Professional Documents
Culture Documents
PENGENDA
LIAN
INFEKSI
NOSOKOMI
AL
RUMAH SAKIT
UMUM
BUDI LUHUR
CIREBON
Cirebon 19/6/08
Direktur
BAB I. PENGENDALIAN POTENSI INFEKSI
RUANG LINGKUP
Direktur
Sasaran :
Kebijakan :
a. Apron / Celemek
○ Apron disediakan di ruangan-ruangan : Kamar Operasi, Kamar bersalin,
UGD, High Care Unit, dan Ruang rawat inap
○ Apron dipakai sesuai standar pemakaian APP (Tabel 1)
○ Setelah selesai dipakai, maka pengelolaannya sesuai prosedur pengelolaan
linen kotor
○ Semua apron pasca operasi atau persalinan dianggap terkontaminasi cairan
tubuh pasien
○ Bila apron terkontaminasi cairan tubuh pasien penderita HIV, langsung
dibuang sebagai sampah infeksius atau sesuai dengan pengelolaan linen
kotor / infeksius
a. Masker
○ Masker disediakan di ruangan-ruangan : Kamar Operasi, Kamar bersalin,
UGD, HCU, Rawat inap, Rawat Jalan
○ Masker yang digunakan di RSBL tdd: Masker Dipossable, dan masker
reusable.
○ Masker dispossable digunakan hanya sekali pakai. Setelah dipakai langsung
dibuang di tempat sampah infeksius.
○ Masker reusable terbuat dari kain. Tersedia dalam tromol khusus dalam
keadaan steril dan siap pakai. Setelah dipakai maka pengelolaan sesuai
prosedur pengelolaan linen kotor.
○ Bila masker reusable terkontaminasi cairan tubuh pasien penderita HBV,
HCV atau HIV, langsung dibuang sebagai sampah infeksius
○ Standard pemakaian masker sesuai Tabel 1
a. Goggle
○ Goggle disediakan di Kamar Operasi,Kamar Bersalin, UGD, dan HCU
○ Standard pemakaian seperti pada Tabel 1
○ Semua goggle dianggap terkontaminasi cairan tubuh pasien
○ Bila kontaminasi tidak jelas, maka goggle di bersihkan dengan larutan
chlorine 0,5%
○ Bila Kontaminasi jelas atau pasien dengan HBV/HCV/HIV, maka goggle
direndam dulu dalam chlorine 0,5% selama 10 menit, kemudian dibilas
dengan air mengalir dicuci dengan detergent dan di keringkan dengan cara
diangin2.
a. Pelindung Kaki
○ Pelindung kaki disediakan di Ruang Kamar operasi, Kamar bersalin, UGD,
HCU
○ Pelindung kaki standar yang digunakan di RSBL tdd : Sepatu sendal khusus
berpenutup jari dan sepatu boot
○ Pelindung kaki tidak boleh dibawa keluar ruangan tempatnya disimpan /
disediakan.
○ Setiap orang yang masuk ruangan tersebut harus mengganti alas kaki
dengan pelindung kaki yang disediakan.
○ Setelah dipakai maka tergantung tingkat kontaminasi, bila masih bersih dan
tidak terkontaminasi cairan tubuh pasien bisa langsung disimpan kembali,
bila sedikit kotor dan tidak terkontaminasi cairan tubuh pasien dapat di cuci
dengan detergent di spoolhoek
○ Bila terkontaminasi cairan tubuh pasien harus dibersihkan dengan larutan
chlorin 0,5% bila contaminasi banyak sekali, maka alas kaki direndam
dengan chlorine 0,5% selama 10 menit kemudian dibilas, lalu dicuci dengan
detergent, di keringkan dengn diangin-angin
a. Penutup Kepala / Head Cover (HC)
○ Penutup kepala disediakan di OK ,UGD, dan Kamar bersalin
○ HC yang digunakan di RSBL tdd: HC Dipossable untuk dan HC reusable
○ HC dispossable digunakan hanya sekali pakai. Setelah dipakai langsung
dibuang di tempat sampah infeksius.
○ HC reusable terbuat dari kain. Tersedia dalam tromol khusus dalam keadaan
steril dan siap pakai. Setelah dipakai pengelolaannya sesuai prosedur
pengelolaan linen kotor
○ Bila HC reusable terkontaminasi cairan tubuh pasien penderita HIV, langsung
dibuang sebagai sampah infeksius
○ Standard pemakaian HC sesuai Tabel 1
a. Pakaian Khusus
○ Pakaian khusus disediakan di Kamar Operasi, Kamar bersalin, dan HCU
○ Pakaian khusus standard yang ada di RSBL tdd : Pakaian Khusus Kamar
Operasi, Pakaian pelindung di HCU dan Kamar bersalin
○ Pakaian khusus Kamar Operasi tidak boleh keluar dari zona hijau sesuai
SOP . Pakaian Pelindung HCU dan Kamar bersalin tidak boleh dibawa
keluar ruangan.
○ Setiap orang yang masuk ruangan OK harus mengganti pakaiannya dengan
pakaian khusus yang disediakan. Setiap orang yang masuk HCU dan Kamar
bersalin harus memakai pakaian pelindung yang disediakan
○ Setelah dipakai maka tergantung tingkat kontaminasi, bila masih bersih dan
tidak terkontaminasi cairan tubuh pasien bisa langsung disimpan kembali,
bila kotor dan atau terkontaminasi cairan tubuh maka pengelolaannya sesuai
prosedur pengelolaan linen kotor. Atau dapat juga langsung dibuang sebagai
sampah infeksius bila terkontaminasi cairan tubuh pasien penderita HCV,
HBV atau HBV.
a. Tabel Standar Pemakaian Aalat Perlindungan Perorangan (APP) di RSBL
TABEL 1
Jenis Pajanan Contoh APP standard
a. Kebijakan cuci tangan ini harus diikuti oleh semua orang yang berada di dalam
lingkungan RSBL : Pasien, Dokter, Perawat, Karyawan, Penunggu pasien,
Pengunjung RS
a. Setiap Calon karyawan baru RSBL harus memenuhi syarat-syarat kesehatan sbb :
• Pemeriksaan fisik oleh dokter dinyatakan sehat yang disahkan dengan Surat
Keterangan Sehat
• Tidak mengidap penyakit Paru kronik dan menular yang diperkuat dengan
hasil Foto Rontgen Thorax yang dinyatakan tidak ada kelainan oleh dokter
radiolog
• Bila dicurigai dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan sputum Gram / BTA
• Tidak mengidap penyakit potensial kronik yang menular secara hematogen
yang diperkuat dengan hasil pemeriksaan laboratorium untuk HbsAg, Anti
HBs, Anti HCV dan HIV negatif.
a. Pasien rawat inap RSBL diperbolehkan untuk ditemani / ditunggui oleh kerabatnya
b. Jumlah penunggu pasien di ruangan rawat inap dibatasi hanya 2 orang saja Per
pasien.
c. Penunggu pasien yang lain harus menunggu di luar ruangan rawat inap. Disediakan
ruang lobby dan community center untuk kerabat pasien lainnya menginap
d. Penunggu pasien harus ikut menjaga kebersihan ruangan rawat inap dan lingkungan
RSBL
e. Penunggu pasien harus ikut mematuhi peraturan yang berlaku di RSBL baik
peraturan umum maupun menyangkut program pengendalian infeksi nosokomial.
