You are on page 1of 26

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Berat bayi lahir adalah berat badan bayi yang di timbang dalam waktu 1jam pertama setelah lahir. Hubungan antara berat lahir dengan umur kehamilan, berat bayi lahir dapat dikelompokan : bayi kurang bulan (BKB), yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu (259 hari). Bayi cukup bulan (BCB), bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi antara 37-42 minggu (259 - 293 hari), dan Bayi lebih bulan (BLB), bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu (294 hari). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan sampai 42 minggu dan berat badan lahir > 2500 - 4000 gram. Berat bayi lahir rendah adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir <2500 gram tanpa memandang usia gestasi . BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram (sampai 2499 gram). Dahulu bayi ini dikatakan prematur kemudian disepakati disebut low birth weight infant atau Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Bayi berat lahir lebih adalah Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir lebih > 4000 gram. Berat lahir merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor melalui suatu proses yang berlangsung selama berada dalam kandungan. Berat badan lahir merupakan indikator penting kesehatan bayi, faktor determinan kelangsungan hidup dan faktor untuk pertumbuhan fisik dan mental bayi di masa yang akan datang. Menurut UNICEF and WHO (2004), penurunan kejadian BBLR merupakan salah satu kontribusi penting dalam Millennium Development Goal (MDGs) untuk menurunkan kematian anak. Pencapaian tujuan dari MDGs dicapai dengan memastikan kesehatan anak pada awal kehidupannya dan BBLR merupakan salah satu indikator untuk menilai kemajuan dari tujuan MDGs ini. Namun, berat badan lahir masih merupakan masalah kesehatan di negara-negara berkembang, dengan perkiraan masih terdapat lebih dari 95% BBLR terjadi di negara berkembang. Menurut data WHO, berdasarkan total kelahiran di dunia, terdapat 15,5% kelahiran dengan BBLR. Kelahiran dengan BBLR dua kali lebih banyak di negara berkembang dibandingkan dengan negara maju, dengan sebanyak 72% terjadi di Asia. Sementara di Asia Selatan diperkirakan setiap tahunnya terjadi BBLR pada 15-30 juta bayi (lebih dari 20 %).
1

1.2 Rumusan Masalah Bagaimanakah hasil perbandingan berat lahir bayi antara ibu hamil yang konsumsi dan tidak konsumsi obat tradisional selama hamil ?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh obatan tradisional selama hamil terhadap kesehatan bayi baru lahir.

1.3.2 Tujuan Khusus Menilai pengaruh obatan tradisional selama hamil terhadap berat lahir bayi. 1.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian sebagai berikut :

Berat lahir bayi bagi ibu yang konsumsi obatan tradisional selama hamil lebih rendah berbanding ibu yang tidak konsumsi obatan tradisional selama hamil.

1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi Instalasi / Profesi Kesehatan Institusi yang terkait dapat melakukan upaya yang berkenaan dengan peningkatan kesehatan bayi baru lahir. 2. Bagi Pengembangan Penelitian Untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh obatan tradisional selama hamil terhadap berat lahir bayi. 3. Bagi Masyarakat Sebagai sumber informasi bagi para ibu ibu yang hamil maupun tidak hamil akan pengaruh obatan tradisional terhadap berat lahir bayi.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian 1.6.1 Ruang Lingkup Tempat Penelitian direncanakan dilakukan kecamatan Pasar Minggu. pada wanita wanita yang datang ke Puskesmas

1.6.2 Ruang Lingkup Waktu Direncananakan tanggal 23 April sampai dengan 23 Mei 2014.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Berat Bayi Lahir 2.1.1 Definisi Berat Lahir Bayi Berat bayi lahir adalah berat badan bayi yang di timbang dalam waktu 1 jam pertama setelah lahir. Hubungan antara berat lahir dengan umur kehamilan, berat bayi lahir dapat dikelompokan : bayi kurang bulan (BKB), yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu (259 hari). Bayi cukup bulan (BCB), bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi antara 37-42 minggu (259 - 293 hari), dan Bayi lebih bulan (BLB), bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu (294 hari). 2.1.2 Klasifikasi Berat Bayi Lahir Berat bayi lahir berdasarkan berat badan dapat dikelompokan menjadi : a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Berat yang dilahirkan dengan berat lahir <2500 gram tanpa memandang usia gestasi . BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram (sampai 2499 gram). Dahulu bayi ini dikatakan prematur kemudian disepakati disebut low birth weight infant atau Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Karena bayi tersebut tidak selamanya prematur atau kurang bulan tetapi dapat cukup bulan maupun lebih bulan. Penelitian oleh gruendwald, menunjukkan bahwa sepertiga bayi berat lahir rendah adalah bayi aterm. 5 Bayi dengan BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu Prematur murni dan Dismaturitas 1) Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan, atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan. 2) Dismaturitas atau Kecil untuk masa kehamilan adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan sesungguhnya untuk masa kehamilan.
4

