You are on page 1of 2

Perjanjian Ekstradisi Indonesia-Singapura Masih Alot

Senin, 06 Februari 2006 | 15:10 WIB TEMPO Interaktif, Jakarta:Pembahasan perjanjian ekstradisi Indonesia-Singapura masih alot. "Justru sudah menyangkut pasal-pasal krusial jenis-jenis kejahatan," ujar Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum, Zulkarnain Yunus, dalam rapat kerja antara Departemen Hukum dan HAM dengan Komisi Hukum dan Hak Asasi Manusia DPR hari ini. Namun, menurutnya, proses itu masih tetap berjalan dengan teratur dengan mempelajari tim hukum masing-masing yang berbeda. Indonesia menggunakan sistem hukum peninggalan Belanda, sementara Singapura warisan Inggris. "Kedua negara punya kesepakatan kuat sepanjang proses pembahasan perjanjian ini berlangsung," ujarnya. Apalagi, kata dia, dalam pertemuan menteri-menteri se-Asean beberapa waktu lalu disepakati adanya pembentukan perjanjian ekstradisi antara negara-negara Asean. "Jadi tidak cuma soal Singapura tapi juga seluruh Asean." Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional, Abdul Gani Abdullah, mengatakan sebetulnya Indonesia sudah memiliki payung hukum yang cukup untuk membawa aset Indonesia dari luar negeri kembali ke Indonesia. "Bukti-bukti baik dokumen maupun saksi sudah bisa disidik oleh aparat kita langsung bekerja sama dengan aparat luar negeri," katanya di sela rapat kerja dengan Komisi Hukum DPR. simpulan: Payung hukum yang terakhir dibahas dan akan disahkan dalam sidang paripurna DPR besok adalah soal upaya penyelidikan, penyidikan dan tuntutan yang bisa dilakukan aparat hukum Indonesia bekerja sama dengan aparat negara Asean termasuk Singapura. "Tapi kalau soal ekstradisi orangnya menunggu perjanjian ini selesai," kata dia.

You might also like