You are on page 1of 169

PEMICU 3 BLOK ETIKA, HUKUM KEDOKTERAN, DAN KEDOKTERAN FORENSIK

KELOMPOK 6

Learning Objectives
1.

2.

3.

Visum et Repertum (Definisi, isi, bentuk, syarat, sumpah dalam pembuatannya, fungsi dan nilai dalam proses peradilan, jenisnya (untuk korban hidup & meninggal; sementara & lanjutan) UU tentang pembunuhan dan aborsi pada anak sendiri Pemeriksaan pada korban meninggal (asfiksia, tenggelam, mati mendadak, pembunuhan anak sendiri, pengguguran, toksikologi)
- Syarat dan ciri2 masing2 keadaan - Teknik autopsi - Proses autopsi (pemeriksaan dalam, luar, lab) - Etika dalam autopsi

4.

Kewajiban dokter dalam membantu proses peradilan (mekanisme, sanksi pelanggaran, dasar hukum,

LO 1
Visum et Repertum

Definisi

Keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter yang berisi fakta dan pendapat berdasarkan keahlian/keilmuan, tentang hasil pemeriksaan medis terhadap manusia atau bagian dari tubuh manusia, baik hidup ataupun mati, yang dibuat atas permintaan tertulis (resmi) dari penyidik yang berwenang yang di buat atas sumpah/dikuatkan dengan sumpah, untuk kepentingan peradilan.

Kegunaan Visum et Repertum


1.

AWAL PENYIDIKAN .
BUKTI ADANYA TINDAK PIDANA. BUKTI PENAHANAN PERPANJANGAN. MEMBANTU PENYIDIK dlm hal membantu dlm menentukan jenis tuntutan :

jenis luka dan penyebabnya. hubungan ant sebab kematian dan luka-2 yang ada pada tubuh korban. ada hubungan atau tidak identitas.

2.

PERSIDANGAN.
UPAYA BUKTI YG SAH. BAHAN PERTIMBANGAN DLM MEMUTUS PERKARA

Peranan Visum et Repertum


SEBAGAI PENGGANTI BENDA BUKTI

PENYIDIK PENUNTUT UMUM HAKIM

MENGUNGKAP PERKARA MEMBUAT DAKWAAN KEYAKINAN MEMBUAT PUTUSAN FUNGSI PEMBELAAN

PENASEHAT HUKUM

Macam-macam Visum et Repertum


1.

Visum et Repertum TKP


Hubungan sebab akibat luka yang ditemukan pada tubuh korban. Saat kematian korban. Barang bukti yang ditemukan. Cara kematian korban jika mungkin.

2.

Visum et Repertum Jenazah (harus dibuat berdasarkan hasil autopsi lengkap)


Visum dengan pemeriksaan luar Visum dengan pemeriksaan luar & dalam

3.
4.

Visum et Repertum Jenazah Penggalian. Visum et Repertum barang bukti

5.

Visum et Repertum Korban Hidup


Visum yang diberikan untuk korban luka-luka karena kekerasan, keracunan, perkosaan, dan psikiatri. Dibedakan atas :

a. VeR sementara : - diberikan pd korban yg msh dirawat -VeR yg diterbitkan belum ada kesimpulan karena menunggu observasi lebih lanjut. b. VeR lanjutan : - Merupakan lanjutan dari VeR sementara, dibuat setelah korban sembuh/meninggal. - Tgl & No. VeR sementara dicantumkan. - Telah ada kesimpulannya setelah diobservasi

Visum et Repertum lanjutan dibuat bila:


Setelah selesai perawatan korban sembuh. Setelah mendapat perawatan, korban meninggal. Perawatan belum selesai, korban pindah RS atau dokter lain. Perawatan belum selesai, korban pulang paksa atau melarikan diri.

Susunan dan Bentuk Visum et Repertum


1.

2.

Sudut Kiri Atas : Pro Justica (arti : untuk pengadilan) Pendahuluan :


Identitas pemohon Visum Et Repertum Identitas dokter yang memeriksa Tempat dilakukan pemeriksaan Tanggal dan jam pemeriksaan Identitas korban Keterangan lain seperti kapan dan dimana korban dirawat, kapanmeninggal, cara dan sebab kematian korban.

3.

Pemberitaan :
Hasil

pemeriksaan luar termasuk identitas korban Hasil pemeriksaan dalam,membuka rongga tengkorak, dada dan perut serta organ dalam, rongga mulut dan leher Pemeriksaan penunjang jika diperlukan seperti konsultasi dengan ahli lain : Pemeriksaan PA, Toksikologi, Balistik, Serologi, Immunologi, Enzimatologis, Trace Evidence

4.

Kesimpulan :
Identitas

jenazah Kelainan yang terdapat pada tubuh korban, baik pemeriksaan luar maupun dalam Hubungan kausal dan kelainan yang didapati pada pemeriksaan (penyebab luka, persentuhan dengan benda tajam) Sebab dan saat kematian/klasifikasi luka

5.

Penutup Dicantumkan kalimat : Demikianlah Visum Et Repertum ini dibuat denganmengingat sumpah Diakhiri dengan tanda tangan dan nama lengkap dokter.

Cara Penulisan
1.

2. 3.

Memakai bahasa umum, mudah dimengerti. istilah kedokteran diterjemahkan. Angka ditulis dengan huruf. Tidak boleh ada :
Singkatan.
Coretan. Lebih

dari satu macam huruf.

4. 5.

Akhir kalimat yg tersisa ditutup dengan garis. Setiap koreksi diberi tanda tangan

Ketentuan umum dalam pembuatan Visum et Repertum


a.

b. c.

d. e.

f.

g. h. i.

Diketik di atas kertas berkepala surat instansi pemeriksa. Bernomor dan bertanggal. Mencantumkan nama Pro justitia dibagian atas (kiri atau tengah) Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tidak menggunakan singkatan terutama pada waktu mendeskripsikan temuan pemeriksaan. Tidak menggunakan istilah asing atau istilah kedokteran. Berstempel instansi pemeriksa tersebut. Diperlakukan sebagai surat yang harus dirahasiakan. Hanya diberikan kepada penyidik peminta Visum et Repertum (instansi).

Tata Cara Permohonan Visum et Repertum

Permohonan harus secara tertulis, tidak dibenarkan secara lisan melalui telepon atau pos. Korban adalah barang bukti, maka permohonan surat Visum et Repertum harus diserahkan sendiri oleh petugas kepolisian bersama: korban, tersangka, atau barang bukti lain kepada dokter

Tidak disarankan mengajukan permintaan Visum et Repertum tentang sesuatu peristiwa yang telah lampau, mengingat rahasia kedokteran. Permintaan diajukan kepada dokter ahli pemerintah sipil atau ahli kedoteran kehakiman pemerintah sipil untuk korban yang meninggal dunia.

