You are on page 1of 3

LATAR BELAKANG Indonesia merupakan Negara yang menganut sistem demokrasi salah satu wujud nyatanya adalah adanya

pemilihan umum legislatif atau biasa disebut Pileg yang diselenggarakan secara langsung yang merupakan perwujudan kedaulatan rakyat. Pengakuan tentang kedaulatan rakyat ini juga dicantumkan didalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang menyatakan pemilihan umum untuk selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Tujuan pemilu legislatif menurut Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 adalah untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Penjelasan lebih rincinya ada pada Pasal 7 dan Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 yang isinya adalah peserta pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota adalah partai politik dan peserta pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah adalah perseorangan Pemilihan umum di Indonesia sebagai salah satu upaya mewujudkan negara yang demokrasi haruslah dapat dilaksanakan dengan baik, wilayah Negara Indonesia yang luas dan jumlah penduduk yang besar dan menebar di seluruh nusantara serta memiliki kompleksitas nasional menuntut penyelenggara pemilihan umum yang profesional dan memiliki kredibilitas yang dapat dipertanggungjawabkan. Lembaga-lembaga yang bertanggung jawab atas kelancaran pemilihan umum adalah KPU. KPU adalah suatu lembaga yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk menyelenggarakan pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri sebagaimana diatur pada Pasal 22E, Angka 5 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Adapun yang menjadi pengawas untuk selanjutnya disebut panwaslu dalam penyelenggaraan pemilu diatur dalam ketentuan Pasal 70 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa pengawasan penyelenggaraan pemilu dilakukan oleh Bawaslu, Panwaslu Provinsi, Panwaslu Kabupaten/Kota, Paswaslu Kecamatan, Pengawas Pemilu Lapangan, dan Pengawas Pemilu Luar Negeri. Dengan adanya pengawasan terhadap penyelenggara pemilu dari dalam dan dari luar lembaga penyelenggara diharapkan pemilu dapat terlaksana dengan demokratis dan memenuhi asas pemilu.
4

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG PEMILU

1. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG


PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM, BESERTA PENJELASANNYA.

2. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG 3.

4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

11.

12.

13.

PARTAI POLITIK, BESERTA PENJELASANNYA. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH, BESERTA PENJELASANNYA. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN, BESERTA PENJELASANNYA. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG BANTUAN DAN FASILITAS PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2009. SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07-A TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK HAKIM KHUSUS PERKARA PIDANA PEMILU. SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG GUGATAN YANG BERKAITAN DENGAN PARTAI POLITIK. SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROSES PERSIDANGAN PELANGGARAN PIDANA PEMILU. PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG PENUNJUKAN HAKIM KHUSUS PERKARA PIDANA PEMILU. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN TERHADAP PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 09 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADUAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TAHUN 2009. KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA JAKSA AGUNG RI, KEPALA KEPOLISIAN NEGARA RI, KETUA BADAN PENGAWASAN PEMILU NOMOR 055/A/VI/2008, POL. B/06/VI/2008, 01/BAWASLU/KB/VI/2008 TENTANG SENTRA PENEGAKAN HUKUM TERPADU DAN POLA PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2009. PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG DUKUNGAN KELANCARAN PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2009.

3.

Tujuan

1. Mengetahui tentang pemilihan umum legislatif 2. Mengetahui tentang sistem pemilihan umum legislatif 3. Mengetahui jalannya sistem pemilu di Indonesia legislatif
TANGGAPAN

1. Menurut kami Pileg tahun ini di penuhi banyak pelanggaran, seperti pemasangan spanduk di tempat-tempat yang tidak diperuntukan, money politik, dll. 2. Selanjutnya, pada Pileg tahun ini sosialisasi cara memilih kami rasa kurang efektif/tidak tepat sasaran, itu dibuktikan dengan banyaknya warga yang masih bingung bagaimana cara memilih yang kami temui di TPS. 3. Dan yang terakhir menurut kami, banyak caleg yang tidak dikenali oleh para pemilih, sehingga pemilih pun bingung dalam memilih calon wakil rakyatnya.

Saran 1. Jumlah calon legislatif dari setiap partai harusnya dibatasi oleh KPU dengan syarat-syarat tertentu yang bertujuan untuk membangun Indonesia, sehingga caleg yang ada adalah orang-orang yang berkompeten dan juga hal ini dapat mengurangi anggaran kampanye partai, anggaran logistik pemilu yang harus dikeluarkan Negara, kebingungan warga saat memilih, dan juaga meminimalisir pelanggaran yang dilakukan caleg. 2. Sosialisasi pemilu sebaiknya berada pada setiap lingkup RT/RW, karena bila melalui media elektronik atau internet, masih banyak warga yang gagap teknologi dan ekonominya menegah kebawah 3. Sebaiknya caleg turun langsung ke dapilnya saat masa kampanye secara kontinu agar masyarakat mengenal para calon wakil rakyatnya dengan baik, kami rasa ini lebih efektif dibanding menempel spanduk/ baliho di tempat-tempat yang dilarang. setiap aturan dapat ditegakan bergantung pada setiap individu yang menjalankan

You might also like