telah ia dengarkan sebelum tidur. Dari sini kita akan mendapatkan rahasia dibalik pemilihan orang-orang yang menguasai dunia informasi umat kita seperti siaran radio terhadap acara tengah malam dengan lagu-lagu yang tidak senonoh dan cerita-cerita porno yang memisahkan kita dengan generasi yang tidak akan kembali untuk memikirkan permasalahan agama dan umatnya, bahkan sebagian besar perhatian dan pikirannya hanyalah untuk memikirkan bagaimana ia dapat melepaskan dahaga hasrat dan syahwatnya. Oleh karena itulah, wahai saudaraku, wahai orang yang ingin termasuk orang yang hafal al-Quran, berhati-hatilah jangan sampai kamu meletakkan radio atau tape di telingamu sebelum tidur untuk mendengarkan sesuatu yang tidak diridhoi oleh Allah dan Rasul-Nya. Metode ini sangat bermanfaat bagimu ketika proses murajaah. Jika kamu merasakan penderitaan akibat bersedih hati dan dada terasa sempit, maka metode ini merupakan obat yang sangat mujarab. Jika kamu menderita penyakit sulit tidur dan tidak dapat tidur dengan cepat, maka ketahuilah bahwa metode ini adalah sebaik-baik solusi. Metode ini sangat bermanfaat seperti obat bagi orang yang kerasukan jin, pinsan dan berada di tempat tidur yang kurang nyaman, yaitu dengan cara memilihkan bagi mereka beberapa surat dan ayat, seperti ayat kursi, surat al-Falaq dan al-Nas dan mereka mendengarkannya sebelum tidur, sehingga sesuatu yang menyusahkan mereka dapat hilang. Cara ini telah dicoba dan cukup terkenal. Metode ini sangat membantu bagi para penderita tuna netra dalam proses menghafal dan murajaah. Bentuk ketiga: Mengulang-ulangi kaset selama satu minggu Pilihlah satu surat yang ingin dihafal yang terekam dalam kaset dengan suara seorang qari yang mumpuni. Dengarkanlah selalu selama satu minggu, tatkala selesai, maka ulangilah untuk kesekian kalinya. Hal ini dapat juga dilakukan di dalam mobilmu dengan sekiranya tidak mengambil waktumu atau ditengah-tengah kesibukanmu. Di akhir pekan, duduklah di antara waktu maghrib dan isya di masjid dan kalau bisa pada hari Jumat, kemudian bacalah surat yang kamu dengarkan selama seminggu dengan berusaha menghafalnya. Kamu akan kaget bahwa kamu benar-benar telah menghafal surat ini dengan baik, dan kamu hanya membutuhkan sedikit kosentrasi dan memantapkan hafalan ini dengan murajaah dan mengulang-ulangi. Mulailah pada hari Sabtu dengan surat kedua dengan pola yang sama, maka kamu akan sampai pada hasil yang memuaskan dengan izin Allah SWT dan kamu akan mendapatkan bahwa surat ini tidak banyak mengambil waktumu. Metode ini dianjurkan bagi orang-orang yang memiliki pekerjaan yang banyak dan padat. Perhatian: Penentuan waktu dan hari yang aku sebutkan di atas adalah sebagai perumpamaan saja, bukan sebagai sesuatu yang harus diikuti. Oleh karena itulah, silahkan saudara memilih waktu yang sesuai dengan kondisi dan aktifitasnya. Metode keenam

Menghafal dengan merekam suaramu sendiri Sesungguhnya manusia, dengan perbedaan watak, strata dan tingkat pengetahuannya, hatinya akan senang mendengarkan suara yang indah dan akan senang untuk mendengarkannya, akan tetapi setiap orang dari kita semua pastilah melewatkan sebagian waktunya yang tidak ada yang dapat menyenangkannya selain suaranya yang ia perdengarkan untuk dirinya sendiri, bahkan ia merasakan kegembiraan tersendiri yang menimpanya ketika ia berdendang di hadapan dirinya sendiri. Berangkat dari kenyataan ini, aku akan menerangkan metode menghafal dengan merekam suaramu sendiri dan mendengarkan rekaman tersebut ketika kamu ingin menghafal, dengan langkah-langkah berikut ini: 1. Ambillah tape recorder dan kaset kosong dan bacalah dalam suasana tenang dengan suara terdengar surat yang ingin kamu hafalkan dengan memperhatikan hukum-hukum tajwid dan secara tartil. 2. Kamu diperbolehkan membagi surat tersebut menjadi beberapa bagian sesuatu dengan kesatuan makna dan kandungannya. 3. Kamu diperbolehkan merekam satu bagian lebih dari satu kali, tatkala kamu menyelesaikannya sekali, kamu mengulanginya untuk kesekian kalinya. Hal ini dilakukan agar kamu merasa rileks dengan pengulangan dan kamu tetap membaca secara sambung. 4. Dengarkanlah suaramu yang jernih di dalam mobilmu, rumah ataupun kebunmu, karena hal ini akan sangat membantumu dalam proses menghafal dengan cepat dan berkeinginan memperbaiki martabat dirimu. 5. Usahakan kamu membandingkan suaramu dengan suara para qari yang mumpuni agar kamu dapat melihat perbedaan sehingga kamu dapat melengkapi sesuatu yang mungkin untuk dilengkapi. 6. Usahakan kamu mengikuti suaramu bersamaan dengan suaramu yang telah terekam. 7. Usahakan kamu mencermati beberapa kesalahan dalam hal harakat dan hukum-hukum tajwid. 8. Setelah kamu merasa bahwa kamu telah menghafal surat tersebut dengan baik, maka ujilah hafalanmu tersebut. 9. Caranya dengan merekam surat yang sama tanpa mendengarkan rekaman kamu sebelumnya, kemudian bandingkanlah dengan mushaf dan seterusnya 10. Dianjurkan kamu menyimpan sekumpulan kaset yang kamu miliki, terutama yang telah ditashih(diperbaiki) didalam lemari khusus, karena bisa jadi, setelah beberapa tahun, kaset tersebut akan menjadi peninggalan sejarah yang ada nilainya.

METODE KETUJUH : Motivasi menghafal bagi anak-anak dengan perekam Ada beberapa cara, diantaranya : Yang pertama : ayah terhadap anaknya. 1. Sediakan perekam dan kaset kosong serta seorang anak yang telah berusia 14 tahun atau lebih. 2. Pilih surat-surat pendek seperti surat An-Naas dan Al-Falaq. 3. Bacalah terlebih dahulu ayat pertama, kemudian diikuti oleh anak anda dan perekam akan merekam suara anda dan anak-anak.

4. Katakan pada anak anda : " ini adalah pelajaranmu hari ini ". Ajarkan juga padanya cara menggunakan alat perekam dan berikan kaset padanya. Lalu katakan padanya : " dengarkan baik-baik dan hafalakan ! bapak akan mengujimu nanti sore ". 5. Jika anda merasa sulit untuk merekamnya pada hari ini, mungkin anda bisa merekam kumpulan surat yang sesuai agar dapat dijadikan pelajaran selama sepekan. Diakhir pekan nanti, anda bisa menguji semua surat. Metode ini tepat dan teruji. Melalui metode ini pula Syeikh al-Hafidz Sayyid Lasyin al-Farh (1) memotivasi anaknya agar menghafal, hingga anaknya mampu menghafal al-Quran pada usia sembilan tahun begitu pula dengan putrinya yang hafal al-Quran pada usia yang sama. Karena pada masa itu anak-anak senang mendengarkan suara mereka. Metode ini akan banyak membantu dan anda akan lihat perhatian yang lebih dari mereka. Ia mendengarkan ayat tersebut dua kali, satu kali suara ayahnya dan satu kali suaranya. Ia dapat menghafalnya tanpa kesulitan. Manfaat yang dapat kita ambil dari metode ini ialah bahwa anak akan mengerti karakternya sendiri, mahir menggunakan alat perekam, menyimpan hafalannya dalam kaset tersebut dan dapat mengetahui kesalahannya sendiri serta mampu membedakan antara bacaannya dengan bacaan ayahnya. Tidak menutup kemungkinan, yang dimaksud dengan ayah - disini - ialah orang yang ahli dibidangnya atau seorang guru ngaji yang mengajarkan metode ini. Cara kedua : Metode bagi anak-anak usia tiga tahun. 1. seseorang merekam surat-surat pendek, diawali dari surat an-Naas, al-falaq dan al-ikhlash menurut mushaf yang berlaku. 2. Kemudian menghentikan bacaanya setiap membaca satu ayat, lalu diikuti oleh empat orang anak yang suaranya bagus, dengan memperhatikan makhroj yang baik. 3. Setelah membaca tiga surat dengan cara tersebut, ulangi hingga dua atau tiga kali dan seterusnya sampai habis satu bagian kaset. 4. Pada bagian kedua, pilihlah surat lain dengan cara yang sama. 5. Letakkan kaset itu pada perekam ditempat yang tinggi, jauh dari jangAndaan tangan dan biarkan anak-anak bermain, bergembira dan bergerak sesuka mereka. Dalam waktu yang singkat anda akan melihat mereka benar-benar hafal surat-surat yang terekam tanpa kesulitan, bahkan mereka memutarnya kembali ketika berkumpul dengan teman-teman mereka. 6. Metode ini juga bisa diterapkan bagi ibu yang berada didapur. Karena bermanfaat bagi dirinya dan bagi anak-anak yang mengikuti ibunya ketika beraktifitas disekitar rumah. Anda akan lihat anak-anak akan meminta dan mendesak untuk memutar kembali kaset tersebut. 7. Manfaat dari metode ini adalah anak-anak dapat mendengar - ketika menyimaknya - suara mereka. Mereka pun mengikuti dari awal dan mencoba mengucapkan suara yang mereka dengar. Merekapun membaca dengan bacaan yang benar dan mampu menghafal dengan cepat. METODE KEDELAPAN : Menghafal dengan metode penulisan Kemampuan menghafal seseorang berbeda-beda. Sebagian dari mereka bisa menghafal melalui penglihatan. Walaupun hanya satu kali membaca buku, ia akan hafal pokok-pokok pikiran dan

semua yang tertulis dalam buku. Ia akan berkata : " pengertian ini ada dalam buku ini pada halaman sebelah kanan ". Sedangkan sebagian lainnya, bisa menghafal melalui pendengaran. Ia akan berkata pada anda : " setelah beberapa puluh tahun lalu aku sudah mendengar ini dari si fulan dan ia menyebutkannya dengan ucapan yang pernah ia dengar ".. Setelah mukaddimah diatas, aku katakan bahwa metode menghafal dengan penulisan merupakan metode yang bagus, apalagi jika disertai dengan penglihatan dan pendengaran. Metode penulisannya ada beberapa cara, diantaranya : 1. Misalnya, anda hafalkan lima ayat, pusatkan pikiran anda pada ayat tersebut beserta harakatnya. Setelah hafal, coba anda tulis, lalu bandingkan antara mushaf dengan yang telah anda tulis, perhatikan kesalahan-kesalahannya. 2. Seorang guru menulis dibuku para murid atau dipapan tulis beberapa ayat yang telah ditentukan. Kemudian perintahkan mereka unutk menyalinnya, setelah itu koreksi tulisannya satu persatu kemudian perintahkan mereka untuk menghafalkan apa yang telah mereka tulis. Dengarkan hafalannya lalu suruh mereka untuk menulis apa yang telah mereka hafalkan. Insya Allah, apa yang telah dihafalkan tidak akan terlupakan karena tertanam dalam ingatan mereka. METODE KESEMBILAN : Pemanfaatan papan tulis rumah Metode yang aku sampaikan disini, ditujukan bagi siapa saja yang ingin memotivasi anakanaknya untuk menghafal al-Quran, insya Allah metode ini baik dan bermanfaat. Dan bagi ibu yang resah karena anak-anaknya tidak mau menghafal al-Quran, metode ini telah dicoba oleh banyak orang, bukan hanya dalam hal hafalan tetapi juga dapat memperbaiki tulisan mereka. 1. Sediakan papan tulis putih serta beberapa spidol warna. 2. Gantungkan papan tulis tersebut dikamar anak-anak atau didinding ruang keluarga agar mereka dapat melihatnya ketika mereka bermain. 3. Tuliskan satu surat - dengan tulisan yang banar - untuk mereka hafalkan dengan spidol hitam, beri harokat dengan spidol merah lalu warnai tiap batas ayat dengan spidol hijau. Tuliskan juga dipojok kanan atas hari dan tanggal. Jika anda tak dapat menulis dengan baik mungkin anda bisa minta bantuan pada orang yang bisa menuliskannya. 4. Suruh anak anda menuliskannya pada buku mereka setelah itu hitung kesalahan pada penulisan serta pemberian harokatnya. Beri hukuman bagi siapa saja yang menghapus tulisan di papan tulis kecuali setelah selesai dihafalkan. 5. Mintalah mereka untuk menghafalkannya beberapa hari dengan cara saling berlomba. 6. Pada hari berikutnya, tuliskan surat yang lain setelah mereka benar-benar hafal surat yang pertama. Setiap harinya mereka akan mendapatkan pelajaran baru, begitu seterusnya. Mereka akan merasa senang dan gembira untuk saling berlomba. 7. Biarkan mereka - setelah hafal pelajaran yang pertama - mencoba menuliskan tulisan mereka di papan tulis. Mereka akan sangat senang dan mencoba untuk meniru tulisan yang baik sehingga mereka akan memperbaiki tulisannya.

8. Salah seorang orang tua mengatakan : " metode ini mengharuskan orangtua untuk selalu tinggal di rumah, menelantarkan pekerjaan sehari-sehari dan harus meluangkan banyak waktu untuk anak-anak mereka ". Aku katakan : " Jangan membayangkannya dulu ! Setelah anda menggelutinya dan memberikan perhatian yang lebih besar - sudah seharusnya - serta mengaplikasikannya dalam rutinitas seharihari, anda akan merasakan bahwa metode ini tidak sampai seperempat jam untuk menulis, setengah jam untuk mengoreksi dan mendengarkan hafalan mereka. Aku berharap pada anda, wahai para orangtua, beritahukan kepadaku : " Berapa banyak waktu yang anda habiskan sia-sia hanya untuk duduk didepan televisi mengikuti acara-acara yang kebanyakan tidak bermanfaat dan tidak bernilai ? Berapa banyak waktu yang terbuang untuk menonton serial-serial dan drama-drama yang kurang berbobot ? Ironis sekali, jika ada seorang bapak duduk bersandar ditemani isteri serta putra-putrinya menonton film bersama-sama hingga berjam-jam tanpa menghiraukan waktu. Setelah itu, mereka datang kepada anda mengadu tentang kelemahan anaknya dalam pelajaran, atau tak ada lagi keinginan untuk menghafal AlQuran !!! 9. Metode ini mungkin bisa dilakukan oleh ibu, karena metode ini sangat mudah. Daripada menghabiskan waktu untuk ngerumpi bersama yang lainnya di telepon atau menonton acara dan serial di televisi. Perkembangan pendidikan ini harus ia perhatikan agar mendapatkan kemuliaan di dunia serta ganjaran yang besar di akhirat. 10. Metode ini mungkin juga dilakukan oleh kakak yang tertua. 11. Tidak diragukan lagi, metode seperti ini mampu meningkatkan daya nalar imla, penulisan serta kaidah-kaidah seni baca al-Quran bagi anak-anak. Aku tahu betul, ada salah seorang orang tua yang melakukan metode ini dan telah menjadikan anak-anaknya penulis yang handal. PERHATIAN : Ada beberapa cara yang bisa disertakan dalam metode ini, yaitu meja untuk anak-anak. Aku telah membuat meja dengan bentuk yang cocok seperti papan tulis. Yang memungkinkannya untuk menulis sesuka hatinya dengan mudah dan berlatih menulis dengan pulpen khusus yang tidak mengotori dan membahayakannya. METODE KESEPULUH : Menghafal Al-Quran dengan papan. Papan yang dimaksud disini ialah potongan kayu yang dihias. Panjangnya 40 cm, lebarnya 15 cm. Diatasnya terdapat pegangan seperti pegangan pedang. Dalam penggunaannya para murid harus memperhatikan beberapa hal, menghaluskan pinggirannya sehingga nyaman untuk dipegang dan mengolesi papan tersebut dengan sesuatu yang dapat memudahkan untuk menulis diatasnya.. Metode ini mengikuti pada metode sebelumnya, karena menggunakan metode penulisan, akan tetapi aku mengecualikannya karena metode ini sangat penting dan masih berlaku sampai

sekarang di beberapa negara-negara afrika seperti Sudan, Somalia, Senegal, Tusyad, Kamerun, Muritania dan lain-lain. Metodenya adalah sebagai berikut : 1. Guru menulis ayat yang harus dihafal oleh para murid dengan tulisan yang jelas menggunakan rasm utsmani. 2. Lalu bacakan huruf perhuruf dan menyuruhnya menghafal perlafadz dan pertulisan. 3. Setelah itu, perintahkan mereka untuk menghapus apa yang telah mereka tulis kemudian menuliskannya kembali sesuai dengan apa yang telah mereka hafalkan. 4. Guru mengoreksi tulisan dan bacaan mereka dan mengarahkannya dalam hal menulis, memegang pulpen, serta cara menulis yang baik. 5. Jika sudah benar-benar yakin muridnya telah hafal, ia melanjutkan kepada pelajaran yang lain, begitu seterusnya. 6. Apa yang telah dihafal melalui metode seperti ini tidak mungkin akan dilupakan karena sudah melekat dalam ingatan. Aku pernah berkumpul bersama para hafidz asal Muritania yang telah menghafal dengan metode ini, aku lihat, mereka benar-benar hafal Al-Quran seperti halnya mereka hafal nama salah seorang diantara kami. Metode ini masih berlanjut hingga sekarang walaupun mushaf telah tersebar diberbagai negara islam. Manfaat yang dapat kita ambil dari metode ini adalah kita dapat mempelajari mushaf, memperindah tulisan serta mengetahui Qaidah imla`. Sebaiknya metode ini dibimbing oleh seorang guru yang berpengalaman. Ia akan membimbing dan menunjukkan kesalahan murid sampai yang terkecil sekalipun. Bahkan pada saat menghafal, ia akan menjelaskan letak ayat-ayat mutasyabihat dalam Al Quran, ia akan membacakan bait-bait syair yang berkaitan dengannya. Murid akan menghafalnya secara tepat waktu dan mampu menyelaraskan antara waktu menghafal AlQuran dengan menghafal ayat-ayat yang berkaitan dengannya. Insya Allah, ini semua takkan terlupakan.

