You are on page 1of 15

PEMANFAATAN ETHANOL DARI KETELA UNTUK BAHAN BAKAR

MOTOR OS MAX 15 LA-S PADA PESAWAT MODEL “WING DRAGON”

Mohammad Ardi Cahyono


Teknik Penerbangan STTA, Jl. Janti Blok R lanud Adisutjipto Yogyakarta
Telp. (0274) 451262, 451263 fax. (0274) 451265
e-mail: total_sacrifice@yahoo.com
HTU UTH

Abstraksi

Saat ini bahan bakar minyak atau energi yang berasal dari fosil (fossil energy) semakin langka.
Kenyataan ini mengharuskan manusia untuk selalu berusaha mendapatkan sumber-sumber bahan
bakar alternatif. Energi terbarukan dari tumbuh-tumbuhan sangat mungkin dikembangkan di
Indonesia antara lain biodiesel dari tanaman jarak pagar, kelapa sawit, kedelai atau methanol dan
ethanol dari biomassa, tebu, jagung, ketela, dan lain-lain. Keuntungan lain dari pemanfaatan ethanol
dari tumbuh-tumbuhan adalah bersifat ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat
ethanol dari ketela. Kemudian menguji komposisi terbaik campuran bahan bakar dengan ethanol pada
motor O.S. 15CV-A pada pesawat model “Wing Dragon” sehingga kinerja propulsi pesawat tersebut
tetap tinggi atau mungkin bisa lebih baik daripada menggunakan bahan bakar aslinya.

Pesawat Wing Dragon adalah jenis pesawat model terkendali dengan radio (R/C Model Airplane)
dengan panjang badan pesawat: 900 mm, bentang sayap: 1080 mm, chord: 215 mm, servo: 9g x 5, dan
transmitter: 4CH. Sedangkan spesifikasi motor adalah O.S. Engine 15CV-A, kapasitas 2,49 cc dan
power: 0,5 HP pada 18000 rpm. Baling-baling yang dipergunakan adalah APC 7 x 4.

Pengujian dilakukan di darat dengan variasi bahan bakar murni (nitromethan 35 % coolpower), E5,
E10, E15, dan E20, dimana E5 artinya adalah campuran bahan bakar tersebut mengandung ethanol
sebanyak 5 %. Output yang dianalisis adalah gaya dorong (thrust) dan kecepatan putar baling-baling
(propeller) yang divariasikan terhadap bukaan throttle antara lain: idle, 25 %, 50 %, 75 %, dan 100
%. Setelah dilakukan pengujian dan analisis diperoleh komposisi E15 adalah yang terbaik karena
untuk variasi bukaan throttle berapapun menghasilkan output yang lebih baik daripada komposisi
murni maupun komposisi yang lain. Adapun persamannya adalah sebagai berikut:
y1 = −0,001x 2 + 0,1747 x + 1,9172
y 2 = −1,0869 x 2 + 197,61x + 8415,4
Dimana, y1 adalah thrust, y2 adalah RPM, x adalah bukaan throttle.
B B B B

Kata kunci: bahan bakar alternatif, ethanol, wing dragon, thrust, RPM,
propulsi.

