You are on page 1of 9

BAB V PEMBAHASAN Mikroba merupakan organisme mikroskopik yang sulit dilihat secara langsung tanpa mikroskop.

Mikroba seperti bakteri di alam ini ada yang bersifat menguntungkan dan ada yang bersifat merugikan bagi kepentingan manusia. Bakteri yang menguntungkan dan merugikan bagi kepentingan organisme lain perlu diketahui agar bakteri yang menguntungkan keberadaannya dapat diperbanyak, sedangkan bakteri yang merugikan jumlah populasinya dapat ditekan dan dilakukan tindakan pencegahan agar tidak terjadi infeksi bakteri tersebut. Analisis kuantitatif mikroorganisme dilakukan untuk mengetahui mutu bahan pangan dan tujuan adanya mikroba tersebut pada bahan pangan. Banyaknya mikroba pada suatu sampel dapat ditentukan dengan menggunakan 3 metode perhitungan yaitu dengan hitungan mikroskopik, MPN (Most Probable Number) dan hitungan cawan atau ALT (Angka Lempeng Total). Percobaan ini dilakukan untuk pengujian mikrobiologis terhadap beberapa kategori, yaitu bahan tambahan obat, kosmetik, sediaan obat non steril, sediaan obat tradisional, makanan dan minuman. Sampel-sampel yang mewakili kategori tersebut adalah Talkum, Teofilin, bedak padat, jamu, wafer dan minuman kopi kemasan. Metode perhitungan yang digunakan adalah MPN dan ALT. Hasil perhitungan koloni mikroorganisme pada sampel tersebut dapat menentukan kelayakan penggunaannya dalam masyarakat. Metode ALT (Angka Lempeng Total) merupakan metode kuantitatif yang digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba pada suatu sampel. Uji ALT dilakukan dengan menggunakan media padat dan sampel yang telah mengalami pengenceran. Pengenceran ini dimaksudkan untuk mengurangi kepadatan bakteri pada sampel. Pengenceran dilakukan dengan menambahkan air steril dalam volume tertentu pada sampel. Penambahan air steril sebagai pelarut dapat mengakibatkan menurunnya kadar kepekatan atau tingkat konsentrasi dari sampel yang dilarutkan.

Prinsip metode ALT atau hitung cawan ini adalah jika sel mikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel mikroba tersebut akan berkembangbiak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode ini memiliki kelebihan yaitu hanya sel yang masih hidup yang dapat dihitung, beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus dan dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba karena koloni yang terbentuk mungkin berasal dari satu sel dengan penampakan pertumbuhan yang spesifik. Kelemahan metode ALT adalah hasil hitungan tidak menunjukkan jumlah sel yang sebenarnya, medium dan kondisi yang berbeda mengakibatkan nilai yang berbeda (Djide, 2005). Sampel-sampel dan produk yang digunakan dihomogenkan setelah diencerkan, kemudian diinokulasi ke dalam media agar dalam cawan petri. Sampel cair diencerkan dengan maksud untuk memudahkan dalam inokulasi di dalam medium cawan petri. Sampel yang padat digerus dahulu di dalam mortir dengan tujuan memperluas permukaan sehingga lebih mudah dibuat

pengencerannya dalam aquades. Sebelum digerus, mortir disemprot menggunakan alkohol 70 % dengan tujuan untuk mensterilkan mortir sehingga mencegah kontaminasi mikroba lain yang dapat mempengaruhi pengujian mikrobiologis pada sampel. Medium yang digunakan ada 2 yaitu medium Nutrient Agar (NA) dan Potato Dextrosa Agar (PDA). Medium NA digunakan untuk menumbuhkan bakteri, sedangkan medium PDA digunakan untuk menumbuhkan jamur. Medium NA diinkubasi selama 1x24 jam dengan suhu 37oC yang sesuai dengan suhu optimum pertumbuhan bakteri. Medium PDA diinkubasi selama 2x24 jam pada suhu ruang. Nutrient Agar biasanya digunakan untuk pertumbuhan dari

mikroorganisme yang tidak selektif atau mikroorganisme heterotrof. Nutrient Agar dibuat dari campuran ekstrak daging, pepton dan agar. Ekstrak daging dan pepton digunakan sebagai bahan dasar sumber protein, nitrogen, vitamin serta karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh bakteri untuk tumbuh dan berkembang. Agar digunakan sebagai pemadat karena mengandung karbohidrat berupa galaktam yang tidak mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Potato Dextrosa

