Professional Documents
Culture Documents
Tidak mudah untuk membuktikan bahwa ALLAH itu ada, kecuali bagi orang-
orang yang beriman.
Memang kita tidak dapat melihat wujud ALLAH secara langsung, tetapi dengan
menggunakan akal, kita dapat menyaksikan ciptaan-Nya. Alam semesta ini.
Darimana alam semesta ini berasal? Pastilah ada yang menciptakannya. Siapakah
Dia yang Maha Agung itu?
Dialah ALLAH SWT (Maha Suci dan Maha Tinggi). Dialah yang mengadakan
segala sesuatu dan Dia pulalah yang menciptakan alam semesta beserta isinya,
termasuk diri kita.
Sesungguhnya Rabb kamu ialah ALLAH yang telah menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arsy. Dia menutupkan malam
kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula)
matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-
Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak ALLAH. Maha
suci ALLAH, Rabb semesta alam. (QS. Al-A'râf: 54)
2. Qidam, artinya dahulu atau awal. Sifat mustahilnya Hudûs, artinya baru.
Maksudnya, adanya ALLAH adalah yang paling awal sebelum adanya alam
semesta ini. Adanya ALLAH berbeda dengan adanya alam semesta beserta isinya.
Perbedaan tsb terdapat pada kejadian dan prosesnya.
Kita ambil contoh: Adanya hujan didahului oleh terjadinya penguapan air laut.
Terjadinya pemuaian logam didahului oleh adanya panas.
Berbeda dengan alam semesta ini, adanya ALLAH tidak didahului oleh sebab-
sebab tertentu, karena ALLAH zat yang paling awal. ALLAH adalah pencipta
alam semesta, tidak mungkin hasil ciptaan lebih dulu ada dari Sang Penciptanya.
Dialah yang Awal dan yang Akhir, yang Zhahir dan yang Bathin; dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Hadîd: 3)
Semua makhluk yang ada di alam semesta ini, baik itu manusia, binatang,
tumbuhan, planet, bintang, bulan, dll, suatu saat akan mengalami kerusakan dan
akhirnya mengalami kehancuran. Manusia, betapa pun gagah perkasa dirinya,
suatu saat pasti mati.
Apapun wujudnya, seluruh ciptaan ALLAH di dunia ini akan mengalami
kerusakan. Hanya ALLAH SWT, Sang Pencipta, yang tidak akan rusak dan
hancur, karena ALLAH bersifat kekal.
Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Rabb-mu yang
mempunyai kebesaran dan kemuliaan. (QS. Ar-Rahmân: 26-27)
Sungguh, betapa hina dan lemahnya kita di hadapan ALLAH, betapa tidak
patutnya kita berbangga diri dengan kehebatan kita, karena segala kehebatan itu
hanyalah sementara. Kelak semua akan berakhir, yang tersisa hanyalah amalan
kita. Oleh sebab itu perbanyaklah amal selagi kita masih diberi kelapangan waktu
di dunia ini. Dan bertaubatlah dengan kesalahan-kesalahan kita selagi kematian
belum menghampiri kita.
Dengan memahami sifat ALLAH ini, semoga kita tidak akan terjebak pada
perbuatan takhyul dan syirik, yaitu menyembah selain ALLAH atau
menyekutukan ALLAH. Tak ada suatu pun selain ALLAH yang pantas disembah.
Menyembah selain ALLAH adalah perbuatan yang hina dan merendahkan
martabat manusia sendiri.
Keberadaan makhluk ALLAH, tidak lepas dari bantuan yang lain. Manusia lahir
karena ada kedua orangtuanya, tumbuh dan berkembang karena dipelihara dan
dirawat oleh orangtuanya. Bahkan setelah besar pun, manusia tetap tidak bisa
hidup tanpa bantuan orang lain.