A. Pendahuluan jumlah cadangan minyak yang ada di bumi


Saat ini bahan bakar minyak atau semakin menipis. Diperkirakan pada tahun
energi yang berasal dari fosil (fossil 2010 cadangan minyak dunia mulai
energy) semakin langka. Hal ini menyusut dan pada tahun 2050 cadangan
memberikan implikasi sangat luas di minyak dunia semakin habis (Dagget,
berbagai sektor kehidupan. Kenyataan ini 2006) seperti ditunjukkan pada gambar di
seharusnya menyadarkan kita bahwa bawah ini:
Gambar 1: Perkiraan Cadangan BBM Dunia
Minyak bumi adalah bahan bakar Gambar 2: Siklus Perputaran Bahan Bakar
yang tidak bisa diperbarui maka kita harus Bio-Ethanol
mulai mencari bahan bakar alternatif. yang Ramah Lingkungan
Sebenarnya di Indonesia terdapat berbagai Bio-ethanol dikenal sebagai bahan
sumber energi terbarukan yang melimpah, bakar yang ramah lingkungan, karena
seperti biodiesel dari tanaman jarak pagar, bersih dari emisi bahan pencemar. Bio-
kelapa sawit maupun kedelai. Atau ethanol dapat dibuat dari bahan baku
methanol dan ethanol dari biomassa, tebu, tanaman yang mengandung pati seperti ubi
jagung, dan lain-lain yang bisa kayu, ubi jalar, jagung, sagu, dan tetes.
dipergunakan sebagai pengganti bensin. Bioethanol selain untuk bahan baku kimia
Pembakaran menggunakan bahan juga dapat dipergunakan sebagai bahan
bakar fosil dapat menyebabkan polusi bakar kendaraan pengganti bensin atau
udara dan pemanasan global sebab sisa- premium. Dengan produksi ethanol di
sisa pembakaran menghasilkan CO2. Gas daerah, maka diharapkan daerah dapat
CO2 lama kelamaan menumpuk di mengganti atau mengurangi konsumsi
atmosfer dan membentuk semacam lapisan premium yang untuk sebagian besar
yang dapat menghalangi pantulan panas wilayah di Indonesia didatangkan dari
matahari dari bumi sehingga suhu bumi daerah lain.
semakin panas. Sedangkan bahan bakar Secara umum, semua wilayah di
alternatif lebih ramah lingkungan sehingga Indonesia dapat ditanami ubi kayu,
sangat menjanjikan. Gambaran siklus di walaupun Pulau Sumatra dan Jawa
bawah ini menunjukkan bahwa mempunyai perkembangan produksi ubi
pemanfaatan ethanol untuk bahan bakar kayu yang sangat baik. Mengingat semua
alternatif bersifat ramah lingkungan. wilayah Indonesia dapat ditanami ubi kayu,
sehingga bio-ethanol plant yang berbahan
baku ubi kayu berpotensi untuk
dikembangkan di Indonesia. Besarnya
perkiraan potensi ketersediaan bio-ethanol
per wilayah di Indonesia dari tahun 1998
s.d 2002 ditunjukkan pada Gambar 3 di
bawah ini.
Dari gambar tersebut terlihat menggunakan bahan bakar ini.
bahwa produksi ubi kayu yang dapat
dipergunakan sebagai bahan baku ethanol B. Tinjauan Pustaka
yang terbesar adalah di pulau Jawa (BPPT, C.1. Proses Pembuatan Ethanol dari
2005). Ketela
Perumusan masalah adalah sebagai berikut: Sebagai bahan baku Bahan Bakar
1. Krisis energi harus segera diatasi Nabati (BBN), singkong diolah menjadi
dengan mencoba menemukan bioethanol pengganti premium. Singkong
sumber-sumber bahan bakar merupakan salah satu sumber pati. Pati
alternatif salah satunya adalah merupakan senyawa karbohidrat yang
ethanol dari ketela. komplek. Sebelum difermentasi pati
2. Ketela mudah didapat di Indonesia diubah menjadi glukosa, karbohidrat yang
sehingga sangat mungkin lebih sederhana. Dalam penguraian pati
dikembangkan. memerlukan bantuan cendawan
3. Bahan bakar ethanol termasuk energi Aspergillus sp. Cendawan ini akan
terbarukan yang ramah lingkungan menghasilkan enzim alfaamilase dan
sehingga perlu dikembangkan untuk glikoamilase yang akan berperan dalam
mengurangi dampak efek rumah mengurai pati menjadi glukosa atau gula
kaca. sederhana. Setelah menjadi gula baru
4. Pemanfaatan bio-ethanol dari ketela difermentasi menjadi ethanol. Proses
T T

pada motor OS MAX 15 LA-S konversi pati menjadi bioethanol adalah


pesawat model Wing Dragon untuk sebagai berikut:
mengetahui kinerja engine dengan
1. Konversi Karbohidrat menjadi gula (glukosa) larut air
Dilakukan dengan penambahan air dan enzyme sehingga diperoleh glukosa dan air.
Reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut:
(C 6 H10 O 5 )n nC H O
⎯⎯ ⎯ ⎯ ⎯ ⎯ ⎯ ⎯ ⎯ ⎯ ⎯ ⎯ ⎯ ⎯→ 6 12 6
(pati ) enzym α − amilase dan glukoamilase (glukosa )
2. Konversi Glukosa menjadi Bioethanol
TProses konversi glukosa menjadi ethanol dilakukan dengan penambahan ragi (yeast)
T

