You are on page 1of 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atau berkat, rahmat dan hidayah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan judul: gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang pentingnya asi eksklusif. Penulis proposal ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas yang di berikan kepada bapak dosen di sekolah tinggi ilmu kesehatan Avicenna kendari. Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan hingga penulisan proposal ini, tidak akan terlaksana dan berjalan dengan baik tanpa bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Ole karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak kamrin SKM. Sebagai dosen yang mengajari tentang metode penelitian, dan banyak meluangkan waktunya untuk memberikan materi- materi yang telah di ajarkan sehingga proposal ini dapat terselesaikan.

Kendari, april 2011 Penulis


DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................................ Kata Pengantar........................................................................................................... Daftar Isi.................................................................................................................... BAB I. PENDAHULUAN Latar belakang...................................................................................................... Rumusan masalah................................................................................................. Tujuan .................................................................................................................. Manfaat penelitian................................................................................................ BAB II. PEMBAHASAN A.Tinjauan umum Tentang Asi Ekslusif.................................................................... 2.1 Sejarah Asi Ekslusif.............................................................................................. 2.2 Landasan Teori...................................................................................................... 2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan................................................... 2.4 Pengertian/Definisi Asi eklusif.............................................................................. 2.5 Definisi para ahli.................................................................................................... 2.6 Keberhasilan Asi Ekslusif...................................................................................... 2.7 Komposisi Asi Sesuai Perkembangan Bayi.......................................................... B.Tinjauan umum Tentang Penatalaksanaan ............................................................. 3.1 Definisi................................................................................................................... 3.4 Tinjauan dan manfaat pemberian Asi................................................................... BAB III. METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan rancang pembangunan penelitian............................................................ 4.2 Variabel....................................................................................................................

i ii iii 1 3 3 4 5 5 6 9 10 11 12 13 24 24 25 30 30

1.1 1.2 1.3 1.4

4.3 Populasi.................................................................................................................... 4.4 Sampel...................................................................................................................... 4.5 Lokasi dan waktu penelitian..................................................................................... 4.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan data................................................................ 4.7 Teknik Analisis Data................................................................................................ 4.8 Etika Penelitian......................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA

32 32 32 33 34 35

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemberian air susu ibu (ASI) sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi. Oleh karena itu, pemberian ASI perlu mendapat perhatian para ibu dan tenaga kesehatan agar proses menyusui dapat terlaksana dengan benar (Afifah, 2007). Selain itu, pemberian ASI dapat menurunkan risiko kematian bayi (Nurmiati, 2008). Pemberian ASI eksklusif adalah langkah awal bagi bayi untuk tumbuh sehat dan terciptanya sumber daya manusia yang tangguh, karena bayi tidak saja akan lebih sehat & cerdas, tetapi juga akan memiliki emotional quotion (EQ) dan social quotion (SQ) yang lebih baik (Sentra Laktasi Indonesia, 2007). Berdasarkan laporan 500 penelitian, The Agency for Healthcare Research and Quality menyatakan bahwa pemberian ASI berhubungan dengan pengurangan resiko terhadap otitis media, diare, infeksi saluran pernafasan bawah, dan enterokolitis nekrotikans (Massachusetts Department of Public Health Bureau of Family Health and Nutrition, 2008). Namun pada kenyataannya, pengetahuan masyarakat tentang ASI eksklusif masih sangat kurang, misalnya ibu sering kali memberikan makanan padat kepada bayi yang baru berumur beberapa hari atau beberapa minggu seperti memberikan nasi yang dihaluskan atau pisang. Kadang- kadang ibu mengatakan air susunya tidak keluar atau keluarnya hanya sedikit pada harihari pertama kelahiran bayinya, kemudian membuang ASI-nya tersebut dan menggantikannya dengan madu, gula, mentega, air atau makanan lain. Di negara berkembang, lebih dari sepuluh juta balita meninggal dunia pertahun, 2/3 dari kematian tersebut terkait dengan masalah gizi yang sebenarnya dapat dihindarkan. Penelitian di 42 negara berkembang menunjukkan bahwa pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan merupakan intervensi kesehatan masyarakat yang mempunyai dampak positif terbesar untuk menurunkan angka kematian balita, yaitu sekitar 13%. Pemberian makanan pendamping ASI yang benar dapat menurunkan angka kematian balita sebesar 6%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, perilaku memberikan ASI secara eksklusif pada bayi sejak lahir hingga usia 6 bulan dapat menurunkan angka kematian 30.000 bayi di Indonesia tiap tahunnya (Sentra Laktasi Indonesia, 2007). Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2003, hanya 3, 7 % bayi yang memperoleh ASI pada hari pertama, sedangkan pemberian ASI pada usia 2 bulan pertama 64%, yang kemudian menurun pada periode berikutnya umur 3 bulan 45,5 %, pada usia 4-5 bulan 13,9% dan umur 6-7 bulan 7,8 %. Sementara itu ada peningkatan penggunaan pengganti air susu ibu (PASI) yang biasa disebut formula atau susu formula tiga kali lipat dalam kurun waktu 1997 dari 10,8% menjadi 32,4 %

pada tahun 2002, hali ini mungkin diakibatkan kurangnya pemahaman, dukungan keluarga dan lingkungan akan pemberian ASI secara eksklusif (Tjipta, 2009).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Pasca Melahirkan Terhadap Pentingnya Pemberian ASI Eksklusif di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010, sehingga nantinya dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan penyuluhan kepada ibu ibu hamil mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi. 1.2 Rumusan masalah
Dari latar belakang di atas maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran tingkat pengetahuan ibu pasca melahirkan terhadap pentingnya pemberian ASI eksklusif di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010.
1.3 Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu-ibu pasca melahirkan terhadap pentingnya pemberian ASI eksklusif di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan tujuan penelitian ini antara lain: 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan terhadap pentingnya ASI eksklusif berdasarkan karakteristik umur ibu-ibu pasca melahirkan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010. 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan terhadap pentingnya ASI eksklusif berdasarkan karakteristik jenjang pendidikan ibu-ibu pasca melahirkan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010. 3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan terhadap pentingnya ASI eksklusif berdasarkan karakteristik jumlah anak ibu-ibu pasca melahirkan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk: 1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan memberikan informasi bagaimana gambaran tingkat pengetahuan ibu terhadap pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi.