Penyebab Kematian dan Pelaksanaan Bantuan Hukum

Berdasarkan ilmu bedah forensik,bedah mayat (autopsi) mutlak dilakukan bila ingin mengetahui penyebab kematian seseorang. Dalam kasus kasus tersentu harus disertai dengan pemeriksaan pelengkap (laboratorium forensik),seperti : pemeriksaan toksikologi,pemeriksaan histopatologi,pemeriksaan bakteriologi

Dengan bedah mayat dokter harus membuka rongga tengkorak,rongga dada,rongga perut dan rongga panggul Sesuai dengan tujuan peradilan,yaitu kepastian hukum

Tujuan Utama Penyebab Penentuan Kematian

Mengetahuai alat (senjata),yang dipakai untuk membunuh,yaitu atas dasar jenis luka dan jenis kekerasan.

Dengan dapat diketahui secara pasti,maka selain pihak penyidik harus hati-hati di dalam mengupayakan alat bukti maka,penasehat hukum terdakwa juga dapat mengetahui apakah alat atau senjata yang dihadirkan di pengadilan itu memang sesuai dengan luka pada korban.

Penyebab Kematian (Cause of death) co : kekerasan tajam (tusukan), tembakan, pencekikan, dan keracunan gas CO

Mekanisme Kematian (Mechanism of death) Co : Perdarahan,mati lemas,syok,refleks vagal

Kasus Penembakan,visum et repertum harus dapat menjelaskan

Sebab kematian Jarak tembak Diameter peluru Kaliber senjata api Jenis atau tipe senjata api Berapa kali korban ditembak Perkiraan posisi korban dan penembak

Kasus Penusukan atau Penikaman Perkiraan jenis senjata yang di pergunakan


Perkiraan lebar maksimal senjata yang masuk ke dalam tubuh korban

Kasus Pengeroyokan

Perkiraan jenis senjata (alat) yang dipergunakan Menentukan (memperkirakan),senjata yang menyebabkan kematian

Kasus Kecelakaan Lalu lintas

Penyebab terjadinya kecelakaan dari sudut faktor manusia,dalam hal ini dari korbannya Perkiraan jangka waktu (interval),antara saat terjadinya kecelakaan dengan saat kematian

Dasar hukum pengadaan

Pasal 120 KUHAP Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus

Pasal 133 KUHAP (1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya

Pihak yang berwenang membuat keterangan ahli

Pasal 133 ayat 1 KUHAP :


Yang

berwenang melakukan pemeriksaan forensik yang menyakut tubuh manusia dan membuat keterangan ahli adalah dokter ahli kedokteran kehakiman (forensik), dokter, dan ahli lainnya Jadi :
Keterangan

yang dibuat oleh dokter ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli Keterangan yang dibuat selain ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan

Pihak yang berhak meminta visum et repertum

Penyidik Pejabat Polri yang sekurang-kurang berpangkat Pelda Polisi


Penyidik Pembantu adalah Pejabat Polri yang sekurangkurangnya berpangkat Serda Polisi. Kapolsek yang berpangkat Bintara dibawah Pelda Polisi karena Jabatannya adalah Penyidik

Hakim pidana Hakim pidana biasanya tidak langsung minta visum et repertum pada dokter, tetapi memerintahkan kepada jaksa untuk melengkapi berita acara pemeriksaan dengan visum et repertum. Kemudian jaksa melimpahkan permintaan hakim kepada penyidik.

Pihak yang berhak meminta visum et repertum

Hakim perdata Karena di sidang pengadilan perdata tidak ada jaksa,maka hakim perdata minta langsung visum et repertum kepada dokter. Hakim agama Dasar hukumnya Undang-undang No. 14 tahun 1970 tentang ketentuan pokok kekuasaan kehakiman pasal 10. Hakim agama mengadili perkara yang bersangkutan dengan agama islam,sehingga permintaan visum et repertum hanya berkenaan dengan hal syarat untuk berpoligami, syarat untuk melakukan perceraian dan syarat waktu tunggu seorang janda.

Sanksi Hukum

Sanksi hukum untuk bedah mayat, diatur dalam pasal 82 UU No. 23 tahun 1992 Ayat (1):
Barangsiapa

yang tanpa keahlian dan kewenangannya dengan sengaja melakukan bedah mayat sebagaimana dimaksud dalam pasal 70 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp.100.000.000,00,- (seratus juta rupiah).

Pasal 133 ayat (1) KUHAP


Dalam

hal penyidikan untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan maupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwewenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan ahli lainnya

SANKSI HUKUM BAGI YANG MENGHALANG-HALANGI PEMERIKSAAN MAYAT

Pasal 222 KUHP :


Barangsiapa

dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan pemeriksaan mayat untuk pengadilan, dipidana dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

SANKSI BAGI DOKTER YANG MENOLAK PERMINTAAN PENYIDIK

Pasal 216 KUHP :


1.

Barangsiapa dengan sengaja tidak menurut perintah atau permintaan keras, yang dilakukan menurut peraturan Undang-undang oleh Pegawai Negeri yang diwajibkan mengawasi atau oleh pegawai negeri yang diwajibkan atau yang dikuasakan mengusut atau memeriksa tindak pidana. Demikian juga barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan suatu pekerjaan yang diusahakan oleh salah seorang pegawai negeri itu untuk menjalankan suatu peraturan undang-undang, dipidana dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah

SANKSI BAGI DOKTER YANG MENOLAK PERMINTAAN PENYIDIK

Pasal 216 KUHP :


2.

3.

Yang disamakan dengan pegawai negeri yang tersebut dalam bagian pertama ayat diatas ini ialah semua orang yang menurut peraturan undang-undang selalu atau sementara diwajibkan menjalankan suatu jabatan umum apapun juga. Kalau pada waktu melakukan kejahatan itu belum lagi dua tahun sesudah pemidanaan yang dahulu menjadi tetap karena kejahatan yang sama itu juga, maka pidana itu dapat ditambah sepertiganya.

Pencabutan Visum Et Repertum


1.

2.

Pencabutan permintaan Visum et Repertum pada prinsipnya tidak dibenarkan, namun kadang kala dijumpai hambatan dari keluarga korban yang keberatan untuk dilaksanakan bedah mayat dengan alasan larangan Agama, adat dan lain-lain. Bila timbul keberatan dari pihak keluarga, sesuai dengan ketentuan KUHAP Pasal 134 ayat 2, maka penyidik wajib menerangkan sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan bedah jenazah tersebut.

Lama Penyimpanan Visum et Repertum

10 tahun

MENGACU PADA PERMENKES NO. 749A TAHUN 1989 TENTANG REKAM MEDIS MENGACU PADA SISTEM ARSIP NASIONAL

30 tahun

- Penyidik dibenarkan mencabut SPVR (Instr. Kapolri No.Pol:INS/E/20/IX/75): Bila ada keluarga korban/mayat keberatan jika diadakan visum et repertum bedah mayat, maka adalah kewajiban dari petugas Polri ,Pemeriksa untuk secara persuasif memberikan penjelasan perlu dan pentingnya autopsi untuk kepentingan penyidik, kalau perlu ditegakkannya pasal 222 KUHP.

