Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK VII
1. Paulo M.P. Harianja 2. Linceria Manurung 3. Simjoli Rivi Ricardo Cibro (11.032.111.006) (11.032.111.071) (11.032.111.112)
perubahan biaya variabel per unit, harga jual per unit, jumlah biaya
tetap per periode, volume penjualan, dan bauran penjualan akan mempengaruhi laba. Analisis biaya-volume-laba adalah pemeriksaan bagaimana jumlah pendapatan dan jumlah biaya berubah seiring dengan perubahan volume penjualan. Analisis biaya-volume-laba adalah instrumen yang lazim dipakai untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi manajemen untuk pengambilan keputusan.
2
Marjin kontribusi (contribution margin) adalah perbedaan antara harga jual per unit dan biaya variabel per unit. Istilah marjin kontribusi kerap pula digunakan untuk mengacu ke jumlah marjin kontribusi (total contribution margin) yang merupakan perbedaan antara jumlah penjualan dan jumlah biaya variabel. Marjin kontribusi dapat pula dinyatakan sebagai suatu persentase dari pendapatan penjualan. Rasio marjin kontribusi =
Marjin kontribusi
Penjualan
P.T. Istana Dewata Laporan Laba Rugi Kontribusi 31 Maret 2001 Per Unit Penjualan (800 VCD Player) Kurang: biaya variabel Rp 250.000 Rp 150.000 Jumlah Rp 200.000.000 Rp 120.000.000
Rp 100.000
Rp 80.000.000 Rp 70.000.000
Rp. 10.000.000
4
pendapatan dan jumlah biayanya sama; tidak terdapat laba maupun rugi bersih.
Laba bersih akan diperoleh bilamana volume penjualan berada di atas titik impas, sedangkan rugi bersih akan diderita bila volume penjualan berada di
Contoh:
250.000
150.000
Biaya tetap.............................................Rp 70.000.000 Titik impasnya dihitung sebagai berikut: Penjualan = Biaya variabel + Biaya tetap + Laba bersih 250.000P = 150.000P + 70.000.000 + 0 100.000P = 70.000.000
Contoh: (P.T. Istana Dewata), Harga jual per unitRp Kurang: biaya variabel per unitRp Marjin kontribusi per unit....Rp
40%
Biaya tetap...........................................Rp 70.000.000 Titik impas = (Biaya tetap/Marjin kontribusi per unit) = (Rp 70.000.000/Rp 100.000) = 700 unit atau,
300
250
200
150
100
Dalam penentuan titik impas melalui grafik biaya, laba ditunjukkan oleh perbedaan
antara jumlah pendapatan dan jumlah biaya. Grafik laba (profit graph) hanya
menggambarkan laba dan rugi serta menghilangkan garis-garis biaya dan pendapatan. Dengan data dari P.T Istana Dewata, garis laba digambarkan dengan cara berikut: Mencari kerugian atas penjualan sebesar nol. Kerugian ini adalah besarnya biaya tetap Rp 70.000.000, yang lalu dipatok pada sumbu vertikal. Mencari laba atau kerugian pada volume penjualan lainnya. Sebagai contoh, pada penjualan 700 unit VCD player, labanya adalah nol (Rp 175.000.000 (Rp
100
Laba
80
60
40
20
0 1 -20 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
-40
Garis Impas
Rugi
-60
-80
yang dianggarkan di atas volume penjualan impas. Marjin pengaman penjualan ini
menentukan seberapa banyak penjualan boleh turun sebelum perusahaan menderita kerugian. Marjin pengaman penjualan dipandang sebagai ukuran kasar resiko. Selalu terdapat kejadian-kejadian, yang tidak diketahui ketika rencana disusun yang dapat menurunkan pejualan di bawah tingkat yang diharapkan sebelumnya. Marjin pengaman penjualan = Penjualan dianggarkan Penjualan impas
