You are on page 1of 10

MAKALAH DASAR DASAR FISIOLOGI TUMBUHAN

Disusun oleh : Kelompok / Golongan : 1 /A1 1. Wahyu 2. Verfita Sela Ragadisa 3. Ririt Fibrianti 4. Umi Nur Azizah 5. Imam Hidayat 12651 12654 12676 12 12

Pendahuluan

Transpirasi merupakan evaporasi berupa air dari tanaman, transpirasi seringkali terjadi pada daun ketika stomata membuka untuk melepaskan CO2 dan O2 ketika fotosintesis (Anonim, 2011). Proses transpirasi kurang lebih menggunakan 90% air yang memasuki tanaman melalui akar, pada jaringan air akan bergerak ke lingkungan luar dengan melalui stomata dimana air berpindah tempat dengan cara gaya kapilaritas dengan memanfaatkan ikatan hidrogen antar molekul air sehingga kecendrungan air untuk naik (Jasechko et.al., 2013). Cobalt(II) chloride merupakan senyawa unorganik dengan rumus kimia CoCl2, cobalt(II) chloride dapat berubah warna dengan kejadian reaksi hidrasi atau dehidrasi, sehingga dapat digunakan sebagai indikator air pada keadaan lembab (Greenwood, and Alan 1997). Kertas Cobalt(II) chloride dapat digunakan untuk pengujian kandungan air, dengan melihat perubahan kertas dari biru menjadi merah (Chang, 2005). Laju transpirasi akan dipengaruhi beberapa faktor seperti spesies, cahaya, temperatur, kelembaban, ketersediaan air, aerasi akar, tahap perkembangan tanaman, kecepatan angin, dan ukuran, banyak, dan distribusi (Reddy et al,. 2004). Tanaman mengatur laju transpirasi oleh tingkat pembukaan stomata dimana ruang interseluler udara dalam daun mendekati keseimbangan dengan larutan dalam fibrill sel pada dinding sel menandakan sel-sel hampir jenuh dengan uap air, dengan banyaknya udara di luar daun yang hampir kering difusi dapat terjadi jika ada jalur yang memungkinkan adanya ketahanan yang rendah, daun tertutup oleh epidermis yang berkutikula yang memiliki resistansi tinggi untuk tidak terjadinya difusi air sedangkan stomata yang memiliki resistansi rendah ketika membuka sehingga uap air dapat berdifusi ke luar melalui stomata (Filter dan Hay, 1991). Tingkat transpirasi juga dipengaruhi oleh suasana sekitarnya daun seperti kelembaban, suhu, angin dan sinar matahari. Jumlah difusi keluarnya uap air dari stomata tergantung pada tingkat kecuraman gradien konsentrasi uap air, pada lapisan pembatas yang tebal memiliki gradien yang lebih rendah, dan lapisan pembatas yang tipis memiliki gradien yang lebih curam sehingga transpirasi melalui lapis pembatas yang tebal akan lebih lambat dari pada yang tipis dikarenakan angin yang bertiup ke daun akan membuka pembatas lebih tipis, laju transpirasi pada tumbuhan akan lebih tinggi pada hembusan yang angin besar (Gardner dkk., 1991). Transpirasi menyumbang sebagian besar kehilangan air pada tanaman, tetapi beberapa penguapan langsung juga terjadi melalui kutikula, daun dan batang muda (Jasechko et.al., 2013).