METODE KESEBELAS : Rangsangan motivasi melalui simulasi dan hadiah Pakar pendidikan dan psikologi tidak meragukan lagi, bahwa rangsangan motivasi dapat menggerakkan emosi, meningkatkan produktivitas pada diri manusia. Aku tidak beranggapan untuk menganjurkan metode ini dengan cara perlombaan, hadiah dan simulasi, tetapi aku membolehkan hal tersebut hanya untuk menitik beratkan kepada bentukbentuk yang mungkin mengikuti peraturan yang berlaku. Cara pertama : kesepakatan bersama rekan kerja. 1. Sepakatilah bersama rekan kerja, sekolah atau lembaga untuk melangsungkan hafalan suatu surat selama tiga hari guna melihat siapa yang unggul. 2. Setelah tiga hari, kalian kumpul kembali di masjid, sekolah atau tempat kerja, jika tidak memungkinkan, sepakatilah disuatu tempat.

3. Lalu salah seorang bediri menguji teman-temannya dengan memberikan setiap orang satu pertanyaan kemudian berikan nilai. 4. lalu lihat siapa yang paling sedikit kesalahannya untuk menjadi yang terbaik, letakkan tanda bintang didepan namanya untuk melihat siapa yang paling banyak mengumpulkan bintang selama satu bulan. 5. Bisa juga salah seorang dari mereka memberikan hadiah bagi siapa yang mengumpulkan enam bintang selama sebulan, bisa berupa buku, pulpen, penutup Al-Quran atau apa saja. . Cara Kedua : Pengumuman lomba hafalan Al-Quran. Sekolah mengumumkan lomba hafalan lima juz Al-Quran pada akhir tahun, akan disediakan hadiah dan beasiswa yang menarik. Beberapa bentuk perlombaan : - lomba tingkat internasional yang sering kita dengar di beberapa negara di dunia. Yang paling terkenal ialah lomba hafalan al-Quran di Mekkah al-Mukaromah. - saling berlomba antara suami dan istri, siapakah yang paling banyak hafalannya dalam sebulan. Beberapa bentuk rangsangan semangat : 1. Guru terhadap murid-muridnya : berikan pada mereka beberapa hadits tentang keutamaan alQuran setelah itu perintahkan untuk menghafalkannya Atau kisah tentang para hafidzul Quran. Setelah dipersiapkan semuanya, katakan pada mereka : " kita akan datang besok - seluruhnya dan telah hafal surat al-Ala dengan cara yang telah diterangkan, bagi siapa yang mampu menghafalnya tanpa ada kesalahan, namanya akan dicantumkan dipapan pengumuman sekolah ". 2. Pengumuman dari sekolah atau lembaga : siapa yang dapat menghafal al-Quran dengan baik dan benar, ia akan mendapatkan beasiswa. 3. Pengumuman bagi para tahanan : siapa yang hafal al-Quran, akan dikurangi masa tahanannya atau diringankan. Alhamdulillah, ini pernah terjadi di penjara kerajaan Saudi Arabia, dibawah bimbingan lembaga tahfidz al-Khairiyah. 4. Bapak terhadap anak-anaknya : mungkin bapak bisa memberikan beberapa bentuk fariasi sehingga anak-anak menyukai al-Quran. Contoh : biasanya bapak membelikan sesuatu bagi anak-anaknya, mungkin sesuatu itu dapat dijadikan sebagai hadiah untuk hafalan. Bapak berkata pada putranya : " jika Anda sudah hafal pada bulan ini, bapak akan membelikanmu baju " . lalu berkata pada adiknya : " sepeda ini hadiah untukmu karena bulan ini Anda telah hafal juz amma, tekun shalat di masjid dan rajin menghadiri halaqah tahfidzul quran ". Atau mungkin : " jika kalian hafal surat ini selama seminggu, bapak akan temani kalian jalanjalan dan kita akan makan makanan yang lezat, bagaiman pendapatmu ? 5. Syeikh terhadap jamaahnya : Syeikh memotivasi jamaahnya untuk menghafal al-Quran, memberikan pengormatan bagi siapa yang mampu mengkhatamkan al-Quran pada perayaan tahunan. Saat itu, seorang hafidz mengenakan pakaian yang paling bagus. Diumumkan dihadapan majelis bagaikan seorang pengantin yang menjadi raja sehari. Kemudian diberikan otoritas penuh kepadanya dan posisi terhormat sebagai ahlul quran. Perayaan tahunan ini akan

senantiasa teringat dan tak terlupakan. Bisa menjadi motivator bagi para hadirin untuk menjadi seperti dia. Alangkah bahagianya ketika ia memperoleh hadiah dari gurunya atau dari tokoh terkemuka. Hal itu tidak mengherankan, tauladan kita Nabi Muahmmad saw bersabda pada saat perang badar : " Siapa yang membunuh mereka ( Andam kafir ) atas inisiatif sendiri maka baginya surga ".1 Ini termasuk faktor pendorong .ketahuilah karena mengajarkan umat adalah bagian dari suri tauladannya. 6. Suami terhadap isterinya : Dalam hal ini caranya banyak sekali, contohnya : mungkin ketika pada pagi hari suami akan berangkat kerja, ia bisa meminta isterinya untuk menghafalkan satu surat sampai ia pulang kerja dan menjanjikannya hadiah yang indah jika ia telah menghafalkannya. Bisa juga hadiah jalan-jalan, karena dapat menimbulkan kesan tersendiri. Inilah kesempatan kalian wahai para suami, maka jangan sia-siakan. Sebelum melakukan perjalanan sepakatilah bersama isteri surat apa yang akan dihafal dan ketika kembali dengarkanlah lalu berikan hadiah tersebut dan katakan padanya bahwa ini semua sebagai rasa akung atas perhatiannya menghafal al-Quran. Bagi isteri yang memiliki kesadaran, membantu melaksanakan tugas suami untuk mengajak anak-anaknya agar mengikuti mereka menghafalkan al-quran. Pengaruh anda sangat besar wahai para ibu, mungkin lebih besar dari bapak. Karena anda lebih banyak mengurus anak-anak secara langsung, mengetahui pribadi mereka dan mengetahui semua yang disenangi dan dibenci. Andil anda dalam hal ini sangat besar, jadi jangan anda hilangkan kesempatan ini. Khususnya pada masa-masa awal pertumbuhan anak, karena memiliki dampak besar yang tak akan dilupakannya. Dan ingatlah akan ganjaran yang besar dari Allah bagi siapa yang mengajarkan al-quran. METODE KEDUA BELAS : Menghafal dari halaman terakhir 1. Bukalah mushaf pada halaman yang akan dihafal. 2. Sebagai ganti menghafal pada halaman pertama, pindahlah pada ayat terakhir dihalaman tersebut lalu hafalkan. 3. Lalu pindah pada ayat sebelumnya, lalu yang sebelumnya hingga habis satu halaman. Secara syari metode seperti ini dilarang, karena dapat membalikkan makna ketika membaca ayat yang sebelumnya. Akan tetapi jika seseorang hafal setiap ayatnya diluar kepala bersambung dengan lanjutannya, lalu membaca dengan harakat yang benar, insya Allah tidak ada larangan. Metode ini sangat bermanfaat sekali dan dilakukan sebagian orang untuk menghafal. Karena keinginannya yang kuat, orang - biasanya - menghafal awal permulaan surat dan halaman dengan sangat baik. Ketika sampai pada akhir surat, keinginan itu menjadi lemah dan malas untuk menghafal. Banyak yang mengeluh akan kurangnya kemampuan mereka menghafal akhir surat. Aku melihat sebagian tuna netra membaca surat ibrahim menggunakakn metode ini dan ternyata hafalannya sangat bagus. Aku tidak menganjurkan untuk menggunakan metode ini, akan tetapi terkadang manusia dihinggapi kebosanan dan kejenuhan. Sebagi fariasi, daripada berhenti

menghafal al-quran, cobalah metode ini dengan memperhatikan syarat-syarat yang telah diterangkan. Metode ketiga belas : Menghafal satu halaman al-Quran baris perbaris 1. Sediakanlah sebuah Al-Qur'an, kemudian bukalah halaman yang ingin Anda hafalkan. 2. Sediakan selembar kertas kosong. 3. Tutuplah halaman yang Anda buka dengan kertas tersebut, kecuali baris yang pertama. 4. Bacalah baris tersebut secara berulang kali, hingga Anda benar-benar menghafalnya. 5. Kemudian bukalah baris yang kedua, dan hafalkanlah sebagaimana yang pertama. 6. Hubungkanlah baris yang kedua dengan baris yang pertama agar Anda dapat menghafalnya dengan baik dan tepat. 7. Bukalah kertas tersebut secara berurutan baris perbaris hingga halaman yang terakhir. Insya Allah Anda akan memperoleh hasil yang memuaskan. 8. Lakukanlah sendiri hal yang sama pada baris yang kedua. Salah seorang teman aku mengatakan, bahwa temannya telah menghafal Al-Qur'an dengan metode ini. Beberapa manfaat yang dapat Anda terapkan dengan metode ini yaitu, ketika Anda mendapatkan lembaran soal di ruang ujian. Sebagian siswa menyelesaikan soal tersebut secara sekaligus dan terburu-buru. Ketika mereka mendapati soal yang sulit, mereka merasa kebingungan dan akhirnya tidak menjawab sisa soal yang ada. Lain halnya seandainya mereka menyelesaikan soal tersebut secara berurutan baris perbaris, soal persoal, dan menjawabnya satu persatu, maka hal yang demikian akan lebih baik. Metode keempat belas : Memanfaatkan video untuk merekam al-Quran melaui suara dan gambar Tidak diragukan lagi bahwa video dapat dijadikan sebagai fasilitas belajar yang baik, apabila kita dapat menggunakannya secara baik dan mengetahui cara mengoperasikannya demi kepentingan ilmu pengetahuan. Dalam bidang Al-Qur'an, video dapat dimanfaatkan dalam berbagai model, diantaranya : Model pertama 1. Seorang fafidz yang memiliki suara bagus, merekam seluruh ayat Al-Qur'an dengan suara dan gambarnya. Diperkirakan cara ini akan menghabiskan sekitar 15 kaset. Seorang anak tidak perlu menyimaknya lebih dari 2 atau 3 kali, karena Insya Allah ia akan mampu menghafalnya dengan cepat. 2. Bacaannya diusahakan tidak terlalu cepat juga terlalu lambat. 3. Layar video hendaknya ditampilkan dalam 2 bagian. Bagian pertama menampilkan gambar qori 'yang diperbesar dan diperjelas gerak gerik mulutnya agar yang menyaksikan mengetahui cara mengucapkannya. Bagian kedua menampilkan ayat-ayat Al-Qur'an yang ditulis dengan tulisan mushaf beserta barisnya.

4. Tidak pelak lagi bahwa pekerjaan ini memerlukan lembaga yang mengurus dan membiayainya, serta menyiapkan tenaga ahli yang nantinya akan menghasilkan buah yang diharapkan. Model kedua Seorang syekh membaca al-Qur'an . Ia membacakan sebuah ayat al-Qur'an bersama sekelompok anak, setelah syekh selesai membaca dilanjutkan oleh mereka. Model seperti ini mungkin lebih baik daripada model sebelumnya. Dikarenakan penonton menyimak ayat-ayat Al-Qur'an sebanyak dua kali dengan suara yang berbeda, sehingga gambarnya akan terkenang dalam pikiran penonton bersama dengan bacaannya. Cara menerapkannya yaitu : 1. Sediakan video dan beberapa kaset rekaman. 2. Berikan beberapa ayat - yang ingin dihafal - kepada para siswi di kelas, atau kepada anak-anak di rumah. Lebih baik seandainya video dan kasetnya dimiliki perorangan. Karena memudahkanmereka untuk menggunakannya sendiri dan mempraktekkannya pada saat menghafal. 3. Menyimak bacaan Syekh, serta memperhatikan gerakan mulutnya. Baik pada saat membuka, menutup, atau pada saat menghafal. 4. Untuk menghafal setengah lembar Al-Qur'an, Insya Allah tidak perlu menyimaknya lebih dari 2 atau 3 kali. Hal itu karena pendengaran dan penglihatan bekerja secara bersamaan. Dan gambar qori terbayang dalam pikirannya. Model ketiga Biarkan kaset beroperasi dari awal hingga akhir di depan anak-anak di rumah, atau di depan para siswa di kelas. Seandainya mereka benar-benar menyimaknya lebih dari sekali, secara otomatis mereka mampu menghafal apa yang mereka dengar. Model Yang Keempat Model yang keempat ini apabila sarana dan prasarananya mencukupi. Yaitu, Anda memilki handy camp, kemudian merekamnya sendiri. Baik merekam bacaan Anda atau bacaan anakanakmu. Biarkan kaset itu menyala di hadapan mereka sambil mereka mendengarkannya, atau memperdengarkannya kepada saudara mereka ketika datang berkunjung. Anak-anak bisa latihan merekam ayat-ayat Al-Qur'an yang ditayangkan di televise secara langsung. Cara seperti itu perlu mendapat bimbingan dan pengawasan yang penuh dari orang tua, atau guru pendamping, sehingga alat ini tidak digunakan untuk hal-hal yang tidak diridhai Allah. Metode kelima belas : Menghafal dengan bantuan komputer Metode ini menyerupai metode sebelumnya hanya ada beberapa perbedaan. Metode ini memiliki beberapa bentuk dan model. Menghafal di komputer melalui tulisan

1. Belilah komputer - sebaiknya komputer model baru - yang memilki program Al-Qur'an. 2. Siapkanlah lembaran halaman yang ingin Anda hafal. Mulailah menghafalnya, atau hafalkanlah sebagian Al-Qur'an. 3. Kemudian siapkan komputer agar Anda bisa menyusun huruf. 4. Mulailah menulis ayat yang Anda hafalkan ke dalam layar, bandingkan antara Al-Qur'an dan tulisanmu. Didalam komputer terdapat program sesuai dengan intruksi yang Anda berikan, kemudian program tersebut akan membandingkan dan menjelaskan letak-letak kesalahannya secara cepat. Menghafal melalui suara Di dalam komputer terdapat program-program tertentu yang berkaitan dengan Al-Qur'an dari berbagai suara qori terkenal. Dengan menekan tombol, Anda bisa mendengarkan bacaan seorang qori yang diinginkan, Anda dapat mengulanginya bersama-sama dengan qori tersebut. Metode ini mirip dengan alat perekam, namun fasilitas yang disediakan lebih banyak. Sehingga Anda dapat memasukkan suara Anda seperti layaknya seorang qori. Menghafal melalui suara dan gambar Metode ini menyerupai metode video, hanya saja di sini Anda lebih leluasa. Karena di sini terdapat program suara yang dapat ditransfer kedalam video. Anda pun dapat merekam ayat atau surat apa saja dengan suara sendiri atau orang lain. Anda dapat membukanya kapan saja Anda inginkan sekaligus gambar dan waktunya. Aku mendengar, ada sebuah lembaga yang ingin merekam Al-Qur'an dengan sinar laser. Hal ini memberikan peluang kepada kita sebuah cara baru dan modern dalam menghafal Al-Qur'an. Ada juga sebuah lembaga di Jerman yang dapat mencetak Al-Qur'an dengan bantuan sinar tertentu. Al-Qur'an ini dapat dibaca ditempat gelap. Ketika seseorang berada di tempat tidur, ia dapat membacanya tanpa kamarnya harus diterangkan. Aku katakan, barangkali sebagian otak mampu menghasilkan sebuah metode yang membuat tulisan-tulisan Al-Qur'an terbalik di atas atap atau dinding dengan huruf yang diperbesar dengan bantuan cahaya yang buram - dapat dibaca oleh seseorang tanpa harus bersusah payah. Diperkirakan proses seperti ini berlangsung selama satu jam. Di atas segala yang 'alim, ada yang Maha 'Alim. Diantara yang disebutkan dalam bagian ini adalah, bahwa sebagian program Al-Qur'an di komputer terdapat game untuk menghafal Al-Qur'an yang memilki 2 level. Level pertama, komputer akan menuliskan sebuah ayat, kemudian meminta Anda menyebutkan nama suratnya. Seandainya Anda menjawab dengan benar, komputer akan menjawab " benar ". Level kedua, komputer menulis sebuah ayat secara tidak lengkap, Anda diminta untuk melengkapi kekurangannya. Seandainya Anda menjawab dengan benar, komputer akan menulis " benar ", tapi jika salah komputer akan membenarkannya. Metode keenam belas : Menghubungkan ayat al-Quran dengan kejadian tertentu

Diantara faktor pemicu kuatnya hafalan adalah menghubungkannya dengan kejadian tertentu. Hendaknya hafalan Anda dihubungkan dengan peristiwa yang tidak bisa dilupakan. Misalnya, pada malam Jum'at saatnya menghafal surat Al-Kahfi. Pada malam bulan Ramadhan Anda hafalkan surat tertentu khusus untuk malam itu saja pada saat matahari bersinar. Atau contoh hafalan lainnya yang Anda hubungkan dengan peristiwa tertentu. Karena gambaran peristiwa akan terekam dalam pikiran bersamaan dengan ayat yang dihafalkan. Yang demikian itu memudahkan Anda untuk memuraja'ah dan menguatkan hafalan. Contohnya, Anda menghafal ayat Al-Qur'an pada saat musim dingin dan musim hujan. Ketika itu Anda berada di samping perapian dengan berselimutkan pakaian, maka kenangan tersebut tidak akan bisa terlupakan dan terhapuskan. Guru aku, as-Syeikh Daym - semoga Allah merahmatinya - bercerita, bahwa ia mampu menghafal " matan as-Sulam " tentang ilmu mantic ketika berada di bawah cahaya rembulan. Sementara para saudaranya berupaya keras menghafal hadits mengenai masa panen dan pertanian. Apabila Anda menunggu istri berobat atau melahirkan, sambil mengisi waktu daripada berdiam diri, bukalah Al-Qur'an saku - sebaiknya tidak pernah Anda tinggalkan - dan hafalkanlah semampunya. Karena setiap kali Anda memuraja'ah hafalan ini, Anda akan teringat kepada kejadian ketika Anda menghafalnya. Sebagaimana dalam firman Allah swt, " Dan dirikanlah pula shalat shubuh. Sesungguhnya shalat shubuh itu disaksikan ( oleh para malaikat ) ". ( Q.S. Al-Isra':78 ). Firman-Nya pula, " Sesungguhnya Kami telah menurunkannya ( Al-Qur'an ) pada malam Al-Qur'an " ( Q.S. Al-Qadr:1 ). Metode ketujuh belas ; Menghubungkan hafalan baru dengan berbagai peristiwa penting Banyak peristiwa yang dialami manusia kemudian dilupakannya, tetapi ada juga sebagiannya yang tersimpan dalam pikirannya, sekalipun ia telah dewasa. Dikarenakan peristiwa-peristiwa itu sangat berpengaruh baginya, baik secara fisik maupun psikis. Hal inilah yang kemudian menguatkan hafalannya. Setiap kali pikirannya terkenang pada peristiwa itu, pada saat itu pula hafalannya akan teringat kembali. Ada beberapa contoh mengenai hal demikian, diantaranya : 1. Peristiwa ketika malaikat Jibril merangkul Nabi Muhammad Saw untuk pertama kalinya. Saat itu malaikat Jibril berkata, " bacalah ! " kemudian Rasulullah menjawab " aku tidak bisa membaca ! ". Setelah malaikat Jibril merangkulnya tiga kali, ketika itu Rasul telah siap untuk menerima dan menghafalkan wahyu. Kemudian malaikat Jibril menyampaikan permulaan surat al-Alaq. Peristiwa itulah yang benar-benar terkenang dalam pikirannya. Peristiwa ini adalah peristiwa luar biasa yang terjadi di gua Hira ketika tidak ada satu orang pun yang menolong. 2. Peristiwa rampasan perang dan para tawanan perang Badar. Bagaimakah surat al-Anfal mengisahkannya dengan panjang lebar..? 3. Berbagai peperangan yang dikisahkan al-Quran secara khusus. Seperti perang Badar, Uhud dan Hunain.

