You are on page 1of 114

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/PRT/M/2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PEKERJAAN UMUM

DAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:

a. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal telah ditetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang mencakup daerah Kabupaten/Kota; b. bahwa Peraturan Menteri sebagaimana dimaksud dalam huruf a belum mencakup Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang pelaksanaannya menjadi tanggung jawab daerah Provinsi dan perlu penambahan pedoman perhitungan pembiayaan pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang; c. bahwa beberapa indikator SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang daerah Kabupaten/Kota berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 14/PRT/M/2010 sulit diimplementasikan dan diukur sehingga perlu disesuaikan; d. bahwa Sidang Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah tanggal 1 Oktober 2013 telah menyetujui penyesuaian terhadap Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang; 1. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);

Mengingat:

2. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011; 4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011; 5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009; 6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal; 7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum;

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang selanjutnya disebut SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar bidang pekerjaan umum dan penataan ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. 2. Pelayanan Dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang adalah jenis pelayanan publik bidang pekerjaan umum dan penataan ruang yang mendasar dan mutlak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sosial, ekonomi dan pemerintahan. 3. Indikator SPM adalah tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian SPM berupa masukan, proses keluaran, hasil dan/atau manfaat pelayanan dasar. 4. Batas Waktu Pencapaian adalah jangka waktu untuk pencapaian target jenis pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang secara bertahap sesuai dengan indikator dan nilai yang ditetapkan. 5. Pemerintah Provinsi adalah Gubernur dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

6. 7.

Pemerintah Kabupaten/Kota adalah Bupati/Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum dan penataan ruang. Pasal 2

(1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai acuan bagi Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam melaksanakan SPM bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. (2) Peraturan Menteri ini bertujuan mendukung Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam penerapan SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sehingga masyarakat mendapatkan pelayanan dasar. Pasal 3 Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi: a. SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang; b. Penetapan dan Target Pencapaian SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang; c. Penyelenggara SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang; d. Pembinaan dan Pengawasan; e. Pelaporan; f. Monitoring dan Evaluasi;dan g. Pembiayaan. BAB II SPM BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG Bagian Kesatu SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Daerah Provinsi Pasal 4 (1) Pemerintah Provinsi menyelenggarakan Pelayanan Dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sesuai dengan SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. (2) SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas jenis pelayanan dasar, sasaran, indikator, dan batas waktu pencapaian.

Pasal 5 (1) SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 meliputi jenis pelayanan dasar: a. Sumber Daya Air Penyediaan air baku untuk kebutuhan masyarakat dengan indikator persentase tersedianya air irigasi untuk pertanian rakyat pada sistem irigasi yang sudah ada sesuai dengan kewenangannya.

b.

Jalan Penyediaan jalan untuk melayani kebutuhan masyarakat dengan indikator : 1. Persentase tingkat kondisi jalan provinsi baik dan sedang. 2. Persentase terhubungnya pusat-pusat kegiatan dan pusat produksi (konektivitas) di wilayah provinsi.

c.

Jasa Konstruksi Pengembangan Sistem Informasi Jasa Konstruksi dengan indikator persentase tersedianya 3 (tiga) jenis informasi Jasa Konstruksi Tingkat Provinsi pada Sistem Informasi Pembina Jasa Konstruksi (SIPJAKI).

d.

Penataan Ruang Informasi Penataan Ruang dengan indikator persentase tersedianya informasi mengenai Rencana Tata Ruang (RTR) wilayah Provinsi beserta rencana rincinya melalui peta analog dan peta digital.

(2)

SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara bertahap dengan batas waktu pencapaian sampai dengan tahun 2019.

Bagian Kedua SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Daerah Kabupaten/Kota Pasal 6 (1) Pemerintah Kabupaten/Kota menyelenggarakan Pelayanan Dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sesuai dengan SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas jenis pelayanan dasar, sasaran, indikator, dan batas waktu pencapaian.

(2)

Pasal 7 (1) SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 meliputi jenis pelayanan dasar : a. Sumber Daya Air Penyediaan air baku untuk kebutuhan masyarakat dengan indikator : 1. Persentase tersedinya air baku untuk memenuhi kebutuhan pokok minimal sehari-hari;dan 2. Persentase tersedinya air irigasi untuk pertanian rakyat pada sistem irigasi yang sudah ada sesuai dengan kewenangannya.

b.

Jalan Penyediaan jalan untuk melayani kebutuhan masyarakat dengan indikator: 1. Persentase tingkat kondisi jalan kabupaten/kota baik dan sedang;dan 2. Persentase terhubungnya pusat-pusat kegiatan dan pusat produksi (konektivitas) di wilayah kabupaten/kota.

c.

Cipta Karya 1. Penyediaan air minum dengan indikator persentase penduduk yang mendapatkan akses air minum yang aman. 2. Penyediaan sanitasi dengan indikator : a) persentase penduduk yang terlayani sistem air limbah yang memadai; b) persentase pengurangan sampah di perkotaan; c) persentase pengangkutan sampah; d) persentase pengoperasian Tempat Pembuangan Akhir (TPA);dan e) persentase penduduk yang telayani sistem jaringan drainase skala kota sehingga tidak terjadi genangan (lebih dari 30 cm, selama 6 jam) lebih dari 2 kali setahun. 3. Penataan Bangunan dan Lingkungan dengan indikator persentase jumlah Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang diterbitkan; 4. Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan dengan indikator persentase berkurangnya luasan permukiman kumuh di kawasan perkotaan.

d.

Jasa Konstruksi 1. Pengembangan Sistem Informasi Jasa Konstruksi dengan indikator persentase tersedianya 7 (tujuh) jenis informasi Tingkat Kabupaten/Kota pada Sistem Informasi Pembina Jasa Konstruksi (SIPJAKI);dan 2. Perizinan Jasa Konstruksi dengan indikator persentase tersedianya layanan Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) dengan waktu penerbitan paling lama 10 (sepuluh) Hari Kerja setelah Persyaratan Lengkap.

e.

Penataan Ruang 1. Informasi Penataan Ruang dengan indikator persentase tersedianya informasi mengenai rencana tata ruang (RTR) wilayah Kabupaten/Kota berserta rencana rincinya melalui peta analog dan peta digital;dan 2. Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik dengan indikator persentase tersedianya luasan RTH publik sebesar 20% dari luas wilayah kota/kawasan perkotaan.

(2)

SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara bertahap dengan batas waktu pencapaian sampai dengan tahun 2019.

Pasal 8 (1) Jenis pelayanan dasar, sasaran, indikator kinerja, batas waktu pencapaian SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 7 tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. (2) Petunjuk teknis SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 7 tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

BAB III PENETAPAN DAN TARGET PENCAPAIAN SPM BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG Pasal 9 (1) Penetapan SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dapat disempurnakan dan ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan perkembangan kemampuan dan kebutuhan daerah. (2) Target Pencapaian SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 7 dapat disesuaikan berdasarkan evaluasi pencapaian SPM pada akhir batas waktu pencapaian. BAB IV PENYELENGGARA SPM BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG Pasal 10 (1) Gubernur bertanggung jawab dalam penyelenggaraan SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5. (2) Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7. (3) Penyelenggaraan SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan oleh unit kerja yang membidangi urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang daerah Provinsi dan daerah Kabupaten/Kota. (4) Dalam hal Pemerintah Kabupaten/Kota belum memiliki unit kerja yang menangani tugas dan fungsi pembinaan jasa konstruksi dapat menunjuk atau menugaskan unit kerja yang membidangi urusan Pekerjaan Umum.

BAB V PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 11 Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan teknis penyelenggaraan SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Pasal 12 (1) Menteri melakukan pembinaan teknis penyelenggaraan SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi. (2) Gubernur sebagai wakil Pemerintah di daerah melakukan pembinaan teknis penyelenggaraan SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. (3) Pembinaan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk fasilitasi pengembangan kapasitas berupa orientasi umum, bimbingan teknis, pendidikan dan pelatihan, dan/atau bantuan lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Fasilitasi pengembangan kapasitas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan dengan mempertimbangkan kemampuan kelembagaan, personil, dan keuangan negara serta keuangan daerah. Pasal 13 (1) Menteri bertanggungjawab atas pengawasan teknis penerapan SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi. (2) Gubernur sebagai wakil Pemerintah di daerah melakukan pengawasan teknis penerapan SPM yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI Pasal 14 (1) Menteri melaksanakan monitoring dan evaluasi atas penerapan dan pencapaian kinerja SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

(2) Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan: a. Menteri untuk Pemerintah Provinsi;dan b. Gubernur sebagai wakil Pemerintah di daerah untuk Pemerintah Kabupaten/Kota. (3) Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VII PELAPORAN Pasal 15 (1) Unit kerja yang bertanggung jawab di bidang pekerjaan umum dan penataan ruang Daerah Provinsi menyampaikan laporan teknis tahunan hasil penerapan dan pencapaian kinerja SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang kepada Gubernur. (2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Gubernur menyampaikan laporan teknis tahunan hasil penerapan dan pencapaian kinerja SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Daerah Provinsi kepada Menteri dan Menteri Dalam Negeri. Pasal 16 (1) Unit kerja yang bertanggung jawab di bidang pekerjaan umum dan penataan ruang Kabupaten/Kota menyampaikan laporan teknis tahunan hasil penerapan dan pencapaian kinerja SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang kepada Bupati/Walikota. (2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Bupati/Walikota menyampaikan laporan teknis tahunan hasil penerapan dan pencapaian kinerja SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang kepada Gubernur. (3) Gubernur menyampaikan ringkasan laporan teknis tahunan hasil penerapan dan pencapaian kinerja SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Daerah Kabupaten/Kota di wilayahnya kepada Menteri dan Menteri Dalam Negeri.

Pasal 17 Format laporan teknis tahunan hasil penerapan dan pencapaian kinerja SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dan Pasal 16 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 18 Laporan teknis dan hasil monitoring dan evaluasi penerapan dan pencapaian kinerja SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 sampai dengan Pasal 16 dipergunakan sebagai : a. Bahan masukan bagi pengembangan kapasitas Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam pencapaian SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang; dan b. Bahan pertimbangan dalam pembinaan dan pengawasan penerapan SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, termasuk pemberian penghargaan bagi pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota yang berprestasi sangat baik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VIII PEMBIAYAAN Pasal 19 (1) Pembiayaan atas penyelenggaraan SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah masingmasing. Perhitungan pembiayaan pencapaian SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 20 Pemerintah Kabupaten/Kota yang telah memprogramkan SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dalam dokumen perencanaan berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang tetap dapat menjalankan program sesuai perencanaan yang telah ditetapkan sampai dengan tahun 2014. BAB X KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 21 Ketentuan mengenai SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 sampai dengan Pasal 8 berlaku mutatis mutandis bagi Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 22 Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dicabut dan dinyatakan tetap berlaku.

(2)

Pasal 23 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 24 Februari 2014 MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

ttd. DJOKO KIRMANTO

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 27 Februari 2014 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 267

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 01/ PRT/M/2014 TANGGAL : 24 Februari 2014

JENIS PELAYANAN DASAR, INDIKATOR KINERJA, DAN BATAS WAKTU PENCAPAIAN


STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Sub Bidang Sumber Daya Air
Target Tahun 2019 6 70 Cara Mengukur 7 - survey Upaya Pencapaian 8 Pembangunan/ peningkatan; rehabilitasi; serta O&P jaringan irigasi

No

Jenis Pelayanan Dasar

Sasaran 3 Meningkatnya keberlanjutan dan ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Indikator 4 persentase tersedianya air irigasi untuk pertanian rakyat pada sistem irigasi yang sudah ada sesuai dengan kewenangannya

Satuan 5 %

1 2 SPM Provinsi 1 Penyediaan air baku untuk kebutuhan masyarakat

SPM Kabupaten/Kota 1 Penyediaan air baku untuk kebutuhan masyarakat

Meningkatnya keberlanjutan dan ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

1. persentase Tersedianya air baku untuk memenuhi kebutuhan pokok minimal sehari-hari

100

- survey

Pembangunan/ peningkatan; rehabilitasi; serta O&P prasarana air baku Pembangunan/ peningkatan; rehabilitasi; serta O&P jaringan irigasi

2. persentase tersedianya air irigasi untuk pertanian rakyat pada sistem irigasi yang sudah ada sesuai dengan kewenangannya

70

- survey

Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Sub Bidang Jalan
No Jenis Pelayanan Dasar 2 Sasaran 3 Indikator 4 Satuan 5 % Target Tahun 2019 6 60 Cara Mengukur 7 Pengukuran kondisi jalan untuk memperoleh nilai IRI dapat dilakukan menggunakan: 1. Alat (Naasra/ Romdas/ Roughometer ) 2. Metode visual dengan cara menaksir nilai Road Condition Index (RCI) yang kemudian dikonversikan ke nilai International Roughness Index ( IRI) yang dilakukan pda kondisi tertentu )* Pusat-pusat kegiatan dan pusat produksi sesuai yang tercantum pada RTRW Provinsi telah terhubung oleh jaringan jalan. Upaya Pencapaian 8 Setiap Pemerintah Provinsi memiliki alat pengukur (Naasra/ Romdas/ Roughometer) untuk menentukan nilai IRI Membina dan menyediakan sumber daya manusia yang dapat: 1. Melakukan survei kondisi jalan menggunakan alat Naasra/ Romdas/ Roughometer (untuk pengukuran menggunakan alat). 2. Menginterpretasikan kondisi jalan ke nilai RCI yang selanjutnya dikonversi ke nilai IRI (untuk pengukuran menggunakan metode visual).

1 SPM Provinsi 1

Penyediaan jalan untuk melayani kebutuhan masyarakat

Meningkatnya kualitas layanan jalan Provinsi persentase tingkat kondisi jalan provinsi baik dan sedang.

Melakukan pemeliharaan rutin dan pemeliharaan berkala untuk mencapai dan mempertahankan kondisi jalan baik dan sedang berdasarkan nilai IRI

Penyediaan jalan untuk melayani kebutuhan masyarakat

Tersedianya konektivitas wilayah Provinsi

persentase terhubungnya pusat-pusat kegiatan dan pusat produksi (konektivitas) di wilayah provinsi

100

Setiap Pemerintah Provinsi melakukan pembangunan/ penambahan ruas jalan yang menghubungkan pusatpusat kegiatan dan pusat produksi yang masih belum terhubungkan dengan jaringan jalan. Percepatan penyelesaian Perda tentang RTRW Provinsi

SPM Kabupaten/Kota 1 Penyediaan jalan untuk melayani kebutuhan masyarakat

Meningkatnya kualitas layanan jalan Kab/Kota

persentase tingkat kondisi jalan kabupaten/kota baik dan sedang.

60

Pengukuran kondisi jalan untuk memperoleh nilai IRI dapat dilakukan menggunakan: - alat (Naasra/ Romdas/ Roughometer ) - visual dengan cara menaksir nilai Road Condition Index (RCI) yang kemudian dikonversikan ke nilai International Roughness Index ( IRI) yang dilakukan pda kondisi tertentu )* Pusat-pusat kegiatan dan pusat produksi sesuai yang tercantum pada RTRW Kabupaten/ Kota telah terhubung oleh jaringan jalan.

Setiap Pemerintah Kabupaten/ Kota memiliki alat pengukur (Naasra/ Romdas/ Roughometer) untuk menentukan nilai IRI Membina dan menyediakan sumber daya manusia yang dapat: 1. Melakukan survei kondisi jalan menggunakan alat Naasra/ Romdas/ Roughometer (untuk pengukuran menggunakan alat). 2. Menginterpretasikan kondisi jalan ke nilai RCI yang selanjutnya dikonversi ke nilai IRI (untuk pengukuran menggunakan metode visual). Melakukan pemeliharaan rutin dan pemeliharaan berkala untuk mencapai dan mempertahankan kondisi jalan baik dan sedang berdasarkan nilai IRI Setiap Pemerintah Kabupaten/ Kota melakukan pembangunan/ penambahan ruas jalan yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan dan pusat produksi yang masih belum terhubungkan dengan jaringan jalan. Percepatan penyelesaian Perda tentang RTRW Kabupaten/ Kota

Penyediaan jalan untuk melayani kebutuhan masyarakat

Tersedianya konektvitas wilayah Kab/ Kota

persentase terhubungnya pusat-pusat kegiatan dan pusat produksi di wilayah kabupaten/ kota

100

Ket )* : 1. Apabila menggunakan alat pengukur ketidakrataan permukaan jalan (Naasra/ Romdas/ Roughometer) hasilnya sudah tidak feasible (nilai count/ BI > 400) 2. Apabila situasi lapangan tidak memungkinkan menggunakan kendaraan survei, maka disarankan menggunakan metode visual (RCI) 3. Apabila tidak mempunyai kendaraan dan alat survei, maka disarankan menggunakan metode visual (RCI)

Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Sub Bidang Cipta Karya
No Jenis Pelayanan Dasar Sasaran Indikator Satuan Target Tahun 2019 6 Cara Mengukur Upaya Pencapaian

SPM Kabupaten/Kota 1 Penyediaan air minum Meningkatnya kualitas layanan air minum permukiman perkotaan persentase penduduk yang mendapatkan akses air minum yang aman % Penduduk 81,77% % Penduduk 60% % Penduduk 20% persentase pengangkutan sampah % Penduduk 70% persentase pengoperasian TPA % pengoperasian TPA 70% persentase penduduk yang terlayani sistem jaringan drainase skala kota sehingga tidak terjadi genangan (lebih dari 30 cm, selama 2 jam) lebih dari 2 kali setahun 3 Penataan Bangunan dan Lingkungan Meningkatnya tertib pembangunan bangunan gedung persentase jumlah Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang diterbitkan % penduduk 50% % pengurangan genangan IMB 60% Ha 10% pendataan Contoh - survey; - kuesioner; dll. Contoh - survey; - kuesioner; dll. Contoh - survey; - kuesioner; Contoh - survey; - kuesioner; Contoh - survey; - kuesioner; Contoh - survey; - kuesioner; Contoh - survey; - kuesioner; Contoh - survey; - kuesioner;

Penyediaan sanitasi

Meningkatnya kualitas sanitasi (air limbah, persampahan dan persentase penduduk yang terlayani sistem air drainase) permukiman perkotaan limbah yang memadai persentase pengurangan sampah di perkotaan

dll.

dll.

dll.

dll.

dll.

50%

dll.

Penangan Pemukiman Kumuh Perkotaan

Berkurangnya permukiman kumuh di perkotaan

persentase berkurangnya luasan permukiman kumuh di kawasan perkotaan

Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Sub Bidang Jasa Konstruksi

No

Jenis Pelayanan Dasar

Sasaran

Indikator

Satuan

Target Tahun 2019 6 100

Cara Mengukur

Upaya Pencapaian

1 SPM Provinsi 1

5 %

7 Input data layanan informasi jasa konstruksi langsung masuk ke server SIPJAKI pusat untuk langsung direkapitulasi

8 a. Penanggungjawab SIPJAKI tingkat provinsi mengkoordinasikan dan mengumpulkan data-data terkait 3 jenis layanan informasi jasa konstruksi dari instansi-instansi terkait b. Administrator SIPJAKI Tingkat Provinsi melakukan input data dan memutakhirkannya secara berkala. c. Administrator SIPJAKI Tingkat Provinsi diberikan pelatihan agar dapat menggunakan aplikasi SIPJAKI

Pengembangan sistem Meningkatnya persentase tersedianya 3 informasi jasa konstruksi ketersediaan informasi (tiga) layanan informasi jasa jasa konstruksi konstruksi Tingkat Provinsi pada Sistem Informasi Pembina Jasa Konstruksi (SIPJAKI)

SPM Kabupaten/Kota 1 Pengembangan sistem Meningkatnya persentase tersedianya 7 informasi jasa konstruksi ketersediaan informasi (tujuh) layanan informasi jasa konstruksi jasa konstruksi Tingkat Kabupaten/Kota pada Sistem Informasi Pembina Jasa Konstruksi (SIPJAKI) % 60 Input data layanan informasi jasa konstruksi langsung masuk ke server SIPJAKI pusat, sehingga perkembangan nilai pencapaian layanan informasi dapat langsung diketahui Pemerintah Pusat dan Provinsi, serta direkapitulasi a. Penanggungjawab SIPJAKI tingkat Kabupaten/Kota mengkoordinasikan dan mengumpulkan data-data terkait 7 jenis layanan informasi jasa konstruksi dari instansi-instansi terkait b. Administrator SIPJAKI Tingkat Kabupaten/Kota melakukan input data dan memutakhirkannya secara berkala. c. Administrator SIPJAKI Tingkat Kabupaten/Kota diberikan pelatihan agar dapat menggunakan aplikasi SIPJAKI

Izin Usaha Jasa konstruksi

Meningkatnya kualitas persentase tersedianya layanan perizinan layanan Izin Usaha Jasa usaha jasa konstruksi Konstruksi (IUJK) dengan Waktu Penerbitan Paling Lama 10 (sepuluh) Hari Kerja setelah Persyaratan Lengkap

100

1. Instansi penerbit IUJK melakukan pencatatan kinerja pelayanan dengan menggunakan Lembar Kendali SPM IUJK 2. Pengisian Lembar Kendali SPM IUJK dilakukan pada setiap pemohon IUJK 3. Instansi penerbit IUJK melakukan rekapitulasi catur wulan kinerja pelayanan IUJK atau 4 (empat) bulan sekali dihitung mulai bulan Januari 4. Rekapitulasi kinerja pelayanan IUJK dilaporkan kepada Pemerintah Provinsi dan pemerintah Pusat dengan melampirkan salinan Lembar Kendali SPM IUJK.

a. Pemerintah Pusat berkerjasama dengan Pemerintah Provinsi, melakukan sosialisasi kepada Pemerintah Kabupaten/Kota b. Pemerintah Provinsi melakukan monitoring pelaksanaan SPM IUJK kepada Pemerintah Kabupaten/Kota di wilayahnya. c. Pemerintah Provinsi mengkoordinasikan dan mendorong pelaporan rekapitulasi catur wulan kinerja pelayanan IUJK untuk setiap kabupaten/kota diwilayahnya d. penanggung jawan Pelaksanaan SPM IUJK di tingkat Kabupaten/Kota melakukan pengawasan dan mendorong terlaksananya SPM IUJK oleh instansi pelaksana IUJK

Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Sub Bidang Penataan Ruang
No Jenis Pelayanan Dasar 2 Sasaran 3 Meningkatnya ketersediaan informasi penataan ruang Indikator 4 persentase tersedianya informasi mengenai rencana tata ruang (RTR) wilayah Provinsi berserta rencana rincinya melalui peta analog dan peta digital % 100 survey Satuan 5 Target Tahun 2019 6 Cara Mengukur 7 Upaya Pencapaian 8

1 SPM Provinsi

1 Informasi Penataan Ruang

percepatan penyelesaian perda tentang RTR wilayah Provinsi; penyediaan peta;publikasi di media massa mengenai peta yang telah tersedia

SPM Kabupaten/Kota 1 Informasi Penataan Ruang Meningkatnya ketersediaan informasi penataan ruang persentase tersedianya informasi mengenai rencana tata ruang (RTR) wilayah Kabupaten/Kota berserta rencana rincinya melalui peta analog dan peta digital

100

survey

percepatan penyelesaian perda tentang RTR wilayah kabupaten/kota; penyediaan peta;publikasi di media massa mengenai peta yang telah tersedia

5 Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik

Meningkatnya ketersediaan RTH

persentase tersedianya luasan RTH publik sebesar 20% dari luas wilayah kota/kawasan perkotaan % 50 survey

penertiban area yang direncanakan menjadi RTH; penganggaran penyediaan dan pengelolaan RTH publik

MENTERI PEKERJAAN UMUM,

ttd.