Pencabutan SPVR - Pada dasarnya penarikan/pencabutan kembali visum et repertum tidak dapat dibenarkan. - Bila terpaksa visum et repertum yang sudah diminta harus diadakan pencabutan/penarikan kembali, maka hal tersebut hanya dapat diberikan oleh Komandan Kesatuan paling rendah setingkat Komres dan untuk kota besar hanya oleh Dantabes.

Visum et Repertum Sementara

Dibuat atas permintaan penyidik. Penatalaksanaan korban belum selesai perawatannya. Keterangan tentang cedera korban diperlukan oleh penyidik. Perlu dibuat apabila korban pindah tempat perawatan. Memuat identitas korban, jenis luka, jenis kekerasan. Kualifikasi luka belum dapat ditentukan.

LO 2
UU tentang pembunuhan dan aborsi pada anak sendiri

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

Bagian VI Kesehatan Reproduksi BAB XX KETENTUAN PIDANA

Pasal 75 (1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi. (2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan: a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan. (3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 76 Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:


a.

b.

c. d. e.

sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis; oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri; dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan; dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 77 Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 194 Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)

LO 3
Pemeriksaan pada korban meninggal

IDENTIFIKASI FORENSIK

Adalah upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal suatu masalah dalam kasus pidana / perdata. Menentukan identitas personal dengan tepat amat penting dalam penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan.

Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi :


pada jenazah tidak dikenal jenazah yang rusak Membusuk hangus terbakar kecelakaan masal bencana alam huru hara yg mengakibatkan byk korban meninggal potongan tubuh manusia atau kerangka. penculikan anak, bayi tertukar, atau diragukan orangtua nya.

Identitas seseorang dipastikan bila paling sedikit 2 metode yang digunakan memberikan hasil + (tidak meragukan).

Identifikasi Forensik
1.

2. 3.

4.

5.

Pemeriksaan sidik jari Pemeriksaan visual Pemeriksaan dokumen Pemeriksaan Pakaian dan Perhiasan Identifikasi medis

6. 7.

8. 9.

10.

Pemeriksaan gigi Pemeriksaan Serologi Metode Eksklusi Identifikasi potongan tubuh manusia / kasus mutilasi Identifikasi kerangka

PEMERIKSAAN SIDIK JARI


Metode ini membandingkan sidik jari jenazah dengan data sidik jari antemortem. Merupakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi ketepatannya u/ menentukan identitas seseorang. Penanganan yang sebaik-baiknya terhadap jari tangan jenazah untuk pemeriksaan sidik jari pembungkusan kedua tangan jenazah dengan kantong plastik.

METODE VISUAL

Metode ini dilakukan dengan memperlihatkan jenazah pada org2 yg merasa kehilangan anggota keluarga / temannya. Cara ini hanya efektif pada jenazah yg belum membusuk, shg msh mgkn dikenali wajah dan bentuk tubuhnya oleh > dari 1 org. Hal ini perlu diperhatikan k/ kemungkinan ada faktor emosi yg turut berperan u/ membenarkan atau sebaliknya menyangkal identitas jenazah tsb.

PEMERIKSAN DOKUMEN Dokumen kartu identitas (KTP, SIM, Paspor)


dan sejenisnya yg kebetulan ditemukan dalam dalam saku pakaian yg dikenakan akan sangat membantu mengenali jenazah tsb. Perlu diingat pada kecelakaan masal, dokumen yg terdapat dalam tas / dompet yg berada dekat jenazah belum tentu milik jenazah yg bersangkutan.

PEMERIKSAAN PAKAIAN DAN PERHIASAN


Dari pakaian dan perhiasan yang dikenakan jenazah, mungkin dapat diketahui merek atau nama pembuat, ukuran, inisial nama pemilik, badge yg semuanya dpt membantu proses identifikasi walaupun telah tjd pembusukan pada jenazah. Khusus anggota ABRI, identifikasi dipemudah oleh adanya nama serta NRP yg tertera pada kalung logam yang dipakainya.

IDENTIFIKASI MEDIK

Metode ini menggunakan :


Data umum : TB, BB, rambut, mata, hidung, gigi Data khusus : tatto, tahi lalat, jar parut, cacat kongenital, patah tulang

Metode ini punya nilai tinggi k/ dilakukan o/ seorang ahli dgn berbagai cara/modifikasi (termasuk pemeriksaan dgn sinar-X) shg ketepatannya cukup tinggi. Pada tengkorak/kerangka msh dpt dilakukan metode ini. Melalui metode ini diperoleh data tentang jenis kelamin, ras, perkiraan umur dan TB, kelainan pada tulang.

Pemeriksaan Gigi

meliputi pencatatan data gigi (Odontogram) dan rahang yg dpt dilakukan dgn pem manual, sinarX dan pencetakan gigi dan rahang. Odontogram memuat data ttg jumlah,bentuk, susunan, tambalan, protesa gigi dsb. Setiap individu memiliki susunan gigi yg khas dapat dilakukan indentifikasi dgn cara membandingkan data temuan dgn data pembanding antemortem.

u/ menentukan gol darah jenazah. Penentuan gol darah pada jenazah yg telah membusuk dilakukan dgn memeriksa rambut, kuku dan tulang. Dan jg dapat dilakukan pem sidik DNA yg akurasinya sangat tinggi.

PEMERIKSAAN SEROLOGIK

Metode Eksklusi

Metode ini digunakan pada kecelakaan masal yang melibatkan sejumlah orang yg dapat diketahui identitasnya, misalnya penumpang pesawat udara, kapal laut dan sebagainya. Bila sebagian besar korban telah dapat dipastikan identitasnya dengan menggunakan metode indentifikasi yg lain, sedangkan identitas sisa korban tidak dapat ditentukan dengan metode-metode tersebut diatas, maka sisa korban diindentifikasi menurut daftar penumpang.

Identifikasi Potongan Tubuh Manusia (Kasus Mutilasi)


u/ menentukan apakah potongan jaringan berasal dr manusia / hewan. u/ memastikan potongan tubuh berasal dr manusia dpt digunakan pemeriksaan pengamatan jaringan scr makroskopik, mikroskopik dan pem serologik berupa reaksi Ag-Ab(reaksi presipitin), kmd tentukan apakah potongan2 tsb dari 1 tubuh. Penentuan juga meliputi jenis kelamin, ras, umur, TB, cacat tubuh, peny. yg pernah diderita, serta cara pemotongan tubuh yg mengalami mutilasi. Penentuan jenis kelamin ditentukan dengan pem makroskopik dan harus diperkuat dgn pem mikroskopik yg bertujuan menemukan kromatin seks wanita, seperti Drumstick pada leukosit dan badan Barr pada sel epitel serta jaringan otot.

