You are on page 1of 34

1

BAB I
BILANGAN KOMPLEKS
Di dalam bab ini, kita akan menyelidiki struktur aljabar dan geometri dari sistim
bilangan kompleks. Kita anggap bahwa berbagai sifat yang berhubungan dengan
bilangan real sudah diketahui.
1. PENJUMLAHAN DAN PERKALIAN
Bilangan kompleks dapat didefinisikan melalui pasangan terurut (x,y) dari bilangan real
yang diinterprestasikan melalui bidang kompleks, dengan koordinat empat persegi
panjang x dan y. Bilangan x dapat digambarkan melalui titik (x,0) pada sumbu real. Dari
sini terlihat bahwa himpunan bilangan real termuat dalam himpunan bilangan kompleks.
Bilangan kompleks yang berbentuk (0,y) berhubungan dengan titik pada sumbu y dan
disebut bilangan imajiner murni. Sumbu y disebut juga sumbu imajiner.
Bilangan kompleks (x,y) biasanya dinotasikan dengan z, sehingga
(1) z = (x,y)
Bilangan real x dan y masing-masing merupakan bagian real dan bagian imajiner dari z;
dan ditulis
(2) Re z = x, Im z = y
Dua bilangan kompleks z
1
= (x
1
,y
1
) dan z
2
= (x
2
,y
2
) dikatakan sama apabila mempunyai
bagian real dan bagian imajiner yang sama. Jadi z
1
= z
2
jika dan hanya jika merupakan
titik-titik yang sama dibidang kompleks atau dibidang z.
Penjumlahan z
1
+ z
2
dan perkalian z
1
z
2
dari dua bilangan kompleks z
1
=(x
1
,y
1
)
dan z
2
= (x
2
,y
2
) didefinisikan sebagai berikut :
(3) (x
1
,y
1
) + (x
2
,y
2
) = (x
1
+x
2
,y
1
+y
2
)
(4) (x
1
,y
1
)(x
2
,y
2
) = (x
1
x
2
-y
1
y
2
,y
1
x
2
+x
1
y
2
)
Sebagai catatan, bahwa operasi yang didefinisikan pada (1.3) dan (1.4) berasal dari
operasi penjumlahan dan perkalian pada bilangan real, yang dibatasi pada:
2
(x
1
,0) + (x
2
,0) = (x
1
+x
2
,0)
(x
1
,0)(x
2
,0) = (x
1
x
2
,0)
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa sistim bilangan kompleks merupakan perluasan
dari sistim bilangan real.
Setiap bilangan kompleks z = (x,y) dapat ditulis z = (x,0) + (y,0), dan juga
(0,1)(y,0) = (0,y), jadi z = (x,0) + (0,1)(y,0). Jika x =(x,0) dan i bagian imajiner murni
(0,1), maka jelas bahwa
(5) z = x + iy
Juga, akibat dari z
2
= zz, z
3
= zz
2
, dan seterusnya, kita dapatkan bahwa
i
2
= (0,1)(0,1) = (-1,0),
atau
(6) i
2
= -1
Dari persamaan (5), definisi (3) dan (4) diperoleh
(7) (x
1
+iy
1
) + (x
2
+iy
2
) = (x
1
+x
2
) + i(y
1
+y
2
)
(8) (x
1
+iy
1
)(x
2
+iy
2
) = (x
1
x
2
-y
1
y
2
) + i(y
1
x
2
+ x
1
y
2
)
2. SIFAT-SIFAT ALJABAR
Umumnya sifat penjumlahan dan perkalian pada bilangan kompleks sama dengan
bilangan real. Kita daftar sifat-sifat aljabar yang paling mendasar, sedangkan yang
lainnya sebagai latihan.
Hukum komutatif
(1) z
1
+ z
2
= z
2
+ z
1
, z
1
.z
2
= z
2
.z
1
dan hukum assositif
(2) (z
1
+ z
2
) + z
3
= z
1
+ (z
2
+z
3
), (z
1
z
2
)z
3
= z
1
(z
2
z
3
)
pembuktian dari hukum ini sangat mudah berdasarkan definisi dari penjumlahan dan
perkalian pada bagian 1. Sebagai contoh, jika z
1
= (x
1
,y
1
) dan z
2
= (x
2
,y
2
), maka
z
1
+ z
2
= (x
1
+x
2
, y
1
+y
2
) + (x
2
+x
1
, y
2
+x
2
) = z
2
+ z
1
Pembuktian untuk hukum yang lain di atas kita tinggalkan, selanjutnya hukum distributif
3
(3) z(z
1
+z
2
) = zz
1
+ zz
2
dan pembuktiannya serupa dengan hal di atas.
Hukum komutatif untuk perkalian, iy = yi juga berlaku. Akibatnya kita juga
dapat menuliskan z = x + yi dan hukum-hukum di atas terdefinisi dengan baik, sebab
sama saja dengan kasus pada bilangan real.
Penjumlahan identitas 0 = (0,0) dan perkalian identitas 1 = (1,0) untuk bilangan
real sama dengan untuk sistim bilangan kompleks, yaitu
(4) z + 0 = z dan z.1 = z
untuk setiap bilangan kompleks z. Selanjutnya, pembuktian ketunggalan 0 dan 1 ini pada
bilangan kompleks ditinggalkan untuk latihan.
Hubungan bilangan kompleks z = (x,y) dengan invers penjumlahan
(5) -z = (-x,-y)
memenuhi persamaan z + (-z) = 0. Selanjutnya, invers penjumlahan dari setiap bilangan
z adalah tunggal, karena persamaan (x,y) + (u,v) = (0,0) mengakibatkan u = -x dan
v = -y. Persamaan (5) dapat juga ditulis menjadi z = -x-iy, untuk pembuktian (iy) = (-
i)y = i(-y) kita tinggalkan sebagai latihan. Invers penjumlahan digunakan untuk
mendefinisikan pengurangan bilangan kompleks berikut :
(6) z
1
-z
2
= z
1
+ (-z
2
)
Juga, jika z
1
= (x
1
,y
1
) dan z
2
= (x
2
,y
2
), maka
(7) z
1
z
2
= (x
1
-x
2
, y
1
-y
2
) = (x
1
-x
2
) + i(y
1
-y
2
).
Untuk setiap bilangan kompleks tak nol z = (x,y), terdapat bilangan kompleks z
-1
sehingga z.z
-1
= 1. Untuk mendapatkan bilangan kompleks z
-1
perhatikan ekspresi
berikut dengan memisalkan bilangan real u dan v, sehingga
(x,y)(u,v) = (1,0).
Dari persamaan (4) bagian 1, sifat perkalian dari bilangan kompleks u dan v harus
memenuhi pasangan berikut
xu-yv = 1, yu+xv = 0
dari persamaan linier simultan, kita peroleh
4
2 2 2 2
,
y x
y
v
y x
x
u
+

=
+
=
Jadi invers perkalian dari z = (x,y) adalah
(8)
|
|
.
|

\
|
+

+
=

2 2 2 2
1
,
y x
y
y x
x
z 0 = z
Invers perkalian z
-1
tidak didefinisikan untuk z = 0. Kenyataanya bahwa, z = 0
mengakibatkan x
2
+ y
2
= 0, dan ini tidak terdefinisi pada persamaan (8).
Keberadaan dari invers perkalian digunakan untuk menunjukkan bahwa jika
perkalian z
1
z
2
= 0, maka paling sedikit salah satu faktor z
1
atau z
2
sama dengan nol.
Untuk bukti pernyataan ini, kita misalkan saja z
1
.z
2
= 0 dan z
1
=0. Akibatnya z
1
-1
ada.
Dari definisi perkalian bilangan kompleks, diperoleh
(9) z
2
= 1.z
2
= (z
1
-1
z
1
)z
2
=z
1
-1
( z
1
z
2
) =z
1
-1
.0 = 0.
Hal ini menunjukkan bahwa, jika z
1
z
2
= 0, maka salah satu z
1
= 0 atau z
2
= 0, atau
mungkin keduanya z
1
dan z
2
sama dengan nol. Pernyataan ini ekivalen dengan
mengatakan bahwa, jika bilangan kompleks z
1
dan z
2
tak nol maka hasil perkalian z
1
z
2
tidak sama dengan nol.
Pembagian dengan bilangan kompleks tak nol adalah didefinisikan sebagai
berikut
(10) ( ) 0
2
1
2 1
2
1
= =

z z z
z
z
.
Jika z
1
= (x
1
,y
1
) dan z
2
= (x
2
,y
2
), persamaan (2.10) dan (2.8) memberikan
(11)
( ) 0 z ,
,
2
2
2
2
2
2 1 2 1
2
2
2
2
2 1 2 1
2
2
2
2
2 1 2 1
2
2
2
2
2 1 2 1
2
1
=
|
|
.
|

