You are on page 1of 10

Abstrak : gempa yang menyebabkan penurunan pada bangunan dengan pondasi dangkal di atas tanah yang terlikuifaksi mengakibatkan

kerusakan yang signifikan pada gempa bumi baru-baru ini. Para insinyur sebagian besar masih memperkirakan penurunan bangunan akibat gempa menggunakan prosedur yang dikembangkan untuk menghitung penurunan konsolidasi paska likuifaksi di bidang-bebas. Serangkaian percobaan centrifuge yang melibatkan bangunan yang terletak di atas tanah yang memiliki lapisan berlapis telah dilakukan untuk mengindentifikasi mekanisme likuifaksi yang terjadi pada bangunan yang mengalami penurunan. Penelitian sebelumnya dari masalah ini telah mengindentifikasi faktor penting termasuk intensitas getaran, kepadatan tanah relatif dan ketebalan pada tanah yang terlikuifaksi, dan berat bangunan dan lebar. Hasil tes centrifuge menunjukkan bahwa penurunan bangunan tidak berbanding lurus dengan ketebalan tanah yang terlikuifaksi dan sebagian besar penurunan terjadi selama getaran gempa. Bangunan diinduksi deformasi geser dikombinasikan dengan volumetrik strain lokal selama dialiri beban siklik merupakan mekanisme yang dominan. Kenaikan tinggi tekanan air pori berlebih, drainase lokal sebagai respon terhadap kemiringan tekanan hidrolik dan arah gempa berimbas pada bangunan ke dalam tanah lunak adalah efek penting yang harus diambil dalam prosedur desain untuk memperkirakan likuifaksi terhadap penurunan bangunan. Pendahuluan Likuifaksi menyebabkan deformasi tanah sangat bergantung pada tegangan siklik yang dihasilkan oleh kekuatan getaran dan sifat lapisan tanah yang terlikuifaksi. Siklik dan deformasi bangunan juga dipengaruhi oleh efek interaksi tanah-struktur (SSI). Interaksi dari deformasi bangunan dengan siklus kenaikan tegangan air pori dengan respon melunakkan tanah diikuti penurunan tekanan air pori dengan respon mengakukan tanah adalah fenomena yang kompleks. Saat ini ada prosedur desain yang tidak baik kalibrasi desain prosedur untuk memperkirakan efek gabungan deviatorik dan volumetrik menyebabkan penurunan bangunan karena siklik tanah lunak/kaku pada pembebanan statis dan dinamis dari bangunan. Hal ini berbeda dengan mengevaluasi likuifaksi yang menyebabkan penurunan di bidang bebas, dimana beberapa prosedur yang telah diterima secara luas dan tellah di usulkan (e.g., Tokimatsu and Seed 1987; Ishihara and Yoshimine 1992).

Tiga percobaan centrifuge dilakukan untuk model terdokumentasi dengan baik riwayat kasus dari respon bangunan pada tanah terlikuifaksi. Dalam pengujian ini, gerakan masukan, gerak permukaan, kondisi tanah, respon tanah, dan respon struktur yang di awasi dan didokumentasikan, sehingga memberikan pemahaman kegagalan tanah dan dampaknya terhadap struktur. Pengujian centrifuge juga menjelaskan tentang pentingnya ketebalan dan kepadatan dari lapisan tanah yang terlikuifaksi, serta efek dari berbagai bangunan dan karakteristik pondasi dari kinerja bangunan. Dalam setiap pengujian centrifuuge, tiga struktur ditempatkan pada profil tanah yang berisi lapisan yang mampu terlikuifaksi, pasir jenuh Nevada. Dalam tulisan ini, respon tanah di bidang-bebas dibandingkan denga tanah disekitar struktur yang diamati, dan mekanisme dominan dari penurunan di lokasi yang berbeda diidentifikasi. Efek utama dari parameter pengujian yang berbeda dibahas untuk meningkatkan pemahaman dari likuifaksi diinduksi bangunan dengan pondasi dangkal. Pemahaman saat ini Gempa bumi baru-baru ini telah memberikan banyak contoh dari kerusakan akibat likuifaksi pada lingkungan yang dibangun. Pengamatan kinerja bangunan di lokasi likuifaksi meliputi penurunan, keruntuhan daya dukung, dan pergeseran lateral bangunan. Di Niigata, Japan(1964 Niigata Earthquake) and Dagupan City, filipina (1990 Luzon Earthquake), kebanyakan bangunan yang didirikan pada pondasi dangkal dan didukung pada timbunan yang relatif tebal dan seragam pasir bersih. untuk kasus ini, penurunan bangunan berhubungan dengan dimensi pondasi. Tekanan kekang dan tegangan geser yang dikenakan oleh bangunan dan struktur yang berdekatan berpengaruh gerakan bangunan, kadang-kadang lebih penting dari faktor lain (e.g., Tokimatsu et al. 1994). Berbeda dengan gempa bumi tersebut, di Adapazari, Turki (1999 Kocaeli earthquake), Banyak dari struktur yang rusak terkena dampak likuifaksi lapisan longgar dangkal dan relatif tipis, lumpur dan pasir berlumpur jenuh. Penurunan bangunan yang ditemukan berbanding lurus dengan tekanan kontak bangunan, dan rasio tinggi/lebar (H/B) sangat mempengaruhi jumlah bangunan yang miring dan berkembangnya kegagalan daya dukung (Sancio et al. 2004).