f. Penunggu pasien dilarang merokok di lingkungan RSBL. Disediakan tempat khusus
untuk merokok (smoking area)
g. Anak kecil dibawah usia 10 tahun dilarang masuk area rawat inap dan dilarang
menginap di area rawat inap RSBL disediakan Kids centre untuk tempat menginap
anak yang letaknya diluar area rawat inap.
h. Penunggu pasien yang sedang mengidap penyakit menular dilarang menunggui
pasien di ruang rawat inap dan diwajibkan memeriksakan diri pada dokter untuk
diberi pengobatan.
i. Penunggu pasien di ruang rawat inap dapat menggunakan fasilitas toilet yang
tersedia di ruangan rawat inap.
j. Kerabat pasien di luar ruang rawat inap dapat meggunakan fasilitas toilet umum
yang tersedia.
k. Penunggu pasien di ruang rawat inap dihimbau /sebaiknya tidak membawa makanan
dari luar lingkungan RSBL. Makanan dari luar lingkungan RS bila ada dalam ruang
rawat inap harus dalam keadaan tertutup dan atau disimpan di dalam kulkas /
bedside cabinet yang tersedia.
l. Paramedik dan pembantu paramedik berhak melakukan tindakan yang diperlukan
terhadap penunggu pasien serta makanan serta pakaian dan perilaku penunggu
pasien dalam rangka menjaga kebersihan ruang rawat inap.
m. Penunggu pasien dapat mengunakan fasilitas cuci yang tersedia di ruangan rawat
inap atau memakai jasa laundry RSBL dengan tarif.
n. Penunggu pasien dilarang menjemur / meletakkan linen basah di dalam ruangan
rawat inap. Linen basah dan pakaian yang hendak dijemur diletakkan di ruang yang
sudah disediakan.
A. Kebijakan tentang Waktu Besuk
a. Jam Kunjungan pasien dibatasi hanya 6 jam dalam satu hari, terbagi dalam dua
kelompok waktu :
• Pukul 09.00 - 11.00 WIB
• Pukul 15.00 – 19.00 WIB
a. Jumlah pengunjung pasien di ruangan rawat inap dibatasi hanya 2 orang saja.
b. Pengunjung pasien yang lain harus menunggu di luar ruangan rawat inap.
Disediakan ruang lobby dan community center untuk kerabat pasien lainnya
menginap / menunggu
c. Pengunjung pasien harus ikut menjaga kebersihan ruangan rawat inap dan
lingkungan RSBL
d. Pengunjung pasien harus ikut mematuhi peraturan yang berlaku di RSBL baik
peraturan umum maupun menyangkut program pengendalian infeksi nosokomial.
e. Pengunjung pasien dilarang merokok di lingkungan RSBL. Disediakan tempat
khusus untuk merokok (smoking area)
f. Anak kecil dibawah usia 10 tahun dilarang masuk area rawat inap dan dilarang
menginap di area rawat inap, disediakan kids centre untuk anak2 menginap
g. Kerabat pasien di luar ruang rawat inap dapat meggunakan fasilitas toilet umum
yang tersedia.
Direktur
Direktur
A. Pengendalian lalat
○ Secara fisik
Pengaturan pintu ruangan agar lebih sering tertutup
Mencegah penumpukan sampah domestik, Pengelolaan sesuai SOP
Mencegah kontaminasi benda lain oleh cairan tubuh pasien
Menjaga agar makanan selalu dalam keadaan tetutup
Merawat luka dengan baik
Sanitasi toilet yang baik
○ Secara kimia
Penggunaan Pestisida spray
○ Cara lain
Penggunaan fly paper, Fly stick
Penggunaan lampu anti lalat
A. Pengendalian Nyamuk
○ Secara Fisik
Penggunaan Kawat kasa pada lubang jendela
Pengaturan pintu yang lebih sering tertutup
Pencegahan penumpukan linen dalam ruangan
Pengaturan hygiene pasien dan penunggu pasien
Penggunaan kelambu bagi pasien
Pengurasan tempat penampungan air
○ Secara Kimia
Penggunaan pestisida spray
Pemberantasan sarang nyamuk / penggunaan bubuk abate
Bekerjasama dengan PKM setempat dalam rangka PSN
○ Cara Lain
Penggunaan lampu anti nyamuk
A. Pengendalian Tikus
○ Secara Fisik
Menutup semua lubang pada dinding
Pencegahan penumpukan sampah domestik
Pengaturan penyimpanan makanan
Sanitasi ruangan yang baik
○ Secara Kimia
Memakai racun tikus
○ Cara lain
Penggunaan Paper stick
Penggunaan perangkap tikus
A. Pengendalian hewan lain
Pengendalian Kucing
○ Menutup semua lubang pada dinding
○ Pencegahan penumpukan sampah domestik
○ Pengaturan penyimpanan makanan
○ Menangkap dan membuang kucing
Rumah Sakit Pengendalian Infeksi dari Inanimate/Benda mati
Direktur
1. Sampah Rumah sakit adalah bahan yang tidak berguna lagi, tidak digunakan,
ataupun bahan yang dibuang
2. Sampah RSBL dibedakan menurut potensi infeksinya :
• Sampah Domestik dibedakan sesuai kemudahan pembakarannya
○ Sampah domestik kering/non organik yaitu sampah yang berasal
dari benda mati biasanya berasal dari kegiatan sehari-hari RS
seperti kertas, plastik, kotak minuman, kardus, dll
○ Sampah domestik basah /organik : yaitu sampah yang berasal dari
benda hidup / yang dapat membusuk seperti sisa makanan, daun,
buah, kulit buah, rumput dll
• Sampah Infeksius
○ Sampah Infeksius adalah semua sampah dari hasil kegiatan
perawatan dan pengobatan pasien, baik yang kontak langsung
dengan tubuh pasien atau cairan tubuh pasien ataupun tidak kontak
langsung, seperti, tabung syringe, botol infus, catheter urine, urine
bag, NGT , Verband,dll
• Sampah Radioaktif
○ Sampah radioaktif adalah sampah yang dihasilkan dari hasil
kegiatan radiologi
• Sampah Sitotoksik
○ Sampah Sitotoksik adalah sampah yang termasuk bahan beracun
berbahaya terutama jika kontak dengan tubuh seperti formalin, dll
• Benda tajam
○ Benda tajam adalah sampah yang berbentuk tajam yang biasanya
dipakai untuk tindakan invasif kepada pasien seperti jarum suntik,
jarum IV catheter, Jarum Spinal, Jarum Jahit bedah bisturi dll
• Incinerator
Merk : Tesena Model TSN 9605IC
Kapasitas : 0,5m3/jam atau 70kg/jam
Temperatur maksimum : 1200oC
Burner : 1 buah
Blower : 1 buah
Dimensi : 250 cm X155cmX255cm
Cerobong : 6m
Daya Listrik : 220V/1500Watt 50Hz
Tangki Bahan Bakar : 60 liter solar
INCINERAT
R. Poliklinik / UGD
TPS
OR
R. Operasi / Tempat Sampah Cytotoksik / Kantung Plastik Warna Ungu
R.Bersalin
Laboratorium
Farmasi
Tempat Sampah Bahan Beracun Berbahaya / Kantung Plastik Warna Merah
BATAN
TPS
Laundry dll
Radiologi
• IPAL berfungsi mengolah limbah cair non tinja sebelum dibuang ke badan air
lingkungan
• Lokasi IPAL berada di blok / area pengolahan limbah ( lihat denah master
plan / site plan)
• IPAL terdiri dari :
○ Bak Pengumpul ( slump well ) : berfungsi untuk menampung limbah
cair dari seluruh kegiatan RS sebelum diolah pada unit selanjutnya.