10

IDENTIFIKASI KERANGKA u/ membuktikan bahwa kerangka tsb adlh kerangka


manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur dan TB, ciri2 khusus dan deformitas dan bila memungkinkan dilakukan rekonstruksi wajah. Dan dicari jg tanda2 kekerasan pada tulang dan memperkirakan sebab kematian. Perkiraan saat kematian memperhatikan kekeringan tulang. Metode superimposisi menumpukkan foto Rontgen tulang tengkorak diatas foto wajah orang tsb yg dibuat berukuran sama dan diambil dari sudut pengambilan yg sama dicari adanya titik-titik persamaan.

Pemeriksaan Anatomik u/ memastikan bahwa kerangka adlh kerangka manusia. Kesalahan penafsiran dapat timbul jk hanya terdapat sepotong tulang saja, dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan serologik/ reaksi presipitin dan histologi (jumlah dan diameter kanal-kanal Havers). Penentuan ras pem antropologik pada tengkorak, gigi geligi, tulang panggul atau lainnya. Arkus zigomatikus dan gigi insisivus atas pertama yg berbentuk seperti sekop memberi petunjuk ke arah ras Mongoloid. Jenis kelamin ditentukan berdasarkan pemeriksaan tulang panggul, tulang tengkorak, sternum, tulang panjang serta skapula dan metakarpal.

Tulang yang diukur dlm keadaan kering lebih pendek 2 milimeter dari tulang yang segar, shg dlm menghitung TB perlu diperhatikan. Rata-rata TB laki-laki > wanita. Ukuran pada tengkorak, tulang dada, dan telapak kaki jg dpt digunakan u/ menilai TB. Bila tidak ada indivisu yg dicurigai sbg korban, maka dpt diupayakan rekonstruksi wajah pada tengkorak menambal tulang tengkorak tsb dgn menggunakan data ketebalan jar lunak pd berbagai titik di wajah, yg kemudian diberitakan kpd masyarakat u/ memperoleh masukan mengenai kemungkinan identitas kerangka tsb.

AUTOPSI

Adalah pemeriksaan thd tubuh mayat yg meliputi pemeriksaan thd bag luar maupun dalam, dgn tujuan menemukan proses penyakit dan / adanya cedera, melakukan interpretasi atas penemuan2 tsb, menerangkan penyebab2 kematian serta mencari hubungan sebab akibat antara kelainan2 yg ditemukan dgn penyebab kematian.

TUJUAN AUTOPSI

Menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera Melakukan interpretasi atas penemuanpenemuan tersebut Menerangkan penyebabnya sertamencari hubungan sebab akibat antara kelainankelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian

JENIS AUTOPSI

Autopsi klinik : dilakukan terhadap mayat seseorang yang menderita penyakit, dirawat di RS tetapi kemudian meninggal Tujuan :

Menentukan sebab kematian yagn pasti Menentukan apakah diagnosis klinik yang dibuat selama perawatan sesuai dengan diagnosis postmodern Mengetahui korelasi proses penyakit yang ditemukan dengan diagnosis klinis dan gejala-gejala klinik Menentukan efektivitas pengobatan Mempelajari lazim suatu proses penyakit Pendidikan para mmahasiswa kedokteran dan para dokter

Mutlak diperlukan izin dari keluarga terdekat mayat yang bersangkutan Autopsi klinik lengkap

Pembukaan rongga tengkorak, dada dan perut/ panggul, melakukan pemeriksaan terhadap seluruh alat-alat dalam/organ Terbatas pada satu/dua organ tertentu

Autopsi klinik parsial

Needle necroscopy terhadap organ tubuh tertentu pemeriksaan histopatologik

Autopsi forensik/ Autopsi medikolegal : terhadap mayat seseorang berdasarkan peraturan UU Tujuan ; Membantu dalam hal penentuan identitas mayat Menentukan sebab pasti kematian, memperkirakan cara kematian serta memperkirakan saat kematian Mengumpulkan serta mengenali benda-benda bukti untuk penentuan identitas benda penyebab serta identitas pelaku kejahatan Membuat laporan tertulis yang objektif dan berdasarkan fakta dalam bentuk visum et repertum Melindungi orang yang tidak bersalah dan membantu dalam penentuan identitas serta penuntutan terhadap orang yang bersalah Perlu surat Permintaan/ Pembuatan visum et repertum dari pihak penyidik, izin keluarga tidak diperlukan Mutlak perlu pemeriksaan lengkap Otopsi anatomis Dilakukan untuk keperluan pendidikan mahasiswa fakultas kedokteran

Persiapan sebelum autopsi

Apakah surat-surat yang berkaitan dengan autopsi yang akan dilakukan telah lengkap Apakah mayat yang akan diautopsi benar-benar adalah mayat yang dimaksudkan dalam surat yang bersangkutan Kumpulkan keterangan yang berhubungan dengan terjadinya kematian selengkap mungkin Periksalah apakah alat-alat yang diperlukan telah tersedia

Hal pokok dalam autopsi forensik

Autopsi harus dilakukan sedini mungkin Autopsi harus dilakukan lengkap Autopsi dilakukan sendiri oleh dokter Pemeriksaan dan pencatatan yang seteliti mungkin

Teknik autopsi

Teknik Virchow

Teknik tertua Setelah pembukaan rongga tubuh, organ-organ dikeluarkan satu persatu dan langsung diperiksa Kelainan masing2 organ bisa segera dilihat, tapi hubungan anatomik antar beberapa organ yang tergolong dalam satu sistim hilang Kurang baik digunakan dalam teknik autopsi forensik, terutama kasus penembakan dengan senjata api dan penusukkan dengan senjata tajam (perlu penentuan saluran luka, arah, serta dalamnya penetrasi yang terjadi)

Teknik Rokitansky

Setelah oragn tubuh dibuka, dilihat dan diperiksa dengan melakukan beberapa irisan in situ Setelah itu seluruh organ dikeluarkan dalam kumpulankumpulan organ (en bloc) Jarang dipakai , tidak baik untuk autopsi forensik

Teknik Letulle

Setelah dibuka, organ leher, dada, diafragma dan perut dikeluarkan sekaligus (en masse)
Hubungan antar organ tetap dipertahankan setelah seluruh organ dikeluarkan dari tubuh Kerugian : sukar dilakukan tanpa pembantu, serta sukar dalam penanganannya karena panjangnya kumpulan organ-organ yang dikeluarkan sekaligus

Teknik Ghon
Setelah

dibuka, organ leher dan dada, organ pencernaan bersama hati dan limpa, organ urogenital diangkat keluar sebagai 3 kumpulan organ (bloc)

Peralatan untuk autopsi


Kamar autopsi Meja autopsi Peralatan autopsi


Pisau untuk memotong kulit serta organ dalam otak Gunting Pinset bergerigi Gergaji untuk tulang tengkorak Jarum jahit + benang kasar Gelas ukur (vol cairan/darah yang ditemukan) Semperit + jarum untuk pengambilan darah Botol kecil berisi formalin 10% atau alkohol 70-80% untuk pengambilan jaringan guna pemeriksaan histopatologik