Beberapa peneliti telah menggunakan skala kecil shaking table dan centrifuge test untuk memepelajari kinerja gempa, model fondasi dangkal yang terletak di atas, timbunan seragam jenuh, lepas-sedang, pasir bersih(e.g., Yoshimi and Tokimatsu 1977; Liu and Dobry 1997; Hausler 2002). Pengaruh lebar fondasi atas penurunan rata-rata dari bangunan ditemukan pada lapisan terlikuifaksi dikenalkan oleh Yoshimi and Tokimatsu(1977) setelah gempa Niigata dan telah dikonfirmasi oleh pengujian 1g shaking table dan kemudian ditemukan oleh Adachi et al.(1992) after the gempa Luzon. Bangunan dengan fondasi yang lebih luas penurunan berkurang, dengan semua sama. Model tes fisik juga menunjukkan bahwa sebagian besar penurunan bangunan terjadi selama getaran dengan kontribusi kecil dari paska likuifaksi karena tekanan air pori berlebih terdisipasi (e.g., Hausler 2002). Penurunan fondasi linear dengan waktu kurang lebih selama getaran dan menurun lebih dari bidang-bebas. Akibatnya, penurunan bangunan diakui sangat dipengaruhi oleh gaya inersia struktur itu. Namun, efek dari parameter utama pada kinerja seismik bangunan bukan karakter yang baik. Meningkatakan kerapatan relatif (Dr) dan rasio overconsolidation (OCR) pada lapisan pasir yang dapat terlikuifaksi ditunjukkan untuk mengurangi peningkatan tekanan air pori dan menginduksi penurunan getaran (e.g., Adalier and Elgamal 2005). Tingkat kenaikan tekanan pori berlebih dan pelunakan tanah ditemukan tergantung secara signifikan pada tekanan confining dan fondasi menginduksi tegangan geser statis dan dinamis. Namun demikian, tidak ada pola yang jelas diidentifikasi untuk arah aliran dan tingkat pelunakan tanah dibawah dan di sekitar struktur sebagai fungsi dari berbagai masukan parameter. Drainase parsial terbukti terjadi bersamaan dengan kenaikan tekanan pori berlebih, tekanan air pori terdistribusi ulang berlangsung cepat dalam pola tiga dimensi (3D) dalam merespon gradien hidrolik sementara (e.g., Liu and Dobry 1997). Namun, pengaruh drainase pada penurunan bangunan selama getaran gempa kuat belum jelas. Mekanisme distribusi ulang pori yang terendam di bawah lapisan pasir yang kurang tembus dan pembentukan antar lapisan air (kasus ekstrim void redistribusi) di bawah tingkat kondisi tanah telah diteliti di beberapa studi model fisik (e.g., Elgamal et al. 1989; Dobry and Liu 1992; Kokusho 1999). Dalam kondisi tanah agak