Bayi berat lahir rendah merupakan masalah penting dalam pengelolaannya karena mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan terjadinya infeksi, kesukaran mengatur nafas tubuh sehingga mudah untuk menderita hipotermia. Selain itu bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) mudah terserang komplikasi tertentu seperti ikterus, hipoglikomia yang dapat menyebabkan kematian. Kelompok bayi berat lahir rendah yang dapat di istilahkan dengan kelompok resiko tinggi, karena pada bayi berat lahir rendah menunjukan angka kematian dan kesehatan yang lebih tinggi dengan berat bayi lahir cukup.5 b. Bayi Berat Lahir Normal Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan sampai 42 minggu dan berat badan lahir > 2500 - 4000 gram. c. Bayi Berat Lahir Lebih Bayi berat lahir lebih adalah Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir lebih > 4000 gram. Bayi dengan berat lahir lebih bisa disebabkan karena adanya pengaruh dari kehamilan posterm, bila terjadi perubahan anatomik pada plasenta maka terjadi penurunan janin, dari penelitian Vorher tampak bahwa sesudah umur kehamilan 36 minggu grafik rata-rata pertumbuhan janin mendatar dan tampak adanya penurunan sesudah 42 minggu. Namun seringkali pula plasenta masih dapat berfungsi dengan baik sehingga berat janin bertambah terus sesuai dengan bertambahnya umur kehamilan. Risiko persalinan bayi dengan berat >4000 gram pada kehamilan posterm meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term . Selain itu faktor risiko bayi berat lahir lebih adalah ibu hamil dengan penyakit diabetes militus, ibu dengan DMG 40% akan melahirkan bayi dengan BB berlebihan pada semua usia kehamilan.

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi Berat Bayi Lahir Berat lahir merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor melalui suatu proses yang berlangsung selama berada dalam kandungan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir adalah sebagai berikut : Faktor lingkungan internal mempengaruhi berat bayi lahir antara lain sebagai berikut : a. Umur Ibu hamil Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir, kehamilan dibawah umur 20 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, 2-4 kali lebih tinggi di bandingkan dengan kehamilan pada wanita yang cukup umur. Pada umur yang masih muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi fisiologinya belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaannya belum cukup matang, sehingga pada saat kehamilan ibu tersebut belum dapat menanggapi kehamilannya secara sempurna dan sering terjadi komplikasi.8 Selain itu semakin muda usia ibu hamil, maka anak yang dilahirkan akan semakin ringan. Meski kehamilan dibawah umur sangat berisiko tetapi kehamilan diatas usia 35 tahun juga tidak dianjurkan, sangat berbahaya. Mengingat mulai usia ini sering muncul penyakit seperti hipertensi, tumor jinak peranakan, atau penyakit degeneratif pada persendian tulang belakang dan panggul. Dalam proses persalinan sendiri, kehamilan di usia lebih ini akan menghadapi kesulitan akibat lemahnya kontraksi rahim serta sering timbul kelainan pada tulang panggul tengah. Mengingat bahwa faktor umur memegang peranan penting terhadap derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu hamil serta bayi, maka sebaiknya merencanakan kehamilan pada usia antara 20-35 tahun.6,7