\
|
+

+
|
|
.
|

\
|
+
+
=
|
|
.
|

\
|
+

+
+
=
y x
y x x y
i
y x
y y x x
y x
y x x y
y x
y y x x
z
z
Untuk mendapatkan persamaan (11) dapat dilakukan dengan cara
(12)
( )
( )
( )
( )
2 2
2 2
2 2
1 1
2
1
iy x
iy x
iy x
iy x
z
z

+
+
=
5
Selanjutnya, dari sifat perkalian dan pembagian di atas kita peroleh
(13) ( ) ( ) 0 z
3
3
2
3
1 1
3 2
1
3 1
1
3 2 1
3
2 1
= + = + = + =
+

z
z
z
z
z z z z z z z
z
z z
Terakhir, hubungan
(14) ( ) 0 z
1
2
1
2
2
= =

z
z
diperoleh melalui persamaan (10) dengan mengganti z
1
=1. Sebagai contoh, persamaan
(10) dapat ditulis sebagai berikut
(15) ( ) 0 z
1
2
2
1
2
1
=
|
|
.
|

\
|
=
z
z
z
z
Selanjutnya, dapat juga diselidiki bahwa
( )( ) ( ) ( ) 0 , 0 z 1
2 1
1
1 2
1
2 1
1
1
1
2 2 1
= = = =

z z z z z z z z z
Hal ini menunjukkan bahwa ( )
1
1
1
2
1
2 1

= z z z z . Selanjutnya, kita dapat menggunakan
persamaan (14) untuk menunjukkan
(16) ( ) ( ) 0 , 0 z
1 1 1
2 1
2 1
1
2
1
1
1
2 1
2 1
= =
|
|
.
|

\
|
|
|
.
|

\
|
= = =

z
z z
z z z z
z z
dan juga
(17) ( ) 0 z , 0 z
4 3
4
2
3
1
4 3
2 1
= =
|
|
.
|

\
|
|
|
.
|

\
|
=
z
z
z
z
z z
z z
Contoh. Nyatakan bilangan kompleks berikut dalam bentuk x + iy, dimana x dan y
bilangan real.
( )( )
i
i i
i
i
i i i i i i 26
1
26
5
26 26
5
26
5
5
5
.
5
1
5
1
1 3 2
1
1
1
3 2
1
+ = + =
|
.
|

\
| +
=
+
+

=
+
=
|
.
|

\
|
+
|
.
|

\
|

6
Latihan.
1. Buktikan bahwa
a. ( ) ( ) ( )( ) ( ) ; 8 , 1 1 , 2 2,-3 b. ; 2 2 1 2 = = i i i i c. ( )( )( ) ( ) 1 , 2 , 1 , 3 1 , 3
10
1
5
1
=
d.
5
2
5
2
4i - 3
2i 1
=

+
+
i
i
e.
( )( )( )
( ) 4 i - 1 f. ;
2 3 2 1
5
4
= =

i
i i i
2. Tunjukkan bahwa (1+z)
2
= 1 + 2z + z
2
3. Buktikan bahwa dua bilangan kompleks z = 1 i memenuhi persamaan z
2
2z+ 2 =0
4. Tunjukkan bahwa
a. Im(iz) = Re z b. Re (iz) = -Im z
c. ( ) 0 z
1
1
= = z
z
d. (-1)z = -z
5. Buktikan bahwa perkalian dalam bilangan kompleks adalah komutatif .
6. Gunakan hukum assosiatif dan komutatif perkalian bilangan kompleks untuk
menunjukkan bahwa (z
1
z
2
)(z
3
z
4
) = (z
1
z
3
)(z
2
z
4
).
7. Buktikan bahwa jika z
1
z
2
z
3
= 0, maka paling sedikit salah satu dari ketiga faktor
adalah nol.
8. Buktikan :
a. Hukum assosiatif untuk penjumlahan memenuhi persamaan (2) bagian 2.
b. Hukum distributif persamaan (2) bagian 2.
9. Gunakan hukum assosiatif untuk penjumlahan dan hukum distributif untuk
menunjukkan bahwa z (z
1
+ z
2
+ z
3
) = zz
1
+ zz
2
+ zz
3
.
10. Dengan menuliskan i = (0,1) dan y = (0,y), tunjukkan bahwa (iy) = (-i)y = i(-y).
11. a. Tulis (x,y) + (u,v) = (x,y) untuk menunjukkan ketunggalan bilangan kompleks
0 = (0,0) dalam penjumlahan.
b. Demikian juga, tulis (x,y)(u,v) = (x,y) untuk menunjukkan ketunggalan bilangan
kompleks 1 = (1,0) dalam perkalian.
12. Selesaikan persamaan z
2
+ z + 1 = 0 untuk z = (x,y) dengan menuliskan (x,y)(x,y) +
(x,y) + (1,0) =(0,0) dan selesaikan persamaan simultan dalam x dan y.
7
13. Turunkan persamaan (11) bagian 2 untuk pembagian
2
1
z
z
seperti cara yang telah
dijelaskan.
14. a.Dengan menggunakan hubungan persamaan (15) dan (16) bagian 2, turunkan
persamaan (17) bagian 2.
b. Gunakan penurunan bahagian (a) untuk membuktikan hukum pembatalan berikut
( ) 0 , 0 z
2
2
1
2
1
= = = z
z
z
z z
z z
3. Modulus dan Sekawan
Sebagai dasar untuk menghubungkan setiap bilangan kompleks tak nol z = x + iy
dengan arah segmen garis atau vektor, dari titik asal ke titik (x,y) yang dinyatakan
dengan z dalam bidang kompleks. Kenyataan ini, kita selalu menggunakan z melalui
titik z atau vektor z. Di dalam gambar 1 bilangan z = x + iy dan 2 + i digambarkan di
dua titik dan jari-jari vektor.
Dari definisi penjumlahan dua bilangan kompleks z
1
= x
1
+ iy
1
dan z
2
= x
2
+ y
2
,
bilangan z
1
+ z
2
berhubungan dengan titik (x
1
+x
2
, y
1
+y
2
). Ini juga berhubungan dengan
vektor yang koordinatnya sebagai komponennya. Juga z
1
+ z
2
merupakan sebuah vektor
yang ditunjukkan pada gambar 2. Pengurangan z
1
z
2
menyatakan jumlah dari vektor z
1
y
-2+i
-2
0
(-2,1)
x+iy
(x,y)
x
Gambar 1
-
-
8
dan z
2
(dalam gambar 3), z
1
-z
2
dapat diinterprestasikan melalui arah segmen garis dari
titik (x
2
,y
2
) ketitik (x
1
,y
1
).
Selanjutnya, perkalian dari dua buah bilangan kompleks z
1
dan z
2
adalah
bilangan kompleks itu sendiri yang dinyatakan dengan vektor, yaitu vektor yang terletak
dibidang yang sama melalui vektor z
1
dan z
2
. Jelas bahwa, perkalian ini bukan skalar
atau perkalian vektor yang biasa digunakan dalam analisis vektor.
Interprestasi vektor dalam bilangan kompleks sangat membantu dalam
memperluas konsep dari nilai mutlak dari bilangan real ke bidang kompleks. Modulus
atau nilai mutlak dari bilangan kompleks z = x + iy didefinisikan sebagai bilangan real
non negatif
2 2
y x + dan dinyatakan dengan z ; yaitu
(1)
2 2
y x z + =
Secara geometri, bilangan z adalah jarak antara titik (x,y) dan titik asal, atau panjang
dari vektor yang dinyatakan dengan z. Ini merupakan penurunan dari nilai mutak
didalam sistim bilangan real dimana y = 0. Sebagai catatan, ketaksamaan z
1
< z
2
mempunyai arti keduanya z
1
dan z
2
adalah bilangan real, pernyataan
2 1
z z <
mempunyai arti titik z
1
lebih dekat dengan titik asal dibandingkan dengan titik z
2
.
z
2
y
x
y
z
2
z
1
+z
z
z
2
z
1
z
1
-z
2
0 0
(x
2
,y
2
)
(x
1
,y
1
)
-z
2
z
1
x
2 1
z z
Gambar 2
Gambar 3
-
-
-
9
Contoh 1. 13 2 3 = + i dan 17 4 1 = + i , titik 3 + 2i lebih dekat dari titik asal
dibandingkan dengan titik 1 + 4i.
Jarak dari titik z
1
= x
1
+ iy
1
dan z
2
= x
2
+ iy
2
adalah
2 1
z z . Ini jelas dari
gambar 3, dimana
2 1
z z adalah panjang dari vektor z
1
z
2
. Sebagai akibat dari
definisi (1) dan diekspresikan
z
1
-z
2
= (x
1
x
2
) + i(y
1
-y
2
)
bahwa
( ) ( )
2
2 1
2
2 1 2 1
y y x x z z + =
Bilangan kompleks z yang berhubungan dengan titik-titik pada lingkaran dengan
pusat z
0
dan berjari-jari R memenuhi persamaan R z z =
0
.
Contoh 2. Persamaan 2 3 1 = + i z menyatakan lingkaran yang mempunyai pusat z
0
=
(1,-3) dan mempunyai jari-jari R = 2.
Dari definisi (1) bilangan real z , Re z = x, dan Im z = y, hubungannya dengan
persamaan
(2) z
2
= (Re z)
2
+ (Im z)
2
.
adalah
(3) z z z z z z s s s s Im Im dan Re Re
Sekawan kompleks atau sekawan dari bilangan kompleks z = x + iy adalah
didefinisikan dengan x iy dan dinyatakan dengan z , yaitu;
(4) z = x iy.
Bilangan z adalah dinyatakan dengan titik (x,-y) yang merupakan pencerminan
terhadap sumbu real x dari titik (x,y) yang dinyatakan dengan z (gambar 4). Sebagai
catatan z z z z = = dan untuk setiap z.
10
Jika z
1
= x
1
+ iy
1
dan z
2
= x
2
+ iy
2
, maka
( ) ( ) ( ) ( )
2 2 1 1 2 1 2 1 2 1
iy x iy x y y i x x z z + = + + = + .
Jadi, penjumlahan dua buah sekawan sama dengan jumlah dari sekawan-sekawannya.
(5)
2 1 2 1
z z z z + = +
Dengan cara serupa mudah ditunjukkan bahwa,
(6)
2 1 2 1
z z z z =
(7)
2 1 2 1
z z z z =
(8) ( ) 0 z ,
2
2
1
2
1
= =
|
|
.
|