Pada bak ini akan terendap partikel2 kasar dan mudah mengendap.
Bak pengumpul terdiri dari beberapa bak, dimana inlet dan outlet
sama tingginya.
○ Bak Sedimentasi awal : berfungsi untuk mengendapkan partikel2
kasar yang belum terendapkan di bak pengumpul. Pada bak ini
diberikan koagulan untuk menambah sedimentasi. Bahan koagulan
yang digunakan akan ditentukan kemudian.
○ Bak Filtrasi : Berfungsi menyaring partikel halus yang mungkin lolos
dari bak pengendap. Jenis Filtrasi yang digunakan adalah Slow sand
filter. Bahan yang digunakan untuk filter adalah Pasir silika, kwarsa,
kalsit, magnetit, kerikil, dan arang.
○ Bak Aerasi : Berfungsi mensuplai oksigen dan juga penambahan
tawas sehingga tercampur secara homogen antara limbah cair
dengan air dan bahan kimia sehingga memudahkan untuk
diendapkan. Diharapkan bisa menghilangkan gas yang tidak
diinginkan dalam air serta menghilangkan kotoran seperti Fe, Mn,
rasa dan bau. Permberian oksigen dilakukan dengan menggunakan
blower selama beberapa jam. Dilakukan pada siang hari sehingga
diharapkan suhu air meningkat, dan bak aerasi dibuat lebih luas.
○ Bak Klorinasi : Berfungsi membunuh kuman patogen, oksidasi Fe dan
Mn, menghilangkan rasa dan bau, menghilangkan warna, mengontrol
lumut. Bahan yang digunakan adalah chlorine.
○ Bak penampung akhir / Bak resapan : Berfungsi menampung limbah
cair yang terolah dan meresapkan ke media tanah sebagai media
akhir.
○ Bak Resapan dapat digantikan dengan Clear well ( kolam terbuka)
sengan indikator pemeliharaan ikan, kemudian air dialirkan ke badan
air ke saluran kota, sehingga air libah RS bergabung dengan limbah
lainnya dan limbah rumah tangga warga sekitar.
Poliklinik
SUMBER AIR
PDAM /
SUMUR
UGD KAMAR MANDI /
POMPA
WC
Laundry DRAINASE
Verbedding
SEPTIC TANK
Ruang Perawatan
/ wastafel /
spoolhoek
Laboratorium
IPAL
Radiologi
BIDANG RESAPAN /
CLEAR WELL
BATAN
BADAN AIR
2. Diagram alir IPAL RSBL
Koagulasi /
flokulasi
Sedimenta
si 2
Aerasi Blower
Filtrasi
Netralisasi
Badan Air
• Khusus untuk pasien dengan Hepatitis B , Hepatitis C dan atau HIV, maka
semua linen infeksius dianggap terkontaminasi.
A. Transport Linen kotor dalam ember tertutup menggunakan trolley khusus dengan
jalur yang sudah ditentukan, langsung ke ruang laundry. Jangan berhenti atau
mampir ke mana-mana.
B. Masuk ke ruang laundry melalui pintu masuk linen kotor. Taruhlah ember tertutup
pada ruangan linen kotor. Lakukan serah terima dengan petugas laundry.
LINEN KOTOR
Linen Non Linen
Infeksius Potential
Infeksius
DEKONTAMINAS
I
DESINFEKSI
STERILISASI DI
PUSAT STERILISASI
DISTRIBUSI
PENYIMPANAN
E. Penjelasan mengenai proses dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi, dijelaskan
pada Bab II.
F. Proses dekontaminasi, desinfeksi, pencucian biasa dilakukan di ruang laundry
dalam bak-bak cuci yang tersedia. Sterilisasi dilakukan di Pusat Sterilisasi RSBL.
G. Pada pelaksanaannya, Petugas laundry bertugas hingga ke proses pengeringan.
Proses Perbaikan, Penyetrikaan, Packing dilakukan bersama-sama antara
Paramedik , Pembantu Paramedik dan petugas Laundry. Proses Sterilisasi
Dilakukan oleh Paramedik. Distribusi dilakukan oleh Masing masing Kepala
Ruangan, dengan sepengetahuan kepala unit Linen, melalui buku distribusi.
Penyimpanan dilaksanakan di ruang penyimpanan Linen oleh Kepala unit Linen.
Direktur
I. PROSEDUR TETAP PENGENDALIAN LINGKUNGAN
• Dinding
○ Permukaan dinding harus rata, berwarna terang, dicat
tembok, dan mudah dibersihkan
○ Permukaan dinding yang selalu terkena percikan air
harus dilapisi bahan yang kuat dan kedap air
• Ventilasi
○ Ventilasi dapat menjamin peredaran udaradi dalam
kamar dengan baik
○ Tersedia lubang udara yang cukup dan dibersihkan
secara berkala
○ Dapat dilengkapi Exhauster Fan, Kipas angin dan atau
AC
• Atap
○ Atap harus kuat, dan tidak menjadi tempat perindukan
serangga dan tikus atau binatang lainnya.
○ Kerangka atap perlu diresidu dulu agar tahan terhadap
rayap.
○ Pemeriksaan secara berkala terhadap kemungkinan
kebocoran
• Langit-langit
○ Kuat, berwarna terang dan mudah dibersihkan
○ Tinggi minimal 2,5 m dari lantai
○ Kerangka kayu dibuat anti rayap
• Pintu
○ Pintu harus kuat, dapat mencegah masuknya serangga ,
tikus dan binatang pengganggu lainnya.
○ Menggunakan cat anti rayap
○ Dilengkapi shutter otomatis
○ Dibuat sedemikian rupa sehingga pembukaan pintu
dapat diminalisir, misalnya dengan membagi pintu
menjadi 2 bagian, 1 bagian cukup untuk dilewati 1
orang saja. Bagian lain lebar, dibuka jika ada bed atau
trolley yang melewati.
○ Tersedia lubang kaca sehingga paramedik dapat
mengawasi ruangan tanpa harus selalu membuka pintu.
• Instalasi
○ Pemasangan jaringan instalasi air bersih, air limbah,
listrik, Oksigen, Suction, sistem penghawaan, sarana
komunikasi dll harus rapi, aman dan terlindung.