Menurut Depkes RI )menyatakan bahwa ibu sebaiknya ibu hamil pada umur 20 35 tahun, karena masa tersebut merupakan masa yang aman untuk hamil alasanya, mulai umur 20 tahun rahim dan bagian bagian lainya sudah benar benar siap untuk untuk menerima kehamilan. Pada umur tersebut biasanya wanita sudah merasa siap untuk menjadi ibu. Dan sebaiknya tidak hamil pada usia >35 tahun, karena kesehatan tubuh ibu sudah tidak sebaik pada umur 20 35 tahun, biasanya ibu sudah mempunyai dua anak atau lebih, kemungkinan
6

memperoleh anak cacat lebih besar. Menurut Depkes RI menyatakan bahwa kehamilan pada umur dibawah 20 tahun rahim dan panggul ibu belum berkembang dengan baik, hingga perlu diwaspadai kemungkinan mengalami persalinan yang sulit dan keracunan hamil, sedangkan kehamilan pada usia > 35 tahun kesehatan dan keadaan rahim tidak sebaik seperti pada umur 20 35 tahun sebelumnya, hingga perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya persalinan lama, perdarahan dan risiko cacat bawaan.7 Selain itu semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu yang sedang hamil, akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur yang muda perlu tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri juga harus berbagi dengan janin yang dikandungnya. Sedangkan umur yang tua perlu energi yang besar juga karena fungsi organ yang semakin melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal maka memerlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang berlangsung .8 b. Jarak Kehamilan/Kelahiran Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi keluarga berencana (BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau lebih, kerena jarak kelahiran yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum cukup untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya. Ini merupakan salah satu faktor penyebab kelemahan dan kematian ibu serta bayi yang dilahirkan. . Risiko proses reproduksi dapat ditekan apabila jarak minimal antara kelahiran 2 tahun. Menurut Depkes RI menyatakan kehamilan yang perlu diwaspadai adalah jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun, bila jarak terlalu dekat , maka rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik. Pada keadaan ini perlu diwaspadai kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama atau perdarahan.4 c. Paritas Paritas secara luas mencakup gravida/jumlah kehamilan, prematur/jumlah kelahiran, dan abortus/jumlah keguguran. Sedang dalam arti khusus yaitu jumlah atau banyaknya anak yang dilahirkan. Paritas dikatakan tinggi bila seorang ibu/wanita melahirkan anak ke empat atau lebih. Seorang wanita yang sudah mempunyai tiga anak dan terjadi kehamilan lagi keadaan kesehatannya akan mulai menurun, sering mengalami kurang darah (anemia), terjadi perdarahan
7

lewat jalan lahir dan letak bayi sungsang ataupun melintang. Menurut Depkes RI jumlah anak >4 orang perlu diwaspadai kemungkinan persalinan lama, karena makin banyak anak, rahim ibu makin lemah. d. Kadar Hemoglobin (Hb) Kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi yang dilahirkan. Seorang ibu hamil dikatakan menderita anemia bila kadar hemoglobinnya dibawah 11 gr%. Hal ini jelas menimbulkan gangguan pertumbuhan hasil konsepsi, sering terjadi immaturitas, prematuritas, cacat bawaan, atau janin lahir dengan berat badan yang rendah . Menurut Depkes RI kadar hemoglobin tidak normal pada ibu hamil akan menambah risiko mendapatkan bayi berat lahir rendah (BBLR), dan gangguan perkembangan otak, resiko perdarahan sebelum dan pada saat persalinan, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat. Keadaan ini disebabkan karena kurangnya suplai darah nutrisi akan oksigen pada placenta yang akan berpengaruh pada fungsi plasenta terhadap janin.3,4 e. Status Gizi Ibu Hamil Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Selain itu gizi ibu hamil menentukan berat bayi yang dilahirkan, maka pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil antara lain memantau pertambahan berat badan selama hamil, mengukur lingkar lengan atas ( LILA) dan mengukur kadar hemoglobin, pertambahan berat badan selama hamil sekitar 10 -12 kg, dimana trimester I pertambahan kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar 6 kg.pertambahan berat badan ini juga sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan janin.8 Pengukuran LILA dimaksudkan untuk mengetahui apakah seseorang menderita Kurang Energi Kronis (KEK), sedangkan pengukuran kadar hemoglobin untuk mengetahui kondisi ibu apakah megalami anemia besi . Sebagai ukuran sekaligus pengawasan bagi kecukupan gizi ibu hamil bisa di lihat dari kenaikan berat badannya. Ibu yang kurus dan selama kehamilan disertai penambahan berat badan yang rendah atau turun sampai 10 kg, mempunyai risiko paling tinggi
8