\
|
z
z
z
z
Penjumlahan z z + dari bilangan kompleks z = x + iy dan sekawannya z = x
iy adalah bilangan real 2x dan pengurangannya z z adalah bilangan imajiner murni
2iy. Jadi
(9)
i
z z
z
z z
z
2
Im ,
2
Re
+
=
+
= .
Suatu hubungan yang sangat penting antara sekawan dari suatu bilangan
kompleks z = x + iy dengan modulus adalah
(10)
2 2
2
y x z z z + = =
y
z
z
(x,-y)
(x,y)
0
x
Gambar 4
-
-
11
Metode ini yang digunakan untuk mengitung hasil bagi
2
1
z
z
pada persmaan (12) bagian
2. Metode ini adalah jelas dengan mengalikan kedua penyebut dan pembilang dari
2
1
z
z
dengan
2
z , sehingga penyebutnya menjadi bilangan real
2
2
z .
Contoh 3. Melalui suatu ilustrasi,
( )( )
( )( )
i
i
i
i
i i
i i
i
i
+ =
+
=

+
=
+
+ +
=

+
1
5
5 5
2
5 5
2 2
2 3 1
2
3 1
2
.
Juga, lihat contoh terakhir bagian 2.
Dari persamaan (10), dapat dengan mudah menurunkan sifat yang lain dari
modulus dan sekawan pada catatan di atas.
(11)
2 1 2 1
z z z z =
(12) ( ) 0 z
2
2
1
2
1
= =
z
z
z
z
Sifat (11) dapat diperoleh melalui
( )( ) ( )( ) ( )
2
2 1
2
2
2
1 2 2 1 1 2 1 2 1
2
2 1
z z z z z z z z z z z z z z = = = =
dan ingat bahwa modulus adalah tidak pernah negatif. Sifat (12) dapat diturunkan
dengan cara serupa.
4. KETAKSAMAAN SEGITIGA
Sifat dari modulus dan sekawan di bagian 3 memungkinkan untuk menurunkan sifat
aljabar dari ketaksamaan segitiga, dengan menentukan suatu batas atas untuk modulus
dari penjumlahan dua bilangan kompleks z
1
dan z
2
:
(1)
2 1 2 1
z z z z + s +
Ketaksamaan ini sangat penting dalam geometri (lihat gambar 2. bagian 3). Tentu saja,
pernyataan bahwa panjang suatu sisi pada suatu segitiga adalah lebih kecil atau sama
12
dengan jumlah panjang dua sisi yang lainnya. Sebagai catatan dari gambar 2 bahwa (4.1)
adalah suatu kesamaan apabila titik z
1
, z
2
dan 0 adalah kolinier.
Kita mulai menurunkan secara aljabar dengan menuliskan
( )( ) ( )( )
( )
2 2 2 1 2 1 1 1
2 1 2 1 2 1 2 1
2
2 1
z z z z z z z z
z z z z z z z z z z
+ + + =
+ + = + + = +
Tetapi
( ) ; 2 2 Re 2
2 1 2 1 2 1 2 1 2 1
z z z z z z z z z z = s = +
dan juga
2
2 2 1
2
1
2
2 1
2 z z z z z z + + s + ,
atau ( )
2
2 1
2
2 1
z z z z + s +
karena modulus nonnegatif maka, ketaksamaan (1) berlaku.
Suatu akibat dari ketaksamaan segitiga adalah jelas bahwa
(2)
2 1
2
2 1
z z z z > +
Untuk menurunkan ketaksamaan (2), kita tulis
( ) ( )
2 2 1 2 2 1 1
z z z z z z z + + s + + = .
Yang berarti bahwa
(3) .
2 1 2 1
z z z z > +
Ketaksamaan (2) ini berlaku jika
2 1
z z > . Jika
2 1
z z < , kita hanya menukar z
1
dengan
z
2
dalam ketaksamaan (3) untuk mendapatkan
( ).
2 1 2 1
z z z z > +
Persamaan (2) memberikan arti bahwa panjang suatu sisi segitiga adalah lebih besar atau
sama dengan selisih dari panjang kedua sisi yang lain.
Sebagai akibat dari (1) dan (2), dimana z
1
diganti dengan (-z
2
) adalah;
(4)
2 1 2 1
z z z z + s
13
(5)
2 1 2 1
z z z z >
Contoh 1. Jika titik z terletak pada lingkaran satuan z =1 yang berpusat di titik asal,
maka
3 2 2
3
3
= + s z z dan 1 2 2
3
3
= > z z
Ketaksamaan segitiga dapat diperumum dengan induksi matematika sebagai
jumlah hingga dari suku-suku :
(6) ( ) 1,2,3,... n ... ...
2 1 2 1
= + + + s + + +
n n
z z z z z z
Berikut ini akan diberikan pembuktian induksi secara rinci, kita catat bahwa untuk n = 2
ketaksamaan (6) dijamin oleh ketaksamaan pada (1). Selanjutnya kita asumsikan
ketaksamaan (6) benar untuk n=m, kita akan buktikan benar untuk n = m + 1. Dari
ketaksamaan segitiga diperoleh,
( )
1 2 1
1 2 1 1 2 1
...
... ...
+
+ +
+ + + s
+ + + + s + + + +
m
m m m m
z z z
z z z z z z z z
Contoh 2. Jika z adalah titik di dalam lingkaran yang berpusat di titik asal dengan jari-
jari 2, yakni 2 < z , maka
25 1 2 3 1 2 3
2 3
2 3
< + + + s + + z z z z z z
Latihan 2.
1. Gambarkan bilangan z
1
+ z
2
dan z
1
-z
2
dalam bentuk vektor jika
a. z
1
= 2i, z
2
= 2/3 i b. ( ) ( ) 0 , 3 , 1 , 3
2 1
= = z z
c. z
1
= (-3,1), z
2
= (1,4) d. z
1
= x
1
+ iy
1
, z
2
=x
1
iy
1
2. Gunakan sifat sekawan dan modulus untuk menunjukkan bahwa
a. ( ) i z i i z i z 4 3 i 2 c. iz b. 3 3
2
= + = = +
d. ( )( ) 5 2 3 2 5 2 + = + z i z
14
3. Buktikan ketaksamaan pada persamaan (3) bagian 3 mengenai hubungan Re z, Im z
dan z .
4. Buktikan bahwa z z z Im Re 2 + > .
5. Buktikan sifat z pada persamaan (6) dan (7) bagian 3.
6. Gunakan sifat
3 2 1 3 2 1 2 1 2 1
z z z z z z (a). n menunjukka untuk = = z z z z dan
(b). ( ) ( )
4
4
z z = .
7. Buktikan sifat dari modulus pada persamaan (12) bagian 3.
8. Gunakan hasil dibagian 3 untuk menunjukan bahwa jika z
2
dan z
3
tidak nol maka
(a).
3 2
1
3 2
1
3 2
1
3 2
1
(b). ;
z z
z
z z
z
z z
z
z z
z
= =
|
|
.
|