DJOKO KIRMANTO

Pedoman Pemanfaatan Ruang di Dalam Bumi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan penduduk yang diikuti dengan peningkatan intensitas pemanfaatan lahan menyebabkan ketersediaan lahan semakin terbatas, sehingga perlu dilakukan efisiensi pemanfaatan ruang yang salah satunya dilakukan melalui pemanfaatan ruang di dalam bumi (RDB). Menurut Pasal 32 ayat (2) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UU 26/2007) pemanfaatan ruang dapat dilaksanakan secara vertikal maupun pemanfaatan RDB. Pemanfaatan RDB juga menjadi solusi bagi beberapa masalah dan kebutuhan pemanfaatan ruang di permukaan bumi, antara lain untuk menghindari terjadinya ketidakserasian pemanfaatan ruang, sehingga kegiatan tertentu dapat diselenggarakan atau ditempatkan di RDB. Pemanfaatan RDB juga dapat mengisolasi kegiatan yang membutuhkan keamanan tinggi dan/atau bahan berbahaya. Efisiensi pemanfaatan ruang tersebut dapat meningkatkan kualitas pemanfaatan ruang di permukaan bumi, antara lain meningkatkan integrasi antarkegiatan, penyediaan ruang terbuka hijau (RTH) yang lebih luas, dan menjaga estetika ruang. Perlunya peningkatan pengelolaan RDB telah sejalan dengan UU 26/2007 sebagaimana diamanatkan dalam Konsideran Menimbang huruf a, bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai kesatuan wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk RDB, maupun sebagai sumber daya, perlu ditingkatkan upaya pengelolaannya secara bijaksana, berdaya guna, dan berhasil guna dengan berpedoman pada kaidah penataan ruang sehingga kualitas ruang wilayah nasional dapat terjaga keberlanjutannya demi terwujudnya kesejahteraan umum dan keadilan sosial sesuai dengan landasan konstitusional UUD 1945. Pemanfaatan RDB merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan penataan ruang secara keseluruhan, baik nasional maupun daerah, sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (3) dan ayat (4) UU 26/2007, serta penjelasan Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang mengatur bahwa penataan ruang wilayah nasional meliputi ruang wilayah yurisdiksi dan wilayah kedaulatan nasional yang mencakup ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk RDB sebagai satu kesatuan. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk RDB sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sebagaimana halnya pemanfaatan ruang di permukaan bumi, maka pemanfaatan RDB juga dapat menimbulkan dampak negatif. Oleh karena itu, pemanfaatan RDB memerlukan acuan dalam penyelenggaraannya sehingga dapat dilaksanakan secara optimal dan dampak negatif maupun risiko yang mungkin timbul dapat diminimalisasi. Mempertimbangan kebutuhan adanya acuan dalam penyelenggaraan pemanfaatan RDB dan sesuai dengan amanat UU 26/2007 maka perlu disusun pedoman tentang pemanfaatan RDB. 1.2. Maksud dan Tujuan a. Maksud Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, serta pemangku kepentingan lainnya dalam menyelenggarakan pemanfaatan RDB. b. Tujuan Pedoman ini bertujuan mewujudkan pemanfaatan RDB sesuai dengan kaidah penataan ruang untuk mendukung pembangunan yang efisien dan efektif sehingga dapat mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. 1.3. Ruang Lingkup Pedoman ini memuat ketentuan umum pemanfaatan RDB, ketentuan teknis pemanfaatan RDB, dan rencana pemanfaatan RDB.

Kementerian Pekerjaan Umum

Pedoman Pemanfaatan Ruang di Dalam Bumi

1.4. Istilah dan Definisi Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan: a. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. Ruang di Dalam Bumi yang selanjutnya disingkat RDB adalah ruang yang berada di bawah permukaan tanah yang digunakan untuk berbagai kegiatan manusia. Pemanfaatan RDB adalah berbagai bentuk penggunaan ruang yang berada di bawah permukaan tanah untuk berbagai kegiatan manusia. Ruang Privat adalah ruang bersifat pribadi yang dimiliki oleh institusi tertentu atau orang perseorangan. Ruang Publik adalah ruang bersifat umum yang dimiliki dan dikelola oleh Pemerintah atau pemerintah daerah yang digunakan untuk kepentingan masyarakat. Penataan Ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Bangunan Gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam bentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup. Jaringan Transportasi adalah serangkaian prasarana dan sarana transportasi pada RDB untuk keperluan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan, serta angkutan kereta api. Jaringan Transportasi Kawasan adalah serangkaian prasarana dan sarana transportasi pada RDB yang bersifat lokal atau setempat, berupa terowongan penyeberangan orang/kendaraan (underpass), jalur penghubung antarbangunan, jalur kendaraan di ruang parkir, atau prasarana dan sarana transportasi kawasan lainnya. Jaringan Transportasi Wilayah adalah serangkaian prasarana dan sarana transportasi pada RDB yang bersifat antarkawasan atau antarwilayah, berupa jalan bebas hambatan, jaringan rel kereta api, atau prasarana dan sarana transportasi wilayah lainnya.

b. c. d. e. f. g.

h.

i.

j.

k.

l.

m. Jaringan Utilitas adalah serangkaian infrastruktur atau jaringan prasarana penunjang lingkungan yang dapat berupa jaringan listrik, jaringan telekomunikasi, jaringan pipa air bersih, jaringan gas, dan lain-lain. n. Jaringan Utilitas Kawasan adalah serangkaian infrastruktur atau jaringan prasarana pada RDB yang bersifat lokal atau setempat, berupa jaringan pipa air minum, jaringan pipa gas, jaringan kabel listrik, jaringan pipa drainase, jaringan pipa limbah, dan jaringan utilitas kawasan lainnya. Jaringan Utilitas Wilayah adalah serangkaian infrastruktur atau jaringan prasarana pada RDB yang bersifat antarkawasan atau antarwilayah, berupa jaringan induk air baku, jaringan induk gas, jaringan listrik tegangan tinggi/ekstra tinggi, jaringan induk drainase, jaringan induk limbah, dan jaringan utilitas kawasan lainnya. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.

o.

p. q.

Kementerian Pekerjaan Umum

Pedoman Pemanfaatan Ruang di Dalam Bumi

1.5. Acuan Normatif Pedoman ini disusun dengan memperhatikan antara lain: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n. o. p. q. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria; Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008; Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan; Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian; Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara; Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan; Undang-Undang Nomor 32 Tahun Lingkungan Hidup; 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya; Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum; Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah; Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UndangUndang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan; Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota; Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang; dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.

r. s. t.

1.6. Kedudukan Pedoman Kedudukan pedoman dalam sistem peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang secara diagramatis ditunjukkan pada Gambar 1.1 sebagai berikut:

Kementerian Pekerjaan Umum

Pedoman Pemanfaatan Ruang di Dalam Bumi

Gambar 1.1 Kedudukan Pedoman

Pedoman dapat digunakan untuk menyusun advisory plan dalam bentuk rencana pemanfaatan RDB sebagai dokumen yang dipersyaratkan dalam penyelenggaraan pemanfaatan RDB.

Kementerian Pekerjaan Umum

Pedoman Pemanfaatan Ruang di Dalam Bumi

BAB II KETENTUAN UMUM PEMANFAATAN RUANG DI DALAM BUMI

2.1. Dasar Kebutuhan Pemanfaatan RDB Pemanfaatan RDB terutama dilakukan atas dasar kebutuhan sebagai berikut: a. mengatasi keterbatasan lahan di permukaan bumi; Pemanfaatan RDB dapat menjadi solusi untuk mengatasi keterbatasan ketersediaan lahan di permukaan bumi dengan melakukan efisiensi pemanfaatan ruang. Contohnya penyediaan ruang parkir di RDB pada kawasan perdagangan/jasa dan perkantoran yang dapat menghemat lahan di permukaan bumi. b. mewujudkan keterpaduan antarkegiatan; Kegiatan tertentu dapat dilakukan di RDB untuk menciptakan keterpaduan antara kegiatan di permukaan bumi dengan kegiatan di RDB. Contohnya penyediaan jaringan transportasi di RDB untuk melayani kawasan dengan densitas tinggi yang terhubung dengan moda transportasi di permukaan bumi. c. menjaga dan meningkatkan kualitas ruang dan kelestarian lingkungan; Pemanfaatan RDB untuk meningkatkan kualitas ruang dapat dilaksanakan melalui perwujudan estetika ruang dan pelindungan terhadap lingkungan hidup. Contohnya kegiatan yang menimbulkan polusi di kawasan perkotaan dapat dilaksanakan di RDB; kegiatan dan/atau bahan yang membutuhkan keamanan tinggi dan/atau berbahaya seperti limbah berbahaya dan/atau bahan mudah meledak dapat diisolasi di RDB; dan pemanfaatan RDB dapat memperluas penyediaan RTH dan ruang terbuka non-hijau (RTNH) di permukaan bumi. Pemanfaatan RDB harus mempertimbangkan perkembangan dan kebutuhan jangka panjang dan mampu memberi nilai tambah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kualitas lingkungan. Selain mempertimbangkan manfaat, pemanfaatan RDB juga harus memperhatikan dampak pemanfaatan RDB dan konsekuensinya terhadap antara lain aspek pembiayaan (mulai dari tahap pembangunan hingga pemeliharaan) dan aspek sumber daya manusia dalam pengelolaannya. 2.2. Asas Pemanfaatan RDB Pemanfaatan RDB diselenggarakan sesuai dengan kaidah penataan ruang dan asas-asas sebagai berikut: a. keserasian dan keterpaduan; Yang dimaksud dengan keserasian dan keterpaduan adalah bahwa pemanfaatan RDB diselenggarakan dengan: 1) menserasikan dan mengintegrasikan antarkegiatan dan/atau antarprasarana dan sarana pada RDB, serta antara kegiatan dan/atau prasarana dan sarana pada RDB dan kegiatan dan/atau prasarana dan sarana di permukaan bumi; dan 2) mengintegrasikan berbagai kepentingan pemanfaatan RDB yang bersifat lintas sektor, lintas wilayah, dan antarpemangku kepentingan. b. keberlanjutan; Yang dimaksud dengan keberlanjutan adalah bahwa pemanfaatan RDB diselenggarakan dengan: 1) menjamin kelestarian lingkungan; 2) menerapkan sistem prasarana dan sarana yang ramah lingkungan serta hemat energi dan/atau menggunakan energi baru/terbarukan; dan 3) mempertimbangkan perkembangan dan kebutuhan pemanfaatan RDB pada masa mendatang.
Kementerian Pekerjaan Umum 5

Pedoman Pemanfaatan Ruang di Dalam Bumi

c. keberdayagunaan dan keberhasilgunaan; Yang dimaksud dengan keberdayagunaan dan keberhasilgunaan adalah bahwa pemanfaatan RDB diselenggarakan dengan: 1) mengoptimalkan manfaat RDB dan sumber daya yang terkandung di dalamnya untuk mewujudkan ruang yang produktif dan berkualitas; dan 2) memberikan nilai tambah RDB untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kualitas lingkungan. d. keterbukaan dan kebersamaan; Yang dimaksud dengan keterbukaan dan kebersamaan adalah bahwa pemanfaatan RDB diselenggarakan dengan: 1) memberikan akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan pemanfaatan RDB; dan 2) melibatkan seluruh pemangku kepentingan dalam pemanfaatan RDB. e. kepastian hukum dan keadilan; Yang dimaksud dengan kepastian hukum dan keadilan adalah bahwa pemanfaatan RDB diselenggarakan dengan berlandaskan hukum dan dilaksanakan dengan mempertimbangkan rasa keadilan masyarakat serta melindungi hak dan kewajiban semua pihak secara adil dengan jaminan kepastian hukum. f. keamanan, keselamatan, dan kenyamanan; Yang dimaksud dengan keamanan, keselamatan, dan kenyamanan adalah bahwa pemanfaatan RDB diselenggarakan dengan: 1) menerapkan sistem prasarana dan sarana RDB yang memenuhi persyaratan keamanan, keselamatan, kenyamanan, dan kesehatan, serta aksesibilitas sesuai dengan standar yang berlaku; 2) memberikan perlindungan bagi masyarakat dan mengantisipasi berbagai gangguan dan ancaman terhadap keamanan dan keselamatan; 3) menerapkan sistem evakuasi bencana sesuai dengan standar yang berlaku; dan 4) memberikan rasa nyaman bagi masyarakat baik secara fisik maupun psikologis pada elemen-elemen prasarana dan sarana RDB, antara lain kapasitas dan skala ruang, sirkulasi, informasi (signage), utilitas, serta desain ruang dan/atau interior. 2.3. Klasifikasi Pemanfaatan RDB 2.3.1. Klasifikasi Pemanfaatan RDB Menurut Jenis Fasilitas Berdasarkan jenis fasilitas, pemanfaatan RDB diklasifikasikan ke dalam 4 (empat) jenis, yaitu: a. pemanfaatan RDB untuk bangunan gedung, b. pemanfaatan RDB untuk sistem jaringan prasarana, c. pemanfaatan RDB untuk fasilitas pertambangan, dan d. pemanfaatan RDB untuk untuk fasilitas khusus. Klasifikasi pemanfaatan RDB tersebut dijabarkan atas fungsi dan kegiatan sebagaimana termuat pada Tabel II.1.

Kementerian Pekerjaan Umum

Pedoman Pemanfaatan Ruang di Dalam Bumi

Tabel II.1 Klasifikasi Pemanfaatan RDB JENIS PEMANFAATAN RDB KEGIATAN a. Pemanfaatan RDB untuk Bangunan Gedung, berupa: 1) fasilitas tempat tinggal 1) hunian 2) fasilitas perdagangan 2) komersial 3) fasilitas perkantoran 3) jasa 4) fasilitas olah raga, hiburan, ibadah, 4) sosial-budaya dan perpustakaan 5) fasilitas industri 5) industri 6) ruang parkir 6) parkir 7) ruang penyimpanan/gudang 7) penyimpanan/pergudangan b. Pemanfaatan RDB untuk Sistem Jaringan Prasarana, berupa: 1) jaringan transportasi 1) transportasi 2) jaringan utilitas 2) utilitas c. Pemanfaatan RDB untuk Fasilitas pertambangan Pertambangan* d. Pemanfaatan RDB untuk Fasilitas kegiatan khusus, seperti Khusus* militer/pertahanan keamanan * Keterangan: Fasilitas pertambangan dan fasilitas khusus diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2.3.2. Klasifikasi Pemanfaatan RDB Menurut Skala Pelayanan Berdasarkan skala pelayanan, pemanfaatan RDB untuk bangunan gedung terdiri atas: a. b. pemanfaatan RDB untuk bangunan gedung berupa bangunan tunggal; dan pemanfaatan RDB untuk bangunan gedung berupa kawasan/blok bangunan.

Berdasarkan skala pelayanan, pemanfaatan RDB untuk sistem jaringan prasarana terdiri atas: a. pemanfaatan RDB untuk sistem jaringan prasarana berupa jaringan transportasi, meliputi: 1) jaringan transportasi kawasan seperti terowongan penyeberangan orang/kendaraan (underpass), jaringan jalan basemen, dan jaringan jalur pejalan kaki; dan jaringan transportasi wilayah seperti jaringan jalan bebas hambatan, jaringan rel kereta api, dan mass rapid transit (MRT).

2) b.

pemanfaatan RDB untuk sistem jaringan prasarana berupa jaringan utilitas, meliputi: 1) jaringan utilitas kawasan seperti jaringan pipa air minum, jaringan pipa gas, jaringan kabel listrik, jaringan pipa limbah, jaringan kabel telekomunikasi, dan jaringan pipa drainase; dan jaringan utilitas wilayah seperti jaringan induk air baku, jaringan induk gas, jaringan listrik tegangan/ekstra tinggi, jaringan kabel telekomunikasi, dan jaringan induk drainase.

2)

Pemanfaatan RDB untuk sistem jaringan prasarana dapat berupa gabungan antara jaringan transportasi dan jaringan utilitas, seperti multi purpose deep tunnel (MPDT).

Kementerian Pekerjaan Umum

Pedoman Pemanfaatan Ruang di Dalam Bumi

2.4. Studi untuk Pemanfaatan RDB Untuk mengoptimalkan manfaat dan menghindari dampak negatif, pemanfaatan RDB harus didahului dengan studi yang disesuaikan dengan kebutuhan pemanfaatan RDB, yaitu antara lain: a. studi geologi; Studi geologi, baik studi geologi permukaan maupun studi geologi bawah permukaan rinci dilakukan untuk mengkaji kondisi dan karakteristik permukaan serta bagian dalam bumi terkait dengan kebutuhan pemanfaatan RDB, meliputi: 1) studi geoteknik; Studi geoteknik dilakukan untuk mengkaji kondisi dan karakteristik tanah atau batuan terkait dengan kebutuhan pemanfaatan RDB. 2) studi hidrogeologi; Studi hidrogeologi dilakukan untuk mengkaji kondisi dan karakteristik air terkait dengan kebutuhan pemanfaatan RDB, seperti konfigurasi akuifer (akuifer bebas, semi tertekan, dan tertekan) dan aliran air tanah. 3) studi geodinamika; Studi geodinamika dilakukan untuk mengkaji kondisi dan dinamika RDB yang dipicu oleh energi dalam bumi seperti aktivitas vulkanik, gempa bumi, gempa vulkanik, dan gerakan pembentukan cekungan pengendapan atau pegunungan terkait dengan kebutuhan pemanfaatan RDB. b. studi kebencanaan; Studi kebencanaan dilakukan untuk mengkaji potensi dan risiko bencana, kerentanan wilayah terhadap bencana, serta upaya mitigasi bencana terkait dengan kebutuhan pemanfaatan RDB. Jenis bencana yang perlu dikaji antara lain: 1) 2) 3) 4) bencana gempa bumi dengan jenis risiko yang timbul yaitu pergerakan atau keretakan struktur batuan; bencana banjir dan genangan air dengan jenis risiko yang timbul yaitu antara lain berkurangnya stabilitas tanah dan masuknya air ke dalam RDB; bencana intrusi air laut dengan jenis risiko yang timbul yaitu kerusakan RDB dan korosi terhadap infrastruktur di dalamnya; dan bencana tsunami dengan jenis risiko yang timbul yaitu masuknya air laut dan material ke dalam RDB, kerusakan struktur RDB, dan risiko tertutupnya jalur keluar dan masuk RDB.

c.

studi lingkungan; Studi lingkungan dilakukan untuk mengkaji dampak lingkungan akibat pemanfaatan RDB baik pada saat pembangunan maupun operasional dan pemeliharaan sehingga pemanfaatan RDB dapat mencegah dan/atau meminimalkan gangguan terhadap lingkungan.

d.

studi kelayakan ekonomi dan sosial; Studi kelayakan ekonomi dan sosial dilakukan untuk mengkaji manfaat dan dampak ekonomi dan sosial akibat pemanfaatan RDB, termasuk pembiayaan pembangunan dan operasionalisasinya, sehingga pemanfaatan RDB dapat produktif, berdaya guna, dan berhasil guna.

2.5. Kaidah Umum Pemanfaatan RDB Kaidah umum pemanfaatan RDB adalah sebagai berikut: a. b. pemanfaatan RDB dapat berada di bawah ruang publik atau ruang privat; pemanfaatan RDB mempertimbangkan kepemilikan ruang (lahan) di permukaan bumi yang mencakup ruang publik dan ruang privat;
Kementerian Pekerjaan Umum

Pedoman Pemanfaatan Ruang di Dalam Bumi

c. d.

pemanfaatan RDB untuk kepentingan publik sedapat mungkin atau diprioritaskan berada di bawah ruang publik; pemanfaatan RDB untuk kepentingan publik jika tidak memungkinkan untuk berada di bawah ruang publik dapat berada di bawah ruang privat dengan memberikan jaminan perlindungan terhadap gangguan dan/atau dampak yang dapat ditimbulkannya dan dapat diberikan ganti kerugian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; pemanfaatan RDB untuk kepentingan publik ditetapkan oleh pemerintah; pemanfaatan RDB untuk kepentingan privat harus berada di bawah ruang privat; pemanfaatan RDB untuk kepentingan privat merupakan penunjang atau pengembangan kegiatan di atasnya, seperti fasilitas komersial, ruang parkir, area servis, gudang/ruang penyimpanan barang, dan jaringan utilitas; batas penguasaan dan pemanfaatan RDB oleh privat diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan yang disesuaikan dengan karakteristik daerah dan dapat ditetapkan oleh pemerintah daerah; penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan RDB didaftarkan ke instansi yang berwenang di bidang pertanahan untuk memperoleh hak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; pemanfaatan RDB baik untuk kepentingan publik maupun privat harus mendapatkan rekomendasi teknis dari instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pemanfaatan RDB untuk kepentingan privat selain mendapatkan rekomendasi teknis juga harus mendapatkan izin dari instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; pengelolaan RDB untuk kepentingan publik dapat dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat; pemanfaatan RDB yang menghubungkan ruang-ruang yang berbeda kepemilikan harus melalui kesepakatan dengan masing-masing pihak; dan

e. f. g.

h.

i.

j.

k. l.

m. pemanfaatan RDB dapat dihentikan sementara waktu apabila ditemukan benda cagar budaya dan bangunan cagar budaya, benda bernilai sejarah, benda arkeologi, situs purbakala, dan/atau benda bersifat strategis atau vital di dalamnya dan dilaporkan kepada institusi yang berwenang.

Kementerian Pekerjaan Umum

Pedoman Pemanfaatan Ruang di Dalam Bumi

BAB III KETENTUAN TEKNIS PEMANFAATAN RUANG DI DALAM BUMI

3.1. Kedalaman Pemanfaatan RDB Pembagian kedalaman pemanfaatan RDB menjadi acuan dalam penetapan jenis kegiatan yang diprioritaskan dan penetapan letaknya di bawah ruang publik atau di bawah ruang privat. Pada dasarnya penetapan kedalaman pemanfaatan RDB disesuaikan dengan karakteristik fisik dan/atau kondisi geologi masing-masing wilayah. Namun secara umum, kedalaman pemanfaatan RDB dapat terbagi atas: a. b. RDB dangkal, yaitu RDB yang berada pada kedalaman 0 hingga 30 meter (0-30 meter) di bawah permukaan tanah; dan RDB dalam, yaitu RDB yang berada pada kedalaman lebih dari 30 meter (>30 meter) di bawah permukaan tanah.

Pembagian kedalaman pemanfaatan RDB tersebut didasarkan pada pertimbangan: a. b. c. d. memberikan perlindungan dan tingkat keamanan yang lebih tinggi; meminimalkan gangguan terhadap ruang dan kegiatan di permukaan; memberikan area yang lebih luas untuk dikembangkan; dan mengoptimalkan aspek pembiayaan konstruksi.

RDB dangkal ditujukan untuk mengakomodasi: a. kegiatan pemanfaatan RDB yang keberadaannya atau letaknya harus berdekatan atau berada tidak jauh atau menyatu dengan ruang atau kegiatan di permukaan, seperti: terowongan penyeberangan orang atau kendaraan (underpass), jaringan utilitas kawasan, dan ruang parkir; kegiatan yang membutuhkan akses dari dan ke RDB dengan cepat, seperti: bangunan yang menampung banyak orang seperti pusat perbelanjaan dan fasilitas hiburan; kegiatan yang sumber dayanya terletak di RDB dangkal, seperti bangunan dengan pencahayaan alami; dan kegiatan yang berdasarkan hasil studi dan/atau alasan tertentu dapat atau harus ditempatkan pada RDB dangkal dan/atau tidak dapat ditempatkan pada RDB dalam, seperti fasilitas hunian.

b. c. d.

