You are on page 1of 14

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini, dunia kita berada di jaman globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang semakin canggih dan modern, khususnya dibidang teknologi komunikasi dan informasi. Teknologi komunikasi memberikan fasilitas manusia dalam melakukan komunikasi secara global, tanpa harus dibatasi oleh ruang dan waktu. Sedangkan, teknologi informasi telah memberikan sebuah kemudahan bagi manusia untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan secara cepat. Semuanya sudah tersedia dan tersaji dihadapan kita sebagai kenyataan maya. Untuk itu, dunia pendidikan yang memiliki peran utama dalam melahirkan generasi penerus perjuangan bangsa perlu adanya upaya meningkatkan mutu pendidikan di negara kita ini. Salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan, yaitu guru. Sebab, ditangan gurulah akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas, baik secara akademis, skill (keahlian), kematangan emosional, dan moral serta spiritual.1 Kualitas sumber daya manusia meningkat, dan masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam membangun Negara ini. Mengejar ketertinggalan dengan memerangi kebodohan setahap demi setahap.
Kunandar. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 40
1

Jika dipandang dari segi negara, pendidikan merupakan jalan menuju kemakmuran dan kemajuan serta eksistensi suatu negara.2 Kemudian, dalam Undang Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadiaan, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.3 Dengan demikian, pendidikan merupakan usaha terencana dalam mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk kepribadian agar dapat menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan, berkepribadian mandiri, demokratis, dan bertanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan untuk menuju kemakmuran dan kemajuan serta eksistensi suatu negara. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tugas dan peran guru sebagai tenaga pendidik dari hari ke hari semakin berat. Seorang guru harus mampu mengelola proses pembelajaran di kelas secara efektif dan inovatif. Dengan melalui proses pembelajaran guru dituntut untuk mampu membimbing dan memfasilitasi siswa agar mereka dapat memahami kekuatan serta kemampuan yang mereka miliki, untuk selanjutnya memberikan motivasi agar siswa terdorong untuk
Ibid., hal. 9-10 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang Sisdiknas, hal. 65
3 2

Guru dan Dosen,

bekerja atau belajar sebaik mungkin untuk mewujudkan keberhasilan berdasarkan kemampuan yang mereka miliki.4 Pada proses pembelajaran matematika, siswa sering kali mengalami kesulitan dalam aktivitas belajarnya. Sebagian besar dari mereka menganggap bahwa matematika itu pelajaran yang rumit dan membingungkan. Ini disebabkan banyaknya rumus dan lambang yang tidak dapat dipahami oleh siswa dengan mudah. Apalagi ditambah dengan sikap guru pengajar matematika yang sangat tegas dan disiplin, itu akan menambah daftar menakutkan bagi siswa. Padahal dalam sebuah penelitian, 80% kegagalan dalam belajar diakibatkan oleh rasa takut.5 Dengan demikian, menjadi seorang guru haruslah mampu untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dalam proses pembelajaran matematika di kelas, serta memberikan bantuan atau dorongan kepada siswa dalam pembelajaran matematika. Seperti yang diungkapkan oleh Suseto, pemberian dorongan memungkinkan siswa memecahkan masalah, melaksanakan tugas, atau mencapai sasaran yang tidak mungkin diusahakan siswa sendiri.6 Seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal: (1) mengetahui apa
4 5

Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 13 Najib Sulhan, Pendidikan Berbasis Karakter, (Surabaya: JePe Press Media Utama, 2010), hal.

91 Moch. Masykur dan Abdul Halim Fathani, Mathematical Intelegence, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), hal. 61
6

yang akan dipelajari; dan (2) memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari. Dengan berpijak pada kedua unsur motivasi inilah sebagai dasar permulaan yang baik untuk belajar. Sebab tanpa motivasi (tidak mengerti apa yang akan dipelajari dan tidak memahami mengapa hal itu perlu dipelajari) kegiatan belajar mengajar sulit untuk berhasil.7 Seseorang yang belajar dengan motivasi kuat, akan melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh gairah atau semangat. Sebaliknya, belajar dengan motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran.8 Dengan demikian, sangat diperlukan inovasi pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikan, dinamis dan humanis sehingga dapat

membangkitkan motivasi belajar serta membuahkan hasil belajar matematika siswa yang optimal. Salah satu model pembelajaran tersebut, yaitu model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.9 Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar.10 Dalam