Peralatan untuk pemeriksaan tambahan

Beberapa botol besar untuk pengambilan bahan guna pemeriksaan toksikologik, yang berisi bahan pengawet yang sesuai Peralatan tulis menulis dan fotografi

UU KESEHATAN No 36 th 2009 (Pasal 117-125)

PEMERIKSAAN LUAR
1. Memeriksa label mayat (dari pihak kepolisian) yang biasanya diikatkan pada jempol kaki mayat. Gunting pada tali pengikat, simpan bersama berkas pemeriksaan. Catat warna, bahan, dan isi label selengkap mungkin. Sedangkan label rumah sakit, untuk identifikasi di kamar jenazah, harus tetap ada pada tubuh mayat. 2. Mencatat jenis/bahan, warna, corak, serta kondisi (ada tidaknya bercak/pengotoran) dari penutup mayat. 3. Mencatat jenis/bahan, warna, corak, serta kondisi (ada tidaknya

bercak/pengotoran) dari bungkus mayat. Catat tali pengikatnya bila ada.

4.

Mencatat pakaian mayat dengan teliti mulai dari yang dikenakan di

atas sampai di bawah, dari yang terluar sampai terdalam.


Pencatatan meliputi bahan, warna dasar, warna dan corak tekstil, bentuk/model pakaian, ukuran, merk penjahit, cap binatu,

monogram/inisial, dan tambalan/tisikan bila ada. Catat juga letak


dan ukuran pakaian bila ada tidaknya bercak/pengotoran atau robekan. Saku diperiksa dan dicatat isinya.
5.

Mencatat perhiasan mayat, meliputi jenis, bahan, warna, merek,


bentuk serta ukiran nama/inisial pada benda perhiasan tersebut.

6.

Mencatat benda di samping mayat.

7.

Mencatat perubahan tanatologi : i. Lebam mayat; letak/distribusi, warna, dan intensitas lebam. ii. Kaku mayat; distribusi, derajat kekakuan pada beberapa sendi, dan ada tidaknya spasme kadaverik. iii. Suhu tubuh mayat; memakai termometer rektal dan dicatat juga suhu ruangan pada saat tersebut. iv. Pembusukan v. Lain-lain; misalnya mumifikasi atau adiposera

8.

Mencatat identitas mayat, seperti jenis kelamin, bangsa/ras, perkiraan umur, warna kulit, status gizi, tinggi badan, berat badan, disirkumsisi/tidak,

striae albicantes pada dinding perut.


9.

Mencatat segala sesuatu yang dapat dipakai untuk penentuan identitas khusus, meliputi rajah/tatoo, jaringan parut, kapalan, kelainan kulit, anomali dan cacat pada tubuh.

10.

Memeriksa distribusi, warna, keadaan tumbuh, dan sifat dari rambut. Rambut kepala harus diperiksa, contoh rambut diperoleh dengan cara memotong dan mencabut sampai ke akarnya, paling sedikit dari 6 lokasi kulit kepala yang berbeda. Potongan rambut ini disimpan dalam

kantungan yang telah ditandai sesuai tempat pengambilannya


11.

Memeriksa mata, seperti apakah kelopak terbuka atau tertutup, tanda kekerasan, kelainan. Periksa selaput lendir kelopak mata dan bola mata,

warna, cari pembuluh darah yang melebar, bintik perdarahan, atau bercak
perdarahan. Kornea jernih/tidak, adanya kelainan fisiologik atau patologik. Catat keadaan dan warna iris serta kelainan lensa mata. Catat ukuran pupil, bandingkan kiri dan kanan.

12.

Mencatat bentuk dan kelainan/anomali pada daun telinga dan hidung.

13.

Memeriksa bibir, lidah, rongga mulut, dan gigi geligi. Catat gigi geligi
dengan lengkap, termasuk jumlah, hilang/patah/tambalan, gigi palsu, kelainan letak, pewarnaan, dan sebagainya.

14.

Bagian leher diperiksa jika ada memar, bekas pencekikan atau


pelebaran pembuluh darah. Kelenjar tiroid dan getah bening juga diperiksa secara menyeluruh.

15.

Pemeriksaan alat kelamin dan lubang pelepasan. Pada pria dicatat


kelainan bawaan yang ditemukan, keluarnya cairan, kelainan lainnya. Pada wanita dicatat keadaan selaput darah dan komisura posterior,

periksa sekret liang sanggama. Perhatikan bentuk lubang pelepasan,


perhatikan adanya luka, benda asing, darah dan lain-lain

16.

Perlu diperhatikan kemungkinan terdapatnya tanda

perbendungan, ikterus, sianosis, edema, bekas pengobatan,


bercak lumpur atau pengotoran lain pada tubuh.
17.

Bila terdapat tanda-tanda kekerasan/luka harus dicatat

lengkap.

Setiap luka pada tubuh harus diperinci dengan lengkap, yaitu perkiraan penyebab luka, lokasi, ukuran, dll.

Dalam luka diukur dan panjang luka diukur setelah kedua tepi
ditautkan.

Lokalisasi luka dilukis dengan mengambil beberapa patokan, antara

lain : garis tengah melalui tulang dada, garis tengah melalui tulang
belakang, garis mendatar melalui kedua puting susu, dan garis mendatar melalui pusat.

PEMERIKSAAN DALAM
Pemeriksaan dalam bisa dilakukan dengan :

Insisi I dimulai di bawah tulang rawan krikoid di garis tengah


sampai prosesus xifoideus kemudian 2 jari paramedian kiri dari puat sampai simfisis, dengan demikian tidak perlu melingkari pusat. Insisi Y, merupakan salah satu tehnik khusus otopsi dan akan dijelaskan kemudian. Insisi melalui lekukan suprastenal menuju simfisis pubis, lalu dari lekukan suprasternal ini dibuat sayatan melingkari bagian leher.

DASAR HUKUM
Pasal 133 KUHAP

Ayat 1:
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang

diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia


berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.

Ayat 2: Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam

ayat 1 dilakukan secara tertulis yang dalam surat itu


disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat. Ayat 3: Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan baik dengan

penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi


label yg memuat identitas mayat diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.

Pasal 134 KUHAP (1) Dalam hal sangat diperlukan di mana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban.

(2) Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan


sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut. (3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak yang perlu diberitahu tidak ditemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.

Pasal 179 KUHAP 1. Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter ahli lainnya wajib

memberikan keterangan ahli demi keadilan.


2. Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan keterangan ahli,

dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah


atau janji akan memberikan keterangan yang sebaikbaiknya dan yang sebenarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.