Agar merupakan media semisintetik untuk pembiakan jamur. Hal ini disebabkan jamur menyerap karbohidrat dari kaldu kentang dan gula serta agar yang telah bercampur. PDA mengandung sumber karbohidrat yang cukup banyak yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 2% glukosa sehingga baik untuk pertumbuhan jamur. Kentang merupakan sumber karbohidrat, sumber energi, nitrogen organik dan vitamin bagi mikroba khususnya jamur. Dekstrosa dalam PDA digunakan sebagai sumber karbon. PDA digunakan untuk jamur dengan alasan ukuran jamur selalu lebih besar daripada bakteri karena koloni jamur yang selalu bergabung dan membentuk benang-benang, maka jamur memerlukan lebih banyak karbohidrat atau gula untuk dapat berkoloni dan bereproduksi. Hal tersebut berbeda dengan bakteri yang hidup sendiri-sendiri dalam koloni, sehingga kebutuhan nutrisi juga lebih sedikit daripada jamur. Metode inokulasi yang digunakan pada ALT adalah metode cawan tuang. Metode ini merupakan teknik inokulasi ke dalam cawan petri berisi medium dimana sampel terlebih dahulu diencerkan lalu dimasukkan ke dalam cawan petri dan dihomogenkan. Penggunaan metode cawan tuang ini dengan alasan bahwa sampel-sampel yang digunakan diencerkan terlebih dahulu yaitu dengan pengenceran 10-1, 10-2, 10-3, 10-4. Faktor pengenceran untuk PDA dimulai dari 10-1 sampai 10-3, sedangkan untuk NA dimulai dari 10-2 hingga 10-4. Pada pengenceran 10-1, sampel yang digunakan masih pekat, sehingga dikhawatirkan akan mengganggu dan sulit untuk menghitung koloni pada bakteri karena koloni bakteri akan menggumpal. Pengenceran juga dimaksudkan untuk mengurangi konsentrasi pengawet yang ada pada sampel. Pengawet memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan mikroba sehingga sering digunakan dalam bahan atau sampel makanan. Berbeda pada medium PDA yang digunakan untuk pertumbuhan jamur, banyaknya koloni jamur masih dapat dihitung walaupun sampel masih pekat. Hal tersebut disebabkan karena ukuran sel jamur yang lebih besar sehingga mudah dihitung walaupun pengencerannya rendah. Semakin kecil pengenceran maka akan semakin banyak mikroorganisme dalam sampel, sedangkan semakin tinggi pengenceran maka akan semakin sedikit mikroorganisme dalam sampel.

Hasil perhitungan metode hitung cawan ini dibandingkan dengan tabel SNI (Standar Nasional Indonesia). Tabel SNI ditetapkan dengan tujuan untuk meningkatkan perlindungan konsumen produk-produk dalam negeri. Tabel ini digunakan sebagai acuan dalam menentukan batas-batas kontaminan atau mikroorganisme pada produk hasil produksi di Indonesia. Tabel SNI yang digunakan selama percobaan adalah tabel SNI tahun 2009. Sampel jamu dilaporkan memiliki nilai ALT bakteri 5,0x103 (3,0x103) koloni/mL dan ALT jamur 7,0x101 (1,0x101) koloni/mL. Dapat dikatakan kontaminasi atau cemaran pada sampel ini sangat sedikit. Berdasarkan standar nasional DirJen POM batas cemaran maksimum pada sampel jamu dalam kategori herba dan rempah-rempah ini adalah 1x106 koloni/gram. Sampel minuman kopi kemasan dilaporkan memiliki nilai ALT bakteri sebanyak 1,2x103 (3,0x103) koloni/mL dan nilai ALT jamur yaitu 1,1x103 koloni/mL. Berdasarkan standar nasional DirJen POM, batas cemaran maksimum pada sampel minuman ini dilaporkan dalam kategori kopi mix, kopi gula susu dalam kemasan yaitu 5x105 koloni/gram. Hasil perbandingan antara pengujian mikrobiologis dengan literatur menunjukkan bahwa sampel minuman kopi ini masih aman dikonsumsi karena cemaran masih berada dibawah batas maksimum. Adapun yang dimaksud batas maksimum adalah batas paling tinggi dari adanya kontaminasi mikroba pada bahan makanan yang masih diperbolehkan. Sampel wafer dilaporkan memiliki nilai ALT bakteri yaitu 1,3x103 (3,0x103) koloni/gram dan nilai ALT jamur tidak dapat dilaporkan. Berdasarkan standar nasional DirJen POM, batas cemaran maksimum pada sampel makanan ini dilaporkan sebagai kategori tepung siap pakai untuk kue yaitu 1,6x106 koloni/gram. Hasil perbandingan antara pengujian mikrobiologis dengan literatur menunjukkan bahwa sampel wafer ini masih aman dikonsumsi karena cemaran masih berada dibawah batas maksimum. Sampel bedak padat dilaporkan memiliki nilai ALT bakteri 1,0x102 (3,0x103) koloni/gram dan nilai ALT jamur yang tidak dapat dilaporkan. Pelaporan perhitungan tidak dapat dilakukan karena hasil perhitungan menunjukkan peningkatan mikroorganisme yang tumbuh seiring dengan tingginya

