You are on page 1of 16

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Sistem bernafas bersama dengan sistem sirkulasi merupakan alat pertukaran gas utama antara tubuh dengan lingkunganya serta transport dari dan menuju sel-sel. Mekanisme bernafas dibagi menjadi dua yaitu inspirasi dan ekspirasi. Inpirasi terjadi bila diafragma dan otot interkostal berkontraksi yang meningkatkan ukuran dada. Ketika tekanan intrapulmonary turun udara masuk ke paru-paru sampai tekanan intrapulmonary dan tekanan atmosfer sama. Ekspirasi lebih bersifat pasif, terjadi begitu otot-otot inspitasi relaksasi dan paru-paru kembali ke semula. Bila tekanan intrapulmonary melebihi tekanan amosfir, udara keluar dari paru-paru. Setiap hari, jumlah udara yang keluar masuk saluran pernafasan sekitar 10 m per orang. Hal ini berarti, organ pernafasan terpapar secara terus-menerus oleh partikel-partikel dan zatzat yang terdapat dalam udara, termasuk partikel dan zat berbahaya yang mengganggu kesehatan. Kualitas udara sangat berpengaruh terhadap kesehatan seseorang, terutama terhadap alat pernafasan. Indonesia sebagai Negara berkembang memberikan berbagai dampak positif yaitu terbukanya lapangan kerja, membaiknya sarana transportasi dan komunikasi serta meningkatnya taraf sosial ekonomi masyarakat. Suatu kenyataan dapat disimpulkan bahwa perkembagan Indonesia secara umum juga merupakan sektor yang potensial sebagai sumber pencemaran baik berasal dari industri, transportasi yang akan merugikan bagi kesehatan dan lingkungan terutama masalah kesehatan paru. Tempat pekerjaan yang paling beresiko untuk menyebabkan terjadinya beberapa masalah kesehatan pada paru-paru salah satunya tempat pengisian bahan bakar (SPBU). Pada lokasi ini memungkinkan tempat berkumpulnya

segala macam polusi dikarenakan letaknya yang dekat dengan jalanan raya, tempat terbuka, banyak kendaraan yang berhenti untuk mengisis bahan bakar kendaraan, dan asap kendaraan yang menumpuk disana. Bahan pencemar tersebut dapat berpengaruh terhadap kesehatan manusia khususnya gangguan fungsi paru. Organ paru dengan 300 juta alveoli yang luas permukaannya sekitar 80 100 m merupakan organ yang paling luas bidang pajanannya dengan dunia luar. Sebagai satu-satunya organ dalam tubuh yang berhubungan dengan dunia luar, faktor lingkungan berpengaruh besar terhadap penyakitpenyakit pernapasan. (Price & Wilson, 2002). Polusi udara merupakan bahan kajian penting karena manusia tidak dapat menghindar dari bahan hirup yang ada di lingkungan seperti partikel debu, gas, atau uap. Pengetahuan tentang hal-hal yang berhubungan dengan polusi udara termasuk penilaian tingkat polusi perlu dikuasai dengan baik agar dapat melakukan pembahasan mendalam tentang dampak polusi udara terhadap kesehatan paru. Polusi udara terdiri atas polusi udara dalam ruangan (PUDR), polusi udara luar ruangan (PULR) dan polusi udara akibat dari lingkungan kerja. Emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Komposisi dari kandungan senyawa kimianya tergantung dari kondisi mengemudi, jenis mesin, alat pengendali emisi bahan bakar, suhu operasi dan faktor lain yang semuanya ini membuat pola emisi menjadi rumit. Jenis bahan bakar pencemar yang dikeluarkan oleh mesin dengan bahan bakar bensin maupun bahan bakar solar sebenarnya sama saja, hanya berbeda proporsinya karena perbedaan cara operasi mesin. Emisi tersebut didalamnya terkandung juga senyawa lain dengan jumlah yang cukup besar yang dapat membahayakan gas buang membahayakan kesehatan maupun lingkungan. Bahan pencemar yang terutama terdapat didalam gas buang buang kendaraan bermotor adalah karbonmonoksida (CO), berbagai senyawa hindrokarbon, berbagai oksida nitrogen (NOx) dan sulfur (SOx), dan partikulat debu

termasuk timbel (PB). Beberapa zat buang gas ini berpengaruh terhadap terjadinya masalah kesehatan paru, bisa berupa bronchitis, rhinitis dan sebagainya. Dan hal ini dapat dilihat dengan melihat kapasitas paru pada pekerja yang bekerja di tempat tersebut. (Kupchella & Hyland, 1993) Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang perbandingan kapasitas paru pada pegawai SPBU dengan non-SPBU di-wilayah Mataram.

