You are on page 1of 40

BAB III PELAKSANAAN PROYEK

3.1

Umum Perencanaan suatu proyek meliputi semua kegiatan fisik di lapangan mulai dari

persiapan, pekerjaan struktur, finishing, sampai pada bangunan itu siap beroperasi. Pelaksanaan proyek harus mendapat pengawasan yang cukup ketat, baik kesesuaian antara perencanaan dan realisasi proyek serta perubahan perubahan yang mungkin terjadi di lapangan, karena pelaksanaan proyek akan menentukan hasil akhir dari suatu proyek. Faktor lain yang juga menentukan hasil akhir yang baik adalah perencanaan yang baik, gambar gambar desain yang jelas sehingga akan memudahkan pelaksanaan dilapangan. Keberhasilan suatu proyek dinilai dari beberapa hal, meliputi biaya, mutu dan waktu. Proyek dikatakan berhasil jika proyek tersebut telah sesuai dengan mutu yang ditentukan, dengan biaya yang lebih murah dan selesai tepat waktunya. Hal ini sangat ditentukan oleh pengawasan yang benar, ketersediaan material, tenaga kerja, metode pengerjaan, dan alat alat yang digunakan.

3.2

Lingkup Pekerjaan Lingkup pekerjaan struktur proyek pembangunan Hotel Mercure Legian Bali

meliputi: a. Pekerjaan Struktur Basement terdiri dari pekerjaan Pondasi Pile Cap, pekerjaan tie beam, pekerjaan lantai, pekerjaan kolom, pekerjaan retaining wall, dan pekerjaan tangga.. b. Lantai 1 terdiri dari pekerjaan balok, pekerjaan lantai, pekerjaan kolom, pekerjaan kolam renang, lift dan pekerjaan tangga. c. Lantai 2 terdiri dari pekerjaan balok, pekerjaan lantai, pekerjaan kolom, lift dan pekerjaan tangga. d. Lantai 3 terdiri dari pekerjaan balok, pekerjaan lantai, pekerjaan kolom, lift dan pekerjaan tangga. e. Lantai 4 terdiri dari pekerjaan balok, pekerjaan lantai, pekerjaan kolom, dan pekerjaan tangga. f. Lantai 5 terdiri dari pekerjaan balok, pekerjaan lantai, pekerjaan kolom

26

pemasangan rangka WF, pemasangan gording, trekstank, pemasangan tieroad, pemasangan plate base, dan pengecatan zincromate.

3.3

Waktu Pelaksanaan Proyek Pelaksanaan pembangunan (pekerjaan struktur) Proyek Hotel Mercure Legian

direncanakan selama 61 minggu yaitu dimulai pada tanggal 8 April 2013 dan direncanakan selesai pada tanggal 31 Juli 2014. Pada pelaksanaan proyek, realisasi dengan progres yang direncanakan sesuai. Hal itu dapat dilihat pada time schedule.

3.4

Persiapan Pelaksanaan Sebelum pekerjaan mulai dilaksanakan, pendataan atau persiapan perlu dilakukan

sebagai langkah pengecekan hal-hal yang perlu untuk pelaksanaan proyek dan yang sudah ditetapkan di rencana kerja sehingga tidak mengalami banyak hambatan. Pendataan merupakan penunjang didalam pelaksanaan proyek, sebab tanpa pendataan yang jelas akan terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan proyek. Adapun beberapa hal yang perlu didata dan dipersiapkan antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Persiapan material serta penyimpanannya Pendataan dan persiapan tenaga kerja Pendataan dan persiapan peralatan Persiapan kantor kerja Pengukuran dan pasang bouwplank Persiapan air kerja Listrik kerja Kemananan proyek Persiapan K3 (helm pengaman dan sepatu proyek, P3K, pemadam kebakaran, Fogging) 10. 11. Jamsostek Pagar keliling dan akses road