4. Peristiwa pemfitnahan. Apakah mungkin korban peristiwa tesebut, yaitu Siti Aisyah ra akan melupakan ayat-ayat yang diturunkan sebab peristiwa tersebut ? Diapun akan benar-benar mengingat peristiwa tersebut. Beberapa contoh yang kami ketahui : 1. Para tahanan penjara. Kebanyakan diantara mereka setelah keluar dari penjara telah hafal alQuran. Setelah keluar mereka berkata, " inilah hasil hafalan kami pada saat di penjara. Hal ini kami pelajari disana ". 2. Seseorang yang tertimpa penyakit untuk sementara. Seperti tangan atau kakinya yang patah. Orang tersebut benar-benar diam di rumah. Hal yang demikian membantunya untuk bersungguhsungguh dalam menghafal. Aku mengenal seseorang yang pernah terkena penyakit. Kemudian dia tinggal di rumah dan ia mampu menghafal al-Quran dalam jangka waktu 4 bulan. 3. Seseorang yang kehilangan anak yang dicintainya, baik karena pergi atau dipenjara. Orang tersebut akan menghafal surat Yusuf. Hafalan ini akan lebih terjaga, karena ada rasa saling mempengaruhi dengan hikmah-hikmah yang menyatu bersamanya selama dia berpisah.

Metode kedelapan belas : Menghubungkan ayat-ayat al-Quran dengan berbagai cara Hendaknya kosongkan - ketika menghafal - pikiran Anda. Dalam metode ini, upayakanlah agar pikiran Anda terfokus pada ayat-ayat al-Quran dan benda-benda yang berhubungan dengannya. Seperti langit, bumi, gunung, serta benda-benda lain-lainnya. Apabila Anda membaca firman Allah : " Dan Dialah yang menundukkan laut " (Q.S. an-Nahl : 14), ketika itu Anda merasakan laut berada di hadapan. Apabila Anda membaca ayat : " Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang di angkasa bebas " (Q.S. An-Nahl : 79). Perhatikanlah di udara, Anda mungkin akan menikmati pemandangan burung yang dihubungkan dengan ayat ini. Apabila Anda membaca ayat : " Jika mereka melihat sebagian langit gugur, mereka akan mengatakan, itu adalah awan yang bertindih-tindih ". (Q.S. at-Thur : 44), maka perhatikanlah awan yang ada di atas. Apabila Anda membaca ayat, "di pohon-pohon kayu, dan di tempattempat yang dibikin manusia" (Q.S. an-Nahl : 68), maka ingatlah anjang-anjang pohon anggur. Apabila membaca ayat : " Di dalamnya keduanya ada (macam-macam) buah-buahan, korma dan delima" (Q.S. ar-Rahman : 68), maka perhatikanlah korma dan delima jika memang ada, dan masih banyak contoh yang lainnya. Apabila Anda benar-benar menghubungkan ayat-ayat al-Quran dengan benda-benda yang sudah umum kemudian dihafalkan, maka hal tersebut akan membantu Anda pada saat memurajaahnya. Apabila ada sebuah kata yang terlupakan, Anda akan teringat dengan benda yang berhubungan dengan kata tersebut, otak Anda akan merekam kata tersebut dan akan menginformasikan pada saat dibutuhkan. Diriwayatkan dari Ali, bahwa dia bekata kepada Abu Musa - semoga Allah meridhai keduanya : " sesungguhnya Rasulullah saw menyuruhku agar aku memohon hidayah dan kebenaran kepada

Allah. Aku sebutkan bahwa untuk memperoleh petunjuk dengan cara mengikuti petunjuk jalan. Dan untuk memperoleh kebenaran dengan cara memberikan modal " Bayangan secara visual banyak membantu menguatkan hafalan. Dalam hal ini dapat kita cermati, bahwa surat-surat yang mengandung berbagai kisah seperti surah Yusuf, Maryam, dan al-Kahfi dapat dihafalkan sebelum saudara-saudaranya. Karena itu, bagi teman-teman kita yang putus asa menghafal al-Quran hendaknya mereka menghafal surat-surat yang mengandung berbagai kisah. Insya Allah setelah itu, Allah akan memudahkannya untuk menghafal al-Quran secara utuh. Beberapa hal yang perllu dicatat dari metode ini adalah, gunakan waktu yang ada menjadi moment yang menyenangkan untuk menghafal surat tertentu. Karena perasaan gembira akan meningkatkan kekuatan ingatan. Hubungkan surat-surat yang telah dihafal dengan saat-saat Anda gembira. Setiap kali Anda memurajaahnya, Anda akan merasakan kegembiraan. Karena ingatan Anda akan menghadirkan saat-saat tertentu yang berhubungan dengan hafalan tersebut. Metode kesembilan belas ; Menghafal al-Quran melalui pemahaman maknanya Metode ini bergantung kepada penjelasan dan interpretasi kandungan sebuah ayat, catatan kecil atau sebab turunnya. Metode ini lebih baik bagi orang dewasa dibandingkan anak-anak. Proses menghafal dengan metode ini sebagai berikut : 1. Sediakan al-Quran yang memiliki ringkasan tafsir kata-kata dalam al-Quran, atau tafsir yang sedang. 2. Pilihlah potongan surat yang ingin Anda hafalkan. 3. Bacalah potongan surat itu, dan perhatikanlah kata-kata yang asing. 4. Bukalah tafsirannya untuk mengetahui makna kata-kata tersebut, juga untuk mengetahui seluruh makna ayat, sebab dan dimana turunnya jika memang ada. Aku tegaskan disini, yang dimaksud dengan makna ayat adalah makna potongan surat yang ingin Anda hafalkan. Jika tidak, maka makna seluruh surat yang saling berkaitan dari awal hingga akhir. Seluruhnya berpusat pada satu titik. Orang yang pantas mengingatkan dan menjelaskan masalah ini adalah : as-Syahid Sayid Quthb dalam kitabnya " Adz-Dzhilal ", dan Dr. Abdullah Darraz dalam kitabnya "Al-Naba al-Azhim". 5. Dalam hal ini, Anda dapat menyusun gambaran yang jelas meliputi beberapa ayat secara sempurna. 6. Mulailah menghafal dengan berkonsentrasi kepada makna-makna kata yang Anda ketahui pada potongan ayat tersebut. 7. Apabila Anda benar-benar telah mengetahui potongan ayat tersebut, maka Anda telah menguasai segalanya. Dan tidak ada pekerjaan lain selain mengaplikasikan apa yang telah Anda mengerti dan hafalkan. Metode inilah yang diterapkan oleh para sahabat " Radhiyal lahu Anhum ". Abdullah bin Umar berkata ; " Kami memperoleh 10 ayat, kemudian kami hafalkan, kami pahami dan kami aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari . 8. Anda bisa melanjutkan bagian ayat yang lain dengan cara yang sama.

Metode ini cocok untuk para pegawai atau para pekerja yang tidak memiliki waktu untuk menghafal. Pada hari tertentu, mereka bisa belajar kepada seorang syekh, kemudian syekh tersebut membacakan potongan surat beserta maknanya lalu menafsirkannya. Setelah itu mereka membacanya diikuti oleh yang lainnya. Hendaknya mereka bersepakat untuk menghafal potongan surat itu selama satu minggu. Pada pertemuan berikutnya mereka membacakannya di luar kepala. Melalui cara seperti ini bisa menjaga makna bersama dengan tulisannya. Diantara manfaat metode ini adalah, insya Allah gambaran umum ayat al-Quran akan selalu ada dalam ingatan sekalipun ia tidak memurajaahnya. Metode kedua puluh : Cara menghafal al-Qur'an bagi orang yang buta Penglihatan merupakan salah satu dari sekian banyak nikmat yang Allah yang berikan kepada kita. Salah seorang guru pernah berkata kepada aku, " Apabila Anda ingin mengetahui betapa pentingnya penglihatan, maka bayangkanlah sejenak jika Anda kehilangan kedua matamu. Saat itu Anda baru mengetahui betapa pentingnya anugerah Allah tersebut. Diantara cara mensyukuri nikmat Allah ini adalah tidak menggunakannya untuk hal-hal yang tidak di ridhai Allah. Bagi orang-orang yang tidak Allah karuniai nikmat penglihatan, Allah menggantinya dengan kecerdasan dan kemampuan-kemampuan tertentu. Mereka - umumnya - menikmati kecerdasan. Hafalan mereka lebih cepat dibandingkan yang lainnya. Mereka memiliki berbagai metode untuk menghafal al-Quran yang berbeda dari yang lainnya. Diantara sekian banyak metode yang cukup terkenal adalah : 1. Seorang yang buta - betapapun usianya - datang kepada Syeikh yang hafal al-Quran. Hal ini merupakan bagian mendasar dalam menghafal di kalangan mereka. Tidaklah jadi soal apakah syeikhnya melihat atau tidak. Tetapi lebih baik yang buta, karena dia lebih berpengalaman dalam kondisi demikian. 2. Apabila tidak ada seorang Syeikh yang ahli, maka tidak mengapa dengan seorang teman yang bacaannya memang benar, jika tidak ada juga, dia bisa mengunakan alat rekaman. 3. Hendaknya temannya seorang yang berlapang dada, cinta dan suka menolong orang lain, penyabar, tidak ceroboh, dan dia melakukan itu karena mengharap ridho Allah. dia dapat menjaga perasaan temannya, dan juga teliti dalam melakukan tugasnya. 4. Hendaknya dia memilih tempat yang tenang yang jauh dari kebisingan. 5. Temannya membaca dengan cara ayat perayat, dia membaca ayat pertama dengan benar dan dengan suara yang keras. Setelah itu dia meminta temannya yang buta untuk mengulanginya sekali, dua kali atau tiga kali sampai benar hafalannya. 6. Kemudian berpindah ke ayat berikutnya sampai lembaran terakhir. Setelah itu ayatnya dihubungkan antara yang satu dengan yang lainnya. Dia mendengarkan bacaan temannya untuk yang terakhir kali 7. Banyaknya hafalan disesuaikan dengan kapasitas orang yang buta serta waktu yang dimiliki syeikh.

8. Adanya kesungguhan orang yang buta. Yaitu dengan cara memurajaah seluruh hafalan setiap hari. Apabila ada hal-hal yang sulit, dan ia tidak menemui orang yang tidak bisa membantunya, maka tidaklah mengapa berpindah kepada ayat berikutnya. Pada hari berikutnya, ia tanyakan kepada syeikhnya, hal ini menguatkan hafalan dalam ingatannya. Dalam kaitannya dengan orang-orang yang buta pada saat ini, alat rekaman amatlah penting. Alat tersebut merupakan teman terbaik ketika tidak ada seorang teman yang mebantunya. Aku telah melihat segolongan hafidz yang buta. Hafalan mereka umumnya lebih kuat dibandingkan dengan yang lainnya. Mereka menceritakan kalau mereka menghafal dengan metode itu. Ada juga metode menghafal yang digunakan orang buta secara sendiri. Melalui tulisan timbul ( braile ). Telah ada al-Quran yang ditulis dengan sebuah metode yang bisa dibaca melalui menyentuhnya. Di berbagai pesantren yang memperhatikan permasalahan orang-orang buta, telah ada sejumlah buku yang ditulis dengan metode ini. Di antara keistimewaan orang buta dalam menghafal Salah seorang diantara mereka duduk bersama temannya, kemudian dia memberikan sebuah pertanyaan yang ada dalam al-Quran. Dia berkata kepada temannya. Bacalah ayat (.. ). Temannya itu kemudian membacanya secara lengkap () Kemudian bergantian, orang yang kedua bertanya kepada orang yang pertama. Bacakanlah ayat ( ) . Orang keduapun membacakan ayat tersebut dengan lengkap. Proses murajaah seperti ini yang menjadi keistimewaan, tidak semua orang yang bisa melakukannya kecuali hafalannya kuat. Diantara keistimewaan mereka, mereka ahli dalam menguji hafalan teman mereka. Anda dapat melihat mereka membacakan syair-syair secara terbalik. Bahkan merekapun melakukan hal yang sama terhadap surat-surat al-Quran sebagaimana yang pernah aku dengar. Diantaranya juga, mereka mampu menghafal ayat-ayat al-Quran beserta nomor-nomornya. Perkara menghafal nomor-nomor al-Quran bukanlah perkara yang sulit, seandainya seseorang benar-benar memperhatikannya pada awal menghafal. Dia mulai menghafalkan ayat-ayat dengan nomornya, karena ayat tersebut akan lebih kuat jika ada nomornya. Setelah itu, dia sempurnakan proses menghafal dengan menerapkan hitungannya, dengan cara menyebutkan sebuah surat dan jumlah ayatnya dari awal hingga akhir. Metode ke 21 : Pembentukan majelis tahfidz di mesjid-mesjid Majelis tahfidz al-Quran telah tersebar di mesjid-mesjid di sejumlah besar negara Islam. Penyebaran ini tampak jelas terlihat pada tahun-tahun terakhir di sejumlah mesjid di kota-kota dan beberapa tempat pertemuan di Kerajaan Arab Saudi. Bahkan alhamdulillah, jumlahnya mencapai ribuan, semuanya itu berkat karunia Allah swt dan kesungguhan yang dikorbankan demi pengabdian terhadap al-Quran. Konon, orang yang mengawalinya adalah seorang Syeikh asal Pakistan yang bernama Syeikh Muhammad Yusuf Siti1). Pada tahun 1962, ia ingin membangun sekolah khusus al-Quran di

Pakistan dan ingin menghabiskan waktunya disana, untuk itu ia membutuhkan para hafidz yang mengajarkan al-Quran, ia berkata : " Aku akan mendatangkan mereka dari Mekkah alMukarromah negeri al-Quran tempat diturunkannya wahyu ". Tatkala ia sampai di sana, ia melihat sedikit sekali ahlul quran dan orang-orang yang menyenangi al-Quran. Ia berkata : " Lebih baik aku membangun sekolah ini di Mekkah ". Ia mulai membangun majelis tahfidz alQuran pertama kali di Mesjid Ibnu Ladin daerah Jarwal, dilanjutkan di Masjidil Haram yang kemudian pembangunannya berkembang dengan pesat. Penerapan metode tahfidznya seperti dibawah ini : 1. Dewan guru mulai menerangkan tentang majelis tahfidz al-Quran secara langsung dikelilingi sejumlah murid dari berbagai usia. 2. Dimulai dengan pasal yang pendek, kemudian dibacakan kepada mereka satu perkara dan mereka mengikutinya. 3. Kemudian memberikan hafalan harian, pada hari berikutnya mereka akan memperdengarkannya dihadapan guru dengan menghafal diluar kepala. 4. Metode menghafal mereka adalah dengan cara setiap murid mengambil tempat duduk di majelis, membuka lembaran kemudian menghafal tugas yang diberikan oleh Syeikh dan mengulanginya hingga ia mampu menghafalnya. Apabila selesai sebelum waktunya, ia dapat memperdengarkannya kepada Syeikh apa yang telah ia hafal untuk kemudian lanjut kepada tugas lain. 5. Dari sini kami mengawasi, karena dalam satu majelis kemampuan menghafal para murid berbeda-beda. 6. Fungsi dewan guru di mejelis ini adalah mengkonsentrasikan pengawasan dan pendengaran serta menguji para murid. 7. Kemampuan para murid berbeda satu sama lain, diantara mereka ada yang meneruskan sampai khatam, ada juga yang terputus dan berhenti. Dan yang beruntung adalah yang meneruskan dengan tekun. 8. Membuat catatan penghafalan yang tetap guna diketahui oleh pemeriksa majelis tersebut, di dalamnya terdapat nama-nama dan usia para murid, berapa juz yang mereka hafal, jadwal harian, penjelasan kegiatan setiap harinya mengenai apa yang telah mereka hafal dan siapa yang mengulang serta tingkat kemampuan hafalan harian. 9. Oleh karena itu disediakan hadiah yang menarik, dibagikan kepada para murid yang berprestasi dalam mengahafal. Adakalanya didalam majelis dan adakalanya dalam perayaan tahunan yang dilaksanakan di mesjid dengan disaksikan orang tua mereka. 10. Perayaan tahunan dilaksanakan dengan meriah. Dihadiri oleh para pejabat urusan pendidikan, para tokoh terkemuka, para ulama, dan para guru guna menghormati para hafidz yang telah lulus ujian hafalan al-Quran secara sempurna dibawah bimbingan putra mahkota2 Catatan Umumnya majelis-majelis ini memperhatikan bahwa para murid bergerak ke depan, belakang ditengah-tengah hafalan dan murojaah mereka. Gerakan ini memberi manfaat yang berarti untuk

memacu aktifitas dalam jiwa para murid, diibaratkan seperti energi listrik yang menimbulkan kekuatan para murid. Hal demkian sudah teruji dan dan terbukti. Sehingga sekiranya Anda mengadakan perbandingan antara dua murid, yang satu diam tak bergerak sedangkan yang satunya bergerak secara teratur, padahal yang kedua menghafal lebih banyak dari yang pertama. aku tidak mengajak melakukan gerakan tersebut, dan tidak menganjurkannya akan tetapi sekiranya terjadi pada watak murid tanpa paksaan maka tidak ada larangan, dan jika melampaui batas maka tidak ada larangan baginya. Dewan guru seharusnya membangkitkan semangat murid agar teguh pendirian sepanjang bacaannya dihadapan teman-temannya. Dan bersikap rendah hati selama belajar. Metode ke 22 : Sirkulasi Metode ini berlaku di Sudan. Istilahnya tidak seasing namanya. Didalamnya terdapat model pembaharuan. Aku ingin menjelaskan metode ini kepada saudara-saudaraku para qori. Bukan dengan cara menyandarkannya tetapi melalui observasi dan penelitian, apalagi sudah banyak orang yang menghafal dengan metode ini. Mereka berkata : " ini adalah cara yang bagus dan sempurna ". Adapun caranya seperti dibawah ini : 1. Seorang syeikh mendikte para murid yang disekelilingnya terdapat al-Quran. Masing-masing mendapat satu, syeikh mendikte setiap murid seperempat bagian yang disampaikan kepada mereka kemudian membetulkan bacaan, pelafalan dan penulisannya diatas kertas. 2. Syeikh duduk ditengah majelis untuk mengawasi semuanya. Ketika si murid sudah dibenarkan, ia boleh kembali ke tempatnya semula. Dilanjutkan dengan murid yang lain. Sampai Syeikh membenarkan semuanya setelah itu berkumpul dihadapan Syeikh secara teratur ; guna memperbaiki bagian masing-masing. 3. Mereka melanjutkan - hal yang tersebut diatas - kurang lebih dua jam. Pada saat itu ia mencatat siapa saja yang hafal. Dengan posisi duduk mereka diatas dipan. Posisi duduk seperti ini sangat melelahkan. Barangkali posisi duduknya seperti seorang peramal yang pernah aku saksikan sendiri. Sehingga rasa malas tidak merasuk. Dengan demikian murid dapat berkonsentrasi menghafal yang diperintahkan oleh Syeikh. 4. Syeikh memerintahkan mereka berbaris, kemudian mereka melakukan gerakan berputar secara kontinyu. Syeikh berada ditengah mengawasi, memotivasi, mengarahkan dan menegur murid yang melanggar aturan. 5. Selama proses perputaran berlangsung, murid diharuskan mengulang kembali hafalannya ditempat duduknya. 6. Tidak masalah mereka sedikit mengeraskan suaranya. Karena hal itu menunjukkan aktifitas dan kemauan yang keras. 7. Setelah satu jam proses perputaran itu berlangsung, Syeikh mempersilahkan mereka untuk duduk kembali. Mereka kembali sekali lagi guna diperiksa kembali hafalannya. Sesekali Syeikh menyuruh sebagian murid memperdengarkan apa yang telah dipelajari sambil berdiri. Mereka menyebut yang demikian itu dengan istilah " lemparan " yang dipakai di Afrika.