2. Manfaat penelitian ini bagi masyarakat, ibu ibu pasca melahirkan sebagai responden, diharapkan dapat memperluas pengetahuan terhadap pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi dan sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan. pengetahuan

ibu terhadap pentingya pemberian ASI eksklusif pada bayi.

3. Bahan masukan dan evaluasi pertimbangan bagi RSUP H. Adam Malik Medan dalam menyusun kebijakan pada masa mendatang dalam upaya meningkatkan upaya pemberian ASI eksklusif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan umum tentang asi eksklusif 1.Sejarah asi eksklusif
Bangga rasanya bergabung dengan ibu-ibu Indonesia lainnya untuk memperjuangkan agar bayi mendapat ASI eksklusif dalam 6 bulan pertama kehidupannya. Ternyata jadi ibu ASIX itu tidak gampang! Yang pertama jadi kendala adalah apabila kita hidup di lingkungan kuno yang memegang teguh tradisi sehingga pemberian ASIX 6 bulan dirasa menyalahi tradisi tadi. Yang kedua adalah apabila kita tidak bisa 24 jam menjaga dan mengawasi bayi kita sehinga kita harus menyerahkannya pada pola pengasuhan yang berbeda dengan pola pengasuhan kita Karena kendala-kendala itulah para ibu yang berusaha agar bayinya hanya mendapat ASI selama 6 bulan pertama hidupnya disebut Pejuang Asinya. Sehingga para ibu berjuang agar supaya tidak memberikan tambahan makanan sebelum 6 bulan, agar supaya dapat memberikan asi eksklusif yang sempurna tanpa tambahan makanan karena dengan asi eksklusif dapat memperkuat otak pada bayi dan lebih penting dari pada susu formula lainnya.

2.landasan teori Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek inilah yang akan menentukan sikap seseorang terhadap suatu objek, semakin banyak aspek positif dari suatu objek diketahui oleh seseorang, maka semakin positif juga sikap seseorang terhadap objek tersebut (Notoatmodjo,2003). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk tindakan seseorang/perilaku (overt behavior). Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa

perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru, seseorang harus terlebih dahulu tahu apa arti dan manfaat perilaku tersebut bagi dirinya, dan di dalam diri orang tersebut akan terjadi suatu proses yang berurutan yaitu : a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui lebih dahulu terhadap stimulus (obyek). b. Interest (tertarik), yakni seseorang mulai tertarik kepada stimulus yang diinderanya. Pada tahap ini sikap subjek sudah mulai timbul. c. Evaluation (menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya).Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial (mencoba), dimana subyek mulai mencoba berperilaku atau melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. e. Adoption (menerima), dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Namun demikian dari penelitian selanjutnya Roger menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut di atas. 1.Tingkatan Pengetahuan Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif terdiri dari 6 tingkatanyaitu : a.Tahu(know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendifinisikan, menyatakan dan sebagainya. b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelas kan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukumhukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja : seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. e. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagianbagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu obyek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang telah ada (Notoatmodjo,2005). 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu: a. Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup (Notoatmodjo, 2006). Pendidikan mempengaruhi proses belajar dimana makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa, semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapatkan(Notoatmodjo, 2006).

b. Pengalaman Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan ketrampilan profesional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara

ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kesehatan(Notoatmodjo, 2006). c. Umur

3.Pengertian / definisi ASI adalah makan bernutrisi dan berenergi tinggi, yang mudah untuk dicerna. ASI memiliki kandungan yang dapat membantu menyerapan nutrisi. Pada bulan-bulan awal, saat bayi dalam kondisi yang paling rentan, ASI eksklusif membantu melindunginya bayi dari diare, sudden infant death syndrome/SIDS sindrom kematian tiba-tiba pada bayi, infeksi telinga dan penyakit infeksi lain yang biasa terjadi. Riset medis mengatakan bahwa ASI eksklusif membuat bayi berkembang dengan baik pada 6 bulan pertama bahkan pada usia lebih dari 6 bulan. Organisasi Kesehatan Dunia WHO mengatakan: ASI adalah suatu cara yang tidak tertandingi oleh apapun dalam menyediakan makanan ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan seorang bayi Evaluasi pada bukti-bukti yang telah ada menunjukkan bahwa pada tingkat populasi dasar, pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan adalah cara yang paling optimal dalam pemberian makan kepada bayi. Setelah 6 bulan, biasanya bayi membutuhkan lebih banyak zat besi dan seng daripada yang tersedia didalam ASI pada titik inilah, nutrisi tambahan bisa diperoleh dari sedikit porsi makanan padat. Bayi-bayi tertentu bisa minum ASI hingga usia 12 bulan atau lebih selama bayi anda terus menambah berat dan tumbuh sebagaimana mestinya, berarti ASI anda bisa memenuhi kebutuhannya dengan baik.