1. Perbandingan jumlah tempat tidur dan dengan luas lantai untuk
ruang perawatan :
Ruang bayi
• Ruang perawatan minimal 2m2 per Bed
• Ruang isolasi minimal 3 m2 per bed
Ruang dewasa
• Ruang perawatan minimal 4,5m2 per bed
• Ruang isolasi minimal 6 m2 per bed
12 Radiologi 75 – 100
1 Operasi 22 – 25 50 – 60
2 Bersalin 22 – 25 50 – 60
3 Recovery 24 – 25 50 – 60
5 HCU 26 – 27 40 – 55
6 Rawat inap 26 – 27 40 – 55
7 Isolasi 22 – 25 40 - 55
○ Titik 3
Lokasi : Ruang Laundry
Merk Pompa : Sanyo Type PH 260 buatan Jepang
Daya hisap : 14 m
Supply : Laundry dan Reservoir 2
○ Reservoir 2
Lokasi : Belakang RS dekat dapur
Komposisi : Stainless steel
Kapasitas : 1000 L
Supply : OK, R.9, R.10, R.11, R.14, R.15, R.16,
R.17, Dapur, Laundry
○ Reservoir 3
Lokasi : Lantai 2 gedung poliklinik
Komposisi : Stainless steel
Kapasitas : 1000 L
Supply : Lantai 2 gedung poliklinik
Direktur
I. PROSEDUR TETAP PENGENDALIAN INFEKSI MAKANAN DAN MINUMAN
Sasaran :
Kebijakan :
Prosedur / Kebijakan :
A. Pengertian
• Ruang lingkup makanan di RSBL :
○ Makanan yang disajikan dari dapur kepada pasien maupun karyawan RS
○ Bahan makanan baik yang terolah atau belum terolah
○ Bahan tambahan pada makanan
○ Minuman
• Ruang lingkup Pengawasan :
○ Kemungkinan infeksi dari makanan
○ Kemungkinan infeksi dari alat masak
○ Kemungkinan infeksi dari alat makan
○ Kemungkinan infeksi dari individu
○ Kemungkinan intoksikasi dari toksin dari makanan
○ Kemungkinan intoksikasi dari toksin bakteri
○ Kemungkinan intoksikasi bahan kimia
PENYIMPANAN
PENCUCIAN
MAKANAN SEGAR
PERACIKAN
PENGOLAHAN
PEWADAHAN
PENYAJIAN
Kebijakan :
• Sumber bahan makanan hendaknya dipilih yang berkualitas baik, tempat-tempat
memperoleh bahan mentah harus diketahui oleh kepala dapur / gizi dan secara
berkala dievaluasi kinerja dan kualitasnya
• Bahan makanan dibawa ke dapur dengan trolley khusus dan melewati jalur yang
sudah ditentukan. Usahakan tidak melewati ruangan rawat inap atau ruangan
yang potensial infeksi lainnya.
• Bahan makanan di periksa dan diseleksi kembali.
• Bahan makanan yang belum terolah harus dalam keadaan segar, tidak rusak
atau berubah bentuk, warna, dan rasa, tidak berbau busuk, tidak berjamur, bila
kotor harus dibersihkan dengan air terlebih dahulu, tidak mengandung bahan
yang dilarang seperti formalin, boraks, pestisida, melamin, dll
• Bahan makanan dalam kemasan (terolah) harus mempunyai label dan merk,
terdaftar di Depkes dan mempunyai nomor daftar,kemasan tidak rusak, pecah,
atau robek atau kembung, belum kadaluwarsa, kemasan digunakan hanya untuk
satu kali penggunaan.
• Bahan makanan berasal dari tempat resmi yang dievaluasi kinerja dan
kualitasnya.
B.2. PENCUCIAN
Kebijakan :
Kebijakan :
• Pengolahan harus dilakukan oleh penjamah makanan dengan sikap dan perilaku
yang hygienis :
○ Tidak merokok selama mengolah makanan
○ Tidak makan atau mengunyah
○ Tidak memakai perhiasan berlebihan
○ Tidak menggunakan peralatan atau fasilitas kerja yang bukan
peruntukannya
○ Tidak mengerjakan kebiasaan2 yang jorok / menjijikkan seperti
mengorek2, mencungkil, mengupil, menggaruk, menjilat, atau meludah
○ Semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan secara terlindung
dari kontak langsung dengan tubuh
○ Perlindungan kontak langsung dengan makanan jadi dilakukan dengan
menggunakan sarung tangan plastik, penjepit makanan, sendok, garpu,
dan sejenisnya
○ Tenaga pengolah makanan harus selalu melakukan pemeriksaan
kesehatan berkala minimal 6 bulan sekali sesuai prosedur dalam buku ini.
Prosedur juga berlaku bila tenaga pengolah makanan mengalami sakit.
• Tenaga dapur / gizi selalu berupaya untuk menjaga kebersihan diri dan
kebersihan lingkungan kerja dengan cara :
○ Menempatkan makanan pada wadah dan tempat yang layak terutama
makanan yang mudah rusak
○ Selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum bekerja dan setelah
keluar dari kamar mandi / WC sebagaimana diatur dalam buku ini
mengenai cuci tangan
○ Selalu memakai pakaian kerja dan pakaian pelindung
○ Selalu bersifat teliti dan hati-hati dalam menangani makanan
• Makanan jadi yang siap saji tidak boleh diangkut bersama dengan bahan
makanan mentah
• Makanan diangkut dengan kereta dorong yang tertutup, bersih dan anti karat
(stainless steel), dan permukaan dalamnya mudah dibersihkan
• Pengisian kereta dorong tidak boleh sampai penuh, agar masih tersedia udara
untuk ruang gerak
• Perlu diperhatikan jalur khusus yang terpisah dengan jalur untuk mengangkut
bahan / barang kotor
• Makanan jadi yang siap saji harus diwadahi dan disajikan dengan peralatan yang
bersih dan sudah melalui proses desinfeksi sesuai prosedur
• Penyajian dilakukan dengan perilaku penyaji yang sehat dan berpakaian bersih
• Sebaiknya dalam tata hidang, disiapkan segera dan tidak lama menunggu di
santap. Beri waktu tidak lama kepada penderita untuk menyantapnya agar
makanan tidak makin beresiko terpapar mikroorganisme.
• Letak makanan sebaiknya satu bidang, bila dgigunakan bidang yang berbeda /
bertingkat, maka jenis makanan basah berada di bawah dari makanan kering
• Selalu menyediakan makanan contoh dari menu yang dihidangkan hari ini
sebagai bahan pemeriksaan bila terjadi masalah yang diakibatkan makanan.
A. PERALATAN PENGOLAHAN MAKANAN
D.1. LOKASI
Terhindar dari sumber pencemaran, terutama yang berasal dari tempat sampah, WC,
bengkel cat dan sumber pencemaran lain.
2) Konstruksi
Bangunan untuk kegiatan pengolahan makanan harus memenuhi persyaratan
teknis konstruksi bangunan yang berlaku.
3) Lantai
Permukaan lantai rapat air, halus, kelandaian cukup, tidak licin, dan mudah
dibersihkan.
4) Dinding
Permukaan dinding sebelah dalam halus, kering/tidak menyerap air dan mudah
dibersihkan. Pada permukaan dinding yang sering terkena percikan air, harus
dilapisi bahan kedap air yang permukaannya halus, tidak menahan debu,
setinggi 2m, dan berwarna terang.
5) Langit-langit
Langit-langit harus menutup seluruh atap bangunan, tinggi langit-langit sekurang-
kurangnya 2,4 m diatas lantai.
