You are on page 1of 9

Dqnamic Prerammin - Lke Hartante 1

pJ,p{ }}QQ},pp{Q
Beberapa istilah yang digunakan dalam pemrograman dinamis adalah :
Stages. Langkah pertama yang harus dilakukan dalam memformulasikan program dinamis
adalah mengidentifikasikan stages atau tahapan dalam proses keputusan. Misalnya,
terdapat (n) tahapan yang diberi label 1,2,3, ., n-1, n.
States. Diidentifikasikan berdasarkan setiap stages atau tahapan yang menggambarkan
status semua informasi dalam membuat keputusan. Misalnya, jika dalam stages 3 terdapat
states 5, maka ditulis s
3
= 5.
Decisions. Variabel keputusan atas stage i ditulis dengan d
i
. Misalnya, dalam stage 3
terdapat states 5, maka d
3
mungkin sama dengan 7 atau 8 (menuju states 7 atau 8).
Return functions. Untuk menghitung efektifitas digunakan fungsi dengan notasi f yang
dapat berupa biaya, laba, jarak atau beberapa hitungan yang lain. Fungsi f tersebut
dinamakan return function, misalnya, f
i
(s
i
,d
i
). Apabila nilai f
i
optimum ditulis dengan f
i
*(s
i
)
atau dikenal dengan istilah optimum return function. Misalnya, dalam stage 2 terdapat
states 2 atau i = 2, dan s
i
= 2, maka fungsinya ditulis :
f
2
= min f
2
(2,d
2
)
d
2
= min {f
2
(2,4), f
2
(2,5), f
2
(2,6)} Lihat contoh gambar dibawah
Recursions. Adalah persamaan yang menyatakan fungsi optimum, misalnya
f
i
*(s
i
) = min {D(s
i
,d
i
) + f
i+1
*(d
i
)}
MasaIah Rute Terpendek
Dqnamic Prerammin - Lke Hartante 2
Masalah dari gambar tersebut adalah bagaimana menentukan rute yang harus dilalui mulai dari
kota 1 ke kota tujuan 9, agar diperoleh total jarak minimum. Hal ini dapat diselelesaikan dengan
dua cara :
1. Mengambil rute yang terpendek dari satu kota ke kota berikutnya dalam setiap tahapan.
Jika hal ini dilakukan maka rute yang ditempuh adalah mulai dari 1-3-6-8-9 dengan total
jarak 520 km. Tetapi, rute terpendek yang sebenarnya adalah rute 1-3-5-7-9 dengan
jarak 510 km.
2. Dengan cara menghitung satu-persatu setiap rute dan memilih rute terpendek
diantaranya.
1-2-4-7-9 560 km
1-2-4-8-9 650 km
1-2-5-7-9 550 km
1-2-5-8-9 590 km
1-2-6-7-9 600 km
1-2-6-8-9 580 km
1-3-5-7-9 510 km terpendek
1-3-5-8-9 550 km
1-3-6-7-9 540 km
1-3-6-8-9 520 km
PENYELESAIAN DENGAN METODE PROGRAM DINAMIS
Tahap 4
Jika dimulai dari tahap 4, terdapat dua rute submasalah yaitu dimulai dari state 7 ke node 9 dan
dimulai dari state 8 ke node 9. Berarti hanya terdapat satu pilihan, rute manakah yang memiliki
jarak terpendek ? Sudah selayaknya rute 7-9 adalah rute terpendek yaitu 50 km, dan keputusan
optimum adalah rute 7-9. Hasil analisa tahap 4 adalah sebagai berikut :
Keputusan
State
9
Keputusan
optimum
Jarak terpendek
ke node 9
7 50 9 50 km
8 60 9 60 km
Tahap 3