atau,
Marjin pengaman penjualan dalam rupiah Persentase marjin pengaman penjualan = Penjualan
11
P.T. Pralaya Jumlah Penjualan Kurang: biaya variabel Marjin kontribusi Kurang: biaya tetap Laba bersih Titik impas: Rp 120.000 : 25% Rp 270.000 : 50% Rp 600.000 Rp 450.000 Rp 150.000 Rp 120.000 Rp 30.000 Persen 100 75 25
P.T. Bratayuda Jumlah Rp 600.000 Rp 300.000 Rp 300.000 Rp 270.000 Rp 30.000 Persen 100 50 50
Rp 480.000 Rp 540.000
Marjin pengaman penjualan dalam rupiah (Jumlah penjualan Penjualan impas) Rp 600.000 Rp 480.000 Rp 600.000 Rp 540.000
Marjin pengaman penjualan dalam persentase Rp 120.000 + Rp 600.000 Rp 60.000 + Rp 600.000
Rp 120.000 Rp 60.000
20% 10%
12
Tuasan operasi (Operating leverage) adalah tingkat pengeluaran biaya tetap di dalam sebuah perusahaan. Tuasan operasi mengacu kepada kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kenaikan laba bersih manakala volume penjualan melonjak. Karena perbedaan antara marjin kontribusi dan laba operasi adalah biaya tetap, maka perusahaan dengan biaya tetap yang tinggi umumnya akan mempunyai tuasan operasi yang tinggi pula. Apabila perusahaan mempunyai operating leverage yang terbilang tinggi, maka keuntungannya akan sangat peka terhadap
perubahan penjualan. Persentase kenaikan (atau penurunan) yang kecil dalam penjualan dapat
mengakibatkan persentase kenaikan (atau penurunan) yang besar dalam keuntungan yang diraih. P.T. Badai Gurun
Jumlah Persen
Rp 400.000 Rp 240.000
Rp 160.000 Rp 120.000
100 60
40
Rp 400.000 Rp 120.000
Rp 280.000 Rp 240.000
100 30
70
Laba bersih
Rp 40.000
Rp 40.000
13
Dari tabel sebelumnya, perusahaan Gelora Samudra mempunyai proporsi biaya tetap yang
lebih tinggi dari segi biaya variabelnya dibandingkan P.T. Badai Gurun, kendatipun jumlah biaya
pada masing-masing kedua perusahaan tersebut (yakni Rp 360.000) sama pada tingkat penjualan Rp 400.000. Namun, apabila penjualan pada masing-masing perusahaan dinaikkan sebesar 10% (dari Rp 400.000 menjadi Rp 440.000), maka laba bersih P.T. Gelora Samudra melonjak sebesar
70% (dari Rp 40.000 menjadi Rp 68.000), sedangkan P.T. Badai Gurun mengalami kenaikan laba
bersih hanya sebesar 40% (dari Rp 40.000 menjadi Rp 56.000). P.T. Badai Gurun
Jumlah
Penjualan Kurang: biaya variabel Marjin kontribusi Kurang: biaya tetap Laba bersih Rp 440.000 Rp 264.000 Rp 176.000 Rp 120.000 Rp 56.000
Persen
100 60 40
Persen
100 30 70
Kadar/faktor tuasan operasi (degree of operating leverage) yang terdapat dalam perusahaan
Faktor tuasan operasi (degree of operating leverage) di P.T. Badai Gurun dan P.T. Gelora Samudra pada tingkat penjualan Rp 400.000 adalah:
Rp 160.000 Rp 40.000
Rp 280.000 Rp 40.000
Dengan membaca faktor tuasan operasi di atas, apabila penjualan meningkat sebesar 10%, maka laba bersih P.T. Badai Gurun akan melonjak sebesar 4 kali lipat (atau 40%), dan laba bersih
15
Laba Sasaran
250.000
150.000 -- Biaya variabel.................Rp
-- Biaya tetap......................Rp 75.000.000 Apabila P.T. Istana Dewata menargetkan laba tahunan sebesar 20%,, hal ini berarti bahwa P.T.
