You are on page 1of 3

Berbekal Al Fatihah

-Serial Tafsir Ringkas -

Alhamdulillah washolaatu wassalaamu’alaa rasuulillah,

Rekan sekalian, setelah pada serial pertama kita mempelajari ayat-ayat pertama surat Al Kahfi dimana
kita dapati informasi mengenai sifat Al Qur’an. Kita telah pelajari bahwa kabar dari Al Qur’an bukan
hanya BENAR, tapi lebih jauh dari itu juga memang merupakan kabar-kabar pilihan yang apabila kita
konsumsi akan memenuhi jiwa dan fikiran kita dengan keimanan dan ilmu. Begitupun dengan perintah
yang terdapat dalam Al Qur’an, tidak hanya terbebas dari kesia-siaan apalagi kezhaliman namun
perintah-perintah tersebut merupakan bentuk pensucian hati dan jiwa kita.

Berbekal keyakinan diatas, pada serial kedua ini mari kita menikmati diantara ilmu yang terkandung
dalam surat Al Fatihah. Surat yang seandainya kita sukses menikmati ilmunya tentu sholat akan menjadi
momen yang sangat indah, betul-betul menjadi sarana istirahat, pensucian, dan juga penguatan visi
sebagai seorang hamba.

Pelajaran dari surat yang syarat dengan ilmu dan hikmah ini akan kita uraikan dalam beberapa point
berikut :

1. Menyadari terbukanya saluran komunikasi langsung dengan Allah ta’ala dalam setiap bacaan Al
Fatihah dalam sholat kita. Untuk itu simaklah hadits qudsi yang dikoleksi oleh Imam Muslim dalam
shohihnya berikut

"Allah ta’aala berfirman:  "Aku membagi shalat (Al-Fatihah) antara Aku dan hamba-Ku menjadi dua  bahagian; dan
untuk hamba-Ku apa yang dimintanya.

Bila hamba-Ku mengucapkan:  'Alhamdulillahi rabbil 'alamiin' , Allah berfirman: 'Hamba-Ku telah memuji-Ku'.

Dan apabila hamba-Ku mengucapkan: 'Arrahmaanirrahiim' Allah berfirman: Hamba-ku telah menyanjung-Ku.

Apabila hamba-Ku mengucapkan: 'Maalikiyaumiddin',  Berfirman Allah swt.: Hamba-Ku telah memuja-Ku, dan
adakalanya Dia berfirman:  "Hamba-Ku telah menyerahkan persoalannya kepada-Ku." 

Midori ISC – Tokodai / Serial Tafsir Ringkas #2 Page 1


Dan ketika hamba-Nya mengatakan 'Iyyakana'budu wa iyyaka nasta'in' Berfirman Allah swt.: "Inilah antara Aku
dan Hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang dimintanya.

Dan apabila hamba-Ku mengucapkan: 'Ihdinashshiraatal mustaqiim, shiraathalladzina an'amta 'alaihim ghairil
maghdluu bi'alahim wa ladhoolliin'. Allah berfirman: "Inilah untuk hamba-ku dan untuk hamba-Ku apa yang
dimintanya". ( H.R. Muslim, Malik, Abu Daud, turmudziy, An-Nasaai.).

Rekan sekalian, dari hadits diatas begitu jelas bagaimana komunikasi yang terjadi dalam setiap bacaan Al
Fatihah kita dalam sholat, sungguh saying kalau kita mengabaikan kanal komunikasi dengan zat yang
telah memberikan semua kenikmatan ini kepada kita.

