You are on page 1of 37

VAKSINASI PADA DEWASA

KELOMPOK XII

ANGGOTA KELOMPOK XII


030.06.061 030.06.223 030.07.007 030.07.130 030.08.001 030.08.025 030.08.061 030.08.085 030.08.110 030.08.146 030.08.188 030.08.213 030.08.243 030.08.283 030.08.306 Destya Nora Riza Soraya Aditya Prasetya Susanto Kadek Fabrian Khamandanu A A N Agung Mahardika Andre Ferryandri Susantio Birri Ifkar Dita Rahmita Giovanno Rachmanda Maulana Muhammad Diko Prakoso Oktaria Lutfiani Rosa Lina Tri Novia Maulani Muhammad Azri Azmi Bin Y Subbihah Binti Kamaralarifin

PENDAHULUAN
Imunisasi dewasa pada saat ini masih kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan imunisasi anak, walaupun kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi cukup tinggi pada orang dewasa. Bukti keberhasilan imunisasi dalam mencegah penularan berbagai penyakit telah lama diakui.

Pada tahun 1980 Badan Kesehatan Dunia WHO menyatakan penyakit cacar telah dilenyapkan dari muka bumi. Pada tahun 2000 sebenarnya WHO merencanakan eradikasi polio namun sampai 2005 masih banyak Negara yang melaporkan kasus polio termasuk Indonesia. Sekitar 50.000-70.0000 orang pada uisa dewasa di Amerika, dilaporkan meninggal karena infeksi pneumokok, influenza, atau hepatitis B, sebagai pembanding pada usia anak angka kematian berkisar antara 1000 orang karena penyakit-penyakit yang mendapat program imunisasi.

Setiap tahun diperkirakan 1 milyar wisatawan melakukan perjalan melalui udara dan lebih dari 50 juta orang melakukan perjalanan ke negara berkembang, 20-70% wisatawan mempunyai masalah kesehatan dalam perjalanan. Sehingga pemberian imunisasi harus mendapat perhatian untuk mencegah penularan penyakit infeksi termasuk pada orang dewasa. Pada tahun 2003 Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) telah menghasilkan konsensus imunisasi pada orang dewasa, sehingga diharapkan imunisasi pada orang dewasa di Indonesia akan lebih digalakkan.

Burnets clonal selection theory (1957) dan penemuan limfosit T&B (1965), merupakan kunci yang akhirnya menjelaskan mekanisme vaksinasi.

PEMBAHASAN
Vaksinasi adalah Vaksinasi adalah pemberian vaksin kedalam tubuh seseorang untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit tersebut. Kata vaksinasi berasal dari bahasa Latin vacca yang berarti sapi - diistilahkan demikian karena vaksin pertama berasal dari virus yang menginfeksi sapi (cacar sapi). Vaksinasi sering juga disebut dengan imunisasi.

Respon Imun Terhadap Vaksin


Sama dengan timbul akibat pathogen Pada pajanan awal ( first encounter = primiring) antigen dibawa oleh dendritic cells (DCs) lymph node timbul respons imun humoral / selular

JENIS VAKSIN
Vaksin yang dilemahkan (attenuated live vaccine) Vaksin yang telah dimatikan (bakteri, virus atau riketsia) Vaksin Subunit
Vaksin toksoid Vaksin konjugat Vaksin Rekombinan

Pendekatan baru dalam pembuatan vaksin


1. Vaksin rekombinan. Satu atau lebih gen yang mengkode determinan penting imunitas pada mikroorganisme di insersikan ke vektor. 2. Vaksin DNA. Berasal dari asam nukleat yang mengkode antigen penting.

Keuntungan vaksin hidup


Proteksi lama setelah vaksinasi satu kali. Merangsang pembentukan sistem imun secara luas termasuk respon sel T dan respons mukosa IgA. Menyebarluaskan imunitas herd (menimbulkan imunitas pada orang yang tidak divaksinasi).

Kerugian vaksin hidup


Dapat menimbulkan penyakit pada orang imunkompromais yang tak terdiagnosis. Dapat berubah menjadi virulen. Untuk mempertahankan potensi perlu penyimpanan dan transportasi pada suhu 4oC atau yang sangat rendah. Lebih reaktogenik.

Keuntungan vaksin inaktif


Aman karena tak ada risiko jadi virulen. Mudah diproduksi dan disimpan. Dapat digunakan pada bayi tanpa interferensi dengan antibodi yang berasal dari ibu. Toleransi lebih baik

Kerugian vaksin inaktif


Memerlukan penggunaan berulang untuk mempertahankan proteksi. Rangsangan imunitas seluler dan mukosa kurang.