Istana Dewata mempunyai laba sasaran Rp 24.000.000 (20% x Rp 120.000.000). Maka untuk
memperoleh laba tersebut jumlah unit VCD player yang harus dijual adalah sebagai berikut: Penjualan = Biaya variabel + Biaya tetap + Laba bersih Rp 250.000X = Rp 150.000X + Rp 70.000.000 + Rp 24.000.000 Rp 100.000X = Rp 94.000.000
X = 940 unit (X adalah jumlah unit VCD player yang harus dijual)
Laba sasaran dapat dicari dengan menggunakan marjin kontribusi per unit, dengan rumus berikut: Biaya tetap + Laba sasaran Marjin kontribusi per unit
Volume penjualan =
16
penurunan harga jual per unit akan menaikkan titik impas penjualan. Dengan memakai analisis biaya-volume-laba, manajer dapat menentukan besarnya volume penjualan yang mesti berubah setelah melakukan perubahan harga supaya dapat mencapai laba sasaran yang ditetapkan. Contoh: Misalkan P.T. Istana Dewata mempertimbangkan kenaikan harga sebesar Rp 40.000 per unit. Berapakah banyaknya unit VCD player yang harus dijual pada harga baru tersebut agar mencapai titik impas? Dan berapa pula yang harus dijual untuk memperoleh laba Rp 24.000.000? Tingkattingkat penjualan dapat dicari sebagai berikut:
17
18
penurunan biaya variabel akan menurunkan titik impas penjualan. Untuk memprediksi imbas perubahan biaya variabel ini, manajer dapat memakai analisis biaya-volume-laba untuk menentukan besarnya volume penjualan yang mesti berubah supaya dapat mencapai laba sasaran yang ditetapkan. Contoh: Diasumsikan P.T. Istana Dewata berpeluang untuk memotong biaya variabel sebesar Rp 10.000 per unit karena membeli dalam partai besar. Laba sasaran diasumsikan tidak berubah, tetap sebesar Rp 24.000.000. Berapakah banyaknya VCD player yang harus dijual oleh P.T. Istana Dewata untuk mencapai titik impas? Dan berapa pula yang harus dijual untuk meraup laba Rp 24.000.000? Tingkat-tingkat
= = =
20
21
22
unit VCD player yang harus dijual P.T Istana Dewata untuk mencapai titik impas? Dan
berapa pula yang harus dijual agar meraup laba Rp 24.000.000? Tingkat-tingkat penjualan tersebut dapat dicari sebagai berikut:
23
Rp 70.000.000 Rp 24.000.000
Rp 70.000.000 Rp 100.000 700 unit Rp 94.000.000 Rp 100.000 940 unit
Naik
Rp 72.000.000 Rp 24.000.000
= Rp 72.000.000 Rp 140.000 514 unit Rp 96.000.000 Rp 140.000 686 unit
Turun
= = =
24
Sebagian besar perusahaan pada umumnya menjual lebih dari satu lini produk pada bermacam-macam harga jual. Selain itu, produk-produk yang dijual sering pula mempunyai biaya-biaya variabel per unit yang berlainan. Harga jual dan biaya variabel yang berlainan di antara lini produk tersebut akan membuat lini-lini produk yang ada mempunyai marjin kontribusi yang berbeda-beda pula.
Analisis bauran penjualan (sales mix analysis) melibatkan penentuan kombinasi paling menguntungkan dari penjualan produk pada saat perusahaan menjual lebih dari satu lini produk.Yang sangat terkait dengan analisis bauran penjualan adalah kajian profitabilitas lini produk yang dirancang untuk mencari produk-produk mana yang merugikan perusahaan. Contoh: P.T. Pedang Menoreh mempunyai dua lini produk: lini produk AS800 dan lini produk IBX005. Untuk tahun 2001, penjualan, biaya, dan titik impas perusahaan tampak pada Tabel 1, dan untuk tahun 2002 tampak pada Tabel 2
25
P.T. Pedang Menoreh Data Penjualan Tahun 2001 Produk AS800 Produk IBX005 Jumlah
Jumlah
Penjualan (-) Biaya variabel Marjin kontribusi (-) Biaya tetap Laba bersih Rp 800.000 Rp 600.000 Rp 200.000
%
100 75 25
Jumlah
Rp 3.200.000 Rp 1.600.000 Rp 1.600.000
%
100 50 50
Jumlah
Rp 4.000.000 Rp 2.200.000 Rp 1.800.000 Rp 1.080.000 Rp 720.000
%
100 55 45
Komputasi titik impas: Biaya tetap Rp 1.080.000 Rasio marjin kontribusi 45% = Rp 2.400.000
26
P.T. Pedang Menoreh Data Penjualan Tahun 2002 Produk AS800 Produk IBX005 Jumlah
Jumlah
Penjualan (-) Biaya variabel Marjin kontribusi (-) Biaya tetap Laba bersih Rp 3.200.000 Rp 2.400.000 Rp 800.000
%
100 75 25
Jumlah
Rp 800.000 Rp 400.000 Rp 400.000
%
100 50 50
Jumlah
Rp 4.000.000 Rp 2.800.000 Rp 1.200.000 Rp 1.080.000 Rp 120.000
