You are on page 1of 54

Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten

Serdang Bedagai, 2009.




EVALUASI SISTEM DRAINASE PADA DAERAH
IRIGASI ULAR DI KAWASAN BENDANG KABUPATEN
SERDANG BEDAGAI



RONAULI NADEAK












DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2009
Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


EVALUASI SISTEM DRAINASE PADA DAERAH
IRIGASI ULAR DI KAWASAN BENDANG KABUPATEN
SERDANG BEDAGAI


SKRIPSI

Oleh :

RONAULI NADEAK
040308010 / TEKNIK PERTANIAN











DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2009
Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


EVALUASI SISTEM DRAINASE PADA DAERAH
IRIGASI ULAR DI KAWASAN BENDANG KABUPATEN
SERDANG BEDAGAI


SKRIPSI

Oleh :

RONAULI NADEAK
040308010 / TEKNIK PERTANIAN



Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
di Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara




Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing





(Prof. Dr.Ir.Sumono, M.S.)
Ketua Anggota
(Ir.Edi Susanto, M.Si.)





DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2009
Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


ABSTRACT
Drainage canal in irrigation system must be able to hold excess of water
and run off from irrigation system. If the drainage canal could not hold the excess
of water and the run off flood would be happened. To plan the flood discharge the
Rational method can be used. In this Research the data comprised of rainfall and
land use data. Rainfall data were transformed into hours intensity rainfall
through Mononobe method. The changes of land use at irrigation area in
Bendang gave a significant impact on flood discharge. Evaluation of drainage
system in Bendang must be done to get the capacity of drainage canal and to
predict flood. It could be concluded from the evaluation result that drainage canal
at Bendang could not hold the flood discharge.
Keyword : Drainage canal, flood discharge, rain fall, capacity of drainage canal,
Rational method

ABSTRAK
Dalam sistem irigasi saluran drainase harus mampu menampung kelebihan
air dari sistem irigasi dan limpasan air hujan (aliran permukaan). J ika saluran
drainase tidak dapat menampung kelebihan air dan limpasan air hujan maka akan
terjadi banjir. Untuk mendapatkan rancangan debit banjir dapat dihitung dengan
menggunakan metode Rasional. Data yang digunakan adalah data curah hujan
harian dan data tata guna lahan. Data ini kemudian ditransformasikan menjadi
intensitas hujan jam-jaman menggunakan metode Mononobe. Perubahan tata guna
lahan pada daerah irigasi Ular kawasan Bendang memberikan pengaruh besar
terhadap debit banjir. Evaluasi sistem drainase pada kawasan Bendang dilakukan
untuk mengetahui kapasitas saluran dan debit puncak (banjir) yang mungkin
terjadi. Dari hasil evaluasi disimpulkan bahwa saluran drainase di kawasan
Bendang tidak mampu menampung debit puncak.
Kata kunci : Saluran drainase, debit puncak, intensitas curah hujan, kapasitas
saluran drainase, metode Rasional.
Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.



RINGKASAN PENELITIAN
RONAULI NADEAK, Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular
di Kawasan Bendang Kabupaten Serdang Bedagai di bawah bimbingan
Sumono, selaku ketua komisi pembimbing dan Edi Susanto selaku anggota komisi
pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sistem drainase pada Daerah
Irigasi Ular di Kawasan Bendang Kabupaten Serdang Bedagai. Dari hasil
penelitian yang dilakukan menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :

Kondisi Daerah Intake Bendang
Daerah Intake (D.I.) Bendang terletak di dua kecamatan yakni Kecamatan
Perbaungan dan Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai.
D.I.Bendang adalah salah satu intake yang berada di Daerah Irigasi Ular dan
terletak di Blok III. Saluran drainase Bendang menampung kelebihan air
khususnya pada areal persawahan dari tujuh desa yaitu: desa Melati, Tualang,
Kutagaluh. Pulau Jambu, Dadap, Cilawan, dan Pantai Cermin Kiri, dengan total
luas daerah tangkapan air sebesar 319715 km
2
. Adapun saluran-saluran drainase
terdiri dari saluran primer (1 saluran) yang dinamai MC-I dan saluran sekunder (2
saluran) yang dinamai SC-I dan SC-II. Pada MC-I terdiri dari enam tipe yaitu 25-
D8, 20-D3, 20-D3i, 18-C3, 31-D12, dan 29-D12. Pada SC-I terdiri dari lima tipe
yaitu 24-C1, 23-C1, 22-B5, 22-B3 dan 21-B2. Pada SC-II terdiri dari dua tipe
yaitu 28-B4 dan 27-B4.


Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


Debit Saluran
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan kontinuitas Q=V.A
pada tiap tipe saluran dimana kecepatan aliran air diukur langsung di lapangan
dengan metode pelampung dan luas saluran diukur dengan menggunakan rumus
1/3 Simpson, maka diperoleh debit harian tiap tipe saluran adalah sebagai berikut
: pada MC-I besarnya 1,681 m
3
/s ; 2,542 m
3
/s; 2,163 m
3
/s; 1,732 m
3
/s; 2,648 m
3
/s;
2,087 m
3
/s ; 1,756 m
3
/s ; 1,390 m
3
/s ; dan 4,048 m
3
/s, pada SC-I besarnya
1,493 m
3
/s; 1303 m
3
/s; 1,673 m
3
/s ; 1,177 m
3
/s ; 0,934 m
3
/s ; dan 0,529 m
3
/s, pada
SC-II besarnya 0,759 m
3
/s 0,653 m
3
/s .
Debit Maksimum Saluran
Setelah dihitung dengan menggunakan persamaan Q = A x V, maka
diperoleh debit maksimum saluran sebesar 6,349 m
3
/s dimana nilai A merupakan
luas penampang saluran drainase dan V diasumsikan sama dengan kecepatan
saluran harian.
Analisa Curah Hujan
Setelah dilakukan pengolahan data curah hujan dengan distribusi Log Person
Type III, maka diperoleh besarnya curah hujan rancangan berbagai periode ulang
1, 2, 5, 10, 15, 20, dan 25 (tahun) pada DAS Ular sebesar 28,054 mm; 59,841
mm; 81,096 mm; 96,161 mm; 102,094 mm; 108,643 mm; dan 115,345 mm.
Waktu konsentrasi
Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus Flow Through
Time and Dermot pada tiap-tiap tipe saluran maka diperoleh besarnya waktu
konsentrasi sebesar 18,688 jam.
Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


Intensitas Hujan
Untuk menghitung debit puncak salah satu faktor yang mempengaruhi
adalah intensitas hujan. Adapun besarnya intensitas hujan untuk berbagai kala
ulang adalah 1,381 mm/jam; 2,946 mm/jam; 3,992 mm/jam; 4,734 mm/jam; 5,026
mm/jam; 5,348 mm/jam; dan 5,678 mm/jam.
Debit Puncak
Perubahan tata guna lahan dalam suatu daerah irigasi sangat mempengaruhi
besarnya debit puncak yang terjadi pada waktu datangnya hujan dimana hujan
tidak lagi mengalami infiltrasi melainkan melimpah sebagai aliran permukaan.
Untuk kawasan Bendang koefisien limpasannya 0,208. Sehingga debit puncak
untuk berbagai kala ulang adalah 255,125 m
3
/s ; 544,241 m
3
/s ;737,478 m
3
/s ;
874,554 m
3
/s ; 928,498 m
3
/s; 987,984 m
3
/s ; dan 1048,948 m
3
/s .












Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 27 Juli 1986 dari Ayah
S. Nadeak dan Ibu Jalia. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara.

Tahun 2004 penulis lulus dari SMU Swasta Kemala Bhayangkari 1 Medan
dan pada tahun 2004 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur
SPMB, pada Program Studi Teknik Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian,
Fakultas Pertanian.

Selama kuliah penulis mengikuti kegiatan organisasi IMATETA pada
tahun 2004-2009. Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT.
Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit Seberang Kabupaten Langkat.











Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Skripsi ini berjudul Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular di
Kawasan Bendang Kabupaten Serdang Bedagai.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof.Dr.Ir.Sumono,M.S,
sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir.Edi Susanto,M.Si, sebagai
anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan
bimbingannya pada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada ayahanda dan ibunda saya atas
segala perhatian, doa dan dukungan materil maupun moril. Terimakasih juga
penulis sampaikan kepada seluruh teman-teman yang telah membantu penulis
selama melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Juni 2009
Penulis


Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air merupakan syarat mutlak bagi pertumbuhan tanaman padi. Masalah
pengairan bagi tanaman padi sawah merupakan salah satu faktor penting yang
harus mendapat perhatian penuh demi berhasilnya panen yang akan datang.
Pengelolaan air yang salah bisa menjadi bencana bagi kehidupan. Air yang
berlebihan di suatu tempat akibat hujan yang besar dapat menjadi banjir dan
genangan yang menimbulkan kerugian yang besar. Sebaliknya kekurangan air
memungkinkan terjadinya bencana kekeringan (drought).
Perubahan tata guna lahan yang disebabkan oleh pertumbuhan penduduk
dan pembangunan yang begitu cepat menyebabkan banyak lahan yang semula
berupa lahan terbuka atau hutan berubah menjadi areal perkebunan, pemukiman
maupun industri menjadi kepentingan manusia. Hal ini tidak hanya terjadi di
kawasan perkotaan, namun sudah merambah ke kawasan budidaya dan kawasan
lindung yang berfungsi sebagai daerah resapan air. Dampak dari perubahan tata
guna lahan tersebut adalah meningkatnya aliran permukaan langsung sekaligus
menurunnya air yang meresap ke dalam tanah. Akibat selanjutnya adalah
distribusi air yang makin timpang antara musim penghujan dan musim
kemarau, debit banjir meningkat dan ancaman kekeringan.
Kelebihan air dipermukaan tanah dapat berupa genangan-genangan air,
daerah rawa dan lain-lain yang banyak berpengaruh, terutama pada usaha
pertanaman. Di daerah pertanaman yang jenuh air pada zona perakaran akan
menyebabkan gangguan pada pertumbuhan tanaman-tanamannya, yang kadang-
Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


kadang bahkan menyebabkan matinya tanaman karena kebusukan. Pada musim
penghujan kelebihan air semakin meningkat dan pengaruhnya tentu menjadi
semakin besar pula. Untuk itu dalam menciptakan sistem irigasi yang baik, maka
perlu dilengkapi dengan fasilitas pembuangan kelebihan air yang baik., yaitu
dengan melengkapi jaringan jaringan pemberi air pengairan dengan saluran
drainase (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1994).
Pada daerah basah keperluan drainase lebih besar dari pada daerah kering.
Hujan yang luar biasa menghasilkan rawa di daerah yang dalam dan rendah. Pada
daerah kering, drainase biasanya mengikuti irigasi. Drainase yang cukup dapat
meningkatkan susunan tanah dan menaikan serta menyempurnakan produktifitas
tanah.
Pembuangan kelebihan air (air irigasi, air hujan, genangan-genangan)
perlu dilakukan, karena dengan tindakan atau perlakuan demikian banyak
diharapkan terjadinya perbaikan aerasi tanah, yang akan menjadikan lingkungan
kehidupan mikroorganisma tanah lebih baik. Lingkungan kehidupan
mikroorganisma yang baik dapat membantu kesuburan tanah, karena mikroba
dalam kegiatan-kegiatannya akan membentuk senyawa-senyawa yang diperlukan
oleh tanaman. Sebaliknya tanaman membantu menambah bahan-bahan organik
yang diperlukan untuk kegiatan hidup mikroorganisma tanah tadi. Dengan
berlangsungnya proses kimia dan fisika, maka kesuburan tanah akan bertambah
baik. Pembuangan air (drainase) dalam sistem irigasi untuk fase-fase tertentu
sangat diperlukan, seperti pada saat akan melakukan pemupukan pada padi sawah
dan pengeringan sawah pada fase pemasakan bulir padi, dan menyalurkan
kelebihan air akibat curah hujan tinggi.
Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


Irigasi merupakan salah satu dari 15 aspek yang dikenali sebagai aspek-
aspek dalam pengembangan wilayah sungai, yaitu: pengendalian banjir, irigasi,
pembangkit tenaga listrik, navigasi, penyediaan air bersih, air kota dan air
industri, pengelolaan daerah aliran sungai, rekreasi, perikanan darat dan
perlindungan satwa liar, penanggulangan pencemaran, pengendalian salinitas,
pananggulangan kekeringan dan pengembangan air tanah (Pasandaran, 1991).
Sungai merupakan pendistribusian air yang memegang peranan penting
dalam terjadinya banjir maupun kekeringan pada suatu Daerah Aliran Sungai
(DAS). Sejumlah sungai di Sumatera Utara dewasa ini berada dalam kondisi kritis
dan cukup berpengaruh pada kehidupan masyarakat. Kualitas maupun kuantitas
yang menurun menimbulkan kekurangan air pada musim kemarau dan
menyebabkan banjir pada musim penghujan. Salah satu DAS di Sumatera utara
yang kondisinya kritis adalah DAS Ular
(Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai, 2008).
DAS Ular meliputi berbagai kawasan kritis diantaranya adalah Bendang
yang telah memiliki sistem irigasi. Sistem irigasi dapat dipergunakan sesuai
dengan umur teknisnya apabila dikelola dengan dengan baik. Namun DAS Ular
sudah mengalami kondisi yang kritis yang dapat mempengaruhi kemampuan
sistem irigai, baik dalam menyalurkan air atau membuang kelebihan air
(drainase). Akibat kondisi yang kritis dapat mempengaruhi terjadinya erosi yang
pada akibatnya dapat menyebabkan terjadinya pendangkalan sistem irigasi,
drainase dan banjir.
Saluran drainase yang dirancang secara teknis dalam sistem irigasi juga
harus mampu menampung limpasan air hujan. Besarnya limpasan air hujan yang
Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


masuk ke saluran drainase akan tergantung kepada kondisi daerah irigasi. Sampai
sejauh mana sistem drainase pada daerah irigasi Ular di kawasan Bendang
Kabupaten Serdang Bedagai saat ini dapat berfungsi dengan baik.Untuk itu perlu
dilakukan evaluasi terhadap sistem drainase yang ada. Sejauh ini belum diketahui
sampai seberapa besar kemampuan saluran drainase yang ada di kawasan
Bendang Kabupaten Serdang Bedagai dalam menampung kelebihan air.
Tujuan Penelitian

Untuk mengevaluasi sistem drainase di Daerah Irigasi Ular di Kawasan
Bendang Kabupaten Serdang Bedagai.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan bagi penulis untuk menyusun skripsi yang merupakan
syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Teknik
Pertanian Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara.
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan, untuk
pengelolaan sistem drainase di Daerah Irigasi Kawasan Bendang.




Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Daerah Irigasi Ular di Kawasan Bendang
Kawasan Bendang terletak di dua kecamatan yakni Kecamatan Perbaungan
dan Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai. Kabupaten Serdang
Bedagai terletak pada posisi 257" Lintang Utara, 316" Lintang Selatan, 98 27"
Bujur Barat dengan luas wilayah 1.900,22 km
2
dengan batas wilayah sebagai
berikut sebelah utara dengan Selat Malaka, sebelah selatan dengan Kabupaten
Simalungun, sebelah timur dengan Kabupaten Asahan dan Kabupaten
Simalungun, serta sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.
Dengan ketinggian wilayah berkisar 0 500 meter di atas permukaan laut. -
Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari 11 kecamatan dan 237 desa dan
6 kelurahan. ( Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai, 2008).
Kabupaten Serdang Bedagai memiliki iklim tropis yang kondisi iklimnya
hampir sama dengan Kabupaten Deli Serdang sebagai kabupaten induk.
Pengamatan stasiun Sampali menunjukkan ratarata kelembapan udara per bulan
sekitar 84 %, curah hujan berkisar antara 30 sampai dengan 34 mm per bulan
dengan periodik tertinggi pada bulan Agustus September 2004, hari hujan per
bulan berkisar 8 26 km dengan periode hari hujan yang besar pada bulan
Agustus September 2004. Ratarata kecepatan udara berkisar 1.10/dt dengan
tingkat penguapan sekitar 3.74 mm/hari. Temperatur udara per bulan minimum
23.7 C dan maksimum 32.2 C.

Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


Tercatat ada 15 (lima belas) sungai (besar & kecil) di daerah kabupaten
Serdang Bedagai yang prioritas untuk pemantauan berdasarkan tingkat kekritisan
ekosistem dan pemanfatan sumber irigasi yaitu : Sungai Ular, Sungai Rambung,
Sungai Belutu, Sungai Padang, Sungai Buluh, Sungai Martebing, Sungai Bedagai,
Sungai Rampah, Sungai Merah/Matapo, Sungai Lagunda, Sungai Nipah, Sungai
Pinang, Sungai Kerapuh, Sungai Perbaungan, dan Sungai Hitam
(Anonimous, 2006).
Sistem Drainase
Drainase berasal dari bahasa Inggris drainge, mempunyai arti mengalirkan,
menguras, membuang atau mengalihkan air. Dalam bidang teknik sipil, drainase
secara umum dapat didefenisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi
kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan maupun kelebihan air
irigasi suatu kawasan/lahan, sehingga fungsi kawasan/lahan tidak terganggu.
Drainase dapat juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah
dalam kaitannya dengan salinitas. Jadi, drainase menyangkut tidak hanya air
permukaan tapi juga air tanah (Suripin, 2004).
Drainase lahan pertanian didefenisikan sebagai pembuatan dan
pengoperasian suatu sistem dimana aliran air dalam tanah diciptakan sedemikian
rupa sehingga baik genangan maupun kedalaman air tanah dapat dikendalikan
sehingga bermanfaat bagi kegiatan usaha tani.
Sumber utama dari kelebihan air yang membuat drainase diperlukan pada
bagian tanah irigasi adalah kehilangan akibat rembesan dari reservoar atau
saluran dan kehilangan akibat perkolasi yang dalam dari tanah irigasi. Pemakaian
Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


air yang efisien pada daerah irigasi yang lebih tinggi mengurangi keperluan
drainase dari daerah yang lebih rendah. Penggenangan dari daerah yang lebih
rendah sejalan dengan limpahan sungai dan saluran-saluran drainase alamiah
selama periode aliran maksimum merupakan pembentuk sumber kelebihan air
dalam daerah lembah tertentu dalam daerah kering dari berbagai arah.
Dalam merancang suatu cara pengaliran air pengairan (drainase) agar tidak
terjadi kelebihan pada lahan pertanaman perlu diperhatikan faktor-faktor yang
berpengaruh sebagai berikut :
a. Jenis tanah dari lahan yang akan diberi saluran drainase
b. Kondisi iklim terutama curah hujan
c. Kedalaman permukaan air tanah yang sesuai untuk jenis tanaman yang
dibudidayakan (Israelsen and Hansen, 1962).
Ciri-ciri drainase yang baik yaitu : (1) memberikan kemudahan pembajakan
dan penanaman seawal mungkin, (2) memperpanjang musim tumbuh-tumbuhan,
(3) menyiapkan kelembaban tanah yang lebih berarti dan makanan untuk tanaman
dengan meningkatkan kedalaman tanah untuk daerah akar, (4) membantu ventilasi
tanah, (5) mengurangi erosi tanah dan pengaluran, (6) pertumbuhan yang cocok
bagi bakteri tanah, (7) membersihkan penggaraman tanah, dan (8) menjamin
temperatur tanah lebih tinggi. Drainase juga memperbaiki saniter dan kesehatan
lingkungan dan membuat daerah pemukiman lebih menarik (Hansen, dkk, 1992).
Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


Perhitungan Debit
Menurut Chow (1997), saluran terbuka adalah suatu saluran dimana cairan
mengalir dengan permukaan bebas yang terbuka terhadap tekanan atmosfir.
Berdasarkan asalnya, saluran terbuka dapat digolongkan menjadi saluran alami
dan saluran buatan. Saluran terbuka dapat berbentuk saluran, talang, terjunan, dan
sebagainya. Bentuk penampang saluran yang biasa dipakai untuk saluran tanah
yang tidak dilapis adalah bentuk trapesium. Hal ini disebabkan karena
kemantapan kemiringan dinding saluran dapat disesuaikan. Bentuk persegi
panjang biasa dipakai untuk saluran yang dibangun dengan bahan yang mantap
seperti pasangan batu padas, logam dan kayu. Penampang segitiga dipakai untuk
saluran yang kecil, selokan, dan penelitian di laboratorium. Sedangkan
penampang lingkaran dipakai untuk saluran pembuang air kotor dan gorong-
gorong yang berukuran sedang maupun kecil.
Untuk menghitung debit pada aliran saluran terbuka dapat dihitung dengan
persamaan Q =V x A ....(1)
Dimana :
Q =debit ( m
3
/det)
V =kecepatan aliran (m/det)
A =luas penampang saluran .
Pengukuran debit dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Secara langsung dengan menggunakan sekat ukur, dan secara tidak langsung
dapat dilakukan dengan mengukur luas saluran dan mengatur aliran air. Kecepatan
Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


aliran air (V) dapat diukur dengan berbagai cara seperti menggunakan metode
pelampung, current meter, atau dengan menggunakan persamaan. Pada penelitian
ini kecepatan aliran air (V) diukur dengan metode pelampung.
Pelampung digunakan sebagai alat pengukur kecepatan aliran, apabila yang
diperlukan adalah besaran kecepatan aliran dengan tingkat ketelitian yang relatif
kecil. Walaupun demikian, cara ini masih dapat digunakan dalam prakteknya.
Metode ini dapat dengan mudah dilakukan walaupun keadaan permukaan air
tinggi, dan selain itu karena dalam pelaksanaannya tidak dipengaruhi oleh kotoran
atau kayu-kayu yang terhanyutkan, maka cara inilah yang sering digunakan.
Tempat yang sebaiknya dipilih untuk pengukuran kecepatan aliran yaitu bagian
sungai atau saluran yang lurus dengan dimensi seragam, sehingga lebar
permukaan air dapat dibagi dalam beberapa bagian dengan jarak lebar antara 0,25
m sampai 3 m atau lebih tergantung dari lebar permukaan
(Kartasapoetra dan Sutedjo, 1994).
Pada setiap bagian lebar tadi diapungkan suatu pelampung, waktu
mengalirnya pelampung sampai jarak tertentu dicatat/diukur dengan stopwatch,
dengan cara demikian dapat dihitung kecepatan aliran, dan selanjutnya dilakukan
perhitungan debit.
Luas penampang tiap-tiap saluran drainase pada penelitian ini diukur dengan
menggunakan metode 1/3 Simpson yaitu :
A = ( )


hn ganjil genap
h h ho
d
4 2
3
..... (2)
Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


dimana :
A =Luas Penampang ( )
d =jarak lebar (interval) (m)
h =kedalaman / tinggi permukaan air (m)
Curah Hujan Rancangan
Salah satu distribusi dari serangkaian distribusi yang dikembangkan Person
yang menjadi perhatian ahli sunber daya air adalah Log Person Type III, tiga
parameter penting dalam Log Person Type III yaitu: (i) harga rata-rata; (ii)
simpangan baku; dan (iii) koefisien kepencengan.
Berikut ini langkah-langkah penggunaan distribusi Log Person Type III
Ubah kedalam bentuk logaritmis, X =log X
Hitung harga rata-rata :
log
n
X
X
n
i
i
=
=
1
log

Hitung harga simpangan baku :
S =
5 , 0
1
2
1
log (log
(
(
(
(

=
n
X X
n
i
i

Hitung koefisien kepencengan :
G =
( )( )
3
1
3
2 1
) log (log
s n n
X X n
n
i
i

=


Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


Hitung logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang T dengan rumus :
Log X
T
=log X + K.s
Dimana K adalah variable standar (standardized variable) untuk X yang
besarnya tergantung koefisien kepencengan G (Suripin, 2004).
Waktu Konsentrasi
Waktu konsentrasi suatu daerah tangkapan air adalah waktu yang
dibutuhkan oleh air untuk mengalir dari titik terjauh di permukaan tanah dari
daerah tersebut ke titik pengeluaran, dimana saat itu tanah telah menjadi jenuh dan
cekungan-cekungan kecil sudah tergenang air ( Schwab dkk, 1997). Untuk
menghitung waktu konsentrasi dapat digunakan rumus Flow Through Time and
Dermot sebagai berikut :
Tc =1,67. 10
-3
7 , 0
(