pengenceran. Berdasarkan teori semakin tinggi pengenceran maka pertumbuhan sampel akan semakin sedikit. Hal tersebut disebabkan karena pengerjaan yang tidak aseptis sehingga terjadi kontaminasi saat inokulasi dilakukan. Sampel talkum dilaporkan memiliki nilai ALT bakteri yaitu 2,4x103 (3,0x103) koloni/gram dan nilai ALT jamur yaitu 1,2x104 koloni/gram. Sampel teofilin dilaporkan memiliki nilai ALT bakteri yaitu 6,0x102 (3,0x103) dan nilai ALT jamur yang tidak dapat dilaporkan. Metode MPN atau Most Probable Number adalah suatu metode perhitungan mikroorganisme yang menggunakan data dari hasil perhitungan mikroorganisme pada medium cair dalam tabung reaksi, dimana sampel yang digunakan telah diencerkan terlebih dahulu. Pengamatan terhadap tabung yang positif dapat dilihat dan diamati dengan adanya perubahan warna dari medium dan terbentuknya gas dalam tabung durham yang diletakkan terbalik. Fungsi tabung durham adalah untuk melihat pembentukan gas yang merupakan produk samping dari fermentasi bakteri oleh medium. MPN didasarkan atas aktivitas bakteri tersebut dalam melakukan metabolisme. Prinsip utama metode ini adalah mengencerkan sampel sampai tingkat tertentu sehingga didapatkan konsentrasi mikroorganisme yang sesuai dan jika ditanam dalam tabung menghasilkan frekuensi pertumbuhan tabung positif. Semakin rendah pengenceran yang dilakukan, maka semakin sering tabung positif, sedangkan semakin tinggi pengenceran, semakin jarang tabung positif. Percobaan menggunakan medium Lactose Broth (LB). Medium LB digunakan sebagai medium untuk mengidentifikasi bakteri koliform khususnya Escherichia coli. Komposisi Lactose Broth adalah gelatin, ekstrak daging dan laktosa. Prinsip atau mekanisme penggunaan medium ini adalah penggunaan laktosa sebagai sumber energi yang diindikasikan dengan adanya produksi gas pada tabung durham. Dalam uji diduga setiap tabung yang menghasilkan gas pada masa inkubasi mengandung bakteri koliform yang mampu memfermentasi laktosa. Hasil pengamatan pada metode MPN menunjukkan bahwa hasil yang sesuai dengan teori adalah minuman kopi kemasan dan wafer. Hal tersebut