Aborsi & Pembunuhan anak sendiri

Definisi Abortus

Gugur kandungan/keguguran berakhirnya kehamilan sblm fetus dpt hidup sendiri di luar kandungan. Batas umur kandungan yg dpt diterima di dlm abortus: 28 minggu & BB fetus <1000 g

4 Macam Abortus

Natural/abortus spontan

Krn kelalaian dr mudigah/fetus, maupun adanya penyakit pd si ibu Krn si ibu terpukul, shock, rudapaksa lain pd daerah perut

Kecelakaan

Pengobatan (abortus therapeuticus)


Penghentian kehamilan dgn tujuan agar kesehatan si ibu baik agar nyawanya dpt diselamatkan Indikasi: kehamilan mengganggu kesehatan/ membahayakan nyawa si ibu

4 Macam Abortus

Kriminal (abortus criminalis)


Tindakan

abortus tanpa alasan medis yg dpt dipertanggungjawabkan/tanpa mempunyai arti medis yg bermakna

Metode Abortus Berdasarkan Usia Kehamilan

Umur kehamilan sampai 4 minggu


Kerja

fisik yg berat, kekerasan fisik pd daerah perut, meminum obat pencahar, dsb

Umur kehamilan sampai 8 minggu


Obat2an

yg merangsang kontraksi otot rahim & mengganggu keseimbangan hormonal Penyuntikan cairan/karbol ke dlm rahim mll vagina, memasukan benda2 asing ke dlm rahim (kateter jarum, kawat, pensil)

Metode Abortus Berdasarkan Usia Kehamilan

Umur kehamilan sampai akhir 12/16 minggu


Menusuk

kandungan Memasukan air sabun, pasta, karbol Menggunakan alat2 yg dpt melepaskan fetus dgn kuret

Komplikasi

Perdarahan hebat Kejang Infeksi Kematian


Tjd

dgn cepat krn tjd syok vagal, emboli udara, perdarahan Dpt jg tjd stlh 2 hari/lbh krn infeksi, kerusakan organ dalam, keracunan, perdarahan, shock

Penyidikan Kasus

Kematian mendadak/tdk diduga pd seorang wanita sehat dlm masa subur Adanya perdarahan dr vagina Kematian pd seorang wanita di tempat yg tdk seharusnya, mis: toilet Adanya barang bukti

Penyidikan Kasus

Pemeriksaan & interogasi kpd


Suami

korban/keluarga/kekasih korban Org yg diduga melakukan tindakan abortus pd korban Korban, bila masih hidup

Bukti yg Dibutuhkan

Adanya kehamilan Umur kehamilan Barang bukti Hubungan antara saat dilakukannya abortus dgn saat kematian korban Hubungan sebab-akibat antara abortus dgn kematian korban Alasan/motif utk melakukan abortus

Cakupan dlm KUHP

Pasal 303 & 306 ayat 2 hukuman bagi ibu yg membuang anaknya tdk berapa lama sesudah anak itu dilahirkan, krn takut akan diketahui bahwa ia melahirkan anak & sbg akibat dr perbuatannya itu anak tsb mati Pasal 341 hukuman bagi ibu yg krn takut akan diketahui bahwa ia melahirkan anak, dgn sengaja menghilangkan nyawa anak tsb ketika anak itu dilahirkan/tdk lama sesudah dilahirkan Pasal 342 hukuman bagi ibu yg melakukan spt pasal 341, dimana tindakan tsb direncanakan

Fungsi Ilmu Kedokteran Forensik


Memberi kejelasan mengenai: Memang benar korban (anak) itu baru dilahirkan/tdk lama sesudah dilahirkan Sebab kematian korban Apakah anak yg dilahirkan itu cukup bulan dlm kandungan & bukan anak prematur Apakah anak yg dilahirkan itu dpt hidup tanpa memerlukan perawatan yg khusus

Patokan Baru Dilahirkan

Tdk tdpt tanda2 perawatan:


Tubuh

korban masih berlumuran darah Tali pusat belum dirawat Ada lemak bayi yg jelas pd lipat leher, ketiak, lipat paha Px mikroskopis dr tali pusat: sel radang (6 8 jam stlh dilahirkan)

Patokan Lahir Hidup

Perangai paru2

Makroskopik:

Paru2 tampak mengembang & menutupi kandung jantung Tepi tumpul Warnanya merah ungu dgn gambaran mozaik Lebih berat (1/35 BB) Pd perabaan tdpt krepitasi Bila dimasukan dlm air akan mengapung Bila diiris & dipijat banyak mengeluarkan darah & busa

Mikroskopik: pengembangan alveoli

Patokan Cukup Bulan

Perkiraan umur bayi berdasarkan pusat2 penulangan:


Umur

28 minggu: pusat penulangan pd talus & calcaneus Umur 36 minggu: penulangan pd distal femur (paling bermakna), cuboideum, cuneiforme, kadang pd proksimal tibia

Metoda Pembunuhan Anak

Mati lemas (plg sering): pencekikan, penyeratan, pembekapan, menyumpal mulut dgn benda Memukul, menusuk, memotong, menggorok

Px pd Tersangka Pelaku Pembunuhan Anak

Apakah benar si ibu baru melahirkan anak?


Keadaan

buah dada, rahim yg masih membesar, lochia, tanda2 nifas Px gol darah ibu, suami/pasangan, & korban

Barang bukti
Pembungkus

mayat, kain yg berlumuran darah, alat penyeret, dsb

KEMATIAN AKIBAT ASFIKSIA MEKANIK

ETIOLOGI :
1. alamiah : - penyakit sal nafas. 2. mekanik : - trauma - sumbatan sal. nafas. 3. keracunan : - Depresi SSP

FASE PADA ASFIKSI :


1. DYSPNOE 2. KONVULSI 3. APNOE / AKHIR

TANDA-TANDA ASFIKSI PADA JENASAH :


1. cyanosis. 2. lebam mayat :
lebih gelap lebih luas lebih cepat terbentuk.

4. pelebaran pembuluh darah

3. busah halus : - depan hidung mulut - saluran nafas

bintik2 perdarahan/tardieu spot/petechiael hemorrhage.

5. perbendungan / kongesti. 6. oedem pulmoner. 7. darah lebih encer 8 gelap.

ASFIKSIA MEKANIK
1. pembekapan/smothering. 2. gagging & choking. 3. pencekikan. 4. penjeratan / strangulasi. 5. gantung / hanging. 6. traumatic asfiksia.

PEMBEKAPAN

tanda2 kekerasan tergantung : -- jenis benda & kekuatan. luka lecet gores/tekan-kuku : -- di hidung, pipi, bibir, dagu. luka memar : -- belakang kepala, gusi, dlm bibir, lidah.

Penyebab : 1. suicide smothering : - mental psychosis 2. accidental smothering : - overlying baby , gempa bumi 2. homicidal smothering : - bayi p.a.s. - tua, sakit, pengaruh alkohol

GAGGING & CHOKING

sumbatan /benda di sal. nafas gagging oropharynx. choking laryngopharynx. sebab kematian : 1. asfiksia. 2. vagal reflex.

PENCEKIKAN

luka lecet kecil2 bentuk bulan sabit di leher kuku. luka memar kulit/otot leher patah tulang lidah patah tulang rawan gondok perbendungan muka/kepala. asfiksia / vagal reflex.