biasanya digunakan Saccaromyces Cereviceae. Reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai
berikut:
(C 6 H12 O 6 )n 2C 2 H 5 OH + 2CO 2
⎯⎯⎯→
(glukosa ) yeast (e tan ol + karbondioksida )
Langkah – langkah dalam
pembuatan bioethanol berbahan dasar
singkong adalah sebagai berikut:
1. Mengupas singkong segar, semua
jenis dapat dimanfaatkan, kemudian
membersihkan dan mencacah
berukuran kecil.
10% dari total bubur. Konsentrasi
cendawan mencapai 100 juta sel/ml.
Sebelum digunakan cendawan
dibenamkan ke dalam bubur gaplek
yang telah dimasak agar adaptif
dengan sifat kimia bubur gaplek.
Cendawan berkembang biak dan
bekerja mengurai pati.

Gambar 4: Singkong Segar Dikupas


2. Mengeringkan singkong yang telah
dicacah hingga kadar air maksimal
16% sama dengan singkong yang
dibuat gaplek. Tujuan pengeringan ini
untuk pengawetan sehingga produsen
dapat menyimpan sebagai cadangan
bahan baku. Gambar 7: Skarifikasi
5. Setelah dua jam bubur gaplek akan
berubah menjadi 2 lapisan yaitu air
dan endapan gula. Mengaduk kembali
pati yang sudah berubah menjadi gula
kemudian memasukkannya ke dalam
tangki fermentasi. Sebelum
difermentasi kadar gula maksimum
larutan pati adalah 17 – 18% karena
itu merupakan kadar gula yang cocok
Gambar 5: Singkong Dijemur untuk hidup bakteri Saccaromyces
3. Memasukkan 25 kg gaplek ke dalam dan bekerja untuk mengurai gula
tangki berkapasitas 120 liter, menjadi alkohol. Penambahan air
kemudian menambahkan air hingga dilakukan bila kadar gula terlalu tinggi
mencapai volume 100 liter dan dan sebaliknya jika kadar gula terlalu
memanaskan gaplek hingga suhu 100° rendah perlu penambahan gula.
C sambil diaduk selama 30 menit
sampai mengental menjadi bubur.

Gambar 8: Fermentasi
6. Menutup rapat tangki fermentasi untuk
Gambar 6: Bubur Ketela
mencegah kontaminasi dan menjaga
4. Memasukkan bubur gaplek ke dalam
Saccharomyces agar bekerja lebih
tangki skarifikasi. Skarifikasi
optimal. Fermentasi berlangsung
merupakan proses penguraian pati
anaerob atau tidak membutuhkan
menjadi glukosa. Setelah dingin
oksigen pada suhu 28°-32°C.
memasukkan cendawan Aspergilus sp
yang akan menguraikan pati menjadi
glukosa. Untuk menguraikan 100 liter
bubur pati singkong memerlukan 10
liter larutan cendawan Aspergillus atau
Gambar 9: Fermentasi secara anaerob Gambar 12: Destilasi
7. Setelah 2 – 3 hari larutan pati berubah 10. Hasil penyulingan berupa 95% ethanol
menjadi 3 lapisan yaitu lapisan dan tidak dapat larut dalam bensin.
terbawah berupa endapan protein, Agar larut diperlukan ethanol dengan
lapisan tengah air dan lapisan teratas kadar 99% atau disebut ethanol kering
ethanol. Hasil fermentasi disebut bir sehingga memerlukan destilasi
yang mengandung 6 – 12 % ethanol. absorbent. Destilasi absorbent
dilakukan dengan cara ethanol 95%
dipanaskan dengan suhu 100° C
sehingga ethanol dan air akan
menguap. Uap tersebut dilewatkan
pipa yang dindingnya berlapis zeolit
atau pati. Zeolit akan menyerap kadar
air tersisa hingga diperoleh ethanol
dengan kadar 99 %. Sepuluh liter
ethanol 99% membutuhkan 120 – 130
Gambar 10: Bir liter bir yang dihasilkan dari 25 kg
8. Menyedot larutan ethanol dengan gaplek.
selang plastik melalui kertas saring
berukuran 1 mikron untuk menyaring
endapan protein.

