You are on page 1of 69

EJAAN YANG DISEMPURNAKAN

Latihan Awal
1. 2. 3. 4.

5.

6.

7.

8.
9.

10.

Hari jumat Buku itu berjudul komposisi batik Solo Begitu lulus Sarjana Hukum, ia menulis namanya Ali SH. Ia melanjutkan sekolah di Perguruan Tinggi di bandung. Setiap berangkat ke Kampus, adi selalu naik bus antar kota. Mahasiswa jurusan tata boga wajib membuat kreativitas baru berbahan baku makanan tradisional. Majalah Gatra Penulis skripsi harus berkonsultasi kepada Kajur, Penasehat Akademis dan pembimbing. Selat bangka

1.
2. 3.

4.

5. 6.

7.

8.
9. 10.

Gado-gado Jakarta Undang-undang Dasar 1945 Ia membaca buku habis gelap Terbitlah Terang. Ia mempelajari peristiwa serangan fajar dari buku-buku sejarah. Ia belum pernah makan Manisan Cianjur. Ia diphkkan dari pekerjaannya karena malas bekerja. Adi berkuliah di UNPAD. Tuhan Yang Mahaesa Tuhan, Tolonglah Hamba Mu ini. Ir. Rivai Surya Handaka disingkat Ir. Rivai, S.H.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya: Kali Brantas Lembah Baliem Bukit Barisan Pegunungan Jayawijaya Selat Lombok Dataran Tinggi Dieng Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Misalnya: berlayar ke teluk mandi di kali pergi ke arah tenggara

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis. Misalnya: garam inggris gula jawa kacang bogor pisang ambon

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama (termasuk setiap unsur bentuk ulang sempurna) negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan. Misalnya: Republik Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Majelis Permusyawarahan Rakyat Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi. Misalnya: Menjadi sebuah republik Menurut undang-undang yang berlaku Beberapa badan hukum Kerja sama antara pemerintah dan rakyat

II Huruf Kapital dan Cetak Miring


a.
1. 2.

Huruf kapital (permasalahan):


Gelar dr. di awal kalimat. Kata Maha (sebagai nama Tuhan)

Mahakuasa. Maha Penguasa. Maha Esa. salak bali. pisang ambon.

3.

Nama jenis ditulis dengan huruf kecil (di tengah kalimat)


4.

Nama suku/bangsa ditulis dengan huruf kapital (di tengah kalimat)

bahasa Indonesia. suku Jawa.


Jalan Sukar Maju. Danau Toba. Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial.

5.

Nama tempat/geografi ditulis huruf kapital


6.

Bentuk ulang nama lembaga ditulis huruf kapital

7.

Bapak/Ibu/Saudara ditulis huruf kapital apabila berkedudukan sebagai orang kedua (yang diajak bicara).

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya: Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma. Bacalah majalah Bahasa dan Sastra. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan . Misalnya: Dr. doktor M.A. Master of Arts Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan. Misalnya: Kapan Bapak berangkat? tanya Harto. Adik Bertanya, Itu apa, Bu? Surat Saudara sudah saya terima. Silakan duduk, Dik! Kata Ucok. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan. Misalnya: Kita harus menghormati bapak dan ibu kita. Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Misalnya: Sudahkah Anda tahu? Surat Anda telah kami terima.

B. Penulisan Huruf Miring

Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya: Majalah Bahasa dan Kesusastraan. Buku Negarakertagama karangan Prapanca. Surat kabar Suara Karya. Dalam penulisan novel ini, saya terinspirasi oleh Bumi Manusia karangan Pramudya Ananta Toer. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. Misalnya: Huruf pertama kata abad ialah a. Dia bukan menipu, tetapi ditipu. Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital. Buatlah kalimat dengan berlepas tangan. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan dengan ejaannya. Misalnya: Nama ilmiah buah manggis ialah carcinia mangostana. Politik divide et impera pernah merajalela di negeri ini. Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi pandangan dunia. tetapi: Negara itu telah mengalami empat kudeta.