1.2

Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kapasitas paru pada pegawai SPBU yang bekerja sebagai Operator? 2. Bagaimana kapasitas paru pada pegawai Non-SPBU (karyawan Supermarket)? 3. Apakah ada perbandingan kapasitas paru pada pegawai SPBU dengan non-SPBU?

1.3

Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui perbandingan kapasitas paru pada pegawai SPBU dengan non-SPBU di-wilayah Kota Mataram 1.3.2 Tujuan khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah:

1.3.2.1 Untuk mengidentifikasi seberapa kapasitas paru pada pegawai SPBU di wilayah Kota Mataram. 1.3.2.2 Untuk mengidentifikasi seberapa kapasitas paru pada pegawai non-SPBU (pegawai Supermarket) di wilayah Kota Mataram. 1.3.2.3 Menganalisa hubungan kapasitas paru terhadap pekerjaan. 1.3.2.4 Menganalisa apakah terdapat perbedaan antara kapasitas paru pegawai SPBU dengan kapasitas paru pegawai Non-SPBU.

1.4

Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1.4.1.1 Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah yang bermanfaat tentang perbandingan kapasitas paru pada pegawai SPBU dengan non-SPBU. 1.4.1.2 Sebagai referensi ataupun bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya mengenai perbandingan kapasitas paru pada pegawai SPBU dengan non-SPBU. 1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya kepada pegawai SPBU bahwa terdapat perbandingan kapasitas paru pada pegawai SPBU dengan non-SPBU. 1.4.2.2 Dengan mengetahui adanya perbandingan kapasitas paru pada pegawai SPBU dengan non-SPBU maka diharapkan para pegawai SPBU dan pegawai non-SPBU untuk dapat

menerapkan perilaku hidup sehat.

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Jenis penelitian ini adalah observational analitik dengan rancangan penelitian case control study yaitu rancangan penelitian epidemiologi dengan cara membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya karena penelitian kasus kontrol merupakan satu-satunya cara yang relatif murah, mudah dan cepat untuk mencari asosiasi antara faktor risiko dengan penyakit yang jarang ditemukan (Suradi, 2002). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kapasitas paru pada pegawai SPBU dengan non-SPBU diwilayah Kota Mataram.

Volume Ekspirasi Normal (-)

Kasus (Pegawai SPBU)

Volume Ekspirasi Tidak Normal (+)

Volume Ekspirasi Normal (-)

Control (Pegawai Non- SPBU)

Volume Ekspirasi Tidak Normal (+)

3.2

Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 1 Desember 2012 sampai 30 Mei 2013. Penelitian dilakukan di SPBU wilayah Kota Mataram. SPBU yang termasuk dalam wilayah Kota Mataram antara lain: 1. SPBU Karang Jangkong 2. SPBU Mayura 3. SPBU Kekalik 4. SPBU Sayang-Sayang No. SPBU 54 832 01 No. SPBU 54 832 02 No. SPBU 54 832 03 No. SPBU 54 832 04

5. SPBU Primkopal Lanal Mataram No. SPBU 54 832 05 6. SPBU Dasan Cermen 7. SPBU Bertais 8. SPBU Lingkar Selatan 9. SPBU Pelembak UD Munakti 10. SPBU Selagalas No. SPBU 54 832 06 No. SPBU 54 832 07 No. SPBU 54 832 08 No. SPBU 54 832 09 No. SPBU 54 832 10

3.3

Variabel dan Definisi Operasional 3.3.1 Variabel Operasional Variabel independen dalam penelitian ini adalah pegawai operator SPBU ( Kelompok kasus) dan pegawai Supermarket (Kelompok control). Sedangkan variabel dependennya adalah