Seolah-olah murid melemparkan apa yang ia hafal ke arah gurunya. Ketika murid membaca sambil berdiri, ia harus dalam keadaan siap siaga. Proses perputaran ini memiliki banyak manfaat : diantaranya menggerakkan peredaran darah, menguatkan otot-otot jantung dan seluruh anggota tubuh setelah lama dalam keadaan posisi seperti itu. Didalam proses perputaran ada pertukaran dan pergantian aktifitas. Perubahan perputaran itu mempengaruhi kejiwaan murid, jika rasa bosan dan lelah menghinggapinya. Karena sifat kekanak-kanakan selalu ingin bergerak dan jika membatasinya sepanjang waktu maka akan mempersempit dan tidak menghasilkan. Yang tampak olehku adalah konsep perputaran ini menciptakan studi kejiwaan yang mendalam bagi diri seorang pelajar. Para pendidik bisa menggunakan teori ini dengan metode yang berbeda. Sekarang ini di negera barat telah ditemukan teori-teori pendidikan baru yang menyerupai proses perputaran dari segala sisinya. Mereka mengakui bahwa merekalah yang menemukan teori-teori baru tersebut. Sebagaimana diketahui, bahwa umat islam - dikarenakan minimnya sarana dan prasarana yang menunjang - konon, merekalah yang menemukan teori-teori pendidikan kontemporer. Dan seharusnya memperhatikan perputaran ini secara cepat. Dan menjadi lingkaran besar semacam apa saja ; sehingga murid tidak ditimpa rasa pusing dikepala jika berada dalam lingkaran kecil. Lebih bagus lagi diadakan di halaman luas di udara terbuka. Metode ke 23 : Metode Uzbekistan Metode ini sedang populer di sebagian negara islam yang telah terbebas dari paham komunis, seperti : Kirgistan, Kazakhstan, Dagistan terlebih lagi di Uzbekistan. Aku menyebutkannya disini - setelah melalui penelitian dan observasi. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 1. Murid memulai dengan perbaikan halaman pertama al-Quran dihadapan Syeikh. 2. Syeikh menyuruhnya untuk mengulang lembaran ini sebanyak tiga ratus kali dengan cara melihat ke lembaran tersebut. 3. Apabila ia telah mengulanginya sebanyak tiga ratus kali, ia mempresentasikannya dihadapan syeikh tanpa melihat setelah itu meninggalkannya dan mengambil lembaran lain untuk dihafal. Proses seperti ini berlangsung sampai khatam. 4. Jika telah khatam, Syeikh menyuruhnya membaca al-Quran sebanyak 150 kali. 5. Apabila telah selesai maka ia mendapat gelar Hafidzul Qori. Yang tampak dari proses murojaah dengan jumlah sebanyak ini membuat lisan menjadi lancar dan fasih membaca al-Quran. Surat yang sering dibaca orang - biasanya - berupa catatan, seperti : surat al-Kahfi atau Yasin. Hal yang demikian karena orang sering mendengarnya. Metode ke 24 : Metode Turki

Dalam bidang al-Quran Turki memiliki peranan yang tidak bisa diremehkan1 dan kita layak menghormati cara menghafal masyarakatnya. Langkah-langkah metode mereka adalah sebagai berikut : 1. Melatih bacaan murid secara melihat dalam jangka waktu yang lama. Mulai dari huruf hijaiyah sampai teknik bacaan al-quran dan membenarkan bacaannya. Kegiatan tersebut berlangsung selama satu tahun. Kemudian dilanjutkan ke tingkat dua yaitu tingkat menghafal. 2. Menghafal dengan cara lembaran al-quran dibagi menjadi 30 juz. Setiap juz terbagi menjadi 20 lembar dan setiap lembar terdiri dari 15 baris. 3. Murid - pertama-tama - mengawali pada halaman terakhir dari juz pertama. Pada hari berikutnya dilanjutkan pada halaman terakhir dari juz kedua. Begitulah seterusnya dilakukan setiap hari sampai akhir halaman setiap juz sampai selesai menghafal 30 halaman. Dan menyelesaikan satu bulan penuh dalam menghafal halaman terakhir setiap juz dari seluruh alQuran. 4. Pada awal bulan kedua, mulai menghafal halaman sebelum terakhir pada juz pertama. Kemudian pada hari berikutnya halaman sebelum terakhir pada juz kedua. Begitulah seterusnya melakukan seperti pada langkah yang pertama. 5. Ia melanjutkan cara ini sampai akhir al-quran menghafal kebalikannya. Tatkala menghafal satu lembar ia memperdengarkannya dan halaman-halaman yang dihafalkan sebelumnya. ia membaguskan hafalannya dengan tepat, bagaikan menyusun papan-papan disamping satu bagian dengan bagian yang lain. Para ulama menjelaskan seputar metode ini mengenai dampak positif dan negatifnya : Aku telah menanyai guru besar di Istambul mengenai metode ini, mereka menjawab : " Begitulah , kami mewarisinya dari guru-guru kami. Mereka menganggap metode itulah yang paling cocok untuk menghafal al-Quran. Sampai akhirnya banyak orang yang mengabaikannya dan tidak menghiraukannya. Aku telah melihat metode ini tersebar di negara-negara yang dibebaskan oleh pemerintahan Utsmani seperti Bosnia Herzegovina. Sampai sekarang mereka masih memakai metode ini untuk menghafal. Sebenarnya, seseorang yang menggeluti metode ini akan mendapatkan manfaat - khususnya orang asing yang tidak mengenal bangsa Arab - dan tampak akibat dari metode ini pabila seorang murid melanjutkannya sampai mengkhatamkan al-Quran. Dan ia akan memeperoleh ingatan yang kuat terhadap nomor-nomor halaman dan juz. Akan tetapi, diantara dampak negatifnya adalah jika murid tersebut tidak sabar sampai akhir dan berhenti karena sesuatu hal, ia hanya hafal potongan potongan al-Quran saja dan tidak saling berhubungan. Dan jika anda memintanya untuk membacakan satu surat niscaya ia tidak akan mampu melanjutkan bacaannya. Dan ia akan kesulitan melanjutkan hafalannya sekali lagi. Hal ini merupakan bagian dari metode-metode yang sulit menerapkannya per juz. Sehingga penerapannya harus secara keseluruhan. Waktu yang terpkai selama dua tahun - kurang lebih sampai merasakan pengaruh metode ini.

Metode ke 25 : Penggabungan ayat-ayat menggunakan kisah-kisah nyata atau media gambar Metode ini diperuntukkan bagi anak-anak kecil. Dibawah bimbingan ustadz atau ustadzah. Hal demikian, karena gambar diceritakan kepada anak-anak melalui media gambar kemudian diceritakan kisah yang berhubungan dengan gambar tersebut atau sebab turunnya jika sesuai dengan pemahamannya. Menyederhanakan kisah menurut kadar fasilitas yang tersedia ; anakanak tidak sungguh-sungguh menghafal hikayat. Apabila hikayat itu dihubungkan dengan gambar, maka mereka akan mudah menghafalnya dan menimbulkan kerinduan karena setiap hari mereka menghafal gambar yang berbeda sampai gurunya menyediakan kisah baru yang ditambahkan sesuai keperluannya. Sebagai contoh : a. Surat al-Lahab, dihubungkan dengan kisah Abu Lahab paman Nabi saw serta kisah isterinya yang membawa kayu bakar itu. Kemudian digambarkan kepada anak-anak isterinya membawa kayu bakar dan duri untuk dihamparkan di jalan yang dilalui oleh Nabi saw. Dengan cara seperti ini anak-anak lebih cepat menghafal dibanding yang lainnya yang dibebankan untuk menghafalnya tanpa disertai dengan hikayat. b. Surat al-Ikhlas, dikisahkan kepada anak-anak cerita tentang patung berhala, bagaimana mereka membuatnya sendiri untuk kemudian disembah. c. Surat al-Andatsar, dikisahkan kepada anak-anak tentang sungai al-Andatsar yang indah siapa yang meminum airnya maka ia tak akan merasa haus sampai hari kiamat. Hal ini sebagai anugerah dari Allah swt kepada kekasih-Nya Nabi Muhammad saw. d. Surat al-Alaq, dikisahkan kepada mereka tentang turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad saw dan dialog antara jibril dengan beliau seperti surat al-Mudatsir dan surat al-Muzammil. e. Surat Nuh, Hud, Yusuf, Yunus, dan Ibrahim, dikisahkan kepada anak-anak kisah-kisah mereka dengan gaya bahasa yang memuAnda. Dan jika surat yang panjang bisa dengan membaginya menjadi bilangan tertentu yang dapat dilihat. Dan memberikan gambaran yang berkesan kepada setiap gambar yang sesuai dengan gambar tersebut. f. Ketika surat al-Quran lepas dari kisah atau gambar, bagi pendidik yang bijaksana mungkin menganjurkan dengan metode lain, dan jika didalam surat tidak terdapat kisah yang jelas serta sebab-sebab turunnya mungkin bisa dengan persamaan maksud cerita yang menarik bagi anakanak. Adapun kaitannya dengan orang dewasa, mereka menghubungkannya dengan berbagai cara. Hal itu mereka ketahui penafsiran kisahnya melalui kitab-kitab tafsir. Setelah itu mereka segera menghafal ayat-ayat yang berhubungan dengan cerita tersebut. Misalnya kisah Ashabul Kahfi, kisah Nabi Musa dan kisah-kisah para nabi seperti Nabi Yusuf, Nabi Musa, Nabi Ibrahim dan yang lainnya. Adapun media gambar, ayat ayat yang mungkin paling banyak dihafal dengan mudah akan tetapi setelah pemberitahuan gambar yang digambarkan oleh ayat-ayat dalam sebagian kitab-kitab tafsir. Diantara kitab-kitab yang mengupas tuntas masalah ini adalah kitab " Musyahidul

Qiyamah fil Quran " dan " Tashwirul Fani fil Quran " karya Sayyid Qutb, juga " Tafsir Fi Dzhilalil Quran " yang penuh dengan ini 1. Dibagian penutup pasal ini aku berkata : ada banyak metode lain yang berlaku di penjuru dunia yang belum aku sajikan sehingga tidak pembahasan tidak panjang. Aku meringkasnya menjadi metode-metode yang bermanfaat, yang emumungkinkan bagi pembaca untuk menerapkannya dengan mudah. Sebelum kami mengakhiri halaman pada bab ini alangkah baiknya jika kita memperhatikan sebagian makanan yang membantu hafalan, yaitu bagian tambahan berikut ini : Tambahan Makanan yang membantu aktifitas menghafal Sebagai penyempurna, aku akan menyebutkan ikhtisar pendapat sebagian ahlul ilmi mengenai makanan yang dapat membantu hafalan ; Syeikh az-Zuhrowi berkata : Madu baik untuk mengahafal1. Didalam madu terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Allah swt berfirman : " Dari perut lebah itu keluar minuman ( madu ) yang bermacam-macam warnanya, didalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. " ( QS. An-Nahl : 69 ). Tidak masalah mengunakan madu sebagai penganti gula dalam minuman dingin atau panas seperti teh dan lainnya. Jika dibiasakan akan terasa lezat. Mereka menawarkan resep yang sudah teruji untuk memudahkan menghafal : rebus teh dengan kencur, kemudian tambahkan minyak lada hitam secukupnya, setelah itu tambahkan satu sendok makan madu asli, minum pada pagi hari. Sepanjang hari pikiran anda akan jernih, badan terasa segar dan kadar gula dalam tubuh anda akan menurun2. Campuran madu dengan minyak lada hitam sangat bermanfaat untuk memperindah suara, membuang lendir / riak. Sebagaimana telah mengabariku .dengan syarat secukupnya saja. Imam al-Hasyimi berkata : siapa yang ingin mengahafal hadits, makanlah zabib2. Dahulu guru kami Syeikh Nayf al-Abbas3 - semoga Allah merahmatinya - memakan dua puluh satu buah zabib setiap hari. Syeikh al-Walid1 berkata kepadaku : makanlah zabib ( kismis ) sebelum sarapan, itu akan memperkuat ingatanmu, terutama zabib yang berwarna kuning keemasan. Seorang laki-laki datang menghampiri Ali ibn Abi Thalib, ia mengeluh tentang penyakit lupanya. Ali berkata : minumlah susu sapi, hal itu akan menentramkan hati dan menghilangkan rasa lupa2. Beliau juga manambahkan : makanlah buah delima karena akan menetralisir perut3. Diantara hal yang juga bermanfaat adalah : meminum air zamzam dengan niat menghafal. Nabi Muhammad saw bersanda : " air zamzam diminum untuk keperluan peminumnya4 ". Banyak dari shalafus shalih meminum air zamzam dengan niat yang berbeda kemudian Allah mengabulkannya :

- Seorang hafidz yang bernama Ibnu Hajar al-Asqolani meminum air zamzam dengan niat semoga Allah membuatnya mahir dalam ilmu hadits seperti Imam adz-Dzahabi. Kemudian imam as-Suyuthi meminum air zamzam dengan niat agar ia mahir dibidang fiqh sederajat dengan Sirojuddin al-Bulqini dan dibidang hadits sederajat dengan al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolani5. - al-Hafidz as-Sakhowi dalam terjemahan Ibnu al-Jazri : dulu bapaknya seorang saudagar, selama 40 tahun ia belum dikaruniai seorang anak. Lalu ia pergi haji dan minum air zamzam dengan niat semoga Allah mengaruniainya seorang anak yang cerdas. Ibnu al-Jazri dilahirkan setelah shalat tarawih6. Ini berarti ia dilahirkan sembilan bulan setelah bapaknya meminum air zamzam ; minum pada musim haji kemudian kelahiran pada bulan Ramadhan. Ibnu al-Jazri adalah seorang hafidz dan alim dibidang ilmu qiraat. Jika anda ingin - wahai saudaraku - melewati hafalan dan kesulitannya maka cobalah resep ini dengan niat ikhlas, niscaya Allah mengabulkan apa yang diinginkan. Diantara makanan yang bermanfaat adalah ikan segar. Dr. Hasan Syamsi Pasha memberitahuku : " Didalam ikan terdapat banyak vitamin yang dapat menguatkan otak, ia telah mengadakan penelitian ilmiah tentang hal tersebut1. Umumnya jika banyak makan akan menimbulkan gangguan pencernaan serta akan melemahkan ingatan dan konsentrasi berfikir. Tidak cocok untuk orang yang ingin aktif belajar dan menguatkan hafalannya. Dahulu kami mendengar para guru kami berkata : " ketamakan menghilangkan kecerdasan." Rasulullah saw bersabda : " Tidaklah ketamakan manusia merupakan pembuluh perut yang buruk, cukup manusia hatinya terjangkit penyakit yang mengerogotinya, jika tidak ada ruang maka sepertiga untuk makan, sepertiga untuk minum dan sepertiga lagi untuk dirinya2". Banyak makan sulit menghafal Al-Khothib al-Baghdadi berkata : saat lapar adalah saat yang paling tepat untuk menghafal daripada saat kenyang. Dan seharusnya bagi penghafal mengoptimalkan dirinya ketika ia lapar. Sebagian orang jika ditimpa rasa lapar yang sangat mereka belum bisa menghafal, hal itu dapat dihilangkan dengan sesuatu yang ringan dan mudah seperti perasan air delima dan yang serupa dengannya, dan jangan memperbanyak makan3. Ibnu Jamaah berkata : (( banyak makan mengakibatkan banyak minum, banyak minum mengakibatkan rasa ngantuk, bodoh, lemah pikiran, letih, dan malas. Kesemuanya merupakan kebencian syariat ))4

BAGIAN KE-EMPAT : MUROJAAH DAN MADRISAH SERTA PEMANTAPAN HAFALAN Jika Allah memuliakan dengan hafalan Al Quran maka itu adalah nikmat dan karunia besar, Anda harus senantiasa menjaga hafalan tersebut, jangan lalai dalam melakukan murojaah. Karena Anda telah mencapai tahap penting yang memerlukan perhatian penuh.

Jangan menduga bahwa murojaah dilakukan setelah menghafal Al Quran. Namun harus dilakukan dari awal bersamaan dengan kegiatan menghafal dan membagi dua waktu untuk menghafal dan murojaah. Setelah menghafal seluruhnya barulah dilakukan murojaah lagi. Metode-metode murojaah tersebut akan aku jelaskan dibab selanjutnya. Dalam hadits Rasul dijelaskan " Jagalah hafalan Al Quran, bahkan lebih cepat dari onta yang meloncat dari ikatannya". Jafar As-Shidiq juga berkata hati adalah tanah, ilmu tanamannya dan hafalan adalah airnya, jika tanah tidak disirami air maka tanamannya akan kering Khatib Al-Baedadi dalam presentasi haditsnya mengatakan tentang hafalan hadits ". Menjaga hafalan paling utama.". Beliau berkata pula ".seorang hafidz harus menjaga dan mengulang haf alannya yang telah lalu dan tidak lengah. Sebagian ulama jika mengajarkan seseorang ilmu, akan ditanya beberapa saat kemudian, jika telah mantap ilmu sebelumnya maka ditambah ilmuya dan jika belum maka ditinggalkannya. Orang-orang sebelum kita sangat memperhatikan Hifdzul Quran dan memperdalamnya sebelum mempelajari yang lainnya. Sebagaimana khatib Al-Bagdadi menceritakan dalam sebuah anekdot tentang orang-orang terdahulu yang mengutamakan Hifdzul Quran beliau berkata " .Walid bin Muslim berkata pada kami : jika kami duduk bersama Al-Auzai dan melihat kami berhadats maka ia bertanya sudahkah Anda membaca Al-Quran ? jika ia maka bacalah ------------------------------- dan jika tidak ia berkata "pergi dan pelajarilah Al-Quran sebelum Anda menuntut ilmu". Metode dan bentuk murojaah banyak dan beragam, setiap orang memiliki metode yang berlainan, insya allah aku akan menjelaskan beberapa bentuk murojaah secara singkat. Murojaah dalam bentuk umum : secara indivudu atau dengan metode simak. Pertama : Murojaah Individu Seorang hafidz membuat jadwal murojaah sesuai dengan aktifitas harian dan waktu luangnya metode ini terdiri dari beberapa cara : 1. Cara pertama : Tasdisul Quran adalah metode yang paling tinggi, setiap harinya mengulang lima juz dan selesai dalam waktu 6 hari. Oleh karena itu banyak pendapat mengatakan barang siapa yang menerapkan metode ini, tidak akan lupa. 2. Cara kedua : Tasbiul Quran Metode ini mengulang hafalan dengan membagi surat-surat menjadi tujuh bagian. Metode ini banyak diterapkan oleh orang-orang salaf. Ibnu Jamaah berkata : " murojaah Al-Quran dalam 7 hari adalah metode yang tepat. Metode ini digunakan juga oleh Ahmad bin Hambal1 ". Metode ini diterapkan dalam waktu 7 hari dan khatam setiap hari jumat. Seperti tabel di bawah ini.