Jika dimulai dari tahap 3, terdapat tiga rute submasalah yaitu dimulai dari state 4,5 dan 6. Rute
manakah yang terpendek untuk menuju node 9 ? Untuk mencapai node 9 harus melewati node
7 atau node 8. Berarti hanya tersedia dua keputusan. Jika keputusannya adalah rute 4-7 maka
jarak tempuhnya adalah 60 km, sedangkan jarak node 7 ke node 9 adalah 50 km sehingga total
jaraknya adalah 110 km (terpendek). Jika yang ditempuh adalah rute 4-8, maka total jaraknya
adalah 140 + 60 = 200 km. khtisar analisa jarah tahap tiga adalah seperti tabel berikut :
Keputusan
State
7 9
Keputusan
optimum
Jarak terpendek
ke node 9
4 110 200 7 110 km
5 220 260 7 220 km
6 260 240 8 240 km
Dqnamic Prerammin - Lke Hartante 3
Tahap 2
Dengan cara yang sama seperti dalam tahap 4 dan 3, maka ikhtisar analisa tahap 2 adalah
sebagai berikut :
Keputusan
State
4 5 6
Keputusan
optimum
Jarak terpendek
ke node 9
2 360 350 380 5 350 km
3 - 270 380 5 270 km
Tahap 1
khtisar analisa tahap 1 adalah sebagai berikut :
Keputusan
State
2 3
Keputusan
optimum
Jarak terpendek
ke node 9
1 550 510 3 510 km
Dari tahap 1 dapat disimpulkan jika kita mengambil rute 1-2, maka jarak tempuk menuju node 9
adalah 550 km dan apabila kita mengambil rute 1-2 maka jarak tempuhnya adalah 510 km yang
berarti merupakan jarak terpendek menuju node 9.
Rute terpendek 1-3-5-7-9 = 510 km
PRINSIP DASAR DALAM MENENTUKAN KEBIJAKAN OPTIMUM
Prinsip dasar yang digunakan dalam program dinamis adalah prinsip optimaIity, yaitu dengan
menentukan keputusan optimum untuk setiap tahap (i). Misalnya, dalam masalah rute terpendek
keputusan optimum tahap 3 adalah state 5 yang tidak tergantung atas keputusan dalam
membuat tahap 2. Kebijakan optimum adalah keputusan yang akan membuat setiap tahap
menjadi minimum atau maksimum (f
i
*). Kebijakan optimum untuk masalah rute terpendek dapat
dinyatakan seperti berikut :
Dqnamic Prerammin - Lke Hartante 4
Tahap 1, ditunjukkan oleh state 1, d
1
* = 3 (menuju node 3)
Tahap 2, ditunjukkan oleh state 3, d
2
* = 5 (menuju node 5)
Tahap 3, ditunjukkan oleh state 5, d
3
* = 7 (menuju node 7)
Tahap 4, ditunjukkan oleh state 7, d
4
* = 9 (menuju node 9)
Kebijakan ini akan meminimumkan jarak dari node 1 ke node 9 dengan hasil f
1
*(1).
APLIKASI KE DALAM MASALAH RUTE TERPENDEK
Apabila prinsip dasar optimality digunakan dalam menyelesaikan program dinamis untuk
masalah rute terpendek, maka proses penyelesaiannya dimulai dari submasalah tahap 4, 3, 2
dan 1. Untuk menyelesaikan submasalah tahap 3 berdasarkan hasil dari tahap 4, untuk
menyelesaikan submasalah tahap 2 didasarkan pada hasil tahap 3, dan untuk menyelesaikan
submasalah tahap 1 diperlukan hasil dari tahap 2. Dengan tujuan adalah untuk mendapatkan
f
1
*(1) atau meminimumkan rute terpendek dari node 1 ke node 9.
