You are on page 1of 6

HUBUNGAN PERILAKU PEMELIHARAAN GIGI TIRUAN LENGKAP PASIEN DI KLINIK PROSTODONSIA RSGM UNIVERSITAS JEMBER TERHADAP ORAL HYGIENE

POST INSERSI

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Kedokteran Gigi (S1) dan mencapai gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh : Dyah Kurnia Aulia NIM. 111610101016

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa perilaku seseorang berpengaruh terhadap kesehatan. Dewasa ini, oleh sebagian orang kebiasaan merokok sudah menjadi gaya hidup yang tidak bisa ditinggalkan dalam

kehidupan sehari-hari. Menurut Phanucharas & Chalongsuk (2008) merokok menimbulkan berbagai penyakit diantaranya penyakit kardiovaskuler, pernapasan dan juga kanker . Menurut Notoatmodjo (2007), SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga) tahun 2002 menyatakan kematian akibat penyakit jantung koroner yang merupakan akibat dari perilaku merokok menempati urutan pertama. Ketika seseorang merokok, perokok mengeluarkan tiga jenis asap rokok, yaitu mainstream cigarette smoke, exhaled mainstream smoke, dan sidestream cigarette smoke (SSCS). Mainstream smoke adalah asap yang dihisap oleh perokok. Exhaled mainstream smoke adalah asap rokok yang dihembuskan oleh perokok aktif. SSCS adalah asap rokok yang berasal dari ujung rokok yang menyala tanpa dihisap dahulu oleh perokok. Gabungan exhaled mainstream smoke dan SSCS disebut environmental tobacco smoke (ETS) atau asap tembakau lingkungan. Zat-zat karsinogenik yang terdapat pada SSCS lebih banyak dari jenis asap rokok yang lain. Hal ini disebabkan zat pada SSCS tidak berkurang dengan adanya filter rokok (Quit, 2005). Asap rokok merupakan salah satu sumber utama radikal bebas yang berasal dari lingkungan, selain polusi udara, paparan bahan kimia, dan radikal ion. Diketahui bahwa asap rokok mengandung radikal bebas dalam jumlah yang sangat tinggi. Dalam satu kali hisap diperkirakan sebanyak 1014 molekul radikal bebas masuk ke dalam tubuh (Anggraini (2006).

Radikal bebas yang terdapat pada SSCS akan menghasilkan suatu Reactive Oxygen Species (ROS). Pembentukan ROS sebenarnya merupakan proses fisiologi tubuh, namun apabila terjadi peningkatan yang berlebihan maka akan menimbulkan stres oksidatif (Faranita, 2009). Selain menyebabkan suatu stress oksidatif dan ROS juga menyebabkan kerusakan pada biomolekul lipid yang disebut dengan peroksidasi lipid (Danusantoso, 2003). Peroksidasi lipid akan menyebabkan gangguan transpor lipid atau dislipidemia. Dislipidemia

menyebabkan gangguan trigliserida (TG) di dalam hati. Peningkatan TG hepatik akan menghambat proses pembersihan LDL dalam darah sehingga kadar kolesterol total dalam darah meningkat (Dharmayanti, 2012 dan Romadhona, 2009). Di dalam tubuh manusia sudah terdapat enzim yang dapat menangkal radikal bebas, namun apabila jumlah radikal berlebihan bila terkena paparan rokok maka tubuh memerlukan antioksidan dari luar untuk menangkal radikal bebas (Dewi, 2011).
Sumber-sumber antioksidan dapat berupa antioksidan sintetik maupun antioksidan alami. Tetapi saat ini penggunaan antioksidan sintetik mulai dibatasi karena ternyata dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa antioksidan sintetik seperti BHT (Butylated Hydroxy Toluena) ternyata dapat meracuni binatang percobaan dan bersifat karsinogenik. Oleh karena itu industri makanan dan obat-obatan beralih mengembangkan antioksidan alami dan mencari sumber-sumber antioksidan alami baru (Takashi dan Takayuni, 1997).