Hari Surat Halaman Jumlah halaman Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Al Baqarah - Al Maidah Al Maidah - Yunus Yunus - Isro Isro - As Syuaro As Syuaro - As Shofat As Shofa - Qof Qof - Akhir 1 - 106 106 207 208 - 281 282 - 366 367 - 445 446 - 517 518 - 604 106 101 73 84 78 71 86 Metode ini sangat populer di muritania. Oleh karena itu hafalan mereka sangat kuat. Sebagian mereka mengingat metode ini dengan: .. . Banyak yang menyarankan penerapan metode ini, karena dalam waktu 6 bulan hafalan akan mantap serta dapat mengkhatam al-Quran sebanyak 24 kali dalam 6 bulan. Bagaimana pendapat anda dengan metode ini? 3. Cara ketiga : murojaah dalam jangka waktu 10 hari Cara ini diterapkan dengan mengulang 3 juz setiap minggunya dan mengkhatam dalam jangka waktu 10 hari, jadi dalam 1 bulan 3 kali khatam dan setahun 36 kali khatam. 4. Cara keempat : menghafal berulang-ulang Dalam satu minggu membaca 3 juz dan mengulangnya setiap hari, dimulai dari hari sabtu sampai jumat, berarti 3 juz diulang 7 kali, kemudian dilanjutkan dengan 3 juz berikutnya, maka dalam waktu 10 minggu telah sempurna khataman dan mengulanginya sebanyak 7 kali. 5. Cara kelima : murojaah dengan dua khataman sekaligus Cara ini adalah perpaduan cara ketiga dan keempat dengan mengkhatamkan 2 kali sekaligus. Khatam pertama : mengulang 2 juz setiap hari mengulangi 2 juz tersebut dalam seminggu dan minggu ke dua dilanjutkan dengan 2 juz berikutnya. Khatam kedua : membaca satu juz baru setiap harinya, jadi rata-rata setiap hari membaca 3 juz, berarti dalam satu bulan mengkhatamkan dan menghafal Al Quran seluruhnya, bersamaan dengan itu 8 juz dihafal secara mantap dan baik. Cara ini dianjurkan bagi siapa saja yang jarang melakukan murojaah dan hampir lupa dengan hafalannya, serta kurang memiliki keinginan untuk melakukan murojaah kembali. 6. Cara Keenam : khatam sekali dalam setiap bulannya Mengulang satu juz setiap hari dan dalam satu bulan khatam, paling tidak seorang hafidz harus menerapkan cara ini namun sebagian orang mengatakan bahwa ini merupakan metode bagi pemalas. 7. Cara ketujuh : murojaah dalam sholat Diantaranya : a. Menerapkan dalam sholat tahajjud

Metode ini sangat bermanfaat dan telah terbukti dengan sering mengulang ayat-ayat yang Anda hafal akan menenangkan jiwamu. Syeikh Abd Fatah Al Marshofi Rahimahullah beliau melaksanakan sholat witir dua rakaat setiap harinya dan membaca tiga juz. Bahkan Syekh Fatah Muhammad bani Bati membaca 10 juz dalam setiap sholat tahajjudnya. b. Penerapan dalam sholat tarawih Membaca satu juz setiap hari, cara ini membutuhkan persiapan yang sempurna sebelum membaca di depan para jamaah terutama bagi yang baru pertama kali menjadi imam harus mengulang lebih dari lima kali. Sesungguhnya bacaan di Mihrab memperkuat dan mempertajam hafalan. c. Penerapan dalam sholat rawatib Setiap kita umumnya membaca surat pendek dalam sholat sunah, namun ketahuilah jika dalam satu hari kita sholat sunat hampir 16 rakaat dan membaca 1/2 lembar setiap rakaatnya maka setiap harinya kita membaca setengah juz. 8. Cara kedelapan : murojaah dengan bantuan kaset Murojaah dengan bantuan kaset dari qori yang handal, dilakukan dengan mendengar atau memutar kaset ketika pergi dan pulang bekerja di dalam kendaraan atau memutarnya sebelum tidur. 9. Cara kesembilan : langsung mengulang hafalan Cara ini diterapkan dengan mengulang hafalan secara langsung khususnya diakhir surat, karena dengan berjalannya waktu membuat orang lupa seakan-akan dia belum pernah hapal sebelumnya. Cara ini sangat terbukti dan teruji, metode individu ini memiliki peran yang sangat penting karena jika Anda ingin menghafal sebuah surat maka Anda harus hapal dan mengulangnya sendiri. Namun Anda akan mengetahui dan membuktikan bahwa menghafal itu mudah bagimu. Kedua : Metode Menyimak Ini adalah murojaah dengan sistem yang berbeda, karena metode ini membutuhkan seseorang yang lebih unggul untuk mendengarkan, atau memerlukan orang lain untuk menyimak. Metode ini memiliki banyak cara : 1. Cara pertama Seorang hafidz membaca hafalannya di depan syeikhnya dan syeikh mendengarkan dengan seksama, metode ini untuk pemula seorang hafidz memperdengarkan hafalan yang lalu dihadapan syeikhnya, jika syeikh menilai hafalannya lancar maka dilanjutkan ke ayat setelahnya, jika tidak maka dia harus mengulang lagi di hari ke berikutnya. Syeikh tidak menerima hafalan kecuali telah lancar dan mantap. 2. Cara kedua : mudaritsah dan tikror

Cara ini dilakukan dengan mengulang hafalan-hafalan sebelumnya dan melanjutkan ayat selanjutnya, begitu seterusnya setiap menambah hafalan mengulangnya dari awal, untuk lebih menguatkan hafalan tersebut. 3. Cara ketiga : metode muarodhoh al-Jibriliyah Bukhari meriwayatkan dari Aisyah dan Fatimah Radiallahu Anhuma, beliau berkata : rosulullah memberitahuku bahwa jibril menyimak bacaanku setiap tahun dan mendengarkan bacaanku dua kali setahun namun aku tidak pernah melihatnya sampai datangnya ajalku" Hadits di atas memiliki faedah yang sangat banyak dan tidak terungkap seluruhnya, namun yang terpenting bagi kita adalah bagaimana jibril membandingkan hafalannya dengan rasulullah sehingga mantap hafalannya. Maka dari itu muaradhah ini dilakukan di akhir tahun dua kali. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibn Katsir. Untuk memperjelas ucapan beliau : jika Anda ingin menghafal Al-Quran secara sempurna atau sebagian juz saja, maka ikuti langkah berikut ini : a. Sepakati dengan temanmu untuk melakukan muarodhah bulanan, mingguan atau harian. Namun alangkah baiknya jika dilakukan setiap hari, misalnya : salah seorang membaca seperempat hizbu pertama yang lain membaca dan menyimak dari Al-Quran kemudian melanjutkan seperempat kedua, begitu seterusnya secara bergantian hingga juz pertama selesai. b. Bergilir dan bergantian, orang kedua membaca seperempat bagian yang dibaca orang pertama. c. Diakhir, salah seorang dari kalian bertanya tentang ayat yang diinginkan, dari ayat yang telah dihapal bersama. d. Begitu pula sebaliknya, jika kedua belah pihak mengikuti aturan ini maka hafalan akan mantap dan lancar. Cara ini dinamakan "madaritsah", telah banyak terbukti berhasil dan memiliki banyak bentuk.dan cara Misalnya : seorang guru menyuruh murid-muridnya yang cerdas untuk mendengarkan temantemannya menghafal, dan mencatat kesalahan temannya, atau guru mendengarkan hafalan muridnya sendiri. Walaupun secara bersama-sama, setiap murid mendapat jangka waktu yang berlainan. Perhatian : banyak hafidz yang menduga bahwa murojaah dimulai setelah menghafal Al-Quran seluruhnya, anggapan seperti itu salah, murojaah harus dilakukan setelah selesai menghafal, setelah itu dilanjutkan ke ayat berikutnya. Dan alangkah baiknya jika kuantitas murojaah lebih sering dari menghafal. Perhatian untuk hafidz : sedikit hafalan tetapi mantap lebih baik daripada banyak hafalan namun terbata-bata. Metode Murajaah Yang Gharib Aku mengetahui bentuk murojaah yang jarang digunakan, akan aku paparkan sekedar pengetahuan bagi hafidz bukan untuk diterapkan. 1. Murojaah Al Magribiyyah

Metode ini dicetuskan oleh Syeikh Maghribi metode ini dilakukan dengan membaca tiga surat dalam satu waktu dan membaca beberapa ayat dari surat-surat tersebut kemudian, menggabungkannya. Misalnya : ( ... ) Metode ini membutuhkan hafalan yang sangat kuat dan melanggar syariah. 2. Murojaah Ad-Dairiyyah Metode ini dicetuskan oleh seorang syeikh dari Somalia, metode ini sangat populer sampai saat ini. Para hafidz berkumpul membuat lingkaran kemudian salah satu dari mereka memulai menghafal diikuti yang kedua dan seterusnya, setiap orang membaca satu ayat metode ini harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Seluruh hafidz membaca dalam hati, jika giliran mereka, mereka mengeraskan bacaan dan seterusnya sampai tidak terpotong. b. Metode ini memerlukan kesiapan penuh dari setiap hafidz untuk membacakan ayat yang menjadi bagiannya. Aku banyak melihat metode ini diterapkan di Bosnia Herzegovina. 3. Murojaah As Sujanai Sesuatu yang aneh yang pernah aku dengar adalah beberapa tawanan yang melakukan murojaah dengan standar dan hitungan jari, misalnya surat tabaarak, maka akan digenggam 15 jari 2 kali karena surat tabaarok 30 ayat, demikian pula dengan surat-surat lainnya. Dan dari yang aku dengar, bahwa para tawanan tidak memiliki mushaf, namun setiap orang menghafal Al-Quran kecuali ayat terakhir dari Al-Anfall, tidak satupun dari mereka yang menghafalnya. Hingga suatu hari salah satu dari mereka di introgasi, ketika keluar untuk menerima hukuman sesuatu yang paling penting baginya ialah mencari orang yang menghafal ayat terakhir dari Anfall, kemudian salah satu dari hadirin mengetahuinya dan membisikan kepadanya. Dia kembali kepada sesama tawanannya dan memberitahukan mereka ayat tersebut. 4. Syeikh mendengar hafalan beberapa murid dalam satu waktu. Seorang syeikh mendengarkan tiga atau empat muridnya dalam satu waktu, satu sama lain menghafal surat yang berbeda. Dengan suara yang sidikit nyaring, syeikh mendengarkan mereka dan menyalahkan bila mereka salah membaca, karena Syeikh telah fasih hafalannya, dan memiliki pengalaman yang sangat banyak dan mengetahui bagian-bagian ayat yang rumit dan kemungkinan besar akan salah dalam menghafalnya. Aku banyak melihat metode ini diterapkan di Pakistan. Metode ini diperbolehkan dalam murojaah namun harus diulangi kembali dihadapan Syeikh untuk mendapat pengesahan. Karena ditakutkan ada beberapa huruf dan kalimat yang tertinggal. Dan khatam harus dikontrol oleh Syeikh dengan teliti dan valid dengan standar tajwid yang benar serta tartil yang baik.

BAGIAN KE-LIMA

Pembahasan Pertama Nasihat-nasihat khusus bagi siapa saja yang ingin menghafal al-Quran Allah senantiasa memuliakan orang yang menghafal Al-Quran, pahamilah nasihat ini. Mungkin Anda telah menerapkan sebagian diawal pembahasan yang panjang lebar ini. Akan tetapi, aku akan meringkasnya untuk anda agar bermanfaat : 1. Carilah Syekh yang Mutqin Mujazin, yang sanadnya bersambung sampai pada rosulullah, yang melafadzkan al Quran dari pertama sampai akhir diluar kepala dengan baik sesuai tajwid, menurut riwayat Hafs imam Asyim. Jangan Anda berhenti menghafal hafalanmu sendiri, hafalan sekolahmu maupun hafalan seputar Al-Quran. - Barang siapa yang menghafal Al-Quran dan tidak pernah mengetahui sanad dari syekh Mutqin Mujazin, maka hafalannya dinilai kurang. - Yang dimaksud dengan Mutqin : Yakni hukum-hukum tajwid dan makhorijul hurufnya. - Yang dimaksud dengan Mujazin : yaitu seseorang yang telah mendapat pengakuan, diberikan oleh syeikh yang mengujinya. - Sanad : Adalah silsilah-silsilah syeikh dan orang yang baik bacaannya, serta menyampaikan AlQuran dengan cara mereka, sehingga sampai kepada kita. - Ketinggian sanad : Meminimalilsir jumlah sanad diantaramu dan rosulullah, karena semakin sedikit silsilahnya semakin tinggi sanadnya. - Sanad tertinggi didunia - sampai saat ini - dari zaman Rosulullah hingga zaman Syekh sebanyak 26 atau 27 bacaan(1). 2. Setelah Anda baca al-Quran dengan sempurna dihadapan syeikh dan mendapatkan pengakuan darinya, tak masalah jika Anda mencari syekh lain yang lebih tinggi sanadnya, karena ketinggian sanad lebih diutamakan dibidang ini. Bacaan yang bervariasi dari syekh-syekh yang mutqin memberikan keahlian dan kemampuan yang maksimal, ambilah ilmu yang Anda dapat dari syekh-syekh yang lain, sehingga Anda dapat menguasai berbagai ilmu. Dari situ Anda dapat mengambil manfaat, jangan merasa puas pada satu syekh saja, fanatisme pada pemikiran-pemikirannya serta perkataannya, kecuali hanya kepada Rosulullah. Jika Anda merasa cukup hanya dengan satu syekh dan menganggap dia segalanya, maka Anda telah rugi banyak dan menjadikan wawasan anda terbatas 3. Setidaknya, hafalkan kaidah-kaidah tajwid { matan jazriah }, jika Anda menyadari bahwa anda memiliki keinginan menghafal serta menekuni ilmu-ilmu qiraat maka mulailah menghafal kitab syatibiah, yang berisi syair qiraatus sabah. 4. Anda harus sering murojaah, khususnya ketika pertama kali Anda menghafalkan Al-quran seluruhnya, dan ikutilah aturan-aturan murojaah yang telah aku jelaskan pada bagian terdahulu. 5. Manfaatkan shalat malam untuk melakukan murojaah. 6. Manfaatkan kesempatan shalat tarawih di Mihrab untuk menguasai bacaan Al-Quran secara sempurna diluar kepala.

6. Dari waktu ke waktu, Anda akan menemukan kesiulitan, khususnya diakhir surat, kebanyakan dari para hafidz mengeluhkan mengenai hal tersebut. Mulailah menghafalkannya kembali, agar Anda merasakan kenikmatan yang berbeda dalam menghafal, hari-hari ketika merasa nyaman dalam menghafal tidak mungkin dapat dilupakan. Kita tidak akan merasakan sebelum menjalaninya. Dan menjauhkan diri dari segala yang diharamkan allah. 8. Selama murojaah cobalah untuk memahami maknanya, disetiap murojaah berusahalah untuk menambah pengetahuan tentang ayat-ayat tersebut. 9. Buatlah catatan kecil al Quran yang bisa Anda bawa kemana saja. Jadikan al -Quran sebagai satu-satunya sahabatmu. Gunakanlah satu quran saja, agar terhindar dari hal yang tidak diinginkan. 10.Usahakanlah membawa catatan kecil ketika Anda menghafal didepan syekhmu, untuk menulis koreksian darinya, jika tidak dicatat akan mudah lupa. Berapa banyak koreksian yang kita lupakan sebelum sempat kita catat, padahal itu lebih berharga dari permata. Kita mengira kalau kita tidak akan pernah lupa, padahal setiap hari kita disibukkan dengan hal-hal lain dan melupakannya. Semoga allah merahmati orang yang berkata : " Ilmu itu ibarat buruan dan tulisan itu ibarat talinya, ikatlah buruan itu dengan tali yang kuat. Dari kebodohan harus Anda buru seekor rusa betina dan Anda memisah-misahkannya bagai istri yang diceraikan suaminya. 11. Tandai batas ayat yang Anda baca di depan syekhmu, catatlah waktu yang Anda habiskan dan tempat menghafalnya. Dan catatlah orang-orang yang menghadirinya. Serta tanggal dan hari Anda menghafal. Mintalah tanda tangan syekh terhadap apa yang Anda tulis, tapi jangan samapai mempersulitnya. Hal ini belum terasa manfaatnya kecuali setelah beberapa bulan atau setelah syekh wafat. Daftar ini akan menjadi kenangan yang berharga. Cobalah Anda tidak akan pernah rugi waktu, hanya beberapa menit. Alhamdulillah aku telah menerapkan metode tersebut, dengan begitu aku bisa mengetahui kapan dan dimana aku menghafal ayat-ayat tersebut, dan kepada siapa aku membacakannyan serta tanggalnya secara terperinci. Metode ini bukan sebuah bidah yang dibuat-buat, akan tetapi metode ini telah dipakai oleh orang-orang sebelum kita yang terkenal dengan nama samaat dan ijazah. Dalam metode pendidikan modern, para pakar sangat memperhatikan kata-kata yang mereka temukan pada lembaran pertama atau terakhir yang mereka cermati, atau pada catatan pinggirnya. Dan mereka menerapkan itu agar dicontoh oleh yang lainnya. Pembahasan Kedua Nasehat - nasehat umum bagi pembaca Quran, Penuntut ilmu al-Quran dan para pemula. 1. Jika Anda ingin menekuni bidang ini, maka Anda harus memiliki niat yang ikhlas. Karena keikhlasan adalah rahasia dan taufiq dan petunjuk Allah. Ketika Anda menekuni sebuah