ALLAH, tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang hidup kekal
lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya. (QS. Ali-Imran: 2)
Sadarlah kita, bahwa ternyata kita ini makhluk yang sangat lemah, karena tidak
mampu hidup tanpa bantuan orang lain. Semoga kita pun menyadari pentingnya
berbuat kebajikan dengan sesama. Karena itu sungguh tepat jika ALLAH
memerintahkan kita untuk saling tolong-menolong dalam kebajikan dan taqwa.
... Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah
kamu kepada ALLAH, sesungguhnya ALLAH amat berat siksa-Nya. (QS. Al-
Mâidah: 2)
Keesaan ALLAH itu mutlak. Artinya keesaan ALLAH meliputi zat, sifat, maupun
perbuatan-Nya.
Meyakini keesaan ALLAH, merupakan hal yang sangat prinsipil, sehingga
seseorang dianggap muslim atau tidak, tergantung pada pengakuan tentang
keesaan ALLAH. Ini bisa kita lihat bahwa untuk menjadi seorang muslim,
seseorang harus bersaksi terhadap keesaan ALLAH, yaitu dengan membaca
syahadat tauhid yang berbunyi Aku bersaksi tiada Tuhan selain ALLAH.
Meyakini keesaan ALLAH juga merupakan inti ajaran para nabi, sejak Nabi
Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW.
Mustahil ALLAH lebih dari satu. Apabila itu terjadi, tentulah tidak akan tercipta
alam semesta yang teratur ini. Keteraturan alam semesta telah membuktikan pada
kita bahwa ALLAH itu Tunggal.
Sekiranya ada di langit dan di bumi ilah-ilah selain ALLAH, tentulah keduanya
itu sudah rusak binasa. Maka Maha Suci ALLAH yang mempunyai Arsy daripada
apa yang mereka sifatkan. (QS. Al-Anbiyâ: 22)
Dengan menghayati sifat wahdaniyyah ini, kita akan terhindar dari berbagai
paham ketuhanan. Ada 2 macam paham ketuhanan, yaitu monoteisme dan
politeisme. Monoteisme menyatakan bahwa Tuhan adalah satu, sedang politeisme
menyatakan bahwa tuhan lebih dari satu. Agama-agama yang memiliki
kepercayaan banyak dewa dan dewi yang mengatur alam semesta ini, adalah salah
satu contoh paham politeisme.
Islam adalah agama yang mengakui paham monoteisme secara mutlak. Tuhan
dalam Islam hanyalah ALLAH, Pencipta dan Pengatur Alam Raya beserta isinya.
... Sesungguhnya ALLAH berkuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah: 20)
Sungguh tidak patut kita sebagai manusia bersifat sombong dengan kekuasaan
yang kita miliki, karena sebesar apa pun kekuasaan kita, kekuasaan ALLAH pasti
lebih besar, dan yang Terbesar. Jika ALLAH berkehendak, Dia dapat
menghilangkan kekuasaan kita dalam sekejap, dan kita tak akan berdaya untuk
mempertahankannya.
Segala yang ada di alam raya ini, baik yang besar maupun yang kecil, yang
terlihat maupun yang tersembunyi, tidak ada yang luput dari pengetahuan
ALLAH. ALLAH Maha Luas ilmunya, begitu luasnya ilmu ALLAH sehingga
jika seluruh air di lautan ini dijadikan tinta dan seluruh pohon dijadikan alat
tulisnya, tak akan mampu menuliskan ilmu ALLAH.
Kita sering kagum atas kecerdasan dan ilmu yang dimiliki orang-orang pintar di
dunia ini. Kita takjub akan indahnya karya dan canggihnya teknologi yang
diciptakan manusia.
Sadarkah kita, bahwa ilmu yang kita saksikan itu hanyalah sebagian kecil saja
yang diberikan ALLAH pada otak kita?
Sungguh, ilmu ALLAH jauh melampaui semua itu, begitu tingginya ilmu
ALLAH sehingga terkadang kita tak mampu untuk mengikuti dan memahaminya.