\
|
9. Dengan menggunakan ketaksamaan pada bagian 4, tunjukkan bahwa jika
4 3
z z =
maka
4 3
2 1
4 3
2 1
z z
z z
z z
z z

+
s
+
+
10. Dalam setiap kasus, gambarkan himpunan dari titik-titik dengan syarat yang
diberikan :
(a). ( ) 4 i - 2z (d). ; 2 z Re (c). ; 1 i z (b). ; 1 1 = = s + = + i i z
11. Gunakan ketaksamaan dalam bagian 3 dan 4 untuk menunjukkan bahwa
Jika ( ) 3 z - 1 Im maka 1
2
< + < z z
12. Dengan pemfaktoran z
4
4z
2
+ 3 dalam dua faktor kuadrat dan dengan
menggunakan ketaksamaan pada persamaan (5) bagian 4, tunjukkan bahwa jika z
terletak pada lingkaran 2 = z , maka
3
1
3 4
1
2 4
s
+ z z
13. Telah ditunjukkan pada bagian 2 bahwa jika z
1
z
2
= 0 maka paling sedikit satu dari
bilangan z
1
dan z
2
harus nol. Berikan suatu bukti yang lain, berdasarkan hasil
hubungan untuk bilangan real, dengan menggunakan persamaan (3.11).
15
14. Buktikan bahwa
(a). z adalah real jika dan hanya jika z =z;
(b). z adalah salah satu real atau bagian imajiner jika dan hanya jika ( )
2
2
z z = .
15. Gunakan induksi matematika untuk menunjukkan bahwa jika n = 2, 3, maka
(a).
n n n n
z z z z z z z z z z z z ... ... (b). ... ...
2 1 2 1 2 1 2 1
= + + + = + + +
16. Misalkan a
0
, a
1
, a
2
, , a
n
(n>1) menyatakan bilangan real, dan misalkan z suatu
bilangan kompleks. Dengan menggunakan hasil pada soal no. 15, tunjukkan bahwa
n
n
n
n
z a z a z a a z a z a z a a + + + + = + + + + ... ...
2
2 1 0
2
2 1 0
17. Tunjukkan bahwa persamaan R z z
o
= dari suatu lingkaran yang berpusat di z
0
dan berjari-jari R, dapat ditulis ( )
2
2
0 0
2
Re 2 R z z z z = + .
18. Gunakan persamaan (9) bagian 3, untuk Re z dan Im z, Kemudian tunjukkan bahwa
hyperbola x
2
y
2
= 1 dapat ditulis 2
2
2
= + z z
19. Gunakan kenyataan bahwa
2 1
z z adalah jarak antara dua titik z
1
dan z
2
, berikan
suatu interprestasi geometri bahwa
(a). Persamaan 10 4 4 = + + i z i z menyatakan suatu elips yang mempunyai titik
fokus ( ) 4 , 0 ;
(b). Persamaan i z z + = 1 menyatakan garis lurus yang melalui titik asal dan
kemiringan 1.
5. KOORDINAT POLAR DAN RUMUS EULER
Misalkan r dan u merupakan koordinat polar dari titik (x,y) yang berhubungan
dengan bilangan kompleks tak nol z = x + iy. Dimana x = r cos u dan y = r sin u, z dapat
ditulis dalam bentuk polar melalui
(1) z = r(cos u + i sin u).
Jika z = 0, maka koordinat u tak terdefinisi.
16
Di dalam analisis kompleks, bilangan real r tidak pernah negatif dan
didefinisikan sebagai panjang dari jari-jari vektor untuk z; yakni r = z . Bilangan real u
menyatakan sudut yang diukur dalam radian, z dibuat dengan axis real positif dimana z
diinterprestasikan sebagai jari-jari vektor (gambar 5). Dalam kalkulus, u mempunyai
nilai yang tak berhingga banyaknya, yaitu merupakan kelipatan bilangan bulat 2t.
Nilainya dapat ditentukan dari persamaan tan u = y/x, dimana kuadran memuat titik
yang berhubungan dengan z harus diperhatikan. Setiap nilai dari u disebut argumen dari
z, dan himpunan semua nilainya dinotasikan dengan arg z. Nilai utama dari arg z,
dinyatakan dengan Arg z, adalah nilai tunggal O sehingga t t s O < . Sebagai
catatan bahwa
(2) arg z = Arg z + 2nt ( n = 0, 1, 2, )
Juga, jika z bilangan real negatif, Arg z mempunyai nilai t, bukan -t.
Contoh 1. Bilangan kompleks 1 i , terletak dikuadran ketiga dan mempunyai
argumen utama -3t/4, yaitu
( )
4
3
1
t
= i Arg ;
dan dari sini diperoleh
( ) t
t
n i 2
4
3
1 arg + = ( n = 0, 1, 2, )
x
u
r
z=x+iy
y
Gambar 5
-
17
Penggunaan simbol e
iu
, atau exp(iu) adalah didefinisikan dengan rumus Euler
untuk setiap bilangan real dari u melalui
(3) e
iu
= cos u + i sin u,
kita dapat menuliskan bentuk polar pada persamaan (1) dalam bentuk eksponensial
melalui
(4) z = r e
iu
Contoh 2. Bilangan -1-i dalam contoh 1 mempunyai bentuk eksponensial
(5)
(

|
.
|

\
|
=
4
3
exp 2 1
t
i i
Dengan perjanjian bahwa e
-iu
= e
i(-u)
, kita dapat juga menuliskan
4
3
2 1
t i
e i