S
L
....(3)
dimana : Tc =waktu konsentrasi (jam)
L = panjang saluran (m)
S = Kemiringan saluran (m/m)
Intensitas Curah Hujan
Intensitas adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan tiap
satuan waktu. Besarnya intensitas hujan berbeda-beda tergantung dari lamanya
curah hujan dan frekuensi kejadiannya. Intensitas hujan diperoleh dengan
melakukan analisis data hujan baik secara statistik maupun empiris. Untuk
Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


menghitung nilai I dari data hujan harian digunakan persamaan Mononobe dengan
nilai t sama dengan Tc. Persamaan Mononobe dinyatakan sebagai berikut:
I =
3 / 2
24
24
24
|
.
|

\
|
Tc
R
.......(4)
dimana I adalah intensitas curah hujan selama waktu Tc (mm/jam), Tc adalah
waktu konsentrasi (jam), dan adalah curah hujan dalam 24 jam (mm).
Intensitas hujan adalah jumlah hujan persatuan waktu. Untuk mendapatkan
nilai intensitas hujan di suatu tempat maka alat penakar hujan yang digunakan
harus mampu mencatat besarnya volume hujan dan waktu mulai berlangsungnya
hujan sampai hujan tersebut berhenti. Intensitas hujan atau ketebalan hujan per
satuan waktu lazimnya dalam satuan milimeter per jam. Data intensitas hujan
biasanya dimanfaatkan untuk perhitungan-perhitungan prakiraan besarnya erosi,
debit puncak (banjir), perencanaan drainase, dan bangunan air lainnya
(Asdak, 1995).
Lama waktu curah hujan adalah lama waktu berlangsungnya hujan, dalam
hal ini dapat mewakili total curah hujan atau periode hujan yang singkat dari
curah hujan yang relatif seragam. Untuk menetukan nilai intensitas hujan biasanya
menggunakan data curah hujan untuk daerah penelitian yang terdiri atas lama
hujan dan interval waktu hujan.
Perhitungan debit banjir dengan metode rasional memerlukan data intensitas
curah hujan. Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi
pada kurun waktu dimana air tersebut terkonsentrasi. Intensitas curah hujan
dinotasikan dengan huruf I dengan satuan mm/jam (Loebis, dkk, 1993).
Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


Pendugaan Debit Puncak Limpasan Permukaan
Ada 3 cara untuk memperkirakan debit puncak yaitu :
1. Cara Statistik (Probabilistik)
2. Cara Satuan hidrograf
3. Cara Empiris (Whistler, Rasional, dll)

Pada penelitian ini digunakan cara empiris yaitu dengan menggunakan
metode rasional. Metode ini sudah dipakai sejak pertengahan abad 19 dan
merupakan metoda yang paling sering dipakai untuk perencanaan banjir daerah
perkotaan. Walaupun banyak yang mengkritik akurasinya, namum metoda ini
tetap dipakai karena kesederhanaannya. Metoda ini dipakai untuk DAS yang
kecil. Metoda ini juga menunjukkan parameter-parameter yang dipakai metoda
perkiraan banjir lainnya yaitu koefisien run off, intensitas hujan, dan luas DAS.
Kurva frekuensi intensitas-lamanya dipakai untuk perhitungan limpasan (run off)
dengan rumus rasional untuk perhitungan debit puncak (Dumairy, 1992).
Limpasan didefenisikan sebagai bagian curah hujan yang membuat aliran
kearah saluran, sungai-sungai, danau, atau laut sebagai aliran permukaan atau
aliran bawah tanah. Istilah limpasan sering diartikan sebagai aliran permukaan
(run off) (Schwab, et. all, 1966).
Sosrodarsono dkk, (2003) menyatakan limpasan adalah air yang mencapai
sungai tanpa mencapai permukaan air tanah, yakni curah hujan yang dikurangi
dengan besarnya infiltrasi, air yang tertahan, dan besarnya genangan. Limpasan
permukaan merupakan bagian yang penting dari puncak banjir.

Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


Aliran pada saluran atau sungai tergantung dari beberapa faktor. Dalam
kaitannya dengan limpasan, faktor yang berpengaruh secara umum dapat
dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yakni faktor meteorologi dan karakteristik
daerah tangkapan saluran atau daerah aliran sungai (DAS).
Faktor-faktor meteorologi yang berpengaruh pada limpasan terutama adalah
karakteristik hujan yang meliputi intensitas hujan, durasi hujan, dan distribusi
curah hujan, sedangkan faktor-faktor karakteristik daerah tangkapan saluran atau
daerah aliran sungai (DAS) meliputi bentuk dan panjang saluran, jenis tanah, tata
guna lahan, kemiringan lahan dan sebagainya.
Pengaruh tata guna lahan pada aliran permukaan dinyatakan dalam koefisien
aliran permukaan (C), yaitu bilangan yang menampilkan perbandingan antara
besarnya aliran permukaan dan besarnya curah hujan. Angka koefisien aliran
permukaan itu merupakan salah satu indikator untuk menentukan kondisi fisik
suatu DAS. Nilai C berkisar antara 0 1. Nilai C =0 menunjukkan bahwa semua
air hujan terintersepsi dan terinfiltrasi ke dalam tanah, sebaliknya untuk nilai C =
1 menunjukkan bahwa air hujan mengalir sebagai aliran permukaan. Pada DAS
yang baik harga C mendekati nol dan semakin rusak suatu DAS maka harga C
semakin mendekati satu (Kodoatie dan Syarief, 2005).
Koefisien limpasan ( C ) dapat dinyatakan sebagai perbandingan antara
tinggi aliran dengan tinggi hujan. Harga C berubah sesuai dengan perubahan
penggunaan lahan. Harga C dapat dilihat pada Tabel 1.
Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


Tabel 1. Harga koefisien limpasan
Penutup Lahan Harga C
Hutan Lahan Kering Sekunder 0,03
Belukar 0,07
Hutan Tanaman Industtri 0,05
Hutan Rawa Sekunder 0,15
Perkebunan 0,40
Pertanian Lahan Kering 0,10
Pertanian Lahan Kering Campur 0,10
Pemukiman 0,60
Sawah 0,15
Tambak 0,05
Terbuka 0,20
Perairan 0,05
(Kodoatie dan Syarif, 2005).
Koefisien limpasan merupakan variabel yang paling menentukan debit
banjir. Pemilihan harga C yang tepat memerlukan pengalaman hidrologi yang
luas. Faktor utama yang memepengaruhi C adalah laju infiltrasi tanah atau
persentase lahan kedap air, kemiringan lahan, tanaman penutup tanah, dan
intensitas hujan.
Koefisien limpasan juga tergantung pada sifat dan kondisi tanah. Laju
infiltrasi menurun pada hujan yang terus-menerus dan juga dipengaruhi oleh
kondisi kejenuhan air sebelumnya. Faktor lain yang mempengaruhi nilai C yaitu
air tanah, derajat kepadatan tanah, porositas tanah dan simpanan depresi
(Suripin, 2004).
J ika daerah sekitar saluran terdiri dari berbagai macam penggunaan lahan
dengan koefisien aliran permukaan yang berbeda, maka C dapat dihitung dengan
persamaan berikut :
C =

=
i
n
i
i i
A
A C
1
............(5)
Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


dimana : =luas lahan dengan jenis penutup lahan i
C
i
=koefisien aliran permukaan jenis penutup tanah i
n =jumlah jenis penutup lahan
(Suripin, 2004).
Bila hanya tersedia data hujan, maka estimasi debit banjir dapat dikerjakan
dengan persamaan rasional. Pertama kali diajukan oleh Kuichling di USA pada
tahun 1889, dengan asumsi :
hujan yang turun dengan kurun waktu sama dengan Tc.
hujan jatuh merata di seluruh DAS dengan intensitas yang seragam
selama durasi hujan.
periode ulang debit puncak yang dihasilkan sama dengan periode ulang
intensitas hujan.
hujan yang jatuh semua menjadi run-off.
Q =f . C I A
Q =debit puncak (m3/detik)
f =faktor korelasi satuan
f =0,002778
C = koefisien limpasan yang besarnya ditentukan oleh
watak/karakteristik DAS
I =intensitas hujan maksimum dalam selang waktu konsentrasi
A =luas DAS (km2).
Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


Tc = waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan untuk
bergeraknya air dari titik aliran terjauh dari suatu DAS sampai dengan
titik pelepasan
(Schwab et.all, 1997).
Pada penelitian ini untuk memperoleh nilai debit puncak (Q) nilai A yang
digunakan bukan luas DAS melainkan luas daerah tangkapan saluran drainase
pada daerah Irigasi Ular di Kawasan Bendang Kabupaten Serdang Bedagai.



Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Daerah Irigasi Ular kawasan Bendang
Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juni
2009.
Bahan dan Alat
Bahan
Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data primer yang diperoleh dari penelitian kerja berupa luas penampang
basah saluran dan kecepatan aliran saluran.
2. Data sekunder :
- Data curah hujan selama 20 tahun (1985 2004) yang diperoleh dari
Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG).
- Data perencanaan saluran drainase Daerah Intake (DI) Bendang yang
diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum.
- Peta Daerah Irigasi Ular kawasan Bendang dan harga koefisien
limpasan.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Perlengkapan kerja seperti alat tulis, kalkulator, dan komputer.
2. Tape
Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


3. Kertas Milimeter
4. Stopwatch
5. Bola pelampung
6. Penggaris
Pelaksanaan Penelitian
Tahapan pelaksanaan penelitian sebagai berikut :
a. Evaluasi kapasitas saluran drainase harian
1. Menetukan lokasi penelitian
2. Menghitung luas penampang basah saluran dengan metode 1/3 Simpson
3. Mengukur jarak pada saluran drainase
4. Mengukur kecepatan aliran dengan metode pelampung
5. Menghitung debit aliran Q =A x V
b. Evaluasi kapasitas saluran drainase maksimum
1. Menghitung luas saluran maksimum dengan metode 1/3 Simpson
2. Menghitung debit maksimum saluran Q = A x V, dimana kecepatan
diasumsikan sama dengan kecepatan harian.
c. Evaluasi kapasitas drainase berdasarkan penggunaan lahan
1. Menetukan curah hujan harian maksimum untuk tiap-tiap tahun data.
2. Menentukan curah hujan rancangan dengan menggunakan Metode Log
Pearson type III : Log X =log X +K.s
3. Menetukan waktu konsentrasi dengan rumus Flow Trough Time and
Dermot : Tc =1,67 x 10
-3
7 , 0
(

S
L

Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


4. Menetukan Intensitas curah hujan dengan persamaan Mononobe
I =
3 / 2
24
24
24
|
.
|

\
|
Tc
R

5. Menghitung koefisien limpasan untuk kawasan Bendang
C =

=
i
n
i
i i
A
A C
1

6. Menentukan debit banjir rancangan dengan Metode Rasional
Q =0,002778 x CIA
7. Membandingkan debit puncak rancangan dengan kapasitas maksimum
saluran.

Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Daerah Irigasi Ular Kawasan Bendang
Daerah intake Bendang mengairi dua kecamatan yakni Kecamatan
Perbaungan dan Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai.
Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 257" Lintang Utara, 316"
Lintang Selatan, 98 27" Bujur Barat dengan luas wilayah 1.900,22 km2 dengan
batas wilayah sebagai berikut sebelah utara dengan Selat Malaka, sebelah selatan
dengan Kabupaten Simalungun, sebelah timur dengan kabupaten Asahan dan
kabupaten Simalungun, serta sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Deli
Serdang. Dengan ketinggian wilayah berkisar 0 500 meter di atas permukaan
laut. Wilayah kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari 11 kecamatan dan 237 desa
dan 6 kelurahan (Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai, 2008).
Daerah intake .Bendang adalah salah satu intake yang berada di Daerah
Irigasi Ular dan terletak di Blok III. Saluran drainase Bendang menampung
kelebihan air khususnya pada areal persawahan dari tujuh desa yaitu : desa Melati,
Tualang, Kutagaluh. Pulau J ambu, Dadap, Cilawan, dan Pantai Cermin Kiri,
dengan total luas daerah tangkapan air sebesar 319715 km
2
. Saluran primer (MC-
I) terdiri dari enam tipe yaitu 25- D8, 20-D3, 20-D3i, 18-C3, 31-D12, dan 29-
D12. Saluran sekunder 1 (SC-I) terdiri dari lima tipe yaitu 24-C1, 23-C1, 22-B5,
22-B3, dan 21-B2. Saluran sekunder 2 (SC-II) terdiri dari dua tipe yaitu 28-B4
dan 27-B4.
Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


Pada saluran sekunder 1 terdapat penyimpangan dimana pada saluran awal
air tidak dibuang melainkan dialirkan sebagai air irigasi. Hal ini terjadi karena
kurangnya air yang dibawa oleh saluran irigasi.
Debit Harian Saluran
Pada saluran terbuka debit saluran dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan Q =A x V. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 2, 3, dan 4.
Tabel 2. Debit Saluran Primer
Unit no Tipe Luas Penampang Basah
(m
2
)
Kecepatan Aliran
(m/s)
Debit Saluran
(m
3
/s)
25 D8 3,901 0,431 1,681
20 D3 4,208 0,604 2,542
20 D3i 3,095 0,699 2,163
18 C3 3,707 0,405 1,732
25 D8 5,426 0,488 2,648
25 D8 4,883 0,427 2,087
31 D12 3,636 0,483 1,756
29 D12 3,131 0,444 1,390
25 D8 14,305 0,283 4,048

Tabel 3. Debit Saluran Sekunder 1

Unit no Tipe LuasPenampang Basah
(m
2
)
Kecepatan Aliran
(m/s)
Debit Saluran
(m
3
/s)
24 C1 7,318 0,204 1,493
23 C1 5,688 0,229 1,303
23 C1 6,747 0,248 1,673
22 B5 2,719 0,433 1,177
22 B3 2,849 0,328 0,934
21 B2 1,702 0,311 0,529

Tabel 4. Debit Saluran Sekunder 2

Unit no Tipe Luas Penampang Basah
(m
2
)
Kecepatan Aliran
(m/s)
Debit Saluran
(m
3
/s)
28 B4 2,803 0,299 0,838
27 B4 2.391 0.273 0.653

Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


Debit Maksimum Saluran
Untuk memperoleh kapasitas maksimum saluran drainase, kedalaman
saluran yang dipakai adalah ketinggian tanggul dikurang 0,5 m. Hal ini sesuai
dengan Anonimous (2009) yakni jumlah kelebihan air yang harus dialirkan dalam
waktu tertentu dikenal sebagai koefisien drainase, dinyatakan dalam satuan tinggi
air selama 24 jam dan kapasitas saluran drainase dirancang dan diperhitungkan
berdasarkan koefisien drainase yang ada. Pada umumnya tinggi tanggul yang
tidak basah berkisar antara 0,5 - 1 meter dari permukaan tanggul, sebagai
pengaman untuk tidak terjadi pelimpahan air keluar dari saluran.
Dari hasil penelitian diperoleh debit maksimum pada saluran drainase adalah
6,349 m
3
/s. Data lebih rinci mengenai perhitungan debit maksimum saluran tertera
pada lampiran 9.
Bila dibandingkan debit rencana sebesar 36,217 m
3
/s yang dibuat oleh Dinas
Pekerjaan Umum telah terjadi penurunan kapasitas saluran drainase sebesar
82,469 %. Hal ini di sebabkan oleh penurunan luas penampang saluran akibat
sedimentasi.
Curah Hujan Harian Maksimum
Dalam menghitung besarnya curah hujan maksimum di DAS Ular,
diperlukan data curah hujan harian selama beberapa tahun terakhir, dalam hal ini
makin panjang data curah hujan harian yang diperoleh maka semakin efektif pula
pola pendugaan debit puncak di dalam suatu DAS. Penelitian ini menggunakan
data curah hujan selama 20 tahun terakhir yang diperoleh dari Pusat Balai
Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