Semoga dengan memahami sifat ilmu ini, kita sebagai hamba akan terdorong
untuk terus menimba ilmu, selagi kita hidup, karena kita sadar bahwa sebanyak
apapun ilmu yang telah kita ketahui, masih lebih banyak lagi ilmu yang belum
kita diketahui. Semakin banyak ilmu kita, mudah-mudahan juga menambah rasa
kagum dan syukur kita kepada ALLAH. Betapa hebatnya Ia, betapa tinggi ilmu-
Nya, dan betapa kepandaian kita ini belum apa-apa dibandingkan dengan
kepandaian ALLAH.
Hidupnya ALLAH berbeda dengan hidupnya manusia. Perbedaan itu antara lain
dapat kita lihat bahwa ALLAH hidup tanpa ada yang menghidupkan. Manusia
dan makhluk hidup lain hidup karena dihidupkan oleh ALLAH SWT.
ALLAH hidup tidak bergantung dengan yang lain, sedang manusia hidupnya
sangat bergantung dengan yang lain.
ALLAH hidup selama-lamanya, tidak mengalami kematian, bahkan mengantuk
pun tidak. Manusia suatu saat pasti akan mengalami mati.
ALLAH tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia yang Hidup kekal
lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur...
Al-Baqarah: 255
ALLAH Maha Hidup, tidak mengantuk, tidak tidur, apalagi mati. Dan selama itu
pula ALLAH selalu mengurus dan mengawasi seluruh makhluk ciptaan-Nya.
Oleh sebab itu hendaknya kita selalu berhati-hati dalam segala tindakan, karena
gerak-gerik kita selalu diawasi dan dicatat oleh ALLAH, tak ada yang
terlewatkan. Kelak di akhirat seluruh amalan tsb harus kita pertanggungjawabkan.
Tapi pendengaran ALLAH tidak demikian. ALLAH bisa mendengar suara yang
sehalus apapun tanpa memerlukan alat bantu apapun. Pendengaran ALLAH tidak
akan melemah sampai kapanpun.
...Dan ALLAH-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-
Mâidah: 76)
Dengan memahami sifat basar ALLAH ini, hendaknya kita selalu berhati-hati
dalam berbuat. Kita sadar bahwa kita tidak bisa membohongi atau
menyembunyikan kebohongan apa pun di hadapan ALLAH. Kepada manusia kita
bisa berbohong, tapi tidak terhadap ALLAH, karena ALLAH melihat segala
perbuatan kita.
Kelak di kemudian hari akan ditampakkan segala perbuatan dan kebohongan yang
kita sembunyikan. Oleh sebab itu berbuat baiklah selalu, supaya kita tidak perlu
merasa takut dan cemas jika suatu saat seluruh perbuatan kita akan disaksikan dan
dimintakan pertanggujawabannya.
13. Kalam, artinya berkata atau berfirman. Sifat mustahilnya Bukmum, artinya bisu.
Bukti ALLAH bersifat kalam dapat kita lihat dari kitab-kitab-Nya yang
diturunkan kepada para nabi dan rasul-Nya.
Al-Quran yang sering kita baca dan kita lafadzkan setiap hari, adalah firman
ALLAH yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW.
...Dan ALLAH telah berbicara kepada Musa dengan langsung. (QS. An-Nisâ:
164)
Adanya firman ALLAH menjadi bukti bagi kita bahwa ALLAH memperhatikan
kita sebagai hamba-Nya. Dengan perantara nabi dan rasul, ALLAH membimbing
manusia untuk melakukan amal saleh sesuai yang diajarkan dalam kitab ALLAH.
Dari firman ALLAH juga, kita dapat mengetahui sejarah dan kisah umat-umat
terdahulu, sehingga kita dapat mengambil hikmah, mengikuti yang haq dan
meninggalkan yang bathil.