kapasitas vital paru (efek). 3.3.2 Definisi Operasional 3.3.2.1 Pekerja Operator SPBU dan Pegawai Supermarket Operator pompa bensin di SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum) adalah salah satu kelompok pekerja yang mempunyai resiko menderita gangguan pada system respirasi. Lokasi SPBU yang di pinggir jalan raya dapat menimbulkan kebisingan serta factor cemaran udara oleh karena zat-zat tertentu, debu dan lain-lain sebagai akibat kerja yang merupakan faktor-faktor yang dapat berakibatnya timbulnya gangguan pada system respirasi (Riyadina, 2002) Pegawai Supermarket merupakan salah satu jenis pekerjaan yang memiliki tingkat rendah terhadap gangguan pada system respirasi. Sehingga peneliti bertujuan untuk memasukkannya sebagai kelompok kontrol. 3.3.2.2 Kapasitas Vital Paru Kapasitas vital sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume tidal dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah sejumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan seorang dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi

paru secara maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyakbanyaknya (Guyton & Hall, 2008) Adapun penurunan kapasitas vital paru dapat

disebabkan oleh usia, jenis kelamin, dan beberapa faktor patologis lainnya seperti penyakit-penyakit obstruktif. 3.4 Subjek Penelitian 3.4.1 Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Notoatmojo, 2010). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pegawai yang bekerja di SPBU wilayah Mataram dan pegawai non-SPBU di wilayah Kota Mataram. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. SPBU Karang Jangkong SPBU Mayura SPBU Kekalik SPBU Sayang-Sayang Jumlah Pegawai 23 Jumlah Pegawai 20 Jumlah Pegawai 30 Jumlah Pegawai 17

SPBU Primkopal Lanal Mataram Jumlah Pegawai 15 SPBU Dasan Cermen SPBU Bertais SPBU Lingkar Selatan SPBU Pelembak UD Munakti Jumlah Pegawai 18 Jumlah Pegawai 13 Jumlah Pegawai 14 Jumlah Pegawai 19 Jumlah Pegawai 20

10. SPBU Selagalas

Total seluruh pagawai SPBU yang menjadi operator menjadi 189 pegawai. 3.4.2 Sampel Penelitian A. Sampel Sampel penelitian akan diambil secara acak dengan menggunakan simple random sampling. Semua sampel yang didapat dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah sampel yang dibutuhkan terpenuhi. Adapun beberapa kriteria yang dapat dijadikan sebagai sample penelitian sebagai berikut: Kriteria Inklusi 1. Pegawai SPBU wilayah Mataram 2. Pegawai non-SPBU yang bekerja indoor di wilayah Mataram 3. Laki-laki dan Perempuan 4. Berusia 30 50 tahun 5. Bekerja minimal baru 6 bulan. 6. Telah/ pernah mengidap penyakit paru setelah bekerja di SPBU. Kriteria Eksklusi 1. Tidak bersedia ikut dalam penelitian 2. Tidak mengisi kuesioner secara lengkap 3. Perokok

4. Telah mengidap Penyakit Paru Obstruktif sebelum bekerja di SPBU B. Cara Pemilihan Sampel Rumus yang digunakan untuk mencari besar sampel baik case control maupun khohor adalah sama, terutama jika menggunakan ukuran proporsi. Hanya saja untuk penelitian khohor, ada juga yang menggunakan ukuran data kontinue (nilai mean). Besar sampel untuk penelitian case control adalah bertujuan untuk mencari sampel minimal untuk masing-masing kelompok kasus dan kelompok kontrol. Kadang-kadang peneliti membuat perbandingan antara jumlah sampel kelompok kasus dan kontrol tidak harus 1 : 1, tetapi juga bisa 1: 2 atau 1 : 3 dengan tujuan untuk memperoleh hasil yang lebih baik (Suyatno, 2002). Adapun rumus yang banyak dipakai untuk mencari sampel minimal penelitian case-control adalah sebagai berikut: Pada studi kasus control peneliti menggunakan odds ratio (OR) sebagai perkiraan hasil yang diinginkan. Dengan demikian apabila P1 = Proporsi kasus dan P0 = Proporsi kontrol, maka: P0 = Bila OR = 11,333, P1 = 0,73 maka; P0 = 0,73 11,33 (1 0,73) + 0,73 = 0,73

3,7891 = 0, 19265789 P0 = 0,2 Setelah diketahui proporsi kontrol, maka bisa

digunakan rumus perhitungan sebagai berikut: n = (( Z1-/2(2PQ) + Z1- (P1Q1 + P0Q0) ) P1 P0 Keterangan : n P1 P0 P = Besar Sampel = Proporsi paparan pada kelompok kasus (sakit) = proporsi paparan pada kelompok kontrol atau tidak sakit = Rata-rata P1 dan P0, maka (P1+P0)/2