3.4.1 Persiapan Material Serta Penyimpannya Material yang digunakan pada proyek ini telah ditentukan dalam bestek, baik perbandingan maupun jenisnya dan tidak boleh diganti tanpa persetujuan owner. Apabila terpaksa harus diganti, maka material pengganti tersebut harus mempunyai mutu yang
27

setara dengan mutu material yang diganti. Dalam pengadaan material proyek, hal hal yang perlu diperhatikan adalah : 1. Pendataan jenis material Material yang digunakan dalam pelaksanaan telah ditetapkan dalam gambar kerja dan RKS sehingga kontraktor tidak dapat menggantinya dengan material lain tanpa persetujuan konsultan pengawas. Pengadaan material harus direncanakan dengan baik berdasarkan rencana waktu pelaksanaan untuk masing masing pekerjaan yang memerlukan material tersebut agar tidak menghambat pelaksanaan pekerjaan di lapangan. 2. Pendataan jumlah material Jumlah material yang diperlukan pada proyek pembangunan Hotel Mercure Legian tergantung dari volume masing masing pekerjaan yang sudah tertera dalam RAB. Pada proyek ini sebagian besar bangunan terbuat dari beton bertulang, maka bahan yang paling banyak dibutuhkan adalah besi tulangan dan beton ready mix. 3. Waktu pengadaan material Sebelum melaksanakan kegiatan lapangan, bahan bahan atau material yang diperlukan untuk pekerjaan tersebut harus tersedia dan mencukupi. Untuk itu perlu diadakan penjadwalan kebutuhan material yang berupa rencana pengadaan material sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan, sesuai dengan time schedule. 4. Penempatan material Penempatan material di lokasi proyek juga perlu diperhatikan sehingga tidak mengurangi mutu bahan tersebut.

3.4.2 Persiapan Tenaga Kerja Pada proyek pembangunan Hotel Mercure Legian pengalokasian tukang dilakukan oleh kepala tukang atas persetujuan site manager. Jumlah pekerja harian tidak sama setiap harinya, karena ditentukan oleh volume pekerjaan setiap hari dan jenis kegiatan yang berbeda beda. Pendataan dan persiapan tenaga kerja berhubungan dengan hal hal sebagai berikut : 1. Status Tenaga Kerja Status tenaga kerja dapat dibedakan atas : a. Tenaga kerja tetap merupakan tenaga kerja dari kontraktor yang langsung menangani pelaksanaan kegiatan maupun pengawasan pekerjaan yang dibayar secara tetap oleh kontraktor, seperti: Project Manager, Site Manager, Site Engineer, Administrasi,
28

Logistik, Supervisor, Drafter, dan Quantity Surveyor. Dalam hal ini tenaga kerja tetap merupakan karyawan tetap dari PT. Nusa Konstruksi Enjiniring. b. Tenaga kerja borongan merupakan tenaga kerja yang dibayar dengan volume dan jenis pekerjaan yang ditetapkan secara borongan. Tenaga kerja ini terdiri dari kelompok kelompok pekerja yang dikepalai oleh seorang kepala tukang. c. Tenaga kerja harian merupakan tenaga kerja yang diupah secara harian, upah yang diterima pekerja dihitung berdasarkan jumlah hari kerja. 2. Jumlah Tenaga Kerja Pada proyek pembangunan Hotel Mercure Legian, jumlah pekerja yang bekerja setiap hari bergantung pada jumlah dan jenis pekerjaan yang berbeda beda. 3. Sistem Pembayaran Upah Kerja Pada proyek pembangunan Hotel Mercure Legian, sistem pembayaran upah tenaga kerja yang bekerja pada proyek ini adalah sebagai berikut: a. Upah untuk tukang dibayarkan setiap 1 minggu oleh pihak PT. Nusa Konstruksi Enjiniring kepada mandor yang kemudian disaluran kepada wakil mandor, kepala tukang, tukang dan pembantu tukang. Besarnya pembayaran bergantung pada besar volume (m3, m2) yang telah diselesaikan. b. Upah tenaga kerja harian dibayarkan oleh masing masing mandor yang membawahi beberapa orang pekerja. 4. Jam Kerja Pengaturan jam kerja dimaksudkan untuk menentukan saat mulai kerja, istirahat, dan saat berhenti. Pengaturan jam kerja pada proyek pembangunan Hotel Mercure Legian adalah sebagai berikut: a. Jam kerja pagi b. Jam kerja siang c. Jam lembur 1 d. Jam lembur 2 : 08.00 12.00 WITA : 13.00 17.00 WITA : 18.00 22.00 WITA : 22.00 03.00 WITA