2. PENULISAN KATA
A. Kata Dasar Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya: Ibu percaya bahwa engkau tahu. Kantor pajak penuh sesak. B. KATA TURUNAN Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Misalnya: bergeletar dikelola penetapan menengok

Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Misalnya: bertepuk tangan garis bawahi menganak sungai sebar luaskan Jika bentuk dasar yang berupa kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya: menggarisbawahi menyebarluaskan dilipatgandakan penghancurleburan Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya: mahasiswa kolonialisme mancanegara tritunggal antarkota transmigrasi
Catatan: Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara dua unsur itu dituliskan tanda hubung (-). Misalnya: non-Indonesia pan-Afrikanisme Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah. Misalnya: Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.

II Huruf Kapital dan Cetak Miring


a.
1. 2.

Huruf kapital (permasalahan):


Gelar dr. di awal kalimat. Kata Maha (sebagai nama Tuhan)

Mahakuasa. Maha Penguasa. Maha Esa. salak bali. pisang ambon.

3.

Nama jenis ditulis dengan huruf kecil (di tengah kalimat)


4.

Nama suku/bangsa ditulis dengan huruf kapital (di tengah kalimat)

bahasa Indonesia. suku Jawa.


Jalan Sukar Maju. Danau Toba. Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial.

5.

Nama tempat/geografi ditulis huruf kapital


6.

Bentuk ulang nama lembaga ditulis huruf kapital

7.

Bapak/Ibu/Saudara ditulis huruf kapital apabila berkedudukan sebagai orang kedua (yang diajak bicara).

Hal-Hal yang Berkaitan dengan EYD


I
Suku kata Kata yang terdiri atas dua unsur Dua unsur dipisahkan V-K (ba-pak) V-V (sa-at) K-K (pab-rik) K1-K2K3 (kom-pleks) Imbuhan dipisahkan (kecuali infiks) Kata berimbuhan

Kata dasar

Menggunakan rumus kata dasar


Trans-migrasi trans-mi-gra-si

Makan-an Ma-kan-an Ge-me-tar (getar+em)

b. Huruf miring

Nama ilmiah atau ungkapan asing Nama/judul buku, surat kabar Contoh: Contoh: Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.

Buku Negara Kertagama karangan Prapanca, surat kabar Suara Karya Menegaskan atau mengkhususkan huruf, kata, kelompok kata Contoh:

Dia tidak menipu, tetapi ditipu.


Reformasi menjadi topik pembicaraan masyarakat.

III Singkatan dan Akronim


1. Singkatan
Lambang kimia, satuan, ukuran, takaran Fe A Rp kg

Nama orang, gelar, sapaan, jabatan H.O.S. Cokroaminoto Bpk. Sdr. Kol.

Nama lembaga huruf awal saja DPR PGRI

Singkatan yang sudah lazim dll. yth. a.n. u.p.

2. Akronim

Huruf pertama - ABRI - SIM - LAN - KONI

Gabungan suku kata bukan nama lembaga - pemilu - rudal - rapim

Golongan suku kata nama lembaga - Depdagri - Deplu - Depkeu

IV Angka dan Lambang Bilangan


Angka Arab dan Romawi Lambang bilangan akhiran-an Dua uang 50-an (dua uang lima puluhan)

Lambang bilangan dengan huruf 1. Terdiri atas satu atau dua kata 2. Dokumen resmi seperti akta dan kuitansi Rp100,25 (seratus dan dua puluh lima perseratus rupiah) Lambang bilangan pecahan 2 1/3 (dua satu pertiga)

Lambang bilangan tingkat Bab X Bab ke-10 Bab kesepuluh

C. BENTUK ULANG Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Misalnya: anak-anak gerak-gerik biri-biri huru-hara D. GABUNGAN KATA 1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah. Misalnya: duta besar mata pelajaran kambing hitam orang tua simpang empat meja tulis 2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan. Misalnya: alat pandang-dengar buku sejarah-baru ibu-bapak kami orang-tua muda Gabungan kata ini ditulis serangkai. Misalnya: acapkali manakala adakalanya belasungkawa peribahasa saputangan daripada segitiga sebagaimana E. Kata Ganti ku, kau-, -mu, dan nya Kata ganti ku dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya: -ku, -mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinnya. Misalnya: Apa yang kumiliki boleh kauambil. Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan. F. Kata Depan di, ke, dan dari Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada. Misalnya: Kain itu terletak di dalam lemari. Ia datang dari Surabaya kemarin. Si Amin lebih tua daripada Si Ahmad Ia masuk, lalu keluar lagi. Bawa kemari gambar itu.