%
100 70 30
TABEL 2. Analisis Titik Impas pada Multiproduk: Terdapat Pergeseran Bauran Penjualan
Komputasi titik impas: Biaya tetap Rp 1.080.000 Rasio marjin kontribusi 30% = Rp 3.600.000
27
Pada Tabel 1, titik impas ada pada penjualan sebesar Rp 2.400.000, diperoleh dengan membagi biaya tetap Rp 1.080.000 dengan rasio marjin kontribusi 45%. Namun penjualan sebesar Rp 2.400.000 ini menunjukkan titik impas hanya sebatas bauran penjualan tidak berubah. Apabila bauran penjualan berubah, titik impas penjualan juga akan berubah. Hal ini dapat diilustrasikan dengan menganggap bahwa pada tahun 2002 terjadi pergeseran dari lini produk IBX005 yang menguntungkan (dengan rasio marjin kontribusi 50%) menuju lini produk AS800 yang kurang
menguntungkan (dengan rasio marjin kontribusi hanya 25%). Data penjualan untuk tahun 2002
seperti tersaji pada Tabel 2 Walaupun penjualan tidak mengalami perubahan (tetap pada Rp 4.000.000), bauran penjualan mengalami perubahan yang berlawanan dengan apa yang tersaji pada Tabel 1. Penjualan yang jumlahnya besar kini berasal dari lini produk AS800. Pergeseran bauran penjualan ini telah menyebabkan rasio marjin kontribusi dan jumlah laba merosot tajam dari tahun sebelumnya. Rasio marjin kontribusi merosot dari 45% pada tahun 2001 menjadi 30% pada 2002, sedangkan laba bersih merosot tajam dari Rp 720.000 pada tahun 2001 menjadi Rp 120.000 pada 2002. Titik impas penjualan mengalami peningkatan dari Rp 2.400.000 pada tahun 2001 menjadi
produk (product costs), tidak peduli apakah biaya tersebut bersifat variabel ataukah tetap. Oleh karena itu, penentuan harga pokok penuh mengalokasikan suatu bagian dari biaya overhead pabrikasi tetap maupun variabel kepada setiap unit produk. Dengan demikian, biaya satuan produk dengan metode penentuan biaya pokok penuh ini terdiri atas biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung,
Biaya produk
Biaya produk
Biaya periode
Klasifikasi Biaya-Penentuan Biaya Pokok Penuh dan Penentuan Biaya Pokok Variabel
29
Variable costing kadangkala disebut juga direct costing (penentuan biaya pokok
langsung) atau marginal costing (penentuan biaya pokok marjinal). Dalam metode penentuan biaya pokok variabel (variable costing), hanya biayabiaya produksi variabel saja yang dimasukkan dalam persediaan dan biaya pokok
penjualan. Ketika tingkat aktivitas diukur dalam unit-unit produk yang dihasilkan,
maka biaya-biaya variabel biasanya terdiri atas bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrikasi variabel. Biaya overhead pabrikasi tetap tidaklah diperlakukan sebagai biaya produk. Biaya overhead pabrikasi tetap diperlakukan
sebagai biaya periode, seperti halnya biaya penjualan dan administratif, dan dibebankan
seluruhnya terhadap pendapatan dalam periode tersebut. Metode ini menghilangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan biaya satuan yang berubah secara berlawanan dengan volume produksi karena biaya overhead
Semua biaya, dianalisis secara cermat guna menentukan mana yang berperilaku variabel
dan mana yang berperilaku tetap. Biaya pabrikasi variabel, dibebankan sebagai biaya produk. Oleh karena itu, persediaan
barang dalam proses, persediaan barang jadi, dan biaya pokok penjualan dibiayakan dengan
berdasarkan pada biaya-biaya pabrikasi yang bervariasi sejalan dengan tingkat produksi.
Semua biaya overhead pabrikasi tetap serta beban penjualan dan administratif
diperlakukan sebagai biaya periode dan dibebankan ke laporan laba rugi pada saat dikeluarkan. Kendatipun demikian, beban penjualan dan administratif variabel dipisahkan
dari beban penjualan dan administratif tetap tatkala disajikan pada laporan laba rugi. Beban
penjualan dan administratif variabel serta biaya pabrikasi variabel dikurangkan dari pendapatan penjualan guna menentukan marjin kontribusi pada periode berjalan. Sebaliknya, beban penjualan dan administratif tetap serta biaya overhead pabrikasi tetap dikurangkan
dari marjin kontribusi guna menentukan laba bersih selama periode berjalan.