Pengukuran kadar air nisbi atau kadar air relatif pada jaringan daun bertujuan untuk menilai status air pada tanaman (Yamasaki and Dillenburg, 1999). Kandungan air pada daun erat kaitannya dengan beberapa fisiologi daun, tingkat turgor daun, pertumbuhan, konduktasi stomata, transpirasi, fotosintesis, dan respirasi (Kramer & Boyer, 1995 cit. Yamasaki and Dillenburg, 1999). Kadar air dan potensial air (Yw) sangat berguna untuk mengukur kadar air pada jaringan daun, dengan terukurnya kandungan air pada daun berguna sebagai indikator dari keseimbangan air tanaman (Yamasaki and Dillenburg, 1999), disisi lainnya potensial air pada daun menunjukkan energi air pada daun (Slatyer & Taylor, 1960 cit. Yamasaki and Dillenburg, 1999). Pengukuran kadar air pada massa jaringan segar atau kering, dimana dilakukan pengukuran kadar air maksimum yang dapat ditampung pada jaringan (Barrs, 1968; Boyer, 1968 cit. Yamasaki and Dillenburg, 1999) . Perhitungan kadar air nisbi pada jaringan dapat dilakukan dengan RWC (%) = [(FM - DM)/(TM - DM)] * 100, dimana FM, DM, and TM merupakan massa segar, kering, dan tugor (Yamasaki and Dillenburg, 1999). Stomata berfungsi mengatur konduktifitas difusi daun dan mengatur keluarnya air (H2O) dan masuknya karbon (ex: CO2). Respon stomata akan menyeimbangkan keadaan suplai air dengan laju evaporasi, seperti ketika keadaan air yang banyak stomata akan mengeluarkan airnya agar kondisinya tidak terlalu lembab dengan cara memperbanyak bukaan stomata (Buckley, 2005). Stomata pada daun tanaman diketahui dapat merespon gas pada atmosfer seperti CO2 Ozone, dan lain-lain serta gas atiline lainnya (NO, CO) (Desikan et al, 2006; Cao et al, 2007; Neill et al, 2008). Stomata dapat membuka maupun menutup dengan ditentukan oleh turgor pada sel penutup, stomata akan membuka jika turgor sel penutup tinggi dan akan menutup apabila turgor sel rendah dimana saat turgor tinggi dinding sel penutup yang berhadapan pada celah stomata akan tertarik kebelakang sehingga celah menjadi terbuka (Reddy et al,. 2004).Jumlah stomata (stomata/mm2) memberi peran yang penting dalam proses pertukaran gas pengambilan gas karbondioksida dan penghilangan air melalui transpirasi (McElwain and Chaloner, 1995).

METODOLOGI

Pembahasan

KURVA REGRESI KADAR LENGAS VS WAKTU


16 14 12 waktu 10 8 6 4 2 0 0 0.5 1 1.5 Kadar lengas 2 2.5 3 y = -5.5652x + 16.352 R = 0.9829

Kandungan air yang ada didalam tanah dapat mempengaruhi laju transpirasi tanaman tersebut. Semakin banyak air yang terkandung di dalam tanah, maka tanaman akan semakin banyak menyerap air tersebut. Kelebihan air yang ada di dalam tubuh tanaman dapat dikeluarkan melalui proses transpirasi. Laju transpirasi akan meningkat apabila air yang diserap oleh tumbuhan semakin banyak. Laju transpirasi pada tumbuhan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan antara lain suhu, cahaya matahari, kadar lengas tanah, kecepatan angin, kelembapan dan masih banyak lagi. Pada praktikum kali ini faktor lingkungan yang diamati adalah kadar lengas. Kadar lengas yang tinggi akan meningkatkan laju transpirasi tanaman. Laju transpirasi tanaman dapat diukur dengan menggunakan pendekatan waktu yang diperlukan untuk mengubah warna kertas kobal klorid dari biru menjadi merah muda. Semakin cepat laju transpirasi tanaman tersebut maka akan semakin cepat warna kertasnya berubah. Dari kurva regresi di atas dapat diketahui bahwa terdapat hubungan sebab akibat yang erat antara kadar lengas dengan waktu yang dibutuhkan untuk mengubah warna kertas kobal klorid. Semakin cepat warna tersebut berubah maka laju trnaspirasinya tinggi dan cepat. Semakin tinggi kadar lengasnya maka waktu yang dibutuhkan untuk merubah warna kertas semakin cepat. Dari kurva diatas dapat diketahui bahwa data menyebar mengikuto pola garis