Gambar 13: Peningkatan kadar ethanol

C.2. Motor Piston


Ada beberapa hal yang
mempengaruhi unjuk kerja motor piston,
Gambar 11: Pemisahan Bir antara lain besarnya perbandingan
9. Melakukan destilasi atau penyulingan kompresi, tingkat homogenitas campuran
untuk memisahkan ethanol dari air bahan bakar dengan udara, angka oktan
dengan cara memanaskan pada suhu bensin sebagai bahan bakar, tekanan udara
78° C atau setara titik didih ethanol masuk ruang bakar. Semakin besar
sehingga ethanol akan menguap dan perbandingan udara mesin akan semakin
mengalirkannya melalui pipa yang efisien, akan tetapi semakin besar
terendam air sehingga terkondensasi perbandingan kompresi akan menimbulkan
dan kembali menjadi ethanol cair. knocking pada mesin tinggi. Angka oktan
pada bahan bakar mesin Otto menunjukkan
kemampuannya menghindari terbakarnya
campuran udara bahan bakar sebelum
waktunya (self ignition) yang
menimbulkan knocking tadi. Untuk
memperbaiki kualitas campuran bahan berbeda, motor diesel tidak termasuk
bakar dengan udara maka aliran udara golongan motor Otto.
dibuat turbulen, sehingga diharapkan
Motor piston empat langkah
tingkat homogenitas campuran akan lebih
menjalani satu siklus tersusun atas empat
baik.
tahapan/langkah. Langkah-langkah
Perlu diketahui bahwa torak
tersebut dapat dilihat pada gambar berikut
adalah bagian mesin yang sangat kritis.
ini.
Selain dikenai gas bertekanan dan
bertemperatur tinggi, torak bergerak
translasi dengan kecepatan tinggi pula.
Torak meneruskan gaya gas pembakaran
kepada poros engkol dan bersama-sama
cincin torak ia menyekat ruang bakar
supaya gas pembuangan tidak masuk ke
dalam ruang engkol. Maka torak harus
mampu menahan temperatur yang
mencapai 25000C, selain itu torak harus
ringan.
Bagian-bagian utama dari piston
engine ditunukkan pada gambar di bawah
ini:
Gambar 15: Siklus Otto Ideal
Prinsip kerja 4 stroke piston engine adalah
sebagai berikut:
a. Langkah Isap (Induction Stroke)
Piston bergerak dari Titik Mati Atas
(TMA) ke Titik Mati Bawah (TMB),
mengakibatkan terjadinya
pengurangan tekanan dan
pertambahan volume di dalam
silinder. Intake valve membuka dan
exhaust valve menutup. Campuran
bahan bakar udara masuk ke dalam
silinder. Langkah 1-2.
Gambar 14. Bagan Piston Engine b. Langkah Kompresi (Compression
Keterangan : Stroke)
(E) Exhaust camshaft (I) Intake
camshaft Piston bergerak dari TMB ke TMA,
(S) Spark plug (V) mengakibatkan terjadinya
Valves pengurangan volume dan pertambahan
(P) Piston tekanan di dalam silinder, kedua valve
(R) Connecting rod menutup. Pada akhir langkah terjadi
(C) Crankshaft (W) ignation atau penyalaan oleh spark
Water jacket for coolant flow plug. Langkah 2-3-4.
Motor bakar 4 langkah c. Langkah Kerja (Power Stroke)
menggunakan siklus Otto. Siklus 4
langkah sudah dipergunakan sejak tahun Piston bergerak dari TMA ke TMB,
1876, yaitu pada waktu Dr. N.A. Otto sebagai akibat adanya expantion hasil
berhasil membuat motor bakar torak pembakaran, kedua valve menutup.
dengan siklus kerja 4 langkah yang Langkah ini menghasilkan power.
pertama. Motor diesel juga dapat Langkah 4-5-6.
mempergunakan siklus 4 langkah, akan d. Langkah Buang (Exhaust Stroke)
tetapi oleh karena sistem penyalaannya
Piston bergerak dari TMB ke TMA, F. Metode Penelitian
mendorong gas sisa pembakaran Pengujian bio-ethanol pada engine OS
keluar, intake valve manutup dan MAX 15 LA-S pesawat Wing Dragon
exhaust valve membuka. Langkah 6-1. dengan cara sebagai berikut:
1. Engine dijalankan dengan bahan
bakar asli, yaitu methanol.
C.3. Motor OS MAX 15 LA-S
2. Mengukur kecepatan putar engine
Pada penelitian ini engine yang
dengan menggunakan RPMmeter.
digunakan adalah engine OS MAX 15 LA-
3. Kemudian mengukur gaya dorong
S. Dimana spesifikasinya adalah sebagai
(thrust) dengan cara pesawat
berikut :
model dengan engine sedang
a. Displacement : 2,49 cc (0,1517 cu.in)
running digantung pada timbangan
b. Bore : 15,2 mm (0,598 in)
buah dan langsung dapat
c. Stroke : 13,7 mm (0,539 in)
ditimbang besarnya thrust dari
d. Practical RPM : 2500-18000 RPM
nilai yang terbaca pada timbangan
e. Power Output : 0,41 BHP (17000
tersebut.
RPM)
4. Langkah 2 dan 3 diulang-ulang
f. Weight : 135 g (4,87 oz)
dengan variasi campuran bahan
bakar methanol-ethanol sampai
dengan bahan bakar methanol
murni.
5. Dari beberapa pengujian
dilakukan analisis kinerja engine
tersebut dengan menggunakan
variasi campuran bahan bakar.