Indikasi vaksinasi dewasa


Riwayat paparan : Tetanus toksoid., Rabies Risiko penularan : Influenza, Hepatitis A, Tifoid, MMR. Usia lanjut : Pneumokok, Influenza. Risiko pekerjaan : Hepatitis B, Rabies. Imunokompromais : Pneumokok, Influenza, Hepatitis B. Hemophilus influenza tipe B. Rencana bepergian : Yellow fever, Japanese B encephalitis, Tifoid, Hepatitis A. Jemaah haji : Meningokok, Influenza

DPT (Diphteri Pertusis Tetanus)


Imunisasi DPT

Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Pertusis (batuk rejan) adalah infeksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking. Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan, yang disuntikkan pada m. Deltoideus atau m. Vastus lateralis.

Demam Tifoid
Dianjurkan penggunaannya pada pekerja jasa boga, wisatawan yang berkunjung ke daerah endemis. Pemberian vaksin Thypim vi perlu diulang setiap 3 tahun. Macam vaksin : antigen vi inaktif Efektivitas : 50-80 % Rute suntikan : i.m.

Yellow Fever
Vaksin ini diwajibkan oleh WHO bagi wisatawan yang akan berkunjung ke Afrika Selatan. Ulangan vaksinasi setiap 10 tahun. Macam vaksin : virus hidup dilemahkan Efektivitas : tinggi Rute suntikan : s.c.

Japanese encephalitis
Untuk wisatawan yang akan bepergian ke daerah endemis (Asia) dan tinggal lebih daripada 30 hari atau akan tinggal lama di sana, terutama jika mereka melakukan aktivitas di pedesaan. Macam vaksin : virus inaktif Efektivitas : 91 % Rute suntikan s.c

Rabies
Bukan merupakan imunisasi rutin,dianjurkan pada individu yang berisiko tingggi tertular ( dokter hewan dan petugas yang bekerja dengan hewan , pekerja laboratorium ) wisatawan berkunjung kedaerah endemis yang berisiko kontak dengan hewan dan individu yang tergigit binatang tersangka rabies. Macam vaksin : Virus yang dilemahkan Juga tersedia serum (Rabies Immune Globulin). Efektivitas : vaksin 100 % Rute penyuntikan : IM , SC.

HPV
Vaksin diberikan 3 dosis dalam 6 bulan. Dari 200 macam, tipe 16 dan 18 lah yang biasa menjadi etiologi CA serviks . Infeksi HPV paling sering terjadi pada kalangan dewasa muda (18-28 tahun).

Penggantian merek vaksin


Dianjurkan untuk menggunakan vaksin yang sama pada ulangan imunisasi. Vaksin yang diproduksi oleh perusahaan farmasi yang berbeda dalam komponen dan respons imunnya. Namun terdapat vaksin yang dapat digunakan merek yang lain sesuai dengan lisensi pengunaannya yaitu: difteri dan tetanus toksoid, vaksin polio hidup dan inaktif, Hepatitis A, Hepatitis B dan rabies.

Penggunaan simultan
Imunisasi Simultan maksudnya imunisasi yang dilakukan dengan memberikan lebih dari satu vaksin secara bersamaan. Imunisasi Simultan dapat dilakukan dengan menggunakan vaksin kombinasi (misalnya DPT dg HiB yang menggunakan vaksin TetraHib) Pada umumnya vaksin dapat digunakan secara simultan. Namun pemberian vaksin polio oral tak boleh bersamaan dengan kolera dan yellow fever. Begitu pula vaksin kolera dan yellow fever diberikan dengan jarak 3 minggu.

Pemberian vaksin dan imunoglobulin


Pemberian imunoglobulin bersamaan dengan vaksin inaktif atau toksoid tidak mempengaruhi respons imun. Namun pemberian imunoglobulin bersamaan (dalam waktu 14 hari) dengan vaksin virus hidup tertentu seperti campak, mumps dan varisela.

Pemberian vaksin pada penggunaan obat kemoterapi dan steroid


Setelah pemberian obat kemoterapi pemberian vaksin virus hidup ditunda 3 bulan atau sampai status imun pulih kembali. Sedangkan penderita yang menggunakan obat steroid sistemik dosis tinggi (lebih 2 mg/kg BB) selama 2 minggu atau lebih baru diberikan vaksin virus hidup setelah sebulan menghentikan steroid.