3. Singkatan dan Akronim Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik. Misalnya: A.S. Kramawijaya M.B.A. master of business administration Bpk. Bapak

Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misalnya: DPR : Dewan Perwakilan Rakyat GBHN : Garis-Garis Besar Haluan Negara KTP : Kartu Tanda Pengenal Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Misalnya: dll. dan lain-lain dst. dan seterusnya tetapi: a.n. atas nama d.a. dengan alamat Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Misalnya: Cu kuprum cm centimeter kg kilogram Rp rupiah

Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. Misalnya: ABRI Angkata Bersenjata Republik Indonesia LAN Lembaga Administrasi Negara SIM Surat Izin Mengemudi Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital. Misalnya: Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kowani Kongres Wanita Indonesia Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dai deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: pemilu pemilihan umum rudal peluru kendali tilang bukti pelanggaran

4. Angka dan Lambang Bilangan

Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka arab atau angka romawi. angka arab: a 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 angka romawi: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000).
Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iiii) kuantitas. Misalnya: 0,5 sentimeter 5 kilogram 4 meter persegi 10 liter Rp5.000,00 2.000 rupiah 1 jam 20 menit 17 Agustus 1945 27 orang Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat. Misalnya: Jalan Tanah Abang I No. 15 Hotel Indonesia, kamar 169 Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci. Misalnya: Bab X, Pasal 5, Halaman 206 Surah Yasiin: 9

Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut. Misalnya: Paku Bumono X Paku Buwono ke-10 Paku Buwono kesepuluh Penulisan lambang bilangan tyang mendapat akhiran an mengikuti cara yang berikut. Misalnya:a tahun50-an atau tahun lima puluhan uang 5000-an atau uang lima ribuan uang lima 1000-an atau uang lima seribuan Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan seperti dalam perincian dan pemaparan. Misalnya: Amir menonton drama itu sampai tiga kali. Ayah memesan tiga ratus ekor ayam. Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang memberikan suara blangko. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubahsehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada kalimat. Misalnya: Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu. Pak Darmo mengundang 250 orang tamu. Bukan: 15 orang tewas dalam kecelakan itu. 250 orang tamu diundang Pak Darmo Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.

Angka yang menunjukan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih amudah dibaca. Misalnya: Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah. Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus adalam teks kecuali dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. Misalnya: Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai. Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah. Bukan: Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai. Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat. Misalnya: Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (sembilan ratus sembilan sembilan dan tujuh puluh lima per seratus rupiah). Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (sembilan ratus sembilan sembilan dan tujuh puluih lima per seratus) rupiah.

puluh puluh

5. Penulisan Unsur Serapan

Bahasa Indonesia menyerap unsur dari bahasa lain: Sanskerta, Arab, Portugis,Belanda, atau Inggris. Unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia terbagi bagi dua: 1) unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke adalam bahasa Indonesia seperti reshuffle, shuttle cock, Iexploitation de Ihomme par Ihomme. (Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti bentuk asalnya). 2) unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.

Penulisan sebuah kata harus sesuai dengan pengucapannya. Contoh : Kata asing Charisma Haemoglobin Aerodinamic Bentuk benar Karisma hemoglobin Aerodinamik Bentuk salah Kharisma Haemoglobin erodinamik

PENGAYAAN KOSA KATA


Imbuhan

Bahasa Indonesia dikenal sebagai bahasa aglutinatif. Artinya, kosakata dalam bahasa Indonesia bisa ditempeli dengan bentuk lain, yaitu imbuhan. Dalam bahasa Indonesia, imbuhan terdiri atas awalan, sisipan, akhiran, dan gabungan awalan dengan akhiran yang disebut konfiks dalam ilmu bahasa. Awalan yang terdapat di dalam bahasa Indonesia terdiri atas me(N)-, be(R)-, di-, pe(N)-, pe(R)-, te(R)-, ke-, dan se-, sedangkan sisipan terdiri atas -el-, -em-, dan -er-; akhiran terdiri atas -kan, -i, dan -an; konfiks terdiri atas semua gabungan awalan dengan akhiran seperti me-kan, me-I, ke-an, ber-an, dll. Awalan dan akhiran masih sangat produktif digunakan, sedangkan sisipan sudah tidak atau kurang produktif.