Definisi menurut para ahli tentang asi ekslusif ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan.Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini.Pada tahun 2001 World Health Organization / Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan bahwa ASI ekaklusif selama enam bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI ekslusif itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi (Depkes,WHO,2005). Menurut Roesli (2004 : 3), ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim. Pemberian ASI eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu sampai 6 bulan.

Pada tahun 2001 WHO dan UNICEF menyatakan bahwa pemberian ASI eksklusif diberikan mulai bayi baru lahir sampai umur 6 bulan. Dengan demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi. dan setelah 6 bulan bayi baru mulai diperkenalkan dengan makanan padat. Sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun. Pemberian makanan padat/tambahan yang terlalu dini dapat mengganggu pemberian ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu, tidak ditemukan bukti yang mendukung bahwa pemberian makanan padat/tambahan pada usia 4 atau 5 bulan lebih menguntungkan. Bahkan sebaliknya, hal ini akan mempunyai dampak yang negatif terhadap kesehatan bayi dan tidak ada dampak positif untuk perkembangan pertumbuhannya.

Keberhasilan dalam pemberian asi eksklusif sebagai berikut: Menyusui dalam satu jam setelah kelahiran Menyusui secara ekslusif, hanya memberi ASI. Artinya, tidak ditambah makanan atau minuman lain, bahkan air putih sekalipun. Menyusui kapanpun bayi meminta (on-demand), sesering yang bayi mau, siang dan malam. Pada payudara kanan dan kiri. Jangan dijadwalkan. Produksi ASI mengikuti hukum permintaan, semakin sering dihisap, maka semakin banyak ASI diproduksi. Pompa payudara sehabis menyusui. Payudara yang kosong akan semakin mempercepat produksi ASI. Mengeluarkan ASI dengan memompa atau memerah dengan tangan, disaat tidak bersama anak. Kalau bayi masih tampak kurang puas juga, pompa ASI dan masukkan ke botol untuk diberikan ke bayi. Tapi sebenarnya penggunaan dot tidak dianjurkan paling tidak sampai usia bayi 6 bulan sebab dapat mengganggu perkembangan sistem syaraf dan struktur tulang kepala. Jangan terlalu cepat memindahkan posisi menyusui dari payudara kiri ke kanan, dan sebaliknya. ASI yang keluar setelah 15 menit pertama justru banyak mengandung lemak yang dapat mengenyangkan bayi. Jangan lakukan posisi menyusui tiduran sampe ketiduran kalau ibu punya kebiasaan tidur, karena bayi bisa tertindih dan tidak bisa bernafas. Makan makanan yang bergizi dan minum cairan yang cukup banyak. Bisa air putih, jus buah, susu rendah lemak, kuah makanan. Makanannya usahakan banyak sayur hijau dan makanan laut. Daun katuk segar lebih cepat menghasilkan daripada suplemen seperti Pro ASI atau Lancar ASI. Jangan pikirkan diet dulu. Melangsingkan tubuh bisa dilakukan kapan saja sementara menyusui waktunya cuma sebentar sementara manfaat baiknya untuk bayi adalah untuk kecerdasan dan daya tahan tubuhnya. Minum madu juga sangat bermanfaat Mengendalikan emosi dan pikiran agar tenang. Ibu harus cukup istirahat dan jangan stres! Stres bikin ASI mendadak kering. Yang terpenting yaitu rasa percaya diri bahwa kita mampu untuk memberikan yang terbaik untuk bayi kita yaitu ASI. Komposisi ASI Sesuai Perkembangan Bayi:
1.

2.

Merupakan cairan pertama yang keluar dari kelenjar payudara dan keluar pada hari ke satu sampai ke empat. Komposisinya selalu berubah dari hari ke hari.

3. 4.

5.

6.

7. 8.

Merupakan cairan kental dengan warna kekuningan lebih kuning dibandingkan susu matur. Merupakan pencahar yang berfungsi untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan datang. Lebih banyak mengandung protein, sedangkan kadar karbohidrat dan lemaknya lebih rendah dibandingkam ASI matur. Lebih banyak mengandung antibodi 10 -17 kali dengan ASI matur, dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai usia 6 bulan. Bila dipanaskan akan menggumpal sedangkan ASI matur tidak. Total energi lebih rendah bila dibandingkan dengan ASI matur yang hanya 58 kalori/100 ml kolostrum. Volume berkisar 150 300 ml/24 jam. pH lebih alkalis dibandingkan dengan ASI matur (Roesli, 2000:132

9. 1.

Macam ASI a. ASI Transisi/Peralihan 1) 2) 3) 2. Disekresi dari hari ke-4 sampai dengan ke-10, masa laktasi Kadar protein makin rendah sedangkan kadar lemak dan karbohidrat makin tinggi. Volume semakin meningkat

(Roesli, 2000:133) b. ASI Matur 1) 2) 3) Disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya, komposisinya relatif konstan. Cukup untuk bayi sampai usia 6 bulan. Merupakan cairan putih kekuningan yang mengandung garam Ca Caseinat Rebotlavisi dan Karotin yang terdapat di

dalamnya. 4) 5) Tidak menggumpal jika dipanaskan. Terdapat antimikrobal

(Roesli, 2000:134)

Komposisi Dan Fungsi ASI Dalam Pertumbuhan a. Zat Antibodi Yang termasuk zat antibodi antara lain: 1) Faktor Bifidus