RDB dalam ditujukan untuk mengakomodasi: a. kegiatan pemanfaatan RDB yang menghubungkan antarpusat kegiatan, antarwilayah, dan/atau jaringan utama atau induk, seperti jaringan rel kereta api dan jaringan utilitas wilayah; kegiatan atau barang yang membutuhkan keamanan tinggi atau bersifat berbahaya, seperti gudang penyimpanan bahan berbahaya; kegiatan yang sumber dayanya terletak di RDB dalam, seperti fasilitas pertambangan; dan kegiatan yang berdasarkan hasil studi dan/atau alasan tertentu dapat atau harus ditempatkan pada RDB dalam dan/atau tidak dapat ditempatkan pada RDB dangkal, seperti fasilitas militer atau pertahanan keamanan.

b. c. d.

Pemanfaatan RDB untuk kepentingan publik dapat dilakukan di RDB dangkal yang berada di bawah ruang publik. Jika tidak memungkinkan berada di bawah ruang publik dapat berada di bawah ruang privat atau diprioritaskan di RDB dalam. Pembagian kedalaman pemanfaatan RDB menjadi RDB dangkal dan RDB dalam ini tidak menjadi batas hak penguasaan (property right) oleh privat dan batas penguasaan dan pemanfaatan RDB oleh publik, namun batas penguasaan dan pemanfaatan RDB oleh privat disesuaikan dengan karakteristik daerah dan
10 Kementerian Pekerjaan Umum

Pedoman Pemanfaatan Ruang di Dalam Bumi

diatur lebih lanjut oleh ketentuan peraturan perundang-undangan bidang pertanahan, serta dapat ditentukan oleh pemerintah daerah. Pembagian kedalaman RDB dan kegiatannya diuraikan dalam Tabel III.1 dan Gambar 3.1 sebagai berikut: Tabel III.1. Pembagian Kedalaman RDB Beserta Kegiatan yang Diprioritaskan KEDALAMAN (meter) PEMANFAATAN RDB DI BAWAH RUANG PUBLIK jaringan transportasi kawasan jaringan transportasi wilayah jaringan utilitas kawasan jaringan utilitas wilayah bangunan gedung jaringan transportasi wilayah jaringan utilitas wilayah bangunan gedung (dapat untuk ruang penyimpanan/gudang barang atau bahan berbahaya) PEMANFAATAN RDB DI BAWAH RUANG PRIVAT jaringan utilitas kawasan bangunan gedung

RDB

Dangkal

0 30

Dalam

> 30

jaringan transportasi wilayah jaringan utilitas wilayah bangunan gedung (dapat untuk ruang penyimpanan/gudang barang atau bahan berbahaya)

Kementerian Pekerjaan Umum

11

Pedoman Pemanfaatan Ruang di Dalam Bumi

Gambar 3.1. Ilustrasi Pemanfaatan RDB Terkait dengan Kedalaman RDB dan Keberadaannya di Bawah Ruang Publik/Privat

12

Kementerian Pekerjaan Umum

Pedoman Pemanfaatan Ruang di Dalam Bumi

3.2. Ketentuan Teknis Pemanfaatan RDB Ketentuan teknis pemanfaatan RDB merupakan ketentuan-ketentuan yang perlu diperhatikan dalam pemanfaatan RDB untuk bangunan gedung dan sistem jaringan prasarana. 3.2.1. Ketentuan Teknis Pemanfaatan RDB untuk Bangunan Gedung Pemanfaatan RDB untuk bangunan gedung memperhatikan ketentuan sebagai berikut: a. b. c. d. tidak diprioritaskan untuk hunian atau tempat tinggal, namun dapat berfungsi sebagai ruang pendukung hunian yang ada di permukaan; konektivitas antarbangunan di RDB diperbolehkan jika terdapat keterkaitan fungsi dan kepentingan; konektivitas antarbangunan maupun bangunan dengan jaringan transportasi dapat berupa jalur atau ruang penghubung yang berbentuk terowongan untuk pejalan kaki; terowongan pejalan kaki yang terhubung atau menghubungkan bangunan publik dapat mengakomodasi kegiatan perdagangan yang disesuaikan dengan kapasitas ruang; jika bangunan gedung berpotongan dengan jaringan transportasi dan/atau jaringan utilitas, maka dilakukan penyesuaian konstruksi sehingga tidak mengganggu fungsi masing-masing kegiatan; koefisien tapak basemen (KTB) tidak melebihi koefisien dasar bangunan (KDB) yang diizinkan di atas permukaan bumi agar tersisa ruang yang cukup untuk peresapan air; jenis konstruksi bangunan gedung harus memperhatikan kondisi akuifer, geologi, sifat kebencanaan, dan keberadaan bentuk pemanfaatan RDB lainnya; bangunan gedung dilengkapi dengan sistem evakuasi bencana, antara lain kelengkapan untuk penanggulangan bencana kebakaran seperti tangga darurat, alat pemadam kebakaran, hidran air, dan masker gas; dilengkapi dengan sistem pemantauan dan pengawasan; dilengkapi dengan fasilitas komunikasi untuk keadaan darurat yang terhubung langsung dengan pengelola bangunan gedung; desain ruang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis; desain bangunan menerapkan konsep ramah lingkungan dan hemat energi antara lain melalui pemanfaatan pencahayaan alami dan sirkulasi udara yang menerapkan sistem bukaan (void) antarlantai mulai dari lantai yang memungkinkan menerus sampai ke permukaan bumi dan sistem reflektor; akses masuk dan keluar harus memperhitungkan ancaman bahaya banjir.

e.

f.

g. h.

i. j. k. l.

m. dilengkapi dengan sistem pengelolaan limbah terpadu; dan n.

Selain ketentuan pemanfaatan RDB untuk bangunan gedung tersebut, terdapat ketentuan khusus yang berlaku dalam pemanfaatan RDB untuk bangunan gedung berupa kegiatan yang menggunakan dan/atau menyimpan barang atau bahan berbahaya seperti industri dan/atau ruang penyimpanan barang atau bahan berbahaya, sebagai berikut: a. b. tidak ditempatkan pada kawasan perkotaan; mempertimbangkan kemungkinan dampak bahaya yang disebabkan oleh barang atau bahan berbahaya terhadap pemanfaatan ruang di permukaan tanah, kondisi tanah, dan kondisi air tanah; mempertimbangkan terjadinya pengembangan volume bahan, pembentukan gas, atau terjadinya kenaikan tekanan; tidak untuk hunian atau tempat tinggal; terhubung dengan jalur koleksi; memiliki konstruksi yang kokoh dan tahan gempa; konstruksi, kedalaman, dan material ruang penyimpanan harus aman dari bahaya yang dapat ditimbulkan;
13

c. d. e. f. g.

Kementerian Pekerjaan Umum

Pedoman Pemanfaatan Ruang di Dalam Bumi

h. i. j. k. l.

kekuatan dan ketebalan konstruksi serta bahan bangunan ruang penyimpanan disesuaikan dengan jenis bahan yang disimpan; menyediakan alat dan kelengkapan untuk penanggulangan bencana kebakaran; dilengkapi dengan sistem deteksi bahaya termasuk bahaya kebocoran; dilengkapi dengan sistem deteksi perilaku bahan; aman dari kontaminasi zat atau bahan lainnya baik dari kondisi sekitar maupun antarmedia penyimpanan;

m. memberikan perlakuan khusus untuk benda atau bahan yang mudah terbakar atau reaktif; n. o. p. memperhatikan jangka waktu penyimpanan benda atau bahan; menyediakan sistem pencahayaan dan sirkulasi udara; dan dilengkapi dengan sistem pengelolaan limbah yang dihasilkan dari barang atau bahan berbahaya yang diproduksi atau disimpan.

3.2.2. Ketentuan Teknis Pemanfaatan RDB untuk Sistem Jaringan Prasarana Ketentuan mengenai pemanfaatan RDB untuk sistem jaringan prasarana berupa jaringan transportasi kawasan dan jaringan utilitas diatur sebagai berikut: a. Jaringan Transportasi; 1) Pemanfaatan RDB untuk sistem jaringan prasarana berupa transportasi kawasan memperhatikan ketentuan sebagai berikut: berada pada RDB dangkal; diprioritaskan berada di bawah ruang publik; terdapat rambu lalu lintas yang informatif, serta alat pengawasan dan pengamanan jalan; ketentuan teknis jaringan transportasi kawasan mengikuti standar teknis terkait; perencanaan jaringan harus memperhatikan kebutuhan ruang minimal yang harus disediakan; menyediakan sistem pencahayaan dan sirkulasi udara; akses masuk dan keluar jaringan mempertimbangkan kondisi bentang alam dan estetika; memperhatikan keberadaan sumber daya air dan tidak boleh mengakibatkan tertutup atau terhentinya aliran air di sekitarnya, serta harus mendapatkan rekomendasi teknis dari instansi terkait; dan terdapat sistem penanggulangan dan evakuasi bencana seperti gempa bumi, kebakaran, banjir. jaringan jaringan

2)

Pemanfaatan RDB untuk sistem jaringan prasarana berupa transportasi wilayah memperhatikan ketentuan sebagai berikut:

diprioritaskan berada pada RDB dalam dan/atau berada pada kedalaman yang berbeda dengan jaringan lainnya untuk menghindari perpotongan lintasan; diprioritaskan berada di bawah ruang publik; terdapat rambu lalu lintas yang informatif, serta alat pengawasan dan pengamanan jalan; sedapat mungkin berada di bawah struktur jaringan transportasi di permukaan bumi; perencanaan terowongan harus memperhatikan kebutuhan ruang minimal yang harus disediakan;

14

Kementerian Pekerjaan Umum

Pedoman Pemanfaatan Ruang di Dalam Bumi

ketentuan teknis jaringan transportasi wilayah mengikuti standar teknis terkait; desain terowongan mengikuti standar teknis terkait; desain dan struktur terowongan mempertimbangkan dampak getaran dan keamanan bangunan dan/atau kegiatan baik yang berada di atas permukaan bumi maupun di sekitarnya; memperhatikan struktur bangunan di permukaan bumi yang berada di atas RDB seperti pondasi bangunan dan utilitas bangunan; melayani pusat kegiatan di kawasan metropolitan yang memiliki intensitas bangkitan dan tarikan yang tinggi; terpadu dengan jaringan transportasi di permukaan mengefisienkan perpindahan moda transportasi; bumi untuk

terintegrasi dengan sistem prasarana lainnya seperti jaringan listrik, telekomunikasi, dan drainase; menyediakan sistem pencahayaan dan sirkulasi udara; memiliki sistem cadangan energi untuk mengantisipasi gangguan penyediaan energi; terdapat akses dan jalur khusus untuk pemeliharaan terowongan; akses masuk dan keluar jaringan mempertimbangkan kondisi bentang alam dan estetika; memperhatikan keberadaan sumber daya air dan tidak boleh mengakibatkan tertutup atau terhentinya aliran air di sekitarnya, serta harus mendapatkan rekomendasi teknis dari instansi terkait; dan terdapat sistem penanggulangan dan evakuasi bencana seperti gempa bumi, kebakaran, banjir.

b.

Jaringan Utilitas; 1) Pemanfaatan RDB untuk sistem jaringan prasarana berupa jaringan utilitas kawasan memperhatikan ketentuan sebagai berikut: berada pada RDB dangkal; diprioritaskan berada di bawah ruang publik; diletakkan sejajar atau mengikuti struktur jaringan transportasi, baik di permukaan maupun di dalam bumi; dapat langsung tertanam di dalam bumi tanpa ditempatkan dalam konstruksi terowongan; beberapa jenis utilitas dapat diintegrasikan dan ditempatkan dalam konstruksi terowongan; ketentuan teknis jaringan utilitas kawasan mengikuti standar teknis terkait; desain terowongan mengikuti standar teknis terkait; utilitas yang ditempatkan dalam konstruksi terowongan dilengkapi dengan akses untuk kebutuhan pemeliharaan utilitas; dan memperhatikan keberadaan sumber daya air dan tidak boleh mengakibatkan tertutup atau terhentinya aliran air di sekitarnya, serta harus mendapatkan rekomendasi teknis dari instansi terkait.

2)

Pemanfaatan RDB untuk sistem jaringan prasarana berupa jaringan utilitas wilayah memperhatikan ketentuan sebagai berikut: diprioritaskan berada pada RDB dalam dan/atau berada pada kedalaman yang berbeda dengan jaringan lainnya untuk menghindari perpotongan lintasan; diprioritaskan berada di bawah ruang publik;
15

Kementerian Pekerjaan Umum

Pedoman Pemanfaatan Ruang di Dalam Bumi

beberapa jenis utilitas diintegrasikan dan ditempatkan dalam konstruksi terowongan; memperhatikan struktur dalam bumi milik bangunan di permukaan bumi atau yang berada di atasnya seperti pondasi bangunan dan utilitas bangunan; ketentuan teknis jaringan utilitas wilayah mengikuti standar teknis terkait; desain terowongan mengikuti standar teknis terkait; terowongan dilengkapi pengawasan utilitas; akses untuk kebutuhan pemeliharaan dan

terowongan dilengkapi dengan ruang pompa untuk mengatur aliran air baku atau limbah; dan memperhatikan keberadaan sumber daya air dan tidak boleh mengakibatkan tertutup atau terhentinya aliran air di sekitarnya, serta harus mendapatkan rekomendasi teknis dari instansi terkait.

3.3. Kesesuaian Pemanfaatan RDB dengan Fungsi Kawasan Pemanfaatan RDB harus memperhatikan kesesuaian dengan rencana struktur ruang dan rencana pola ruang pada permukaan bumi. 3.3.1. Kesesuaian Pemanfaatan RDB dengan Rencana Struktur Ruang Ketentuan mengenai kesesuaian pemanfaatan RDB dengan rencana struktur ruang diatur berdasarkan ketentuan teknis untuk setiap jenis pemanfaatan RDB. 3.3.2. Kesesuaian Pemanfaatan RDB dengan Rencana Pola Ruang Ketentuan mengenai kesesuaian pemanfaatan RDB dengan rencana pola ruang diatur sebagai berikut: a. pemanfaatan RDB pada kawasan lindung; Pemanfaatan RDB pada kawasan lindung dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: 1) pemanfaatan RDB didahului dengan studi lingkungan dan studi lainnya oleh lembaga berwenang yang hasilnya menyatakan bahwa kegiatan tersebut tidak mengganggu fungsi lindung kawasan, serta memenuhi persyaratan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; pemanfaatan RDB diprioritaskan berada di RDB dalam; pemanfaatan RDB bersifat kewilayahan dan/atau hanya melintasi kawasan lindung, seperti jaringan utilitas wilayah dan jaringan transportasi wilayah dan khusus pada kawasan lindung yang merupakan kawasan rawan bencana geologi, pemanfaatannya dilakukan hanya untuk jaringan utilitas wilayah; dan penempatan akses masuk dan/atau keluar kegiatan RDB serta prasarana dan sarana penunjang tidak berada pada kawasan lindung, kecuali pintu darurat dan prasarana atau sarana penunjang kegiatan RDB yang bersifat pasif, seperti penghawaan dan pencahayaan, dengan syarat didahului dengan studi lingkungan dan studi lainnya yang hasilnya menyatakan bahwa prasarana dan sarana tersebut tidak mengganggu fungsi lindung kawasan, serta memenuhi persyaratan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2) 3)

4)

b.

pemanfaatan RDB pada kawasan budi daya; Pemanfaatan RDB pada kawasan budi daya dillakukan dengan ketentuan sebagai berikut: 1) 2) pemanfaatan RDB berupa jaringan utilitas kawasan; pemanfaatan RDB selain jaringan utilitas kawasan dilakukan pada RDB dangkal dengan syarat:
Kementerian Pekerjaan Umum

16

Pedoman Pemanfaatan Ruang di Dalam Bumi

a)

didahului dengan studi lingkungan dan studi lainnya oleh lembaga berwenang yang hasilnya menyatakan bahwa kegiatan tersebut tidak mengganggu fungsi kawasan, serta memenuhi persyaratan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan penempatan akses masuk dan/atau mengganggu fungsi kawasan. keluar kegiatan RDB tidak

b) 3)

pemanfaatan RDB tidak dilakukan pada kawasan budi daya yang oleh ketentuan peraturan perundang-undangan dinyatakan tidak boleh dilakukan pemanfaatan RDB misalnya pemanfaatan RDB pada kawasan pariwisata yang di dalamnya terdapat benda arkeologi.

Kesesuaian pemanfaatan RDB dengan rencana struktur ruang dan rencana pola ruang diuraikan dalam Tabel III.2, Tabel III.3, dan Tabel III.4.

Kementerian Pekerjaan Umum

17

Pedoman Pemanfaatan Ruang di Dalam Bumi

TABEL III.2 CONTOH KESESUAIAN KEGIATAN DENGAN STRUKTUR RUANG

18

Kementerian Pekerjaan Umum

Pedoman Pemanfaatan Ruang di Dalam Bumi

Kementerian Pekerjaan Umum

19

Pedoman Pemanfaatan Ruang di Dalam Bumi

20

Kementerian Pekerjaan Umum

Pedoman Pemanfaatan Ruang di Dalam Bumi

TABEL III.3 CONTOH KESESUAIAN KEGIATAN DENGAN KAWASAN LINDUNG

Kementerian Pekerjaan Umum

21

Pedoman Pemanfaatan Ruang di Dalam Bumi

22

Kementerian Pekerjaan Umum

Pedoman Pemanfaatan Ruang di Dalam Bumi

Kementerian Pekerjaan Umum

23

Pedoman Pemanfaatan Ruang di Dalam Bumi

24

Kementerian Pekerjaan Umum

Pedoman Pemanfaatan Ruang di Dalam Bumi

Kementerian Pekerjaan Umum

25

Pedoman Pemanfaatan Ruang di Dalam Bumi

TABEL III.4 CONTOH KESESUAIAN KEGIATAN DENGAN KAWASAN BUDI DAYA

26

Kementerian Pekerjaan Umum

Pedoman Pemanfaatan Ruang di Dalam Bumi

Kementerian Pekerjaan Umum

27

Pedoman Pemanfaatan Ruang di Dalam Bumi

28

Kementerian Pekerjaan Umum

Pedoman Pemanfaatan Ruang di Dalam Bumi

BAB IV RENCANA PEMANFAATAN RDB

Rencana pemanfaatan RDB merupakan hasil kajian yang digunakan sebagai salah satu prasyarat untuk dapat diselenggarakannya pemanfaatan RDB. Penyusunan rencana pemanfaatan RDB tersebut dilakukan oleh penyelenggara pemanfaatan RDB baik pemerintah maupun masyarakat sesuai dengan ketentuan umum dan ketentuan teknis dalam pedoman ini, serta melibatkan masyarakat. Selain itu, rencana pemanfaatan RDB digunakan sebagai salah satu acuan dalam penyusunan RTR. Adapun muatan rencana pemanfaatan RDB meliputi: a. b. c. kesesuaian pemanfaatan RDB dengan rencana struktur ruang dan rencana pola ruang di permukaan bumi; arahan pemanfaatan RDB yang berisi usulan program utama, lokasi, besaran, sumber pendanaan, instansi pelaksana, serta waktu dan tahapan pelaksanaan pemanfaatan RDB; dan persyaratan pemanfaatan RDB (diperbolehkan, bersyarat secara terbatas, bersyarat tertentu, dan tidak diperbolehkan).

Penyusunan rencana pemanfaatan RDB dilakukan dengan tahapan sebagai berikut a. b. c.


d.

penentuan kebutuhan pemanfaatan RDB; penentuan jenis klasifikasi pemanfaatan RDB; analisis dan kajian; dan perumusan rencana pemanfaatan RDB.

Secara skematis, tahapan penyiapan rencana pemanfaatan RDB tersebut dijelaskan dalam Gambar 4.1 sebagai berikut:

Kementerian Pekerjaan Umum

29

Pedoman Pemanfaatan Ruang di Dalam Bumi

Gambar 4.1. Tahapan Penyiapan Rencana Pemanfaatan RDB

30

Kementerian Pekerjaan Umum

Pedoman Pemanfaatan Ruang di Dalam Bumi

BAB V PENUTUP

Pedoman ini telah disusun dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan terkait dan perkembangan pemanfaatan RDB di masa datang. Pedoman ini juga bersifat fleksibel dengan memperhatikan kondisi dan karakteristik lokal yang ada di setiap daerah. Oleh karenanya, setiap pemanfaatan RDB harus memperhatikan kondisi dan karakteristik lokal di atas.

MENTERI PEKERJAAN UMUM ttd. DJOKO KIRMANTO

Kementerian Pekerjaan Umum

31

LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 01/PRT/M/2014 TANGGAL : 24 Februari 2014

PERHITUNGAN PEMBIAYAAN PENCAPAIAN


STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

PERHITUNGAN PEMBIAYAAN PENCAPAIAN SPM BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG SUB BIDANG SUMBER DAYA AIR
RUMUS SPM JENIS PELAYANAN DASAR SASARAN INDIKATOR SPM TARGET PENCAPAIAN TAHUN 2019 KOMPONEN NO 2 1 A PENGATURAN A.1 PERENCANAAN PENYEDIAAN AIR IRIGASI : : : : :

Ketersediaan air irigasi (lt/detik) pada setiap musim tanam Kebutuhan air irigasi (lt/detik) berdasarkan rencana tata tanam
Penyediaan air baku untuk kebutuhan masyarakat Meningkatnya keberlanjutan dan ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Persentase tersedianya air irigasi untuk pertanian rakyat pada sistem irigasi yang sudah ada sesuai dengan kewenangannya (Provinsi atau Kabupaten/Kota) 70% KELUARAN 3 SATUAN/BIAYA 4 KETERANGAN 5

1. Penyusunan Dokumen A = Biaya yang dibutuhkan untuk penyusunan Dokumen Perencanaan Perencanaan Tata Tanam Tahunan yang mencakup Rencana Tata Tata Tanam Tahunan Dapat juga mengacu Tanam Global (RTTG) dan Rencana Rumus : A kepada RP2I Kabupaten Tanam Detail (RTTD). 2. Tata Penyusunan Dokumen A = Biaya yang dibutuhkan untuk (Rencana Pengembangan Perencanaan kebutuhan air irigasi penyusunan Dokumen Perencanaan dan Pengelolaan Irigasi) per musim tanam kebutuhan air irigasi per musim tanam Rumus : A 1. Pelaksanaan inventarisasi aset irigasi A = Biaya per hektare (ha) yang dibutuhkan untuk melakukan Inventarisasi aset irigasi B = Luas sistem irigasi yang dilakukan inventarisasi aset irigasi dalam hektare (ha) Rumus : A x B A = Biaya yang dibutuhkan untuk menyusun dokumen perencanaan pengelolaan aset irigasi Rumus : A -

A.2 PENGELOLAAN ASET IRIGASI

2. Penyusunan dokumen pengelolaan aset irigasi

3. Pelaksanaan Evaluasi penentuan skala prioritas pengelolaan aset irigasi dengan rehabilitasi atau operasi dan pemeliharaan. 4. Pemuktahiran dokumen pengelolaan aset irigasi

Mengacu kepada PP Nomor 20 tahun 2006 tentang Irigasi

A = Biaya yang dibutuhkan untuk pemuktahiran dokumen perencanaan pengelolaan aset irigasi Rumus : A

KOMPONEN NO 2 1 PENGATURAN B PEMBINAAN

KELUARAN 3 Pelatihan Kepala ranting / pengamat, petugas mantri / juru pengairan, petugas operasi bendung, petugas pintu air, dll.