Perhatikan contoh berikut. (Periksalah dengan teliti)

me(N)- + buat me(N)- + pakai me(N)- + fotokopi me(N)- + dengar me(N)- + tatar me(N)- + jabat me(N)- + colok me(N)- + suruh me(N)- + ganti me(N)- + kikis me(N)- + hadap me(N)- + undang me(N)- + muat me(N)- + parkir me(N)-+ lepas me(N)-+ rusak me(N)-+ kreasi me(N)- + rubah me(N)- + pak me(N)- + tik

membuat memakai memotokopi mendengar mentatar menjabat menyolok menyuruh mengganti mengkikis menghadap mengundang memuat memparkir menglepas merusak mengkreasi merubah mempak mengetik

1 Awalan me (N)

Proses pengimbuhan dengan awalan me(N)- terhadap bentuk dasar dapat mengakibatkan munculnya bunyi sengau (bunyi hidung). Hal tersebut bergantung pada bentuk dasar yang dilekati awalan tersebut. Bunyi awal bentuk dasar dapat luluh, dapat pula tidak. Ini pun bergantung pada bentuk dasar yang dilekati awalan. Yang harus digarisbawahi dalam pengimbuhan adalah bunyi awal kata dasar dapat mengalami peluluhan jika huruf awalnya konsonan K, P, T, dan S. Kata dasar tidak mengalami peluluhan jika huruf awalnya berupa gugus konsonan/ konsonan ganda seperti me(N) + transfer = mentransfer Apabila bentuk dasar yang dilekati hanya berupa satu suku kata, me(N)- berubah menjadi menge-.

Namun demikian, perlu kita perhatikan jika bentuk dasar tersebut ditempeli atau dilekati awalan di-, bentuk yang ditempelinya tidak mengalami perubahan.

Kita lihat contohnya: di- + cap di- + pak di- + tik

dicap dipak ditik

Latihan Soal

2.1.2 Awalan be(R)Awalan be(R)- memiliki tiga variasi, yaitu ber-, be-, dan bel-. Variasi tersebut muncul sesuai dengan bentuk dasar yang dilekatinya. be ( R ) + KD berhuruf awal R = mengalami peluluhan be ( R ) + KD bersuku kata pertama konsonan er akan mengalami peluluhan. Contoh: be ( R ) + kerja = bekerja Hal ini tidak terjadi pada konsonan ar, -or, atau ur. Contoh: be ( R ) + korban = berkorban be ( R ) + warna = berwarna Be ( R ) + KD ajar = bel ajar Contoh: be(R)- + usaha be(R)- + diskusi be(R)- + korban be(R)- + rencana be(R)- + kerja be(R)- + serta be(R)- + ajar

berusaha berdiskusi berkorban berencana bekerja beserta belajar

Latihan Soal

2.1.3 Awalan te(R) Awalan te(R)- memiliki variasi ter-, te-, dan tel-. Ketiga variasi tersebut muncul sesuai dengan bentuk dasar yang dilekatinya. Awalan ini memiliki tiga macam arti dalam pemakaiannya. (1) artinya sama dengan paling, (2) menyatakan arti tidak sengaja dan (3) menyatakan arti sudah di-. Awalan te ( R ) berkesesuaian dengan awalan be ( R ) : Awalan te ( R ) + KD berhuruf awal R = luluh Awalan te ( R ) + KD bersuka kata pertama er = te contoh: ter + percaya = tepercaya Te ( R ) + KD anjur = tel-anjur Contoh di bawah ini. te(R)- + dengar te(R)- + pandai te(R)- + rasa te(R)- + kerjakan te(R)- + perdaya te(R)- + percaya