PENJERATAN /STRANGULASI

jerat jejas jerat/simpul jejas = luka lecet tekan 1. mendatar ,seluruh leher 2. dibawah rawan gondok. 3. simpul mati. jejas jerat tali penjerat

halus, lebar. lunak tidak jelas

keras, kecil, kasar jelas

asfiksia / vagal reflex. perbendungan muka jelas. resapan darah subcutis/otot - leher dibwh. jejas. jejas post mortal tidak jelas

GANTUNG / HANGING

jejas jerat ; 1. mengarah keatas ke simpul. menghilang pada b.rambut. 2. diatas rawan gondok. 3. simpul hidup. lebam mayat pd ujung ext. dan --genitalia externa.

posisi gantung : 1. komplit hanging 2. inkomplit hanging ; a. duduk/ berlutut b. berbaring terlungkup. letak simpul : 1. typical hanging: blk kepala 2. atypical hanging : - samping leher kiri,kanan

SEBAB KEMATIAN (GANTUNG)


1. asfiksia. 2. anoksia jaringan otak. jerat kecil&keras, letak simpul, posisi gantung 3. vagal reflex. 4. fraktur os cervical. --- kasus hukum gantung.

PEMBUNUHAN & BUNUH DIRI KASUS GANTUNG


1. alat penjerat : simpul,lilitan,arah. 2. korban : jejas dileher,perlawanan luka lain, jarak dg lantai. 3. t.k.p. : lokasi,kondisi,pakaian,surat

Gambaran Postmortem pada Asfiksia

Gambaran Postmortem pada Asfiksia

Kematian Mendadak

Banyak kematian dari kasus yg wajar terjadinya tak dpt diramalkan. Sering terjadi & didptkan pd orang yg sebelumnya tampak dlm keadaan sehat. Hasil otopsi di New York didptkan 2030 kasus kematian mendadak krn sebab wajar.

Sistem Kardiovascular Sistem pernapasan Sistem saraf Pencernaan & Urogenital Sebab lain

: 44,9% : 23,1% : 17,9% : 9,7% : 4,4%

DEFINISI
1.Kematian yg terjadi seketika (Instantaneus Death), misal: Pd orang sehat sedang bertamu, lalu tiba-tiba meninggal. 2.Kematian tak terduga (Unexpected Death), misal Pd orang sakit perut, dikira maag biasa & masih bekerja, lalu meninggal ditempat kerja. 3.Meninggal tanpa saksi (Unwitness), misal : orang hidup sendiri di sebuah rumah, esoknya meninggal di kamarnya. Kematian mendadak hrs dipikirkan kemungkinan penyakit, kekerasan, keracunan yg kadang sulit utk dibedakan.

TINDAKAN PADA KASUS KEMATIAN MENDADAK

Setiap kematian mendadak harus diperlakukan sebagai kematian yang tak wajar, sebelum dapat dibuktikan bahwa tidak ada bukti yg mendukungnya. Pemeriksaan kasus kematian mendadak perlu dengan beberapa alasan :

Menentukan adakah peran tindak kejahatan. Klaim asuransi Menentukan apakah kematian tersebut akibat penyakit, akibat industri/merupakan kecelakaan belaka. Adakah faktor keracunan Mendeteksi epidemiologi penyakit.

Kepentingan otopsi antara lain :


Dpt

menjelaskan sebab kematian Utk kepentingan umum, melindungi yg lain agar dpt terhindar dari penyebab kematian yg sama

Tindakan yg dilakukan pd kematian mendadak :


Semua

keterangan tentang korban dikumpulkan. Keadaan korban & sekitar korban saat kematian. Keadaan sebelum korban meninggal Bila sebab kematian tdk pasti, sarankan pada keluarga untuk lapor polisi. Dlm formulir B pd sebab kematian bila tidak tahu sebab kematiannya ditulis tdk tahu/mati mendadak. Buat preparat histologi & toksikologi Jangan menandatangani surat keterangan kematian tanpa memeriksa korban.

Dari hasil pemeriksaan kemungkinan : 1. Meninggal secara wajar & sebab kematian jelas. 2. Sebab kematian tidak jelas keluarga/dokter lapor polisi 3. Meninggal secara tidak wajar keluarga/dokter lapor polisi 4. Korban diduga mati secara wajar, tetapi ditemukan tanda kekerasan keluarga/dokter lapor polisi

SEBAB KEMATIAN MENDADAK


1.

Sistem kardiovaskular : 44,9 % Oklusi arteri koroner : Arteriosklerosis koroner Trombosis arteri koroner Emboli arteri koroner Stenosis ostium arteri koroner Lesi miokard, katup jantung, endokardium & pericardium : Miokarditis

Ruptur spontan dari infark miocard/aneurisma Hipertropi ventrikel kiri Endokarditis Perikarditis Lesi pd Aorta : Ruptur spontan aortaCoaretation aorta Aneurisma aorta Trombosis oklusi aorta

2. Sistem Pernapasan : 23,1 % - Asma Bronchial - Laringitis Difteri - Neoplasma - Lobar pneumoni - Tuberkulosis - Abses paru

3. Sistem saraf pusat : 17,9 % Perdarahan serebral spontan daerah basal ganglia Perdarahan spontan pons & serebelum akibat pecahnya aneurisma serebelar Perdarahan Subaraknoid spontan pecahnya aneurisma cabang sirkulasi Willisi

4. Sistem Pencernaan : 9,7 % - Karsinoma - Ulkus peptikum - Varises esophagus - Ruptur pd kehamilan ectopic - Pankreatitis akut - Kista ovarium - Hernia inkarserata dgn ruptur intestinal

5. Sistem Urogenital : - Kehamilan ekstra uterin ruptur - Miofibroma subserosa, abortus - Toksemia gravidarum - Nefritis, nefrolitiasis - Peritonitis 6. Sebab lain : - Penyakit Adisons - Kelainan darah hemofilia - Kelainan Metabolic DM - Status Limphatikus

Toksikologi Forensik

Gambaran klinis Pupil pinpoint, frek napas turun Dilatasi pupil, laju napas turun Dilatasi pupil, takikardia Sianosis Hipersalivasi Nistagmus, ataksia, tanda serebelar Gejala ekstrapiramidal Seizures

Kemungkinan etiologi Opioid, inhibitor kolinesterase(organofosfat, carbamate insektisida), klonidin, fenotiazin Benzodiazepin Antidepresan trisiklik, amfetamin, ekstasi, kokain, antikolinergik, antihistamin Obat depresan SSP, bahan penyebab metHb Organofosfat/ karbamat, insektisida Antikonvulsan(fenitoin, CMZ), alkohol Fenotiazin, haloperidol, metoklopramid Antidepresan trisiklik, antikonvulsan, teofilin, antihistamin, OAINS, fenotiazin, isoniazid