miring, regangan geser lokali terjadi pada antarmuka antara lapisan pasir lepas dan diatasnya lapisan permeabilitas rendah di berbagai model centrifuge. Intensitas regangan geser lokal tergantung pada sifat-sifat tanah awal, lerengdiinduksi tegangan geser, dan karakteristik getaran (e.g., Fiegel and Kutter 1994; Kulasingam et al. 2004). Meskipun demikian, respon dinamik fondasi dangkal ditemukan pada tanah timbunan berlapis dari berbagai konduktivitas hidrolik yang mencakup lapisan tanah yang dapat terlikuifaksi tidak dipahami secara memadai. Program pengujian centrifuge Serangkaian tiga percobaan centrifuge dilakukan untuk mendapatkan pemahaman tentang kinerja seismik bangunan dengan fondasi dangkal pada lapisan yang dapat terlikuifaksi yang relatif tipis , bersih pasir. Gambar dari model percobaan pertama dan ringkasan program pengujian centrifuge disajikan pada Gambar. 1. Model berputar pada percepatan nominal 55 g. semua unit yang digunakan dalam makalah ini adalah dalam prototipe skala. Dua percobaan centrifuge, T3-30 dan T3-50-lanau, termasuk ketebalan lapisan tanah terlikuifaksi (HL) 3 m dan kepadatan relatif nominal (Dr) 30 dan 50%, masing-masing. eksperimen ketiga (i.e., T6-30), dengan HL = 6 m dan Dr = 30%, memberikan informasi mengenai efek dari ketebalan lapisan yang dapat terlikuifaksi. Dalam T3-50-lanau, 2-m-tebal pasir Monterey di atas lapisan pasir lepas Nevada digantikan oleh lapisan silika 0.8-myang mendasari lapisan 1,2 m-tebal Monterey Sand. Penjelasan menyeluruh dari UC Davis centrifuge fasilitas geoteknik dan instrumentasi disediakan di situs web: http://nees.ucdavis.edu. Deskripsi rinci dari eksperimen centrifuge dan hasil tersedia pada penyimpanan data Nees (https://central.nees.org/). Lapisan bawah pasir Nevada seragam halus (D50=0,14 mm, Cu=2.0, emin=0,51, emax=0,78) itu kering pluviated untuk mencapai Dr=90%. Hal yang sama Nevada Pasir dengan Dr sekitar 30 atau 50% kemudian ditempatkan oleh pluviation kering sebagai bahan yang dapat terikuifaksi. Sebuah lapisan tipis lanau nonplastic (silika, D50=0,02 mm) ditempatkan di atas lapisan pasir lepas Nevada di T3-50-lanau untuk membatasi disipasi cepat tekanan pori vertikal. Lapisan lanau kering ditempatkan dalam peralatan kemudian dipadatkan dengan tekanan sekitar 2 kPa, sehingga lapisan ini tidak overconsolidated di bawah tekanan. Pasir Monterey

0/30

(D50=0.40

mm,Cu=1.3,emin=0.54,emax=0.84)

ditempatkan

dengan

cerobong genggam sebagai bahan pengisi permukaan. Tujuan menggunakan lapisan ini adalah untuk meminimalkan kenaikan kapiler dan likuifaksi langsung di bawah struktur. Hidrolik konduktiviti dari pasir nevada dan silika sekitar 6.10-2 dan 3.10-5 cm/s (Arulmoli et al. 1992; Fiegel and Kutter 1994). Suatu larutan hidroksipropil metilselulosa dalam air digunakan sebagai pori-pori fluida dengan viskositas sekitar 22(2) kali lipat dari air (Stewart et al. 1998). Model ini ditempatkan di bawah vakum dan kemudian dibanjiri dengan CO2 sebelum jenuh dengan cairan pori. Derajat kejenuhan diperiksa menggunakan in-flight p-gelombang pengukuran kecepatan. Permukaan air dijaga pada sekitar 1,1 m di bawah permukaan tanah setelah berputar. Semua model struktur single-degree-of-freedom dengan massa terpusat didukung oleh dua kolom sisi yang terbuat dari baja, yang ditempatkan di atas fondasi rakit kaku dengan tebal 1m yang terbuat dari alumunium. Struktur dirancang untuk mendukung tekanan statis 80 kPa, 80 kPa, dan 130 kPa untuk struktur A, B, dan C. Strutur A mewakili bangunan 2 lantai (tinggi di atas tanah H=5m) dengan lebar W=6m dan panjang m); L=9m; dan struktur struktur B C mewakili mewakili lebar dan 4 panjang lantai