Faktor bifidus adalah faktor spesifik pemacu pertumbuhan Lactobacillus Bifidus yaitu bakteri yang berperan sebagai pencahar untuk membersihkan zat makanan yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bagi makanan bayi selanjutnya. 2) Sekretory Immunoglobulin A (SIgA) Sekretory Immunoglobulin A (SIgA) berfungsi mengikat protein asing bermolekul besar, seperti virus dan bakteri, dan zat toksik. Pengikatan ini bertujuan untuk penyerapan sehinnga tidak membahayakan bayi. 3) Lisozim Lisozim adalah enzim yang berfungsi menghancurkan bakteri dengan jalan merobek dinding sel yang secara tidak langsung akan meningkatkan keefektifan antibodi. 4) Leukosit Leukosit berfungsi untuk sistem kekebalan tubuh sebelum terbentuk antibodi dalam tubuh bayi. 5) Makrofak Makrofak berfungsi untuk mensekresi SIgA dan memangsa mikroorganisme yang berbahaya dalam tubuh bayi. b. Karbohidrat Fungsi utama karbohidrat adalah sebagai sumber energi untuk pertumbuhan bayi. Karbohidrat utama yang terkandung dalam ASI adalah laktosa yang berfungsi sebagai makanan vital bagi jaringan otak yang sedang tumbuh, meningkatkan penyerapan kalsium yang penting dalam pertumbuhan tulang, dan meningkankan pertumbuhanLactobacillus Bifidus dalam usus bayi sehingga penyerapan makanan dapat maksimal c. Protein Protein berfungsi untuk pertumbuhan sel sel tubuh atau pengganti sel sel tubuh yang rusak dan juga dapat digunakan sebagai sumber energi. Kualitas protein sangat penting selama tahun pertama kehidupan bayi, karena pada saat ini pertumbuhan bayi paling cepat. Protein utama yang terkandung dalam ASI adalah whey, yaitu protein yang lembut dan halus sehingga mudah dicerna oleh usus bayi. Selain itu protein ASI juga mengandung alfa-laktabumin yang dapat mencegah terjadinya alergi pada bayi. Protein istimewa lainnya yang hanya terdapat dalam ASI adalah taurine yang berfungsi untuk pertumbuhan otak, susunan saraf dan pertumbuhan retina bayi. Laktoferin dalam ASI berfungsi untuk transportasi zat besi dari ASI ke darah bayi.

d. Lemak Lemak merupakan sumber energi yang paling besar dan dapat digunakan sebagai cadangan makanan. Lemak pada ASI mengandung enzim lipase yang berfungsi untuk mencerna lemak sehingga sebagian besar lemak dapat diserap dan dimanfaatkan oleh tubuh bayi. Lemak utama ASI adalah lemak ikatan panjang ( omega-3, omega-6, arachinonic acid ) suatu asam lemak komponen penting dalam myelinisasi yaitu pembentukan myelin pada serabut saraf yang akan membantu rangsangan menjalar cepat. Kolesterol dalam lemak ASI digunakan untuk pertumbuhan otak bayi dan juga berfungsi dalam pembentukan enzim dalam metabolisme kolesterol yang akan mengendalikan kadar kolesterol dalam darah. e. Vitamin dan Mineral

ASI mengandung vitamin dan mineral yang lengkap dan mudah diserap oleh tubuh bayi. Vitamin dalam ASI digunakan sebagai koenzim dalam proses metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, sedangkan mineral dalam tubuh bayi digunakan dalam pembentukan tulang, otot dan gigi. Alasan Pemberian ASI

Menurut Roesli(2000:15), alasan pemberian ASI adalah : 1. ASI mengandung zat gizi yang ideal dan mencukupi untuk menjamin tumbuh kembang bayi sampai umur 6 bulan. Bayi yang mendapat makanan lain, misalnya nasi lumat atau pisang hanya akan mendapat banyak karbohidrat, sehingga zat gizi yang masuk tidak seimbang. Terlalu banyak karbohidrat menyebabkan anak lebih mudah menderita kegemukan dengan segala akibatnya.
2.

3.

4.

5. 6.

Bayi dibawah 6 bulan belum mempunyai enzim pencernaan sehingga belum mampu mencerna makanan dengan baik. ASI mengandung beberapa enzim yang memudahkan pemecahan makanan selanjutnya. Ginjal bayi yang masih belum mampu bekerja baik. Makanan tambahan termasuk susu sapi biasanya mengandung banyak mineral yang dapat memberatkan fungsi ginjal yang belum sempurna pada bayi. Makanan tambahan mungkin mengandung zat tambahan yang berbahaya bagi bayi, misalnya zat warna dan zat pengawet. Makanan tambahan bagi bayi mudah menimbulkan alergi.

Manfaat Pemberian ASI Menurut Roesli (2000), manfaat pemberian ASI adalah : 1. ASI sebagai nutrisi ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tungal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan. 2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi. Kolostrum megandung zat kekebalan 10 -17 kali lebih banyak dari susu matur. Zat kekebalan yang terdapat pada ASI antara lain akan melindungi bayi dari penyakit diare. ASI juga akan menurunkan kemungkinan bayi terkena penyakit ineksi telinga, batuk, dan penyakit alergi. ASI meningkatkan kecerdasan. Mengingat bahwa kecerdasan akan berkaitan erat dengan otak maka jelas bahwa faktor utama yang mmpengaruhi perkembangan kecerdasan adalah pertumbuhan otak. Sementara itu, faktor terpenting dalam otak adalah nutrisi yang diberikan. Dengan memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin tercapainya pengembangan potensi kecerdasan anak secara optimal. Hal ini karena selain sebagai nutrien yang ideal, dengan komposisi yang tepat, serta disesuaikan

3.