Tahap 4
Jika didefinisikan f
5
* = 0, dan kemungkinan keputusan dalam tahap 4 adalah d
4
= 9, maka
dengan menggunakan persamaan recursions maka didapat hasil :
f
4
*(7) = min D(7,d
4
) = min D(7,9) = 9
d
4
f
4
*(8) = min D(8,d
4
) = min D(8,9) = 9
d
4
f
4
(s
4
,d
4
)
d
4
s
4
9
d
4
* f
4
*(s
4
)
7 50 9 50
8 60 9 60
Tahap 3
Yang akan diselesaikan adalah mencari rute terpendek dari node 4, 5 dan 6 ke node 9 atau
menghitung f
3
*(4), f
3
*(5) dan f
3
*(6) dan yang berkorespodensi dengan keputusan optimum
d
3
*(4), d
3
*(5) dan d
3
*(6). Prinsip optimality adalah menyelesaikan masalah ini tanpa
menghubungkannya dengan penyelesaian masalah tahap 2. Prinsip ini harus diterapkan secara
nyata dalam masalah rute terpendek. Dengan menggunakan persamaan recursions akan
diperoleh :
f
3
*(s
3
) = min {D(s
3
,d
3
) + f
4
*(d
3
)}
d
3
Untuk state 4 atau s
3
= 4, akan diperoIeh :
D(4,7) + f
4
*(7) d
3
= 7
f
3
*(4) = min
D(4,8) + f
4
*(8) d
3
= 8
Dqnamic Prerammin - Lke Hartante 5
60 + 50 = (110) d
3
= 7
= min
140 + 60 = (220) d
3
= 8
= 110 dengan d
3
* = 7
Untuk state 5 atau s
3
= 5, akan diperoIeh :
D(5,7) + f
4
*(7) d
3
= 7
f
3
*(5) = min
D(5,8) + f
4
*(8) d
3
= 8
170 + 50 = (220) d
3
= 7
= min
200 + 60 = (260) d
3
= 8
= 220 dengan d
3
* = 7
Untuk state 6 atau s
3
= 6, akan diperoIeh :
D(6,7) + f
4
*(7) d
3
= 7
f
3
*(6) = min
D(6,8) + f
4
*(8) d
3
= 8
210 + 50 = (260) d
3
= 7
= min
180 + 60 = (240) d
3
= 8
= 240 dengan d
3
* = 8
f
3
(s
3
,d
3
)
d
3
s
3
7 8
d
3
* f
3
*(s
3
)
4 110 200 7 110
5 220 260 7 220
6 260 240 8 240
Tahap 2
Menghitung f
2
*(2) dan f
2
*(3) yang berkorespondensi dengan keputusan optimum d
2
*(2) dan
d
2
*(3).
Untuk state 2 atau s
2
= 2, akan diperoIeh :
D(2,4) + f
3
*(4) d
2
= 4
f
2
*(2) = min D(2,5) + f
3
*(5) d
2
= 5
D(2,6) + f
3
*(6) d
2
= 6
250 + 110 = (360) d
2
= 4
= min 130 + 220 = (350) d
2
= 5
140 + 240 = (380) d
2
= 6
= 350 dengan d
2
* = 5
Dqnamic Prerammin - Lke Hartante 6
Untuk state 3 atau s
2
= 3, akan diperoIeh :
D(3,5) + f
3
*(5) d
2
= 5
f
2
*(3) = min
D(3,6) + f
3
*(6) d
2
= 6
150 + 220 = (370) d
2
= 5
= min
140 + 240 = (380) d
2
= 6
= 370 dengan d
2
* = 5
f
2
(s
2
,d
2
)
d
2
s
2
4 5 6
d
2
* f
2
*(s
2
)
2 360 350 380 5 350
3 - 370 380 5 370
Tahap 1
Menghitung f
1
*(1) yang berkorespodensi dengan keputusan optimum d
1
*(1), berdasarkan hasil
tahap 2 untuk nilai f
2
*, adalah sebagai berikut :
Untuk state 1 atau s
2
= 1, akan diperoIeh :
D(1,2) + f
2
*(2) d
1
= 2
f
1
*(1) = min
D(1,3) + f
2
*(3) d
1
= 3
200 + 350 = (550) d
1
= 2
= min
140 + 370 = (510) d
1
= 3
= 510 dengan d
1
* = 3
f
1
(s
1
,d
1
)
d
1
s
1
2 3
d
1
* f
1
*(s
1
)
1 550 510 3 510
PERENCANAAN INVESTASI
Misalnya kita memiliki dana sebesar Rp100 juta yang akan diinvestasikan ke dalam obligasi,
saham A dan saham B. Masing-masing investasi memeiliki harga per lembar Rp 200.000,00, Rp
250.000,00 dan Rp 320.000,00. Setiap investasi memberikan rate of return sebesar Rp
20.000,00 untuk obligasi, Rp 35.000,00 untuk saham A dan Rp 56.000,00 untuk saham B.