pekerjaan yang diridhoi Allah dan manusia.Sebagaimana Hadits , " Sesungguhnya setiap pekerjaan itu dengan niat" dan bagimu harus punya niat yang ikhlas pada setiap langkah yang Anda lalui. Ikhlas setiap perkarapun dengan niat. Barang siapa yang hijrahnya pada Allah dan Rosulnya, maka hijrahnya pada Allah dan rosulnya. Dan barang siapa berhijrah pada dunia yang ditujuny atau wanita yang dinikahinya maka hijrahnya pada apa yang dhijrahkannya(1). 2. Jauhilah maksiat dalam segala bentuk dan macamnya, dan yang terutama maksiat pandangan dan pendengaran karena keduanya merupakan jalan yang lebih berbahaya dan bayangkanlah bahwa hati bagai kolam yang memiliki tiga saluran. Apabila Anda mengalirkan air yang bersih pada satu saluran maka itu akan terisi air yang bersih begitu pula hati apabila kita isi melalui pendengaran yang baik maka akan terisi kebaikan. Jika Anda mengisinya dengan kejelekan dan ocehan maka ia akan terisi kejelekan dan ocehan. Ayat-ayat dan hadits-hadits mengenai itu banyak sekali. 3. Carilah teman yang mumin yang takut pada allah taala dan ia mengajakmu untuk menghafal Al-Quran dan menuntut ilmu yang mulia, jika Anda melihatnya malas dan lalai, maka ajaklah ia bersamamu. Jikka ia masih malas, maka tinggalkanlah agar tidak berpindah padamu, n kemunduran, mengajaknya diluar dugaan. Carilah yang lain yang terlihat kemauan yang tinggi, kesungguhan dan semangat padanya menekuni ilmu dan menghadirkannya. 4. Hati-hatilah elaborasi akan adanya televisi yang diisi dengan film-film dan yang lainya yang buruk, karna itu akan menghapus Al-Quran dari hati, dan akan menanamkan padanya keinginan dan menggubah hatimu sesaat kemudian pada zaman yang kelam tempat tinggal yang keras. Tidak mempengaruhi peringatan padanya. Dan tidak dapat dilunakan dengan ayat-ayat Allah apabila mengikutinya, dan menguasai pikiranmu yang menguasai keinginan, itu akan berpuncak padamu syaiton yang mengganggumu, maka kekhusuanmu dalam shalat akan kembali. Dan jiwamu tidak akan tenang dalam masjid-masjid apabila kepeningan dan kelemahan bertambah pada mu banyak teman buruk sepertimu, dasar sumber dari setiap malapetaka. 5. Hati-hatilah dari membaca majalah-majalah wanita yang mengumbar nafsu gambar yang tidak bermoral. Itu dapat merusak akhlak dan menghancurkan pemuda, jangan membuka-bukanya walau dengan hujjah pengertian dan keterpelajaran. Bidangmu bukan pada hal yang tidak terpuji ini, akan tetapi bidangmu mengulang apa yang Anda lupa dari kitab Tuhanmu, perhatikan pada buku-buku ilmu yang bermanfaat ia menasehatkanmu untuk membacanya ahlul ilmi dan Anda termasuk orang-orang yang ikhlas. 6. Berfikirlah selalu akan ketinggian perkara dan menjauhlah kehinaannya, seperti kesenangan yang kosong yang kita dengar di periode kita, seperti banyak tandar kesenangan kegemaran menulis bagi siapa yang aktif dan menjalani atau kegemaran terompet di malfat dan apa-apa ke itu. 7. Tak apa ia akan menjadikanmu acara olahraga sehari-hari memperkuat dirimu, seperti mengangkat yang berat, perhatian pada sebagian kegiatan dari sela-sela kitab atau sebagian teman yang menemukan olah raga ini, renang yang teratur ddengan syarat yang syarI dengan

syarat tidak menguasai pikiran dan perhatianmu, jangan mengorbankan lebih banyak dari waktu sehari-hari seperti batas yang maksimal. 8. Apabila Anda telah ikut serta dalam gelanggang olah raga, maka yakini dari kegemaran mereka menekuninya dan karakter mereka yang agamis dan hadapkan mereka pada islam dan menjadikan mereka pelatih pada tingkat yang tinggi akan akhlak, adab dan islam. Maka Anda harus menjadi pandai. 9. Hati-hatilah dari permainan yang menggiurkan, seperti catur, ..,..,dan permainan untuk..dan lainnya yang tak bias disebutkan namanya, dan Anda dari ahlul quran dan ilmi naiklah diatas setiap kejemuan itu. 10. Berpegang teguhlah setiap detik dari waktumu, hitunglah perhitungannya, dimanaAnda menghabiskannya.? Untuk apa.? Dengan siapa? Waktu orang mumin lebih berharga dari pada emas, karena hidupnya yang ia belinya surga kehormatannya alam semesta. 11. ahlul ilmi dari setiap buku yang berguna yang Anda baca, hati -hatilah membaca buku yang bercerita tentang cinta, cerita cinta atau buku-buku adat yang menggiurkan.sesungguhnya kebanyakan darinya menelaah tentang buku-buku asing orang-orang yang tidak menegakkan berdirinya islam. 12. Setiap pemuda diusia muda belia memiliki kemampuan yang luar biasa dalam menghafal. Hadapkanlah kemampuan ini umtuk menghafal Al-Quran Al-Karim sepertimu. Jika Anda telah usai lanjutkan pada ilmu yang syarI seperti matan juzriah yang berhubungan dengan pulau dan..Al-Faih bin malik dalam nahwu dan lainnya, dari catatannya yang merupakan dasar dalam kepribadianmu yang ilmiah, dan jangan lupa hadapkannya setelah itu pada tafsir Quran al-karim dan ilmu-ilmunya, ilmu hadits, mustholahnya, fiqih, dasarnya, pelajaran perjalanan nabi-nabi, sejarah islam dan menjadikan itu bacaan buku-buku para ulama karena banyak dari penghafal Quran Al-Karimkebudayaan mereka yang terbatas serta perhatuan mereka terhadap ilmu syariah sedikit. 13. Waspada akan hak-hak dua orang tua, sapalah mereka didunia dengan baik, doa kedua orang tua agar Anda baik itu amat berpengaruh. 14. Hati-hatilah akan waktu senggangmu diruanganmu, kesendirinmu, tanpa kesibukan dirimu yang bermanfaat, menuntutmu agar baik didunia dan akhirat. Selayaknya Anda berdisiplin akan waktumu sampai Anda tak merasa kosong. Waktu senggang adalah pembunuh anak muda, jika.bapak-bapak didepanmu dan Anda belum menemukan sesuatu yang membuat dirimu sibuk dengannya, hati-hatilah Anda menyerah akan pikiran yang terlentang didepanmu. Akan tetapi bergeraklah mka keluarlah dari kesendirian pada kunjungan syekh-syekhmu atau guru-gurumu atau siapa saja dari orang yang taqwa atau saleh, dirimu akan terbuka, naiklah pada kebaikan dan tingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi, itu merupakan pencoba yang baik. 15. Jika Anda menyendiri di ruanganmu atau dimana saja hati-hatilah akan kebiasaan-kebiasaan buruk yang membahayakan kesehatanmu, dan ikatlah fikiranmu , siapa yang mengeluarkanmu jauh dari pada sesuatu yang simpang siur yakni kekayaannya.

Pikirkanlah - selalu - bahwasanya Allahbersamamu,mengawasimu, dan malaikat mencatat disekelilingmupada setiap gerakan perbuatan yang Anda perbuat, fikirkanlah bahwasanya tangan yang Allah berikan pdamu selayaknya Anda gunakan untuk mentaati Allah. Sesungguhnya itu akan menjadi saksi, bagimu pada hari kiamat didepan seluruh makhluk, Allah berfirman: 16. Hati-hati dari seorang ahli dunia yang tenggelam didalamnya, bahwasanya ia mengeraskan hati karena perkataan mereka yang bergantung pada sekitar perjalanan, kenikmatan dan keinginan mereka yang diharamkan. 17. Kontrol hati dan niatmu ditengah-tengah temanmu dimasjid atau sekolah. Hati-hatilah dari hubungan yang tidak terpuji,,bentuk yang memikat, perkara dunia, perbaiki niat selalu, jika Anda ragu akan hubunganmu dengan saudaramu selain dijalan Allah, maka berusahalah tuk menjadikannya kejalan Allah, Jika tidak maka hindarkan hatimu akannya, dan bertaubatlah pada Allah dari kehawatiranmuyang buruk. 18. Tanya dirimu pada setiap sore sebelum tidur Apa yang telah Anda perbuat untuk islam ? Apa yang akan Anda berikan untuknya ? 19. Ambilah daftar khusus, jadikanlah itu pokokmu sebelum tidur, tulislah didalamnya keseharian akan peristiwa-peristiwa penting yang Anda jalani. Dan pemikiran-pemikiran ilmiah yang terbersit dihatimu, manfaat-manfaat ilmiah yang Anda dapatkan darinya. 20. Hendaklah memperbanyak bacaan dan menelaah beberapa buku yang bermanfaat yang memberi petunjuk kepada gurumu yang tulus. Jangan tidur sebelum Anda membaca paling sedikit 50 halaman dalam sehari. 21. Perbanyaklah berzikir kepada Allah SWT, seperti mengulang kalimat tauhid ( tidak ada Tuhan selain Allah ), Shalawat atas Nabi SAW dan memperbanyak istighfar. Pernyataan ini dikutip dari beberapa hadits shahih.

PENUTUP Setelah menelaah pembahasan ini, Anda akan dapat mengambil benang merah . diantaranya : 1. Pelajaran ini diajarkan di fakultasnya sebagai jawaban karena banyaknya pertanyaaan akan hal : bagaimana menghafal Al-quran. Hal tersebut disebabkan ketiadaan peepustakaan al quran. 2. Pelajaran ini sangat berpengaruh pada penerapan dasar-dasar dan prinsip untuk menghafal alquran sehingga tercipta suatu perpaduan antara teori dan praktek. 3. yang diresmikan dihadapan orang-orang yang memiliki keinginan menghafal al-quran Telah dibuka di depan beberapa orang yang menginginkan menghafal Al-quran atas perbedaan beberapa tingkatan yang luas dalam menentukan berbagai macam cara untuk menghafal Alquranul Karim. Yang tidak sesuai satu sama lain, maka harus mencapai 25 cara untuk menghasilkan beberapa pengalaman khusus dalam bidang ini.

4. Jangan lalai dalam memurajaah dan memantapkan penghafalan. Karena murajaah merupakan bagian terpenting setelah menghafal, hal ini telah disebutkan mengenai 10 cara untuk murajaah. 5. Dalam pembahasan ini telah ditegaskan bahwa yang menyampaikan Al-quran itu merupakan ahli ikhtishos. Kepentingan ini menghasilkan pengecualian membaca Al-quran, mencari sanad yang bersambung kepada rasulullah SAW. 6. Diakhir penjelasan ini disertakan beberapa pesan dan peringatan yang bermanfaat untuk menghafal Al-quran dan cara menuntut ilmu yang baik dan benar. Tak lupa pula kami haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para guru yang mulia, para ulama yang telah mengutamakan bacaan mereka guna menulis beberapa pujian serta beberapa saudara kami yang telah memberikan perhatian yang besar mengenai hal ini. Semoga Allah menjadikan usaha ini murni semata-mata mengharap ridha-Nya. Segala puji hanya bagi Allah Tuhan semesta alam. Penulis : Yahya Ibn Abdul Razaq Gautsani Ahad, 29 Syawal 1414 H Bertepatan pada tanggal 10 - 4 - 1994 M Jeddah 6512232 SAMBUTAN Beberapa surat telah sampai dari para tokoh ahli ilmu. Diantaranya tentang sistem dan prosa, serta membalikkan beberapa kaidah yang sebelumnya tidak layak untuk digunakan. Setelah cetakan pertama selesai, para murid menambahkan kembali cetakannya. Usaha ini ditunda karena menemukan sesuatu yang baru dalam masalah ini. Didalam cetakan ini terdapat beberapa tambahan dan revisi. Sebagaimana surat khusus ini telah sampai dari saudara kita yang telah menerapkan beberapa kaidah. Mereka memanfaatkan sesuatu yang terdapat didalam buku ini. Sehingga mereka dapat menghafal Al-quran dengan sempurna. Setiap pujian dalam kitab ini berupa prosa dan syair. Aku mengetahui kebenaran pada diriku bahwasannya tidak ada kebenaran yang diingatnya. Maka hilangnya beberapa campuran dan adanya beberapa ilmu. Ya Allah ampunilah diriku atas segala sesuatu yang tidak dapat ku ketahui. Beberapa surat dan maksud untuk mencukupi penetapan ini dengan memberikan hadiah kepada keluarganya. Sambutan Ustadz Al-barufaisur Hasan Ahmad Hamid Dekan Fakultas Syariah Universitas Al-quran dan Ilmu Islam Segala puji bagi Allah yang telah mengaruniakan kelebihan kepadanya, untuk membahas kitab yang mulia ini. Shalawat serta salam atas perintah Allah untuk menambahkan ilmu sampai mendapatkan wahyunya.

Telah ditelaah dalam kitab (( bagaimana menghafal Al-quran )) kepada Tuan yang mulia : Yahya Ibn Abdul Razaq Gautsani, yang terdapat dalam permulaan kitab. Kita mengingat para pendahulu yang rajin mengulang beberapa masalah dalam tempat dugaan. Dan membalikkan dasar-dasar yang menarik sampai seseorang membaca dengan rasa cukup dan menikmatinya. Bab pertama dari buku ini memiliki beberapa manfaat. Oleh karena itu, dalam setiap baris ada pesan bermanfaat yang ingin disampaikan serta menghasilkan penyebaran yang telah menjadi tabiatnya. Itu ada hubungannya dengan buku yang banyak perhatiannya untuk mengulang segala sesuatu yang Allah berikan kepadanya. Kami menyampaikan sambutan ini untuk diingat serta melanjutkan buku yang dikarang, Sehingga diberikan kepada seluruh qori. Demi Allah ini merupakan ibadah yang baik. Ustadz Al-barufaisur Hasan Ahmad Hamid Dekan Fakultas Syariah Univertas Al-quran dan Ilmu Islam Amdurman 19 - 5 - 1415 H Sambutan Terhadap Beberapa Tanda Penelitian Tuan Muhammad Al-hafidz Ibn Salik Ibn Thalib , Rektor penelitian Lembaga Tinggi Pelajaran dan Penelitian Islam, Muriyataniya = Nouakchott - Sebuah kitab yang berjudul ((Kaifa TahfadzulQuran)) yang dikarang sesuai dengan ketentuannya. - Karangan ini menggunakan metode yang benar yang menjelaskan kepada Anda bagaimana cara menghafal Al-quran yang baik. - Pengalaman ini meringkaskan waktu yang baik dalam bentuk menerangkan. - Dengan pencaran yang terang untuk menuntut Al-quran dimana. - Syaitan itu dengan mudah berbalik ke belakang ketika mendengarkan adzan. - Lafadz adzan itu sangat bagus dan menyejukkan mata kita - Saya mengambil air

Sambutan : Syeikh Muhammad hafidz ibnu salik bin thalib, Rektor mahad dirasat penelitian islam Sebuah kitab yang berjudul ( kaifa tahfidzul quran ) yang aku tulis sesuai dengan judul Aku karang dari dalamnya metode-metode yuang baik Yang menjelaskan kepadamu bagaimana menghafal al-quran Percobaan-percobaan yang iondah yang meringkas waktu Keterang-keterangn yang memberikan penjelasan nyata dalam al-quran

Yang mamp[u mengusir syetan ketika mendengarkan adzan Syair-syairnya memperindah adzan Kefasihannya menyejukkan mata Dengan membacanya kau bagaikan mengambil ilmu dan iman ditengah lautan dalam kehausan Membacanya kau senang dan gembira bagaikan memetik setangkai bunga yang harum Kemudian aku memuji raja yang maha memberi karunia Aku berkata dan meminta semoga Allah memberikan kepada kita seorang penulis sepanjang jaman Yahya seorang peulis yang rumahnya dipenuhi dengan kebaikan Yang rumahnya itu didirikan dari petunjuk agama yang terpancar darinya ilmu bagai gunung merapi Sambutan ustadz Kholil nahwi Organisasi arab terhadap pendidikan, kebudayaan dan ilmu di Tunisia Dakwah yang mengajakkku kepada al-quran yang telah kau siarkan walaupun kau hanya mendengarnya melalui dua telingamu Anda letakkan rencana pelajaran itu yang ditandai dengan ketelitian dan penuh keahlian Anda terpanggil untuk menghafal kitab sesungguhnya Anda terlindung dari suatu kerusakan Menggunakan metode melalui al-Quran itu merupakan tujuan yang paling penting Menghafal secara individu dan secara bersama keduanya sangat penting Semoga Allah dapat memberikan faidah kepada hambanya melalui kitab ini dan menjaga hambanya yang meinta pertolongan Kitab inilah yang penuh dengan penjelasan-penjelasanya, kukatakan bahwa inilah mutiara yang sesuai dengan keagungannya. Penjelasan yang ringkas memberi kemudahan dan terhindar dari kekurangan Wahai yahya keagunganmu menyatu bagaikan air hujan deras yang kan dugunakan bagi yang menginginkan Kau susunnya dengan penuh kesungguhan selamanya ilmu dapat dikaitkan dengan pengetahuannya Duhai penghafal al-Quran dan atsar yang menunjukkan Betapa tulisanmu bagi kami dapat menyenangkan Datang memberi jalan terang Dengan ucapan jelas, jauh dan hiasan Wahai yahya dengan keutamaan selamanya kau dapat menang Karena terhadap kebodohan kau paling mampu memecahkan Aku katakan kepadanya : saat ini kau dibalas denga kebaikan Karena dari berbagai arah kau datangi jalan kebenaran Dengan kata-kata yang tepat dan juga ungkapan Yang diungkapkan dengan penuh kefasihan Laksana jernihnya lautan pengetahuan

Yang penuh mutiara dan kebajikan Kami serunya dari kejauhan : wahai yahya dengan genggaman Dengan erat kau genggam al-Quran tanpa keraguan Disini syair-syair kau lantunkan sajak dan puisi Dan sang kekasih setelah jauh diperasingan Wahai yan gberani dan yang dihormati Wahai sari dari segala sari dalam al-Quran Dengan kata-kata indah kau datang kepada kami Dalamnya terkandung yang sangat menakjubkan Ada dorongan tuk ingat pada ilahi kau titah dengan mengikuti-Nya dan jauhi larangan niscaya tuhan kan memanjangkan ( umurmu ) demi kami dengan penuh keimanan dan juga keberuntungan semoga shalawat dan salam Allah iringi kepada keluarga, sahabat, terutama pada utusan