7) Pencahayaan
Intensitas pencahayaan harus cukup untuk dapat melakukan pemeriksaan dan
pembersihan serta melakukan pekerjaan-pekerjaan secara efektif. Di setiap
ruangan tempat pengolahan makanan dan tempat mencuci tangan intensitas
pencahayaan sedikitnya 200 lux pada bidang kerja. Semua pencahayaan tidak
boleh menimbulkan silau dan distribusinya sedemikian sehingga sejauh mungkin
menghindarkan bayangan.
8) Ventilasi / Penghawaan
Bangunan atau ruangan tempat pengolahan makanan harus dilengkapi dengan
ventilasi yang dapat menjaga kenyamanan suhu dan kelembaban dalam
ruangan, ventilasi juga harus cukup untuk mencegah udara dalam ruangan
terlalu panas, mencegah kondensasi uap air atau lemak pada lantai, membuang
bau, asap dan pencemaran lain dari ruangan. Tungku dapat dilengkapi dengan
sungkup asap (hood) alat perangkap asap, cerobong asap, saringan dan saluran
serta pengumpl lemak. Semua tungku terletak dibawah sungkup asap.
• BENTUK
○ Sudut-sudutnya todak boleh tajam, baik sudut lantai, dinding maupun langit
– langit
○ Dinding, lantai dan langit-langit terbuat dari bahan yang keras, tidak berpori,
tahan api, kedap air tidak mudah kotor, tidak licin, tidak mempunyai
sambungan, warna terang.\, mudah dibersihkan dan tidak ada tempat
menampung debu
• UKURAN
○ Ukuran minimal 30 – 40 m2, maksimal 55 – 60 m2 tinggi plafon minimal 2,5
m, maksimal 3,65 m
• PINTU
○ Sebaiknya bentuk pintu sliding, namun bila pintu swing, maka pintu harus
selalu tertutup dengan menggunakan penutup otomatis
○ Ukuran pintu minimal 1,2 X 2,10 m
○ Pintu harus selalu terawat, dan tidak boleh mengeluarkan suara
• JENDELA
○ Harus ada kaca tembus pandang agar orang dari luar dapat melihat
keadaan di dalam kamar bedah tanpa harus masuk
• VENTILASI
○ Memakai AC dilengkapi filter dan sistem ultraclean luminay airflow
○ Suhu diatur antara 19 – 22 oC dan kelembaban udara 50 – 60 %
• SISTEM PENERANGAN
○ Lampu ruangan memakai lampu pijar putih tertanam di dalam langit-langit
sehingga tidak menampung debu dan mudah dibersihkan
○ Pencahayan ruangan sesuai peraturan pencahayaan pada buku ini
○ Lampu operasi merupakan lampu khusus yang terdiri dari beberapa lampu
yang fokusnya dapat diatur, tidak panas, terang, tidak menyilaukan dan tidak
menimbulkan bayangan
• SISTEM GAS
○ Sistem gas sebaiknya dibuat sentral memakai sistem pipa
○ Sistem pipa melalui bawah lantai atau diatas langit-langit
○ Dibedakan sistem pipa O2 dan Nitrogen Oksida
• SISTEM LISTRIK
○ Harus ada sistem penerangan darurat dan sistem listrik cadangan
○ Bila dalam kamar bedah ada beberapa titik penyambungan aliran listrik,
maka sebaiknya dibedakan sirkuitnya sehingga bila terjadi gangguan listrik
pada satu titik, maka bisa dipindahkan ke titik lainnya
• SISTEM KOMUNIKASI
○ Harus ada sistem komunikasi dengan ruangan lain di dalam RS dan ke luar
RS
• SISTEM PENGAIRAN
○ Harus selalu siap mengalir. Harus punya sumber air tersendiri
• INTRUMENTASI
○ Semua peralatan harus mobile, mempunyai roda atau diletakkan diatas
trolley beroda
○ Semua alat sebaiknya terbuat dari stainless steel dan mudah dibersihkan
○ Prosedur penanganan instrumen di bahas kemudian
KM Sphk
VK RR R inst OK 1
HW
Koridor
R. Sterilisasi
OK 2 RGP
R. Duduk
RG
Dpr
R. Istirahat
KM
-Alas Kaki OK
tidak boleh lebih
luar dari zona ini
Direktur
Pengertian : Tata cara serah terima pasien yang akan dioperasi antara
perawat ruangan dan staf kamar operasi.
Tujuan :
Prosedur :
A. Persiapan fisik
Pasien harus dalam kondisi aman untuk dilakukan operasi yang
ditandai oleh
○ Dilakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh dengan hasil
pemeriksaan fisik oleh dokter ruangan dan atau dokter konsulen
RSBL menunjukkan kondisi dalam batas toleransi
○ Dilakukan pemeriksaan penunjang yang lengkap, meliputi
pemeriksaan laboratorium hematologi, kimia klinik, dan lainnya,
pemeriksaan radiologi, pemeriksaan EKG, dan pemeriksaan lain
yang diperlukan dengan hasil pemeriksaan penunjang dalam
batas normal atau dalam batas toleransi / aman
○ Dokter Ruangan dan atau dokter konsulen penyakit dalam dan
atau dokter konsulen anestesi dan atau dokter konsulen lainnya
menyatakan pasien dapat dioperasi
○ Bila diperlukan dilakukan persiapan terhadap pasien untuk
menunjang kelancaran operasi, seperti pemasangan infus,
lavement, puasa, istirahat total, pemasangan Supportif seperti
O2, Foley catheter, NGT , dll.
○ Pasien dalam keadaan bersih, bila perlu sudah mandi, pakaian
dari RS, bersih.
○ Diberikan antibiotik perioperatif sesuai petunjuk dokter
A. Persiapan mental
○ Pasien harus memahami maksud dan tujuan operasi serta resiko
yang harus dihadapi dalam menjalani operasi ini. Lakukan
Informed Consent sesuai prosedur.
○ Pasien di tenangkan dan diberi penyuluhan yang baik agar tegar
menghadapi tindakan operasi yang akna dijalaninya. Pasien
diminta untuk berdoa menurut keyakinannya masing-masing.
○ Keluarga pasien diminta selalu mendampingi dan mendukung
secara moril.
Pengertian : Tata cara mempersiapkan area pada tubuh pasien yang akan
dilakukan operasi.
Kebijakan :
Pembersihan Mingguan
• Seluruh permukaan dinding Kamar Operasi dibersihkan
dengan air mengalir dan didesinfeksi
• Lantai dibersihkan dengan air mengalir / disemprot , dicuci
dengan detergent, di keringkan dan didesinfeksi
• Seluruh permukaan lain seperti permukaan lampu operasi,
trolley anestesi, Kabel-kabel dan selang , cuff, Tabung O2,
Tabung N2O, meja obat, kursi, AC dll dibersihkan dan
didesinfeksi
• Kamar mandi dibersihkan
• Semua peralatan sterilisasi dibersihkan
• Dilakukan rutin dan teratur seminggu sekali .
• Pelaksana adalah tim pemeliharaan dan penanggung
jawab adalah kepala OK dan Kepala VK
Pembersihan Bulanan
Persiapan Linen
• Instrumenter dibantu omloop menyiapkan sejumlah linen sesuai
kebutuhan jenis tindakan operasi
• Jenis linen disesuaikan dengan standar
• Lakukan sterilisasi. Sterilisasi linen harus sudah selesai sebelum
instrumen
• Nampan dan Trolley diberi alas linen steril. Bila perlu berlapis 2.