Cara Pemberian Vaksin


Intramuskular (i.m)diberikan pada orang dewasa di daerah deltoid menggunakan jarum A 22-25. Subkutan (s.c) diberikan pada daerah anterolateral paha (m. Vastus lateralis ) atau lengan (m. Deltiodeus )dengan jarum A22-25 yang panjangnya 5/8 atau inci. Intradermal (i.d) diberikan pada bagian volar lengan. Karena jumlah antigen yang disuntikkan sedikit tehnik penyuntikan harus benar dan setelah penyuntikan terbentuk benjolan.

Cara Pemberian Vaksin


Oral
Pada dasarnya organisme pathogen masuk lewat permukaan mukosa seperti GI tract Maka pemberian vaksin oral merupakan suatu hal yang logis untuk dilakukan Contoh pada vaksin Polio

Cara Pemberian Vaksin


Namun, beberapa kelemahan dari pemberian oral adalah :
Antigen mengalami perusakan pada waktu melewati lambung. Sistem pencernaan lebih cendrung untuk menimbulkan reaksi toleransi dibandingkan respon imun.

Kontraindikasi
Kontraindikasi absolut: anafilaksis terhadap komponen yang terdapat dalam vaksin.
Untuk vaksin pertusis ensefalopati yang timbul dalam 7 hari setelah penyuntikan yang tak dapat ditetapkan sebabnya dianggap sebagai kontraindikasi absolut. Pemberian vaksin dT untuk melengkapi seri imunisasi perlu dipertimbangkan kecuali memang terjadi anafilaksis nyata terhadap DTP.

Kontraindikasi sementara: perempuan yang mendapat vaksinansi MMR harus menghindari kehamilan dalam waktu sedikitnya 3 bulan dan sedangkan untuk vaksin varisela 1 bulan. Imunisasi virus hidup yang secara tidak sengaja diberikan pada perempuan hamil tidak menjadi alasan untuk terminasi kehamilan karena tidak ada data mengenai hubungan imunisasi vaksin hidup dengan kelainan janin. Ibu yang sedang menyusui diperbolehkan mendapat vaksin hidup.

Efek samping
1. Lokal Reaksi lokal berupa bengkak, nyeri pada tempat suntikan. Reaksi akan hilang dalam 48 jam dan biasanya sering terjadi pada suntikan intradermal.Pada umumnya pemberian vaksin dapat dilanjutkan.

2. Sistemik Reaksi sistemik dapat berupa demam, rasa lemah, nyeri otot dan nyeri kepala. Reaksi ini akan menghilang dalam 48 jam. Reaksi alergi (melalui IgE) dapat terjadi namun jarang. Reaksi ini berupa urtikaria, angioedema, anafilaksis setelah suntikan. Juga dapat terjadi reaksi imun kompleks meski jarang.Cara mengatasi reaksi sistemik sesuai dengan cara pengatasan reaksi alergi pada umumnya.

KESIMPULAN
Vaksinasi adalah pemberian vaksin kedalam tubuh seseorang untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit tersebut. Macam-macam vaksin diantaranya; vaksin yang dilemahkan (attenuated live vaccine), vaksin yang telah dimatikan (bakteri, virus atau riketsia), vaksin Subunit, vaksin Toksoid, dan vaksin konjugat. Setiap respom imun, baik pathogen maupun vaksin (=antigen =imunogen), akan menginduksi ekspansi klonal dari sel T &/ sel B yang spesifik, dan kemudian menyediakan suatu kelompok memori sel. Oleh karena itu pada pajanan selanjutnya, muncul respon imun sekunder yang lebih cepat dan lebih efektif.

DAFTAR PUSTAKA
http://mayoclinic.com/health/vaccines/ID00016 Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani W I, Setiowulan W. Kapita Selekta Kedokteran jilid 1. Edisi III. Jakarta : Media Aesculapius FKUI. 2000. Vaksinasi Dewasa. Available at : http://www.medicinenet.com/AI/article.htm. Accessed on February 06, 2010.

DAFTAR PUSTAKA
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpai r=en|id&u=http://www.mayoclinic.com/health/vacci nes/id00016 . Accessed on February 06, 2010. http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpai r=en|id&u=http://www.emedicinehealth.com/immu nization_schedule_adults/article_em.htm . Accessed on February 06, 2010.

You might also like