Pernyataan ustad khalil an nahwi, Penasehat pendidikan dan kebudayaan dan keilmuan di Tunisia Sebuah seruan yang engkau dengar tentang Al quran Ketika engkau mendengarkannya dengan telingamu Maka itu berarti engkau telah membuat sebuah keputusan Yang harus engkau rencanakan dengan teliti dan profesional Bahwa seruan tersebut tidak lain hanyalah menyerumu untuk menghapal Al quran Yang merupakan perlindungan bagi yang menghafalnya dari kerugian dan kebinasaan Dan itu adalah tujuan akhir yang menuntutmu untuk menghapal sendiri dengan penuh konsentrasi atau menghapal dengan metode simak ,rekaman ,halaqoh ,ad darriyah,menulis disebuah papan atau dengan metode memahami serta menghubungkannya dengan peristiwa dan waktu ,dan merangkai bagian bagiannya menjadi sebuah rangkaian laksana batu mulia dan permata Dan engkau memadukan warna warni hikmah nasehat dan petunjuk Engkau singah disebuah kebun dan menghampiri setangkai bunga ruby yang merupakan pusat perhatian pengunjung Kemudian engkau menaburinya dengan benih benih kebaikan yang bersinar dan menyilaukan penglihatan Sinar itu senantiasa menyinari permukaan bumi Dan Allah selalu akan membalas setiap kebaikan dengan kebaikan Dan Al quran memberi mamfaat bagi hambaNya

Serta menjaga hambanya yang membutuhkan pertolongan

REFERENSI 1. Al-Quran Al-Karim 2. Falatah, Ahmad, Adab Al-Mutaalim fi Al-Fikr Al-Tarbawiy Al-Islamiy, cetakan I, Dar AlMujtama, 1993 M. 3. Ghazaly, Al_Imam Al-, Ihya Ulum Al-Din, Beirut Libanon, Dar Al-Marifah. 4. Basya, Dr. Hasan Syamsy, Al-Asror Al-Thobiyyah Al-Haditsah fi Al-Samak wa Al-Hut, cetakan III, Saudi, Dar Al-Manaroh li Al-Nasyri wa Al-Tawzi, 1314 H. 5. Rojih, Dr. Ahmad Azat, Ushul Ilmu Al-Nafsi, Dar Marifah, 1993 M. 6. Ghutsany, Dr. Yahya Abdul Rozak, Afla Yatadabbarun Al-Quran. 7. Ghazaly, Al_Imam Al-, Ayyuha Al-Walad, Kairo, Dar Al-Itishom. 8. Bukhory, Al-Tarikh Al-Kabir. 9. Suyuty, Tadrib Al-Rawy, Kairo, Dar Al-Turots Mesir,1972 M. 10. Anthokiy, Al-Tazkiroh. 11. Jamaah, Ibnu, Tazkiroh Al-Sami wa Al-Mutakallim fi Adab Al-Alam wa Al-Mutaallim, Beirut, Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah. 12. Ud, Sholeh Ali Al-, Tahrim Kitabah Al-Quran Al-Karim bi huruf ghair Arobiyyah : Ajamiyyah aw Latiniyyah, cetakan III, Paris, 1411 H. 13. ----, Tuhfah Al-Ahwadziy. 14. Az-Azarnujiy, Talim Al-Mutaallim Turuq Al-Talim, Dar Ibnu Katsir Damsyik, 1406 H. 15. SyatiI, Dra. Bint Al-, Al-Tafsir Al-Bayaniy li Al-Quran Al-Karim, Dar Al-Maarif. 16. ----, Tafsir Al-Qurtuby, Beirut, Muassasah Manahil Al-Irfan. 17. ----, Tafsir Ibnu Katsir, Beirut, Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah. 18. Baghdady, Khatib, Tuqoyyid Al-Ilm, ditahqiqkan oleh Yusuf Al-Asy, cetakan II, Dar Ihya Al-Sanah Al-Nabawiyyah, 1974 M. 19. Barry, Ibn Abdul, Jami Bayan Al-Ilm wa Fadlih, Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah. 20. ----, Al-Jami fi Al-Hats Ala Hifdz Al-Ilm, ditahqiqkan oleh Abi Abdullah Al-Hadad Maktabah Ibnu Taimiyyah, cetakan I, Kairo, 1412H. 21. Rosyid, Ali, Al-Jamiah wa Al-Tadris Al-Jamiiy, Jedah, Dar Al-Syuruq. 22. Baghdady, Khotib, Al-Jami li Akhlak Al-Rawiy wa Adab Al-Sami, ditahqiqkan oleh Dr. Muhammad Rofat Said, cetakan I, Maktabah Al-Falah, 1401 H. 23. ----, Juz Fihi Akhbar li Hifdzi Al-Quran, dikeluarkan oleh Ibnu Asakir, ditahqiqkan oleh Abi Abdullah Al-Haddad, cetakan I, Kairo, Maktabah Ibnu Taimiyyah, 1412 H. 24. Baghdady, Khotib, Al-Hats Ala Hifdz Al-Hadits, ditahqiqkan oleh Abi Abdullah AlHaddad, cetakan I, Kairo, Maktabah Ibnu Taimiyyah, 1412 H. 25. Jawaziy, Abi Al-, Al-Hats Ala Hifdz Al-Ilm wa Dzikr Kibar Al-Hifadz, ditahqiqkan oleh Abi Abdullah Al-Haddad, cetakan I, Kairo, Maktabah Ibnu Taimiyyah, 1412 H.

26. Askariy, Abi Hilal Al- terpilih oleh Abi Abdullah Al-Haddad, Al-Hats Ala Tholab Al-Ilm wa Al-Jihad fi Jamih, cetakan I, Kairo, Maktabah Ibnu Taimiyyah, 1412 H. 27. ----, Diwan Al-Imam Al-Syafii. 28. Saritun, Alan, Al-Dzaka, cetakan I, Damsyik, Dar Marifah, 1408 H. 29. ----, Rihlah Ibnu Jabir, Beirut, Dar Shodir, 1400 H. 30. Qobasiy, Al-Risalah Al-Mufassollah li Ahwal Al-Muallimin wa Al-Mutaallimin. Ahmad Al-Ahwany, menyusun kitab Al-Tarbiyyah fi Al-Islam, Kairo, Dar Marifah, 1980 M. 31. Abrosyi, Muhammad Athiyyah Al-, Ruh Al-Tarbiyyah wa Al-Talim, cetakan IV, Dar Ihya Al-Kutub Al-Arobiyyah, 1950 M. 32. Bayanuniy, Dr. Abu Al-Fatah Al-, Sufyan Al-Tsawriy, Dar Al-Salam Al-Qohiroh. 33. ----, Sunan Abi Daud, ditahqiqkan oleh Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid, disebar luaskan oleh Dar Ihya Al-Sanah Al-Nabawiyyah. 34. Qozwiniy, Abi Abdullah Al-, Sunan Ibnu Majah, Dar Ihya Al-Kutub Al-Arobiyyah. 35. Turmuzy, Imam Al-, Sunan Al-Turmuzy, Beirut, Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah. 36. ----,Sairoh Ibnu Hisyam, Maktabah Musthofa Al-Babiy Al-Halabiy, Kairo-Mesir. 37. Baihaqy, Syab Al-Iman. 38. ----, Shohih Al-Bukhory, Beirut-Libanon, Dar Ihya Al-Turots Al-Arobiy. 39. ----, Shohih Muslim bi Syarh Al-Imam Al-Nawawy, Percetakan dan Perpustakaan Mesir. 40. Sakhowiy, Imam, Al-Dhow Al-Lami fi Ayan Al-Qorn Al-Taasi. 41. Qalamuniy, Abi Dzar Al-, Awun Al-Rahman fi Hifdzi Al-Quran, cetakan III, tauzi Maktabah Al-Balad Al-Amin,1993 M. 42. Azariy, Imam Ibnu Al-, Ghoyah Al-Nihaayah fi Thobaqot Al-Qhuro, cetakan I, Beirut, Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah, 1353 H. 43. Katsir, Imam Ibnu, Fadhoil Al-Quran Al-Karim. 44. Bakdasyi, Dr. Said, Fadl Ma Zamzam, cetakan I. 45. Baghdady, Khotib Al-, Al-Faqih wa Al-Mutafaqoh. 46. Kholik, Abdurahman Abdul, Al-Qawaid Al-Dzahabiyyah li Hifdz Al-Quran Al-Karim. 47. Nasir, Ibrahim, Mudkhol ila Tarbiyyah, Jamiyyah Ummal Al-Muthobi Al-Taawuniyyah, cetakan V, Aman, 1983 H. 48. Ashfahaniy, Roghib Al-, Muhadirot Al-Adba wa Muhawarot Al-Syiro Al-Bulgho. 49. Pasya, Dr. Hasan Syamsi, Mujizah Al-Istisyfa bi Al-Asl, cetakan I, Maktabah Al-Sawadiy, 1411H. 50. ----, Al-Mujam Al-Mufahhiros li Alfadz Al-Hadits, cetakan Baril, Kota Riyadh, 1969 M. 51. Aqiy, Muhammad Fuad Abdul, Al-Mujam Al-Mufahhiros li Alfadz Al-Quran Al- Karim, Istambul, Dar Al-Dawah. 52. ----, Musnad Al-Imam Ahmad, Dar Al-Fikr Al-Arobiy. 53. ----, Musnad Al-Firdaus. 54. Kholidiy, Dr.SholahAl-, Nazhoriyyah Al-Tashwir Al-Fana inda Sayyid Qatab, cetakan II, Jedah, Dar Al-Manaroh, 1409H.

55. Sirojuddin, Syekh Abdullah, Hudiya Al-Quran Al-Karim ila Al-Hujjah wa Al- Burhan, cetakan I, Percetakan Al-ashil Bahlab, 1408 H. 56. Musa, Muhammad Hasan Aqil, Al-Himmah Thorik ila Al-Qimmah, cetakan I, Jedah, Dar AlAndalus, 1413 H. 57. Karzun, Dr. Anas, "wa rottilil Quraana Tartiila", nasehat dan peringatan dalam membaca, menghafal serta murojaah, cetakan I, Jedah, Dar Abu Al- Qasim li Al-Nasr, 1413 H.

DAFTAR ISI MUQODIMAH CETAKAN KEDUA KATA PENGANTAR, Syekh Abdullah bin Ali Rohimahullah di Safar KATA SAMBUTAN : Syekh Abdul Ghofar Al-Daruby Al-Hashomy Rohimahullah Syekh Said Abdullah Aal-Muhammad Rohimahullah Syekh Aiman Rusydy Suwaid Rohimahullah MUQODIMAH CETAKAN PERTAMA BAB PERTAMA : Tahmid ( pendahuluan ), ada empat pembahasan PEMBAHASAN I : Allah Yang Maha Mulia Telah Menjaga Al-Quran Didalam Menurunkannya ( Mewahyukan ) Dari Segala Sisi Dan Arah 1. Al-Quran Terjaga dalam Lauh Mahfudz 2. Turunnya Al-Quran Terjaga Keabsahannya 3. Al-Quran Terjaga dalam Esensi Nabi SAW 4. Allah Menjaga Al-Quran dalam Tabligh Nabi SAW dan Tilawahnya terhadap Hamba, Tanpa Adanya Kesulitan 5. Allah Menjaga Al-Quran Setelah Tabligh Nabi SAW hingga Hari Pembalasan PEMBAHASAN II : Keutamaan Hifdzul Quran dan Menjaganya Kedudukan Hifdzul Quran Pada Masa Nabi SAW

PEMBAHASAN III : Kewajiban Murojaah Dan Mengingat Al-Quran Agar Tidak Lupa Hafalannya PEMBAHASAN IV : Syarat-syarat Mendapatkan Ilmu Pada Masa Terdahulu BAB KEDUA : METODE UMUM DAN DASAR HIFDZUL QURAN 1. Keikhlasan Merupakan Pokok ( Rahasia ) Taufik Dan Kemenangan Karena Allah 2. Menghafal Di Waktu Kecil Bagai Mengukir Di Atas Batu Waktu-waktu Yang Tepat Untuk Menghafal Peringatan 3. Memilih Waktu Yang Tepat Membantu Dalam Menghafal 4. Memilih Tempat Menghafal Diantara Pepohonan Dan Di Tepi Sungai Menghafal Dengan Berjalan Diantara Dua Tiang Menghafal Di Samping Wanita 5. Qiraah Maujudah Dan Irama Yang Terdengar Menguatkan Ayat-ayat Dalam Ingatan 6. Ringkasan Mushaf Cetakan Pertama 7. Menshahihkan Bacaan Sebelum Menghafal Perhatian Disekitar Anda Ada Percetakan Al-Quran Dengan Huruf Latin Metode Ideal Dalam Hifdzul Quran Dengan Natiq Selain Arab 8. Pemantapan Dapat Menguatkan Hafalan Upaya Penting Dalam Penerapan 9. Murojaah Dapat Menjaga Hafalan Murojaah Ada Dua Macam : Anekdot Tentang Murojaah 10. Menghafal Setiap Hari Secara Teratur Lebih Baik Dari Pada Menghafal Sepotong sepotong Upaya Dalam Menerapkan Hafalan 11. Menghafal Secara Lambat Lebih Baik Dari Pada Terburu-buru 12. Pemusatan Pada HalYang Serupa Mencegah Ketidakjelasan Metode Utama Dalam Penguasaan Terhadap Kesulitan Yang Serupa Beberapa KitabUntuk Meneliti Hal Yang Serupa 13. Berkomunikasi Dengan Guru Pengajar, Penting 14. Selama Menghafal, Memusatkan Pandangan Pada Ayat Agar Tercetak Pada Akal 15. Ketaatan, Meninggalkan Maksiat, Melatih Hafalan, Membaca Dan Mengamalkan 16. Murojaah Memperkuat Hafalan 17. Pemahaman Menyeluruh Menunjukkan Hafalan Yang Kamil 18. Stimulan Kuat Dan Keinginan 19. Berlindung Dan Memohon Pertolongan Pada Allah Dengan Doa, Penting Dalam Hifdzul Quran

BAB KETIGA : METODE PELAKSANAAN KHUSUS DALAM MENGHAFAL 1. Metode Musyabahah Hifdzul Quran Al-Karim Dari Praktek Individu 2. Menghafal Antara Dua 3. Memanfaatkan Waktu Luang Di Mobil 4. Metode Menghafal Bagi Orang Yang Berkarir Terjemahan Singkat Syekh Abdul Ghofar Al-Daruby Terjemahan Singkat Syekh Husain Khatab Terjemahan Singkat Syekh Muhyi Ad-Din Al-Qurdy Metode Para Ahli Tenun Dalam Menghafal Al-Quran 5. Memanfaatkan Pendengaran Dangan Tape Recorder Membiasakan Akal Dalam Menyimak SebelumTidur Mengulang-ulang Kaset Quran Setiap Minggu 6. Menghafal Dengan Rekaman Suaramu Sendiri 7. Anak-anak Menghafal Dengan Rekaman Suara Orang Dewasa Bapak terhadap Anak-anaknya Biografi Singkat Syekh Sayyid Lasyim Abu Al-Farh Metode Menghafal Anak-anak Sejak Umur Tiga Tahun 8. Mengingat Dengan Metode Tulisan 9. Menggunakan Papan Tulis 10. Hifdzul Quran Al-Karim Menggunakan Papan 11. Memotifasi Dengan Cara Musabaqoh, Simulasi Dan Hadiah Kesepakatan Rekan Kerja Pengumuman Tentang Perlombaan Guru Terhadap Murid-muridnya Iklan Sekolah Iklan Umum Bapak Terhadap Anak-anaknya Syekh Terhadap Jemaahnya Suami Terhadap Istrinya 12. Menghafal Akhir Halaman 13. Memindahkan Tulisan Demi Tulisan 14. Menggunakan Video Rekaman Quran Audio Visual 15. Menghafal Dengan Teknologi Komputer Menghafal Dengan Audio Visual 16. Disertai Ayat-ayat Untuk Masa-masa Tertentu 17. Menyertakan Hafalan Baru Dengan Kejadian Yang Berpengaruh 18. Disertakan Ayat-ayat Untuk Diresapi 19. Bersandar Pada Pemahaman Makna Ayat-ayat 20. Metode Hifdzul Quran Bagi Tuna Netra

Keunikan Tuna Netra Dalam Menghafal Biografi Singkat Syekh Yusuf Siti Al-Pakistaniy 21. Hifdzul Quran Dengan Membuat Halaqoh Di Masjid-masjid 22. Metode Sirkulasi 23. Metode Uzbekiyyah 24. Metode Turkiyyah 25. Menyertakan Ayat-ayat Dengan Kisah-kisah Nyata Atau Kesaksian Pelengkap Makanan Yang Dapat Mendukung Dalam Menghafal Madu dan Kismis Terjemahan Ahli Sejarah : Syekh Naif Al-Abbas Obat MujarabYaitu Air Zamzam Susu Sapi Ikan Dan Pengaruhnya Terhadap Otak Kebodohan Menjadi Kecerdasan BAB KEEMPAT : MUROJAAH DAN PEMANTAPAN HAFALAN Metode Dan Bentuk Murojaah Murojaah Individu 1. Tasdis Quran 2. Tasbi Quran 3. Membiasakan Khatam Al-Quran Selama Sepuluh Hari 4. Memulai Pengkhususan Dan Murojaah 5. Murojaah Dua Khatam Sekaligus 6. Khatam Setiap Bulan 7. Murojaah / Diterapkan Pada Waktu Shalat Terjemahan Singkat Syekh Abdul Fatah Al-mushofiy Terjemahan Singkat Syekh Fath Muhammad Bani Batiy 8. Dengan Bantuan Kaset Rekaman 9. Proses Pelaksanaan Hafalan Baru Murojaah Berdua 1. Murid Menyetor Hafalannya Kepada Syekh 2. Pemantapan Dan Murojaah 3. Muarodhoh Jibriliyyah Bentuk-bentuk Murojaah Murojaah Maghribiyyah Murojaah Dairiyyah Murojaah Sujana Syekh Untuk Seluruh Murid Dalam Satu Waktu BAB V : Nasehat Dan Perhatian 1. Nasehat Dan Perhatian Khusus Bagi Para Hafidz

2. Nasehat Umam Bagi Para Hafidz Dan Para Penuntut Ilmu Penutup Sambutan, Risalah Dan Syair Pembaca Referensi Daftar Isi

RIWAYAT HIDUP PENULIS - Pada tahun 1980 Beliau lulus dari lembaga Al-Furqon Jurusan Ilmu Hukum di Damsyik. - Pada tahun 1985 Beliau lulus dari Fakultas Syariah Universitas Islam Madinah . - Pada tahun 1988 M, Beliau meraih gelar Doktor pada Fakultas Dakwah Dirasat Islamiyah di Mekah. - Pada tahun 1997 M, beliau meraih gelar Doktor pada jurusan Tafsir dan Ilmu Al-Quran Universitas Al-Quran Al-Karim dan Ilmu Islam Umu Diman dan memfokuskan secara detail ilmu qiraat. - Menghafal Al-Quran Al-Karim, mengumpulkan Qiraat sepuluh dan menguasai hadits yang sanadnya bersambung pada Nabi SAW tentang tilawah Al-Quran Al-Karim sejak masa nabi SAW sampai masanya kira-kira ada 27 ahli Qiraah. - Pada tahun 1413 H sampai 1420 H beliau dosen Universitas Tahfidz Al-Quran Al-Karim selama 5 tahun, beliau menjadi pimpinan pengawasan dan pengarahan dalam program Tahfidz Al-Quran Al-karim pada lembaga islam Al-Ighotsah jedah. - Mendirikan beberapa putaran didalam dasar dan kaidah ilmu tajwid, tilawah Al-Quran, cara mengajar Al-Quran dan cara pengawasan untuk rehabilitasi sekolah Al-Quran Al-Karim dalam beberapa negara.