• Letakkan linen pada trolley
• Tutup trolley dengan linen steril
TINDAKAN
Instrumen pasca
tindakan
DEKONTAMIN
ASI
PENGERINGAN
Packing / set Non packing
STERILISASI DI
PUSAT STERILISASI
DISTRIBUSI
PENYIMPANAN
Skema pengelolaan Linen
LINEN KOTOR
DEKONTAMINAS
I
DESINFEKSI
STERILISASI DI
PUSAT STERILISASI
DISTRIBUSI
PENYIMPANAN
Prosedur :
Syarat :
– Paramedik/bidan terlatih secara intern RS
– Menguasai betul / fasih teknik aseptik antiseptik
– Mengenal dengan baik teknik operasi yang dilakukan
dan kemungkinan kegawatan
– Mengenal dengan baik instrumentasi yang diperlukan
– Mengenal karakteristik operator
Tugas :
Sebelum Operasi
Selama Operasi
Syarat :
– Dokter/Paramedik/bidan terlatih secara intern RS
– Menguasai betul / fasih teknik aseptik antiseptik
– Mengenal dengan baik teknik operasi yang dilakukan
dan kemungkinan kegawatan
– Mampu mengelola pasien gawat
– Mengenal dengan baik instrumentasi yang diperlukan
– Mengenal karakteristik operator
– Teliti dan cekatan
– Diutamakan berpengalaman
Tugas :
Sebelum operasi
– Berkomunikasi dengan operator mengenai rencana
tindakan operasi dan kemungkinan komplikasi
– Memastikan identitas pasien dan kelengkapan
administrasi
– Memeriksa pasien yang akan di operasi
– Memastikan kelengkapan instrumen dan peralatan
– Memastikan kesiapan kegawatan
– Memastikan kesiapan anestesi
– Memastikan kesiapan fasilitas ruangan operasi
– Membantu memposisikan pasien
– Membantu operator melakukan antiseptik
– Membantu operator menutupi pasien dengan duk steril
– Berkomunikasi dengan anestesi tentang kesiapan
tindakan operasi dan kondisi pasien
– Cuci tangan bedah dan mengenakan jas operasi
Selama Operasi
Sesudah operasi
Syarat :
– Paramedik/bidan terlatih secara intern RS
– Menguasai betul / fasih teknik aseptik antiseptik
Tugas :
Sebelum Operasi
Selama Operasi
Pasca Operasi
1. Circuler (Omloop)
Syarat :
Tugas :
Sebelum Operasi
Setelah Operasi
A. Transport Pasien
a. Pelaksanaan Operasi
Surgical Scrub
Pengertian :
Tujuan :
Kebijakan :
Prosedur :
Surgical gown
Handgloving
• Posisi Anestesi
○ Anestesi Umum
Bila dilakukan anestesi umum, maka sebelum anestesi umum
pasien sudah diposisikan terlentang. Posisikan senyaman
mungkin. Ikat tungkai pada bagian atas lutut. Posisi lengan
terlentang dan terikat pada penyanggah.
○ Anestesi spinal
Bila dilakukan anestesi spinal, maka posisi anestesi spinal adalah
duduk dengan tungkai lurus ke depan atau uncang-uncang pada
kedua sisi bed operasi, tangan diletakkan pada bed atau tungkai
dengan posisi palmar diatas, lemas, kepala tertunduk.
○ Posisikan pasien sesuai kebutuhan operasi setelah anestesi
selesai.
• Posisi Terlentang
○ Setelah proses anestesi selesai, maka posisi lengan disesuaikan
kebutuhan apakah akan terlentang dan terikat pada
penyanggah, atau terlipat dibawah kepala, atau lurus disamping
tubuh pasien, Tungkai biasanya lurus dan terikat pada bagian
atas lutut, tambahan-tambahan lain semisal penyanggah bahu,
penyanggah panggul dsb disesuaikan kebutuhan
• Posisi Litothomi
○ Posisi bokong pasien pada batas bagian badan dan tungkai bed
operasi. Siapkan penyanggah tungkai di sisi kiri dan kanan batas
tersebut.
○ Letakkan pelindung / pad pada penyanggah tungkai, lalu
letakkan bagian belakang lutut pada penyanggah, sedemikian
rupa sehingga bagian perineum terekspos dengan baik dan
tungkai terposisikan dengan nyaman.
○ Posisikan lengan terlentang dan terikat pada penyanggah
○ Tutup pasien dengan baik
• Posisi miring
○ Posisi pasien miring kiri atau kanan sedemikian rupa sehingga
area operasi terekspos dengan baik, jalan nafas dan anestesi
tidak terganggu, dan posisi pasien stabil tidak dapat jatuh ke
posisi depan atau belakang.
• Posisi tengkurap
○ Idem posisi miring.
• Menggunakan hak
○ Agar tercipta lapang pandang yang baik sisi luka perlu ditarik ke
arah luar atau atas.
○ Gunakan hak yang sesuai dengan ukuran luka operasi dan
kedalaman lapang pandang yang dibutuhkan. Contoh untuk
ekstirpasi FAM mungkin hanya dibutuhkan hak Gigi atau
langenbeck kecil saja. Untuk Hernia mungkin perlu hak Roche
dan langenbeck saja, Untuk hysterctomy pada yang kurus bisa
hanya blaas hak saja atau hak cangku / langenbeck besar pada
orang gemuk dsb.
○ Selalu lepaskan hak dari area operasi bila tangan operator
masuk, karena selain bisa menghalangi tangan juga
menyebabkan sakit pada tangan operator
○ Perhatikan arah operator , gerakkan / pindahkan hak untuk
memberi lapang pandang yang lebih baik bila diperlukan
• Membersihkan darah
○ Untuk darah yang menggenang, gunakan suction dengan canul.
○ Untuk perdarahan yang banyak dan cepat dapat menggunakan
suction tanpa kanul. Hindari tangan terlalu dekat dengan area
operasi / menghalangi pandangan.
○ Untuk perdarahan yang merembes pada daerah yang sempit /
dangkal, gunakan kasa depper kecil / terlipat pada klem kasa
○ Untuk perdarahan yang merembes pada daerah yang dalam /
luas, gunakan kasa depper besar / tak terlipat / bendera pada
klem kasa. Gunakan hanya 1 kasa saja untuk mencegah
ketinggalan.
○ Menggunakan kasa depper adalah dengan di tekan-tekankan,
bukan di usap / gosokan pada luka karena gesekan bisa
menimbulkan kembali perdarahan, terutama pada daerah yang
rapuh
○ Ingat usahakan selalu area operasi dalam keadaan yang kering
dan bersih.
○ Gunakan kasa untuk membersihkan area operasi dan instrumen
dari bekuan darah.
• Menghentikan perdarahan
○ Harus pro aktif dalam menghentikan perdarahan. Bedakan
perdarahan yang merembes dari jaringan, mengalir dari
pembuluh vena dan menyemprot dari pembuluh arteri
○ Perdarahan yang merembes dari jaringan yang robek / di sayat,
berasal dari pembuluh darah kecil. Coba lakukan pembersihan
dengan kasa. Biasanya lama-kelamaan berhenti sendiri.bila
masih, coba lakukan penekanan dengan kasa selema beberapa
detik.
