You are on page 1of 6

MALARIA

a. Definisi Malaria adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah. (IPD jilid 3, hal. 2813)

b. Etiologi Penyebab infeksi malaria plasmodium, yang selain menginfeksi manusia, juga menginfeksi burung, reptil dan mamalia. Pada manusia plasmodium ditemukan 4 spesies: (parasitologi hal.189) P. Falciparum P. Vivax P. Ovale P. Malariae

c. Epidemiologi Pada permulaan tahun-20an dengan adanya program KOPEM (Komando Operasi Pembasmi Malaria), malaria berhasil dikontor di Jawa dan Bali, tapi masih banyak kantung-kantung malaria khususnya di Indonesia Bagian Timur (Irian, Maluku, Timur-Timor, NTT, Kalimantan dan sebagian sulawesi). (IPD jilid 3 hal. 2813-2814)

d. Daur Hidup Malaria

Daur hidup dari keempat jenis Plasmodium pada umumnya sama, yaitu terdiri dari fase seksual eksogen (sporogoni) dalam badan nyamuk Anopheles dan fase aseksual (skizogoni) dalam badan hospes vertebrate, yang terbagi lagi Skizogoni praeritrosit (skizogoni eksoeritrosit primer) yakni setelah sporozoit masuk ke dalam sel hati. Skizogoni eksoeritrosit sekunder, yakni ketika berlangsung siklus praeritrosit ulangan dalam sel hati.

Fase Jaringan. Bila nyamuk Anopheles betina menggigit kulit dengan probosisnya, sporozoit yang terdapat pada kelenjar ludahnya akan keluar dan memasuki peredaran darah dan setelah hingga 1 jam akan memasuki sel parenkim hati. Sebenarnya ada sebagian yang di fagositosis namun ada juga sebagian yang berkembang biak di sel hati tersebut. Fase ini disebut dengan skizogoni praeritrosit. Inti parasit membelah berulang-ulang disertai juga dengan pembelahan sitoplasmanya dan skizon jaringan (skizon hati) berbentuk lonjong maupun bulat dan di dalamnya terdapat banyak merozoit. Pada akhir fase praeritrosit skizon pecah dan merozoit-merozoit akan keluar menuju peredaran darah. Sebagian besar menyerang eritrosit hati dan ada juga yang difagositosis. Pada P. ovale dan P. vivax sporozoit akan menjadi hipnozoit (dorman)

setelah beberapa waktu dan akan memulai menjadi skizogoni ekso eritrosit (bentuk EE primer). Proses ini sebagai penyebab relaps jangka panjang. Fase Aseksual dalam darah. Merozoit yang menyerang eritrosit akan melekat pada membrane eritrosit dan membentuk invaginasi sehingga eritrosit berubah bentuk menjadi trofozoit (bentuk EE sekunder). Setelah mengalami fase pertumbuhan, parasit akan berkembang melalui proses aseksual yang disebut skizogoni ke eritrosit lainnya. Begitu seterusnya. Fase Seksual dalam darah. Setelah 3-15 hari merozoit dibentuk, sebagian merozoit akan menjadi seksual. Proses ini disebut gametositogenesis (gametogoni). Gametosit ini tidak akan berkembang lagi, kecuali jika dihisap oleh nyamuk Anopheles betina tersebut, namun jika tidak, maka gametosit akan mati dengan sendirinya. Di dalam lambung nyamuk terjadi penggabungan antara gametosit jantan dan betina yang akan membentuk zygote, yang kemudian mempenetrasi dinding lambung dan berkembang menjadi ookista. Dalam waktu 3 minggu terbentuklah sporozoit kecil yang akan masuk ke dalam kelenjar ludah nyamuk. (Parasitologi Hal. 191-194)

e. Gejala klinis Adapun gejala klinis dari penyakit malaria, yaitu: Demam trias malaria: (IPD Hal. 2817) Periode dingin (15-60 menit): mulai menggigil, sering berselimut, badan bergetar, gigi-gigi terantuk, diikuti naiknya suhu. Periode panas: muka merah, nadi cepat, panas badan tetap tinggi beberapa jam, diikuti berkeringat. Periode berkeringat: berkeringat banyak, suhu turun, merasa sehat.

Anemia, disebabkan oleh beberapa faktor: (Parasitologi Hal. 198) 1) Penghancuran eritrosit yang mengandung parasit terjadi di dalam limpa. Dalam hal ini faktor imun memmegang peranan; 2) Reduced survival time (eritrosit normal yang tidak mengandung parasit tidak dapat hidup lama); 3) Diseritropoesis ( gangguan dalam pembentukan eritrosit karena depresi eritropoisis dalam sum-sum tulang, retikulosit tidak dilepaskan dalam peredaran perifer.

Splenomegali

Keluhan prodormal: kelesuan, malaise, anorexia, perut tidak enak, diare ringan, sakit kepala, sakit belakang, nyeri sendi dan tulang.

f. Diagnosis Gejala klinis Anamnesis tambahan: Bagaimana karakteristik demamnya? Bagaiman sakit kepalanya, bagianmana? Pernah berpergian ke daerah mana baru-baru ini? Atau Pernah tinggal di daerah endemik? Apakah pernah menderita malaria sebelumnya? Apakah pernah mengkomsusmsi obat malaria?