SATUAN/BIAYA KETERANGAN 4 5 A = Biaya yang dibutuhkan untuk melatih kepala ranting / pengamat, petugas Mengacu kepada Permen mantri / juru pengairan, petugas PU Nomor operasi bendung, petugas pintu air, dll. 32/PRT/M/2007 tentang Pedoman Operasi dan B = Banyaknya pelatihan yang dilakukan untuk menjaga ketersediaan air irigasi. Pemeliharaan Jaringan Irigasi Rumus : A x B

C PEMBANGUNAN C.1 PERENCANAAN REHABILITASI

1. Pelaksanaan Identifikasi Kerusakan dan Penelusuran Jaringan

2. Pelaksanaan pengukuran

A = Biaya per hari yang dibutuhkan dalam identifikasi kerusakan dan Penelusuran Jaringan Irigasi untuk mengetahui tingkat kerusakan . B = Lamanya identifikasi kerusakan dan Penelusuran Jaringan Irigasi dalam hari. Rumus : A x B A = Biaya per hektare (ha) yang dibutuhkan dalam pengukuran kerusakan jaringan sistem irigasi

Mengacu kepada Permen PU Nomor 32/PRT/M/2007 tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi

3. Pembuatan detail desain dan rencana anggaran biaya rehabilitasi jaringan irigasi

B = Luas jaringan sistem irigasi yang rusak dalam hektare (ha) Mengacu kepada Standar Rumus : A x B Perencanaan Irigasi dari A = Biaya per hektare (ha) yang Direktorat Jenderal dibutuhkan dalam pembuatan detail Sumber Daya Air desain perbaikan jaringan irigasi B = Luas jaringan sistem irigasi yang akan didesain dalam hektare (ha) Rumus : A x B -

4, Penyusunan program/rencana kerja yang memuat pembagian peran dan tanggung jawab Dinas pengelola irigasi dan P3A/GP3A 5, Penyusunan pelaporan

A = Biaya yang dibutuhkan untuk membuat dokumen pelaporan hasil kegiatan perencanaan rahabilitasi jaringan irigasi B = Banyaknya dokumen pelaporan hasil kegiatan perencanaan rahabilitasi jaringan irigasi. Rumus : A x B

Mengacu kepada Permen PU Nomor 32/PRT/M/2007 tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi

KOMPONEN NO 2 1 C.2 PENGATURAN PELAKSANAAN REHABILITASI

KELUARAN 3 1. Penyelenggaraan Sosialisasi tentang pelaksanaan pekerjaan rehabilitasi kepada petani.

SATUAN/BIAYA 4 A = Biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan satu kegiatan sosialisasi pekerjaan rehabilitasi kepada petani. B = Banyaknya kegiatan yang dilakukan untuk sosialisasi pekerjaan rehabilitasi kepada petani. Rumus : A x B

KETERANGAN 5

2. Pelaksanaan Rehabilitasi bendung

3. Pelaksanaan Rehabilitasi Saluran Irigasi

A = Biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan Rehabilitasi satu unit bendung B = Banyaknya bendung yang direhabilitasi Rumus : A x B A = Biaya per meter yang dibutuhkan untuk pelaksanaan Rehabilitasi Saluran Irigasi B = Panjang Saluran Irigasi yang di rehabilitasi dalam meter (m) Rumus : A x B A = Biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan Rehabilitasi satu unit bangunan irigasi B = Banyaknya unit bangunan irigasi yang direhabilitasi Rumus : A x B A = Biaya per hektare (ha) yang dibutuhkan untuk Pelaksanaan Operasi jaringan irigasi B = Luas jaringan irigasi dalam hektare (ha) Rumus : A x B A = Biaya per hektare (ha) yang dibutuhkan untuk pelaksanaan Pemeliharaan Jaringan Irigasi B = Luas jaringan sistem irigasi dalam hektare (ha) Rumus : A x B A = Biaya per hektare (ha) yang dibutuhkan untuk Pelaksanaan Konservasi DAS B = Luas DAS dalam hektare (ha) Rumus : A x B

Mengacu kepada Permen PU Nomor 32/PRT/M/2007 tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi

4. Pelaksanaan Rehabilitasi bangunan irigasi

D PENGAWASAN

1. Pelaksanaan Operasi Jaringan Irigasi

2. Pelaksanaan Pemeliharaan Jaringan Irigasi

Mengacu kepada Permen PU Nomor 32/PRT/M/2007 tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi

3, Pelaksanaan Konservasi DAS

KOMPONEN NO 2 1 E PENGATURAN PEMBERDAYAAN

KELUARAN 3 Pelaksanaan Pemberdayaan Kelembagaan Pengelola Irigasi (Komisi Irigasi, Instansi Pemerintah Bidang Irigasi, dan perkumpulan petani pemakai air)

SATUAN/BIAYA 4 A = Biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan satu kegiatan Pemberdayaan Kelembagaan Pengelola Irigasi. B = Banyaknya kegiatan yang dilakukan untuk pemberdayaan Kelembagaan Pengelola Irigasi. Rumus : A x B

KETERANGAN 5 Mengacu kepada Permen PU Nomor 32/PRT/M/2007 tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi

PERHITUNGAN PEMBIAYAAN PENCAPAIAN SPM BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG SUB BIDANG SUMBER DAYA AIR
RUMUS SPM :

Ketersediaan Air Baku (m3/tahun) dari Instalasi Pengolah Air Kebutuhan Air Baku (m3/tahun) berdasarkan Target MDGs
Penyediaan air baku untuk kebutuhan masyarakat Meningkatnya keberlanjutan dan ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Persentase tersedianya air baku untuk memenuhi kebutuhan pokok minimal sehari-hari (kabupaten/kota) 100% KELUARAN 3 SATUAN/BIAYA 4 KETERANGAN 5

JENIS PELAYANAN DASAR SASARAN INDIKATOR SPM TARGET PENCAPAIAN TAHUN 2019 NO KOMPONEN

: : : :

2 1 KEGIATAN : Pembangunan Sistem Jaringan Air Baku(m3/tahun) A PENGATURAN 1. Penyusunan keputusan Kepala Daerah terkait penyediaan air baku untuk kebutuhan pokok minimal sehari-hari B. PEMBINAAN C PEMBANGUNAN C.1 SURVAI DAN INVESTIGASI 1. Pelaksanaan Kegiatan Survei Potensi dan Studi Penyediaan Air Baku

Penyusunan keputusan kepala daerah

A =

Biaya yang dibutuhkan untuk penyusunan keputusan Kepala Daerah terkait penyediaan air baku untuk kebutuhan pokok minimal sehari-hari Rumus : A

Pelaksanaan Survei Potensi dan Studi Penyediaan Air Baku

A=

Biaya yang dibutuhkan untuk Pelaksanaan Survei Potensi dan Studi Penyediaan Air Baku per lokasi Banyaknya lokasi yang akan dilaksanakan survei potensi dan studi penyediaan air baku Rumus : A x B

B =

C.2 DESAIN 1. Pelaksanaan Kegiatan perencanaan detail engineering design untuk Pembangunan/Peningkatan Sistem Jaringan Penyediaan Air Baku C.3 PENGADAAN LAHAN 1. Pelaksanaan Kegiatan penyediaan lahan (pemilihan lokasi dan pembebasan lahan)

Pelaksanaan kegiatan penyusunan Detail Engineering Design

A =

Biaya yang dibutuhkan untuk Pelaksanaan kegiatan penyusunan Detail Engineering Design per lokasi Banyaknya lokasi yang akan dilaksanakan penyusunan Detail Engineering Design Rumus : A x B

B =

1. 2.

Pembebasan/Penyiapan Lahan Sertifikasi lahan yang telah dibebaskan

Tanggung Jawab kegiatan penyediaan lahan diserahkan kepada pemerintah Kabupaten/kota

NO

KOMPONEN

KELUARAN 3 1. Pembangunan Bangunan Tampungan Air A = B =

SATUAN/BIAYA 4 Biaya yang dibutuhkan untuk Pembangunan tiap unit Bangunan Tampungan Air Banyaknya unit Bangunan Tampungan Air yang dibangun Rumus : A x B Biaya yang dibutuhkan untuk Pembangunan tiap unit Bangunan Pengambilan/Penyadapan Banyaknya unit Bangunan Pengambilan/Penyadapan yang dibangun Rumus : A x B Biaya yang dibutuhkan untuk satu unit Pembangunan Bangunan Pelengkap Banyaknya unit Bangunan Pelengkap yang dibangun Rumus : A x B Biaya yang dibutuhkan untuk Pembangunan tiap satu meter Jaringan Transmisi

KETERANGAN 5

2 1 C.4 KONSTRUKSI 1. Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan/Peningkatan Sistem Jaringan Penyediaan Air Baku sesuai perencanaan teknis

2.

Pembangunan Bangunan Pengambilan/Penyadapan

A =

B =

3.

Pembangunan Bangunan Pelengkap & Jaringan Transmisi

A = B =

A =

B =

4.

Pembangunan Sistem pemompaan

C = N =

Panjang Jaringan Transmisi yang dibangun dalam meter (m) Rumus : A x B Biaya yang dibutuhkan untuk Pembangunan satu unit Sistem pemompaan Banyaknya unit Sistem pemompaan yang dibangun Rumus : A x B

C.5 OPERASIONAL DAN PEMELIHARAAN 1. Pelaksanaan Kegiatan Operasi & Pemeliharaan untuk Pembangunan/Peningkatan Sistem Jaringan Penyediaan Air Baku

1.

Pelaksanaan Operasi Sistem A = Jaringan Penyediaan Air Baku B =

Biaya yang dibutuhkan untuk Pelaksanaan Operasi Sistem Jaringan Penyediaan Air Baku per lokasi Banyaknya lokasi Sistem Jaringan Penyediaan Air Baku Rumus : A x B Biaya yang dibutuhkan untuk Pelaksanaan Pemeliharaan Sistem Jaringan Penyediaan Air Baku per lokasi Banyaknya lokasi Sistem Jaringan Penyediaan Air Baku Rumus : A x B Biaya yang dibutuhkan untuk Pelaksanaan Konservasi Sumber Air per hektare (ha) Luas lokasi konversi sumber air dalam hektar (ha) Rumus : A x B

2.

Pelaksanaan Pemeliharaan A = Sistem Jaringan Penyediaan Air Baku B =

3.

Pelaksanaan Konservasi Sumber Air

A = B =

NO

KOMPONEN

KELUARAN 3 Pengawasan Teknis A =

SATUAN/BIAYA 4 Biaya yang dibutuhkan untuk biaya 1 kegiatan pengawasan Pembangunan/Peningkatan Sistem Jaringan Penyediaan Air Baku Rumus : A

KETERANGAN 5

2 1 D PENGAWASAN 1. Pelaksanaan Kegiatan pengawasan teknis Pembangunan/Peningkatan Sistem Jaringan Penyediaan Air Baku sesuai perencanaan teknis

E PEMBERDAYAAN -

PERHITUNGAN PEMBIAYAAN PENCAPAIAN SPM BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG SUB BIDANG JALAN

RUMUS SPM

SPM Kondisi Jalan

Panjang Jalan memenuhi Kondisi Jalan Baik dan Sedang eksisting Panjang Jalan Provinsi/Kabupaten/Kota

akhir tahun pencapaian SPM

JENIS PELAYANAN DASAR SASARAN SPM INDIKATOR SPM TARGET PENCAPAIAN TAHUN 2019 NO
1

: : : :

Penyediaan jalan untuk melayani kebutuhan masyarakat Meningkatnya kualitas layanan jalan Provinsi/Kabupaten/Kota Tingkat kondisi jalan baik dan sedang 60% KELUARAN
3

KOMPONEN

SATUAN/BIAYA
4

KETERANGAN
6

2 A PERSIAPAN KEGIATAN PEMELIHARAAN A.1. Pembelian alat (Naasra/ Romdas/ 1. Roughometer) A.2. Penyusunan dokumen pemeliharaan 1.

Pemilikan alat (Naasra/ Romdas/ Roughometer)

A. Jumlah alat yang dibutuhkan B. Rata-rata biaya pembelian alat Rumus: A x B A. Jumlah dokumen pemeliharaan rutin B. Rata-rata biaya penyusunan dokumen pemeliharaan rutin Rumus: A x B A. Jumlah dokumen pemeliharaan berkala B. Rata-rata biaya penyusunan dokumen pemeliharaan berkala Rumus: A x B

Penyelesaian dokumen pemeliharaan rutin Penyelesaian dokumen pemeliharaan berkala

2.

B PEMELIHARAAN RUTIN JALAN DAN JEMBATAN B.1. Pelaksanaan kegiatan 1. Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan pemeliharaan rutin untuk jalan rutin jalan perkerasan HRSpemeliharaan rutin dengan perkerasan HRS-Base Base dengan lebar B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan perkerasan sampai dengan dengan lebar perkerasan sampai dengan 4,5 m; 4,5 m dan bahu 2 x 1 m lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan HRS-Base Rumus: A x B 2. Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan rutin jalan perkerasan HRSpemeliharaan rutin Base dengan lebar B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan perkerasan sampai dengan dengan lebar perkerasan sampai dengan 5,0 m; 5,0 m dan bahu 2 x 1 m lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan HRS-Base Rumus: A x B Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan rutin jalan perkerasan HRSpemeliharaan rutin Base dengan lebar B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan perkerasan sampai dengan dengan lebar perkerasan sampai dengan 6,0 m; 6,0 m dan bahu 2 x 1,5 m lebar bahu 2 x 1,5 m; dan jenis perkerasan HRS-Base Rumus: A x B Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan rutin jalan perkerasan HRSpemeliharaan rutin Base dengan lebar B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan perkerasan sampai dengan dengan lebar perkerasan sampai dengan 7,0 m; 7,0 m dan bahu 2 x 2 m lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan HRS-Base Rumus: A x B Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan rutin jalan perkerasan HRSpemelliharaan rutin Base dengan lebar B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan perkerasan sampai dengan dengan lebar perkerasan sampai dengan 14 m; 14 m dan bahu 2 x 2 m lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan HRS-Base Rumus: A x B

3.

4.

5.

NO
1

KOMPONEN

KELUARAN
3

SATUAN/BIAYA
4

KETERANGAN
6

2 PERSIAPAN KEGIATAN B.2. Pelaksanaan kegiatan PEMELIHARAAN 1. pemeliharaan rutin untuk jalan dengan perkerasan Asphalt Concrete (AC)

2.

3.

4.

5.

Pelaksanaan pemeliharaan rutin jalan perkerasan Asphalt Concrete (AC) dengan lebar perkerasan sampai dengan 4,5 m dan bahu 2 x 1 m Pelaksanaan pemeliharaan rutin jalan perkerasan Asphalt Concrete (AC) dengan lebar perkerasan sampai dengan 5,0 m dan bahu 2 x 1 m Pelaksanaan pemeliharaan rutin jalan perkerasan Asphalt Concrete (AC) dengan lebar perkerasan sampai dengan 6,0 m dan bahu 2 x 1,5 m Pelaksanaan pemeliharaan rutin jalan perkerasan Asphalt Concrete (AC) dengan lebar perkerasan sampai dengan 7,0 m dan bahu 2 x 2 m Pelaksanaan pemeliharaan rutin jalan perkerasan Asphalt Concrete (AC) dengan lebar perkerasan sampai dengan 14 m dan bahu 2 x 2 m

A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan pemeliharaan rutin B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan dengan lebar perkerasan sampai dengan 4,5 m; lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan Asphalt Concrete (AC) Rumus: A x B A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan pemeliharaan rutin B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan dengan lebar perkerasan sampai dengan 5,0 m; lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan Asphalt Concrete (AC) Rumus: A x B A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan pemeliharaan rutin B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan dengan lebar perkerasan sampai dengan 6,0 m; lebar bahu 2 x 1,5 m; dan jenis perkerasan Asphalt Concrete (AC) Rumus: A x B A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan pemeliharaan rutin B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan dengan lebar perkerasan sampai dengan 7,0 m; lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan Asphalt Concrete (AC) Rumus: A x B A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan pemelliharaan rutin B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan dengan lebar perkerasan sampai dengan 14 m; lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan Asphalt Concrete (AC) Rumus: A x B

NO
1

KOMPONEN

KELUARAN
3

SATUAN/BIAYA
4

KETERANGAN
6

2 B.3. PERSIAPAN PelaksanaanKEGIATAN kegiatan PEMELIHARAAN 1. pemeliharaan rutin untuk jalan dengan perkerasan kaku (rigid pavement)

2.

3.

4.

Pelaksanaan pemeliharaan rutin jalan perkerasan kaku (rigid pavement) dengan lebar perkerasan sampai dengan 4,5 m dan bahu 2 x 1 m Pelaksanaan pemeliharaan rutin jalan perkerasan kaku (rigid pavement) dengan lebar perkerasan sampai dengan 5,0 m dan bahu 2 x 1 m Pelaksanaan pemeliharaan rutin jalan perkerasan kaku (rigid pavement) dengan lebar perkerasan sampai dengan 6,0 m dan bahu 2 x 1,5 m Pelaksanaan pemeliharaan rutin jalan perkerasan kaku (rigid pavement) dengan lebar perkerasan sampai dengan 7,0 m dan bahu 2 x 2 m

A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan pemelliharaan rutin B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan dengan lebar perkerasan sampai dengan 4,5 m; lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan kaku (rigid pavement) Rumus: A x B A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan pemeliharaan rutin B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan dengan lebar perkerasan sampai dengan 5,0 m; lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan kaku (rigid pavement) Rumus: A x B A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan pemeliharaan rutin B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan dengan lebar perkerasan sampai dengan 6,0 m; lebar bahu 2 x 1,5 m; dan jenis perkerasan kaku (rigid pavement) Rumus: A x B A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan pemeliharaan rutin B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan dengan lebar perkerasan sampai dengan 7,0 m; lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan kaku (rigid pavement) Rumus: A x B

5.

Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan rutin jalan perkerasan pemeliharaan rutin kaku (rigid pavement) B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan dengan lebar perkerasan dengan lebar perkerasan sampai dengan 14 m; sampai dengan 14 m dan lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan kaku (rigid pavement) bahu 2 x 2 m Rumus: A x B

NO
1

KOMPONEN

KELUARAN
3

SATUAN/BIAYA
4

KETERANGAN
6

2 PERSIAPAN KEGIATAN B.4. Pelaksanaan kegiatan PEMELIHARAAN 1. pemeliharaan rutin untuk jalan dengan perkerasan tanpa penutup (unpaved)

Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan rutin jalan perkerasan pemelliharaan rutin tanpa penutup (unpaved) B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan dengan lebar perkerasan dengan lebar perkerasan sampai dengan 4,5 m; sampai dengan 4,5 m dan lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan tanpa penutup (unpaved) bahu 2 x 1 m Rumus: A x B Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan rutin jalan perkerasan pemeliharaan rutin tanpa penutup (unpaved) B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan dengan lebar perkerasan dengan lebar perkerasan sampai dengan 5,0 m; sampai dengan 5,0 m dan lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan tanpa penutup (unpaved) bahu 2 x 1 m Rumus: A x B

2.

3.

Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan rutin jalan perkerasan pemeliharaan rutin tanpa penutup (unpaved) B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan dengan lebar perkerasan dengan lebar perkerasan sampai dengan 6,0 m; sampai dengan 6,0 m dan lebar bahu 2 x 1,5 m; dan jenis perkerasan tanpa penutup bahu 2 x 1,5 m (unpaved) Rumus: A x B Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan pemeliharaan rutin rutin jalan perkerasan tanpa penutup (unpaved) B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan dengan lebar perkerasan dengan lebar perkerasan sampai dengan 7,0 m; sampai dengan 7,0 m dan lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan tanpa penutup (unpaved) bahu 2 x 2 m Rumus: A x B

4.

5.

Pelaksanaan pemeliharaan rutin jalan perkerasan tanpa penutup (unpaved) A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan dengan lebar perkerasan pemeliharaan rutin sampai dengan 14 m dan B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan bahu 2 x 2 m dengan lebar perkerasan sampai dengan 14 m; lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan tanpa penutup (unpaved) Rumus: A x B

NO
1

KOMPONEN

KELUARAN
3

SATUAN/BIAYA
4

KETERANGAN
6

2 PERSIAPAN KEGIATAN B.5. Pelaksanaan kegiatan PEMELIHARAAN 1. pemeliharaan rutin untuk jembatan gelagar

2.

3.

B.6. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan rutin untuk jembatan rangka

1.

2.

3.

B.7. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan rutin untuk jembatan komposit

1.

2.

3.

A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan pemeliharaan rutin B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 m jembatan gelagar kelas A Rumus: A x B Pelaksanaan kegiatan A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan pemeliharaan rutin untuk pemeliharaan rutin jembatan gelagar kelas B B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 m jembatan gelagar kelas B Rumus: A x B Pelaksanaan kegiatan A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan pemeliharaan rutin untuk pemeliharaan rutin jembatan gelagar kelas C B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 m jembatan gelagar kelas C Rumus: A x B Pelaksanaan kegiatan A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan pemeliharaan rutin untuk pemeliharaan rutin jembatan rangka kelas A B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 m jembatan rangka kelas A Rumus: A x B Pelaksanaan kegiatan A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan pemeliharaan rutin untuk pemeliharaan rutin jembatan rangka kelas B B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 m jembatan rangka kelas B Rumus: A x B Pelaksanaan kegiatan A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan pemeliharaan rutin untuk pemeliharaan rutin jembatan rangka kelas C B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 m jembatan rangka kelas C Rumus: A x B A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan rutin untuk pemeliharaan rutin jembatan komposit kelas A B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 m jembatan komposit kelas A Rumus: A x B Pelaksanaan kegiatan A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan pemeliharaan rutin untuk pemeliharaan rutin jembatan komposit kelas B B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 m jembatan komposit kelas B Rumus: A x B Pelaksanaan kegiatan A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan pemeliharaan rutin untuk pemeliharaan rutin jembatan komposit kelas C B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 m jembatan komposit kelas C Rumus: A x B

Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan rutin untuk jembatan gelagar kelas A

NO
1

KOMPONEN

KELUARAN

SATUAN/BIAYA

KETERANGAN
6

3 4 2 PERSIAPAN KEGIATAN PEMELIHARAAN BERKALA JALAN DAN JEMBATAN C PEMELIHARAAN C.1. Pelaksanaan kegiatan 1. Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan pemeliharaan berkala untuk berkala jalan perkerasan pemeliharaan berkala jalan dengan perkerasan HRSHRS-Base dengan lebar B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan Base dengan lebar perkerasan sampai dengan 4,5 m; perkerasan sampai dengan lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan HRS-Base 4,5 m dan bahu 2 x 1 m Rumus: A x B

2.

Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan berkala jalan perkerasan pemeliharaan berkala HRS-Base dengan lebar B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan perkerasan sampai dengan dengan lebar perkerasan sampai dengan 5,0 m; 5,0 m dan bahu 2 x 1 m lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan HRS-Base Rumus: A x B Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan berkala jalan perkerasan pemeliharaan berkala HRS-Base dengan lebar B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan perkerasan sampai dengan dengan lebar perkerasan sampai dengan 6,0 m; 6,0 m dan bahu 2 x 1,5 m lebar bahu 2 x 1,5 m; dan jenis perkerasan HRS-Base Rumus: A x B Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan berkala jalan perkerasan pemeliharaan berkala HRS-Base dengan lebar B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan perkerasan sampai dengan dengan lebar perkerasan sampai dengan 7,0 m; 7,0 m dan bahu 2 x 2 m lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan HRS-Base Rumus: A x B Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan berkala jalan perkerasan pemelliharaan berkala HRS-Base dengan lebar B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan perkerasan sampai dengan dengan lebar perkerasan sampai dengan 14 m; 14 m dan bahu 2 x 2 m lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan HRS-Base Rumus: A x B

3.

4.

5.

NO
1

KOMPONEN

KELUARAN
3

SATUAN/BIAYA
4

KETERANGAN
6

2 C.2. PERSIAPAN PelaksanaanKEGIATAN kegiatan PEMELIHARAAN 1. pemeliharaan berkala untuk jalan dengan perkerasan Asphalt Concrete (AC)

2.