Z1-/2 = Nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan tingkat kemaknaan (untuk = 0,05 adalah 1,96) Z1- = nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan kuasa (power) sebesar diinginkan (untuk =0,10 adalah 1,28) Q1 Q = 1 P1 dan Q0 = 1 P0 =1P Diketahui : P1 P0 = 0,73 = 0,2

= (P1+P0)/2 = (0,73 + 0,2)/2 = 0,465

Z1-/2 = Nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan tingkat kemaknaan (untuk = 0,05 adalah 1,96) Z1- = nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan kuasa (power) sebesar diinginkan (untuk =0,10 adalah 1,28) Q1 = 1 P1 dan = 1 0,73 = 0,27 Q0 = 1 P0 = 1- 0,2 = 0,8 Q =1P = 1 0,465 = 0,535 Maka perhitungan sampelnya sebagai berikut : n = ( 1,96(2.0,465.0,563) + 1,28(0,73.0,27 + 0,2.0,8) ) 0,73 0,2 = ( 1,96(0,52359) + 1,28(0,1971 + 0,16) ) 0,73 0,2

= ( 1,4182466 + 0,76490041 ) 0,73 0,2 = ( 2,183147 ) 0,53 = 8,99

Jadi, sampel minimum dalam penelitian ini adalah 9 orang. Dengan menggunakan perbandingan antara kasus dengan kontrol sebesar 3 : 1 maka jumlah sampel sebagai kelompok kontrol sebanyak 9 orang, dan kelompok kasus sebanyak 27 orang. Di karenakan jumlah populasi mencapai 189 orang, peneliti bermaksud menambah jumlah sampel dengan cara meningkatkan meningkatkan kelipatan perbandingan menjadi 6 : 2 sehingga jumlah sampel pada kelompok kasus menjadi 54 orang dan pada kelompok kontrol menjadi 18. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan keakuratan data.

3.5

Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data. Instrument dalam penelitian ini antara lain meteran dan timbangan badan untuk mengukur tinggi badan, lingkar dada, dan berat badan responden. Spirometri analog digunakan untuk mengukur kapasitas vital responden.

3.6

Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data untuk penelitian ini diperoleh dari data primer. Data diperoleh langsung dari responden melalui angket yaitu pengumpulan

data dengan menyebarkan kuesioner pada pegawai yang bekerja di SPBU wilayah Mataram dan pegawai non-SPBU di wilayah Mataram. Selain membagikan lembar kuesioner, akan dilakukan juga

pemeriksaan fisik meliputi tinggi badan, lingkar dada, berat badan, dan kapasitas vital paru. 3.7 Rancangan Penelitian
Pengisian Kuisioner, Pemeriksaan Fisik: Sampel Tinggi Badan Berat Badan Lingkar Dada Pengukuran KV Paru

Menganalisa hasil Pemeriksaan

3.8

Cara Penelitian 3.8.1 Peneliti memberikan surat permohonan izin melakukan penelitian kepada BAPPEDA Kota Mataram. 3.8.2 Setelah mendapatkan izin, peneliti meneruskan surat pengantar dari BAPPEDA ke Hiswana Migas NTB dan Supermarket Niaga Sriwijaya Mataram. 3.8.3 Setelah mendapat izin dari Hiswana Migas NTB, peneliti meneruskan surat pengantar dari Hiswana Migas NTB dan BAPPEDA untuk di

serahkan ke masing-masing SPBU yang berada di wilayah Kota Mataram. 3.8.4 Setelah mendapat kelompok kontrol dan kelompok kasus sesuai dengan kriteria inklusi, kemudian melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pengisian kuisioner. 3.8.5 Setelah itu, kemudian data yang dikumpulkan di analisis oleh peneliti. 3.9 Analisa Data

DAFTAR PUSTAKA Alsagaf H dr, Mangunegoro.2004. Nilai Normal Faal paru orang Indonesia pada Usia Sekolah dan Pekerja Dewasa Berdasarkan Rekomendasi American Thoracic Society (ATS) 1987: Indonesia Preumobil Project, Airlangga University Press, Surabaya Fardiaz, Srikandi. 2010. Polusi Air dan Udara. Jakarta. Kanisius John, B. 2008. Patofisiologi Paru Esensial. Jakarta. EGC Wilkinson, Judith M. 2002. Diagnosa Keperawatan dengan NIC dan NOC. Alih bahasa :Widyawati dkk. Jakarta: EGC

You might also like