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafido Persada, 1986),

hal. 40 Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal. 57 Isjoni, Cooperative Learning, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 15 10 Trianto, Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hal. 41
9 8

pembelajaraan kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.11 Beberapa ahli menyatakan bahwa model ini tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berfikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman. Dalam cooperative learning, siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.12 Pada umumnya pembelajaran kooperatif, bukan hanya sekedar pembelajaran berkelompok, melainkan mengharuskan siswa mampu untuk dapat menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada anggota kelompok yang lain. Model pembelajaran kooperatif ini memiliki beberapa tipe, salah satunya yaitu Numbered Heads Together (NHT). Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) adalah metode belajar dengan cara setiap siswa diberi nomor dan dibuat suatu kelompok, kemudian secara acak, guru memanggil nomor dari siswa. 13 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) ini adalah suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok dalam

menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan

Umi Kulsum, Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis PAIKEM, (Surabaya: Gena Pratama Pustaka, 2011), hal. 80 12 Isjoni, Cooperative Learning, hal: 13 13 Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011), hal. 89

11

dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran dan mengembangkan motivasi dan hasil belajar yang lebih baik.14 Jadi, pada dasarnya pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) ini merupakan sebuah variasi diskusi kelompok yang ciri khasnya guru menunjuk seorang siswa untuk mewakili kelompoknya. Sehingga kemandirian, keterkaitan, serta keberanian siswa dapat tercipta untuk meningkatkan tanggungjawab individual siswa dalam diskusi kelompok. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti mengambil judul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII di MTs Negeri Karangrejo Tulungagung.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap motivasi belajar matematika siswa kelas VII di MTs Negeri Karangrejo Tulungagung? 2. Berapa besar pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap motivasi belajar matematika siswa kelas VII di MTs Negeri Karangrejo Tulungagung?

Aan Hendroanto, http://www.aanhendroanto.blogspot.com/2012/06/pembelajaran-kooperatiftipe-nht.html, diakses 2 desember 2012, 22:04

14

3. Apakah ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII di MTs Negeri Karangrejo Tulungagung? 4. Berapa besar pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII di MTs Negeri Karangrejo Tulungagung?

C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap motivasi belajar matematika siswa kelas VII di MTs Negeri Karangrejo Tulungagung. 2. Untuk mengetahui besar pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap motivasi belajar matematika siswa kelas VII di MTs Negeri Karangrejo Tulungagung 3. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII di MTs Negeri Karangrejo Tulungagung. 4. Untuk mengetahui besar pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII di MTs Negeri Karangrejo Tulungagung.

D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan etimologinya hipotesis berasal dari dua suku kata, yaitu hipo yang berarti lemah dan tesis yang artinya pernyataan. Bila digabung maka menjadi pernyataan yang masih lemah.15 Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empirik.16 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian merupakan dugaan sementara yang diajukan seorang peneliti yang berupa pernyataan-pernyataan dan masih perlu dibuktikan kebenarannya. Adapun hipotesis yang terdapat dalam penelitian ini, adalah: 1. Ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap motivasi belajar matematika siswa kelas VII di MTs Negeri Karangrejo Tulungagung. 2. Besar pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap motivasi belajar matematika siswa kelas VII di MTs Negeri Karangrejo Tulungagung tergolong tinggi. 3. Ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII di MTs Negeri Karangrejo Tulungagung.

Tulus Winarsunu, Statistik dalam Pendidikan Psikologi dan Pendidikan, (Malang: UMM Press, 2006), hal. 9 16 Ahmad Cholik dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal. 29

15

4. Besar pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII di MTs Negeri Karangrejo Tulungagung tergolong tinggi.

E. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengembangan ilmu pengetahuan tentang penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk mengetahui motivasi yang ditimbulkan dan hasil belajar matematika siswa di MTs Negeri Karangrejo Tulungagung. 2. Secara Praktis a. Guru bidang studi Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar mengajar untuk peningkatan motivasi dan hasil belajar matematika siswa. b. Sekolah Sebagai masukkan dalam rangka untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa MTs Negeri Karangrejo Tulungagung, sehingga dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh siswa.