Pemeriksaan fisik: Pasien mengalami demam 37,5-40oC, serta anemia yang dibuktikan dengan konjungtiva palpebra yang pucat. Penderita sering disertai dengan adanya pembesaran limpa dan pembesaran hati. Bila terjadi serangan malaria berat, gejala dapat disertai dengan syok yang ditandai dengan menurunnya tekanan darah, nadi berjalan cepat dan lemah, serta frekuensi napas meningkat. Pada penderita malaria berat, sering terjadi penurunan kesadaran, dehidrasi, manifestasi perdarahan, ikterik, gangguan fungsi ginjal, pembesaran hati dan limpa, serta bisa diikuti dengan munculnya gejala neurologis. (Penyakit Tropis Hal. 159-160)

Pemeriksaan laboratoriun 1) Pemeriksaan tes darah: a. Tetesan preparat darah tebal: untuk menemukan parasit malaria. b. Tetesan preparat darah tipis: untuk identifikasi jenis plasmodium.

2) Tes Antigen: P-F test Yaitu mendeteksi antigen dari plasmodium, bisa dengan Histamin-rich protein II, ICT, OPTIMAL, atau tes rapid lainnya.

3) Tes serologi

Bisa dengan ELISA, atau dengan IFA

4) Pemeriksaan PCR

c. Pengobatan Berdasarkan suseptibilitas berbagai stadium parasit malaria terhadap obat malaria maka obat malaria dibagi dalam 5 golongan yaitu: 1. Skizontosida jaringan primer: proguanil, pitimetamin, dapat membasmi parasit praeritrosit sehingga mencegah masuknya parasit kedalam eritrosit; digunakan sebagai profilaksis kasual. 2. Skizontosida jaringan sekunder: primakuin, dapat membasmi parasit daur eksoeritrositatau bentuk-bentuk jaringan P.vivax dan P.ovale dan digunakan untuk pengobatan radikal infeksi ini sebagai obat anti relaps. 3. Skizontosida darah: membasmi parasit stadium eritrosit, yang berhubungan dengan penyakit akut disertai gejala klinis. Skizontosida ini dapat mencapai penyembuhan klinis supresif bagi ke empat spesies Plasmodium. Skizontosida darah juga membunuh bentuk-bentuk eritrosit seksual P. Vivax, P. Ovale, P. Malariae, tetapi tidak efektif terhadap gametosit P. Falciparum yang matang. Skizontosida darah yang ampuh adalah kina, klorokuin, dan amodiakuin, sedangkan yang efeknya terbatas adalah proguanil dan pirimetamin. 4. Gametositosida: menghancurkan semua bentuk seksual termasuk stadium gametosit P. Falciparum, juga memengaruhi stadium perkembangan parasit malaria dalam nyamuk Anopheles betina. Beberapa obat gametositosida untuk ke empat spesies; sedangkan kina, klorokuin, amodiakuin adalah gametositosida untuk P. Vivax, P. Ovale, dan P. Malariae. 5. Sporontosida: mencegah atau menghambat gametosit dalam darah untuk membentuk ookista dan sporozoit dalam nyamuk Anopheles. Obat ini mencegah transmisi penyakit malaria dan disebut juga obat anti sporogonik. Obat-obat yang termasuk dalam golongan ini ialah: primakuin dan proguanil.

d. Komplikasi Hampir semua kematian akibat malaria disebabkan oleh P. falciparum. pada infeksi P. falciparum dapat meimbulkan malaria berat dengan komplikasi umumnya digolongkan sebagai malaria berat yang menurut WHO didefinisikan sebagai infeksi

P. falciparum stadium aseksual dengan satu atau lebih komplikasi sebagai berikut: (Mansjoer, 2001) 1. Malaria serebral, derajat kesadaran berdasarkan GCS kurang dari 11. 2. Anemia berat (Hb<5 gr% atau hematokrit <15%) pada keadaan hitung parasit >10.000/l. 3. Gagal ginjal akut (urin kurang dari 400ml/24jam pada orang dewasa atau <12 ml/kgBB pada anak-anak setelah dilakukan rehidrasi, diserta kelainan kreatinin >3mg%. Edema paru non-kardiogenik/ ARDS. 4. Asidemia (Ph<7,25) atau asidosis (plasma bikarbonat <15mmol/L). 5. Hipoglikemia: gula darah <40 mg%. 6. Gagal sirkulasi/syok: tekanan sistolik <70 mmHg diserta keringat dingin atau perbedaan temperature kulit-mukosa >1oC. 7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna dan atau disertai kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler. 8. Kejang berulang lebih dari 2 kali/24jam setelah pendinginan pada hipertermis. 9. Makroskopik hemaglobinuri oleh karena infeksi malaria akut bukan karena obat antimalaria pada kekurangan Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase. 10. Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada pembuluh kapiler jaringan otak.

e. Pencegahan Upaya pencegahan difokuskan pada pengurangan penularan penyakit dengan cara mengendalikan nyamuk pembawa malaria. Dua intervensi utama untuk

mengendalikan vector: Gunakan kelambu dengan insektisida tahan lama, merupakan cara yang efektif dan murah; Penyemprotan insektisida dalam ruangan.

Upaya ini dapat didukung dengan metode pengendalian nyamuk lain (sebagai contoh, memusnahkan genangan air tempat nyamuk berkembang biak).

You might also like