dengan kebutuhan bayi, ASI juga mengandung nutrien nutrien khusus yang diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal, antara lain taurin, laktosa, asam lemak ikatan panjang (DHA, AA, omega-3, omega-6). 4. ASI meningkatkan jalinan kasih sayang. Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu akan merasakan kasih sayang ibunya. Perasaan terlindungi dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian dan percaya diri dasar spiritual yang baik. Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI 1.Perubahan sosial budaya - Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainya - Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu botol - Merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya

2. Faktor psikologis - Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita - Tekanan batin 3.Faktor fisik Ibu - Ibu sakit, misalnya mastitis, panas dan sebagainya Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI 2. Meningkatnya promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI 3. Penerangan yang salah justru datangnya dan petugas kesehatan sendiri yang menganjurkan penggantian ASI dengan susu kaleng (Soetjiningsih, 2002). Indikasi Menyusui 1. Menurut oetjningsih (2002), semua ibu post partum harus memberikan ASI kepada bayinya kecuali jika memenuhi kontraindikasi pada bayi atau kepada ibu. 2. Semua bayi yang bisa menghisap puting wajib diberikan ASI secara langsung, sedangkan
1.

bayi yang tidak bisa menghisap secara langsung, misalnya menderita kelainan kogenital seperti bibir sumbing, wajib diberi ASI perahan (Soetjiningsih, 2002).

Kontraindikasi Menyusui 1. Ibu yang mendapat pengobatan yang dapat ditransmisikan melalui ASI seperti steroid dosis tinggi, sitotoksik dan agen imuno-supresif (Meadow, 2002).

Ibu yang menderita penyakit infeksi yang memungkinkan terjadinya transmisi viral misalnya HIV (Meadow, 2002). 3. Ibu yang menderita mastistis harus berhenti menyusui untuk sementara sampai sembuh (Soetjiningsih, 2002). Manfaat pemberian Asi Ada 2 macam, yaitu : Manfaat atau keuntungan bagi ibu 1. Dengan menyusui terjalin hubungan yang erat antara bayi dan ibunya karena secara alami dengan adanya kontak kulit, bayi akan merasa aman dan nyaman. 2. Dengan menyusui menybabkan uterus berkontraksi sehingga pengembalian rahim dan alat kandungan lain ke keadaan fisiologis akan lebih cepat.
2.

3. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan. 4. Dengan menyusui akan mengurangi resiko kemungkinan menderita kanker payudara di masa yang akan datang. 5. Dapat menjarangkan kehamilan (membantu keluarga berencana), karena dengan menyusui kesuburan ibu akan berkurang untuk beberapa bulan bahkan tahun. 6. Lebih praktis dan ekonomis, karena tidak merepotkan, hemat waktu dan tersedia setiap saat 7. Dan yang tidak kalah pentingnya, dengan menyusui ibu akan merasakan kepuasan batin (Suraatmaja,1997). Manfaat atau keuntungan bagi bayi 1. Steril, aman dari pencemaran 2. Selalu tersedia dengan suhu yang optimal 3. Produksi disesuaikan dengan kebutuhan bayi 4. Mengandung antibodi yang dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh kuman atau virus 5. Tidak menimbulkan alergi (Suraatmaja,1997). Kerugian Tidak Memberikan ASI Eksklusif 1. Bila berumur 0 6 bulan diberi makanan selain ASI, dapat terjadi gangguan pencernaan. Bayi tidak mempunyai ketahanan tubuh untuk mencegah penyakit. 3. Bila bayi diberikan susu botol sering terjadi mencret, kemungkinan bayi tidak cocok dengan susu formula atau cara membuatnya tidak bersih dan pengeluaran biaya rumah tangga lebih banyak. 4. Mengurangi ikatan cinta kasih terhadap ibu dan anak (Roesli, 2000:19) Kerugian pada ibu 1) Perdarahan setelah persalinan menjadi lebih lama 2) Cepat terjadinya kehamilan kembali
2.

3) Beresiko terkena kanker payudara dan kanker Rahim 4) Waktu ibu banyak tersita karena harus menyiapkan susu botol dan merawat bayi yang sering sakit. 5) Pengeluaran keluarga bertambah (Depkes RI, 2003).

B. Tinjauan umum tentang makanan tambahan bagi bayi 1. definisi Makanan tambahan pada bayi adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi yang diberikan pada bayi atau anak berusia 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Depkes RI, 2006). Makanan tambahan adalah memberi makanan lain selain ASI oleh karena ASI merupakan makanan alami pertama untuk bayi dan harus diberikan tanpa makanan tambahan sekurang-kurangnya sampai usia 6 bulan (WHO, 2003). Makanan tambahan atau makanan pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Dinkes propinsi, 2006). Makanan tambahan pada bayi adalah makanan tambahan yang diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 6-24 bulan (Krisnatuti, 2000). Menurut Depkes RI (2004) menyatakan bahwa makanan tambahan atau makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan yang diberikan kepada bayi disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI diberikan mulai umur 624 bulan, dan merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga, pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan kemampuan alat cerna bayi dalam menerima MP-ASI. Istilah untuk makanan pendamping ASI bermacam-macam yakni makanan pelengkap, makanan tambahan, makanan padat, makanan sapihan,weaning food,makanan peralihan, beiskot(istilah dalam bahasa Jerman yang berarti makanan selai dari susu yang diberikan pada bayi). Keseluruhan istilah ini