- Pada tahun 1414 H, Beliau ikut serta dalam konfrensi tafsir Al-Quran Al-Karim dibanglades. - Anggota panitia Tahkim pada musabaqoh Eropa Tahfidz Al-Quran Al-Karim di krowasia. - Anggota ikatan Adab Islam Internasional. - Saham pendiri lembaga Tahfidz Al-Quran Al-Karim dan menerapkan aturan internal pada pemerintahan Gonan, Iugu, Banin, Barkinafasu dan Nigeria. - Beberapa Karangannya : 1. Kaifa Tahfidz Al-Quran Al-Karim {25 Thoriqah Lihifdzilquran } 2. Ilm at-tajwid, Qawaid Nazoriyyah wa Mulahidzoh Amaliyyah. - Beliau Mengunjungi beberapa medan halaqoh, sekolah, kholawy, tahfidz Al-Quran Al-Karim 20 negara didunia, menyiapkan pembahasan dirasat dan menerapkan pengajaran Talimul Quran. - Penulis mengeluarkan : Kitab fan Al-Isyrof ala Al-Halaqot wa Al-Muassasat Al-Quranniyah, dirasah tashiliyyah Maidaniyyah. Kiriman perpustakaan Dar Al-Ghawtsany Dr. Yahya Abdul Rajak Al-Gawtsany : 1. Kaif Tahfidz Al-Quran Al-karim Qawaid Asasiyyah wa Turq Amaliyyah. 2. Fan Al-Isyrof ala Al-Halaqat wa Al-Muassasat Al-Quraniyyah Dirasah Tashiliyyah Maidaniyyah. 3. Al-Sijl Al-Yalumiy Li Mutabiah Hifdz Al-Quran Al-karim wa Murajaatih Mutawafiq maa Saair Al-Amarli Thullab Al-Amar Li Thullab Al-Maahid wa Al Marokiz wa Al- Halaqat AlQuraniyyah Fi Al-Alam. {1} Untuk Andam laki-laki. {2} Untuk Andam wanita. Dalam waktu dekat penulis akan mengeluarkan buku: 4. Al-Maujiz fi Ahkam Al-tajwid li mubtadin {1} 5. Ilm Al-Tajwid Ahkam Nadzoriyyah wa mulahadzoh Amaliyah tatbiqiyyah lil Mudarrisin {2} 6. Al-Muffassol fi Ilm A-Tajwid lil Mukhtassin {3} 7. Rosyfat min Rohiq Al-Bayan Al-quraniy.

[1] [2]

Lihat Tafsir Ibn Katsir, IV/462 Lihat Shahih al-Bukhari, VIII/680 hadis no. 4927. [3] Lihat buku Hady al-Quran al-Karim ila al-Hujjah wa al-Burhan, karya Syeikh Abdullah Siraj al-Din, h. 143 dan seterusnya. [4] Shahih al-Bukhari, kitab al-Maghazi, 53. [5] Shahih al-Bukhari, III/213, hadis no. 1347. [6] Shahih al-Bukhari, IX/205, hadis no. 5149. [7] HR. Muslim, no. 815.

[8] [9]

HR. al-Tirmizi, ia berkata: hadis ini hasan sahih, no. 2914. Shahih al-Bukhari, no. 5027. [10] HR. al-Tirmizi, ia berkata: hadis ini hasan sahih, no. 2912. [11] HR. Muslim, no. 2701. [12] Al-Jami li Akhlaq al-Rawi wa Aadab al-Sami, karya al-Khatib al-Baghdadi, I/42. [13] Lihat Tafsir al-Qurthubi, surat Thaha, XI/258. [14] Fadhail al-Quran, 116. [15] Fadhail al-Quran, 116. [16] HR. Bukhari, kitab Fadhail al-Quran, IX/739 dan Muslim, kitab Shalat al-Musafirin, bab al-Amr bi Taahud alQuran al-Karim, no. 791. [17] HR. Muslim, no. 789 dan Malik dalam al-Muwaththa, I/202. [18] HR. Abu Daud, no. 461 dan al-Tirmizi, no. 2917. Hadis ini masih perlu dikomentari, namun ia memiliki beberapa hadis penguat (syawahid). [19] HR. Ahmad dalam al-Musnad, V/327 dan Abu Daud, no. 1474. [20] Aku pernah mengunjungi guru kami, al-allamah al-faqih al-hafidz al-syeikh Mahmud Abd al-Dayim, semoga Allah merahmatinya, di kediamannya di Mekkah, namun aku mendapatkannya dalam keadaan bimbang dan kedua matanya meneteskan air mata, lalu aku bertanya: apa yang terjadi dengan anda wahai tuan guru ? , beliau menjawab: Berada di surat apa ayat berikut ini: ... surat al-Ahqaf. Kemudian beliau menangis dan mengusap air matanya, lalu bangkit berdiri sambil berkata: Jazakallah khaira, semoga Allah membalasmu dengan kebaikan, sejak satu jam yang lalu aku mencari-cari ayat ini, namun aku tidak mendapatkannya, kemudian beliau melanjutkannya dengan dialek Mesir yang berisi tentang nasehat ibunya agar selalu menjaga hafalan al-Qurannya setiap hari. Mendengarkan ucapannya ini, akupun hampir menangis. Sungguh menakjubkan, beliau telah mengucapkan nasehat ini, padahal usianya telah melebihi sembilan puluh tahun. Contoh-contoh seperti inilah yang akan aku ungkapkan kepada para pemuda agar jiwa mereka berkeinginan menghafal dan memurajaah Kitabullah, serta selalu membaca dan mempelajarinya. Bagian keempat buku ini, aku khususkan membahas tentang murajaah, macam-macam dan bentuk-bentuknya. Aku juga menyebutkan beberapa metode yang dapat membantu seseorang memantapkan hafalan al-Qurannya. [21] Diwan al-Imam al-SyafiI, 81. [22] Sebagai contoh, majalah al-Mujtama edisi 1133 yang diterbitkan di Kuwait tahun 1415 H dan buku al-Dzaka, karya Alan Sarton. [23] Aku pernah membaca sebuah artikel kecil, namun kandungannya yang besar berjudul al-Himmah Thariq ila alQimmah, karya seorang ustaz yang sangat cerdas, Muhammad Hasan Uqail Musa. Aku menganjurkan para pemuda untuk membaca dan mengambil manfaat darinya. [24] Syuab al-Iman, IV/359. [25] Shahih Muslim, VI/47. [26] Al-Jami li Akhlaq al-Rawi wa Adab al-Sami, karya al-Khathib al-Baghdadi, II/213. [27] Shahih al-Bukhari, bab bad al-wahy, hadis no. 1, I/9. [28] Ihya Ulum al-Din, III/396. [29] HR. al-Dailami dalam Musnad al-Firdaus, 2735. Para ulama hadis memberikan catatan pada hadis ini, namun aku menyebutkan hadis ini hanyalah dalam rangka membantu pemahaman saja. [30] HR. al-Baihaqi dalam Syuab al-Iman, IV/507. [31] Al-Tarikh al-Kabir, III/94. [32] Aku berniat ingin menerbitkan sebuah artikel mengenai orang yang menghafal al-Quran setelah usia empat puluh tahun dan anak yang menghafal di bawah usia sepuluh tahun. [33] Al-Faqih wa al-Mutafaqqih, karya al-Khatib al-Baghdadi, II/103. [34] Tadzkirah al-Sami, 72. [35] Al-Jami fi al-Hitsts ala Hifdz al-Ilm, 177. [36] Ibid, 177. Berikut ini beberapa nasehat para ulama terdahulu, semoga Allah meridhoi mereka, sesungguhnya mereka memilih waktu malam untuk menghafal, karena ketika itu hati sedang sunyi dari berbagai kesibukan. Beberapa orang dari mereka pernah ditanya: dengan apa kamu mendapatkan ilmu ? ada yang menjawab: dengan lampu dan duduk hingga pagi. Yang lain menjawab: dengan bepergian, begadang dan bangun dari tidur di waktu sahur. [37] Yaitu kamar yang ada di lantai atas, hal ini dikarenakan udaranya yang bersih. [38] Kitab al-Faqih wa al-Mutafaqqih, II/103. Perhatikanlah bagaimana al-Khatib yang wafat tahun 463 H. telah berpendapat seperti ini.

, lalu aku menjawab: ayat ini berada di

[39] [40]

Al-Hitsts ala Hifdz al-Ilm, 255. Shahih al-Bukhari, dalam kitab Fadhail al-Quran, hadis no. 5002, IX/47. [41] Rihlah Ibn Jubair, 43. Contoh semacam ini banyak. Aku sendiri selalu mengingat berbagai macam bacaan qiraat yang sepuluh yang telah aku bacakan di hadapan guruku di Mekkah dalam satu perkumpulan, ketika itu aku sambil memandang ke Kabah dan talang al -Rahmah. Pemandangan orang-orang yang sedang thawaf tidak hilang dari ingatanku tatkala aku memurajaah berbagai macam bacaan qiraat. [42] Shahih al-Bukhari, bab al-Tauhid, hadis no. 7527, XIII/501. [43] HR. al-Darimi, Fadhail al-Quran, 24. [44] Al-Jami fi al-Hitsts ala Hifdz al-Ilm, diseleksi oleh Abu Abdillah al-Haddad, 174. [45] Al-Hitsts ala Thalab al-Ilm wa al-Ijtihad fi Jamih, karya Abu Hilal al-Askari, 37. [46] Telah terbit di Prancis juz akhir (juz 30) dengan menggunakan huruf Prancis, di Indonesia juga terdapat satu cetakan al-Quran utuh dengan menggunakan huruf Indonesia dan sebagai bandingannya, diterbitkan juga cetakan alQuran dengan menggunakan huruf Inggris. Lihat buku Tahrim Kitabah al-Quran al-Karim bi Huruf Ghair Arabiyyah, Ajamiyyah au Latiniyyah, 17, karya Shalih al-Ud. Aku juga pernah melihat di Bosnia juz Amma yang ditulis dengan bahasa Bosnia dan banyak dipergunakan oleh para murid. [47] Dalam bahasannya pada buku Tahrim Kitabah al-Quran al-Karim bi Huruf Ghair Arabiyyah, Ajamiyyah au Latiniyyah, Ust. Shalih Ali al-Ud telah berargumentasi dengan lebih dari lima puluh dalil dari al -Quran, sunnah nabawiyah, ijma dan fatwa-fatwa dari berbagai lembaga keilmuan, yayasan Islam dan ulama-ulama terkenal bahwa tindakan ini tidak boleh dilakukan. Semoga Allah membalas kebaikan kepadanya atas bahasannya yang bernilai tinggi ini. [48] Al-Jami fi al-Hitsts ala Hifdz al-Ilm, seleksi oleh Abu Abdillah al-Haddad, 19. [49] Thabaqat al-Syafiiyyah, karya al-Subki, VIII/213 dan Thabaqat al-Mufassirin, karya al-Dawudi, I/313. [50] Al-Hitsts ala Hifdz al-Ilm, 254. [51] Ibid, 254. [52] Al-Hitsts ala Thalab al-Ilm wa al-Ijtihad fi Jamih, karya Abu Hilal al-Askari, 36. [53] Ibid, 36. [54] Ibid, 40. [55] Al-Hitsts ala Hifdz al-Ilm wa Dzikr Kibar al-Huffadz, karya Ibn al-Jauzi, 255. [56] Al-Faqih wa al-Mutafaqqih, II/100. [57] Al-Faqih, II/100, lihat pula al-Jami li Akhlaq al-Rawi wa Adab al-Sami, II/129. [58] Aku telah membaca Mandhumah al-Sakhawi ini di hadapan al-Syeikh al-Muqri Said Abdullah alMuhammad, semoga Allah melindunginya, sebenarnya aku berniat untuk mempersiapkannya untuk dicetak, karena kami melihatnya merupakan buku mandhumah yang layak untuk diperhatikan, namun selang beberapa waktu, upaya ini mulai mengendur, karena pekerjaan-pekerjaan lain telah menghalangi kami untuk melanjutkan beberapa pembenaran dan kemudian mencetaknya. Aku memohon kepada Allah agar mempermudah kami untuk mencetaknya. [59] Al-Risalah al-Mufashshal li Ahwal al-Muallimin, 287, tahqiq: Dr. Ahmad al-Ahwani. [60] Ruh al-Tarbiyah wa al-talim, karya Muhammad Athiyah al-Abrasyi, 165 yang dikutip dari buku Aadab alMutaalim fi al-Fikr al-Tarbawi al-Islami, karya Ahmad Muhammad Falatah, 97. [61] Jami al-Bayan wa Fadhlih, karya Ibn Abd al-Barr, I/77. [62] Talim al-Mutaalim Thuruq al-Taallum, 41. [63] Ibid, 43. [64] Muhadharat al-Udaba wa Muhawarat al-Syuara al-Bulgha, karya al-Raghib al-Ashfahani, I/28. [65] Tadzkirah al-Sami wa al-Mutakallim fi Adab al-Alim wa al-Mutaallim, karya Ibn Jamaah, 85. [66] Ibid, 85. [67] Ibid, 85. [68] Al-Jami fi al-Hitsts ala Hifdz al-Ilm, seleksi Abu Abdullah al-Haddad, 177. [69] Ibid, 177. [70] Juz fihi Akhbar li Hifdz al-Quran Takhrij Ibn Asakir, 226. [71] Ibid, 227. [72] Ibid, 228. [73] Ibid, 228. [74] Lihat Shahih Muslim, VI/47. [75] Ihya Ulum al-Din, I/65, lihat pula Sufyan al-Tsauri, karya Dr. Abu al-Fath al-Bayanuni, 27. [76] Ayyuha al-Walad, karya al-Ghazali, 99. [77] Juz fihi Akhbar li Hifdz al-Quran Takhrij Ibn Asakir, 229.

[78] [79]

Al-Jami li Akhlaq al-Rawi wa Aadab al-Sami, karya al-Khatib al-Baghdadi, II/334. Al-Jamiah wa al-Tadris al-JamiI, karya Ali Rasyid, 56, dikutip dari Aadab al-Mutaallim, karya Ahmad Falatah. [80] Madkhal ila al-Tarbiyah, karya Ibrahim Nashir, 78. [81] Untuk lebih jelasnya, lihat Ushul Ilm al-Nafs, karya Ahmad Izzat Rajih, 280. [82] HR. al-Hakim dan ia mensahihkannya, I/316 dan al-Tirmizi dengan Tuhfah al-Ahwadzi, X/18. [83] Nama lengkapnya adalah al-Allamah al-Faqih al-Muqri al-Syeikh Abdul Ghaffar ibn Abdul Fattah al-Durubi alHimshi, lahir tahun 1338 H. Beliau belajar ilmu-ilmu agama di Himsha di bawah bimbingan ulama-ulama besar yang ada di sana. Beliau menghafal al-Quran dan menghimpun qiraat yang sepuluh di bawah bimbingan ayahnya, Abdul Fattah dan Syeikh Abdul Aziz Uyun al -Suud. Pada masa remajanya, beliau termasuk remaja yang memiliki semangat intelektual dan berjiwa pendidik di masjidnya. Kemudian beliau hijrah ke Mekkah dan saat ini, beliau adalah dosen ilmu qiraat di Universitas Ummul Qura. Telah banyak mahasiswa yang menghimpun qiraat-qiraat di bawah bimbingannya dan Allah telah memuliakan penulis yang telah berhasil menghimpun qiraat yang sepuluh di bawah bimbingannya dan menyendirikannya lebih dari tujuh kali. Beliau selalu membacakan al-Quran di hadapan para mahasiswa di Masjidil Haram semata-mata mencari ridho Allah., semoga Allah memberkahi kita semua dengan usianya yang panjang. [84] Ia adalah orang yang sangat pintar, ahli fiqih, seorang khatib dan seoran ahli ilmu al-Quran, lahir di Damaskus tahun 1918 M dan wafat tahun 1988 M. Beliau telah menghafal al-Quran ketika masa remaja, yaitu disaat bekerja di pasar tembaga, beliau mempelajari ilmu-ilmu agama di bawah bimbingan Syeikh Hasan Habnakah al-Maidani. Beliau membaca qiraat yang sepuluh dari jalur al-Syatibiyyah dan al-Durrah di bawah bimbingan Syeikh Ahmad alHulwani al-Hafid, beliau juga membaca qiraat yang sepuluh dari jalur al-Thaibah di bawah bimbingan Syeikh Abdul Qadir al-Arbini. Beliau memiliki persatuan keilmuan di Damaskus, hingga beliau menjadi seorang guru para qari di Damaskus. Aku mendapatkan kemuliaan dengan ilmunya sejak aku menjadi seorang mahasiswa di Damaskus dan akhir perjumpaanku dengan beliau adalah tahun 1407 H. ketika kami berada di depan Kabah a l-Musyarrafah dan pada pertemuan terakhir tersebut, beliau memberikan pengetahuan mengenai metode ini kepadaku dan sekilas tentang biografi hidupnya. [85] Al-Allamah al-Faqih al-Murabbi al-Muqri al-Syeikh Muhyiddin Abu al-Hasan al-Kurdi, lahir tahun 1912 M. di Damaskus. Beliau menghafal al-Quran pada saat-saat bekerja. Beliau membaca qiraat yang sepuluh di bawah bimbingan al-Muqri Syeikh Mahmud Fayid Dirat hani. Bersama Syeikh Abdul Karim al-RifaI, beliau mendirikan persatuan al-Quran di Damaskus yang diangap sebagai yang pertama yang berdiri di masjid jami Zaid ibn Tsabit hingga merebak ke berbagai masjid yang ada di Damaskus. Beliau membacakan al-Quran di hadapan banyak mahasiswa dan memberikan ijazah kepada mereka dan hingga hari ini beliau tiada henti-hentinya membacakan di hadapan para mahasiswa. Allah telah memuliakan aku dengan memberikan kesempatan aku membaca surat alFatihan di bawah bimbingannya ketika berada di depan Kabah al-Musyarrafah, semoga Allah melindunginya dan memanjangkan usianya. [86] Kisah ini diceritakan oleh Syeikh Asad Shagharji d i kediamannya di Madinah al-Munawwarah. [87] Sebagai contoh, lihat kitab Ghayah al-Nihayah fi Thabaqat al-Qurra, I/261, II/43, 67, 119, 135, 214, 287 dan seterusnya.

You might also like