= .
Persamaan (5) hanya salah satu dari sejumlah tak berhingga kemungkinan untuk bentuk
eksponensial dari 1 i ;
(6)
(

|
.
|

\
|
+ = t
t
n i i 2
4
3
exp 2 1 (n = 0, 1, 2, ).
Sekarang pandang suatu titik z = re
iu
, terletak pada suatu lingkaran yang berpusat
di titik asal dan dengan jari-jari r (gambar 6). u akan meningkat, kalau z digerakan
mengelilingi lingkaran dengan arah berlawanan dengan arah jarum jam. Khususnya jika
u dinaikan sampai 2t, sampai dititik asal; dan sama jika u diturunkan sampai dengan 2t.
x
y
z =re
iu
r
u
0
Gambar 6
-
18
Oleh karena itu, dari gambar 6 menunjukkan bahwa dua bilangan kompleks tak nol
dan
2 1
2 2 1 1
u u i i
e r z e r z = =
adalah sama jika dan hanya jika
r
1
= r
2
dan u
1
= u
2
+ 2nt, dimana n suatu bilangan bulat ( n = 0, 1, 2, ).
Sebagai catatan, nilai dari e
iu
dengan jelas terlihat pada gambar 6. Dengan
merujuk pada rumus Euler (persamaan (3)) dimana r = 1 dan u adalah suatu kelipatan
bilangan bulat dari t/2. Untuk kasus ini, secara geometri dapat diselidiki
, 1 =
t i
e ,
2
i e
i
=
t
dan e
-i4t
=1.
Gambar 6, dengan r = R, juga menunjukkan bahwa persamaan
(7) z = Re
iu
(0sus2t)
adalah menyatakan suatu persamaan parameter dari suatu lingkaran z = R, yang
berpusat dititik asal dan berjari-jari R. Melalui persamaan parameter u dalam gambar 6.
naik dari u = 0 pada interval 0 sus2t, titik z mulai dari sumbu real positif dan
melewati lingkaran dengan arah berlawanan dengan jarum jam. Secara umum, lingkaran
0
z z =R, mempunyai pusat di z
0
dan berjari-jari R, mempunyai persamaan parameter
(8) z = z
0
+ Re
iu
(0sus2t).
Hal ini dapat ditunjukkan dengan vektor (gambar 7) dengan catatan bahwa suatu titik z
melalui lingkaran
0
z z =R dengan arah berlawanan jarum jam yang berkorespondensi
z Re
iu
u
z
0
x
y
Gambar 7
-
-
19
dengan jumlah suatu vektor tetap z
0
dan suatu vektor dengan panjang R dan mempunyai
sudut u yang berubah-ubah dari u = 0 sampai dengan u = 2t.
6. PERKALIAN DAN PEMBAGIAN DALAM BENTUK EXPONENSIAL
Telah kita ketahui dalam trigonometri sederhana e
iu
merupakan sifat penjumlahan yang
sudah umum dari fungsi eksponensial dalam kalkulus :
( )( )
2 2 1 1
sin cos sin cos
2 1
u u u u
u u
i i e e
i i
+ + =
= ( ) ( )
2 1 2 1 2 1 2 1
sin cos cos sin sin sin cos cos u u u u u u u u + + i
= ( ) ( )
( )
2 1
2 1 2 1
sin cos
u u
u u u u
+
= + + +
i
e i
Jadi, jika
2 1
2 2 1 1
u u i i
e r z dan e r z = = , perkalian z
1
z
2
mempunyai bentuk exponensial
(1)
( )
2 1 2 1 2 1
2 1 2 1 2 1 2 1
u u u u u u +
= = =
i i i i i
e r r e e r r e r e r z z
Selain itu,
(2)
( )
2 1
2 2
2 1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1 u u
u u
u u
u
u

= = =
i
i i
i i
i
i
e
r
r
e e
e e
r
r
e r
e r
z
z
Karena, 1 = 1e
i0
, maka dari persamaan (2) invers dari suatu bilangan kompleks tak nol
z=re
iu
adalah
(3)
u i
e
r z
z

= =
1 1
1
Persamaan (1), (2) dan (3) adalah mudah diingat dengan menggunakan hukum aljabar
untuk bilangan real dari e
x
.
Hasil lain yang sangat penting yang dirumuskan dengan menggunakan aturan
dari bilangan real adalah
(4) z
n
= r
n
e
inu
(n = 0, 1, 2, ).
Untuk bilangan bilangan bulat positif n, persmaan (4) sangat mudah dibuktikan dengan
menggunakan induksi matematika. Untuk bukti secara rinci, kita mulai dengan z = re
iu
untuk n = 1. Selanjutnya, misalkan benar untuk n = m, dimana m suatu bilangan bulat
20
positif. Dari persamaan (1) untuk perkalian dua bilangan kompleks tak nol dalam bentuk
eksponensial, maka benar untuk n = m+1;
z
m+1
= zz
m
= re
iu
r
m
e
imu
= r
m+1
e
i(m+1)u
Persamaan (4) telah dibuktikan untuk n bilangan bulat positif. Juga Persamaan (4) benar
untuk n = 0, yakni z
0
= 1. Jika n = -1, -2, -3, , pada hal lain, kita definisikan bentuk z
n
sebagai perkalian invers dari z dengan menuliskan
( )
m
n
z z
1
= , dimana m = -n = 1, 2, 3,
Maka, dari persamaan (4) adalah benar untuk pangkat bilangan bulat positif, dari sini
bentuk eksponesial pada persamaan (3) dari z
-1
diperoleh
( ) ( ) ( )( ) u u u u in n n i
n
im
m m
i n
e r e
r
e
r
e
r
z = |
.
|

\
|
= |
.
|

\
|
=
(


1 1 1
(n = -1, -2, )
Persamaan (4) telah dibuktikan untuk semua pangkat bilangan bulat.
Jika r = 1 pada persamaan (4) maka diperoleh
(5) ( )
u u in
n
i
e e = (n = 0, 1, 2, ).
Jika kita tuliskan dalam bentuk
(6) ( ) u u u u n i n i
n
sin cos sin cos + = + ( n = 0, 1, 2, )
Persamaan ini merupakan rumus de Moivre.
Persamaan (4) dapat digunakan dalam menghitung pangkat dari bilangan
kompleks jika diberikan bentuk empat persegi panjang dan hasilnya adalah dalam
bentuk persegi panjang.
Contoh 1. Rubahlah ( )
7
3 i + dalam bentuk empat persegipanjang. Kita tuliskan
( ) ( ) ( )( ) ( ) i i e e e e i
i i i
i
64 3 64 3 64 2 2 2 2 3
6 6
7
6
6 7
7
7
= + = = = = +
t t t
t
Selanjutnya, sekarang akan dibahas sifat penting yang mendasari argumen
(bagian 5) dari perkalian
(7) arg(z
1
z
2
) = arg z
1
+arg z
2
,
21
Persamaan ini diinterprestasikan melalui pernyataan bahwa nilai dari dua argumen atau
tiga arugumen atau argumen bernilai banyak, maka terdapat nilai dari ketiga nilai
tersebut sehingga persamaan di atas benar.
Kita mulai membuktikan persmaan (7) dengan memisalkan u
1
dan u
2
menyatakan suatu nilai dari arg z
1
dan arg z
2
masing-masing. Dari persamaan (6.1) kita
ketahui bahwa u
1
+ u
2
merupakan nilai dari arg(z
1
z
2
). (Lihat Gambar 8). Jika pada hal
lain, nilai dari arg (z
1
z
2
) dan arg z
2
diberikan, maka nilai yang berhubungan dengan
pemilihan n dan n
1
diekspresikan berikut ini;
arg (z
1
z
2)
= (u
1
+ u
2)
+ 2nt (n = 0, 1, 2, )
dan
arg z
1
= u
1
+ 2n
1
t (n
1
= 0, 1, 2, )
karena
(u
1
+ u
2)
+ 2nt = (u
1
+ 2n
1
t) + ( u
2
+ 2(n n
1
) t),
Persamaan (7) jelas dipenuhi jika dipilih nilai
arg z
2
= u
2
+ 2(n n
1
) t
Penyelidikan nilai dari arg (z
1
z
2
) dan arg z
2
adalah khusus simetri.
Persamaan (7) terkadang benar jika nilai arg diganti dengan Arg (lihat latihan 6).
Tetapi, melalui ilustrasi contoh berikut ini, bahwa tidak selalu benar kasus untuk
tersebut.
u
1
z
2
u
2
z
1
z
1
z
2
u
1
+u
2
x
y
Gambar 8
-
-
-
22
Contoh 2. Jika z
1
= -1 dan z
2
= i, maka
Arg (z
1
z
2
) = Arg (-i) =
2
t
tetapi Arg z
1
+ Arg z
2
= t +
2
3
2
t t
= .
Bagaimanapun, kita menentukan nilai dari arg z
1
dan arg z
2
masih tepat digunakan nilai
arg (z
1
z
2
) = 3t/2, kita dapatkan bahwa persamaan (7) dipenuhi.
Pernyataan lain yang analog dengan pernyataan pada persamaan (7) adalah
(8)
2 1
2
1
arg arg arg z z
z
z
=
|
|
.
|