Penelitian Kelapa Sawit Medan tahun 1985 2004 dari stasiun Adolina, Gunung
Monako, dan Tanjung Maria.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mendapatkan data curah
hujan maksimum harian rata-rata dengan menggunakan beberapa stasiun hujan.
Penentuan data curah hujan maksimum menggunakan metode anual maksimum
series yakni dengan hujan maksimum harian dari setiap tahun data. Kemudian
dihitung hujan harian rata-rata maksimum tiap tahun dengan menggunakan
metode Poligon Thiesen. Dimana cara ini memberikan proporsi luasan daerah
pengaruh stasiun curah hujan untuk mengakomodasi ketidakseragaman jarak dan
cara ini cocok untuk daerah datar dengan luas 500 5.000 k . Hasil metode
Poligon Thiesen lebih akurat dibandingkan dengan rata-rata aljabar. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Suripin (2004) menyatakan bahwa metode Poligon Thiesen
lebih akurat dibandingkan dengan rata-rata aljabar sebab dalam hal ini stasiun
tidak tersebar secara merata.
Setelah dilakukan analisa, diperoleh data curah hujan harian maksimum rata-
rata selama 20 tahun terakhir.
Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


Tabel 5. Data Curah Hujan Maksimum Harian Rata-rata
No Tahun Rmax Ular (mm)
1 1994 34
2 1999 37
3 1993 38
4 1998 39
5 2004 44
6 2002 48
7 2000 51
8 1995 53
9 1991 55
10 1990 63
11 1996 65
12 1992 65
13 1989 68
14 1985 70
15 2003 75
16 1987 79
17 1997 83
18 1986 98
19 1988 105
20 2001 115

Berdasarkan Tabel 5 diatas diperoleh curah hujan rata-rata maksimum
terendah adalah 34 mm dan tertinggi 115 mm.
Curah Hujan Rencana
Setelah dilakukan analisis frekuensi pada penelitian sebelumnya dengan data
curah hujan yang sama maka diperoleh bahwa jenis distribusi yang cocok dengan
sebaran data curah hujan harian maksimum di DAS Ular adalah distribusi Log
Pearson Type III. Setelah itu data distribusi yang telah didapat diubah ke dalam
bentuk logaritmik sehingga diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 6. Parameter Statistik Analisa Frekuensi Distribusi Log Pearson Type III
Parameter Nilai DAS
Ular
Rata-rata Logaritmik Log 1,782
Deviasi Standar Logaritmik s 0,154
Koefisien Kemencengan G 0,208

Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


Setelah dilakukan perhitungan curah hujan rancangan dalam periode ulang
tertentu dengan persamaan Log + K.s. Sehingga diperoleh persamaan
untuk DAS Ular adalah Log X =1,782 +0,154 K, dimana nilai K diperoleh
dengan menginterpolasi nilai K pada lampiran 5. Dari persamaan tersebut maka
diperoleh hujan rancangan sebagai berikut:
Tabel 7. Hujan Rancangan Berbagai Periode Ulang
No Kala Ulang
(Tahun)
Hujan Rancangan
(mm)
1 1 28,054
2 2 59,841
3 5 81,096
4 10 96,161
5 15 102,094
6 20 108,643
7 25 115,345

Tabel 7 menunjukkan bahwa semakin lama periode ulang hujan maka
semakin besar hujan rancangannya, namun pertambahannya semakin kecil pada
periode ulang yang lebih lama.
Waktu Konsentrasi

Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa waktu konsentrasi untuk saluran
drainase adalah sebesar 18,688 jam. Waktu konsentrasi dihitung dari inlet ke
outlet dengan asumsi air dari titik terjauh kawasan Bendang telah masuk ke
saluran drainase. Data lebih rinci mengenai perhitungan waktu konsentrasi tertera
pada lampiran 4.
Intensitas Hujan
Untuk mendapatkan hujan jam-jaman dari data curah hujan digunakan
rumus Mononobe. Hal ini disebabkan jangka curah hujan jangka pendek tidak
Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


tersedia, yang ada adalah data curah hujan harian. Ini sesuai dengan pernyataan
Loebis dkk (1992) bahwa intensitas hujan (mm/jam) dapat diturunkan dari data
curah hujan harian empiris dengan menggunakan metode Mononobe. Hasilnya
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Intensitas Hujan J am-jaman (mm/jam) untuk berbagai kala ulang pada
DAS Ular.

T
(menit)
Kala Ulang (tahun)
1 2 5 10 15 20 25
5 50,978 108,738 147,361 174,736 185,517 197,417 209,596
10 32,114 68,501 92,832 110,077 116,868 124,365 132,037
15 24,507 52,276 70,844 84,004 89,187 94,908 100,763
20 20,230 43,153 58,480 69,344 73,623 78,345 83,178
25 17,434 37,188 50,397 59,759 63,446 67,516 71,681
30 15,439 32,932 44,629 52,919 56,184 59,789 63,477
60 9,726 20,746 28,114 33,337 35,394 37,064 39,988
120 6,127 13,069 17,711 21,001 22,297 23,727 25,191
180 4,676 9,974 13,516 16,027 17,016 18,107 19,224
240 3,860 8,233 11,157 13,230 14,046 14,947 15,869
360 2,945 6,283 8,515 10,096 10,719 11,407 12,110
480 2,431 5,186 7,029 8,334 8,849 9,416 9,997
720 1,856 3,958 5,364 6,360 6,753 7,186 7,629
960 1,532 3,267 4,428 5,250 5,574 5,932 6,298
1121,28 1,381 2,946 3,992 4,734 5,026 5,348 5,678
1200 1,320 2,816 3,186 4,525 4,804 5,112 5,427

Hasil intensitas hujan pada periode ulang tertentu kemudian dihubungkan
dengan kurva Intensity Duration Frequency (IDF). Dalam hal ini kurva IDF
menghubungkan dua parameter yang penting yang digunakan dalam metode
rasional untuk menghitung debit puncak. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Sosrodarsono dkk (2003), yang menyatakan bahwa lengkung IDF ini digunakan
untuk menghitung intensitas hujan rata-rata dari waktu konsentrasi yang
digunakan untuk menghitung debit puncak dengan metode rasional. Dari tabel 8
dapat dibuat kurva IDF seperti pada Gambar 1.
Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.



Gambar 1. Kurva IDF (Intensity Duration Frequency).
Dari kurva di atas dapat dilihat bahwa curah hujan yang tinggi berlangsung
dengan durasi waktu yang pendek demikian juga sebaliknya bahwa curah hujan
yang rendah berlangsung dengan waktu yang lama.
Koefisien Limpasan
Koefisien limpasan sangat besar pengaruhnya dalam perhitungan debit
puncak, dimana semakin besar koefisien limpasan maka debit puncak akan
semakin basar dan semakin kecil koefisien limpasan maka debit puncak akan
semakin kecil. Koefisien limpasan diperoleh dengan menghitung dari penutup
lahan yang ada pada sebuah kawasan. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Perhitungan Koefisien Limpasan Kawasan Bendang
Penutup lahan Luas (Km
2
) C C * A
Sawah 257565 0,15 38634,75
Pemukiman 46900 0,60 18760
Perkebunan 15250 0,40 9150
Total 319715 66544,75
Nilai C Bendang 0,208


Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


Pada penelitian ini nilai koefisien limpasan pada kawasan Bendang adalah
0,208, dimana nilai C kawasan diperoleh dari perhitungan beberapa nilai C
penutup lahan yang bersumber dari literatur.
Perubahan penutup lahan secara langsung sangat berpengaruh dalam
penentuan koefisien limpasan, dimana jika penutup lahan semakin sedikit maka
koefisien limpasan akan semakin tinggi sehingga jika terjadi hujan maka air akan
mengalir sebagai aliran permukaan dan akan memperbesar debit puncak.
Debit Puncak
Dengan adanya berbagai data yang diperoleh maka dapat dihitung debit
puncak daerah irigasi Ular kawasan Bendang dengan metode rasional untuk
berbagai kala ulang tertentu. Sehingga diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 10. Debit Puncak Daerah Irigasi Ular Kawasan Bendang
Kala Ulang Intnsitas (mm/jam) Debit Puncak (m
3
/s)
1 1,381 255,125
2 2,946 544,241
5 3,992 737,478
10 4,734 874,554
15 5,026 928,498
20 5,348 987,984
25 5,678 1048,948