terdengar terpandai terasa tekerjakan teperdaya tepercaya

2.1.4 Awalan pe(N)- dan pe(R)Awalan pe(N)- dan pe(R)- merupakan pembentuk kata benda. Kata benda yang dibentuk dengan pe(N)- berkaitan dengan kata kerja yang berawalan me(N)-. Kata benda yang dibentuk dengan pe(R)- berkaitan dengan kata kerja yang berawalan be(R)-. Awalan pe(N)- memiliki variasi pe-, pem-, pen-, peny-, peng-, dan penge-. Variasi tersebut muncul bergantung pada bentuk dasar yang dilekati pe(N)-.

Lihat contoh berikut: pe(N)- + rusak pe(N)- + laku pe(N)- + beri pe(N)- + pasok pe(N)- + suluh pe(N)- + kirim pe(N)- + las

perusak pelaku pemberi pemasok penyuluh pengirim pengelas

pe(N)- + teliti pe(N)- + jual pe(N)- + cari pe(N)- + daftar pe(N)- + guna pe(N)- + cap pe(N)- + tik

peneliti penjual pencari pendaftar pengguna pengecap pengetik

Awalan pe(R)- memiliki variasi bentuk pe-, per-, dan pel-. Variasi tersebut muncul sesuai denngan bentuk dasar yang dilekati awalan pe(R)-. Lihat contoh berikut: pe(R)- + dagang pe(R)- + kerja pe(R)- + tapa pe(R)- + ajar

pedagang pekerja pertapa pelajar

Kata-kata sebelah kanan berkaitan dengan awalan ber- yang dilekati dengan kata dasar dagang, kerja, tapa, dan ajar. Jadi, kata-kata tersebut berkaitan dengan kata berdagang, bekerja, bertapa, dan belajar. Selain kata-kata itu, kita sering melihat kata-kata lain seperti pesuruh dan penyuruh. Kata pesuruh dibentuk dari pe(R)- + suruh, sedangkan penyuruh dibentuk dari pe(N)- + suruh. Pesuruh berarti yang disuruh dan penyuruh berarti yang menyuruh. Beranalogi pada kedua kata tersebut kini muncul kata-kata lain yang sepola dengan pesuruh dan penyuruh, misalnya, kata petatar dan penatar, pesuluh dan penyuluh. Beberapa contoh di atas adalah bentuk pengecualian dari aturan pokok pengimbuhan. Latihan soal

2.1.5 Konfiks pe(N)-an dan pe(R)-an

Kata benda yang dibentuk dengan pe(N)-an menunjukkan proses yang berkaitan dengan kata kerja yang berimbuhan me(N)-, me(N)-kan, atau me(N)-i. Kata benda yang dibentuk dengan pe(R)-an ini menunjukkan hal atau masalah yang berkaitan dengan kata kerja yang berawalan be(R)-.

Perhatikan contoh berikut: pe(N)- + rusak + -an pe(N)- + lepas + -an pe(N)- + tatar + -an pe(N)- + sah + -an pe(N)- + tik + -an pe(R)- + kerja + -an pe(N)- + ajar + -an

perusakan pelepasan penataran pengesahan pengetikan pekerjaan pelajaran

Latihan Soal

2.1.6 Akhiran -an dan Konfiks ke-an

Kata benda dapat dibentuk dengan bentuk dasar dan akhiran -an atau konfiks ke-an. Kata benda yang mengandung akhiran -an umumnya menyatakan hasil.

kata benda yang mengandung konfiks ke-an umumnya menyatakan hal.


Perhatikan contoh berikut: Dia mengirimkan sumbangan sepekan lalu, tetapi kiriman itu belum kami terima. Sebulan setelah dia mengarang artikel, karangannya itu dikirimkan ke sebuah media massa.