\
|
.
Persamaan ini dapat dibuktikan dengan bantuan persamaan (2).
Latihan
1. Carilah argumen utama Arg z jika
(a). ( )
6
3 (c). ;
2i - 2 -
i
z (b). ;
3 1
2
i
i
z =
+

=
2. Dengan menuliskan masing-masing faktor dalam bentuk eksponensial dan kemudian
rubahlah kembali dalam bentuk koordinat empat persegi panjang, tunjukkan bahwa
(a). ( )( ) ( ) i i i i i 2 1
i 2
5i
(b). ; 3 1 2 3 3 1 + =
+
+ = +
(c). ( ) ( ) ( ) ( ) i i i i 3 1 2 3 1 (d). ; 1 8 1
11
10
7
+ = + + = +

3. Tunjukkan bahwa
(a).
( )
( ) 2,3,... n e e ... e e (c). ; e (b). ; 1
.... i i i i i
2 1 n 2 1
= = = =
+ + +
n
i i
e e
u u u u u u u u u
4. Selesaikan persamaan ( ) t u u
u
2 0 untuk 2 1 < s =
i
e dan tunjukan
penyelesaiannya secara geometri.
5. Gunakan rumus De Moivre untuk menurunkan rumus trigonometri berikut :
(a). cos 3u = cos
3
u - 3cosu sin
2
u (b). sin 3u = 3 cos
2
u sinu - sin
3
u.
6. Tunjukkan bahwa jika Re z
1
> 0 dan Re z
2
> 0, maka Arg(z
1
z
2
) = Arg z
1
+ Arg z
2
,
dimana Arg(z
1
z
2
) menyatakan argumen utama dari arg(z
1
z
2
), dan seterusnya.
23
7. Tunjukkan bahwa
2 1
2
1
arg arg arg z z
z
z
=
|
|
.
|

\
|
.
8. Dari bagian 3, pengurangan dari dua bilangan kompleks yang berbeda dapat
diinterprestasikan dengan vektor. (Lihat gambar 9, dimana u menyatakan sudut
inklinasi dari vektor z-z
0
). Dengan translasi vektor untuk z-z
0
, tunjukkan bahwa nilai
dari arg( )
0
z z adalah sama dengan nilai dari arg(z-z
0
). Gunakan metode yang
sama untuk menunjukkan bahwa Arg ( )
0
z z = Arg(z-z
0
) jika dan hanya jika z-z
0
bukan bilangan real negatif.
9. Diberikan 0
2 1
= z z , gunakan bentuk eksponensial dari z
1
dan z
2
untuk membuktikan
bahwa ( )
2 1 2 1
Re z z z z = jika dan hanya jika u
1
- u
2
= 2nt (n = 0, 1, 2, ), dimana
u
1
= arg z
1
dan u
2
= arg z
2
.
10. Diberikan 0
2 1
= z z dan gunakan hasil pada soal no. 9, modifikasi penurunan dari
ketaksamaan segitiga untuk menunjukkan bahwa
2 1 2 1
z z z z + = + jika dan hanya
jika u
1
- u
2
= 2nt ( n = 0, 1, 2, ), dimana u
1
= arg z
1
dan u
2
= arg z
2
.
Interprestasikan pernyataan ini secara geometri.
11. Misalkan z bilangan kompleks tak nol dan n suatu bilangan negatif (n = -1, -2, ).
Juga tulis z = re
iu
dan m = -n = 1, 2, . Gunakan persamaan z
m
= r
m
e
imu
dan
z
x
0
z z
z-z
0
y
0
Gambar 9
u
-u
z
0
24
z
-1
= (1/r)e
i(-u)
, buktikan bahwa (z
m
)
-1
= (z
-1
)
m
dan juga definisi z
n
= (z
-1
)
m
dalam
bagian 6 dapat dituliskan menjadi z
n
= (z
m
)
-1
.
12. Buktikan bahwa dua bilangan kompleks tak nol z
1
dan z
2
mempunyai modulus yang
sama jika dan hanya jika terdapat bilangan kompleks c
1
dan c
2
sedemikian sehingga
z
1
= c
1
c
2
dan z
2
= c
1
2
c . (petunjuk : ( )
1
2 1 2 1
exp
2
exp
2
exp u
u u u u
i i i = |
.
|

\
|
|
.
|

\
| +
dan [lihat
juga soal nomor 3 bahagian b]. ( )
2
2 1 2 1
exp
2
exp
2
exp u
u u u u
i i i = |
.
|

\
|
|
.
|

\
| +
)
13. Buktikan bahwa 1) (z
1
1
... 1
1
2
=

= + + + +
+
z
z
z z z
n
n
dan rumus ini untuk
menunjukkan penurunan rumus trigonometri Lagrange 1+cosu +cos 2u+ +cos nu
=
( )
| |
( )
2
2
1 2
sin 2
sin
2
1
u
u +
+
n
(0 < u < 2t). (petunjuk : Untuk yang pertama, tulis
S=
n
z z z + + + + ... 1
2
dan hitung S zS. Untuk yang kedua, tulis z = e
iu
dalam
persamaan pertama.
14. Gunakan induksi matematika untuk menunjukkan rumus Binomial untuk bilangan
Kompleks : ( )
k k n
n
k
n
z z
k
n
z z
2 1
0
2 1

=

|
|
.
|

\
|
= + (n = 1, 2, ), dimana
( )! !
!
k n k
n
k
n

=
|
|
.
|

\
|
( k = 0,
1, 2, ,n) dan 0! = 1.
15. Gunakan induksi matematika untuk menunjukkan rumus De Moivre (pada bagian 6),
yakni ( ) u u u u n i n i
n
sin cos sin cos + = + dimana n adalah bilangan bulat positif (n =
1, 2, ).
16. (a). Gunakan rumus Binomial (soal No. 14) dan rumus De Moivre (lihat soal no. 15)
dan tulis ( )
k k n
n
k
i
k
n
n i n u u u u sin cos sin cos
0

|
|
.
|

\
|
= + (n = 1, 2, ). Maka
definisikan bilangan bulat m dengan, m =
ganjil n jika
genap n jika
2
1 - n
2

n
dan jumlah di
25
atas untuk menunjukkan (bandingkan dengan soal 5 (a))
( ) u u u
k k n k
m
k
k
n
n
2 2
0
sin cos 1
2
cos

=

|
|
.
|

\
|
=

(n = 1, 2, ).
(b). Tulis x = cos u dan misalkan bahwa 0 s u s t, dalam kasus ini -1sxs1.
Bagaimana merubah bentuk hasil terakhir pada bagian (a) bahwa setiap fungsi
( ) ( ) x n x T
n
1
cos cos