untuk melahirkan bayi dengan BBLR. Sehingga ibu hamil harus mengalami kenaikan berat badan berkisar 11-12,5 Kg atau 20% dari berat badan sebelum hamil. Sedang Lingkar Lengan Atas (LLA) adalah antropometri yang dapat menggambarkan keadaan status gizi ibu hamil dan untuk mengetahui resiko Kekurangan Energi Kalori (KEK) atau gizi kurang. Ibu yang memiliki ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) di bawah 23,5 cm berisiko melahirkan bayi BBLR . Pengukuran LILA lebih praktis untuk mengetahui status gizi ibu hamil karena alat ukurnya sederhana dan mudah dibawa kemana saja, dan dapat dipakai untuk ibu dengan kenaikan berat badan yang ekstrim. Seorang ibu yang sedang hamil mengalami kenaikan berat badan sebanyak 10-12 kg. Pada trimester I kenaikan berat badan seorang ibu tidak mencapai 1 kg, namun setelah mencapai trimester II penambahan berat badan semakin banyak yaitu 3 kg dan pada trimester III sebanyak 6 kg. kenaikan tersebut disebabkan karena adanya pertumbuhan janin, plasenta dan air ketuban . Kenaikan BB yang ideal untuk ibu yang gemuk yaitu antara 7 kg dan 12,5 kg untuk ibu yang tidak gemuk, jika BB ibu tidak normal maka akan memungkinkan terjadinya keguguran, lahir premature, BBLR, gangguan kekuatan rahim saat kelahiran, dan perdarahan setelah persalinan .7,8

f. Penyakit Saat Kehamilan Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir diantaranya adalah Diabetes Melitus Gestasional (DMG), cacar air, dan penyakit infeksi TORCH. Penyakit DMG adalah intoleransi glukosa yang dimulai atau baru ditemukan pada waktu hamil. Tidak dapat dikesampingkan kemungkinan adanya intoleransi glukosa yang tidak diketahui yang muncul seiring kehamilan, komplikasi yang mungkin sering terjadi pada kehamilan dengan diabetes adalah bervariasi, Pada ibu akan meningkatkan risiko terjadinya preeklamsia, secsio sesaria, dan terjadiny diabetes mellitus tipe 2 di kemudian hari, sedangkan pada janin meningkatkan risiko terjadinya makrosomi .7 Penyakit infeksi TORCH adalah suatu istilah jenis penyakit infeksi yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakit ini sama bahayanya bagi ibu hamil yaitu dapat menganggu janin yang dikandungnya. Bayi yang dikandung tersebut mungkin akan terkena katarak mata, tuli, Hypoplasia (gangguan pertumbuhan organ tubuh seperti jantung,
9

paru-paru, dan limpa). Bisa juga mengakibatkan berat bayi tidak normal, keterbelakangan mental, hepatitis, radang selaput otak, radang iris mata, dan beberapa jenis penyakit lainnya . Faktor-faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir secara tidak langsung/eksternal dapat dijelaskan sebagai berikut :7,8 1) Faktor lingkungan eksternal yang meliputi kondisi lingkungan, asupan zat gizi ibu hamil ,gaya hidup , kebiasaan dan tingkat social ekonomi ibu hamil, kebersihan dan kesehatan lingkungan serta ketinggian tempat tinggal . Faktor kebersihan dan kesehatan lingkungan berkaitan dengan cacing tambang, Seseorang yang asupan zat besinya cukup tetapi jika sering terinfeksi cacing tambang dapat menderita anemia. Demikian juga jika seorang yang asupan zat besi rendah maka daya tahan tubuhnya berkurang sehingga mudah sering mudah terserang penyakit dan akhirnya akan mengalami penurunan kadar Hb. Salah satu faktor penyebab berat bayi lahir tidak normal adalah tempat tinggal yaitu dataran tinggi dan pada dasarnya suhu tubuh dipertahankan pada suhu 36,5 370 C untuk metabolisme yang optimum adanya perbedaan suhu antara tubuh dan lingkungan, maka mau tidak mau tubuh harus menyesuaikan diri demi kelangsungan hidupnya yaitu tubuh harus melepaskan sebagian panasnya diganti dengan hasil metabolism tubuh, makin besar perbedaan antara tubuh dengan lingkungan maka akan semakin besar pula panas yang dilepaskan.4,6 Minum jamu merupakan salah satu kebiasaan yang beresiko bagi wanita hamil, karena efek minum jamu dapat membahayakan tumbuh kembang janin seperti menimbulkan kecacatan, abortus, BBLR, partus prematurus, kelainan ginjal dan jantung janin, asfiksia neonaturum, kematian janin dalam kandungan dan malformasi organ janin. Hal ini terjadi terutama apabila minum jamu pada trimester I. Selain efek pada janin juga terdapat kemungkinan efek pada ibu hamil, misalnya keracunan, kerusakan jantung dan ginjal, shock, dan perdarahan. Efek tersebut dapat terjadi dikarenakan kandungan zat-zat tertentu pada jamu baik berupa bahan herbal maupun bahan lain yang mungkin tidak aman bagi ibu. Karena kenyataan yang ada di masyarakat menunjukkan bahwa tidak semua jamu yang beredar di pasaran Indonesia mencantumkan bahan atau komposisi jamu, termasuk tidak mencantumkan hasil riset evidence mengenai zat-zat yang digunakan untuk membuat jamu, bahkan kadang ada yang mencampur jamu dengan jenis
10