menunjuk pada pengertian bahwa ASI maupun pengganti ASI (PASI) untuk berangsur diubah ke makanan keluarga atau orang dewasa (Depkes RI, 2004). 2. Tujuan dan Manfaat Pemberian Makanan Tambahan Tujuan pemberian makanan tambahan pada bayidiantaranya untuk melengkapi zat-zat gizi yang kurang karena kebutuhan zat gizi akan semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya usia bayi atau anak, mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam makanan dengan berbagai bentuk, tekstur dan rasa, melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi yang tinggi, serta mengembangkan kemampuan untuk mengunyah dan menelan bayi (Depkes, 1992). Pemberian makanan tambahan pada bayi juga bertujuan untuk melengkapi ASI (mixed feeding) dan diperlukan setelah kebutuhan energi dan zat-zat gizi tidak mampu dipenuhi dengan pemberian ASI saja. Pemberian makanan tambahan tergantung jumlah ASI yang dihasilkan oleh ibu dan keperluan bayi yang bervariasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya diantaranya untuk mempertahankan kesehatan serta pemulihan kesehatan setelah sakit, untuk mendidik kebiasaan makan yang baik mencakup penjadwalan waktu makan, belajar menyukai, memilih dan dapat merugikan karena tumbuh kembang bayi akan terganggu (Sembiring, 2009). Pertumbuhan dan perkembangan bayi yang normal dapat diketahui dengan cara melihat kondisi pertambahan berat badan anak (Krisnatuti, 2000).Makanan tambahan pada bayi bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan zat gizibayi, penyesuaian kemampuan alat cerna dalam menerima makanan tambahan dan merupakan masa peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Selain untuk memenuhi kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi, pemberian makanan tambahan merupakan salah satu proses pendidikan dimana bayi diajar untuk mengunyah dan menelan makanan padat, sertamembiasakan selera-selera baru (Sohardjo, 1992). Pemberian makanan tambahan dilakukan secara bertahap untuk mengembangkan kemampuan bayi mengunyah dan menelan serta menerima bermacam-macam makanan. Pemberian makanan tambahan harus bervariasi, dari bentuk bubur cair kebentuk bubur kental, sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan lembek dan akhirnya makanan padat (Sulistijani, 2001). 1.Komposisi Makanan Tambahan Bahan makanan tambahan pada bayidibedakan atas 2 golongan yaitu hewani dan nabati. Golongan hewaniterdiri dari ikan, telur, daging. Golongan nabati terdiri dari buah-buahan, sayursayuran, padi-padian (Baso, 2007). Makanan tambahan yang baik adalah makanan yang mengandung sejumlah kalori atau energi (karbohidrat, protein dan, lemak), vitamin, mineral dan serat untuk pertumbuhan dan energi bayi, disukai oleh bayi, mudah disiapkan dan harga terjangkau (Judarwanto, 2004), makanan harus bersih dan aman, terhindar dari pencemaran mikroorganisme dan logam, serta tidak kadaluwarsa (Kepmenkes RI, 2007). Karbohidrat

diperlukan sebagai sumber energi yang paling murah. Untuk mencukupi kebutuhan energi dianjurkan sekitar 60-70% energi total berasal darikarbohidrat. Pada ASI dan sebagian besar susu formula bayi, 40-50% kandungan kalorinya berasal dari karbohidrat terutama laktosa (Krisnatuti, 2000). Protein ASI rata-rata sebesar 1,15g/100ml sehingga apabila bayi mengkonsumsi ASI selama 4 bulan pertama (sekitar 600-900ml/hari). Bertambahnya usia bayi maka suplai protein yang dibutuhkan oleh bayi semakin meningkat. Pertambahan protein pada bayi yang diberi makanan tambahan ASI untuk pertama kalinya (usia 6-12 bulan) pertambahan proteinnya tidak terlalu besar. Setelah menginjak usia satu tahun bayi membutuhkan protein sekitar dua kali lipat pada masa sebelumnya (Krisnatuti, 2000).Kacang-kacangan merupakan sumber protein nabati yang baik untuk bayi dan sebagai bahan campurannya digunakan tempe kedelai, kacang tanah, dan tempe koro benguk (Baso, 2007).Lemak merupakan sumber energi dengan konsentrasi cukup tinggi. Lemak berfungsi sebagai sumber asam lemak esensial, pelarut vitamin A, D, E, dan K, serta pemberi rasa gurih dan sedap pada makanan. Apabila energi dan protein sudah terpenuhi maka kecukupan gizi lemak yang dianjurkan tidak dicantumkan karena secara langsung kecukupan lemak sudah terpenuhi (Krisnatuti, 2000). Vitamin yang dibutuhkan terdiri dari vitamin yang larut dalam lemak dan vitamin yang larut dalam air. Vitamin yang larut dalam lemak terdiri atas vitamin A, D, E, dan K, sedangkan vitamin yang larut dalam airterdiri dari vitamin C, B1, riboflavin, niasin, B6, B12, asam folat, dan vitamin lain yang tergolong vitamin B kompleks (Krisnatuti, 2000). ASI tidak mengandung vitamin D dalam konsentrasi yang dibutuhkan bayi. Vitamin ini secara alami dihasilkan oleh kulit ketika terpapar sinar matahari, dan bila bayi dibiarkan sering berjemur di daerah panasatau matahari beberapa kali seminggu maka kulitnya akan menghasilkan semua vitamin D yang dibutuhkan bayi (Satyanegara, 2004). 2.Jenis Makanan Tambahan Makanan Tambahan Lokal Makanan tambahan lokal adalah makanan tambahan yang diolah dirumah tangga atau di Posyandu, terbuat dari bahan makanan yang tersedia setempat, mudah diperoleh dengan harga terjangkau oleh masyarakat, dan memerlukan pengolahan sebelum dikonsumsi oleh bayi. Makanan tambahan lokal ini disebut juga dengan makanan pendamping ASI lokal (MP-ASI lokal) (Depkes RI, 2006). Pemberian makanan tambahan lokal memiliki beberapa dampak positif, antara lain ibu lebih memahami dan terampil dalam membuat makanan tambahan dari pangan lokal sesuai dengan kebiasaan dan sosial budaya setempat, sehingga ibu dapat melanjutkan pemberian makanan tambahan secara mandiri, meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat serta memperkuat kelembagaan seperti Posyandu, memiliki potensi meningkatkan pendapatan masyarakat melalui penjualan hasil pertanian, dan sebagai sarana dalam pendidikan atau penyuluhan gizi (Depkes RI, 2006). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan makanan bayi di rumah diantaranya menyiapkan makanan bayi