= (n = 0, 1, 2, ) adalah polinom berderajat n dalam
variabel x.
7. AKAR DARI BILANGAN KOMPLEKS
Bentuk z
n
= r
n
e
inu
pada bagian 6 untuk pangkat bilangan bulat dari bilangan
kompleks z = re
iu
adalah digunakan untuk menemukan akar pangkat n dari setiap
bilangan kompleks tak nol z
0
= r
0
0
u i
e ,
dimana n salah satu dari n = 2, 3, . Metode awal
untuk menyelidiki suatu akar pangkat n dari z
0
adalah dengan memisalkan suatu
bilangan z = re
iu
tak nol sedemikian sehingga z
n
= z
0
, atau
0
0
u u i in n
e r e r = .
Sekarang, berdasarkan pernyataan pada bagian 5 tentang kesamaan dua bilangan
kompleks, diperoleh
r
n
= r
0
dan nu = u
0
+ 2kt, dimana k suatu bilangan bulat
(k = 0, 1, 2, ). Jadi
n
r r
0
= , hal ini menyatakan ketunggalan akar pangkat n dari
bilangan real positif r
0
, dan
n
k
n n
k t u t u
u
2 2
0 0
+ =
+
= (k = 0, 1, 2, )
Akibatnya, bilangan kompleks
z =
(

|
.
|

\
|
+
n
k
n
i r
n
t u 2
exp
0
0
(k = 0, 1, 2, )
adalah akar pangkat n dari z
0
. Kita dapat melihat dengan jelas dari bentuk exponensial di
atas bahwa semua akar-akarnya terletak pada lingkaran
n
r z
0
= yang berpusat dititik
26
asal. dan setiap titiknya adalah sama dengan 2t/n radian dari asalnya, mulai dari
argumen u
0
/n. Maka jelas bahwa semua akarnya yang berbeda dapat diperoleh jika k =
0, 1, 2, n-1, dan nilai akar yang lain dari k tidak diambil. Kita misalkan c
k
(k = 0, 1, 2, n-1) menyatakan akar yang berbeda dan ditulis
(1)
(

|
.
|

\
|
+ =
n
k
n
i r c
n
k
t u 2
exp
0
0
(k = 0, 1, 2, n-1).
Bilangan
n
r
0
adalah panjang dari setiap jari-jari vektor akar pangkat n. Akar
pertama c
0
mempunyai argumen u
0
/n; dan akar pangkat 2 jika n = 2 terletak berhadapan
titik akhirnya dari suatu diameter lingkaran
n
r z
0
= , serta akarnya yang kedua c
0
.
Jika n >3, akarnya terletak dititik sudut segi n beraturan yang dituliskan dalam
lingkaran.
Kita misalkan
n
z
1
0
merupakan himpunan akar ke-n dari z
0
. Khususnya, jika z
0
adalah bilangan real positif r
0
, simbol
n
r
1
0
menyatakan himpunan semua akar-akarnya;
dan simbol
n
r
0
yang digunakan dalam persamaan (1) hanya untuk akar positif. Jika
nilai u
0
yang digunanakan pada persamaan (1) adalah nilai utama dari argumen z
0
( ) t u t s <
0
, bilangan c
0
kita sebut akar utama. Selanjutnya, jika z
0
adalah bilangan
real positif r
0
maka akar utamanya adalah
n
r
0
.
Akhirnya, salah cara untuk mengingat persamaan (1) kita tulis z
0
dalam bentuk
eksponensial yang sudah diketahui (bandingkan contoh 2. bagian 5).
z
0
= r
0
exp[i(u
0
+ 2kt)] (k = 0, 1, 2, )
dan kita gunakan sifat umum eksponensial yang ada pada bilangan real, bahwa terdapat
n buah akar;
( ) | | { } 2 exp
1 1
0 0 0
n n
k i r z t u + =
27
( )
(

+
=
n
k i
r
n
t u 2
exp
0
0
(

|
.
|

\
|
+ =
n
k
n
i r
n
t u 2
exp
0
0
(k = 0, 1, 2, n-1).
Contoh 1. Dalam urutan untuk menentukan akar pangkat n dari 1, kita tulis
1 = 1 exp [i(0 + 2kt)] (k = 0, 1, 2, )
dan diperoleh
(2) |
.
|

\
|
=
(

|
.
|

\
|
+ =
n
k
i
n
k
n
i
n n
t t 2
exp
2 0
1 1
1
(k = 0, 1, 2, ).
Jika n = 2, maka jelas bahwa akar-akarnya adalah 1. Jika n >3, akar-akarnya terletak
dititik sudut poligon yang beraturan dalam lingkaran satuan z =1, dengan titik sudut
yang pertama merupakan akar utama z = 1 (k =0).
Jika kita tulis
(3)
|
.
|

\
|
=
n
i w
n
t 2
exp
maka dari persamaan (5) bagian 6, dan sifat e
iu
bahwa
|
.
|

\
|
=
n
k
i w
k
n
t 2
exp (k = 0, 1, 2, )
Jadi diperoleh akar pangkat n yang berbeda dari 1 adalah
1 2
,..., , , 1
n
n n n
w w w .
Perhatikan gambar 10, dimana untuk kasus n = 3, 4 dan 6 diilustrasikan. Perlu dicatat
bahwa
n
n
w =1. Terakhir, hal ini akan bermanfaat jika c merupakan akar pangkat n dari
bilangan kompleks tak nol z
0
, maka himpunan dari akar pangkat n diperoleh dalam
bentuk
1 2
,..., , ,
n
n n n
cw cw cw c .
28
Hal ini disebabkan karena perkalian dari bilangan kompleks tak nol dengan w
n
mempunyai argumen yang naik dengan penambahannya sebesar 2t/n sedangkan
modulusnya tidak berubah.
Contoh 2. Misalkan akan dicari semua nilai dari ( )
3
1
8i , atau akan dicari akar pangkat
tiga dari 8i. Pertama-tama kita tulis
( ) | | t
t
k i i 2 exp 8 8
2
+ = (k = 0, 1, 2, )
maka akar-akarnya adalah
(4) ( ) | |
3
2
6
exp 2
t t k
k
i c + = (k = 0, 1, 2)
Akar-akar ini terletak pada titik sudut segitiga sama sisi yang terletak dalam lingkaran
z =2, dan jarak antara setiap titik mengelilingi lingkaran sebesar 2t/3 radian, yang
dimulai dari akar utama (lihat gambar 11)
( ) | | ( ) i i i c = = = 3 sin cos 2 exp 2
6 6 6 0
t t t
.
2 x
y
c
1
c
0
c
2
Gambar 11
-
- -
y
y
2
4
w
5
6
w
1 x 1 x
w
3
2
3
w
w
4
2
4
w
1 x
3
6
w
2
6
w
y
6
w
4
6
w
- -
-
-
-
-
- - -
- -
- -
Gambar 10
29
Dengan tanpa menghitung lebih lanjut, maka akan diperoleh c
1
= 2i; dan c
2
simetri
dengan c
0
pada sumbu imajiner, kita ketahui bahwa i c = 3
2
.
Jadi, akar-akarnya dapat ditulis ( )
3
2
3
2
3 0 3 0 0
exp dimana , , ,
t
i w w c w c c =
(ringkasnya, lihat bagian akhir contoh 1)
Latihan
1. Carilah akar kuadrat dari (a). 2i; (b). i 3 1 dan nyatakan dalam bentuk koordinat
empat persegi panjang.
2. Dalam setiap kasus, carilah semua akarnya dalam bentuk koordinat empat persegi
panjang, gambarkan pula hasilnya dalam bentuk geometri. : (a). ( ) ( )
4
1
3
1
16 - (b). ; 1 ;
( )
4
1
6
1
3 8 - 8 - (d). ; 8 ). ( i c .
3. Misalkan z = re
iu
suatu bilangan kompleks tak nol dan n bilangan bulat negatif ( n = -
1, -2, ). Maka definisikan ( )
m n
z z
1
n
1 1
1
z dengan

= , dimana m = -n. Tunjukkan bahwa
( )
1
1
1
1
n
1 1 1
z bahwa pula Tunjukkan .

|
.
|

\
|
= = |
.
|

\
| m m m
z z z . (bandingkan dengan soal no. 11
latihan 3).
4.(a). Misalkan a menyatakan suatu bilangan real tetap, dan tunjukkan bahwa dua akar
kuadrat dari a + i adalah ( ) ( ) i a Arg dan , 1 a A dimana , exp
2
2
+ = + = o
o
i A .
(b). Dari rumus trigonometri
2
cos 1
2
in ,
2
cos 1
2
cos
2 2
o o o o
= |
.
|

\
| +
= |
.
|

\
|
s .
Tunjukkan bahwa akar kuadrat pada bagian (a) dapat ditulis
( ) a A i a A + +
2
1
.
5. Dari bagian 7., akar pangkat tiga dari bilangan kompleks z
0
dapat ditulis c
0
, c
0
w
3
,
c
0
w
3
2
, dimana c
0
akar utama dari z
0
dan w
3
=
2
3 1
3
2
exp
i
i
+
= |
.
|