○ Bila tampak perdarahan mengalir, atau tidak berhenti dengan
tekanan, mungkin berasal dari pembuluh vena yang ukurannya
kecil sampai besar. Darah yang mengalir biasanya lebih gelap
dan tidak ada pullsasi. Gunakan klem untuk menjepit pembuluh
darah. Biarkan beberapa saat. Bila perdarahan berhenti, maka
tidak perlu dijahit/ cauter. Tapi bila masih ada perdarahan, maka
jepit ulang dengan klem untuk selanjutnya dijahit / diikat/ atau
dibakar dengan cauter.
○ Pengikatan / penjahitan perdarahan pada bagian tubuh yang
menetap dalam tubuh menggunakan plain gut atau chromic gut.
Untuk bagian tubuh yang akan dibuang, menggunakan silk/seide.
○ Cauterisasi dengan menempelkan ujung pen pada klem. Tekan
tombol coagulate untuk membakar pembuluh darah selama
beberapa detik hingga tampak bagian yang dijepit menghitam.
Hindari klem atau cauter menempel pada jaringan epidermis
kulit. Lepskan klem, perhatikan apakah perdarahan berhenti.
• Tentang Jarum
○ Selalu memegang benda tajam seperti bisturi atau jarum
dengan alat, baik pinset,klem atau naldfulder.
○ Jarum dapat dipakai kembali sedangkan bisturi harus dibuang
ditempat sampah benda tajam.
jenis jarum menurut mata jarumnya
○ Jarum taper bermata jaru bulat, bila ditusukkan tidak merobek
jaringan yang ditembusnya. Digunakan untuk menjahit jaringan
lunak dibawah jaringan kutis. Kecuali pada jaringan yang keras
seperti cervix uteri, kelenjar payudara yang displastik, bisa
dipakai jarum cutting dengan pengawasan perdarahan.
○ Jarum Cutting bermata jaru segi tiga, bila ditusukkan akan
merobek jaringan yang ditembusnya sehingga bisa menimbulkan
perdarahan. Digunakan untuk menjahit kulit atau jaringan yang
keras.
○ Jarum non traumatik, yaitu jarum yang langsung terhubung
dengan benang diujung belakang /pangkalnya. Tidak memiliki
lubang jarum sehingga dapat menembus jaringan dengan mulus.
Misal jarum pada benang dalam kemasan sachet.
○ Ekor benang pada lubang jarum jangan terlalu pendek sehingga
mudah lepas atau terlalu panjang sehingga mengganggu
penjahitan. Standar panjang ekor benang adalah 4 – 5 cm.
• Tentang benang
○ Mengambil benang dalam kaset harus menggunakan naldfulder
atau klem . tarik sebanyak 2 kali panjang naldfulder atau kira-
kira 40cm. Atau sesuaikan dengan kebutuhan / karakter
operator.
○ Mengambil benang dari sachet juga menggunakan naldfulder.
Buka lipatan dan ambil jarum dengan nalfulder, dan tarik hingga
benang keluar seluruhnya.
○ Secara umum benang operasi dibagi menjadi 2 golongan besar
yaitu benang absorbable ( dapat diabsorpsi) dan non absorbable
( tidak diabsorpsi)
○ Benang yang dapat diabsorpsi dapat dicerna tubuh untuk
kemudian hancur oleh proses radang / inflamasi / reaksi tubuh
sendiri sehingga hubungan antar 2 sisi bisa saja lepas . Jangka
waktu penghancuran ini berbeda beda berkisar antara 3 hari
hingga 3 bulan.
○ Benang yang non absorpsi tidak dapat dicerna tubuh. Bisa
bertahan di dalam tubuh selama bertahun-tahun karena bersifat
Inert ( tidak menimbulkan / merangsang reaksi tubuh) digunakan
untuk kulit atau jaringan dibawah kulit yang sukar sembuh.
○ Contoh benang absorpsi adalah plain gut, chromic gut ,
Polyglycolic acid (dexxon / Atramat / polysorb) poligaktin ( Safil,
safi quick)
○ Contoh benang non absorpsi adalah silk / seide, nilon (monosof ,
Dermalon ), Polypropylen ( Prolene , mersilene)
○ Ukuran benang bermacam-macam, pemakaiannya tergantung
kebutuhan / jenis operasinya.
• Tentang gunting
○ Semua instrumen yang memiliki bagian yang diperuntukkan jari
seperti gunting, klem, dsb di pegang dengan memasukkan ibu
jari pada lubang yang satu dan jari manis pada lubang yang lain.
Jari telunjuk dan tengah menopang instrumen dan membantu
mengarahkan instrumen
○ Dalam hal gunting, untuk menjaga agar tangan tidak goyah yang
bisa berakibat fatal, maka jari pada tangan kiri ikut membantu
menopang gunting saat pengguntingan dilakukan
a. Pasca Operasi
Pengelolaan Pasien
Pengelolaan Linen
Pengelolaan Instrumen
• Bed Operasi
○ Seluruh permukaan bed operasi dibersihkan dengan chlorine
0,5%
○ Buka kunci roda, dan pindahkan bed agar lantai dibawah bed
bisa dibersihkan. Gulirkan roda diatas genangan larutan chlorine
bolak balik, keringkan lantai, kemudian kembalikan bed ke
tempat semula dan di kunci roda
• Trolley
○ Perlakuan sama dengan bed operasi.
○ Trolley diletakkan di ruang peralatan
• Lampu Operasi
○ Seluruh permukaan lampu operasi dibersihkan dengan chlorine
0,5%
○ Periksa adakah bola lampu yang rusak. Segera laporkan kepada
bagian pemeliharaan untuk segera diganti.
• Alat anestesi
○ Permukaan trolley di bersihkan dengan chlorine 0,5%
○ Vaporizer ditutup, O2 dan N2O ditutup.
○ Facemask di bersihkan denganchlorine 0,5%
○ Selang, canule, ETT, mayo diperlakukan sebagaimana instrumen.
• Monitor EKG
○ Matikan monitor ECG, cabut kabel dari stekker
○ Gulung dengan bai semua kabel dan letakkan pada
gantungannya.
• AC
○ Matikan AC
Pengelolaan Ruangan
Pengelolaan spesimen
Catatan :
• Semua specimen harus dikirimkan dengan formulir yang tepat dan
sudah ditandatangani.
• Specimen pada bagian yang menular misalnya : Hepatitis B harus
ditangani lebih hati-hati.
• Simpan specimen ini pada stoples yang berlabel khusus, sehingga
orang-orang yang menanganinya akan lebih hati-hati.
Sasaran :
2. SISTEM ZONASI
Lihat sistem zonasi kompleks OK dan VK
Pembersihan Rutin
Pembersihan Harian
• Setiap hari seluruh permukaan lantai kompleks OK – VK di
bersihkan dan di desinfeksi
• Setiap hari dilakukan pemeriksaan prasarana seperti
penyediaan air bersih, kelistrikan, pencahayaan, ventilasi,
dsb
• Setelah dibersihkan dilakukan sterilisasi ruangan dengan
lampu ultraviolet secara terus menerus hingga saat
dibersihkan keesokan harinya.