disebabkan karena pada minuman kopi kemasan dan wafer pengenceran terendahnya memiliki tabung positif lebih banyak yang berarti semakin banyak mikroorganisme yang tumbuh sehingga menggunakan medium Lactose Broth (laktosa) untuk energinya dan hasilnya yaitu gas CO2 yang berupa gelembung di dalam tabung durham. Semua sampel diencerkan dengan faktor pengenceran 10-2, 10-3, 10-4. Sampel bedak padat, Talcum dan Teofilin tidak menghasilkan tabung positif dan dilaporkan 3,0x103 koloni/gram sesuai dengan tabel MPN. Sampel jamu menghasilkan tabung positif pada pengenceran 10-4 sehingga hasil pengujian ,0 . Sampel minuman kopi kemasan dan wafer memiliki tabung positif pada pengenceran terendah yang telah sesuai dengan teori dimana nilai MPN sampel wafer adalah 2,3x104 koloni/gram sedangkan sampel minuman kopi kemasan adalah 2,4x105 koloni/gram. Berdasarkan standar nasional DirJen POM, sampel minuman kopi kemasan memiliki nilai batas MPN koliform sebanyak 20/g, sedangkan sampel wafer memiliki nilai MPN koliform khususnya Escherichia coli yaitu 10/g. Kedua sampel ini kemudian diuji dengan medium spesifik untuk mengetahui mikroorganisme spesifik pada sampel. Medium yang digunakan adalah medium EMBA dan SSA. Medium EMBA atau Eosin Methylen Blue Agar adalah medium yang digunakan untuk uji spesifik keberadaan mikroba Escherichia coli (koliform) yang menggunakan kandungan laktosa dan sukrosa pada medium sebagai sumber energi. Medium SSA atau Salmonella Shigella Agar adalah medium yang digunakan untuk uji spesifik keberadaan mikroba Salmonella sp. dan Shigella sp. Medium EMBA positif mengandung bakteri Eschecichia coli ditunjukkan dengan warna koloni berwarna hijau metalik, sedangkan medium SSA positif Salmonella sp. atau Shigella sp. bila koloni berubah warna menjadi merah muda (pink) sampai merah. Sampel wafer dan minuman kopi kemasan diinokulasi dengan metode gores pada medium di cawan petri dengan medium EMBA dan SSA. Hasil positif ditunjukkan pada sampel minuman kopi kemasan, dimana pada medium EMBA,

koloni berubah warna menjadi hijau metalik, sehingga sampel minuman kopi positif mengandung bakteri Escherichia coli. Prinsip uji spesifik dengan medium EMBA adalah bakteri akan memfermentasi laktosa, kemudian metilen blue dan eosin y sebagai indikator yang berubah pada suasana asam menjadi hijau metalik. Berbeda dengan medium SSA yang mempunyai prinsip perubahan warna pada koloni menjadi merah muda, akibat adanya senyawa hidrogen sulfat yang dideteksi oleh natrium tiosulfat pada kandungan medium SSA.

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Berdasarkan pada percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: a. Sampel jamu dilaporkan memiliki nilai ALT bakteri 5,0 x 103 ( 3,0 x 103) koloni/mL dan ALT jamur 7,0 x 101 ( 1,0 x 101) koloni/mL. Berdasarkan standar nasional DirJen POM, batas cemaran maksimum pada sampel jamu dalam kategori herba dan rempah-rempah ini adalah 1x106 koloni/gram sehingga sampel jamu tidak melebihi cemaran maksimum. b. Sampel minuman kopi kemasan dilaporkan memiliki nilai ALT bakteri sebanyak 1,2 x 103 ( 3,0 x 103) koloni/mL dan nilai ALT jamur yaitu 1,1 x 103 koloni/mL. Berdasarkan standar nasional DirJen POM, batas cemaran maksimum pada sampel minuman ini dilaporkan dalam kategori kopi mix, kopi gula susu dalam kemasan yaitu 5x105 koloni/gram sehingga produk minuman kopi ini masih aman dikonsumsi karena cemaran masih berada dibawah batas maksimum. c. Sampel wafer dilaporkan memiliki nilai ALT bakteri yaitu 1,3 x 103 ( 3,0 x 103) dan nilai ALT jamur yaitu 1,6x103 koloni/gram. Berdasarkan standar nasional DirJen POM, batas cemaran maksimum pada sampel makanan ini dilaporkan sebagai kategori tepung siap pakai untuk kue yaitu 1,6x106 koloni/gram sehingga cemaran atau kontaminasi pada produk masih dibawah batas maksimum cemaran. d. Sampel bedak padat dilaporkan memiliki nilai ALT bakteri 1,0 x 102 ( 3,0 x 102) koloni/gram dan nilai ALT jamur yang tidak dapat dilaporkan. e. Sampel Talkum dilaporkan memiliki nilai ALT bakteri yaitu 2,4 x 103 ( 3,0 x 103) koloni/gram dan nilai ALT jamur yaitu 1,2 x 104 (1,0 koloni/gram. f. Sampel Teofilin dilaporkan memiliki nilai ALT bakteri yaitu 6,0 x 103 ( 3,0 x 103) dan nilai ALT jamur yang tidak dapat dilaporkan. g. Uji lanjut sampel wafer pada medium EMBA dan SSA adalah negatif 104)

h.

Uji lanjut sampel minuman kopi kemasan pada medium EMBA positif dan

SSA negatif

6.2 Saran Sebaiknya percobaan dilakukan secara aseptik sehingga dapat mencegah kontaminasi mikroorganisme yang dapat mengganggu keakuratan perhitungan dalam uji mikrobiologis produk.

You might also like