Evaluasi Kapasitas Saluran Drainase
Berdasarkan hasil penelitian, debit maksimal saluran drainase pada kawasan
Bendang sebesar 6,349 m
3
bila dibandingkan dengan debit puncak (Tabel 10)
dapat disimpulkan bahwa saluran tidak dapat menampung debit puncak. Dan bila
dibandingkan dengan debit rencana pada awal pembangunan saluran drainase
yang mempunyai debit maksimum sebesar 36,217 m
3
/s maka dapat disimpulkan
saluran mengalami penurunan kapasitas saluran sebesar 82,469 %. Hal ini
Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


diantaranya disebabkan semakin berkurang luas penampang saluran karena
sedimentasi akibat erosi. Selain itu sedimentasi juga menyakibatkan kemiringan
saluran yang lebih landai, sehingga kecepatan aliran air akan menurun. Hal ini
diperparah dengan perawatan saluran yang kurang maksimal dimana banyak
terdapat sampah dan tanaman pengganggu di sekitar saluran.
Untuk mengurangi sedimen perlu dilakukan penanganan khusus pada
saluran seperti pengerukan saluran agar kondisi saluran kembali normal. Selain itu
juga perlu dilakukan pembersihan saluran dari sampah dan ranaman pengganggu.
Dalam perencanaan awal saluran drainase oleh Dinas Pekerjaan Umum,
kemingkinan saluran drainase hanya digunakan untuk menampung air dari daerah
persawahan, bukan untuk menampung air limpahan dari sekitar kawasan Bendang
dalam hal ini perkebunan dan pemukiman. Hal ini dapat dilihat dengan
membandingkan nilai debit rencana maksimum dengan debit puncak (Tabel 10),
dimana nilai debit rencana maksimum saluran jauh lebih kecil debandingkan
dengan debit puncak.

.


Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Debit harian tiap tipe saluran adalah sebagai berikut : pada MC-I besarnya
1,681 m
3
/s ; 2,542 m
3
/s; 2,163 m
3
/s; 1,732 m
3
/s; 2,648 m
3
/s; 2,087 m
3
/s ;
1,756 m
3
/s ; 1,390 m
3
/s ; dan 4,048 m
3
/s, pada SC-I besarnya 1,493 m
3
/s;
1,303 m
3
/s; 1,673 m
3
/s ; 1,177 m
3
/s ; 0,934 m
3
/s ; dan 0,529 m
3
/s, pada
SC-II besarnya 0,759 m
3
/s 0,653 m
3
/s
2. Waktu konsentrasi pada saluran drainase di kawasan Bendang adalah
18,688 jam.
3. Intensitas hujan untuk berbagai kala ulang 1, 2, 5, 10, 15, 20, dan 25 tahun
adalah 1,381 mm/jam; 2,946 mm/jam; 3,992 mm/jam; 4,734 mm/jam;
5,026 mm/jam; 5,348 mm/jam; dan 5,678 mm/jam.
4. Nilai koefisien limpasan untuk daerah sekitar kawasan Bendang adalah
0,208.
5. Debit puncak untuk berbagai kala ulang 1, 2, 5, 10, 15, 20, dan 25 adalah
255,125 m
3
/s ; 544,241 m
3
/s ;737,478 m
3
/s ; 874,554 m
3
/s ; 928,498 m
3
/s;
987,984 m
3
/s ; dan 1048,948 m
3
/s .
6. Debit maksimum pada saluran drainase di kawasan Bendang adalah
6,349 m
3
/s.
7. Saluran drainase pada kawasan Bendang dapat dikatakan kritis karena
tidak mampu menampung debit puncak.

Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


Saran
1. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk melihat faktor-faktor yang
ada di lapangan yang mempengaruhi debit banjir seperti penentuan nilai
koefisien limpasan dimana nilai ini dipengaruhi oleh laju infiltrasi,
kemiringan lereng dan jenis tanah pada suatu penutup lahan sebagai
variabel dalam memperkirakan nilai koefisien aliran.
2. Perlu dilakukan perhitungan yang lebih akurat dalam menentukan waktu
konsentrasi, dimana pada penelitian ini diasumsikan air dari titik terjauh
pada kawasan Bendang telah masuk ke saluran drainase sehingga waktu
konsentrasi hanya dihitung dari inlet ke outlet saja.
3. Perlu dilakukan pengukuran kecepatan aliran pada kondisi maksimum
yang sebenarnya, sehingga hasil yang diperoleh untuk debit maksimum
saluran lebih akurat.
4. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk menghitung debit puncak per
tipe saluran, sehingga dapat diketahui saluran drainase mana yang terlebih
membutuhkan penanganan khusus.
5. Perlu dilakukan penanganan khusus pada saluran drainase di kawasan
Bendang seperti pembersihan saluran dari sampah dan tanaman
pengganggu di sekitar saluran, pengerukan sedimen, serta penghijauan di
kawasan Bendang untuk memperkecil terjadinya banjir.
Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 2006. Sungai dan Daerah Pantai di Sumatera Utara Kritis.
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0506/25/sumbagut/1838636.htm.

Anonimous, 2009. Drainase Bawah Permukaan.
http://www.scribd.com/doc/13153792.htm

Asdak, C., 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. UGM-Press,
Yogyakarta.

Chow, Ven Te, dan E.V.Nensi Rosalina. 1997. Hidrolika Saluran Terbuka.
Erlangga:Jakarta.

Dumairy, 1992. Ekonomika Sumber Daya Air, Pengantar Hidrolika. BPFE Offset,
Yogyakarta.

Hansen, V.E., W.O. Israelsen, dan G.E. Stringham, Dasar-Dasar Dan Praktek
Irigasi. Edisi Keempat. Terjemahan E.P. Tachyan dan Soetjipto, Erlangga,
Jakarta.

Israelsen, O.W., and Hansen, 1962, Irrigation Principles and Practices., John
Willey & Sons, New York.

Kartasapoetra, A.G dan M. M. Sutedjo, 1990. Teknologi Pengairan Petani Irigasi.
Bumi Aksara, Jakarta.

Kodoatie, J.R. dan R. Syarief, 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Andi
Offset, Yogyakarta.

Loebis, J., Soewarno, dan B. Suprihadi, 1993. Hidrologi Sungai. Departemen
Pekerjaan Umum, Chandy Buana Kharisma, Jakarta.

Pasandaran, E., 1991. Irigasi Di Indonesia : Strategi dan Pengembangan, LP3ES,
Jakarta.

Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai, 2008. Profil Wilayah.
http://serdangbedagaikab.go.id/indonesia/index.php?option=com_content&task.

Schwab, G.O., Delmar, William and Richard, 1966, Soil and Water Conversation
Engineering, John Willey & Sons, Inc., New York.

Schwab, G. O. Delmar, William, dan Richard, 1997. Teknik Konservasi Tanah
dan Air. Terjemahan Robiyanto dan Rahmad H. P., Universitas Sriwijaya
Indralaya.

Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


Sosrodarsono, Suyono, dan K Takeda. 2003. Hidrologi Untuk Pengairan. Pradnya
Paramitha, Jakarta.

Suripin, 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Andi Offset,
Yogyakarta.

Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.