obat tertentu yang membahayakan kehamilan. Menurut standar konsep pengobatan tradisional sebenarnya diperbolehkan dan dibenarkan dengan persyaratan bahwa zat-zat atau bahan yang digunakan dalam pengobatan tradisional tersebut sudah terbukti efektif dan bermanfaat dan tidak membahayakan kehamilan.2,3 2) Faktor ekonomi, sosial dan meliputi jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, dan pengetahuan ibu hamil : Ekonomi keluarga akan mempengaruhi pemilihan ragam dan kualitas bahan makanan, ekonomi seseorang mempengaruhi dalam pemilihan makanan yang akan dikonsumsi sehari harinya. Seseorang dengan ekonomi yang tinggi kemudian hamil maka kemungkinan besar sekali gizi yang dibutuhkan tercukupi ditambah lagi adanya pemeriksaan membuat gizi ibu semakin terpantau. jenis pekerjaan atau aktifitas juga mempengaruhi Berat Bayi Lahir, jika aktivitas ibu hamil tinggi, kebutuhan energinya juga akan tinggi. 3 Pengetahuan ibu dalam pengambilan keputusan dan juga akan berpengaruh pada perilakunya, ibu dengan pengetahuan gizi yang baik, kemungkinan akan memberikan gizi yang cukup bagi bayinya. kepercayaan terhadap adat juga dapat mempengaruhi asupan makanan ibu hamil, misalnya, ada kepercayaan bahwa pada waktu hamil ibu dilarang makan ikan karena dikhawatirkan bayinya cacingan dan berbau amis, padahal, konsumsi ikan terutama ikan laut justru sangat dianjurkan karena kandungan lemaknya rendah, proteinya tinggi, serta mengandung omega 3 dan omega 6 yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan otak janin dalam kandungan. semua faktor tersebut berpengaruh pada status gizi ibu hamil yang selanjutnya berpengaruh kadar hemoglobin ibu hamil dan berat bayi lahir.2,3 g. Faktor penggunaan sarana kesehatan yang berhubungan frekuensi pemeriksaan kehamilan / ANC Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal dan mengidentifikasi masalah yang timbul selama kehamilan, sehingga kesehatan selama ibu hamil dapat terpelihara dan yang terpenting ibu dan bayi dalam kandungan akan baik dan sehat sampai saat persalinan. Pemeriksaan kehamilan hendaknya dimulai seawal mungkin, yaitu segera setelah tidak haid
11

selama 2 bulan berturut-turut tujuanya agar kalau ada kelainan pada kehamilan, masih cukup waktu untuk menangani sebelum persalinan . Selama masa hamil ibu dianjurkan memeriksakan kondisi kehamilan secara teratur dan berkala: 1) Pada awal kehamilan sampai dengan 28 minggu, pemeriksaan dilakukan setiap satu bulan satu kali 2) Pada kehamilan 28-32 minggu, pemeriksaan yang dilakukan setiap tiga minggu satu kali 3) Pada kehamilan 3236 minggu, pemeriksaan yang dilakukan setiap dua minggu satu kali 4) Pada kehamilan 3640 minggu, pemeriksaan yang dilakukan setiap satu minggu satu kali Menurut Profil kesehatan jawa tengah tahun 2009 Kunjungan ibu hamil yang sesuai standar adalah pelayanan yang mencakup minimal: 1) Timbang badan dan ukur tinggi badan 2) Ukur tekanan darah 3) Skrining status imunisasi tetanus (dan pemberian imunisasi tetanus toxoid) 4) Ukur tinggi fundus uteri 5) Pemberian tablet Fe (90 tablet selama kehamilan) 6) Temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling) 7) Test laboratorium sederhana (Hb, protein urin) dan atau berdasarkan indikasi (HbsAG, Sifilis, HIV, Malaria, TBC).