Hipertermia Hipertermia, hipertensi, takikardi,agitasi Bradikardia

Litium, antidepresan trisiklik, antihistamin Amfetamin, ekstasi kokain Betablocker, digoksin, opioid, klonidin, antagonis kalsium(kec dihidropiridin, organofosfat insektisida)
Withdrawal alkohol, opiat, benzodiazepin

Hipertermia, takikardi, asidosis metabolik salisilat

Abdominal cramp, diare, takikardi, halusinasi

Tes Warna Narkotika


Froehde Opium Morfin Heroin Dilaudid Biru-ungu Biru-ungu Biru-ungu Biru-ungu Marquis Merah-ungu Merah-ungu Merah-ungu Merah-ungu (lambat) Merah-ungu Merah-ungu (lambat) Oranye-lemah Merah-ungu UnguMerahOranye As.nitrat Merah-oranye Merah-oranye Hijau Merah-oranye Ferrikhlorida Biru-hijau Biru-hijau O Biru-hijau

Kodein
Dikodid Pethidin Apomorfin Papaverin

Olive hijau
Khaki-hijau O Hijau Ungukuning-O

Merah-oranye (lemah) Kuning (lambat)


UnguMerah-oranye kuning

O
O Merah-orange O

Pembuatan reagensia Froehde : 2 1/2g ammonium molybdate dalam 25mL asam sulfat pekat Marquis : 40tetes formaldehyde 40% dalam 60mL asam sulfat pekat As-nitrat : asam nitrat pekat : Ferrikhlorida dalam air

Tes Mikrokristal Narkotika


Narkotika Reagensia (dilarutkan dalam 100mL air) Kalium tri-iodide (2gl 4gK1) Merkuri khlorida Platinum khlorida (5g) Kalium cadmium iodida (1g cadmium iodide 2gK1) Asam pikrat pekat Tipe kristal Kepekaan (mikrogram) 0,1 0,1 0,25 0,01

Morfin Heroin Kodein

Plates Fine dendrites Rosettes Gelatinous resettes Feathery rosettes

Pethidin

0,1

Cara mengerjakan : 1 tetes larutan narkotika reagensia dan kemudian kristal yg terbentuk dilihat dibawah mikroskop

LO 4
Kewajiban dokter dalam proses peradilan

Peran Dokter di Pengadilan

HAKIM pemeriksa sidang alat bukti Dokter pembuat Visum Perlu kerja sama Jawaban sebagai fakta hukum Kesimpulan yg didapat sebagai dasar keputusan

Pembuktian Perkara Pidana


Fungsi Hukum Acara Pidana : Mencari dan menemukan kebenaran Pemberian keputusan oleh hakim Pelaksanaan keputusan

Salah satu cara pembuktiannya : bantuan dokter sebagai saksi (ahli) di pengadilan

KETERANGAN AHLI
Pasal 1 angka 28 KUHAP berbunyi :

Keterangan ahli yang diberikan oleh seseorang yang memiliki keahlian khusus hal yang diperlukan untuk membuat tentang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan

KETERANGAN AHLI
Syarat sahnya keterangan ahli, yaitu : Keterangan diberikan kepada ahli Memiliki keahlian khusus dalam bidang tertentu Menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya Diberikan dibawah sumpah

Dari segi subyeknya

Keterangan Ahli Tidak semua orang dapat memberikan keterangan, hanya orang-orang tertentu yang dapat memberikan keterangan yaitu bagi mereka yang memiliki pengetahuan khusus tentang masalah yang dihadapinya Hanya merupakan pendapat seorang ahli tentang suatu masalah yang ditanyakan

Keterangan Saksi Diberikan kepada setiap orang, tidak terbatas pada siapapun yang penting ia melihat, mengetahui dan mengalami sendiri tentang kejahatan yang diperiksa

Dari segi keterangannya

Yang disampaikan adalah peristiwa dan kejadian yang berhubungan langsung dengan kejahatan yang terjadi

Dari segi sumpah

Saya bersumpah bahwa akan memberikan keterangan yang sebenarnya tidak lain dari yang sebenarnya

Saya bersumpah akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya tidak lain daripada yang sebaikbaiknya

DOKTER SEBAGAI SAKSI AHLI


Tugas pokok hukum acara pidana adalah menentukan kebenaran materiil Keterangan saksi diberikan berdasarkan pada hal yang dilihat, didengar atau dialami sendiri Keterangan seorang ahli adalah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan

Pasal 185 KUHAP mengatur :


Keterangan saksi ialah apa yang saksi nyatakan di sidang Pengadilan Keterangan seorang saksi dapat dijadikan alat bukti apabila disertai alat bukti sah lainnya Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri dapat dipergunakan sebagai alat bukti apabila keterangan tersebut saling berhubungas Syarat bagi hakim dalam memberikan penilaian atas keterangan saksi Keterangan saksi yang tidak disumpah dapat dipergunakan sebagai tambahan alat bukti yang sah apabila keterangan saksi tersebut sesuai dengan keterangan saksi yang disumpah.

DOKTER SEBAGAI SAKSI AHLI


Dokter sebagai saksi ahli memberikan keterangan tentang teori/ hipotesa Dokter sebagai saksi ahli memberikan keterangan tentang suatu obyek;
1. Obyek terdakwa 2. Obyek korban 3. Obyek lain (bercak darah, bercak mani, dsb)

KEWAJIBAN DOKTER SEBAGAI SAKSI AHLI

Wajib memberikan keterangan ahli


Pasal 120 KUHAP

Pasal 179 ayat (1) KUHAP

Wajib mengucapkan sumpah atau janji

KENDALA DOKTER DI PERSIDANGAN


Keterbatasan fasilitas Kurangnya koordinasi antara penyidik dan dokter Keberatan dari pihak keluarga korban Identifikasi pada korban yang tidak dikenal

JENIS BANTUAN AHLI

Membuat terang suatu perkara pidana, mengumpulkan bukti-bukti yang memerlukan keahlian khusus. Memberikan petunjuk yang lebih kuat mengenai pelaku tindak pidana. Membantu hakim dalam menjatuhkan putusan dengan tepat terhadap perkara yang diperiksanya.

ALASAN SAH TIDAK MENJADI SAKSI AHLI

Keluarga sedarah dalam garis lurus keatas /kebawah sampai hubungan der. ketiga dari terdakwa / yg bersama-sama sebagai terdakwa.
Saudara

dari terdakwa / yg bersama-sama sebagai terdakwa, saudara ibu atau bapak, juga mereka yg mempunyai hubungan k/ perkawinan dan anak-anak saudara terdakwa sampai derajat ketiga. Suami / istri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yg bersama-sama sebagai terdakwa.

Kesimpulan
Kami telah mempelajari : 1. Visum et Repertum 2. UU tentang pembunuhan dan aborsi pada anak sendiri 3. Pemeriksaan pada korban meninggal beserta teknik autopsi 4. Kewajiban dokter dalam membantu proses peradilan

You might also like