(WxLxH=12x18x15

bangunan

(WxLxH=6x9x9,2). Periode alami tetap-dasar struktur berkisar 0,2-0,3 s. Tiga peristiwa getaran yang diterapkan pada dasar model. Getaran diterapkan sejajar dengan sisi panjang model. Getaran diterapkan sejajar dengan sisi panjang model. Masukan gerakan terdiri dari urutan skala dari utara-selatan, patahan-komponen normal gerakan tanah yang tercatat pada kedalaman 83 m di Pulau Kobe Port selama Kobe Gempa 1995. Peristiwa Port island sedang dan menengah (masing-masing dengan percepatan dasar puncak sekitar 0,19 dan 0,55g) digunakan untuk mempelajari rspon struktur dinamis dengan derajat ringan dan signifikan dari likuifaski di bidang-bebas. Respon Bidang-Bebas Respon bidang-bebas tercatat di lokasi yang jauh dari struktur, dimana relatif SSI diabaikan dan efek batas. Gambar 2 menunjukkan rangkaian vertikal dari sejarah percepatan waktu dicatat dalam bidang-bebas selama T3-30 dan T3-50 lanau

untuk getaran yang besar. Masukan karakteristik gerakan tanah dan sifat tanah awal sangat mempengaruhi laju dan luasnya tanah terlikuifaksi dan waktu pencairan. Faktor-faktor ini, pada gilirannya, mempengaruhi sejarah percepatanwaktu dialami dalam tanah kolom. Catatan percepatan dalam percobaan ini menunjukkan lonjakan besar dalam kemempuan pasir Nevada terlikuifaksi (khususnya selama perisitwa Port Island besar). Lonjakan besar ini dalam catatan percepatan yang terkait dengan respon yg membesarkan tanah di atas garis fase transformasi yang dihasilkan dari pengakuan tanah dengan tekanan pori berlebih menurun. Semakin tinggi kepadatan relatif kemampuan lapisan terlikuifaksi di T350-lanau menyebabkan siklus pelebaran lebih besar dan percepatan lonjakan dibandingkan dengan T3-30 selama aplikasi besar gerakan tanah Port Island. Gambar 3 menyajikan catatan kelebihan tekanan air pori-waktu pada setengah kedalaman dari pasir nevada yang terlikuifaksi di bidang-bebas dan berhubungan dengan penurunan permukaan tanah pada percobaan T3-30 dan T3-50-lanau selama terjadi getaran sedang dan besar port island. Masukan dasar percepatanwaktu juga disajikan untuk kedua peristiwa itu. Perpindahan positif pada alir ini menunjukkan penurunan, dan plot ke kanan menunjukkan data pengujian yang sama, tetapi fokus pada bagian awal getaran kuat. Meningkatnya kepadatan relatif dari lapisan pasir Nevada yang terlikuifaksi dari 30 sampai 50% memperlambat laju kenaikan tekanan air pori di semua lokasi. Efek ini lebih besar di bawah tekanan kekang tinggi struktur dan selama peritiwa seismik berkurang kuat. Dengan demikian, pengaruh kepadatan relatif pada ketahanan tanah untuk meningkatkan tekanan pori tergantung pada kondisi tegangan dan intensitas gerak tanah. Tekanan pori berlebih yang dihasilkan dalam lapisan terlikufaksi di bidang bebas selama T3-50-lanau dan di T3-30 setelah sekitar 2 sampai 3 detik kuat getaran ketika hilangnya kekuatan yang signifikan dicapai pada kedua percobaan selama peristiwa gemetar sedang dan besar. Dalam percobaan T3-30, sebagian besar penurunan permukaan tanah bidang-bebas terjadi setelah akhir getaran kuat, dengan tingkat penurunan sebagai fungsi waktu. penyelesaian paska gempa menilai di bidang-bebas secara signifikan berkurang selama T3-50-lumpur. Hal ini terutama disebabkan oleh adanya hidrolik-konduktivitas lapisan lumpur rendah, yang menghambat aliran vertikal