2.2 Penggunaan Obat Tradisional Pengobatan tradisional pada dasarnya bertujuan untuk memelihara kesehatan dan kebugaran jasmani. Menurut Undang-Undang Kesehatan no 23. tahun 1992 obat tradisional adalah obat jadi atau ramuan bahan alam yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik atau campuran bahan-bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk
12

pengobatan dan berdasarkan pengalaman. Pada kenyataannya bahan obat alam yang berasal dari tumbuhan porsinya lebih besar dibandingkan yang berasal dari hewan atau mineral, sehingga sebutan obat tradisional (OT) hampir selalu identik dengan tanaman obat (TO).1,2,3 Dari definisi Obat tradisional yang telah direkomendasikan Depkes terdapat kalimat ... yang secara turun temurun digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Pada kata secara turun temurun tersirat makna bahwa segala aspeknya (jenis bahan, cara menyiapkan, takaran serta waktu penggunaan) harus sesuai dengan warisan turun temurun sejak nenek moyang . Penyimpangan terhadap salah satu aspek kemungkinan dapat menyebabkan ramuan obat tradisional tersebut yang awalnya aman menjadi tidak aman atau berbahaya bagi kesehatan. Disamping itu perlu disadari pula bahwa memang ada bahan ramuan obat tradisional yang baru diketahui berbahaya, setelah melewati beragam penelitian, demikian juga adanya ramuan bahanbahan yang bersifat keras dan jarang digunakan selain untuk penyakit-penyakit tertentu dengan cara tertentu pula.2 Walaupun demikian efek samping Tanaman Obat/Obat Tradisional tentu tidak bisa disamakan dengan efek samping obat modern. Pada Tanaman Obat/Obat Tradisional terdapat suatu mekanisme yang disebut-sebut sebagai penangkal atau dapat menetralkan efek samping tersebut, yang dikenal dengan SEES (Side Effect Eleminating Subtanted). Zat aktif pada tanaman obat umumnya dalam bentuk metabolit sekunder, sedangkan satu tanaman bisa menghasilkan beberapa metabolit sekunder, sehingga memungkinkan tanaman tersebut memiliki lebih dari satu efek farmakologi adakalanya saling mendukung, namun ada kalanya saling kontradiktif. Sebagai contoh di dalam kunyit terdapat senyawa yang merugikan tubuh, tetapi di dalam kunyit itu juga ada zat anti untuk menekan dampak negatif tersebut. Pada perasan air tebu terdapat senyawa Saccharant yang ternyata berfungsi sebagai antidiabetes, maka untuk penderita diabet (kencing manis) bisa mengkonsumsi air perasan tebu, tetapi dilarang minum gula walaupun gula merupakan hasil pemurnian dari tebu. Kencur (Kaempferia galangga) bermanfaat untuk melancarkan haid, tetapi digunakan untuk ramuan jamu pada ibu hamil muda.3,4 Kenyataan tersebut di satu sisi merupakan keunggulan dari obat tradisional tapi disisi lain merupakan bumerang karena alasan yang tidak rasional untuk bisa diterima pada pengobatan modern. Kendala lain dalam pengembangan obat tradisional adalah efek farmakologisnya yang lemah, belum terstandarnya bahan baku dan bersifat higroskopis serta volumines, belum
13

dilakukan uji klinik dan mudah tercemar berbagai jenis organisme. Pertimbangan sisi keamanan harus betul-betul diperhatikan, terlebih jika dikonsumsi oleh wanita hamil, karena penggunaan obat sebagai salah satu faktor ekstrauterine yang menyebabkan mortalitas maupun morbiditas pada janin harus betul-betul aman.3 Kebiasaan pemakaian obat secara sembarangan dan perilaku ibu selama hamil dapat merupakan faktor risiko meningkatnya cacat bawaan pada populasi. Umumnya obat-obat yang digunakan wanita hamil dapat melintasi plasenta serta memberikan pemaparan pada embrio dan janin yang tumbuh terhadap efek farmakologik dan teratogeniknya. Pemakaian obat selama kehamilan selalu disertai risiko terjadinya pengaruh buruk, baik terhadap janin, ibu maupun proses kehamilannya. Besar kecilnya risiko sangat beragam tergantung pada jenis obat, cara pemakaian maupun berbagai karakteristik biologik individual.4,5