lurus. Hal ini menunjukkan bahwa data yang didapat sudah bagus dan menunjukkan bahwa lingkungan terutama kadar lengas tanah berpengaruh pada kecepatan transpirasi tanaman. Nilai regresinya mendekati 1 dan hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang erat antara kadar lengas dengan laju transpirasi yang ditunjukkan dengan kecepatan berubahnya warna kertas kobal klorid. Sedangkan nilai dari koefisien x adalah negative hal ini berarti bahwa setiap kenaikan kadar lengas tanah akan diiukuti oleh penurunan waktu untuk merubah warna kertas. Naiknya kadar lengas tanah akan diikuti oleh menurunnya waktu, semakin tinggi kadar lengas maka waktu yang dibutuhkan untuk merubah warna kertas semakin singkat. Hal ini sudah sesuai dengan teori bahwa kadar lengas yang tinggi pada suatu tanah akan meningkatkan jumlah air yang diserap oleh tanaman dan mengakibatkan laju transpirasinya meningkat.

KURVA REGRESI KADAR LENGAS VS AIR


140 120 100 Jumlah air 80 60 40 20 0 0 0.5 1 1.5 Kadar Lengas 2 2.5 3 y = 37.622x + 16.808 R = 0.8644

Kurva regresi di atas menunjukkan hubungan antara kadar lengas yang tersimpan di dalam tanah dengan jumlah air yang ditranspirasikan. Dari kurva tersebut didapat nilai regresinya mendekati 1 dan persebaran datanya mengikuti pola garis lurus. Hal ini menunjukkan bahwa percobaan yang dilakukan sudah benar dan data yang didapat bagus dan cukup mewakili. Nilai koefisien x yang positif menunjukkan adanya hubungan sebab akibat yang positif antara kadar lengas dengan air yang ditranspirasikan. Semakin tinggi atau semakin banayk kadar lengas dalam tanah maka akan diikuti oleh naiknya jumlah air yang ditranspirasikan. Semakin banyak air yang ada di tanah maka akan semakin banyak juga air yag diserap oleh tanaman tersebut, sehingga kandungan air yang ada di dalam jaringan tubuh tumbuhan juga meningkat. Maka untuk membuang kelebihan air tersebut tanaman melakukan transpirasi untuk menjaga turgiditas supaya tetap optimum.

Semakin tinggi kadar lengasnya maka volume air yang dibuang lewat transpirasi juga semakin banyak. Kadar lengas yang tinggi diikuti oleh kelembapan yang tinggi akan meningkatkan laju transpirasi dan meningkatnya jumlah air yang ditranspirasikan. Dari percobaan ini dapat diketahui bahwa banyaknya air hasil trasnpirasi sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan juga. Suhu udara yang tinggi dan sinar matahari yang tinggi menyebabakan stomata terbuka lebar dan transpirasi berjalan dengan cepat serta jumlah air yang ditranspirasikan juga banyak. Percobaan yang telah dilakukan sudah sesuai dengan teori yang ada di mana kadar lengas yang tinggi pada lingkungan tanaman tersebut ditanam akan menaikkna laju transpirasi dan meningkatnya jumlah air yang ditranspirasikan. Air merupakan kebutuhan pokok bagi semua tanaman juga merupakan bahan penyusun utama dari pada protoplasma sel. Di samping itu, air adalah komponen utama dalam proses fotosintesis, pengangkutan assimilate hasil proses ini kebagian- bagian tanaman hanya dimungkinkan melalui gerakan air dalam tanaman. Dengan peranan tersebut di atas, jumlah pemakaian air oleh tanaman akan berkorelasi posistif dengan produksi biomase tanaman, hanya sebagian kecil dari air yang diserap akan menguap melalui stomata atau melalui proses transpirasi (Harwati, 2007). Dalam fisiologi tumbuhan air merupakan hal yang sangat penting, Jackson (1977) berpendapat, peranan air dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman, yaitu : 1. Air merupakan bahan penyusun utama dari pada protoplasma. Kandungan air yang tinggi aktivitas fisiologis tinggi sedang kandungan air rendah aktivitas fisiologisnya rendah 2. Air merupakan reagen dalam tubuh tanaman, yaitu pada proses fotosintesis. 3. Air merupakan pelarut substansi (bahan-bahan) pada berbagai hal dalam reaksi-reaksi kimia. 4. Air digunakan untuk memelihara tekanan turgor. 5. Sebagai pendorong proses respirasi, sehingga penyediaan tenaga meningkat dan tenaga ini digunakan untuk pertumbuhan. Kandungan air nisbi (KAN) merupakan jumlah air relatif yang terkandung di dalam tanaman, dalam hal ini daun. Kandungan air nisbi dinyatakan dalam persen (%). Kandungan air nisbi ini tentu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, diantaranya dalam kaitannya dengan respon tanaman terhadap kekeringan yang terjadi pada lingkungannya. Kekeringan akan menimbulkan cekaman bagi tanaman yang tidak tahan terhadap kekeringan.

