You are on page 1of 4

CERITA TENTANG AKU DAN DIA, BAGIAN 1 Aku duduk sendiri di atas batu besar yang ada di puncak

bukit di selatan kota, tempat kami sering menghabiskan waktu berdua. Bercerita tentang masa lalu yang penuh warna dan merajut mimpi masa depan yang mesti bahagia. Menatap langit yang begitu dekat, sehingga seolah dapat diraih dengan kedua tangan. Sering kami berdiri di atas batu ini sambil berteriak pada langit. Langit Lihatlah kami Anak anakmu! "up #ami selalu menganggap diri ini sebagai anak anak langit yang sedang menjalani masa pelatihan di bumi dan suatu saat nanti, kami akan kembali ke sana. #e tempat asal kami. #ampung sejati kami Aku berdiri. Angin yang kering menghembus pelan, mengacau rambutku yang sudah panjang. $ari sini, aku dapat melihat hampir keseluruhan kota kami yang kecil. %auh di utara, bayangan kapal kapal besar yang membuang sauh di pelabuhan terlihat samar, seolah monster monster raksasa yang muncul dari dalam laut, hendak menghancurkan kota. $i timur, berdiri &unung Baluran, sendirian, seolah sebuah pulau yang muncul di tengah lautan hijau kekuningan persawahan. $i selatan, bayangan gelap &unung 'aung dan &unung Argopuro berdiri angkuh, tinggi, mengingatkanku bahwa di atas yang tinggi masih ada yang lebih tinggi lagi. $i barat sana, barisan &unung 'inggit, &unung Agung, dan barisan perbukitan membentuk bayangan seorang putri yang sedang tidur dengan rambutnya yang panjang tergerai lepas sampai ke batas laut. $ulu, dia pernah bercerita tentang sang putri Suatu hari, dari dalam laut, akan muncul raksasa yang merupakan kekasih sang putri yang sedang tidur itu. Begitu sang raksasa mendekatinya, sang putri akan bangun, dan kemudian mereka akan pergi ke laut, tempat segalanya berasal. Saat itu, kota kami yang tua dan kecil itu akan mengalami perubahan besar yang diakibatkan oleh bangunnya sang putri. #ota kami akan terangkat dan bumi akan merekah. Berbagai macam material berharga akan keluar dari perut bumi. (adiah dari sang putri atas kesetiaan kota kami dalam menjaganya yang tertidur saat sedang menunggu sang raksasa, kekasihnya #emudian kami akan tertawa Mentertawakan khayalan kami yang kelewat tinggi Aku menatap matahari yang mulai turun. Sudah jam empat sore. Lembah yang ada di bawah sana mulai gelap, dan beberapa orang yang menggarap ladang di tempat itu mulai berkemas untuk pulang. )ajar saja, karena saat matahari benar benar telah hilang di cakrawala, tonggeret mulai bernyanyi, dan ad*an maghrib berkumandang bersahutan, maka wilayah perbukitan ini beralih penguasa. Manusia yang terlambat masuk ke kawasan permukiman harus melewatkan malam di atas pohon yang tinggi atau menumpang tidur di gardu penjaga antena komunikasi di puncak bukit kedua yang dilindungi pagar kawat yang tinggi dan dialiri listrik. +tu karena pada malam hari, daerah ini merupakan arena perburuan gerombolan anjing liar yang bersarang di gua gua yang

banyak terdapat di wilayah ini. Anjing anjing yang setiap kelompoknya berjumlah puluhan itu, akan memburu mahluk apapun yang berkeliaran di wilayah mereka. Sudah banyak orang yang menemui celaka gara gara meremehkan kebuasan anjing anjing itu. Aku merasa, kalau sekarang belum waktunya bagiku untuk kembali ke langit. #arenanya, aku beranjak pergi meninggalkan bukit itu. Malam itu, aku melangkah sendirian menyusuri trotoar kota yang telah mengalami beberapa kali pembangunan ulang karena bolak balik hancur diterjang banjir bandang. ,idak banyak orang yang berpapasan denganku. 'ata rata warga kota ini sudah mulai malas berjalan kaki, sejak konsep kredit murah sepeda motor tanpa uang muka dan jaminan itu diperkenalkan. Bahkan, jumlah sepeda kayuh pun sudah jauh menyusut dibandingkan masa masa waktu aku masih sekolah di tingkat dasar dan menengah. Akibatnya, mulai banyak warga kota yang memiliki masalah dengan berat badan. "ah, harga dari sebuah kenyamanan transportasi adalah ketidaknyamanan di bidang kesehatan. $ulu, dia selalu bersikeras untuk berjalan kaki dari rumahnya ke sekolah. -adahal, tetangga tetangganya banyak yang menodong orang tua mereka untuk membelikan sepeda motor atau memiliki tukang becak langganan yang selalu stand by di depan gerbang masuk kompleks tempat tinggalnya itu. $ia tinggal di sana, di kompleks perumahan dinas yang disediakan oleh instansi tempat bapaknya bertugas. -adahal, orang tuanya akan dengan entengnya memberikan apapun yang diinginkannya. #arena dia adalah anak gadis satu satunya di keluarga itu, bungsu pula, sehingga agak cenderung dimanja oleh ayah dan kakak kakaknya. .ntung ada ibunya, yang selalu tegas, cenderung keras, dalam mendidik dia. )aktu aku dipaksa berdiri selama setengah jam sambil mendengarkan petuah panjang lebar ibunya saat aku menjemput dia jam setengah tujuh malam untuk pergi ke alun alun di malam minggu, saat itulah aku tahu asal muasal si/at keras kepalanya itu. ,anpa kusadari, tiba tiba aku telah berada di alun alun kota yang, karena bukan malam minggu, sepi dan sedikit gelap. Aku menuju ke pusat alun alun. $ulu, di situ berdiri sebatang pohon beringin besar yang tubuhnya penuh goresan nama nama. 0amaku dan namanya juga ada di sana. Aku ingat persis lokasinya. $i sisi sebelah barat, di bawah, dekat dengan bagian akar. ,api, berbeda dengan goresan pasangan nama lainnya, yang dihiasi dengan simbol daun waru yang tertembus panah, goresan nama kami itu tanpa hiasan apapun. (anya dua nama yang digoreskan berdekatan. +tu saja. 0amun, goresan itu sangat berharga karena setelahnya kami harus berlari keluar masuk gang kecil sejauh tiga kilometer dalam rangka menghindari kejaran petugas satpol --. )aktu sudah memastikan bahwa para petugas itu tidak mengejar lagi, kami mengaso di sebuah gardu siskamling di pinggir sungai. $an kemudian kami tertawa Menertawakan kekonyolan yang baru saja kami lakukan -ohon beringin itu sudah tidak ada lagi. Menjadi salah satu korban dalam eu/oria gerakan re/ormasi. -ohon itu dianggap sebagai simbol dari kekuasaan salah satu partai dan massa yang mengklaim diri sebagai re/ormis kemudian merobohkan pohon yang