Kata benda yang mengandung ke-an diturunkan langsung dari bentuk dasarnya seperti contoh berikut: Beliau hadir untuk meresmikan penggunaan gedung baru. Kehadiran beliau di sana disambut dengan berbagai kesenian tradisionl. Mereka terlambat menyerahkan tugasnya. Keterlambatan itu menyebabkan mereka mendapatkan nilai jelek. Latihan Soal

2.1.7 Kata Kerja Bentuk me(N)-kan dan me(N)

Akhiran -kan dan -i pada kata kerja dalam kalimat berfungsi menghadirkan objek kalimat. Beberapa kata kerja baru dapat digunakan dalam kalimat setelah diberi akhiran -kan atau -i. me-i menuntut kehadiran objek insani di belakangnya. me-kan membutuhkan objek noninsani di belakangnya.

Mari kita lihat contoh untuk memperjelas uraian. Beliau sedang mengajar di kelas. Beliau sedang mengajarkan bahasa Indonesia. Beliau mengajari kami bahasa Indonesia di kelas. Atasan kami menugasi kami mengikuti penyuluhan ini. Atasan kami menugaskan pembuatan naskah pidato kepada sekretaris. Pemerintah menganugerahi rakyat Jawa Barat tanda kehormatan. Pemerintah menganugerahkan tanda kehormatan kepada rakyat Jawa Barat. Kami membeli buku-buku baru untuk perpustakaan. Kami membelikan mereka buku baru untuk perpustakaan. Setiap 28 Oktober kami memperingati hari Sumpah Pemuda. Latihan Soal

2.1.8 Awalan ke

Awalan ke- berfungsi membentuk kata benda dan kata bilangan, baik bilangan tingkat maupun bilangan yang menyatakan kumpulan. Kata benda yang dibentuk dengan awalan ke- sangat terbatas, yaitu hanya pada kata tua, kasih, hendak yang menjadi ketua, kekasih, dan kehendak. Penentuan apakah awalan ke- sebagai pembentuk kata bilangan tingkat atau kata bilangan yang menyatakan kumpulan harus dilihat dalam hubungan kalimat. Contoh kalimat berikut: Tim kami berhasil menduduki peringkat ketiga dalam MTQ tingkat Jawa Barat. Ketiga penyuluh itu ternyata teman kami waktu di SMA. Dalam percakapan sehari-hari, awalan ke- sering mengganti awalan ter- sebagai bentuk pasif. Hal ini terjadi karena pengaruh bahasa daerah atau dialek tertentu. Dalam situasi resmi, hal ini harus dihindari.

Jenis kata:
1. Kata kerja Adalah kata yang menyatakan makna perbuatan, pekerjaan, tindakan, proses, atau keadaan.

Ciri-ciri kata kerja: Umumnya menempati fungsi predikat Contoh: Ibu membuatkan anaknya kue ulang tahun Mengandung makna perbuatan Dapat didahului oleh kata keterangan akan, sedang, dan sudah Contoh: akan bekerja, sudah mandi, sedang belajar Dapat didahului oleh kata ingkar tidak Tidak belajar, tidak bekerja sama, tidak menolong Dapat dipakai dalam kalimat perintah, khususnya yang bermakna perbuatan Contoh: ambilkan buku itu!

2.Kata benda Adalah kata yang mengacu pada manusia, benda, konsep, atau pengertian. Ciri-ciri kata benda: Umumnya menempati fungsi subjek, objek, atau pelengkap Contoh: Mereka menghadiahi kami buku pelajaran. Dapat didahului oleh kata ingkar bukan Contoh: Bukan nasi yang saya makan, melainkan jagung. Dapat diikuti oleh kata sifat, baik secara langsung maupun dengan perantaraan kata yang. Contoh: baju baru, pekerjaan yang mudah, ibu yang baik hati.