10

c. Pembaca Memberikan informasi secara tertulis serta referensi mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam pembelajaran matematika siswa. d. Peneliti lanjut Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan rujukan, dan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 1. Ruang Lingkup Penelitian Adapun ruang lingkup pada penelitian dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII di MTs Negeri Karangrejo Tulungagung, ini adalah sebagai berikut: a. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. b. Motivasi belajar matematika adalah kekuatan baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. c. Hasil belajar matematika adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

11

2.

Keterbatasan Penelitian. Ruang lingkup penelitian sebagaimana diatas, maka selanjutnya peneliti

membatasinya agar tidak terjadi pelebaran pembahasan. Adapun pembatasan penelitian yang dimaksud adalah: a. Objek penelitian. Motivasi dan hasil belajar matematika pada materi subpokok bahasan persegi panjang dan persegi siswa di MTs Negeri Karangrejo Tulungagung. b. Subyek penelitian. Siswa kelas VII MTs Negeri Karangrejo Tulungagung. c. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Adapun model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang mengedepankan kerjasama kelompok dalam menyelesaikan

permasalahan matematika yang diberikan.

G. Definisi Operasional Berdasarkan judul yang diambil oleh peneliti, yaitu Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII di MTs Negeri Karangrejo Tulungagung adalah pengaruh yang ditimbulkan dari model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran berfikir bersama adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang

12

untuk mempengaruhi pola interaksi siswa sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional.17 Dalam penelitian ini, motivasi adalah kekuatan baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.18 Sedangkan, hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.19 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 2 (dua) kelas sebagai sampel. Kedua kelas tersebut diberikan perlakuan yang berbeda dengan materi pelajaran yang sama. Satu kelas dijadikan sebagai kelas eksperimen dengan diberikan perlakuan dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam proses pembelajaran di kelas sehingga mengakibatkan motivasi serta hasil belajar matematika siswa meningkat dan satu kelas lain dijadikan sebagai kelas kontrol dengan diberikan pembelajaran yang seperti biasa (konvensional). Setelah pembelajaran selesai, siswa dari kedua kelas tersebut diberi angket untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Sedangkan untuk melihat hasil belajar yang dicapai setelah pembelajaran, baik dari kelas yang memperoleh perlakuan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) ataupun yang tidak diberi perlakuan, kedua kelas tersebut diberi post-test.

Trianto, Model-Model Pembelajaran, hal. 62 Hamzah B Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hal. 1 19 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 22
18

17

13

H. Sistematika Skripsi Sistematika skripsi ini terbagi menjadi 3 bagian, yaitu: Bagian Awal, terdiri dari: halaman judul, halaman persetujuan, halam pengesahan, halaman pernyataan, moto, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran, dan abstrak. Bagian Inti, terdiri dari 5 (lima) bab dan masing-masing memiliki subbab antara lain: BAB I : Pendahuluan, memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, ruang lingkup dan keterbatasan penelitian, definisi operasional, serta sistematika skripsi. BAB II : Kajian Pustaka, memuat hakikat matematika, belajar mengajar matematika, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), Implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam pembelajaran matematika, motivasi belajar, hasil belajar, tinjauan materi bangun datar persegi panjang dan persegi, kajian penelitian terdahulu, serta kerangka berfikir penelitian. BAB III : Metode Penelitian, memuat rancangan penelitian, populasi, sampling dan sampel penelitian, sumber data, variabel dan pengukurannya, teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian, serta analisis data.

14

BAB IV

: Hasil Penelitian dan Pembahasan, memuat deskripsi singkat obyek penelitian, pengujian hipotesis, rekapitulasi hasil penelitian.

BAB V

: Penutup, berisi kesimpulan dan saran.

Bagian Akhir, terdiri dari: daftar rujukan, lampiran-lampiran, dan daftar riwayat hidup. Demikian sistematika penelitian dari skripsi yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII di MTs Negeri Karangrejo Tulungagung.

You might also like