dan menyebabkan perpindahan tekanan pori horisontal jangka panjang dari bawah bangunan menuju bidang-bebas selama peristiwa besar. Penurunan pada bidang-bebas terjadi selama getaran kuat, menunjukkan bahwa drainase sebagian terjadi selama getaran dan asumsi global pembeban tidak terdrainase tidak berlaku dalam percobaan ini. Rata-rata penurunan bidang-bebas di T3-50-lanau awalnya mirip dengan yang di T3-30, terutama selama besar getaran, meskipun adanya lanau di atas lapisan yang mampu terlikuifaksi (Gambar. 3). Penurunan di bidang-bebas T3-50-lanau, namun tiba-tiba berhenti setelah getaran kuat dilanjutkan lambat, mengalun jangka panjang. Sebuah penjelasan respon awal dari penurunan di T3-50-lanau adalah bahwa sebagian besar atas pasir yang terlikuifaksi turun karena sedimentasi dan konsolidasi, menciptakan ruang untuk lapisan lanau di atas meningkat selama pembebanan melalui fenomena penurunan partikel dijelaskan dalam Adalier (1992). Saat bagian bawah lapisan lanau dibidang-bebas meningkat, berat dari bagian atas, pasir Monterey tak jenuh diperkirakan mendorong partikel atas dari lanau ke dalam bagian bawahnya meningkat lebih cepat. Jika lapisan lanau belum terganggu oleh getaran pada titik ini, menjadi sangat rentan terhadap gangguan yang cukup besar karena lapisan pasir yang lebih rendah menurun dan ruang menjadi tersedia untuk peningkatan volumetrik, meningkatkan kerusakan struktur lanau padat. Selain itu, atas perpindahan air mungkin menyebabkan rembesan yang disebabkan likuifaksi dalam lanau. Dengan kondisi tersebut, lapisan lanau mengembang dan turun bersama dengan lapisan melunak rendah. Hal ini mengakibatkan penurunan permukaan cepat diamati di bidang-bebas.

Konduktivitas hidrolik efektif dari lapisan lanau cenderung mendekati yang ada pada Pasir Nevada selama fase sedimentasi / konsolidasi, sampai guncangan kuat berhenti. Pada titik ini, lanau tampaknya mulai kembali ke konduktivitas hidrolik awal dan kaku. Namun, ada kemungkinan bahwa aliran saluran nonlaminar dan cepat? Perpipaan? Terjadi melalui lapisan lanau, bahkan setelah siklik pemuatan, karena gradien hidrolik yang berlebihan yang ada, yang

kemungkinan disebabkan retak. Namun, kemungkinan besar nonlaminar dan mengalirl cepat (Perpipaan), terjadi melalui lapisan lanau, bahkan setelah

pembebanan siklik, karena ada gradien hidrolik yang berlebihan, yang kemungkinan disebabkan retak. Perkiraan berdasarkan empiris dari penurunan rekonsolidasi volumetrik jenuh, pasir bersih (i.e., Tokimatsu and Seed 1987; Ishihara and Yoshimine 1992; and Wu et al. 2003) cenderung menjadi sedikit lebih besar dari penurunan diukur dalam likuifaksi Pasir Nevada dibidang-bebas. Metode ini didasarkan pada

Hasil yang diperoleh dari tes siklik undrained pada spesimen pasir bersih. Mekanisme tes siklik sepenuhnya undrained diikuti oleh drainase tidak mewakili apa yang diamati dalam uji coba centrifuge ini, di mana drainase terjadi segera setelah getaran kuat dimulai. Selain itu, kehadiran tiga model struktur dalam wadah mengakibatkan nonhomogeneities stres 3D dan aliran air menyamping yang mempengaruhi respon bidang-bebas. Respon dibawah dan disekitar struktur Pencatatan kelebihan tekanan air pori-waktu di setengah kedalaman lapisan yang dapat terlikuifaksi di bawah setiap struktur serta perpindahan vertikal rata-rata bangunan-waktu di T3-30 dan T3-50-lumpur selama peristiwa sedang dan besar Port Island ditunjukkan pada Gambar.4. Rata-rata di bidang-bebas perpindahanwaktu juga disediakan untuk perbandingan. Struktur mulai turun setelah satu siklus pembebanan yang signifikan dengan tingkat penurunan yang kira-kira linier dengan waktu. Penurunan bangunan yang ditampilkan melampaui cepat yang diukur di bidang-bebas selama peristiwa besar. Tingkat penurunan bangunan berkurang secara dramatis setelah akhir guncangan kuat (t=12s) dan menjadi dapat diabaikan pada akhir getaran (t=25s). Tren yang diamati menunjukkan bahwa penurunan rekonsolidasi paska likuifaksi dengan total penurunan bangunan relatif kecil dalam percobaan ini. Akibatnya, mekanisme volumetrik dan deviatorik lainnya dari penurunan pasti bertanggung jawab atas sebagian penurunan bangunan yang terjadi selama getaran. Hubungan yang nyata antara permulaan dan intensitas getaran dan permulaan dan laju penurunan bangunan menunjukkan pentingnya respon dinamik bangunan. Selain itu, pengaruh parsial drainase saat guncangan gempa ada respon tanah dan struktur tidak dapat diabaikan.