3. kata ganti (pronomina) Adalah kata yang menggantikan kata benda atau kata yang dibendakan Kata ganti menurut fungsinya, kata benda terbagi: Kata ganti orang, adalah kata yang mengacu pada orang. Kata penunjuk, meliputi petunjuk umum, contoh: itu, ini petunjuk tempat, contoh: sini, situ, sana petunjuk ikhwal, contoh: begini, begitu

4. kata bilangan (numeralia) Adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya wujud (orang, binatang, tempat) dan konsep. Jenis kata bilangan: Berdasarkan bentuknya: bilangan pokok, contoh : tujuh, empat, tiga dst. Bilangan tingkat, contoh: ketiga, keempat, ketujuh, dst. Berdasarkan tentu atau tidaknya: Bilangan tentu, contoh: satu, tiga, empat, dst. Bilangan taktentu, contoh: beberap, sedikit, banyak.

5. Kata sifat (adjektiva)


Adalah kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan orang, benda, atau binatang. Ciri-ciri kata sifat: Dapat diberi keterangan pembanding, seperti lebih, kurang, dan paling. Contoh: lebih besar, kurang baik Dapat diberi keterangan penguat, seperti, sangat, kuat, benar, sekali, dan terlalu. Contoh: sangat indah, amat tinggi, pandai benar, murah sekali Dapat didahului dengan kata ingkar tidak Contoh: tidak mahal, tidak subur Dapat diulang dengan disertai imbuhan se-nya Contoh: setinggi-tingginya, sejelas-jelasnya Dalam frase, kata sifat umumnya berfungsi sebagai keterangan bagi kata benda. Contoh: baju baru, buku mahal, gedung tinggi Kata sifat dapat dibentuk dengan imbuhan w(i), iah, al. Contoh: duniawi, alami, ilmiah, formal

6. Kata keterangan

Adalah kata yang memberi keterangan atau penjelasan pada kata lainnya. Keterangan sebagai kata harus dibedakan dengan keterangan sebagai fungsi kalimat Contoh kata keterangan: sangat, hanya, lebih, segera.

7. Kata Tugas

Berbeda dengan jenis kata sebelumnya, kata tugas hanya memiliki arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal. Pada umumnya kata tugas tidak dapat diubah menjadi bentuk kata turunan, baik melalui pengimbuhan maupun pengulangan. Pengecualian: menyebabkan, menyampaikan, memperoleh, tetapi tidak bisa mengarenakan.
Jenis kata tugas: kata depan (preposisi) adalah kata tugas yang berfungsi sebagai unsur pembentuk frase preposisional. Contoh: di, dari, dengan, terhadap, mengenai, kepada, daripada, menjelang kata penghubung (konjungsi) adalah kata tugas yang menghubungkan dua klausa, kalimat, atau paragraf.

Jenis konjungsi:

Konjungsi koordinatif: konjungsi yang menghubungkan dua klausa yang memiliki kedudukan setara. Contoh: dan, atau, tetapi. Konjungsi subordinatif: konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau lebih yang memiliki hubungan bertingkat. Contoh: sesudah, setelah (hubungan waktu), jika, kalau (hubungan syarat), agar, supaya (hubungan tujuan), meskipun, walaupun. Konjungsi korelatif: konjungsi yang menghubungkan dua kata, frase, atau klausa di mana hubungan kedua unsur itu memiliki derajat yang sama. Konjungsi korelatif umumnya berupa kalimat majemuk. Contoh: tidak hanya, tetapi juga, bukan, melainkan, baik, maupun Konjungsi antarkalimat: konjungsi yang menghubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lain. contoh: meskipun demikian, tambahan lagi, sebaliknya, oleh karena itu, selanjutnya. Konjungsi antarparagraf: konjungsi yang menghubungkan antarparagraf sehingga hubungan paragraf-paragraf tersebut menjadi padu. Contoh: dalam pada itu, mengenai, sementara itu.