Berapa banyak uang Rp 100 juta akan diinvestasikan agar memaksimumkan total rate of return.
Dengan catatan bahwa lembar obligasi dan saham yang dibeli (lot pembelian) setiap kelipatan
100 lembar.
Formulasi program dinamis masalah tersebut, dapat dibuat dalam tiga tahap (stages). Dalam
tahap 3, keputusan yang harus diambil adalah berapa lembar saham B yang harus dibeli. Dalam
Dqnamic Prerammin - Lke Hartante 7
tahap 2, keputusan yang harus diambil adalah berapa lembar saham A yang harus dibeli. Dan
tahap 1, keputusan yang harus diambil adalah berapa lembar obligasi yang harus dibeli. Jika s
1
didefinisikan sebagai jumlah dana yang diinvestasikan dalam tahap (i), maka f
i
(s
i
,d
i
) adalah total
rate of return dari tahap (i) sampai tahap 3
Tahap 3
Jika dimulai dengan tahap 3 dengan s
3
Rupiah, berapa lembar saham B yang harus dibeli agar
memaksimumkan rate of return ? Setiap lembar saham B memiliki harga Rp 320.000,00, berarti
terdapat empat (4) variabel keputusan (s
3
) yaitu :
1. 0 s
3
< 32.000.000
2. 32.000.000 s
3
< 64.000.000
3. 64.000.000 s
3
< 96.000.000
4. 96.000.000 s
3
100.000.000
Dari keempat alternatif tersebut, nilai variabel keputusan (d
3
) untuk alternatif 1 = 0, untuk
alternatif 2 = 0 dan 100, untuk alternatif 3 = 0, 100 dan 200, untuk alternatif 4 = 0, 100, 200 dan
300. Tabel dibawah ini menunjukkan perhitungan (f
3
) dan (f
3
*), di mana f
3
(s
3
,d
3
) = 56.000 d
3
+
f
4
*(s
3
320.000 d
3
).
Dengan demikian fungsi rate of return optimum adalah :
f
3
*(s
3
) = max {f
3
(s
3
,d
3
)} untuk semua d
3
= max {56.000 d
3
} untuk semua d
3
.
Dengan catatan bahwa d
3
integer (0 d
3
s
3
/320.000)
Tahap 3 Saham B (dalam jutaan Rupiah)
f
3
(s
3
,d
3
)
d
3
s
3
0 100 200 300
d
3
* f
3
*(s
3
)
0 s
3
< 32 0 - - - 0 0
32 s
3
< 64 0 5,6 - - 100 5,6
64 s
3
< 96 0 5,6 11,2 - 200 11,2
96 s
3
100 0 5,6 11,2 16,8 300 16,8
Tahap 2
Jika dimulai dengan tahap 2 dengan s
2
Rupiah, berapa lembar saham A yang harus dibeli agar
memaksimumkan rate of return tahap 2 dan tahap 3 ?
f
2
(s
2
,d
2
) = 35.000 d
2
+ f
3
*(s
2
250.000 d
2
), dimana 35.000 d
2
adalah return apabila membeli
saham A. Dengan demikian fungsi rate of return optimum adalah :
f
2
*(s
2
) = max {35.000 d
2
+ f
3
*(s
2
250.000)} untuk semua d
2
dengan catatan bahwa d
2
integer antara (0 d
2
s
2
/250.000)
Sebagai contoh, jika s
2
= 100 juta, atau semua dana diinvestasikan ke dalam saham A, dengan
harga per lembar Rp 250.000,00, maka variabel keputusan d
2
(jumlah lembar) adalah 0, 100,
200, 300 dan 400.