F.1. Pembuatan Ethanol


1) Alat dan Bahan, antara lain:
Ketela, ragi tape, air, alat
distilasi, kompor dan tangki,
zeolit atau gamping, dan
Gambar 16. Engine OS Max 15LA-S termometer
2) Cara Kerja
C.4. Propeller APC 7x4 Sebagai bahan baku
Propeller atau biasa dinamakan Bahan Bakar Nabati (BBN)
baling-baling adalah suatu perangkat yang singkong diolah menjadi
menghasilkan gaya dorong dengan cara bioethanol pengganti bahan bakar
menghasilkan akselerasi udara ke dari fosil. Singkong merupakan
belakang. Untuk dapat menghasilkan gaya salah satu sumber pati. Pati
dorong ini, propeller dipasangkan pada merupakan senyawa karbohidrat
piston engine atau turboprop. yang komplek. Sebelum
difermentasi pati diubah menjadi
glukosa atau karbohidrat yang
lebih sederhana. Dalam
Gambar 17. Jenis Propeller APC 7x4
penguraian pati memerlukan
bantuan cendawan Aspergillus sp.
D. Tujuan Kegiatan
Cendawan ini akan menghasilkan
Penelitian ini bertujuan antara lain:
enzim alfaamilase dan
1. Pembuatan bio-ethanol dari ketela.
glikoamilase yang akan berperan
2. Pengujian bio-ethanol pada engine
dalam mengurai pati menjadi
OS MAX 15 LA-S pesawat Wing
glukosa atau gula sederhana.
Dragon untuk mengetahui kinerja
Setelah menjadi gula baru
engine tersebut.
difermentasi menjadi ethanol.
Proses konversi pati menjadi
bioethanol adalah sebagai berikut:
a. Konversi Karbohidrat menjadi gula (glukosa) larut air
Dilakukan dengan penambahan air dan enzyme sehingga diperoleh glukosa
dan air. Reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut:
(C 6 H10 O 5 )n nC H O
⎯⎯ ⎯ ⎯ ⎯ ⎯ ⎯ ⎯ ⎯ ⎯ ⎯ ⎯ ⎯ ⎯→ 6 12 6
(pati ) enzym α − amilase dan glukoamilase (glukosa )
b. Konversi Glukosa menjadi Bioethanol
Proses konversi glukosa menjadi ethanol dilakukan dengan penambahan ragi
T T

(yeast) biasanya digunakan Saccaromyces Cereviceae. Reaksi kimia yang terjadi


adalah sebagai berikut:
(C 6 H12 O 6 )n 2C 2 H 5 OH + 2CO 2
⎯⎯⎯→
(glukosa ) yeast (e tan ol + karbondioksida )
Secara teoritis langkah – langkah C sambil diaduk selama 30 menit
dalam pembuatan bioethanol berbahan sampai mengental menjadi bubur.
dasar singkong adalah sebagai berikut:
1. Mengupas singkong segar, semua
jenis dapat dimanfaatkan, kemudian
membersihkan dan mencacah sampai
berukuran kecil.