Kekeringan terjadi jika lengas tanah lebih rendah dari titik layu tetap. Cekaman kekeringan dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : Cekaman ringan, terjadi jika potensial air daun menurun 0.1 Mpa atau kandungan air nisbi menurun 8 10 %. Cekaman sedang, terjadi jika potensial air daun menurun 1.2 s/d 1.5 Mpa atau kandungan air nisbi menurun 10 20 %. Cekaman berat, terjadi jika potensial air daun menurun >1.5 Mpa atau kandungan air nisbi menurun > 20%. Kandungan air nisbi (KAN) suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor ketersediaan air bagi tanaman tersebut. Semakin banyak ketersediaan air bagi tanaman (tidak sampai jenuh), nilai kandungan air nisbi suatu tanaman pun akan semakin tinggi. Selain itu faktor suhu dan intensitas cahaya matahari juga mempengaruhi kandungan air nisbi (KAN) suatu tanaman, dimana semakin tinggi suhu, dan intensitas cahaya matahari yang diterima tanaman akan menyebabkan kandungan air nisbi tanaman (KAN) juga semakin tinggi.

KURVA REGRESI KADAR LENGAS VS KAN


90.0 85.0 KAN 80.0 75.0 70.0 0 0.5 1 1.5 Kadar Lengas 2 2.5 3 y = 5.551x + 71.912 R = 0.8335

Dari hasil percobaan pada tanah cukup air mempunyai kadar air nisbi sebesar 90%, pada tanah agak keing mempunyai kadar air nisbi 81% dan pada tanah kering mempunyai kadar air nisbi sebesar 74%. Dari kurva regresi hubungan antara kadar lengas tanah dan kadar air nisbi didapatkan hasil kadar air nisbi yang paling besar pada tanah cukup air sebesar 88,9%, lalu tanah agak kering sebesar 82,4% dan tanah kering yang paling kecil mengandung kadar air nisbi yaitu sebesar 74,4%. Hubungan antara kadar lengas dan kadar air nisbi berkorelasi positif, ketika kadar lengas tanah tinggi maka kandungan air nisbi pada

tanaman juga tinggi, ketika kadar lengas tanah rendah maka kandungan air nisbi pada tanaman juga rendah.