Jumlah head isochrones biasanya digunakan untuk mengukur arah dan besarnya gradien hidrolik sementara terbentuk pada waktu yang berbeda dan kecenderungan aliran yang dihasilkan. Gambar. 5 membandingkan gradien hidrolik sementara yang terbentuk di sekitar Struktur B dalam percobaan T3-30 dan T3-50-lumpur selama getaran besar Port Island. Dalam percobaan T3-30, gradien hidrolik besar terbentuk secara vertikal ke atas dan horizontal jauh dari fondasi bangunan dalam lapisan yang terlikuifaksi setelah 1 sampai 2 s getaran kuat (selama peristiwa baik sedang dan besar). Kelebihan tekanan air pori terpelihara di puncak melalui getaran kuat saat guncangan keras Gambar 3 dan 4. Setelah akhir gemetar kuat, pengurangan cepat tekanan pori berlebih di bawah struktur diamati selama kurang lebih 20 s. Respon ini diharapkan, karena tidak ada tekanan pori berlebih yang signifikan yang dihasilkan selama waktu ini dan gradien hidrolik 3D berada di dekat nilai puncak. Setelah gradien hidrolik baik vertikal maupun horisontal menurun, disipasi tekanan pori vertikal ke atas lambat mulai mengontrol aliran bawah bangunan sampai air pori tekanan mendekati kondisi hidrostatik. Dalam percobaan T3-50-lumpur, aliran ke atas dari bawah lapisan Pasir Nevada dimulai setelah sekitar 2 s getaran. Seperti yang diharapkan, tekanan pori berlebih kecil yang dihasilkan dalam lapisan yang dapat terlikuifaksi di T3-50-lanau (Dr=50%) dibandingkan dengan T3-30 (Dr=30%) di bawah tekanan kekang struktur, terutama selama getaran sedang. Tekanan pori berlebih terbesar

dalam lapisan yang dapat terlikuifaksi diukur pada kedalaman lebih dangkal di T3-50-lanau selama kedua peristiwa seismik. Pola ini menunjukkan

kecenderungan redistribusi pori di bawah struktur karena adanya lapisan lumpur. Hasil gradien hidrolik 3D menyebabkan penurunan cepat tapi turun lebih kecil pengukuran tekanan pori dalam lapisan yang di bawah struktur yang kuat setelah getaran karena tekanan pori berusaha untuk menstabilkan secara horizontal. Penurunan ini diikuti oleh peningkatan yang relatif lambat dalam tekanan pori berlebih dalam lapisan yang terlikuifaksi selama 50 sampai 70 s sebelum mereka mulai menurun seperti air perjalanan ke atas dari lapisan padat yang lebih rendah dari Pasir Nevada. Selama waktu ini, gradien horisontal menjadi diabaikan dan lapisan lanau sangat terganggu di sekitar pondasi mungkin mulai mendapatkan kembali kekuatannya. Singkatnya, perbandingan potensi aliran dalam dua

percobaan menunjukkan kecendrungan lebih kuat untuk drainase dan volumetrik strain terkait dengan drainase bawah struktur selama percobaan T3-30 dibandingkan dengan T3-50-lumpur. Kelebihan tekanan pori yang lebih besar berkembang dalam tanah yang terlikuifaksi di bawah Struktur B (Dengan daerah kontak pondasi terbesar) dibandingkan dengan Struktur A dan C (Gambar. 4). Tekanan bangunan di wilayah yang lebih luas menyebabkan kapasitas yang lebih tinggi untuk meningkatkkan kelebihan tekanan pori dalam volume yang lebih besar dari tanah di bawah dan di sekitar alas. Kelebihan tekanan pori lebih kecil dihasilkan dalam

kemampuan likuifaksi pasir Nevada di bawah Struktur C, yang memiliki terbesar tekanan kontak pondasi terbesar dan rasio H / B dibandingkan dengan dua struktur yang lain. Meskipun pasir dibawah kekangan yang lebih tinggi memiliki kemampuan untuk menghasilkan tekanan pori lebih tinggi (diberikan ru=ue/vo, dimana ue tekanan air pori berlebih dan vo tegangan efektif overbuden awal) juga membutuhkan lebih banyak energi untuk mengembangkan tekanan pori berlebih. Respon dari pasir Nevada dibawah tekanan kekang besar dari struktur C mungkin sebagian dijelaskan oleh ketahanan yang lebih tinggi untuk pori generasi tekanan di bawah masukan gerakan yang dipilih dan sebagian oleh bidang kontak yang relatif kecil dari pijakan mempermudah disipasi lebih efisien tekanan pori berlebih.

You might also like