KATA DEPAN, ARTIKEL, DAN PARTIKEL

PENULISAN KATA DEPAN


di antaranya di samping ke atas ke bawah

PENULISAN ARTIKEL pun juga

penelitian pun mengobati pun sedikit pun satu pun

PENULISAN PARTIKEL per setiap, demi, mulai, melalui


satu per satu per pos per pasien per November

satu demi satu melalu pos setiap pasien mulai November

PENULISAN GABUNGAN KATA

Penulisan gabungan kata ditulis terpisah jika unsurnya berupa kata dasar atau salah satu unsurnya hanya berawalan

atau hanya berakhiran.

beri tahu beri tahukan memberi tahu kerja sama

Penulisan gabungan kata ditulis serangkai jika mendapat awalan dan akhiran sekaligus jika salah satu unsur gabungan kata merupakan unsur terikat. Di samping itu, ada beberapa gabungan kata yang harus ditulis serangkai karena dianggap sudah padu. memberitahukan mempertanggungjawabkan pascabedah subsistem segitiga

PENULISAN KATA

Pembagian jenis kata banyak sekali, diantaranya: Kata Dasar dan Kata Berimbuhan. Ada pula kata dasar terikat dan kata dasar bebas. Contoh : rumah, perumahan, non, pasca, sub dll. Kata Dasar ada yang berasal dari kosakata bahasa Indonesia, ada merupakan serapan dari kosa kata bahasa asing. Untuk penulisan kata serapan, kita harus memahami bahasa asalnya. Misalnya : quality-kualitas, quantity-kualitas, theory-teori, theoretic-teoretis,

Penulisan Gabungan Kata

Gabungan kata-kata yang berupa kata majemuk bagian-bagiannya dituliskan terpisah Contoh : jasa marga, kerja sama, tanggung jawab, tanda tangan, kereta api, rumah makan. Kata-kata di atas baru digabung bila memiliki imbuhan gabung. Misalnya : menanggungjawabi, penandatanganan Kata-kata tidak digabung apabila hanya ditambah dengan satu imbuhan. Misalnya : bertanda tangan,

Gabungan Kata Serangkai

Gabungan kata yang sudah padu benar dan sudah bersenyawa tidak dapat dikembalikan ke bentuk dan makna asal, dituliskan serangkai. Contoh : padahal, daripada, hulubalang

Gabungan Kata Terikat dan Kata Bebas


Penggabungan kata terikat bersama kata bebas ditulis serangkai Contoh kata terikat: non, tuna, antar,pasca Contoh penulisan : antarkota, nonkeuangan, pascapanen,subordinat dll.

PENULISAN KATA DEPAN


Perbedaan: Kata depan di diikuti kata benda (biasanya tempat) menyatakan arah atau tempat. Awalan di dapat diikuti oleh kata benda misalnya : dicangkul Kata depan di dapat diganti dengan kata depan dari dan ke, sementara awalan di tidak bisa. Kata depan di tidak bisa diganti dengan awalan me-, sedangkan awalan di dapat. Misalnya di rumah-merumah

Penulisan Partikel

Penulisan partikel kah, lah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahului. Misalnya: Apakah buku yang kaubaca itu. Partikel pun dan per ditulis terpisah dengan kata yang mendahului. Misalnya : apa pun makanannya, minumnya teh botol Sosro. Catatan : kelompok kata yang sudah padu sebagai kata dengan pertikel pun, ditulis serangkai. Adapun, andaipun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sungguhpun, walaupun, sekalipun (walaupun), ataupun.

Latihan Soal

Ia menyerahkan KTP lamanya untuk mendapatkan KTPnya yang baru Disetiap kampus selalu ada perpustakaan yang bisa kita temui. Ia belum pernah datang ke rumah saya sekalipun. Prajurit Indonesia itu menghancur leburkan pangkalan militer Belanda. Bagaimanapun kamu harus menghadiri acara pernikahan temanmu.

Tanda-tangani surat ini sebelum kami bertindak lebih jauh, kata seorang atasan kepada bawahannya. Kebijakan antar negara itu termuat dalam nota kesepahaman. Dari pada mencuri, lebih baik bekerja dengan jujur. Pasca kepengurusan kepala desa itu, desa Sukamaju tidak terurus dengan baik lagi. Dikebun itu lah, Ali yang diduga sebagai otak perampokan itu di tangkap.

DIKSI

Pengertian Diksi adalah ketepatan pilihan kata. Ketepatan pilihan dipengaruhi oleh kemampuan menguasai kosakata dan menggunakannya. Dengan memahami penggunaan diksi,

You might also like