f
2
*(s
2
) = max {35.000 d
2
+ f
3
*(s
2
250.000 d
2
)} untuk semua d
2
Dqnamic Prerammin - Lke Hartante 8
f
2
*(100.000.000) = max {35.000 d
2
+ f
3
*(100.000.000 250.000 d
2
)} untuk semua d
2
=
0,100,200,300400. Atau dapat pula dibuat dengan cara persamaan :
f
2
(100.000.000,d
2
) = 35.000 d
2
+ f
3
*(100.000.000 250.000 d
2
)
Jika d
3
= 0, maka :
f
2
(100.000.000,0) = 35.000 (0) + f
3
*(100.000.000)
= 0 + 16.800.000 = 16.800.000
Nilai ini sama dengan tabel tahap 3 dengan f
3
* (100.000.000)
Jika d
3
= 100, maka :
f
2
(100.000.000,100) = 35.000 (100) + f
3
*(75.000.000)
= 3.500.000 + 11.200.000 = 14.700.000
Jika d
3
= 200, maka :
f
2
(100.000.000,200) = 35.000 (200) + f
3
*(50.000.000)
= 7.000.000 + 5.600.000 = 12.600.000
Jika d
3
= 300, maka :
f
2
(100.000.000,300) = 35.000 (300) + f
3
*(25.000.000)
= 10.500.000 + 0 = 10.500.000
Jika d
3
= 400, maka :
f
2
(100.000.000,400) = 35.000 (400) + f
3
*(0)
= 14.000.000 + = 14.000.000
Jika dana sebesar Rp 100.000.000,00 diinvestasikan semua pada tahap 2, maka dapat
disimpulkan bahwa :
16.800.000, jika d
2
= 0
14.700.000, jika d
2
= 100
f
2
*(100.000.000) = max 12.600.000, jika d
2
= 200
10.500.000, jika d
2
= 300
14.000.000, jika d
2
= 400
= 16.800.000 dengan d
2
* = 0
Tahap 2 Saham A (dalam jutaan Rupiah)
f
2
(s
2
,d
2
)
d
2
s
2
0 100 200 300 400
d
2
* f
2
*(s
2
)
25 0 3,5 - - - 100 3,5
50 5,6 3,5 7,0 - - 200 7,0
75 11,2 9,1 7,0 10,5 - 0 11,2
100 16,8 14,7 12,6 10,5 14,0 0 16,8
Tahap 1
Jika dimulai dengan tahap 1 dengan s
1
rupiah, berapa lembar obligasi yang harus dibeli agar
memaksimumkan rate of return tahap 1, 2 dan tahap 3 ?
Dqnamic Prerammin - Lke Hartante 9
Sumber Rujukan :
1. Aminudin, 2005, Prinsip-Prinsip Riset Operasi, Penerbit Erlangga, Jakarta.
2. Frederick S. Hiller, Gerald J. Lieberman, 1990, Pengantar Riset Operasi, Edisi Kelima,
Penerbit Erlangga, Jakarta
3. Hamdy A. Taha, 1996, Riset Opersai - Suatu Pengantar, Edisi Kelima, Binarupa
Aksara, Jakarta.
4. Johanes Supranto, 2005, Riset Operasi Untuk Pengambilan Keputusan, Edisi Revisi,
Penerbit Universitas ndonesia, Jakarta
5. Siswanto, 2007, Operations Research, Penerbit Erlangga, Jakata.
6. Richard Bronson, 1993, Teori dan Soal-Soal Operations Research, Seri Buku
Schaum's, Penerbit Erlangga, Jakarta.
7. Sri Mulyono, 2007, Riset Operasi, Edisi Revisi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas ndonesia, Jakarta.
8. Zulian Yamit, 2003, Manajemen Kuantitatif Untuk Bisnis - Operations Research,
BPFE, Yogyakarta.

You might also like