14

BAB III KERANGKA TEORI, KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN ALUR PENELITIAN 3.1 Kerangka Teori

15

3.2 Kerangka Konsep

Variabel independen

Variabel dependen

Gaya Hidup / Kebiasaan Saat Hamil : -minum obat tradisional

Berat Bayi Lahir

16

3.3 Definisi Operasional

17

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian analitik yang menggunakan metode observasional dengan pendekatan cross-sectional untuk mengetahui hubungan berat badan lahir baiy dengan ibu yang minum jamu atau tidak minum jamu selama hamil, dimana variable bebas adalah ibu yang minum jamu selama hamil atau tidak minum jamu selama hamil. Sedangkan variable tergantungnya adalah berat badan lahir bayi. 4.2 Tempat dan Waktu Puskesmas Kecamatan pasar minggu, mulai 23 April-23 Mei 2014. 4.3 Populasi dan Sampel Populasi adalah dari ibu dan anak yang tinggal di kecamatan pasar minggu. Sampel di ambil dari ibu ibu dengan anak anaknya yang datang kontrol ke poliklinik Kesihatan Ibu dan Anak atau pun yang datang ke poliklinik Manejmen Terpadu Balita Sihat. 4.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya, maka sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan dengan criteria inklusi dan ekslusi a. Sampel Inklusi Ibu yang berusia 15 40 tahun sewaktu melahirkan anaknya Ibu yang mampu berkomunikasi aktif Ibu yang bersedia berpartisipasi dengan penelitian

b. Sampel Ekslusi Ibu yang dengan gangguan mental seperti psikosis, depresi, bipolar Ibu yang mengalami kandungan gamely

18

Ibu yang mengalami abortus Ibu yang mengalami Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

4.5 Cara Pengambilan Sampel Besar Sampel Perkiraan besar sampel yang akan digunakan adalah: Analitik komparitif numeric tidak berpasangan 2 kelompok:

Parameter yang berasal dari kepustakaan adalah S (simpangan baku gabungan), sedangkan yang ditetapkan peneliti adalah Z, Z dan X1 X2. Dalam penelitian analitik, yang dimaksud dengan simpang baku adalah simpang baku gabungan dari kelompok yang dibandingkan. Simpang baku gabungan ini diperoleh dengan rumus berikut :

19

Kesalahan tipe 1 ditetapkan sebesar 5%,hipotesis satu arah, sehingga Z=1,64. Kesalahan tipe 2 ditetapkan sebesar 10%, maka Z = 1,28. Selisih minimal yang dianggap bermakna (x1x2)= 25. Standar deviasi = 40 (diasumsikan 40 merupakan standar deviasi gabungan ibu hamil yang konsumsi obat tradisional dan tidak konsumsi obat tradisional ). perhitungan sampelnya adalah sebagai berikut

n1=n2=2[(1,64=1,28)40]2 25 = 44 Dengan demikian ,besar sampel minimal masing-masing kelompok adalah 44 (kelompok ibu hamil yang konsumsi obatan tradisional dengan tidak konsumsi obatan tradisional sebanyak 44).

4.5 Instrumen No 1 Instrumen Kwesioner Fungsi Instrumen Mengetahui pengonsumsian jamu selama hamil, jenis jamu dan frekwensi minum jamu. 2 3 4 Buku KMS Rekam Medik Tape dan Perekam Mengetahui berat bayi lahir Membantu memeriksa ulang berat bayi lahir. Membantu merekod suara responden saat wawancara.