Lampiran 1. Diagram Alir Penelitian
- DataCurah Hujan
- Karakteristik Saluran
Drainase
- Fungsi Lahan
-Panjang Saluran
- Kemiringan Saluran
DataCurah Hujan
MaksimumHarian
seragam
DataTataGuna
Lahan
DataLuas Daerah
Tangkapan Air
Selesai
tidak
ya
DataHistoris
Identifikasi Tata
GunaLahan
Penentuan fungsi
lahan
Pengukuran Luas
Lahan
Pengukuran Luas
Lahan Tiap Fungsi
Lahan
Klasifikasi TataGuna
Lahan Berdasarkan
Fungsinya
Penentuan Nilai
Koefisien Limpasan
Perhitungan Nilai
Koefisien Limpasan
Gabungan (C)
Perhitungan Debit
Puncak
Q =0,002778 x C.I.A
Perhitungan Curah Hujan
dengan MetodeLog
Pearson TipeIII
Perhitungan Waktu
Konsentrasi dengan Metode
Flow Trough Timeand
Dermot
Perhitungan Intensitas Hujan
dengan MetodeMononobe
Evaluasi Sistem
Drainase
Perhitungan Debit
Maksimum
Q =A . V
Perhitungan Debit
Harian
Q =A . V
Pengukuran Luas
MaksimumPenampang
Saluran dengan Metode
1/3 Simpson
Pengukuran Luas
Penampang Basah
Saluran dengan
Metode1/3 Simpson
Pengukuran Kecepatan
Dengan Metode
Pelampung
PengukuranJ arak
Saluran Drainase
Penentuan Lokasi
Penelitian
Mulai
Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


Lampiran 2. Perhitungan Hujan MaksimumRata-rata DAS Ular
Tahun Tanggal
dan bulan
Gunung
Monako
Tanjung
Maria
Adolina Hujan
Harian
Rata-rata
Hujan Harian
Maksimum
Rata-rata
0,7 0,1 0,2
1985 26 Sept 100 0 0 70 70
14 Mar 24 250 0 45,8
11 Apr 32 140 42 44,8
1986 4 Mei 119 150 0 98,3 98
17 Apr 72 170 35 74,4
14 Mar 0 0 60 12
1987 19 Jun 105 0 27 78,9 79
10 Apr 0 233 0 23,3
11 Okt 0 0 68 13,6
1988 22 Febr 144 44 0 105,2 105
21 Jun 35 195 18 47,6
20 Nov 26 51 72 37,7
1989 11 Okt 73 40 62 67,5 68
16 Okt 39 112 0 38,5
23 Sept 19 44 69 31,5
1990 3 Sept 80 20 25 63 63
18 Okt 53 113 0 48,4
17 Okt 16 75 48 28,3
1991 25 Sept 76 15 0 54,7 55
19 Jul 1 76 17 11,7
3 Jun 0 11 120 25,1
1992 14 Nov 93 0 0 65,1 65
26 Mei 20 175 0 31,5
1 Okt 0 10 57 12,4
1993 7 Jul 48 0 22 38 38
23 Nov 0 90 18 12,6
5 Sept 0 40 70 18
1994 20 Okt 48 8 0 34,4 34
13 Nov 0 110 7 12,4
11 Sept 0 28 70 16,8
1995 11 Mar 73 17 0 52,8 53
26 Agus 63 98 4 35,8
21 Mar 0 0 73 14,6
1996 10 Jan 89 23 0 64,6 65
22 Mei 44 71 31 44,1
19 Mar 0 0 84 16,8
1997 20 Jul 104 36 33 83 83
6 Des 11 73 0 15
29 Okt 12 45 69 26,7
1998 7 Sept 53 0 10 39,1 39
23 Agus 18 73 33 26,5
15 Sept 0 0 63 13,2
1999 6 Mei 53 0 0 37,1 37
23 Apr 0 110 17 14,4
31 Des 0 47 102 25,1
2000 8 Mar 63 69 0 51 51
21 Sept 0 85 9 8,5
16 Sept 0 8 66 14
Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


2001 28 Des 123 143 72 114,8 115
28 Des 123 143 72 114,8
26 Des 0 11 72 15,5
2002 21 Des 62 47 0 48,1 48
20 Feb 0 105 10 12,5
28 Feb 0 0 19 3,8
2003 26 Sept 88 14 58 74,6 75
28 Nov 0 125 0 12,5
13 Nov 8 10 70 20,6
2004 8 Okt 105 66 0 44,1 44
19 Jan 0 96 0 9,6
25 Jun 10 1 34 13,9

Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.



Lampiran 4. Perhitungan Waktu Konsentrasi
L inlet outlet =18322 m
S =9,074 x 10
-4
m/m
Tc =1,67 x 10
-3

7 , 0
(

S
L

=1,67 x 10
-3

7 , 0
4
10 074 , 9
18322
(
(

x

=18,688 jam

Keterangan :
Tc =Waktu konsentrasi (jam)
L =Panjang saluran dari inlet-outlet (m)
S =Kemiringan saluran
Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.



Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.





Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


Lampiran 7. Peta Penutunp Lahan Kawasan Bendang
Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


Lampiran 8. Perencanaan Dimensi Saluran Drainase Daerah Intake
Bendang
Saluran Primer

Unit
no
Tipe S m B
(m)
h
(m)
H
(m)
WL
(m)
WR
(m)
V
(m/s)
Q
(m
3
/s)
31 D12 1/1000 1 20 1,52 2,02 3,50 2,00 1,285 42,030
29 D12 1/1000 1 20 1,50 2,00 3,50 3,50 1,275 41,122
25 D8 1/1000 1 20 1,39 1,89 2,00 3,50 1,218 36,217
25 D8 1/1000 1 20 1,38 1,88 2,00 3,50 1,202 34,923
20 D3 1/1000 1 20 1,10 1,60 2,00 3,50 1,057 24,535
20 D3i 1/2000 1 20 1,35 1,85 2,00 3,50 0,945 24,107
18 C3 1/1500 1 20 1,33 1,83 2,00 2,00 0,942 23,008

Saluran Sekunder 1
Unit
no
Tipe S m B
(m)
h
(m)
H
(m)
WL
(m)
WR
(m)
V
(m/s)
Q
(m
3
/s)
24 C1 1/1500 1 10 1,17 1,67 3,50 1,00 0,849 11,000
23 C1 1/1500 1 10 1,11 1,61 3,50 1,00 0,823 10,140
23 C1 1/1500 1 10 1,06 1,56 1,00 2,50 0,802 9,379
22 B5 1/1000 1 9 0,95 1,45 1,00 2,50 0,914 8,531
22 B3 1/1000 1 6 0,95 1,45 1,00 2,50 0,950 5,829
21 B3 1/1000 1 5 0,94 1,44 1,00 3,50 0,864 5,598

Saluran Sekunder 2
Unit
no
Tipe S m B
(m)
h
(m)
H
(m)
WL
(m)
WR
(m)
V
(m/s)
Q
(m
3
/s)
28 B4 1/1000 1 5 1,18 1,68 1,00 3,50 0,944 6,944
27 B4 1/1000 1 5 1,13 1,63 1,00 3,50 0,942 6,528
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum
Keterangan :
Q =Debit rencana maksimum (m
3
/s)
V =Kecepatan aliran pada saluran (m/s)
S =Kemiringan saluran (m/m)
B =Lebar saluran (m)
h =Tinggi air maksimum (m)
H =Tinggi tanggul saluran (m)
Debit rencana maksimum yang digunakan sebagai perbandingan adalah debit
rencana maksimum pada saluran primer yang berada paling ujung dari saluran
drainase (muara) yakni tipe 25-D8.
Ronauli Nadeak : Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten
Serdang Bedagai, 2009.


Lampiran 9. Perhitungan Debit Maksimum Saluran Drainase
Saluran Primer
Unit no Tipe Luas Penampang
(m
2
)
Kecepatan Aliran
(m/s)
Debit Saluran
(m
3
/s)
25 D8 21,135 0,431 9,109
20 D3 15,493 0,604 9,358
20 D3i 20,498 0,699 14,328
18 C3 20,753 0,405 8,405
25 D8 22,174 0,488 10,821
25 D8 21,541 0,427 9,198
31 D12 24,711 0,483 11,935
29 D12 22,591 0,444 10,030
25 D8 22,432 0,283 6,349

Q = A x V
dimana : Q =Debit Saluran (m
3
/s)
A =Luas Penampang Saluran (m
2
)
V =Kecepatan aliran
Debit maksimum saluran hanya diambil pada saluran terujung karena saluran
tersebut yang menampung air dari seluruh saluran sebelumnya. Dalam hal ini
saluran terujung adalah saluran primer tipe 25-D8.

You might also like