3.

Pelaksanaan pemeliharaan berkala jalan perkerasan Asphalt Concrete (AC) dengan lebar perkerasan sampai dengan 4,5 m dan bahu 2 x 1 m Pelaksanaan pemeliharaan berkala jalan perkerasan Asphalt Concrete (AC) dengan lebar perkerasan sampai dengan 5,0 m dan bahu 2 x 1 m Pelaksanaan pemeliharaan berkala jalan perkerasan Asphalt Concrete (AC) dengan lebar perkerasan sampai dengan 6,0 m dan bahu 2 x 1,5 m

A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan pemeliharaan berkala B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan dengan lebar perkerasan sampai dengan 4,5 m; lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan Asphalt Concrete (AC) Rumus: A x B A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan pemeliharaan berkala B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan dengan lebar perkerasan sampai dengan 5,0 m; lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan Asphalt Concrete (AC) Rumus: A x B A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan pemeliharaan berkala B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan dengan lebar perkerasan sampai dengan 6,0 m; lebar bahu 2 x 1,5 m; dan jenis perkerasan Asphalt Concrete (AC) Rumus: A x B

4.

Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan berkala jalan perkerasan pemeliharaan berkala Asphalt Concrete (AC) B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan dengan lebar perkerasan dengan lebar perkerasan sampai dengan 7,0 m; sampai dengan 7,0 m dan lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan Asphalt Concrete (AC) bahu 2 x 2 m Rumus: A x B Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan berkala jalan perkerasan pemelliharaan berkala Asphalt Concrete (AC) B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan dengan lebar perkerasan dengan lebar perkerasan sampai dengan 14 m; sampai dengan 14 m dan lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan Asphalt Concrete (AC) bahu 2 x 2 m Rumus: A x B

5.

NO
1

KOMPONEN

KELUARAN
3

SATUAN/BIAYA
4

KETERANGAN
6

2 C.3. PERSIAPAN PelaksanaanKEGIATAN kegiatan PEMELIHARAAN 1. pemeliharaan berkala untuk jalan dengan perkerasan kaku (rigid pavement)

2.

3.

4.

Pelaksanaan pemeliharaan berkala jalan perkerasan kaku (rigid pavement) dengan lebar perkerasan sampai dengan 4,5 m dan bahu 2 x 1 m Pelaksanaan pemeliharaan berkala jalan perkerasan kaku (rigid pavement) dengan lebar perkerasan sampai dengan 5,0 m dan bahu 2 x 1 m Pelaksanaan pemeliharaan berkala jalan perkerasan kaku (rigid pavement) dengan lebar perkerasan sampai dengan 6,0 m dan bahu 2 x 1,5 m Pelaksanaan pemeliharaan berkala jalan perkerasan kaku (rigid pavement) dengan lebar perkerasan sampai dengan 7,0 m dan bahu 2 x 2 m

A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan pemelliharaan berkala B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan dengan lebar perkerasan sampai dengan 4,5 m; lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan kaku (rigid pavement) Rumus: A x B A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan pemeliharaan berkala B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan dengan lebar perkerasan sampai dengan 5,0 m; lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan kaku (rigid pavement) Rumus: A x B A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan pemeliharaan berkala B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan dengan lebar perkerasan sampai dengan 6,0 m; lebar bahu 2 x 1,5 m; dan jenis perkerasan kaku (rigid pavement) Rumus: A x B A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan pemeliharaan berkala B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan dengan lebar perkerasan sampai dengan 7,0 m; lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan kaku (rigid pavement) Rumus: A x B

5.

Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan berkala jalan perkerasan pemeliharaan berkala kaku (rigid pavement) B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan dengan lebar perkerasan dengan lebar perkerasan sampai dengan 14 m; sampai dengan 14 m dan lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan kaku (rigid pavement) bahu 2 x 2 m Rumus: A x B

NO
1

KOMPONEN

KELUARAN
3

SATUAN/BIAYA
4

KETERANGAN
6

2 C.4. PERSIAPAN PelaksanaanKEGIATAN kegiatan PEMELIHARAAN 1. pemeliharaan berkala untuk jalan dengan perkerasan tanpa penutup (unpaved)

2.

Pelaksanaan pemeliharaan berkala jalan perkerasan tanpa penutup (unpaved) dengan lebar perkerasan sampai dengan 4,5 m dan bahu 2 x 1 m Pelaksanaan pemeliharaan berkala jalan perkerasan tanpa penutup (unpaved) dengan lebar perkerasan sampai dengan 5,0 m dan bahu 2 x 1 m

A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan pemelliharaan berkala B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan dengan lebar perkerasan sampai dengan 4,5 m; lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan tanpa penutup (unpaved) Rumus: A x B A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan pemeliharaan berkala B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan dengan lebar perkerasan sampai dengan 5,0 m; lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan tanpa penutup (unpaved) Rumus: A x B

3.

4.

Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan berkala jalan perkerasan pemeliharaan berkala tanpa penutup (unpaved) B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan dengan lebar perkerasan dengan lebar perkerasan sampai dengan 6,0 m; sampai dengan 6,0 m dan lebar bahu 2 x 1,5 m; dan jenis perkerasan tanpa penutup bahu 2 x 1,5 m (unpaved) AxB Pelaksanaan pemeliharaan Rumus: A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan berkala jalan perkerasan tanpa penutup (unpaved) dengan lebar perkerasan sampai dengan 7,0 m dan bahu 2 x 2 m Pelaksanaan pemeliharaan berkala jalan perkerasan tanpa penutup (unpaved) dengan lebar perkerasan sampai dengan 14 m dan bahu 2 x 2 m pemeliharaan berkala B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan dengan lebar perkerasan sampai dengan 7,0 m; lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan tanpa penutup (unpaved) Rumus: A x B A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan pemeliharaan berkala B. Rata-rata biaya pemeliharaanberkala 1 km jalan dengan lebar perkerasan sampai dengan 14 m; lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan tanpa penutup (unpaved) Rumus: A x B A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan pemeliharaan berkala B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 m jembatan gelagar kelas A A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan pemeliharaan berkala B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 m jembatan gelagar kelas B A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan pemeliharaan berkala B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 m jembatan gelagar kelas C Rumus: A x B

5.

C.5. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan berkala untuk jembatan gelagar

1.

2.

3.

Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan berkala untuk jembatan gelagar kelas A Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan berkala untuk jembatan gelagar kelas B Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan berkala untuk jembatan gelagar kelas C

NO
1

KOMPONEN

KELUARAN
3

SATUAN/BIAYA
4

KETERANGAN
6

2 C.6. PERSIAPAN PelaksanaanKEGIATAN kegiatan PEMELIHARAAN 1. pemeliharaan berkala untuk jembatan rangka

Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan berkala untuk jembatan rangka kelas A Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan berkala untuk jembatan rangka kelas B Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan berkala untuk jembatan rangka kelas C Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan berkala untuk jembatan komposit kelas A Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan berkala untuk jembatan komposit kelas B Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan berkala untuk jembatan komposit kelas C

2.

3.

C.7. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan berkala untuk jembatan komposit

1.

2.

3.

A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan pemeliharaan berkala B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 m jembatan rangka kelas A Rumus: A x B A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan pemeliharaan berkala B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 m jembatan rangka kelas B Rumus: A x B A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan pemeliharaan berkala B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 m jembatan rangka kelas C Rumus: A x B A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan pemeliharaan berkala B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 m jembatan komposit kelas A Rumus: A x B A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan pemeliharaan berkala B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 m jembatan komposit kelas B Rumus: A x B A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan pemeliharaan berkala B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 m jembatan komposit kelas C Rumus: A x B

PERHITUNGAN PEMBIAYAAN PENCAPAIAN SPM BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG SUB BIDANG JALAN

RUMUS SPM

SPM Konektivitas Wilayah

Panjang Jalan memenuhi penghubung pusat-pusat kegiatan dan pusat produksi target keseluruhan Panjang Jalan penghubung pusat-pusat kegiatan dan pusat produksi

akhir tahun pencapaian SPM

JENIS PELAYANAN DASAR SASARAN SPM INDIKATOR SPM TARGET PENCAPAIAN TAHUN 2019 NO
1

: : : :

Penyediaan jalan untuk melayani kebutuhan masyarakat Tersedianya konektivitas wilayah Provinsi/Kabupaten/Kota Persentase terhubungnya pusat-pusat kegiatan dan pusat produksi (konektivitas) di wilayah Provinsi/Kabupaten/Kota 100% KELUARAN SATUAN/BIAYA
4

KOMPONEN

KETERANGAN
6

3 2 A PERSIAPAN KEGIATAN PEMELIHARAAN A.1. Pembelian alat (Naasra/ Romdas/ 1. Pemilikan alat (Naasra/ Roughometer) Romdas/ Roughometer)

A.2. Penyusunan dokumen pemeliharaan

1. Penyelesaian dokumen pemeliharaan rutin 2. Penyelesaian dokumen pemeliharaan berkala

A. Jumlah alat yang dibutuhkan B. Rata-rata biaya pembelian alat Rumus: A x B A. Jumlah dokumen pemeliharaan rutin B. Rata-rata biaya penyusunan dokumen pemeliharaan rutin Rumus: A x B A. Jumlah dokumen pemeliharaan berkala B. Rata-rata biaya penyusunan dokumen pemeliharaan berkala Rumus: A x B

B PEMELIHARAAN RUTIN JALAN DAN JEMBATAN B.1. Pelaksanaan kegiatan 1. Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan pemeliharaan rutin untuk jalan rutin jalan perkerasan HRSpemeliharaan rutin dengan perkerasan HRS-Base Base dengan lebar perkerasan B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan sampai dengan 4,5 m dan bahu dengan lebar perkerasan sampai dengan 4,5 m; 2x1m lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan HRS-Base Rumus: A x B A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan 2. Pelaksanaan pemeliharaan rutin jalan perkerasan HRSpemeliharaan rutin Base dengan lebar perkerasan B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan sampai dengan 5,0 m dan bahu dengan lebar perkerasan sampai dengan 5,0 m; 2x1m lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan HRS-Base Rumus: A x B 3. Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan rutin jalan perkerasan HRSpemeliharaan rutin Base dengan lebar perkerasan B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan sampai dengan 6,0 m dan bahu dengan lebar perkerasan sampai dengan 6,0 m; 2 x 1,5 m lebar bahu 2 x 1,5 m; dan jenis perkerasan HRS-Base Rumus: A x B 4. Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan rutin jalan perkerasan HRSpemeliharaan rutin Base dengan lebar perkerasan B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan sampai dengan 7,0 m dan bahu dengan lebar perkerasan sampai dengan 7,0 m; 2x2m lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan HRS-Base Rumus: A x B 5. Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan rutin jalan perkerasan HRSpemelliharaan rutin Base dengan lebar perkerasan B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan sampai dengan 14 m dan bahu dengan lebar perkerasan sampai dengan 14 m; 2x2m lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan HRS-Base Rumus: A x B

NO
1

KOMPONEN

KELUARAN
3

SATUAN/BIAYA
4

KETERANGAN
6

2 PERSIAPAN KEGIATAN B.2. Pelaksanaan kegiatan PEMELIHARAAN 1. pemeliharaan rutin untuk jalan dengan perkerasan Asphalt Concrete (AC)

Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan rutin jalan perkerasan Asphalt pemeliharaan rutin Concrete (AC) dengan lebar B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan perkerasan sampai dengan 4,5 dengan lebar perkerasan sampai dengan 4,5 m; m dan bahu 2 x 1 m lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan Asphalt Concrete (AC) Rumus: A x B

2. Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan rutin jalan perkerasan Asphalt pemeliharaan rutin Concrete (AC) dengan lebar B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan perkerasan sampai dengan 5,0 dengan lebar perkerasan sampai dengan 5,0 m; m dan bahu 2 x 1 m lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan Asphalt Concrete (AC) Rumus: A x B 3. Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan rutin jalan perkerasan Asphalt pemeliharaan rutin Concrete (AC) dengan lebar B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan perkerasan sampai dengan 6,0 dengan lebar perkerasan sampai dengan 6,0 m; m dan bahu 2 x 1,5 m lebar bahu 2 x 1,5 m; dan jenis perkerasan Asphalt Concrete (AC) Rumus: A x B A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan 4. Pelaksanaan pemeliharaan pemeliharaan rutin rutin jalan perkerasan Asphalt Concrete (AC) dengan lebar B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan perkerasan sampai dengan 7,0 dengan lebar perkerasan sampai dengan 7,0 m; m dan bahu 2 x 2 m lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan Asphalt Concrete (AC) Rumus: A x B 5. Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan rutin jalan perkerasan Asphalt pemelliharaan rutin Concrete (AC) dengan lebar B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan perkerasan sampai dengan 14 dengan lebar perkerasan sampai dengan 14 m; m dan bahu 2 x 2 m lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan Asphalt Concrete (AC) Rumus: A x B

NO
1

KOMPONEN

KELUARAN
3

SATUAN/BIAYA
4

KETERANGAN
6

2 PERSIAPAN KEGIATAN B.3. Pelaksanaan kegiatan PEMELIHARAAN 1. pemeliharaan rutin untuk jalan dengan perkerasan kaku (rigid pavement)

Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan rutin jalan perkerasan kaku pemelliharaan rutin (rigid pavement) dengan lebar B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan perkerasan sampai dengan 4,5 dengan lebar perkerasan sampai dengan 4,5 m; m dan bahu 2 x 1 m lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan kaku (rigid pavement) Rumus: A x B

2. Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan rutin jalan perkerasan kaku pemeliharaan rutin (rigid pavement) dengan lebar B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan perkerasan sampai dengan 5,0 dengan lebar perkerasan sampai dengan 5,0 m; m dan bahu 2 x 1 m lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan kaku (rigid pavement) Rumus: A x B 3. Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan rutin jalan perkerasan kaku pemeliharaan rutin (rigid pavement) dengan lebar B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan perkerasan sampai dengan 6,0 dengan lebar perkerasan sampai dengan 6,0 m; m dan bahu 2 x 1,5 m lebar bahu 2 x 1,5 m; dan jenis perkerasan kaku (rigid pavement) Rumus: A x B A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan 4. Pelaksanaan pemeliharaan pemeliharaan rutin rutin jalan perkerasan kaku (rigid pavement) dengan lebar B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan perkerasan sampai dengan 7,0 dengan lebar perkerasan sampai dengan 7,0 m; m dan bahu 2 x 2 m lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan kaku (rigid pavement) Rumus: A x B 5. Pelaksanaan pemeliharaan rutin jalan perkerasan kaku (rigid pavement) dengan lebar perkerasan sampai dengan 14 m dan bahu 2 x 2 m A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan pemeliharaan rutin B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan dengan lebar perkerasan sampai dengan 14 m; lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan kaku (rigid pavement) Rumus: A x B

NO
1

KOMPONEN

KELUARAN
3

SATUAN/BIAYA
4

KETERANGAN
6

2 PERSIAPAN KEGIATAN B.4. Pelaksanaan kegiatan PEMELIHARAAN 1. pemeliharaan rutin untuk jalan dengan perkerasan tanpa penutup (unpaved)

Pelaksanaan pemeliharaan rutin jalan perkerasan tanpa penutup (unpaved) dengan lebar perkerasan sampai dengan 4,5 m dan bahu 2 x 1 m

A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan pemelliharaan rutin B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan dengan lebar perkerasan sampai dengan 4,5 m; lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan tanpa penutup (unpaved) Rumus: A x B A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan pemeliharaan rutin B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan dengan lebar perkerasan sampai dengan 5,0 m; lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan tanpa penutup (unpaved) Rumus: A x B

2. Pelaksanaan pemeliharaan rutin jalan perkerasan tanpa penutup (unpaved) dengan lebar perkerasan sampai dengan 5,0 m dan bahu 2 x 1 m

3. Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan rutin jalan perkerasan tanpa pemeliharaan rutin penutup (unpaved) dengan B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan lebar perkerasan sampai dengan lebar perkerasan sampai dengan 6,0 m; dengan 6,0 m dan bahu 2 x 1,5 lebar bahu 2 x 1,5 m; dan jenis perkerasan tanpa penutup m (unpaved) Rumus: A x B 4. Pelaksanaan pemeliharaan rutin jalan perkerasan tanpa penutup (unpaved) dengan lebar perkerasan sampai dengan 7,0 m dan bahu 2 x 2 m A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan pemeliharaan rutin B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan dengan lebar perkerasan sampai dengan 7,0 m; lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan tanpa penutup (unpaved) Rumus: A x B

5. Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan rutin jalan perkerasan tanpa pemeliharaan rutin penutup (unpaved) dengan B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan lebar perkerasan sampai dengan lebar perkerasan sampai dengan 14 m; dengan 14 m dan bahu 2 x 2 m lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan tanpa penutup (unpaved) Rumus: A x B

NO
1

KOMPONEN

KELUARAN

SATUAN/BIAYA
4

KETERANGAN
6

3 2 PERSIAPAN KEGIATAN B.5. Pelaksanaan kegiatan PEMELIHARAAN 1. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan rutin untuk pemeliharaan rutin untuk jembatan gelagar jembatan gelagar kelas A

2. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan rutin untuk jembatan gelagar kelas B

3. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan rutin untuk jembatan gelagar kelas C

B.6. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan rutin untuk jembatan rangka

1. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan rutin untuk jembatan rangka kelas A

2. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan rutin untuk jembatan rangka kelas B

3. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan rutin untuk jembatan rangka kelas C

B.7. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan rutin untuk jembatan komposit

1. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan rutin untuk jembatan komposit kelas A

2. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan rutin untuk jembatan komposit kelas B

3. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan rutin untuk jembatan komposit kelas C

A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan pemeliharaan rutin B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 m jembatan gelagar kelas A Rumus: A x B A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan pemeliharaan rutin B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 m jembatan gelagar kelas B Rumus: A x B A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan pemeliharaan rutin B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 m jembatan gelagar kelas C Rumus: A x B A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan pemeliharaan rutin B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 m jembatan rangka kelas A Rumus: A x B A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan pemeliharaan rutin B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 m jembatan rangka kelas B Rumus: A x B A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan pemeliharaan rutin B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 m jembatan rangka kelas C Rumus: A x B A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan pemeliharaan rutin B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 m jembatan komposit kelas A Rumus: A x B A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan pemeliharaan rutin B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 m jembatan komposit kelas B Rumus: A x B A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan pemeliharaan rutin B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 m jembatan komposit kelas C Rumus: A x B

NO
1

KOMPONEN

KELUARAN

SATUAN/BIAYA

KETERANGAN
6

3 4 2 PERSIAPAN KEGIATAN PEMELIHARAAN BERKALA JALAN DAN JEMBATAN C PEMELIHARAAN C.1. Pelaksanaan kegiatan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan 1. Pelaksanaan pemeliharaan pemeliharaan berkala untuk jalan berkala jalan perkerasan HRSpemeliharaan berkala dengan perkerasan HRS-Base Base dengan lebar perkerasan B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan dengan lebar perkerasan sampai dengan 4,5 m; sampai dengan 4,5 m dan bahu 2x1m lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan HRS-Base Rumus: A x B

2. Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan berkala jalan perkerasan HRSpemeliharaan berkala Base dengan lebar perkerasan B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan dengan lebar perkerasan sampai dengan 5,0 m; sampai dengan 5,0 m dan bahu 2x1m lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan HRS-Base Rumus: A x B 3. Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan berkala jalan perkerasan HRSpemeliharaan berkala Base dengan lebar perkerasan B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan sampai dengan 6,0 m dan bahu dengan lebar perkerasan sampai dengan 6,0 m; 2 x 1,5 m lebar bahu 2 x 1,5 m; dan jenis perkerasan HRS-Base Rumus: A x B A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan 4. Pelaksanaan pemeliharaan pemeliharaan berkala berkala jalan perkerasan HRSBase dengan lebar perkerasan B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan sampai dengan 7,0 m dan bahu dengan lebar perkerasan sampai dengan 7,0 m; 2x2m lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan HRS-Base Rumus: A x B 5. Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan berkala jalan perkerasan HRSpemelliharaan berkala Base dengan lebar perkerasan B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan sampai dengan 14 m dan bahu dengan lebar perkerasan sampai dengan 14 m; 2x2m lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan HRS-Base Rumus: A x B

NO
1

KOMPONEN

KELUARAN
3

SATUAN/BIAYA
4

KETERANGAN
6

2 C.2. PERSIAPAN PelaksanaanKEGIATAN kegiatan PEMELIHARAAN 1. pemeliharaan berkala untuk jalan dengan perkerasan Asphalt Concrete (AC)

Pelaksanaan pemeliharaan berkala jalan perkerasan Asphalt Concrete (AC) dengan lebar perkerasan sampai dengan 4,5 m dan bahu 2 x 1 m

A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan pemeliharaan berkala B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan dengan lebar perkerasan sampai dengan 4,5 m; lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan Asphalt Concrete (AC) Rumus: A x B

2. Pelaksanaan pemeliharaan berkala jalan perkerasan Asphalt Concrete (AC) dengan lebar perkerasan sampai dengan 5,0 m dan bahu 2 x 1 m

A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan pemeliharaan berkala B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan dengan lebar perkerasan sampai dengan 5,0 m; lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan Asphalt Concrete (AC) Rumus: A x B 3. Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan berkala jalan perkerasan pemeliharaan berkala Asphalt Concrete (AC) dengan B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan lebar perkerasan sampai dengan lebar perkerasan sampai dengan 6,0 m; dengan 6,0 m dan bahu 2 x 1,5 lebar bahu 2 x 1,5 m; dan jenis perkerasan Asphalt m Concrete (AC) Rumus: A x B 4. Pelaksanaan pemeliharaan berkala jalan perkerasan Asphalt Concrete (AC) dengan lebar perkerasan sampai dengan 7,0 m dan bahu 2 x 2 m A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan pemeliharaan berkala B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan dengan lebar perkerasan sampai dengan 7,0 m; lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan Asphalt Concrete (AC) Rumus: A x B

5. Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan berkala jalan perkerasan pemelliharaan berkala Asphalt Concrete (AC) dengan B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan lebar perkerasan sampai dengan lebar perkerasan sampai dengan 14 m; dengan 14 m dan bahu 2 x 2 m lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan Asphalt Concrete (AC) Rumus: A x B

NO
1

KOMPONEN

KELUARAN
3

SATUAN/BIAYA
4

KETERANGAN
6

2 C.3. PERSIAPAN PelaksanaanKEGIATAN kegiatan PEMELIHARAAN 1. pemeliharaan berkala untuk jalan dengan perkerasan kaku (rigid pavement)

Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan berkala jalan perkerasan kaku pemelliharaan berkala (rigid pavement) dengan lebar B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan perkerasan sampai dengan 4,5 dengan lebar perkerasan sampai dengan 4,5 m; m dan bahu 2 x 1 m lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan kaku (rigid pavement) Rumus: A x B

2. Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan berkala jalan perkerasan kaku pemeliharaan berkala (rigid pavement) dengan lebar B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan perkerasan sampai dengan 5,0 dengan lebar perkerasan sampai dengan 5,0 m; m dan bahu 2 x 1 m lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan kaku (rigid pavement) Rumus: A x B 3. Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan berkala jalan perkerasan kaku pemeliharaan berkala (rigid pavement) dengan lebar B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan perkerasan sampai dengan 6,0 dengan lebar perkerasan sampai dengan 6,0 m; m dan bahu 2 x 1,5 m lebar bahu 2 x 1,5 m; dan jenis perkerasan kaku (rigid pavement) Rumus: A x B A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan 4. Pelaksanaan pemeliharaan pemeliharaan berkala berkala jalan perkerasan kaku (rigid pavement) dengan lebar B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan perkerasan sampai dengan 7,0 dengan lebar perkerasan sampai dengan 7,0 m; m dan bahu 2 x 2 m lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan kaku (rigid pavement) Rumus: A x B 5. Pelaksanaan pemeliharaan berkala jalan perkerasan kaku (rigid pavement) dengan lebar perkerasan sampai dengan 14 m dan bahu 2 x 2 m A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan pemeliharaan berkala B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan dengan lebar perkerasan sampai dengan 14 m; lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan kaku (rigid pavement) Rumus: A x B