dengan mengikuti cara-cara yang bersih dan higiene, menggunakan bahan makanan yang segar dan beku, melakukan metode masak yang baik diantaranya pengukusan lebih baik dari perebusan dan penyaringan lebih baik dari penggorengan, menambahkan sedikit gula bila dibutuhkan dan tidak memberikan madu pada tahun pertama usia bayi karena ada kemungkikann madu mengandung Clostridium botulinumyang tidak aman bagi bayi, menghaluskan atau membuat pure(bubur) buah segar yang telah dicuci bersih dan dikupas seperti pisang, pepaya, pir dan melon, serta makanan bayi yang dimasak di rumah dapa segera dibekukan atau disimpan dalam wadah tertutup dan disimpan di dalam lemari es selamasatu atau dua hari kemudian dipanaskan dan segera diberi kepada bayi (Krisnatuti, 2000). Makanan Tambahan Olahan Pabrik Makanan tambahan hasil olahan pabrik adalah makanan yang disediakan dengan olahan dan bersifat instan dan beredar dipasaran untuk menambah energi dan zat-zat gizi esensial pada bayi (Depkes RI, 2006). Makanan tambahan pabrikan disebut juga makanan pendamping ASI pabrikan (MP-ASI pabrikan) atau makanan komersial. Secara komersial, makanan bayi tersedia dalam bentuk tepung campuran instan atau biskuit yang dapat dimakan secara langsung atau dapat dijadikan bubur (Krisnatuti, 2000). Formul Formula harus dibuat berdasarkan angka kecukupan gizi bayi dan balita, bahan baku yang diizinkan, kriteria zat gizi protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Teknologi proses Pemilihan teknologi proses berkaitan dengan spesifikasi produk yang diinginkan, tingkat sanitasi dan higienitas yang dikehendaki, faktor keamanan pangan, serta mutu akhir produk. Higiene Produk jadi makanan tambahan ASI harus memenuhi syarat-syarat seperti bebas dari mikroorganisme patogen, bebas dari kontaminan hasil pencemaran mikroba penghasil racun atau alergi, bebas racun, harus dikemas tertutup sehingga terjamin sanitasinya dan disimpan di tempat yang terlindung. Pengemas Kemasan yang dipakai harus terbuat dari bahan yang kuat, tidak beracun, tidak mempengaruhi mutu inderawi produk (dari segi penampakan, aroma, rasa dan tekstur), serta mampu melindungi mutu produk selama jangka waktu tertentu. Label Persyaratan label makanan bayi harus mengikuti codex standard 146-1985, dengan informasi yang jelas, tidak menyesatkan konsumen, komposisi bahan-bahan tercantum dalam kemasan, nilai gizi produk dan petunjuk penyajian.Makanan tambahan pabrikan seperti bubur susu diperdagangkan dalam keadaan kering dan pre-cooked, sehingga tidak perlu dimasak lagi dan dapat diberikan pada bayi setelah ditambah air matang seperlunya. Bubur susu terdiridari tepung serealia seperti beras, maizena, terigu ditambah susu dan gula, dan bahan perasa lainnya. Makanan tambahan pabrikan yang lain seperti nasi tim yakni bubur beras dengan tambahan daging, ikan atau hati serta sayuran wortel dan bayam, dimana untuk bayi kurang dari sepuluh bulan nasi tim harus disaring atau diblender terlebihdahulu. Selain makanan bayi lengkap (bubur susu dan nasi tim) beredar pula berbagai macam tepung baik tepung mentah maupun yang sudah matang (pre-cooked) (Pudjiadi, 2000).

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancang bangun penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. (Notoatmodjo, 2005) Sedangkan menurut jenis penelitian deskriptif penelitian ini menggunakan metode survei ( survey ) yaitu suatu cara penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu. Dan penelitian ini termasuk survei pendapat umum ( public opinion survey ) yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pendapat umum terhadap suatu program pelayanan kesehatan yang cukup berjalan dan yang menyangkut seluruh lapisan masyarakat. (Notoatmodjo, 2005) B. Variabel 1. Jenis Variabel Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan untuk satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu. (Notoatmodjo, 2005)

a. Variabel Independen Variabel independen adalah variabel yang nilainya menentukan vareabel lain (Nursalam, 2003 : 48). Dalam penelitian ini yang merupakan variabel independen adalah Tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian ASI Eksklusif dan MP ASI usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Paleran 2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan. (Nursalam, 2003) Table 3.1 Definisi Operasional Tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian ASI Eksklusif dan MP ASI usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Paleran. Tabel. 3.1 : Definisi Operasional Variabel Definisi Operasional Kriteria Skala Tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian ASI Eksklusif dan MP ASI usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Paleran. Hasil tahu dan memahami ibu menyusui tentang pemberian ASI Eksklusif dan MP ASI usia 6-12 bulan. (Nursalam,2003) 1. Baik : bila responden menjawab 16 soal 2. Cukup : bila responden menjawab 12-15 soal 3. Kurang : bila responden menjawab p 11 soal.Ordinal C. Populasi Populasi adalah kumpulan semua individu dalam suatu batas tertentu (Eko Budiarto, 2002 : 7). Menurut Soekidjo Notoadmodjo (2002 : 79), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau objek yang diteliti. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh balita usia 6-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Paleran Kabupaten Jember, yaitu sebanyak 60 orang.

D. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat dipergunakan sebagai penelitian melalui sampling tertentu untuk bisa memenuhi atau mewakili populasi (Nursalam, 2003). Menurut Soekidjo Notoadmodjo (2002 : 79), sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Pada penelitian ini sampel dalam penelitian ini adalah jenuh atau total sampling dari populasi adalah 6-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Paleran Kabupaten Jember Tahun 2010 berjumlah 60 orang. E. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Paleran Kabupaten Jember.

2. Waktu Penelitian Waktu penelitian secara keseluruhan, mulai dari pembuatan proposal hingga selesainya Penelitian dilakukan pada tanggal 18 Oktober 20 November 2010. F. Tehnik dan Instrumen Pengumpulan data 1. Tehnik Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian. (Nursalam, 2003 : 115). Dalam hal ini, peneliti melakukan hal hal dibawah ini dalam proses pengumpulan data yaitu : a. Peneliti mengajukan surat ijin meneliti dari Universitas Bakti Indonesia Kepada Puskemas Paleran Kabupaten Jember. b. Peneliti memberikan lembar informed consent kepada responden c. Peneliti memberikan lembar kuisioner kepada responden d. Peneliti memberikan penjelasan mengenai cara mengisi kuisioner e. Peneliti mengumpulkan hasil kuisioner f. Hasil yang didapatkan dikumpulkan dengan pemberian kode dan dilakukan skoring 2. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh informasi dan responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal hal yang ia ketahui (Arikunto, 1998 ; 1407). Instrumen yang digunakan adalah bentuk kuesioner tertutup dengan daftar pertanyaan yang disusun dan dikembangkan oleh peneliti sesuai dengan tujuan penelitian dimana responden tinggal memberikan jawaban dengan tanda tanda tertentu. Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberi tanda tanda pada tiap tiap dari kuesioner tersebut (Arikunto, 2002). G. Teknik Analisis data 1. Editing Proses editing dengan memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan rekam medik ini berarti data harus diteliti kelengkapan data yang diberikan 2. Scoring Untuk memudahkan dalam pengolahan data maka untuk setiap jawaban dari kuesioner yang telah disebarkan diberi kode sesuai denah karakter. Dilakukan skoring dengan rumus : ( Arikunto, 2006 ).

Keterangan: N : Menyatakan persentase SP : Skore diperoleh responden SM : Skore tertinggi yang diharapkan pada semua responden Untuk jumlah soal adalah 20 soal favorouble ( pertanyaan mendukung ) dengan : Nilai maksimal : (20 x 5 ) = 100 Nilai minimal : (20 x 1) = 20 Jumlah prosentase nilai maksimal :

Kriteria: a. Baik : Bila menjawab pertanyaan 16 b. Cukup : Bila menjawab pertanyaan 12 -15 c. Kurang : Bila menjawab pertanyaan 11 ( Nursalam, 2003 ) 3. Tabulasi Mentabulasi dengan memuat tabel - tabel sesuai dengan analisa yang dibutuhkan. H. Etika Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, peneliti perlu mengajukan permohonan izin kepada pihak terkait. Setelah mendapatkan persetujuan, barulah kuesioner diberikan kepada responden yang akan diteliti dan menekankan masalah etika . Menurut Nursalam, (2003:86) etika penelitian antara lain: 1. Informed Concent (lembar persetujuan) Lembar persetujuan diberikan kepada subyek yang akan diteliti. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan peneliti yang dilakukan pada para responden yang bersedia diteliti, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut , bila subjek menolak maka peneliti tidak boleh memaksa dan tetap menghormati hak - hak subjek.

2. Anonymity (tanpa nama) Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama responden cukup diberi kode tertentu pada masing - masing lembar tersebut. 3. Confidentiality (kerahasiaan) Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti.

I. Keterbatasan Beberapa keterbatasan dalam melakukan penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut : 1. Waktu penelitian terlalu singkat 2. Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner yang saya buat sendiri dan belum pernah diuji cobakan sehingga reabilitas dan validitasnya perlu disempurnakan. 3. Peneliti adalah peneliti pemula jadi masih banyak kekurangannya.

DAFTAR PUSTAKA Alfinah. 1995 asi eksklusif. Jakarta: Kompas. Agustinasari, F. 2005. Perbedaan ibu yang menyusui dengan asi eksklusif dan yang tidak menyusui dengan asi eksklusif di lokasi tempat tinggal. Skripsi: tidak diterbitkan. Salatiga: Fakultas kedokteran - Universitas indonesia Indriastuti, M. 2005. Hubungan antara ibu dan bayi dengan asi eksklusif . Skripsi: tidak diterbitkan. Salatiga: Fakultas kedokteran-Universitas indonesia. Jayanti, J.D. 2006. Hubungan antara kecenderungan perilaku ibu yang menyusui dengan ibu yang tidak menyusui bayinya. Skripsi: tidak diterbitkan. Salatiga: Fakultas kedokteranUniversitas indonesia. Kartika, S. 2004. Indikasi dan kontraindkasi. Diambil dari:http://www.smeru.or.id/ beritadaerah/files/20040823aborsijurnalperempuan.htm. Kompas Cybermedia, 30 Oktober 2002 . Bila bayi tidak di beri asi eksklusif http://www.kompas.com/kesehatan/news/0210/30/214613.htm

You might also like