2. Memaknai dan menata hati di setiap ayat yang kita baca. Kita coba memaknai komunikasi ini dan
menata hati kita untuk mengoptimalkannya. Sedikit upaya optimalisasi tersebut kita isi munajat ini
dengan hal-hal berikut :
 Kita memuji Allah Rabb semesta alam. Rabb yang diantaranya bermakna sebagai pencipta,
pemilik, dan pengatur alam semesta ini. Maka dengan ‘Allhamdulillahi rabbil ‘aalamiin’ kita
memuji Allah dan mengesakan Allah sebagai pencipta, pemilik, dan pengatur alam semesta.
Inilah yang diistilah sebagai tauhid rububiyah. Dengan keyakinan ini terputuslah
kebergantungan hamba kepada selain Allah, seiring dengan tumbuhnya tawakkal kepada Allah.
 Kita menggungkan Allah dengan sifat kasih dan sayangnya, yang dengan sifat inilah kita dan
semua alam ini mendapatkan kenikmatan-Nya. Bahkan ujian yang kita terima adalah bentuk lain
dari kasih dan sayang Allah ta’ala. Maka dengan ayat ini kita mengagungkan Allah atas sifat kasih
dan sayangnya.
 Mengakui Allah ta’ala sebagai raja di hari pembalasan. Sebenarnya Allah adalah Raja di hari yang
telah berlalu, sedang kita lalui, dan juga hari-hari yang akan datang, namun pada hari ini, hari
dimana Allah membalas semua amal hamba-Nya secara adil tampak jelaslah sifat ini…
tersadarlah hamba yang sempat mengklaim sifat ini atau sekedar sebagian dari sifat ini ketika
didunia. Pada titik inipun kita mengingat kembali konsep ‘ad-diin’ yang berarti ‘pembalasan
secara adil’, bahwa semua yang kita lakukan akan dipertanggungjawabkan, akan dibalas secara
adil. Dengan konsep ini, kita takut melakukan kemaksiyatan sekecil apapun sebaliknya begitu
bersemangat pada kebaikan seringan apapun…karena kita yakin tidak ada yang hilang begitu
saja..semuanya dinilai dan dibalas secara adil.
 Menyatakan penghambaan kita dengan ‘iyyaaka na’budu’ ..’hanya kepada Mu lah kami
menyembah’ sebagai deklarasi kita bahwa rasa cinta, takut, dan harap, serta semua tindakan
yang muncul dari perasaan tersebut kita tujukan kepada Allah ta’ala. Sebagai tindak lanjut dari
pengakuan rububiyah kita pada-Nya, karena hanya zat yang mencipta, memiliki, dan mengatur
alam semesta inilah yang pantas untuk dijadikan sebagai tujuan tunggal dari semua
persembahan ibadah kita.
 Dilanjut dengan ‘iyyakanasta’iin’ sebagai bentuk permintaan tolong kita kepada Allah ta’ala.
Pengakuan hamba yang lemah bahwa ia sangat memerlukan pertolongan Allah ta’ala , rabb dan
tujuan ibadahnya. Bahkan lebih jauh, kita menyatakan bahwa Allah lah satu-satunya tempat kita
meminta pertolongana.

Midori ISC – Tokodai / Serial Tafsir Ringkas #2 Page 2


 Memohon ‘shiraathal mustaqiim’ yang bermakna kita meminta ditunjuki jalan yang lurus dan
keistiqamahan diatas jalan tersebut, memohon untuk ditunjuki dalan kebenaran dan
kemampuan untuk mengamalkan bahkan memperjuangkan kebenaran tersebut.
 Itulah jalan orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah, jalan yang mengumpulkan ilmu dan
amalb. Tidak menjadi orang yang dimurkai (maghduub) karena mengenal kebenaran namun
tidak menjalankan apalagi memperjuangkannya, atau bersegera melakukan amal tanpa memiliki
ilmu sebagai dasar amal tersebut sehingga akhirnya ia tersesat (dholliin) dan sia-sia semua
amalnyac.

Semoga Allah menganugerahkan kenikmatan bermunajat dalam surat yang mulia ini, membuahkan ilmu
dan amal serta keistiqamahan diatas keduanya.

Alhamdulillah washolatu wassalaamu ‘ala rasuulillah.

Rujukan Umum :

1. Tafsir Ibnu Katsir


2. Tafsir As Sa’di

Keterangan tambahan :

a
Dengan tetap bersyukur dan berterimakasih kepada makhluk yang telah Allah jadikan perantara datangnya pertolongan
tersebut.

b
Simak surat An Nisaa ayat 69.


Simak surat Al Kahfi ayat 104.

Midori ISC – Tokodai / Serial Tafsir Ringkas #2 Page 3

You might also like