NO
1

KOMPONEN

KELUARAN
3

SATUAN/BIAYA
4

KETERANGAN
6

2 C.4. PERSIAPAN PelaksanaanKEGIATAN kegiatan PEMELIHARAAN 1. pemeliharaan berkala untuk jalan dengan perkerasan tanpa penutup (unpaved)

Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan berkala jalan perkerasan tanpa pemelliharaan berkala penutup (unpaved) dengan B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan lebar perkerasan sampai dengan lebar perkerasan sampai dengan 4,5 m; dengan 4,5 m dan bahu 2 x 1 lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan tanpa penutup m (unpaved) Rumus: A x B

2. Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan berkala jalan perkerasan tanpa pemeliharaan berkala penutup (unpaved) dengan B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan lebar perkerasan sampai dengan lebar perkerasan sampai dengan 5,0 m; dengan 5,0 m dan bahu 2 x 1 lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan tanpa penutup m (unpaved) Rumus: A x B 3. Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan berkala jalan perkerasan tanpa pemeliharaan berkala penutup (unpaved) dengan B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan lebar perkerasan sampai dengan lebar perkerasan sampai dengan 6,0 m; dengan 6,0 m dan bahu 2 x 1,5 lebar bahu 2 x 1,5 m; dan jenis perkerasan tanpa penutup m (unpaved) Rumus: A x B A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan 4. Pelaksanaan pemeliharaan pemeliharaan berkala berkala jalan perkerasan tanpa penutup (unpaved) dengan B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan lebar perkerasan sampai dengan lebar perkerasan sampai dengan 7,0 m; dengan 7,0 m dan bahu 2 x 2 lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan tanpa penutup m (unpaved) Rumus: A x B 5. Pelaksanaan pemeliharaan A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan berkala jalan perkerasan tanpa pemeliharaan berkala penutup (unpaved) dengan B. Rata-rata biaya pemeliharaanberkala 1 km jalan lebar perkerasan sampai dengan lebar perkerasan sampai dengan 14 m; dengan 14 m dan bahu 2 x 2 m lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan tanpa penutup (unpaved) Rumus: AxB 1. Pelaksanaan kegiatan A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan pemeliharaan berkala untuk jembatan gelagar kelas A 2. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan berkala untuk jembatan gelagar kelas B 3. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan berkala untuk jembatan gelagar kelas C pemeliharaan berkala B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 m jembatan gelagar kelas A A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan pemeliharaan berkala B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 m jembatan gelagar kelas B A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan pemeliharaan berkala B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 m jembatan gelagar kelas C Rumus: A x B

C.5. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan berkala untuk jembatan gelagar

NO
1

KOMPONEN

KELUARAN

SATUAN/BIAYA
4

KETERANGAN
6

3 2 C.6. PERSIAPAN PelaksanaanKEGIATAN kegiatan PEMELIHARAAN 1. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan berkala untuk pemeliharaan berkala untuk jembatan rangka jembatan rangka kelas A

2. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan berkala untuk jembatan rangka kelas B

3. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan berkala untuk jembatan rangka kelas C

C.7. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan berkala untuk jembatan komposit

1. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan berkala untuk jembatan komposit kelas A

2. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan berkala untuk jembatan komposit kelas B

3. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan berkala untuk jembatan komposit kelas C

A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan pemeliharaan berkala B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 m jembatan rangka kelas A Rumus: A x B A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan pemeliharaan berkala B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 m jembatan rangka kelas B Rumus: A x B A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan pemeliharaan berkala B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 m jembatan rangka kelas C Rumus: A x B A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan pemeliharaan berkala B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 m jembatan komposit kelas A Rumus: A x B A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan pemeliharaan berkala B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 m jembatan komposit kelas B Rumus: A x B A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan pemeliharaan berkala B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 m jembatan komposit kelas C Rumus: A x B

PERHITUNGAN PEMBIAYAAN PENCAPAIAN SPM BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG SUB BIDANG CIPTA KARYA

RUMUS SPM JENIS PELAYANAN DASAR SASARAN SPM INDIKATOR SPM TARGET PENCAPAIAN TAHUN 2019 NO
1

: : : : :

SPM Cakupan Pelayanan =

Masyarakat terlayani (pada akhir tahun pencapaian SPM) Proyeksi Total Masyarakat (pada akhir tahun pencapaian SPM)

Penyediaan Air Minum Meningkatnya kualitas layanan air minum permukiman perkotaan Persentase penduduk yang mendapatkan akses air minum yang aman 81, 77% KELUARAN
3

KOMPONEN 2 PENGATURAN Penetapan Rencana Induk SPAM untuk percepatan pencapaian MDGs Penyusunan Kebijakan dan Strategi Pengembangan SPAM Daerah (Jakstrada)

SATUAN/BIAYA
4

KETERANGAN
5

A 1.

Rencana Induk SPAM

A. Jumlah paket kegiatan penyusunan RI SPAM B. Rata-rata biaya 1 kegiatan penyusunan RI SPAM Rumus : A x B A. Jumlah paket kegiatan penyusunan Jakstrada B. Rata-rata biaya 1 kegiatan penyusunan Jakstrada Rumus : A x B

2.

Jakstrada

3.

Penyusunan program dan perencanaan kerja

Program dan rencana kerja pencapaian target SPM air minum dengan mengacu Kebijakan dan Strategi Pengembangan SPAM Daerah dan RI SPAM

A. Jumlah pertemuan penyusunan program dan rencana kerja pencapaian target SPM air minum B. Rata-rata biaya pertemuan Rumus : A x B

PEMBINAAN Penyelenggaraan Bimbingan Teknis A. Jumlah paket kegiatan bimbingan teknis penyusunan RI SPAM B. Rata-rata biaya 1 kegiatan bimbingan teknis penyusunan RI SPAM Rumus : A x B

1.

Fasilitasi Penyusunan RI SPAM

2.

Penyelenggaraan sosialisasi kebijakan Terselenggaranya Sosialisasi dan produk pengaturan

A. Jumlah paket kegiatan sosialisasi kebijakan dan produk pengaturan B. Rata-rata biaya 1 kegiatan sosialisasi kebijakan dan produk pengaturan Rumus : A x B

C PEMBANGUNAN C.1 SURVAI DAN INVESTIGASI Pelaksanaan kegiatan survai dan investigasi untuk pengembangan SPAM C.2 DESAIN Pelaksanaan kegiatan perencanaan teknis (detail engineering design) untuk pengembangan SPAM

A. Jumlah dokumen FS Studi Kelayakan/Feasibility Study B. Rata-rata biaya 1 penyusunan FS Rumus : A x B

Perencanaan Teknis/Detail Engineering Design

A. Jumlah dokumen DED B. Rata-rata biaya 1 kegiatan DED

NO

KOMPONEN

KELUARAN
3

SATUAN/BIAYA
4

KETERANGAN
5

1 2 PENGADAAN LAHAN C.3 PENGATURAN Pelaksanaan kegiatan penyediaan lahan (pemilihan lokasi dan pembebasan lahan) untuk pengembangan SPAM

Pembebasan Lahan

A. Luas area yang dibebaskan (ha) B. Rata-rata biaya pembebasan lahan per-ha Rumus : A x B

C.4 KONSTRUKSI Pelaksanaan kegiatan pengembangan A. Jumlah dokumen persiapan pelaksanaan konstruksi Persiapan Pelaksanaan konstruksi SPAM baru sesuai perencanaan B. Organisasi kerja teknis A. Jumlah kegiatan paket lelang B. Rata-rata biaya 1 kegiatan paket lelang Kontrak Rumus : A x B Dana Daerah untuk Urusan Bersama Total Dana Daerah yang dibutuhkan untuk melengkapi pelayanan SPAM sampai kepada masyarakat A. Total kapasitas unit air baku (liter/detik) B. Rata-rata biaya pembangunan unit air baku 1 liter/detik sesuai jenis unit air baku yang akan dibangun Rumus : A x B

Pembangunan unit air baku

A. Total panjang pipa transmisi air baku (km) Pembangunan perpipaan transmisi B. Rata-rata biaya pembangunan pipa transmisi air baku 1 km sesuai air baku jenis dan diameter pipa yang akan digunakan Rumus : A x B A. Total kapasitas unit produksi (liter/detik) B. Rata-rata biaya pembangunan unit produksi 1 liter/detik sesuai jenis dan bahan unit produksi yang akan dibangun, termasuk sistem perpompaan yang digunakan Rumus : A x B A. Total kapasitas reservoir (m) B. Rata-rata biaya pembangunan reservoir 1 m sesuai jenis dan bahan yang akan digunakan Rumus : A x B A. Total panjang pipa distribusi (km) B. Rata-rata biaya pembangunan pipa distribusi 1 km sesuai jenis dan diameter pipa yang akan digunakan, termasuk aksesosris pipa Rumus : A x B A. Total jumlah HU/TA yang akan dibangun B. Rata-rata biaya pembangunan 1 HU/TA yang sesuai dengan kapasitas rencana Rumus : A x B A. Total jumlah SR yang akan dibangun B. Rata-rata biaya pembangunan 1 SR Rumus : A x B

Pembangunan unit produksi

Pembangunan reservoir

Pembangunan unit distribusi

Pembangunan unit pelayanan: - Hidran Umum/Terminal Air

- Sambungan Rumah

NO
1

KOMPONEN 2

KELUARAN
3

SATUAN/BIAYA
4

KETERANGAN
5

PENGATURAN C.5 OPERASIONAL Pembentukan organisasi pengelola SPAM A. Jumlah daerah yang mendapatkan pendampingan pembentukan organisasi pengelola SPAM Terbentuknya Penyelenggara SPAM B. Rata-rata biaya pendampingan Rumus : A x B

Tersedianya biaya operasional untuk pengelola SPAM berbentuk UPTD

Alokasi Anggaran SKPD di APBD

Besaran biaya operasioanl/Tahun

C.6 PEMELIHARAAN Dukungan subsidi tarif bagi PDAM Alokasi Subsidi tarif sampai dengan tarif belum Full Cost Recovery dengan tarif FCR sesuai dengan Permendagri Nomor 23 Tahun 2006 D PENGAWASAN Pengawasan terhadap kualitas air yang dihasilkan E PEMBERDAYAAN Pembentukan lembaga pengelola tingkat desa Terbentuknya kelompok masyarakat pengelola SPAM di perdesaan Air hasil produksi SPAM memenuhi standar kualitas air minum sesuai dengan Permenkes

A. Besaran selisih tarif rata-rata dengan Harga Pokok Produksi B. Volume Produksi Rumus : A x B

A. Jumlah sampling pengujian kualitas air yang dilakukan B. Rata-rata biaya sampling pengujian kualitas air Rumus : A x B

A. Jumlah desa yang mendapatkan pendampingan pembentukan pengelola SPAM Perdesaan B. Rata-rata biaya pendampingan Rumus : A x B

Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan A. Panduan proses pemberdayaan A. Jumlah lokasi pemberdayaan masyarakat masyarakat dalam pengembangan masyarakat B. Rata-rata biaya pemberdayaan SPAM (terutama SPAM perdesaan) B.Fasilitasi untuk pendampingan Rumus : A x B masyarakat

PERHITUNGAN PEMBIAYAAN PENCAPAIAN SPM BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG SUB BIDANG CIPTA KARYA
jumlah penduduk yang dilayani tangki septik/MCK Komunal/SPAL terpusat

RUMUS SPM

SPM tingkat pelayanan = jumlah total penduduk kabupaten/kota

100%

JENIS PELAYANAN DASAR SASARAN INDIKATOR TARGET PENCAPAIAN TAHUN 2019 NO


1

: : : :

Penyediaan Sanitasi Meningkatnya kualitas sanitasi (air limbah, persampahan dan drainase) permukiman perkotaan Persentase penduduk yang terlayani sistem air limbah yang memadai 60% KELUARAN
3

KOMPONEN
2

SATUAN/BIAYA
4

KETERANGAN
5

A 1.

PENGATURAN Pelaksanaan kegiatan penyusunan perda terkait air limbah Penyusunan Kebijakan A. Jumlah paket kegiatan penyusunan Perda B. Rata-rata biaya 1 kegiatan penyusunan Perda Rumus : A x B

Sosialisasi/Konsultasi Publik

A. Jumlah paket kegiatan sosialisasi Perda B. Rata-rata biaya 1 kegiatan sosialisasi Perda Rumus : A x B

B 1.

PEMBINAAN Pelaksanaan kegiatan pembinaan teknis terkait air limbah Penyelenggaraan Bimbingan Teknis A. Jumlah paket kegiatan bimbingan teknis Perda B. Rata-rata biaya 1 kegiatan bimbingan teknis Perda Rumus : A x B A. Jumlah paket kegiatan sosialisasi Perda B. Rata-rata biaya 1 kegiatan sosialisasi Perda Rumus : A x B

Penyelenggaraan Sosialisasi/Kampanye Edukasi

NO
1

KOMPONEN
2

KELUARAN
3

SATUAN/BIAYA
4

KETERANGAN
5

C PEMBANGUNAN C.1 SURVAI DAN INVESTIGASI 1. Pelaksanaan kegiatan survai dan investigasi untuk pembangunan air limbah

Persiapan Survai dan Investigasi

Jumlah dokumen persiapan survai dan investigasi A. Jumlah paket kegiatan survai investigasi pembangunan air limbah setempat B. Rata-rata biaya 1 kegiatan pelaksanaan survai dan investigasi Rumus : A x B A. Jumlah dokumen MP B. Rata-rata biaya 1 kegiatan MP Rumus : A x B A. Jumlah dokumen Pra FS B. Rata-rata biaya 1 kegiatan Pra FS Rumus : A x B A. Jumlah dokumen FS B. Rata-rata biaya 1 kegiatan FS Rumus : A x B A. Total jumlah unit yang dibuat perencanaan DED B. Rata-rata biaya per-unit perencanaan DED Rumus : A x B

Pelaksanaan Survai dan Investigasi

Penyusunan Master Plan

Penyusunan Pra Feasibility Study

Penyusunan Feasibility Study C.2 DESAIN 1. Pelaksanaan kegiatan perencanaan detail engineering design untuk pembangunan air limbah

Penyusunan Detail Engineering Design

NO
1

KOMPONEN
2

KELUARAN
3

SATUAN/BIAYA
4

KETERANGAN
5

C.3 PEMBEBASAN LAHAN 1. Pelaksanaan kegiatan penyediaan lahan (pemilihan lokasi dan pembebasan lahan) untuk pembangunan air limbah

Pemilihan/Penetapan Lokasi Persiapan Pembebasan Lahan (Kepanitiaan dan Dokumen Adm) Pembebasan/Penyiapan Lahan

Luas area yang akan dibebaskan (ha) Jumlah dokumen rencana persiapan pembebasan lahan A. Luas area yang dibebaskan (ha) B. Rata-rata biaya pembebasan lahan per-ha Rumus : A x B

C.4 KONSTRUKSI 1. Pembangunan sarana prasarana sistem air limbah Pembangunan septik tank

A. Jumlah septiktank yang dibangun B. Rata-rata biaya pembangunan satu unit septiktank Rumus : A x B

A. Jumlah IPLT yang dibangun Pembangunan IPLT (Instalasi Pengolahan B. Rata-rata biaya pembangunan satu unit Lumpur Tinja) IPLT Rumus : A x B A. Jumlah sambungan rumah B. Rata-rata biaya tiap sambungan rumah Rumus : A x B A. Panjang jaringan perpipaan tergantung diameter pipa B. Rata-rata biaya panjang pipa per meter tergantung diameter pipa Rumus : A x B A. Jumlah pompa yang diperlukan B. Rata-rata biaya rumah pompa per 1 unit pompa Rumus : A x B A. Jumlah Populasi Ekivalen (PE) yang terlayani B. Rata-rata biaya pembangunan IPAL per PE Rumus : A x B untuk masing-masing diameter dijumlahkan dan tergantung pada metode konstruksi

Pembangunan sambungan rumah

Pembangunan jaringan perpipaan

rumah pompa: pompa berikut bangunannya

Pembangunan rumah pompa

Pembangunan IPAL

NO
1

KOMPONEN
2

KELUARAN
3

SATUAN/BIAYA
4

KETERANGAN
5

C.5 OPERASI DAN PEMELIHARAAN 1. Pelaksanaan kegiatan penyedotan lumpur tinja

2.

Pelaksanaan kegiatan pengolahan lumpur tinja

A. Jumlah ritasi per satu unit truck penyedot tinja Penyedotan lumpur tinja B. Rata-rata biaya Rp/m3 lumpur tinja Rumus : A x B Pelaksanaan Operasi dan pemeliharaan IPLT A. Kapasitas IPLT (m3) B. Rata-rata biaya pengolahan lumpur tinja di IPLT (Rp/m3) Rumus : A x B -

Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sarana prasarana sistem air limbah Pembangunan sambungan rumah terpusat

tanggung jawab masing-masing pemililk rumah/persil

Pembangunan jaringan perpipaan

A. Panjang jaringan perpipaan B. Rata-rata biaya pemeliharaan pipa per meter Rumus : A x B A. Jumlah unit pompa yang diperlukan B. Rata-rata biaya pemeliharaan per 1 rumah pompa Rumus : A x B

Pembangunan rumah pompa

Pembangunan IPAL

A. Jumlah air limbah yang masuk ke IPAL (m3) B. Rata-rata biaya pengolahan air limbah per m3 Rumus : A x B A. Jumlah sampling efluen B. Rata-rata biaya sampling Rumus : A x B

C.6 PEMANTAUAN 1. Pelaksanaan kegiatan pemantauan hasil efluen

Pemantauan efluen

NO
1

KOMPONEN
2

KELUARAN
3

SATUAN/BIAYA
4

KETERANGAN
5

D 1.

PENGAWASAN Pengawasan pembangunan sarana prasana air limbah Pembangunan septiktank

A. Jumlah septiktank yang dibangun tercantum dalam IMB B. Rata-rata biaya IMB Rumus : A x B

A. Jumlah IPLT yang dibangun Pembangunan IPLT (Instalasi Pengolahan B. Rata-rata biaya pengawasan pembangunan satu unit IPLT Lumpur Tinja) Rumus : A x B

Pembangunan sambungan rumah

A. Jumlah sambungan rumah B. Rata-rata biaya pengawasan tiap sambungan rumah Rumus : A x B tergantung pada metode konstruksi

Pembangunan jaringan perpipaan

A. Panjang jaringan perpipaan B. Rata-rata biaya pengawasan pemasangan pipa per meter Rumus : A x B

Pembangunan rumah pompa

rumah pompa: pompa berikut bangunannya A. Jumlah rumah pompa yang diperlukan B. Rata-rata biaya pengawasan pembangunan per 1 rumah pompa Rumus : A x B disesuaikan dengan kompleksitas pekerjaan A. Jumlah unit IPAL yang dibangun B. Rata-rata biaya pengawasan pembangunan IPAL per unit Rumus : A x B

Pembangunan IPAL

E 1.

PEMBERDAYAAN Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat

Penyelenggaraan Sosialisasi

A. Jumlah paket kegiatan sosialisasi pemberdayaan masyarakat B. Rata-rata biaya 1 kegiatan sosialisasi pemberdayaan masyarakat Rumus : A x B A. Jumlah paket kegiatan pendampingan masyarakat B. Rata-rata biaya 1 kegiatan pendampingan masyarakat Rumus : A x B

Pendampingan masyarakat

PERHITUNGAN PEMBIAYAAN PENCAPAIAN SPM BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG SUB BIDANG CIPTA KARYA

RUMUS SPM

SPM pengurangan sampah =

jumlah penduduk yang dilayani kegiatan pengurangan volume sampah jumlah total penduduk perkotaan

100%

JENIS PELAYANAN DASAR SASARAN INDIKATOR SPM TARGET PENCAPAIAN TAHUN 2019 NO
1

: : : :

Penyediaan Sanitasi Meningkatnya kualitas sanitasi (air limbah, persampahan dan drainase) permukiman perkotaan Persentase pengurangan sampah di perkotaan 20% VARIABEL
3

KOMPONEN
2

KOMPONEN
4

KETERANGAN
5

A 1.

PENGATURAN Pelaksanaan kegiatan penyusunan perda terkait pengelolaan sampah Penyusunan Kebijakan A. Jumlah paket kegiatan penyusunan Perda terkait pengelolaan sampah B. Rata-rata biaya 1 kegiatan penyusunan Perda terkait pengelolaan sampah Rumus : A x B A. Jumlah paket kegiatan sosialisasi Perda terkait pengelolaan sampah B. Rata-rata biaya 1 kegiatan sosialisasi Perda terkait pengelolaan sampah Rumus : A x B

Penyelenggaraan Sosialisasi/Konsultasi Publik

B 1.

PEMBINAAN Pelaksanaan kegiatan pembinaan teknis terkait pengelolaan sampah Penyelenggaraan Bimbingan Teknis A. Jumlah paket kegiatan bimbingan teknis pengurangan sampah B. Rata-rata biaya 1 kegiatan bimbingan teknis pengurangan sampah Rumus : A x B A. Jumlah paket kegiatan sosialisasi kegiatan pengurangan sampah B. Rata-rata biaya 1 kegiatan sosialisasi pengurangan sampah Rumus : A x B

Penyelenggaraan Sosialisasi/Konsultasi Publik C PEMBANGUNAN C.1 PENYUSUNAN MASTERPLAN DAN STUDI KELAYAKAN 1. Penyusunan Masterplan dan Studi Kelayakan Penyusunan Master Plan

A. Jumlah dokumen MP B. Rata-rata biaya 1 kegiatan MP Rumus : A x B A. Jumlah dokumen Studi Kelayakan B. Rata-rata biaya 1 kegiatan Studi Kelayakan Rumus : A x B

Masterplan terkait dengan pengelolaan sampah skala kota Jumlah unit fasilitas 3R yang diperlukan sesuai dengan hasil Masterplan

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Fasilitas 3R

NO
1

KOMPONEN
2

VARIABEL
3

KOMPONEN
4

KETERANGAN
5

C.2 PEMBEBASAN LAHAN 1. Pelaksanaan kegiatan seleksi lokasi dan Seleksi dan penetapan lokasi pembebasan lahan untuk pembangunan Persiapan Pembebasan Lahan fasilitas 3R (Kepanitiaan dan Dokumen Adm)

Luas lahan yang akan dibebaskan (m2) Dokumen rencana persiapan pembebasan lahan
2 A. Luas lahan yang akan dibebaskan (m )

Pembebasan/Penyiapan Lahan C.3 DESAIN 1. Pelaksanaan kegiatan perencanaan detail engineering design (DED) untuk pembangunan fasilitas 3R Penyusunan DED

B. Rata-rata biaya pembebasan lahan per-m2 Rumus : A x B A. Jumlah unit fasilitas 3R yang akan disusun DED-nya B. Rata-rata biaya penyusunan DED per-unit fasilitas 3R Rumus : A x B biaya pembangunan fasilitas A. Jumlah fasilitas 3R yang dibangun 3R sudah termasuk biaya B. Rata-rata biaya pembangunan per unit fasilitas pengadaan peralatan dan 3R supervisi Rumus : A x B

C.4 KONSTRUKSI 1. Pelaksanaan kegiatan pembangunan fasilitas 3R Pembangunan fasilitas 3R

C.5 OPERASI DAN PEMELIHARAAN 1. Pelaksanaan kegiatan operasional dan pemeliharaan fasilitas 3R

Kegiatan operasional fasilitas 3R (pengumpulan, pemilahan, pengomposan, pembuatan produk daur ulang) Pengangkutan residu

A. Jumlah pekerja pada fasilitas 3R B. Upah pekerja pada fasilitas 3R per bulan Rumus : A x B A. Jumlah residu yang diangkut ke TPA (m3) B. Rata-rata biaya pengangkutan residu sampah/m3 Rumus : A x B A. Biaya pembayaran air per bulan B. Biaya pembayaran listrik per bulan. C. Biaya pembelian bahan bakar per bulan D. Biaya perbaikan peralatan per bulan E. Biaya lainnya untuk operasional fasilitas 3R Rumus : A+B+C+D+E

Kegiatan pemeliharaan fasilitas 3R (pembayaran air, listrik, pembelian bahan bakar, perbaikan peralatan, dll)

NO
1

KOMPONEN
2

VARIABEL
3

KOMPONEN
4

KETERANGAN
5

D 1.