Gambar 20. Bubur Ketela


4. Memasukkan bubur gaplek kemudian
memasukkan ke dalam tangki
skarifikasi. Skarifikasi merupakan
proses penguraian pati menjadi
Gambar 18. Singkong Segar glukosa. Setelah dingin memasukkan
Dikupas cendawan Aspergilus sp yang akan
2. Mengeringkan singkong yang telah menguraikan pati menjadi glukosa.
dicacah hingga kadar air maksimal Untuk menguraikan 100 liter bubur
16% atau sama dengan singkong yang pati singkong memerlukan 10 liter
dibuat gaplek. Tujuan pengeringan ini larutan cendawan Aspergillus atau
untuk pengawetan sehingga produsen 10% dari total bubur. Konsentrasi
dapat menyimpan sebagai cadangan cendawan mencapai 100 juta sel/ml.
bahan baku. Sebelum digunakan cendawan
dibenamkan ke dalam bubur gaplek
yang telah dimasak agar adaptif
dengan sifat kimia bubur gaplek.
Cendawan berkembang biak dan
bekerja mengurai pati.

Gambar 19. Singkong Dijemur


3. Memasukkan 25 kg gaplek ke dalam
tangki berkapasitas 120 liter,
kemudian menambahkan air hingga
mencapai volume 100 liter dan Gambar 21. Skarifikasi
memanaskan gaplek hingga suhu 100° 5. Setelah dua jam bubur gaplek akan
berubah menjadi 2 lapisan yaitu air
dan endapan gula. Mengaduk kembali
pati yang sudah berubah menjadi gula
kemudian memasukkannya ke dalam
tangki fermentasi. Sebelum
difermentasi kadar gula maksimum
larutan pati adalah 17 – 18% karena
itu merupakan kadar gula yang cocok
untuk hidup bakteri Saccaromyces
dan bekerja untuk mengurai gula
menjadi alcohol. Penambahan air
dilakukan bila kadar gula terlalu tinggi Gambar 24. Bir
dan sebaliknya jika kadar gula terlalu 8. Menyedot larutan ethanol dengan
rendah perlu penambahan gula. selang plastik melalui kertas saring
berukuran 1 mikron untuk menyaring
endapan protein.

Gambar 22. Fermentasi


6. Menutup rapat tangki fermentasi untuk
mencegah kontaminasi dan menjaga Gambar 25. Pemisahan Bir
Saccharomyces agar bekerja lebih 9. Melakukan destilasi atau penyulingan
optimal. Fermentasi berlangsung untuk memisahkan ethanol dari air
anaerob atau tidak membutuhkan dengan cara memanaskan pada suhu
oksigen pada suhu 28°-32°C. 78° C atau setara titik didih ethanol
sehingga ethanol akan menguap dan
mengalirkannya melalui pipa yang
terendam air sehingga terkondensasi
dan kembali menjadi ethanol cair.

Gambar 23. Fermentasi secara anaerob


7. Setelah 2 – 3 hari larutan pati berubah
menjadi 3 lapisan yaitu lapisan
terbawah berupa endapan protein,
lapisan tengah air dan lapisan teratas Gambar 26. Destilasi
ethanol. Hasil fermentasi disebut bir 10. Hasil penyulingan berupa 95%
yang mengandung 6 – 12 % ethanol. ethanol dan tidak dapat larut dalam
bensin. Agar larut diperlukan
ethanol dengan kadar 99% atau
disebut ethanol kering sehingga
memerlukan destilasi absorbent.
Destilasi absorbent dilakukan
dengan cara ethanol 95%
dipanaskan dengan suhu 100°C
sehingga ethanol dan air akan
menguap. Uap tersebut dilewatkan
pipa yang dindingnya berlapis zeolit
atau pati. Zeolit akan menyerap
kadar air tersisa hingga diperoleh
ethanol dengan kadar 99%. Sepuluh
liter ethanol 99% membutuhkan 120
– 130 liter bir yang dihasilkan dari
25 kg gaplek.

Gambar 29. Engine OS Max 15LA-S

c. Propeller APC 7x4


Untuk menghasilkan gaya dorong (thrust)
dipergunakan Propeller APC 7x4.

Gambar 27. Peningkatan kadar ethanol


F.2. Percobaan Pada Engine Gambar 30. Propeller APC 7x4

1) Alat dan Bahan d. Timbangan Digital


Adapun bahan yang digunakan Untuk mengukur nilai thrust pada
untuk penelitian adalah sebagai pesawat model Wing Dragon
berikut: dipergunakan timbangan digital yang biasa
a. Bahan Bakar Nitromethan 35% dipergunakan oleh pedagang buah.
Coolpower (Methanol Pure)
Bahan bakar ini merupakan bahan
bakar asli pesawat model Wing Dragon
dengan engine OS Max 15LA-S.