31
Contoh:
P.T. Kincir Khayangan memproduksi sebuah lini produk kanvas rem motor. Selama
tahun 2001, perusahaan memproduksi 100.000 unit kanvas dan menjual sebanyak 75.000 unit kanvas dengan harga Rp 27.000 per unitnya. Biaya-biaya selama tahun berjalan adalah sebagai berikut:
2.400
2.600
Tetap.............................................................................. Rp 160.000.000
33
P.T. Kincir Khayangan Laporan Laba Rugi (Variable Costing) 31 Desember 2001
Pendapatan penjualan (Rp 27.000 x 75.000) Dikurangi biaya variabel Biaya pabrikasi variabel (Rp 10.400 x 75.000) Beban pemasaran dan administratif Rp 195.000.000 Rp 975.000.000 Rp 780.000.000 Rp 2.025.000.000
34
P.T. Kincir Khayangan Laporan Laba Rugi (Full Costing) 31 Desember 2001
Pendapatan penjualan (Rp 27.000 x 75.000) Dikurangi biaya pokok penjualan Biaya pabrikasi variabel (Rp 10.400 x 75.000) Biaya pabrikasi tetap (Rp 2.400 x 75.000) Laba kotor Dikurangi beban pemasaran dan administratif Variabel (Rp 2.600 x 75.000) Tetap Rp 2.025.000.000
Rp 780.000.000
Rp 180.000.000 Rp 960.000.000
Laba bersih
Rp
710.000.000
35
pendekatan variable costing dengan full costing. Perbedaan tersebut semata-mata disebabkan oleh perlakuan terhadap biaya pabrikasi tetap. Metode penentuan biaya pokok penuh memasukkan biaya-biaya tersebut ke dalam biaya persediaan, sedangkan metode penentuan biaya pokok variabel memperlakukan biaya tersebut sebagai beban yang akan dikenakan kepada periode pengeluaran. Dalam kondisi di mana biaya overhead pabrik tetap per unit produk sama dalam persediaan awal dan persediaan akhir, perbedaan laba bersih persis sama dengan perubahan persediaan dikali tarif overhead pabrikasi tetap per unit. Untuk P.T. Kincir Khayangan, perubahan persediaan tersebut adalah: Unit yang diproduksi...........................................100.000 unit Unit yang terjual.................................................. 75.000 unit Kenaikan persediaan..................................... 25.000 unit
36
Dengan memakai tarif overhead pabrikasi tetap Rp 2.400 per unit, perbedaan angka laba bersihnya adalah Rp 2.400 x 25.000 unit = Rp 60.000.000. Perbedaan tersebut selaras dengan perhitungan berikut: Laba bersih dengan full costing.................................................Rp 710.000.000 Laba bersih dengan variable costing.........................................Rp 650.000.000 Persediaan...........................................................................Rp 60.000.000
Ketika tarif overhead pabrikasi tetap berbeda dalam persediaan awal dan persediaan akhir, rekonsiliasi angka laba bersih dilakukan sebagai berikut:
Laba bersih dengan full costing + Overhead pabrikasi tetap dalam persediaan awal - Overhead pabrikasi variabel dalam persediaan akhir = Laba bersih dengan variable costing Contoh: Misalnya diasumsikan bahwa pada tahun 2002 P.T. Kincir Khayangan memproduksi 80.000 kanvas rem dan menjualnya sebanyak 100.000 unit. Anggaplah jumlah biaya tetap, biaya variabel per unit, dan harga jualnya sama seperti tahun 2011.Perusahaan ini memakai arus biaya FIFO. Akibatnya, tarif overhead pabrikasi tetap selama tahun 2002 adalah Rp 3.000 (Rp 240.000.000 : 80.000).
37
P.T. Kincir Khayangan Laporan Laba Rugi (Variable Costing) 31 Desember 2001
Pendapatan penjualan (Rp 27.000 x 100.000) Dikurangi biaya variabel Biaya pabrikasi variabel (Rp 10.400 x 100.000) Beban pemasaran dan administratif Rp 260.000.000 Rp 1.300.000.000 Rp 1.400.000.000 Rp 240.000.000 Rp 160.000.000 Rp 400.000.000 Rp 1.040.000.000 Rp 2.700.000.000
Rp 1.000.000.000
38
P.T. Kincir Khayangan Laporan Laba Rugi (Full Costing) 31 Desember 2001
Pendapatan penjualan (Rp 27.000 x 100.000) Dikurangi biaya pokok penjualan Biaya pabrikasi variabel (Rp 10.400 x 100.000) Biaya pabrikasi tetap [(Rp 2.400 x 25.000) + (Rp 3.000 x 75.000)] Laba kotor Dikurangi beban pemasaran dan administratif Variabel (Rp 2.600 x 100.000) Tetap Rp 2.700.000.000
Rp 1.040.000.000
Rp 285.000.000 Rp 1.325.000.000 Rp 1.375.000.000 Rp 260.000.000 Rp 160.000.000 Rp 420.000.000
Laba bersih
Rp
955.000.000
39
Laba bersih 2002 di antara kedua metode costing tersebut direkonsiliasikan dengan
40
41