PENGAWASAN DAN EVALUASI Pelaksanaan kegiatan pengawasan (monitoring) pengurangan sampah di fasilitas 3R

Pengawasan pengurangan sampah di fasilitas 3R A. Jumlah fasilitas 3R yang dibangun B. Rata-rata biaya monitoring per fasilitas 3R Rumus : A x B

1.

Pelaksanaan kegiatan evaluasi pengurangan sampah di fasilitas 3R

Evaluasi efisiensi pengurangan sampah di fasilitas 3R

A. Jumlah fasilitas 3R yang dibangun B. Rata-rata biaya penyusunan dokumen evaluasi per fasilitas 3R Rumus : A x B

E 1.

PEMBERDAYAAN Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan Penyelenggaraan Sosialisasi masyarakat terkait pengurangan sampah

A. Jumlah paket kegiatan sosialisasi kegiatan pengurangan sampah B. Rata-rata biaya 1 kegiatan sosialisasi kegiatan pengurangan sampah Rumus : A x B A. Jumlah paket kegiatan pendampingan masyarakat terkait pengurangan sampah B. Rata-rata biaya 1 kegiatan pendampingan masyarakat terkait pengurangan sampah Rumus : A x B

Pendampingan masyarakat

PERHITUNGAN PEMBIAYAAN PENCAPAIAN SPM BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

RUMUS SPM

SPM pengangkutan sampah =

jumlah penduduk yang dilayani kegiatan pengangkutan sampah jumlah total penduduk perkotaan

100%

JENIS PELAYANAN DASAR : SASARAN : INDIKATOR SPM : TARGET PENCAPAIAN TAHUN 2019 :

Penyediaan Sanitasi Meningkatnya kualitas sanitasi (air limbah, persampahan dan drainase) permukiman perkotaan Persentase pengangkutan sampah 70%

NO
1

kOMPONEN
2

KELUARAN
3

SATUAN/BIAYA
4

KETERANGAN
5

PENGATURAN -

PEMBINAAN

1. Pelaksanaan kegiatan pembinaan teknis terkait pengangkutan sampah Penyelenggaraan Bimbingan Teknis

A. Jumlah paket kegiatan bimbingan teknis terkait pengangkutan sampah B. Rata-rata biaya 1 kegiatan bimbingan teknis terkait pengangkutan sampah Rumus : A x B

Penyelenggaraan Sosialisasi dan Kampanye

A. Jumlah paket kegiatan sosialisasi B. Rata-rata biaya 1 kegiatan sosialisasi Rumus : A x B

NO
1

kOMPONEN
2

KELUARAN
3

SATUAN/BIAYA
4

KETERANGAN
5

PENGANGKUTAN SAMPAH

C.1 PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN SISTEM PENGANGKUTAN SAMPAH 1. Penyusunan Studi Kelayakan Sistem Pengangkutan Sampah A. Jumlah dokumen Studi Kelayakan B. Rata-rata biaya 1 kegiatan Studi Kelayakan Rumus : A x B

Penyusunan Feasibility Study

Studi Kelayakan antara lain mencakup: 1. rute pengangkutan sampah yang efektif dan efisien 2. jenis alat pengangkut sampah yang dibutuhkan

C.2 PENGADAAN ALAT 1. Pengadaaan alat pengangkut sampah

A. Jumlah unit alat pengangkut sampah Pengadaan Alat pengangkut sampah (dump truck, arm B. Harga per unit alat pengangkut roll truck, dan compactor truck) sampah Rumus : A x B

D OPERASI DAN PEMELIHARAAN 1. Pelaksanaan operasional pengangkutan sampah

Pengangkutan sampah di perkotaan A. Jumlah alat pengangkut sampah B. jumlah operator per alat pengangkut sampah Rumus : A x B

A. Jumlah alat pengangkut sampah B. Biaya bahan bakar per alat pengangkut sampah Rumus : A x B 2. Pemeliharaan alat pengangkutan sampah Pemeliharaan alat pengangkut sampah

A. Jumlah alat pengangkut sampah B. Rata-rata biaya pemeliharaan per alat pengangkut sampah Rumus : A x B

Termasuk servis berkala dan pembelian suku cadang

NO
1

kOMPONEN
2

KELUARAN
3

SATUAN/BIAYA
4

KETERANGAN
5

E PENGAWASAN DAN EVALUASI 1. Pelaksanaan kegiatan pengawasan (monitoring) sistem pengangkutan sampah di perkotaan Pengawasan sistem pengangkutan sampah

A. frekuensi kegiatan pengawasan pengangkutan sampah B. Rata-rata biaya pengawasan pengangkutan sampah Rumus : A x B

2. Pelaksanaan kegiatan evaluasi sistem pengangkutan sampah di perkotaaan Evaluasi sistem pengangkutan sampah

A. Jumlah dokumen evaluasi sistem pengangkutan sampah B. Rata-rata biaya penyusunan dokumen evaluasi sistem pengangkutan sampah Rumus : A x B

F SOSIALISASI 1. Pelaksanaan kegiatan sosialisasi

Sosialisasi A. Frekuensi kegiatan sosialisasi pemberdayaan masyarakat B. Rata-rata biaya 1 kegiatan sosialisasi pemberdayaan masyarakat Rumus : A x B

PERHITUNGAN PEMBIAYAAN PENCAPAIAN SPM BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG SUB BIDANG CIPTA KARYA

RUMUS SPM

SPM pengoperasian TPA =

(koefisien pengoperasian TPA x 40%) + koefisien kualitas pengolahan lindi x 40%) + (koefisien penanganan gas x 20%)

JENIS PELAYANAN DASAR SASARAN INDIKATOR SPM TARGET PENCAPAIAN TAHUN 2019 NO
1

: : : :

Penyediaan Sanitasi Meningkatnya kualitas sanitasi (air limbah, persampahan dan drainase) permukiman perkotaan Persentase pengoperasian TPA 70% VARIABEL
3

KOMPONEN
2

KOMPONEN
4

KETERANGAN
5

PENGATURAN -

B 1.

PEMBINAAN Pelaksanaan kegiatan pembinaan teknis terkait pengoperasian TPA A. Jumlah paket kegiatan bimbingan teknis pengoperasian TPA Penyelenggaraan Bimbingan Teknis B. Rata-rata biaya 1 kegiatan bimbingan teknis pengoperasian TPA Rumus : A x B A. Jumlah paket kegiatan sosialisasi/kampanye pengoperasian TPA Penyelenggaraan B. Rata-rata biaya 1 kegiatan sosialisasi pengoperasian Sosialisasi/Kampanye TPA Rumus : A x B

C PEMBANGUNAN C.1 PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN 1. Pelaksanaan kegiatan penyusunan Studi Kelayakan pembangunan TPA

Penyusunan Studi Kelayakan

A. Jumlah dokumen Studi Kelayakan B. Biaya penyusunan studi kelayakan pembangunan TPA Rumus : A x B

NO
1

KOMPONEN
2

VARIABEL
3

KOMPONEN
4

KETERANGAN
5

C.2 PEMBEBASAN LAHAN 1. Pelaksanaan kegiatan penyediaan lahan Pemilihan/penetapan lokasi untuk pembangunan TPA Persiapan Pembebasan Lahan (Kepanitiaan dan Dokumen Adm) PembebasanLahan C.3 PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN 1. Pelaksanaan Kegiatan penyusunan dokumen lingkungan untuk Penyusunan dokumen lingkungan pembangunan TPA C.4 DESAIN 1. Pelaksanaan kegiatan penyusunan Detailed Engineering Design (DED) pembangunan TPA

Luas area yang akan dibebaskan (ha) Junlah Dokumen rencana persiapan pembebasan lahan A. Luas lahan yang akan dibebaskan (ha) B. Rata-rata biaya pembebasan lahan per-ha Rumus : A x B

berdasarkan RTRW dan SNI

TPA dengan luas > 10 ha A. Jumlah dokumen lingkungan B. Biaya penyusunan dokumen lingkungan pembangunan merupakan wajib AMDAL TPA dengan luas < 10 ha TPA memerlukan UKL/UPL Rumus : A x B

Penyusunan DED

A. Jumlah dokumen DED B. Biaya penyusunan DED pembangunan TPA Rumus : A x B

C.5 KONSTRUKSI Pelaksanaan kegiatan pematangan 1. lahan untuk pembangunan TPA

Pematangan lahan untuk pembangunan TPA

A. Luas area pematangan lahan (ha) B. Biaya pematangan lahan per ha Rumus : A x B

NO
1

KOMPONEN
2

VARIABEL
3

KOMPONEN
4

KETERANGAN
5

2.

Pelaksanaan kegiatan pembangunan TPA

Pembangunan sel landfill A. Kubikasi sel landfill yang dibutuhkan untuk menampung sampah yang masuk (m3) B. Rata-rata biaya pembangunan sel landfill per m3 Rumus : A x B Pembangunan instalasi pengolah lindi (IPL) A. Kubikasi IPL yang dibutuhkan untuk mengolah produksi lindi (m3) B. Rata-rata biaya pembangunan IPL per m3 Rumus : A x B A. Jumlah unit alat berat B. Harga alat berat per unit Rumus : A x B

termasuk cut and fill, lapisan kedap, perpipaan lindi, dan perpipaan gas

Pengadaan Alat Berat

Pembangunan bangunan penunjang A1. Bangunan penunjang ke-1 A2. Bangunan penunjang ke-2 A3. Bangunan penunjang ke-3 An. Bangunan penunjang ke-n B1. Biaya pembangunan bangunan penunjang ke-1 B2. Biaya pembangunan bangunan penunjang ke-2 B3. Biaya pembangunan bangunan penunjang ke-3 Bn. Biaya pembangunan bangunan penunjang ke-n Rumus : ((A1xB1)+(A2xB2)+(A3xB3)+(AnxBn))

D 1.

PENGAWASAN DAN EVALUASI Pelaksanaan kegiatan pengawasan (monitoring) pengurangan sampah di fasilitas 3R

Pengawasan pengurangan sampah di fasilitas 3R A. Jumlah fasilitas 3R yang dibangun B. Rata-rata biaya monitoring per fasilitas 3R Rumus : A x B

2.

Pelaksanaan kegiatan evaluasi pengurangan sampah di fasilitas 3R

Evaluasi efisiensi pengurangan sampah di fasilitas 3R

A. Jumlah fasilitas 3R yang dibangun B. Rata-rata biaya penyusunan dokumen evaluasi per fasilitas 3R Rumus : A x B

NO
1

KOMPONEN
2

VARIABEL
3

KOMPONEN
4

KETERANGAN
5

C.6 PENGAWASAN 1. Pelaksanaan kegiatan pengawasan pembangunan TPA

Pengawasan pembangunan TPA

termasuk pembangunan sel A. Luas area TPA yang terbanguna (ha) landfill, IPL dan pembangunan B. Rata-rata biaya pengawasan pembangunan TPA per-ha bangunan penunjang Rumus : A x B Berdasarkan PP No. 16/2005, TPA untuk kota besar dan metropolitan harus dioperasikan secara sanitary landfill. Sedangkan untuk kota kecil dan sedang, TPA dioperasikan minimal secara controlled landfill.

D. OPERASI DAN PEMELIHARAAN 1. Pelaksanaan kegiatan operasi dan pemeliharaan TPA

Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan blok landfill A. Luas sel landfill yang dioperasikan secara sanitary/controlled landfill dalam ha B. Biaya pengoperasian sel landfill secara sanitary/controlled landfill per ha Rumus : A x B

Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan unit pengolah lindi Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan unit penanganan gas

A. Volume lindi yang diolah (m3) B. Rata-rata biaya pengolahan lindi per m3 Rumus : A x B A. Volume gas metan yang tertangani (m3) B. Rata-rata biaya penanganan gas metan per m3 Rumus : A x B Unit penanganan gas termasuk jaringan perpipaan penangkap gas dan alat pengukur gas

pelaksanaan operasi dan pemeliharaan bangunan penunjang A1. Bangunan penunjang ke-1 A2. Bangunan penunjang ke-2 A3. Bangunan penunjang ke-3 An. Bangunan penunjang ke-n B1. Biaya operasi dan pemeliharaan bangunan penunjang ke-1 B2. Biaya operasi dan pemeliharaan bangunan penunjang ke-2 B3. Biaya operasi dan pemeliharaan bangunan penunjang ke-3 Bn. Biaya operasi dan pemeliharaan bangunan penunjang ke-n Rumus : ((A1xB1)+(A2xB2)+(A3xB3)+(AnxBn))

NO
1

KOMPONEN
2

VARIABEL
3

KOMPONEN
4

KETERANGAN
5

E 1.

PENGAWASAN DAN EVALUASI Pelaksanaan kegiatan pengawasan/pemantauan hasil pengolahan lindi, gas, dan kepadatan lalat

Pemantauan efluen lindi

A. jumlah sampling efluen B. rata-rata biaya sampling Rumus : A x B

Pemantauan emisi gas

A. jumlah sampling gas B. rata-rata biaya sampling Rumus : A x B

2.

Pelaksanaan kegiatan evaluasi pengoperasian TPA

Evaluasi sistem pengoperasian TPA berdasarkan hasil pemantauan

A. Jumlah dokumen evaluasi pengoperasian TPA B. Rata-rata biaya penyusunan dokumen evaluasi pengoperasian TPA Rumus : A x B A. Jumlah paket kegiatan sosialisasi pengoperasian TPA B. Rata-rata biaya 1 kegiatan sosialisasi pengoperasian TPA Rumus : A x B

F 1.

SOSIALISASI Pelaksanaan kegiatan sosialisasi pengoperasian TPA

Sosialisasi pengoperasian TPA

PERHITUNGAN PEMBIAYAAN PENCAPAIAN SPM BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG SUB BIDANG CIPTA KARYA

RUMUS SPM

SPM Cakupan Pelayanan =

Luasan daerah masih tergenang (A) Luas daerah rawan genangan (B) Jumlah penduduk yang terlayani (A) Jumlah penduduk seluruh kota (B)

100%

SPM Cakupan Pelayanan = JENIS PELAYANAN DASAR SASARAN INDIKATOR SPM : : :

100%

Penyediaan Sanitasi Meningkatnya kualitas sanitasi (air limbah, persampahan dan drainase) permukiman perkotaan Persentase penduduk yang terlayani sistem jaringan drainase skala kota sehingga tidak terjadi genangan (lebih dari 30 cm, selama 2 jam) dan tidak lebih dari 2 kali setahun 50% KELUARAN
3

TARGET PENCAPAIAN TAHUN 2019 NO


1

KOMPONEN
2

KOMPONEN
4

KETERANGAN
5

A 1.

PENGATURAN Pelaksanaan kegiatan penyusunan perda terkait pembangunan drainase Penyusunan Kebijakan A. Jumlah paket kegiatan penyusunan Perda B. Rata-rata biaya 1 kegiatan penyusunan Perda Rumus : A x B A. Jumlah paket kegiatan sosialisasi Perda/kampanye edukasi B. Rata-rata biaya 1 kegiatan sosialisasi Perda Rumus : A x B

Penyusunan Master Plan

B 1.

PEMBINAAN Pelaksanaan kegiatan pembinaan teknis terkait pembangunan drainase Penyelenggaraan Bimbingan Teknis A. Jumlah paket kegiatan bimbingan teknis Perda B. Rata-rata biaya 1 kegiatan bimbingan teknis Perda Rumus : A x B A. Jumlah paket kegiatan sosialisasi Perda B. Rata-rata biaya 1 kegiatan sosialisasi Perda Rumus : A x B

Penyelenggaraan Sosialisasi/Kampanye Edukasi

NO
1

KOMPONEN
2

KELUARAN
3

KOMPONEN
4

KETERANGAN
5

PEMBANGUNAN

C.1 SURVAI DAN INVESTIGASI 1. Pelaksanaan kegiatan survai dan investigasi untuk pembangunan drainase

Persiapan Survei dan Investigasi

Jumlah dokumen persiapan survei dan investigasi A. Jumlah paket kegiatan survei investigasi perencanaan sistem drainase B. Rata-rata biaya 1 kegiatan pelaksanaan survei dan investigasi Rumus : A x B A. Jumlah dokumen MP B. Rata-rata biaya 1 kegiatan MP drainase Rumus : A x B A. Jumlah dokumen Pra FS B. Rata-rata biaya 1 kegiatan Pra FS Rumus : A x B A. Jumlah dokumen FS B. Rata-rata biaya 1 kegiatan FS Rumus : A x B A. Total jumlah sub sistem yang dibuat perencanaan DED B. Rata-rata biaya per sub sistem perencanaan DED Rumus : A x B Luas area yang akan dibebaskan (ha)

Pelaksanaan Survei dan Investigasi

Penyusunan Master Plan

Penyusunan Pra Feasibility Study

Penyusunan Feasibility Study C.2 DESAIN 1. Pelaksanaan kegiatan perencanaan detail engineering design untuk pembangunan drainase

Penyusunan Detail Engineering Design

C.3 PEMBEBASAN LAHAN 1. Pelaksanaan kegiatan penyediaan lahan (pemilihan lokasi dan pembebasan lahan) untuk pembangunan drainase

Pemilihan/Penetapan Lokasi

Persiapan Pembebasan Lahan (Kepanitiaan Jumlah dokumen rencana persiapan dan Dokumen Administrasi) pembebasan lahan A. Luas area yang dibebaskan (ha) B. Rata-rata biaya pembebasan lahan perha Rumus : A x B

Pembebasan/Penyiapan Lahan

NO
1

KOMPONEN
2

KELUARAN
3

KOMPONEN
4

KETERANGAN
5

C.4 KONSTRUKSI 1. Pembangunan prasarana drainase Pembangunan Saluran Drainase lebar < 1.5 m A. Panjang saluran drainase B. Rata-rata biaya Pembangunan Saluran Drainase Per m Rumus : A x B A. Panjang saluran drainase B. Rata-rata biaya Pembangunan Saluran Drainase Per m Rumus : A x B A. Panjang saluran drainase B. Rata-rata biaya Pembangunan Saluran Drainase Per m Rumus : A x B A. Luas kolam retensi B. Rata-rata biaya per m2 Rumus : A x B A. Kebutuhan pompa per jenis/kapasitas B. Rata-rata biaya pompa per jenis/kapasitas Rumus : (A x B)

Pembangunan Saluran Drainase 1.5 m < lebar < 6 m

Pembangunan Saluran Drainase lebar > 6 m

Pembangunan kolam retensi

Pemasangan pompa

NO
1

KOMPONEN
2

KELUARAN
3

KOMPONEN
4

KETERANGAN
5

2.

Pelaksanaan Normalisasi/ Rehabilitasi Saluran Drainase

Normalisasi Saluran Drainase lebar < 1.5 m

A. Panjang saluran drainase B. Rata-rata biaya Pembangunan Saluran Drainase Per m Rumus : A x B A. Panjang saluran drainase B. Rata-rata biaya Pembangunan Saluran Drainase per m Rumus : A x B A. Panjang saluran drainase B. Rata-rata biaya Pembangunan Saluran Drainase Per m Rumus : A x B A. Luas kolam retensi B. Rata-rata biaya per m2 Rumus : A x B A. Kebutuhan pompa per jenis/kapasitas B. Rata-rata biaya pompa per jenis/kapasitas Rumus : (A x B)

Normalisasi Saluran Drainase 1.5 m < lebar < 5 m

Normalisasi Saluran Drainase lebar > 5 m

Normalisasi rehabilitasi kolam retensi

Rehabilitasi pompa

C.5 OPERASI DAN PEMELIHARAAN 1. Pelaksanaan O&M prasarana dan sarana drainase

A. Jumlah paket kegiatan O&M B. Rata-rata biaya per kegiatan O&M (Rp) Pelaksanaan Kegiatan O&M terkait dengan Rumus : A x B kondisi fisik, saluran dgn lebar < 6 m

A. Jumlah paket kegiatan O&M Pelaksanaan Kegiatan O&M terkait dengan B. Rata-rata biaya per kegiatan O&M (Rp) kondisi fisik, saluran dgn lebar > 6 m Rumus : A x B Pelaksanaan O&M Pompa A. Besarnya debit yang ditangani B. Biaya rata-rata per m3 debit (Rp) Rumus : A x B

NO
1

KOMPONEN
2

KELUARAN
3

KOMPONEN
4

KETERANGAN
5

D 1.

PENGAWASAN TEKNIS Pelaksanaan Pembangunan Konstruksi Saluran dan Pembangunan Kolam Pelaksanaan proses konstruksi saluran

A. Total kebutuhan waktu (bulan) selama pembangunan B. Rata-rata biaya pengawasan per bulan Rumus : A x B

A. Total kebutuhan waktu (bulan) selama pembangunan Pelaksanaan proses pembangunan kolam retensi B. Rata-rata biaya pengawasan per bulan Rumus : A x B A. Total kebutuhan waktu (bulan) selama pembangunan B. Rata-rata biaya pengawasan per bulan Rumus : A x B

Pemasangan pompa

E 1.

PEMBERDAYAAN Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat

Penyelenggaraan Sosialisasi A. Jumlah paket kegiatan sosialisasi untuk pemberdayaan masyarakat B. Rata-rata biaya 1 kegiatan sosialisasi untuk pemberdayaan masyarakat Rumus : A x B Pendampingan masyarakat

A. Jumlah paket kegiatan pendampingan masyarakat B. Rata-rata biaya 1 kegiatan pendampingan masyarakat Rumus : A x B

PERHITUNGAN PEMBIAYAAN PENCAPAIAN SPM BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG SUB BIDANG CIPTA KARYA

IMB yang diterbitkan RUMUS SPM JENIS PELAYANAN DASAR SASARAN INDIKATOR SPM TARGET PENCAPAIAN TAHUN 2019 NO. KOMPONEN 1 2 A. PENGATURAN Penyusunan Perda Bangunan Gedung : : : : : x Bangunan gedung di kabupaten/kota Penataan Bangunan dan Lingkungan Meningkatnya tertib pembangunan bangunan gedung Persentase Jumlah IMB yang diterbitkan 50% KELUARAN 3 penyusunan Perda Bangunan Gedung SATUAN/BIAYA 4 A. Jumlah paket kegiatan penyusunan Perda Bangunan Gedung B. Rata - rata biaya 1 kegiatan penyusunan Perda Bangunan Gedung Rumus : A x B A. Jumlah paket kegiatan sosialisasi Perda Bangunan Gedung B. Rata - rata biaya 1 paket kegiatan sosialisasi Perda Bangunan Gedung Rumus : A x B A. Jumlah paket kegiatan pelatihan B. Rata - rata biaya 1 paket kegiatan pelatihan Rumus : A x B A. Jumlah paket kegiatan pelatihan B. Rata - rata biaya 1 paket kegiatan pelatihan Rumus : A x B A. Jumlah IMB yang diterbitkan B. Rata - rata biaya penerbitan 1 IMB Rumus : A x B A. Jumlah bangunan gedung yang didata B. Rata - rata biaya pendataan 1 bangunan gedung Rumus : A x B D. PENGAWASAN Pengawasan pelaksanaan Perda Bangunan Gedung Pengawasan penerapan prosedur penerbitan IMB berdasarkan Perda Bangunan gedung A. Jumlah kegiatan pengawasan penerbitan IMB berdasarkan Perda Bangunan Gedung B. Rata - rata biaya 1 kegiatan pengawasan penerbitan IMB berdasarkan Perda Bangunan Gedung Rumus : A x B KETERANGAN 5 Dalam Perda Bangunan Gedung Kabupaten/Kota diatur substansi mengenai Izin Mendirikan Bangunan Gedung (IMB) 100%

B.