Gambar 31. Timbangan Digital

e. RPM Meter
Untuk mengukur kecepatan putar
engine pada pesawat model Wing Dragon
dipergunakan RPM meter.

Gambar 28. Nitromethan 35% Coolpower


(Methanol Pure)

b. Engine OS Max 15LA-S Gambar 32. RPM meter


Engine OS Max 15LA-S adalah
alt penghasil daya pada pesawat model f. Glow Plug
Wing Dragon. Glow Plug berfungsi untuk
membantu starting engine pada pesawat
model Wing Dragon.

Gambar 33. Glow Plug


g. Remote Contol (RC)
Remote Contol berfungsi untuk
mengatur jumlah konsumsi bahan bakar ke
dalam engine pada pesawat model Wing
Dragon.
Gambar 36. Tali (kawat) dan Batang Baja

j. Gelas Ukur
Gelas Ukur dipergunakan untuk
mengukur volume bahan bakar pesawat
model Wing Dragon.

Gambar 34. Remote contol (RC)

h. Fuel Tank
Fuel tank berfungsi untuk
menampung bahan bakar pada pesawat Gambar 37. Gelas Ukur
model Wing Dragon.
2) Cara Kerja

Langkah-langkah yang dilakukan saat


pengujian bahan bakar ethanol pada
engine OS MAX 15LA-S adalah sebagai
berikut :
a. Mempersiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan seperti engine,
propeller, fuel tank, badan pesawat,
serta alat-alat bantu lainnya seperti:
Gambar 35. Fuel tank gunting, isolasi, selang berukuran
kecil, dan lain-lain.
i. Tali (kawat) dan Batang Baja
Tali dan batang baja adalah b. Membuat rangkaian alat uji coba
asesoris tambahan untuk membantu proses menjadi seperti gambar di bawah,
pengukuran thrust. dengan sayap pesawat dilepas dari
bodi utama guna menghindari
terjadinya gaya angkat akibat putaran
propeller.

Gambar 38. Rangkaian Alat Uji Engine


c. Mempersiapkan peralatan pengukur bakar dicampur mulai dari methanol
RPM dan thrust, dimana alat ukur murni (bahan bakar aslinya tanpa
thrust menggunakan timbangan campuran ethanol) sampai dengan
gantung atau yang sering digunakan campuran yang diinginkan. Sebagai
oleh pedagang buah untuk mengukur contoh campuran adalah E10 yaitu
berat buah. Alat pengukur thrust campuran 10% ethanol.
disusun seperti gambar di bawah ini.
Sebelum mengukur thrust timbangan e. Engine pesawat dinyalakan dengan
buah diikat pada sebuah penyangga bahan bakar yang sudah disiapkan.
kayu atau besi yang kuat untuk Kemudian secara perlahan tuas radio-
menahan beban. Untuk mengukur kontrol ditekan naik pada kondisi:
RPM alat pengukur RPM didekatkan posisi throttle idel; posisi throttle 25%;
pada propeller pada saat engine posisi throttle 50%; posisi throttle
menyala. 75%; dan posisi throttle penuh.
Setelah itu dilakukan pengukuran
RPM dan thrust dengan menggunakan
alat ukur.

f. Untuk mengetahui nilai thrust


timbanglah engine dalam keadaan
menyala (running) pada saat campuran
bahan bakar yang diinginkan,
kemudian lihatlah alat ukur dan tulis
nilai yang tertera pada alat ukur
tersebut. Dimana nilai thrust yang
dihasilkan harus dikurangi berat
Gambar 39. Rangkaian Alat Ukur Thrust pesawat sebelum engine dinyalakan.
d. Mempersiapkan bahan bakar yaitu Saat engine digantungkan posisinya
bahan bakar ethanol dan methanol. dapat dilihat pada gambar di bawah
Methanol yang dipakai adalah ini.
Nitromethan 35% Coolpower. Bahan

Gambar 40. Pengujian Thrust Pesawat Model Wing Dragon


g. Mengetahui nilai RPM (Revolution h. Lakukan percobaan berkali-kali dari
Per Minute) yaitu dengan alat ukur no a-g untuk setiap campuran bahan
tachometer yang didekatkan pada bakar yang diinginkan.
propeller pada saat engine manyala.
Untuk posisi pengambilan data dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
G. Pengolahan dan Analisis Data

