You are on page 1of 11

Helicobacter Pylori pada Dispepsia

Pembimbing: Prof. dr. Siti Nurdjanah, Sp. PD. KGEH

HELICOBACTER PYLORI

Infeksi Helicobacter pylori pada saluran cerna bagian atas mempunyai variasi klinis yang luas, dimulai daripada kelompok asimtomatik sampai tukak peptik, bahkan di hubungkan dengan keganasan di lambung seperti adenokarsinoma tipe intestinal atau mucosal associated lymphoid tissue atau (MALT) Limfoma

Morfologi H. pylori

Gram negatif Bersifat microaerophilic Menghasilkan beberapa macam enzym yang bersifat sitotoksin Menghasilkan VAC ( Vacuolating cytotoxin cell ) Disamping itu juga mengandung protein somatik cytotoxin 120 130 kD yang bersifat antigenik yang dapat merusak endotel Mengeluarkan platelet activating factor dan chemotactic substance

Patogenesis

Mukosa gaster terlindungi sangat baik dari infeksi bakteri, namun H. Pylori memiliki kemampuan adaptasi yang sangat baik terhadap lingkungan ekologi lambung Produksi urease dan motilitas sangat penting berperan pada langkah awal infeksi ini. Urease menghidrolisis urea menjadi karbondioksida dan ammonia, sehingga H. Pylori mampu bertahan dalam lingkungan yang asam.

Patogenesis (Cont.)

H. pylori menyebabkan peradangan penarikan neutrofil, diikuti limfosit T dan B, sel plasma, dan makrofag kerusakan epitel. Epitel lambung terinfeksi H. Pylori meningkatkan kadar interleukin-1, interleukin-2, interleukin-6, interleukin-8, dan tumor nekrosis faktor alfa. Lambung terinfeksi H. Pylori timbul respon autoantibodi terhadap H+ / K+ ATP ase sel-sel parietal lambung yang berkaitan dengan meningkatnya atrofi korpus gaster.

Patogenesis (Cont.)

Karena H. Pylori tidak bersifat invasif dan merangsang timbulnya respon humoral yang kuat, maka yang diharapkan adalah respon Th-2. Namun timbul paradoks, sel-sel mukosa gaster yang spesifik terhadap H. Pylori umumnya justru menunjukkan fenotip Th1. Studi studi menunjukkan bahwa sitokin Th1 menyebabkan gastritis sedangkan sitokin Th2 proteksi terhadap lambung

Patogenesis (Cont.)

Dispepsia

Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys-), berarti sulit dan (Pepse), berarti pencernaan. Istilah dispepsia mulai gencar dikemukakan sejak akhir tahun 80-an, yang menggambarkan keluhan atau kumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa penuh pada perut, sendawa, regurgitasi dan rasa panas yang menjalar di dada

PENUNJANG DIAGNOSTIK DISPEPSIA


1) Pemeriksaan Non Invasif a) OMD ( Oesophageal Maag Duodenal ) kontras ganda b) Serologi Helicobacter pylori c) Urea breath test 2) Pemeriksaan Invasif a) CLO ( Campylobacter like organism ) b) Patologi anatomi (PA) c) Kultur mikroorganisme (MO) jaringan

Pemeriksaan diagnostik untuk H. pylori

Skema representasi hasil akhir klinis setelah infeksi H pylori (Correa P, 2008)

You might also like