PEMBINAAN Penyelenggaraan sosialisasi dan Pelatihan

Penyelenggaraan Sosialisasi Perda Bangunan Gedung

Penguatan kapasitas petugas penerbitan IMB melalui pelatihan Pelatihan pendataan bangunan gedung

C.

PELAKSANAAN Pelaksanaan penerbitan IMB dan pendataan bangunan gedung

Penerbitan IMB

Pendataan bangunan gedung

PERHITUNGAN PEMBIAYAAN PENCAPAIAN SPM BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG SUB BIDANG CIPTA KARYA Permukiman Kumuh yang Tertangani di Kota A SPM tingkat pelayanan = Permukiman Kumuh yang Telah Ditetapkan di Kota A Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan Berkurangnya permukiman kumuh di perkotaan persentase berkurangnya luasan permukiman kumuh di perkotaan 10% KELUARAN
3

RUMUS SPM: JENIS PELAYANAN DASAR SASARAN INDIKATOR SPM TARGET PENCAPAIAN TAHUN 2019 NO
1

: : : : :

KOMPONEN
2

SATUAN/BIAYA
4

KETERANGAN
6

A 1

PENGATURAN Pemilihan dan penetapan lokasi permukiman kumuh

Pelaksanaan pertemuan pemilihan dan penetapan lokasi permukiman kumuh

A. Frekuensi Pertemuan B. Rata-rata biaya penyelenggaraan pertemuan Rumus : A x B

Penetapan Lokasi dan Luas permukiman kumuh sbg. acuan pencapaian target SPM, ditetapkan melalui peraturan atau keputusan bupati/walikota

B 1

PEMBINAAN Penyelenggaraan Sosialisasi

Penyelengaraan Sosialisasi

Penyelenggaraan Rembug warga

Penyelengaraan Rembug warga

A. Frekuensi sosialisasi B. Rata-rata biaya penyelenggaraan sosialisasi Rumus : A x B A. Frekuensi rembug B. Rata-rata biaya penyelenggaraan rembug Rumus : A x B

C PEMBANGUNAN C.1 SURVEI DAN INVESTIGASI 1 Survei Lapangan

Pelaksanaan Survei Lapangan

A. Jumlah lokasi survei lapangan B. Lama survey lapangan C. Frekuensi pengambilan data/ survei lapangan D. Rata-rata biaya pelaksanaan survei Lapangan Rumus : A x B x C x D A. Jumlah laporan hasil survei B. Rata-rata biaya pembuatan Laporan hasil Survei Rumus : A x B

Hasil survei lapangan digunakan untuk mendukung proses perencanaan program kegiatan dan dan pembuatan Peta Rencana - DED

Pelaporan Hasil Survey

NO
1

KOMPONEN
2

KELUARAN
3

SATUAN/BIAYA
4

KETERANGAN
6

PENGATURAN Perencanaan dan Penentuan program/ kegiatan prioritas penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaaan

Pertemuan perencanaan dan Penentuan program/ kegiatan

A. Frekuensi pertemuan perencanaan

Pembuatan Matriks Program

B. Rata-rata biaya penyelengaraan pertemuan perencanaan dan Penentuan program/ kegiatan Rumus : A x B Terintegrasi dengan proses perencanaan strategi dan Penentuan program/ kegiatan prioritas penanganan kawasan permukiman kumuh

Hasil laporan perencanaan termasuk didalamnya berupa Matriks Program

C.2 DESAIN 1 Pembuatan Peta Rencana DED

Pembuatan Peta Rencana DED

A. Jumlah Peta Rencana dan laporan DED B. Rata-rata biaya pembuatan Peta Rencana - DED Rumus : A x B pengadaan lahan untuk penyelenggaraan infrastruktur dan Rusunawa dalam rangka penanganan kumuh, merupakan kewajiban pemerintah kabupaten/kota yang disesuaikan dengan rencana penanganan

C.3 PENGADAAN LAHAN -

C.4 KONSTRUKSI 1 Pembangunan/ Peningkatan Jalan Lingkungan

Pembangunan/ Peningkatan Jalan setapak

Standar pelaksanaan konstruksi disesuaikan berdasarkan SNI/ Peraturan/ Kebijakan yang berlaku di C. Luas Kawasan Kumuh D. Rata-rata biaya Pembangunan Jalan daerah (Mis: Standar kebutuhan MCK Umum dapat Lingkungan per M2 mengacu pada SNI 03-2399Rumus : ((A x C) - B) x D 1991, tentang Tata cara perencanaan bangunan MCK Pembangunan/peningkatan Jalan Setapak A. Standar Panjang Jalan Setapak umum) B. Panjang Jalan Setapak existing C. Luas Kawasan Kumuh D. Rata-rata biaya Pembangunan Jalan Setapak per M2 Rumus : ((A x C) - B) x D Pembangunan/peningkatan Jalan Lingkungan A. Standar Panjang Jalan Lingkungan B. Panjang Jalan Lingkungan existing

NO
1

KOMPONEN
2

KELUARAN
3

SATUAN/BIAYA
4

KETERANGAN
6

PENGATURAN Saluran/ Drainase Pembangunan

Pembangunan Saluran/ Drainase

A. Standar volume drainase B. Volume drainase existing C. Luas Kawasan Kumuh D. Rata-rata biaya Pembangunan Saluran/ Drainase Per M2 Rumus : ((A x C) - B) x D

Penyediaan akses air minum

1) Pembangunan Bangunan Hidran Umum/Kran Umum (HU/KU)

A. Standar kebutuhan Jumlah Hidran Umum/ Kran Umum B. Jumlah Hidran Umum/Kran Umum Existing C. Jumlah Penduduk di Kws. Kumuh

D. Rata-rata biaya pembangunan HU/KU Rumus : ((A x C) - B) x D 2) Pembangunan Jaringan perpipaan A. Jumlah Unit Rumah yang belum untuk sambungan rumah/ terlayani jaringan perpipaan untuk sambungan pekarangan sambungan rumah/ sambungan pekarangan B. Biaya Pengadaan dan Pemasangan jaringan perpipaan untuk sambungan rumah/ sambungan pekarangan Rumus : A x B 5 Pengembangan Fasilitas pengurangan sampah dan sistem penanganan sampah 1) Penyediaan Gerobak Sampah A. Standar kebutuhan Jumlah Gerobak sampah B. Jumlah Gerobak Sampah existing C. Jumlah KK di kws. Permukiman kumuh D. Rata-rata biaya pengadaan Gerobak Sampah M2 Rumus : ((A x C) - B) x D A. Standar kebutuhan Jumlah Truk sampah B. Jumlah Truk Sampah existing C. Jumlah KK di kws. Permukiman kumuh D. Rata-rata biaya pengadaan Truk Sampah Rumus : ((A x C) - B) x D A. Standar kebutuhan Jumlah Tempat pembuangan sampah B. Jumlah Tempat Pembuangan Sampah existing C. Jumlah KK di kws. Permukiman kumuh D. Rata-rata biaya Pembangunan TPS M2

2) Penyediaan Truck Sampah

3) Pembangunan Tempat pembuangan sampah (TPS)

NO
1

KOMPONEN
2

KELUARAN
3

SATUAN/BIAYA
4

KETERANGAN
6

PENGATURAN Penyediaan Sarana sanitasi individual dan Pembangunan Toilet RT/ MCK Umum A. Standar Kebutuhan Jumlah MCK komunal (Toilet RT/MCK Umum) B. Jumlah MCK yang tersedia C. Jumlah Penduduk di Kws. Kumuh D. Rata-rata biaya pembangunan MCK M2 Rumus : ((A x C) - B) x D A. Jumlah masyarakat (KK) di Kws. Kumuh yang tidak memiliki tangki septik B. Rata-rata biaya pembangunan Septik Tank Rumus : A x B A. Jumlah Unit Rumah yang tidak layak huni B. Rata-rata biaya Perbaikan rumah Per M2 Rumus : A x B A. Standar kebutuhan Luas RTH B. Total Luas RTH Existing C. Jumlah Penduduk di Kws. Kumuh D. Rata-rata biaya Pembuatan RTH M2 Rumus : ((A x C) - B) x D

Pembangunan Tangki Septik

Pemberian nBantuan subsidi perbaikan rumah tidak layak huni atau kumuh

Pelaksanaan Perbaikan rumah

Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Penyediaan Ruang terbuka hijau

Pembangunan Rusunawa

Pembagunan Unit Rusunawa

A. Jumlah KK yang membutuhkan rumah di Kws. Kumuh B. Rata-rata biaya per unit Rusunawa Rumus : A x B

C.5 OPERASI DAN PEMELIHARAAN 1 Pengelolaan dan pemeliharaan yang terkait Pelaksanaan Kegiatan Operasional dengan kegiatan fisik (Construction) dan Pemeliharaan terkait dengan dilakukan secara berkelanjutan. kegiatan fisik (construction)

A. Jumlah paket kegiatan O&M terkait dengan kegiatan fisik (construction)

B. Rata-rata biaya per kegiatan O&M Rumus : A x B

NO
1

KOMPONEN
2

KELUARAN
3

SATUAN/BIAYA
4

KETERANGAN
6

D 1

PENGATURAN PENGAWASAN TEKNIS DAN ADMINISTRASI Pengawasan konstruksi Pelaksanaan pengawasan kegiatan konstruksi

A. Jumlah paket pekerjaan konstruksi B. Rata-rata biaya pengawasan per kegiatan konstruksi Rumus : A x B

Pemantauan rencana penanganan kawasan kumuh

Pelaksanaan pemantauan rencana penanganan kawasan kumuh

A. Jumlah dokumen rencana penanganan kawasan kumuh B. Rata-rata biaya pengawasan per rencana penanganan kawasan kumuh Rumus : A x B

E 1

PEMBERDAYAAN Kegiatan/ Program Pemberdayaan Masyarakat di Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan

Pelaksanaan Kegitan/Program Pemberdayaan Masyarakat di Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan

A. Jumlah paket kegiatan Pemberdayaan Masyarakat B. Rata-rata biaya per kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Rumus : A x B

Catatan: Kebutuhan Pembangunan infrastruktur (selain yang terdapat dalam tabel pada kategori C4 - Construction) terkait dengan penanganan permukiman kumuh perkotaan dapat ditambahkan atau dikurangi sesuai dengan kebutuhan daerah masing-masing

PERHITUNGAN PEMBIAYAAN PENCAPAIAN SPM BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG SUB BIDANG JASA KONSTRUKSI
RUMUS SPM JENIS PELAYANAN DASAR SASARAN SPM INDIKATOR SPM TARGET CAPAIAN TAHUN 2019 : : : : : Kumulatif bobot 3 jenis informasi jasa konstruksi tingkat provinsi pada SIPJAKI Pengembangan Sistem Informasi Jasa Konstruksi Tingkat Provinsi Meningkatnya ketersediaan informasi jasa konstruksi Persentase tersedianya 3 Layanan Informasi Jasa Konstruksi Tingkat Provinsi 100%

VARIABEL KOMPONEN NO SATUAN/BIAYA 3 4 2 1 A. Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Informasi Jasa Konstruksi Tingkat Provinsi a. Penanggung jawab SIPJAKI A. 1 orang Penanggung jawab 1. Penyiapan SDM B. Honorarium Penanggung Jawab Rumus : A x B b. Administrator SIPJAKI A. Jumlah administrator SIPJAKI B. Honorarium administrator SIPJAKI Rumus : A x B A. Jumlah perangkat komputer B. Biaya 1 unit perangkat komputer Rumus : A x B A. Jumlah perangkat internet (Modem, LAN/ wifi) B. Rata-rata biaya perangkat Internet (Modem, LAN/ wifi) Rumus : A x B A. Rata-rata biaya Paket langganan Internet dan pengelolaan per tahun Rumus : A A. Jumlah paket kegiatan rapat koordinasi B. Rata-rata biaya 1 paket kegiatan rapat koordinasi Rumus : A x B A. Jumlah laporan per 3 (tiga) bulan B. Rata-rata biaya 1 paket penyusunan laporan Rumus : A x B

KETERANGAN 5

2. Penyiapan Sarana

a. Perangkat Komputer

b. Perangkat Internet (Modem, LAN/ Wifi)

c. Paket langganan internet dan pengelolaan per tahun 3. Rapat Koordinasi Caturwulan Pelaksanaan SPM SIPJAKI Paket kegiatan rapat

4. Pelaporan

Paket penyusunan laporan

VARIABEL KOMPONEN NO SATUAN/BIAYA 3 4 2 1 B. Monitoring Evaluasi Pelaksanaan SPM Bidang Jasa Konstruksi di Kabupaten/Kota oleh Provinsi 1. Penyiapan SDM A. Jumlah anggota tim monitoring dan evaluasi Tim monitoring dan evaluasi B. Honorarium tim monitoring dan evaluasi Rumus : A x B

KETERANGAN 5

2. Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan monitoring dan evaluasi

A. Jumlah kegiatan monitoring dan evaluasi B. Belanja bahan C. Perjalanan Dinas D. Akomodasi Rumus : A (B+C+D) A. Jumlah paket kegiatan rapat koordinasi B. Rata-rata biaya 1 paket kegiatan rapat koordinasi Rumus : A x B A. Jumlah laporan per 3 (tiga) bulan B. Rata-rata biaya 1 paket penyusunan laporan Rumus : A x B

3. Rapat Koordinasi Tentang Pelaporan Rekapitulasi Caturwulan Kinerja Pelayanan IUJK pada Kabupaten/Kota di Wilayah Provinsi 4. Pelaporan

Paket kegiatan rapat

Paket penyusunan laporan

PERHITUNGAN PEMBIAYAAN PENCAPAIAN SPM BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG SUB BIDANG JASA KONSTRUKSI
RUMUS SPM JENIS PELAYANAN DASAR SASARAN SPM INDIKATOR SPM TARGET CAPAIAN TAHUN 2019 : : : : : Kumulatif bobot 7 jenis informasi jasa konstruksi tingkat kabupaten/kota pada SIPJAKI Pengembangan Sistem Informasi Jasa Konstruksi Tingkat Kabupaten Kota Meningkatnya ketersediaan informasi jasa konstruksi Persentase Tersedianya 7 Layanan Informasi Jasa Konstruksi Tingkat Kabupaten/Kota 60%

VARIABEL KOMPONEN NO SATUAN/BIAYA 3 4 2 1 A. Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Informasi Jasa Konstruksi Tingkat Kabupaten/Kota 1. Penyiapan SDM a. Penanggung jawab SIPJAKI A. 1 orang Penanggung jawab B. Honorarium Penanggung Jawab Rumus : A x B b. Administrator SIPJAKI A. Jumlah administrator SIPJAKI B. Honorarium administrator SIPJAKI Rumus : A x B A. Jumlah perangkat komputer B. Biaya 1 unit perangkat komputer Rumus : A x B A. Jumlah perangkat internet (Modem, LAN/ wifi) B. Rata-rata biaya perangkat Internet (Modem, LAN/ wifi) Rumus : A x B A. Rata-rata biaya Paket langganan Internet dan pengelolaan per tahun Rumus : A A. Jumlah paket kegiatan rapat koordinasi B. Rata-rata biaya 1 paket kegiatan rapat koordinasi Rumus : A x B A. Belanja bahan (ATK, pengadaan fotocopy, dan lain-lain) Rumus : A

KETERANGAN 5

2. Hardware

a. Perangkat Komputer

b. Perangkat Internet (Modem, LAN/ Wifi)

c. Paket langganan internet dan pengelolaan per tahun 3. Rapat Koordinasi Caturwulan Pelaksanaan SPM SIPJAKI Paket kegiatan rapat

4. Pelaporan

Paket penyusunan laporan

PERHITUNGAN PEMBIAYAAN PENCAPAIAN SPM BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG SUB BIDANG JASA KONSTRUKSI

Nilai Layanan Dasar IUJK Tingkat Kabupaten/Kota

RUMUS SPM

Permohonan IUJK yang diterbitkan Paling lama 10 hari kerja setelah Persyaratan Lengkap Seluruh permohonan IUJK yang persyaratannya dinyatakan lengkap

JENIS PELAYANAN DASAR SASARAN SPM INDIKATOR SPM TARGET CAPAIAN TAHUN 2019

: : : :

Izin Usaha Jasa Konstruksi Meningkatnya kualitas layanan perizinan jasa konstruksi Persentase Tersedianya Layanan Izin Usaha Jasa Konstruksi dengan Waktu Penerbitan Paling Lama 10 Hari Kerja Setelah Pesyaratan Lengkap 50%

VARIABEL LANGKAH KEGIATAN NO 3 2 1 B. Penyelenggaraan Layanan Perizinan IUJK 1. Penyiapan SDM a. Penanggung jawab pemberian IUJK b. Verifikator lapangan

KOMPONEN 4 A. 1 orang Penanggung jawab B. Honorarium Penanggung Jawab Rumus : A x B A. Jumlah verifikator lapangan B. Honorarium verifikator lapangan Rumus : A x B A. Jumlah Kegiatan verifikasi lapangan (1 kegiatan x jumlah verifikator) B. Transport lokal Rumus : A x B A. Belanja bahan (blanko, printer, tinta, ATK, dan lain-lain) Rumus : A A. Jumlah paket kegiatan rapat koordinasi B. Rata-rata biaya 1 paket kegiatan rapat koordinasi Rumus : A x B A. Jumlah laporan per 3 (tiga) bulan B. Rata-rata biaya 1 paket penyusunan laporan Rumus : A x B

KETERANGAN 5

2. Pemberian IUJK

a. Kegiatan verifikasi lapangan

b. Pemeriksaan dokumen dan kegiatan pemberian IUJK 3. Rapat Koordinasi Caturwulan Pelaksanaan SPM IUJK Paket kegiatan rapat

4. Pelaporan

Paket penyusunan laporan

PERHITUNGAN PEMBIAYAAN PENCAPAIAN SPM BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG SUB BIDANG PENATAAN RUANG
RUMUS SPM : SPM Informasi Peta Analog/Digital = SPM akhir tahun pencapaian Jumlah Peta Analog/Digital seluruh kabupaten/kota/kecamatan/kelurahan Jumlah Peta Analog/Digital

x 100%

JENIS PELAYANAN DASAR SASARAN SPM INDIKATOR SPM BATAS WAKTU PENCAPAIAN TAHUN 2019 NO 1 1 KOMPONEN 2 Penyediaan Informasi Penataan Ruang ( Pelaksanaan / Pembangunan ) Persiapan identifikasi kebutuhan pengadaan peta analog dan peta digital Penggandaan peta analog rencana struktur ruang dan rencana pola ruang (untuk display dan album peta): a. RTRW Provinsi Skala 1: b. RTRW Kabupaten Skala 1:50.000 c. RTRW Kota Skala 1:25.000 d. Rencana rinci kab/kota skala 1:5000 Penggandaan peta digital (minimal format JPEG) rencana struktur ruang dan rencana pola ruang: a. RTRW Provinsi Skala 1: b. RTRW Kabupaten Skala 1:50.000 c. RTRW Kota Skala 1:25.000 d. Rencana rinci kab/kota skala 1:5000 Penyediaan media informasi

: : : :

INFORMASI PENATAAN RUANG Meningkatnya ketersediaan informasi penataan ruang Tersedianya informasi mengenai Rencana Tata Ruang (RTR) wilayah Provinsi/Kabupaten/Kota beserta rencana rincinya melalui Peta Analog dan Peta Digital. 100% (Provinsi), 100% (Kabupaten/Kota) KELUARAN 3 SATUAN/BIAYA 4 KETERANGAN 5

Materi peta analog dan digital RTRW/RDTR/RTR Pencetakan, penyajian display

A. Jumlah paket kegiatan rapat pembahasan B. Rata-rata biaya 1 paket kegiatan rapat pembahasan Rumus : A x B A. Jumlah materi B. Biaya cetak peta analog per m2 C. Biaya cetak album Peta Rumus : (A x B) + (A x C)

Penyiapan softcopy

A. Jumlah keping CD B. harga CD dan kemasan Rumus : A x B

Pengadaan unit komputer

Penyebaran informasi ketersediaan peta analog dan digital

Berita di media cetak dan / atau elektronik

A. Jumlah paket unit komputer B. Biaya pengadaan 1 unit komputer Rumus : A x B A. Jumlah penayangan atau pemasangan B. Biaya penayangan atau pemasangan 1 kali Rumus : A x B

PERHITUNGAN PEMBIAYAAN PENCAPAIAN SPM BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG SUB BIDANG PENATAAN RUANG
pencapaian SPM akhir tahun Luasan RTH Publik Yang tersedia seluruh wil.kota/kawasan perkotaan Luasan RTH Publik yang seharusnya

RUMUS SPM

: SPM Penyediaan RTH Publik =

x 100%

JENIS PELAYANAN DASAR SASARAN SPM INDIKATOR SPM BATAS WAKTU PENCAPAIAN TAHUN 2019 NO
1

: : : :

PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH PUBLIK) Meningkatnya ketersediaan RTH Persentase tersedianya luasan RTH publik sebesar 20% dari luas wilayah kota/kawasan perkotaan 50% (Kabupaten/Kota) KELUARAN
3

KOMPONEN 2 Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH Publik) ( Pelaksanaan ) Koordinasi persiapan penyediaan RTH

SATUAN/BIAYA
4

KETERANGAN
5

1. Penggandaan materi

2. Biaya paket rapat ( biaya konsumsi dan sewa ruangan) Peninjauan ke lapangan Survei

A. Jumlah orang B. Biaya penggandaan Materi Rumus: A x B A. Jumlah Orang B. Biaya paket rapat per orang Rumus: A x B A. Jumlah Orang B. Biaya Transport (pp) C. Biaya Akomodasi D. Uang Harian E. Jumlah Hari Rumus: (A x B) + A (C x (E - 1) + (A x D x E)

Pengadaan Tanah

1. Pemilihan/penetapan lokasi 2. Persiapan pembebasan lahan (kepanitiaan dan Dokumentasi Administrasi) 3. pembebasan/Penyiapan lahan

Luas (m2, ha) Jumlah dokumen rencana persiapan pembebasan Mengacu pada lahan Peraturan Presiden No.36 Tahun 2005 tentang Pengadaan A. Luas area (m2,Ha) Tanah Bagi B. Biaya Pembebasan lahan per m2/Ha Pelaksanaan Rumus: A x B Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

NO
1

KOMPONEN
2 Pelaksanaan pembangunan RTH

KELUARAN
3

SATUAN/BIAYA
4

KETERANGAN
5

1. Pembentukan dan Pematangan muka tanah

2. Pengadaan dan Penanaman pohon,perdu dan rumput Pemeliharaan RTH 1. Pembersihan 2. Penyiraman

A. Luas (m2, ha) B. Biaya pembentukan dan pematangan lahan per m2/ha Rumus: A x B A. Jumlah Pohon, luas perdu dan rumput B. Biaya pengadaan dan penanaman Rumus: A x B A. Luas B. Biaya Paket Pemeliharaan Rumus: A x B

MENTERI PEKERJAAN UMUM, ttd. DJOKO KIRMANTO

You might also like