Pada penelitian ini diperoleh data-data


sebagai berikut:

Gambar 41. Pengujian RPM


Tabel 1: Data Hasil Pengujian
Bukaan Murni E5 E10
Throttle Thrust [N] RPM Thrust [N] RPM Thrust [N] RPM
Idle 1,28 5820 1,77 8740 0,98 5670
25% 3,43 13200 3,04 11850 2,65 12090
50% 5,5 14430 3,83 13580 5,3 14920
75% 8,14 16070 4,71 15330 6,77 15140
100% 8,44 16620 9,52 17490 8,04 16920

Lanjutan tabel 1
Bukaan E15 E20
Throttle Thrust [N] RPM Thrust [N] RPM
Idle 1,67 8490 1,18 4980
25% 6,28 12450 3,53 13410
50% 7,75 15810 5,7 14130
75% 9,22 17040 7,75 16710
100% 9,42 17310 9,61 17560

Kemudian dibuat grafik thrust v.s bukaan throttle sebagai berikut:


Grafik Thrust v.s. Bukaan Throttle

10,6

9,6
Murni
8,6 E5
7,6 E10

6,6 E15
Thrust [N]

E20
5,6
Poly. (Murni)
4,6 Poly. (E5)
3,6 Poly. (E10)

2,6 Poly. (E15)


Poly. (E20)
1,6

0,6
0 20 40 60 80 100
Bukaan Throttle [%]

Gambar 42: Grafik Thrust versus Bukaan Throttle


Grafik RPM v.s bukaan throttle adalah sebagai berikut:

Grafik RPM v.s. Bukaan Throttle

18000

16000 Murni
E5
14000 E10
E15
12000
E20
RPM

Poly. (Murni)
10000
Poly. (E5)
8000 Poly. (E10)
Poly. (E15)
6000 Poly. (E20)

4000
0 20 40 60 80 100
Bukaan Throttle [%]

Gambar 43: Grafik RPM versus Bukaan Throttle

H. Kesimpulan daripada komposisi murni maupun


Kesimpulan yang dapat ditarik dari komposisi yang lain. Adapun model
penelitian ini antara lain: matematika engine OS Max 15LA-S
1. Dari grafik yang ditunjukkan pada dengan bahan bakar E15 adalah
gambar 42 dan 43 dapat ditarik sebagai berikut:
kesimpulan bahwa komposisi E15 y1 = −0,001x 2 + 0,1747 x + 1,9172
adalah yang terbaik karena untuk
variasi bukaan throttle berapapun y 2 = −1,0869 x 2 + 197,61x + 8415,4
menghasilkan output yang lebih baik
Dimana, y1 adalah thrust, y2 adalah
RPM, x adalah bukaan throttle.
2. Diperlukan alat kontrol temperatur pada
destilator sehingga temperatur tabung
destilasi lebih konstan sehingga
diharapkan akan diperoleh hasil yang
diperoleh lebih baik.
3. Perlu mengukur temperatur engine di
dalam ruang bakar sehingga dapat
dihitung efisiensi thermal engine OS
Max 15LA-S dengan memanfaatkan
biethanol. Dengan pengukuran ini
maka kinerja engine dapat diamati dan
dipelajari dengan lebih baik.

L. Daftar Pustaka
1. Arismunandar, Wiranto, 2000,
Penggerak Mula: Motor Bakar Torak,
Penerbit ITB, Edisi kelima, cetakan
kesatu, Bandung.
2. Arends, BPM., dan Barendschot. H,
2000, Motor Bensin, Penerbit
Erlangga, Jakarta
3. BPPT, Kajian Lengkap Prospek
Pemanfaatan Biodiesel dan Bioethanol
pada Sektor Transportasi di Indonesia,
2005
4. Cengel, Yunus A., dan Boles, Michael
A, 1994, Thermodynamic: An
Engineering Approach. Mc. Graw-Hill
Inc., United State of America
5. Daggett, Dave, Alternate Fuelled
Aircraft, Boeing Product Development
Commercial Airplanes, Seattle, 2006
6. Indartono, Yuli: Bio-ethanol Alternatif
Energi Terbarukan: Kajian Prestasi
Mesin dan Implementasi di Lapangan,
http:/www.energi.lipi.go.id

You might also like