Propolis merupakan salah satu bahan yang mengandung antioksidan alami berupa fenol dan flavonoid. Propolis adalah bahan resin yang melekat pada bunga, pucuk dan kulit kayu. Sifatnya pekat, bergetah, berwarna coklat kehitaman, mempunyai bau yang khas, dan rasa pahit. Lebah menggunakan bahan propolis untuk pertahanan sarang, mengkilatkan bagian dalam sarang dan menjaga suhu lingkungan (Toprakci, 2005). Menurut Krell (1996), komponen terbesar propolis adalah resin biasanya tersusun dari 50% atau lebih senyawa seperti flavonoid, fenol dan esternya. Menurut Lotfy (2006), kandungan bahan kimia serta komposisinya yang kompleks dan beragam membuat propolis mempunyai khasiat yang

bermacammacam, salah satu diantaranya adalah sebagai antioksidan. Menurut Bendich (1992) dan Robinson (1995) dikutip Jaya et al., (2006) menjelaskan bahwa kemampuan propolis sebagai antioksidan dapat menangkap radikal hidroksi dan superoksida kemudian menetralkan radikal bebas, sehingga melindungi sel dan mempertahankan keutuhan struktur sel dan jaringan serta dapat melindungi membran lipid terhadap reaksi yang merusak. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian tentang potensi pemberian ekstrak propolis sebagai antioksidan terhadap kadar kolesterol total pada tikus wistar jantan (Rattus Norvegicus) yang telah dipapar SSCS.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu apakah pemberian propolis berpotensi menurunkan kadar kolesterol tikus wistar ( Rattus Norvegicus ) jantan setelah dipapar Sidestream Cigarette Smoke ? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi pemberian propolis terhadap kadar kolesterol tikus wistar ( Rattus Norvegicus ) jantan setelah dipapar Sidestream Cigarette Smoke. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang penggunaan propolis dikaji dari efek

menguntungkannya sebagai antioksidan. 2. Dapat dipergunakan sebagai dasar pengembangan penelitian selanjutnya.

KERANGKA KONSEP Sidestream Cigarette Smoke (SCS)

Reactive Oxygen Species (ROS)

Stress Oksidatif dan peroksidasi lipid

Dislipidemia

Pemberian Propolis

Gangguan pengangkutan trigliserida (TG) di dalam hati

Antioxidant berupa flavonoid, yaitu quercetin Proses pembersihan LDL Menghambat oksidasi LDL

Degradasi LDL dan HDL

Kadar kolesterol

TAMBAHAN Kadar kolesterol

Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) tahun 2011, Indonesia memiliki jumlah perokok aktif terbanyak dengan prevalensi 67 % laki-laki dan 2,7% pada wanita atau 34,8 % penduduk (sekitar 59,9 juta orang) dan 85,4 % masyarakat terpapar asap rokok di tempat umum yaitu restoran 78,4 % terpapar asap rokok di rumah dan 51,3 % terpapar asap rokok di tempat kerja. Hampir 80% dari perokok Indonesia merokok di rumah masing-masing. Dan Indonesia merupakan Negara dengan jumlah perokok laki-laki terbesar di dunia yaitu 14% sejak 17 tahun (Depkes, RI, 2012).

Hasil Survei Konsumsi Rumah Tangga (SKRT) (dalam Karim, 2007) departemen Republik Indonesia menunjukkan bahwa proporsi penyakit

kardiovaskuler meningkat dari tahun ke tahun sebagai akibat kematian; 5,9% tahun 1975, 9,1% tahun 1986, dan pada tahun 1995 menjadi 19%, tahun 1995 menunjukkan bahwa penyakit kardiovaskuler telah menduduki urutan pertama pada masyarakat sebagai penyebab kematian terbanyak saat ini. Prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia terus meningkat tiap tahunnya (tahun 1992 16,6%; 1995 19,0%; 2001 26,0%).

You might also like