• Pelaksana adalah tim pemeliharaan, dan penaggung jawab
adalah Kepala OK dan Kepala VK
Pembersihan Mingguan
• Seluruh permukaan dinding Kamar Bersalin dibersihkan
• Lantai dibersihkan dengan dan didesinfeksi
• Seluruh permukaan lain seperti permukaan lampu ,
trolley , Lemari, bedside cabinet, Kabel-kabel dan selang ,
cuff, Tabung O2, meja obat, kursi, AC dll dibersihkan dan
didesinfeksi
• Kamar mandi dibersihkan
• Semua peralatan sterilisasi dibersihkan
• Dilakukan rutin dan teratur seminggu sekali .
• Pelaksana adalah tim pemeliharaan dan penanggung
jawab adalah kepala OK
Pembersihan Bulanan
A. Persiapan mental
○ Pasien harus memahami teknik yang benar dari persalinan dan
memahami tentang segala kemungkinan yang harus dihadapi
dalam persalinan ini. Lakukan Informed Consent sesuai prosedur.
○ Pasien di tenangkan dan diberi penyuluhan yang baik agar
tegar . Pasien diminta untuk berdoa menurut keyakinannya
masing-masing.
○ Keluarga pasien diminta selalu mendampingi dan mendukung
secara moril.
○ Perlakukan sesuai peraturan Tatakrama di RSBL
Syarat :
Bidan/ dokter/Spesialis terlatih
Memahami /fasih asuhan persalinan normal
Memahami/fasih tindakan aseptik / antiseptik
Mampu melakukan resusitasi BBL
Mampu melakukan Episiotomy dan Penjahitan
Mengenal tanda-tanda bahaya persalinan
Mampu menangani kegawatan persalinan
Tugas :
• Melakukan anamnesa,
• Melakukan pemeriksaan fisik
• Menegakkan diagnosa
• Melakukan konsultasi
• Melakukan observasi
• Mellengkapi formulir SOAP dan Partograf
• Menolong persalinan kala II
• Melakukan Asuhan BBL
• Melakukan Resusitasi BBL
• Melakukan Inisiasi Menyusu Dini
• Mengelola perdarahan dan perlukaan pasca persalinan
• Memantau Kala IV
• Membuat Laporan
• Asisten Penolong
Pengertian :
Adalah petugas yang membantu penolong melaksanakan tugasnya
Syarat :
Paramedik / Bidan terlatih
Memahami proses asuhan persalinan normal
Memahami/fasih tindakan aseptik / antiseptik
Mampu membantu melakukan resusitasi BBL
Mampu membantu tindakan Episiotomy dan Penjahitan
Mengenal tanda-tanda bahaya persalinan
Mampu membantu penenganan kegawatan persalinan
Mengenal betul ruangan bersalin dan letak alat / obat
Tugas
• Membantu anamnesa,
• Membantu pemeriksaan fisik
• Membantu melakukan observasi
• Sebagai asisten persalinan kala II
• Membantu Asuhan BBL
• Membantu resusitasi BBL
• Membantu Inisiasi Menyusu Dini
• Membantu pengelolan perdarahan dan perlukaan pasca persalinan
• Membantu memantau Kala IV
• Melakukan pembersihan ruangan, desinfeksi, pengelolaan sampah dsb
Rumah Sakit Prosedur Pelayanan Pasien Bersalin
Direktur
Tujuan :
• Tata laksana persalinan normal mengacu pada Standar asuhan persalinan normal
JNPK-KR
• Pelayanan persalinan normal dilaksanakan oleh setidaknya seorang bidan terlatih dan
seorang asisten
• Semua Kegiatan pelayanan harus tetap sesuai dengan standar kerja, standar profesi
dan kode etik yang berlaku di RSBL
• RSBL mendukung program IMD, RS. Sayang Ibu dan Sayang Bayi
Prosedur
DI KAMAR BERSALIN
PENATALAKSANAAN KALA I
1. Lakukan pengumpulan data subyektif dengan melakukan anamnesa dan catat data
subyektif pada kolom Subyektif lembaran SOAP
2. Lakukan pemeriksaan fisik menyeluruh dan mencatatnya dalam kolom data obyektif
pada lembaran SOAP
3. Tata Cara mengukur tinggi fundus Uteri (TFU) : ukur panjang jarak tepi atas symphisis
pubis sampai puncak fundus uteri dengan menggunakan meteran kain
PENATALAKSANAAN KALA II
1. Persiapan trolley
○ Gelar paket partus set diatas trolley. Perhatikan label pensterilan tidak boleh
lebih dari 7 hari. Bila lebih, harus disteril ulang
○ Siapkan paket linenpartus. Perhatikan label sterilisasi terakhir.
○ Masukan bahan medis lain secara aseptik
○ Standar susunan trolley :
• Hangatkan , keringkan,rangsang
taktil BBL
• Oxitocin 1 amp IM *
• Bersih-bersih Ibu
• Siap-siap barangkali atoni
• Kain disimpan diember • Dalam pikiran “methergin?
berpenutup IV?gastrul?RL? HES?
Guyur?
• Ibu dibersihkan dengan washlap • Siapkan kassa, saksikan
dan NaCl, keringkan dengan kelengkapan plasenta,
washlap bersih simpan placenta
• Siapkan barangkali
• Ganti Alas Ibu hecting
• Bericontoh massase
• Cuci Handschoen, lepaskan,
Cucitangan • Asistensi hecting
• Lakukan pemantauan kala
• Pantau kala IV IV bila sudah 15 menit
• Siapkan Kain bersih Ibu,
• Isi laporan dan lengkapi Partograf bantu beresin kain ibu
• Beberes Trolley
• Rendam alat dalam
chlorine,
• Kasa dibuang ke tempat
sampah infeksius
• Jarum di tempat benda
• Pakai Handschoen bersihkan dari tajam
1 jam post talc atau formalin • Benang bersihkan dengan
partum • Beri pakaian pada bayi chlorine dan disimpan
• Vit K 1 strip pada tempatnya
• Ukur panjang bayi • beberes ruangan
• Beri salep mata • Cuci alat dan tiriskan
• Selimuti bayi, timbang bayi • Cuci Handschoen, Lepas,
• Berikan pada ibu, disisi ibu,atau cucitangan
disusui atau metode kangguru • Pake rubber glove, Cuci
handschoen, bilas dan
• Pantau kala IV sampai jam ke tiriskan
dua post partum • Bila alat sudah keringbisa
dimulai sterilisasi
• Siapkan Perlengkapan
bayi, bantu memakaikan
• Siapkan vit K dalam spuit
• Siapkan meteran, sipakan
salep, siapkan timbangan
A. DEFINISI
Dekontaminasi
Adalah sustu proses / kegiatan yang berusaha menghilangkan kontaminasi suatu
benda oleh benda lain yang potensial menjadi sumber infeksi yang sekaligus juga
membasmi sebagian mikroorganisme sehingga kita dapat menangani secara aman
Desinfeksi
Adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir semua mikroorganisme
penyebab penyakit yang mencemari benda mati atau instrumen. Tindakan serupa pada
kulit disebut Antisepsis
Sterilisasi
Adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme termasuk
endospora bakteri
B. DEKONTAMINASI
C. DESINFEKSI
D. STERILISASI