You are on page 1of 5

Saput Poleng Menjaga Kebersihan

Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia dan merupakan unsur yang fundamental dalam ilmu kesehatan dan pencegahan. Yang dimaksud dengan kebersihan lingkungan adalah menciptakan lingkungan yang sehat sehingga tidak mudah terserang berbagai penyakit seperti demam berdarah, muntaber dan lainnya. Ini dapat dicapai dengan menciptakan suatu lingkungan yang bersih indah dan nyaman. Kebersihan akan lebih menjamin kebersihan seseorang dan menyehatkan. Kebersihan tidak sama dengan kemewahan, kebersihan adalah usaha manusia agar lingkungan tetep sehat terawat berkelanjutan. Kebersihan lingkungan meliputi berbagai aspek. Mulai dari hal terkecil hinggan yang masalah besar seperti masalah sanitasi. Kebersihan lingkungan sangatlah penting peranannya dalam menjaga kesehatan warga masyarakat. Namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan menjadi masalah yang sangat sulit mencari solusinya hingga saat ini. Sulitnya menumbuhkembangkan kebiasaan hidup bersih dikalangan masyarakat membuat keadaan kebersihan lingkungan semakin memprihatinkan. Bila sudah terbiasa menjaga kebersihan maka jika melihat tempat yang tidak bersih perlu segera kita bersihkan agar hilang dari pandangan mata. Semakin banyak kotoran yang dibiarkan menumpuk semakin tidak baik untuk dilihat yang lebih bahaya lagi akan mendatangkan berbagai penyakit atau wabah di sekitarnya. Dalam agama Hindu juga diajarkan Tri Hita Karana yang salah satu ajarannya adalah pawongan yang mengajarkan kepada umatnya untuk menjaga hubungan dengan lingkungan. Manfaat menjaga kebersihan lingkungan antara lain: 1. Terhindar dari penyakit yang disebabkan lingkungan yang tidak sehat. 2. Lingkungan menjadi lebih sejuk. 3. Bebas dari polusi udara.

4. Air menjadi lebih bersih dan aman untuk di minum. 5. Lebih tenang dalam menjalankan aktifitas sehari hari. Masih banyak lagi manfaat menjaga kebersihan lingkungan, maka dari itu kita harus menyadari akan pentingnya kebersihan lingkungan mulai dari rumah kita sendiri misalnya rajin menyapu halaman rumah, rajin membersihkan selokan rumah kita, serta membuang sampah pada tempatnya. Bahkan Pemerintah telah membuat peraturan mengenai kebersihan lingkungan salah satunya dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.19 Tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan Pengaduan Kasus Pencemaran dan atau Perusakan Lingkungan Hidup. Salah satu indikator kebersihan lingkungan hidup adalah sampah. Sampah yang merupakan masalah klasik yang hingga saat ini sangat sulit untuk mencari solusi mengenai masalah ini. Bahkan saat ini sampah bukan lagi menjadi masalah utama di daerah perkotaan, namun juga di daerah pedesaan yang saat ini sudah tergempur arus globalisasi yang keras. Bali sebagai daerah tujuan wisata juga tidak lepas dari masalah sampah. Hingga saat ini, masyarakat Bali mampu mengatasi masalah sampah ini. Bagaimanapun, sebagai daerah tujuan wisata dunia Bali haruslah menjadi pulau yang bersih dan nyaman bagi wisatawan baik wisatawan domestic maupun wisatawan mancanegara. Pulau Bali yang mendapat sebutan pulau seribu pura ini memang mempunyai seribu cerita didalamnya. Hampir disetiap titik di wilayah Bali mempunyai pura. Di rumah penduduk ada pura, di sekolah ada pura, di pasar ada pura, bahkan di sawah pun ada pura yang masing masing mempunyai dewa yang dipuja oleh umat Hindu di Bali. Masyarakat Bali mempunyai kepercayaan terhadap benda benda yang memiliki kekuatan magis yang haruslah di sakralkan oleh umat Hindu yang salah satu contohnya adalah pohon pohon besar yang dipercayai ada penghuninya serta menjaga masyarakat sekitar pohon.

Kepercayaan-kepercayaan inilah yang menjadikan Bali kaya akan kearifan lokal. Upaya-upaya untuk menggali nilai-nilai budaya, tradisi dan kearifan lokal yang telah ada dan berakar dalam bentuk simbol-simbol, nilai-nilai, sikap dan