PEMBAHASAN Stomata terdiri atas sel penjaga dan sel penutup yang dikelilingi oleh beberapa sel tetangga. Mekanisme menutup dan membuka-nya stomata tergantung dari tekanan turgor sel tanaman, atau karena perubahan konsentrasi karbondioksida, berkurangnya cahaya dan hormon asam absisat (Lakitan, 1996). Stomata berperan penting sebagai alat untuk adaptasi tanaman terhadap cekaman kekeringan. Dari hasil pengamatan yang kita lakukan menunujukan bahwa nilai bukaan stomata pada tanaman C3 yaitu kedelai dengan perlakuan cukup air sebesar 10,83 mm, pada tanaman kedelai dengan perlakuan agak kering nilai bukaan stomatanya sebesar 10 mm. Sedangkan pada tanaman kering sebesar 9,43 mm. Dari pengamatan tersebut terlihat tanaman dengan nilai bukaan stomata paling tinggi berturut-turut yakni tanaman kedelai cukup air, kurang air, baru kemudian tanaman kering. Hasil pengamatan tersebut telah sesuai dengan teori yang ada bahwa tanaman kedelai ( tanaman C3 ) cukup air akan memiliki lebar bukaan stomata yang lebih tinggi karena kandungan air di dalam tanaman kedelai yang cukup air lebih banyak, sehingga uap air yang akan dikeluarkan pada proses transpirasi juga lebih banyak daripada tanaman kedelai yang kurang air. Sehingga, stomata akan membuka lebih lebar. Pengamatan kerapatan (densitas) stomata menunjukan hasil pada kedelai cukup air nilai densitasnya sebesar 210 stomata/mm2, pada kedelai agak kering sebesar 106 stomata/mm2, dan pada tanaman kering nilainya sebesar 126 stomata/mm2. Hasil pengamatan tersebut sesuai dengan teori yang ada, karena tanaman kedelai cukup air memiliki kerapatan stomata yang lebih tinggi daripada tanaman kedelai kurang air. Faktor-faktor yang mempengaruhi lebar bukaan stomata dan densitas stomata pada daun antara lain a) Kadar karbondioksida dalam udara jika semakin rendah karbondioksida dalam udara maka stomata akan membuka lebar begitu juga sebaliknya, b) Kelembaban udara juga berpengaruh ketika kelembaban tinggi stomata cenderung membuka lebar agar menjaga keseimbangan kelembaban, c) Cahaya apabila intensitas cahaya tinggi pada siang hari akan meningkatkan suhu daun tanaman, d) Tekanan turgor, tekanan turgor kedua sel penjaga meningkat makan stomata akan membuka. Lebar bukaan stomata dan densitas stomata memiliki hubungan dan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman tersebut. Bukaan stomata dengan pertumbuhan tanaman sangat berkaitan erat, dikarenakan stomata merupakan jalur

utama difusi gas dan uap air dari lingkungan. Apabila tanaman mengalami kekurangan air yang melewati stomata maka akan mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman. Proses ini pada sel tanaman ditentukan oleh tekanan turgor. Hilangnya turgiditas dapat menghambat pertumbuhan sel (penggandaan dan pembesaran).

Daftar Pustaka Anonim. 2011. Transpiration. <http://www.users.rcn.com>, diakses 13 April 2014. Buckley, T.N. 2005. The Control of Stomata by Water BalancePublished. New phytologist 168 (2), pp: 275-291. Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Erlangga. Filter A. H. dan R. K. M. Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. UGM Press. Yogyakarta. Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanamaman Budidaya. UIPress. Jakarta. Greenwood, N. N., E. Alan. 1997. Chemistry of the Elements (2nd ed.). Butterworth-Heinemann. United Kingdom. Harwati, T. 2007. Pengaruh Kekurangan Air (Water Deficit) Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Tembakau. Jurnal inovasi pertanian, pp: 44 - 51. Jasechko, S., Z. D. Sharp, J.J. Gibson, S.J. Birks, Y. Yi & P.J. Fawcett. 2013. Terrestrial Water Fluxes Dominated By Transpiration. Nature 496 (7445), pp: 347350. Lakitan, B.,1995. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Gravindo Persada, Jakarta. McElwain, J. C., W. G. Chaloner. 1995. Stomatal Density and Index of Fosil Plants Track Atmospheric Carbon Dioxidein the Palaeozoic .Annals of Botany 76, pp: 389-395. Reddy, S.M, M.M. Rao, A.S. Reddy, M.M. Reddy, and S.J. Chavy. 2004. University Botany-3. New Age International. New Delhi. Slatyer, R.O. 1967. Plant-water Relationships. London, Academic Press. Wallace, A.M., and N.B. Stout.Transpiration Rates Under Controlled Environment: Species, Humidity, And Available Water As Variables. Department of Botany, Ohio University, Athens, Ohio. Yamasaki, S., and L.R. Dillenburg. 1999. Measurements of Leaf Relative Water Content in Araucaria Angustifolia. Revista Brasileira de Fisiologia Vegetal, 11(2), pp: 69-75.

Lampiran

You might also like