\
| t
. Tunjukkan
30
bahwa jika z
0
= ( ) i i + = + 1 2 c maka ; 2 4 2 4
0
dan dua akar pangkat tiga yang
lainnya
( ) ( ) ( ) ( )
2
1 3 1 3
c ,
2
1 3 1 3
2
3 0 3 0
i
w
i
w c
+
=
+ +
= .
6. Carilah akar pangkat 4 dari persamaan z
4
+ 4 = 0 dan faktorkan dalam faktor kuadrat
dengan koefisiennya bilangan real.
7. Tunjukkan bahwa jika akar pangkat n dari c adalah sama dengan satu, tetapi c tidak
sama dengan satu, maka 0 ... 1
1 2
= + + + +
n
c c c (petunjuk : gunakan rumus
pertama pada latihan 3. nomor 13)
8. (a). Buktikan bahwa penyelesaian dari persamaan kuadrat az
2
+bz+c = 0 (a=0),
dimana a, b dan c adalah bilangan kompleks. Khususnya dengan pelengkapan
kuadrat pada bagian kiri turunkan rumus kuadratik
( )
a
ac b b
z
2
4
2
1
2
+
= .
Dimana kedua akar kuadratnya adalah b
2
4ac = 0.
(b). Gunakan hasil pada bagian (a) untuk mencari akar dari persamaan
z
2
+2z+(1-i)= 0
8. DAERAH DALAM BIDANG KOMPLEKS
Dalam bagian ini, kita akan memperkenalkan himpunan dari bilangan kompleks
atau titik dalam bidang z, dan berhubungan sangat dekat antara satu dengan yang
lainnya. Kami akan meperkenalkan konsep dasar dari suatu lingkungan c
(1) c <
0
z z
dari suatu titik z
0
yang diberikan. Lingkungan c dari z
0
terdiri dari semua titik z dalam
lingkaran yang berpusat di z
0
dan berjari-jari c tetapi bukan pada lingkaran tersebut.
(gambar 12). Jika nilai dari c diketahui, maka himpunan pada persamaan (8.1) sering
juga disebut suatu lingkungan. Berdasarkan hal di atas maka dapat juga diketahui suatu
lingkungan penghilangan dari z
0
(2) 0< c <
0
z z
31
yang terdiri dari semua titik z dalam suatu lingkungan c dari z
0
kecuali titik z
0
itu
sendiri.
Suatu titik z
0
dikatakan titik dalam (titik interior) dari suatu himpunan S jika
terdapat suatu lingkunan dari z
0
yang hanya memuat titik-titik di S; z
0
disebut titik luar
(titik eksterior) dari S jika terdapat lingkungan dari z
0
yang tidak memuat titik-titik di S.
Jika z
0
bukan titik dalam atau titik luar dari S maka disebut titik batas dari S. Jadi titik
batas adalah semua titik yang lingkungannya memuat titik di S dan titik yang bukan di
S. Kumpulan semua titik batas disebut pembatas (boundary) dari S. Lingkaran z =1,
merupakan pembatas dari setiap himpunan
(3) 1 z dan 1 s < z .
Suatu himpunan dikatakan terbuka jika himpunan tersebut tidak memuat titik
batas. Sebagai latihan dapat ditunjukkan bahwa suatu himpunan dikatakan terbuka jika
dan hanya jika setiap titik-titiknya merupakan suatu titik dalam. Suatu himpunan
dikatakan tertutup jika memuat semua titik batas; dan penutup (closure) dari suatu
himpunan S adalah himpunan tertutup yang terdiri dari semua titik di S bersama-sama
dengan pembatas dari S. Sebagai catatan bahwa pada persamaan (8.3) yang pertama
adalah himpunan terbuka dan yang kedua adalah himpunan tertutup.
Suatu himpunan boleh jadi tidak terbuka atau tidak tertutup. Untuk himpunan
yang tidak terbuka harus terdapat suatu titik batas yang dimuat oleh himpunan tersebut;
dan suatu himpunan dikatakan tidak tertutup jika tidak memuat suatu titik batas dari
himpunan tersebut. Sebagai contoh dapat diselidiki bahwa cakram 1 0 s < z tidak
x
z
0
c
0
z z
y
Gambar 12
0
32
terbuka dan juga tidak tertutup. Himpunan dari semua bilangan kompleks adalah terbuka
dan juga tertutup sebab tidak mempunyai titik batas.
Suatu himpunan terbuka S dikatakan terhubung jika setiap pasang titik-titik z
1
dan z
2
dapat dihubungkan oleh garis patah, yang terdiri dari sejumlah hingga penggal
garis yang dihubungkan dari awal sampai akhir dan semuanya terletak dalam S.
Himpunan terbuka 1 < z adalah terhubung. Himpunan 2 1 < < z adalah terbuka dan
juga terhubung. (lihat gambar 13). Suatu himpunan terbuka yang terhubung disebut
domain. Sebagai catatan bahwa setiap lingkungan adalah domain. Suatu domain
bersama-sama dengan sebagian atau seluruh titik batasnya disebut daerah.
Suatu himpunan S dikatakan terbatas jika setiap titiknya terletak dalam suatu
lingkaran R z = ; selain itu dikatakan tak terbatas. Kedua himpunan pada persamaan (3)
adalah daerah yang terbatas, dan setengah bidang Re > 0 adalah tidak terbatas.
Suatu titik z
0
dikatakan titik akumulasi dari himpunan S jika setiap lingkungan
penghilangan dari z
0
memuat paling sedikit satu titik dari S. Dari sini, jika suatu
himpunan adalah tertutup, maka memuat semua titik-titik akumualsi. Jika suatu titik
akumulasi z
0
bukan titik di S, maka tentulah titik tersebut merupakan titik batas dari S;
tetapi bertentangan dengan kenyataan bahwa suatu himpunan tertutup memuat semua
titik batas. Hal ini dapat ditunjukkan pada latihan bahwa sebaliknya pernyataan ini juga
adalah benar.
z
0
z
1
x
y
0 1 2
Gambar 13
33
Selanjutnya, suatu titik z
0
adalah bukan suat titik akumulasi dari suatu himpunan
S jika terdapat suatu lingkungan penghilangan dari z
0
yang tidak memuat titik di S.
Sebagai catatan bahwa titik nol saja yang merupakan titik akumulasi dari himpunan z
n
=
i/n, (n = 1, 2, ).
Latihan
1. Gambarlah himpunan berikut dan tentukan yang mana merupakan domain.
(a). 1 z Im (d). 1; z Im (c). ; 4 3 2z (b). ; 1 2 = > > + s + i z
(e). ( ) . 4 - z (f). ; 0 , arg 0
4
z z z > = s s
t
2. Yang mana himpunan pada soal no. 1 yang tidak buka atau tidak tutup?
3. Yang mana himpunan pada soal no. 1 yang terbatas?
4. Dalam kasus ini, gamabarlah penutup dari himpunan: (a). ( ) 0 , arg = < < z z t t ;
( ) . 0 z Re (d). ;
2
1
z
1
Re (c). ; Rez ). (
2
> s |
.
|

\
|
< z b
5. Misalkan S adalah himpunan terbuka yang terdiri dari semua titik z sehingga 1 < z
atau 1 2 < z . Apakah S tidak terhubung ?
6. Tunjukkan bahwa himpunan S adalah terbuka jika dan hanya jika setiap titik di S
adalah titik interior.
7. Tentukan titik akumulasi dari setiap himpunan berikut : (a).
n
n
i z = (n = 1, 2, );
( ) 0 z ,
2
argz 0 (c). ...); 2, 1, (n , z ). (
n
= < s = =
t
n
i
b
n
;
( ) ( )( )
...) 2, 1, (n ,
1 1 1
z ). (
n
=
+
=
n
n i
d
n
.
8. Buktikan bahwa jika suatu himpunan memuat setiap titik akumulasi, maka himpunan
tersebut tertutup.
9. Tunjukkan bahwa setiap titik z
0
pada daerah adalah titik akumulasi dari domain.
34
10. Buktikan bahwa suatu himpunan hingga dari titik-titik z
1
, z
2
, , z
n
tidak mempunyai
titik akumulasi.

You might also like