sudah berdiri sejak aku masih kecil itu. -adahal, pohon itu sudah banyak berjasa menaungi orang orang yang setiap pagi berolah raga di alun alun. -adahal, pohon itu sudah menjadi saksi kelahiran ratusan generasi berbagai jenis burung yang menjadikannya sebagai sarang. -adahal, pohon itu menyimpan sekian banyak kenangan dari entah berapa ratus pasangan yang mengikat janji di bawah naungan daun daunnya. Semua harus hilang karena manipulasi politik murahan. Sejak itu, alun alun kota tidak pernah sama lagi. Bagiku, setidaknya. Aku menatap monumen pengganti pohon itu. Sebuah perahu yang berada di atas gunung. 1ntah apa /iloso/i yang mendasari perancangan monumen ini. Aku tidak pernah bisa mengerti. -erahu di atas gunung, kalau menurutku, bukanlah simbol kemakmuran. %ustru itu merupakan simbol dari sesuatu yang tidak berada pada tempat yang semestinya. -erahu kan, mestinya ada di laut. -ercaya atau tidak, sejak monumen ini berdiri, kota kami jadi kacau. -ejabat yang tidak kompeten di posnya. ,ata pemerintahan yang justru semakin jelas penuh ##0. ,erbaginya masyarakat menjadi dua kelompok 2Barat dan ,imur3 yang masing masing bera/iliasi kepada pesantren berbeda yang saling bertentangan karena pimpinannya sama sama ingin mengendalikan pemerintahan kota dengan menempatkan orang pilihannya sendiri sebagai kepala daerah. Lebih ironis lagi, &unung Sampan 2&unung -erahu dalam bahasa madura3 adalah nama sebuah kompleks lokalisasi terbesar di kota ini )aktu kami mengetahui /akta itu, robohnya pohon kenangan dan monumen pengganti yang janggal, dia menatapku lama. Ada kekhawatiran di mata itu. "ah, dia memang sangat mempercayai bahasa simbol. Salah satu permainan yang paling digemarinya di waktu senggang adalah memecahkan kode rahasia yang kubuat. $an, aku tahu pasti, kalau kejadian itu merupakan sebuah simbol jelek baginya. A bad omen. Aku tidak pernah becus dalam usaha menghilangkan kekhawatiran. $an, saat itu pun tidak berbeda. #ekhawatiran itu tetap ada di matanya saat kami berpisah. Setamat SMA, aku pergi ke Surabaya, dan dia pergi ke Malang. #ami hanya sempat bertemu sekali. -ada lebaran pertama yang kujalani sebagai mahasiswa. Saat pulang kampung, aku mendapat undangan untuk menghadiri halal bihalal di rumah salah satu teman sekelas di kelas 4. $i sana aku bertemu dengannya. Masih dengan dandanan yang sama. 'ambut potong pendek, wajah tanpa make up kecuali bedak, dan busana yang praktis. 0amun dia tidak berhenti lama. ,urun dari motor pun tidak, karena dia harus segera pulang ke rumahnya. ,anpa sempat bertukar alamat atau nomor telepon, dia memacu motornya pergi bersama seorang teman sekelasku yang kuliah di kampus yang sama dengannya. Aku tak pernah bertemu dengannya lagi $ia hilang begitu saja dari lingkaran kecil hidupku Aku merapatkan jaket. (awa malam ini terasa agak dingin. Musim kemarau di kota ini selalu begitu. $i siang hari, panasnya begitu menyengat dan di malam hari dinginnya begitu menusuk. Sudah jam setengah sembilan. Aku mengambil (- dan menelpon adikku. $ia berjanji akan menjemputku di bagian selatan alun alun. $i warung bakso

yang buka persis di depan kantor dinas sospol. Aku nggak tahu apa nama kantor itu sekarang, tapi kami tetap menyebutnya warung bakso sospol. Aku mengakhiri panggilan telepon dan kemudian melangkah menyeberangi lapangan berumput menuju tempat perjanjian itu.

You might also like