20

4.6 Teknik Pengumpulan Data

Subjek yang datang ke Poli KIA Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu pada bulan April- Mei 2013 N=250

Ibu yang membawa anak balita sakit ke MTBS

Ibu yang membawa anak ke KIA

Kuesioner

Wawancara mendalam

Selesai

21

4.7 Manajemen dan Analisis Data Analisis data kuantitatif

Analisa data dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Analisa univariat adalah cara menganalisis data yang menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel 2. Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variable yang diduga memiliki pengaruh Analisa data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dilakukan untuk melihat adanya pengaruh antara variable independen terhadap dependen. Analisa dalam penelitian ini menggunakan Chi Square. Analisa data dilakukan menggunakan program SPSS versi 17.0. Analisis data kualitatif Cara pengumpulan data secara kualitatif pada penelitian ini dengan menggunakan wawancara mendalam (in-depth interview). Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara (peneliti) dengan orang yang diwawancarai (ibu yang minum jamu saat hamil) dengan menggunakan pedoman wawancara. 4.8 Pengecekan Keabsahan Salah satu cara pengecekan keabsahan dapat dilakukan dengan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.15 Ada empat macam teknik triangulasi, yaitu triangulasi sumber, metode, penyidik dan teori.15 Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu infornasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.

22

Triangulasi sumber dilakukan dengan: 1. Membandingkan data hasil pemgamatan dengan data hasil wawancara. 2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi. 3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan yang dikatakan sepanjang waktu. 4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti berpendidikan menengah atau tinggi. 5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen berkaitan. Triangulasi metode menggunakan dua strategi, yaitu: 1. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dari beberapa teknik pengumpulan data. 2. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.

Triangulasi penyidik dilakukan dengan memanfaatkan peneliti atau pengamat lain untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Triangulasi teori dilakukan dengan penjelasan banding atau rival explanation.

4.9 ORGANISASI PENELITIAN Pembimbing 1. Dr.dr. Rina K. Kusumaratna, M.Kes

Pelaksana dan penyusun penelitian 1. Muhammad Ikmal bin Hazli 2. Nor Ubudiah binti seti

23

4.10. ANGGARAN PENELITIAN Rencana anggaran : 1. Kertas A4 80gr 1 Rim 2. Tinta printer 3. Transportasi 4. Fotocopy 5. Biaya tak terduga Jumlah Rp. 50.000 Rp. 200.000 Rp. 300.000 Rp. 300.000 Rp. 150.000 Rp. 1.000.00

24

4.11. RENCANA KEGIATAN Waktu Dalam Minggu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tahapan Kegiatan A Perencanaan 1 Orientasi dan Identifikasi Masalah 2 Pemilihan Topik 3 Penelurusan kepustakaan 4 Pembuatan Proposal 5 Konsultasi dengan pembimbing 6 Pembuatan questionnaire 7 Presentasi Proposal B Pelaksanaan 1 Pengambilan Data 2 Pengolahan data 3 Analisis data 4 Konsultasi dengan Pembimbing C Pelaporan Hasil 1 Penulisan laporan sementara 2 Diskusi 3 Presentasi hasil laporan sementara 4 Revisi 5 Presentasi Hasil akhir (puskesmas) 6 Penulisan laporan akhir 7 Presentasi hasil akhir (Trisakti)

25

DAFTAR PUSTAKA

1. Henry A, Crowther C: Patterns of medication use during and prior to pregnancy: the MAP study. Aust N Z J Obstet Gynaecol 2000, 40:165-172. 2. Gibson P, Powrie R, Star J: Herbal and alternative medicine use during pregnancy: a cross sectional survery. Obstetrics and Gynaecology 2001, 97:s44-s45. 3. Ernst E: Herbal medicines put into context. BMJ 2003, 327: 881-882. 4. Tsui B, Dennehy C, Tsourounis C: A survey of dietary supplement use during pregnancy at an academic medical center. American Journal of Obstetrics and Gynecology 2001, 185:433-437. 5. Behrman Richard E, Kliegman Robert, Nelson Waldo E, Vaughan Victor C. nelson textbook of pediatrics. 17th edition. EGC. Jakarta : 2000 6. Dubowitz LMS Dubowitz V Goldberg C. Clinical assessment of gestational age in the newborn infant. J Pediatri. 1970; 77: 1-10 7. Sastrawinata, Sulaiman. 1983.Obstetri Padjajaran : Bandung 8. Cunningham, F.Gary, Norman F. Gant, et all. Williams Obstetrics international edition. 21 st edition. Page 619-663. Fisiologi Fakultas KedokteranUniversitas

26

You might also like