perilaku masyarakat, belum banyak disoroti dan dikedepankan dalam kajian ilmiah mengenai lingkungan. Di Bali, yang masih kental dengan berbagai perangkat kepercayaan tradisional yang merupakan bagian yang terintegrasi dari sistem kepercayaan Agama Hindu, yang dilandasi filosofi Tri Hita Karana, nilainilai budaya, tradisi dan kearifan lokal masyarakat, tampaknya masih relevan bagi upaya pelestarian lingkungan, termasuk pelestarian sumber daya air. Kearifan lokal inilah yang dapat menjaga keberadaan sumber mata air yang menunjang kehidupan manusia dan tentunya merupakan investasi kesehatan masa depan untuk anak cucu kita kelak. Pohon-pohon besar seperti pohon beringin yang usianya sudah mencapai ratusan tahun dipercayai oleh masyarakat Bali ada penghuninya dan memiliki kekuatan magis dijaga dan disakralkan oleh umat Hindu di Bali. Pohon-pohon besar itu disakralkan layaknya pura pada umumnya. Pohon-pohon besar itu juga disembahyangi dan dihaturakan sesajen. Areal sekita pohon pohon besar itu sangat dijaga dan dirawat oleh masyarakat sekitar nya. Kebersihan di areal itu sangat penting karena masyrakat di Bali percaya bila areal sekitar pohon itu kotor maka penghuni pohon itu akan marah dan melimpahkan kemurkaannya pada masyarakat sekitar. Selain masyarakat sekitar areal pura, umat Hindu lainnya pun turut menjaga kebersihan disekitar areal pohon yang disakralkan itu. Karena pohon-pohon yang disakralkan dan yang tidak sangatlah mencolok perbedaannya. Pohon-pohon besar yang disakralkan oleh umat Hindu di Bali ini biasanya di selimuti kain yang bercorak hitam putih merah atau di Bali biasanya di sebut saput poleng. Pohonpohon di Bali yang bersaput poleng pasti memiliki pura disekitarnya. Oleh karena itu, umat Hindu manapun di Bali pasti mengetahui larangan larangan di pohon bersaput poleng. Bila di telaah lebih jauh, dan kita memperhatikan kebiasaan kebiasaan masyrakat di Bali sangatlah terlihat keteguhan dalam menjaga kearifan budaya lokal. Salah satu contoh yang sangat umum adalah mengenai kebersihan lingkungan. Areal sekitar pohon-pohon besar bersaput poleng di Bali sangatlah bersih. Hal tersebut dikarenakan masyarakat Bali sangat takut membuat areal

sekitar pohon bersaput poleng kotor. Umat Hindu di Bali akan enggan untuk membuang sampah di areal pohon bersaput poleng, apalagi membuang air kecil diareal sekitar pohon bersaput poleng tersebut. Bandingkan dengan plang plang yang dipasang di areal yang sering dijadikan tempat pembuangan sampah dadakan oleh masyarakat. Keadaan sangat berbanding terbalik.Di plang yang bertuliskan slogan yang sangat besar Dilarang Membuang Sampah Disini disekelilingnya berserakan sampah-sampah yang dibuang oleh masyarakat sekitar. Masyarakat dengan wajah tak berdosa dengan percaya dirinya membuang sampah di areal sekitar plang tersbut. Jadi dapat dikatakan bahwa slogan slogan seperti itu tidak akan membuat takut masyarakat untuk melanggarnya, masyarakat jauh lebih percaya kepada hal hal yang berbau magis seperti saput poleng itu. Bahkan masyarakat yang hanya sekadar lewat di areal pohon pohon bersaput poleng ini juga biasanya menyempatkan diri untuk bersembahyang disana. Masyarakat yang melakukan persembahyangan diareal pohon atau pura itu pun kerap kali memebersihkan arela pura itu. Hal yang dilakukan iti sering disebut "ngayah" di Bali. Ngayah itu biasanya membersihkan areak pura atau sekitar pohon bersaput poleng itu. Dengan ngayah masyarakat sudah turut serta menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Selain membuang sampah sembarangan, masyarakat juga mempunyai kebiasaan yang dapat dikatakan kurang baik juga seperti membuang air kecil ataupun membuang air besar secara sembarangan. Tempat tempat itu otomatis menjadi sangat kotor dan sangat tidak baik untuk kesehatan. Masyarakat biasanya membuang air kecil atau bahkan membuang air besar terkadang bila sangat terdesak karena sangat tidak mampu untuk menahannya akan mencari tempat tempat seperti di semak semak bawah pohon. Dengan adanya kepercayaan masyarakat Bali terhadap kekuatan magis pohon pohon besar bersaput poleng ini juga membuat masyarakat menjadi takut untuk membuang air besar ataupun membuang air kecil diareal sekitar pohon pohon besar bersaput poleng ituu. Keadaan ini justru berbanding terbalik dengan adanya seruan seruan dalam plang plang sekitar areal areal yang biasa menjadi tempat buang air kecil dan buang air besar "dadakan". Sanitasi di daerah itu pun kembali

terjaga dengan adanya keteguhan masyarakat Bali menjaga adat istiadat yang turun temurun dari nenek moyang kita terdahulu. Kepercayaan terhadap kekuatan kekuatan magis memang sangat dominan dikalangan masyarakat. Kepercayaan kepercayaan seperti ini haruslah

dimanfaatkan oleh pemerintah untuk memberikan sugesti mengenai pentingnya kebersihan lingkungan di masyarakat. Agar nantinya kebersihan lingkungan dapat terjaga serta terwujudnya masyarakat yang sehat. Kearifan lokal Bali ini sangat lah memegang peranan penting dalam menjaga adat dan perilaku masyarakat Hindu di Bali. Bahkan masyarakat lebih takut melanggar peraturan peraturan yang berbau magis seperti pohon pohon yang bersaput poleng tersebut diatas dibandingkan dengan peraturan peraturan atau pun slogan slogan yang dipasang di areal sekitar masyarakat.

You might also like