Lembur diadakan bila dipandang perlu, terutama untuk pekerjaan yang tidak dapat ditangguhkan penyelesaiannya untuk mengejar keterlambatan pekerjaan. Setiap jam kerja lembur akan diberi upah sebesar 1 (satu) hari kerja disetiap jam lemburnya.

29

3.4.3 Persiapan Peralatan Pendataan dan persiapan peralatan sangat penting dilakukan, karena cepat lambatnya suatu pekerjaan tergantung dari siap tidaknya peralatan. Adapun peralatan yang digunakan dalam proyek ini adalah : 1. Tower Crane Tower crane adalah suatu alat yang sangat umum dan sering dijumpai di setiap lokasi konstruksi yang sering digunakan pada bangunan gedung tingkat tinggi. Tower crane berfungsi untuk memudahkan pekerjaan konstruksi pada high rise bulding terutama untuk pekerjaan pendistribusian material dari lantai dasar menuju lokasi yang lebih tinggi. Tower crane berguna untuk menjangkau daerah tersebut untuk memudahkan pengangkutan material dan mengefisienkan waktu pelaksanaan konstruksi. Tinggi tower Crane yang digunakan pada proyek ini adalah 45 m dengan panjang bentangan lengan jangkauan 50 m. Pondasi yang digunakan untuk Tower Crane berukuran 4,75x4,75x1,8 m dengan 11 bore pile berdiameter 400 mm bertulangan sengkang spiral dengan kedalaman pemancangan 10,5m. Bobot total tower crane adalah 50 ton. Pemasangan tower crane berlangsung selama 3 hari. Mobilisasi tower crane ke lokasi proyek dilakukan dengan truk tronton sepanjang 12 m kemudian dipasang per section menggunakan Crawler. Biaya yang dialokasikan untuk menyewa tower crane adalah Rp 200.000.000 per bulan untuk jam kerja normal 08.00-17.00 wita, biaya sudah termasuk operator, genset dan maintenance. Jika dioperasikan pada saat lembur, maka dikenakan biaya tambahan sebesar Rp 50.000 per jam. Umumnya, Tower Crane mempunyai bagian-bagian seperti (Gambar 3.1) Jib, merupakan bagian dari Tower Crane yang panjang dan bisa berputar secara horizontal sebesar 3600 atau sering disebut lengan Tower Crane yang berfungsi untuk mengangkat material atau alat bantu pada proyek dengan bantuan kabel baja (sling). Counter weight, berupa beton pemberat yang terdapat pada bagian belakang tower crane yang berfungsi untuk memberikan keseimbangan pada tower crane. Joint Pin, adalah bagian dari tower crane yang merupakan tempat operator mengoperasikan tower crane.

30

Counter weight

Joint Pin Jib

Gambar 3.1 Tower Crane sebagai sarana pendistribusi material 2. Excavator Excavator (Gambar 3.2) adalah alat berat yang berfungsi untuk menggali tanah yang letaknya di bawah kedudukan excavator itu sendiri. Selain itu excavator dapat mengerjakan penggalian tanah tanpa bantuan alat lain dan juga berfungsi sebagai pengangkat material ke dalam truk atau alat angkut lainnya.

Gambar 3.2 Excavator dalam pengerjaan penggalian


31

3.

Truck Mixer Truck Mixer (Gambar 3.3) adalah alat yang digunakan untuk mencampur material -

material penyusun beton dalam skala besar.

Gambar 3.3 Truck Mixer saat menyalurkan beton 4. Scaffolding Scaffolding digunakan untuk menyangga bekesting pada lantai di atasnya dan juga biasa digunakan sebagai tempat pijakan untuk memudahkan pekerja dalam mengerjakan pekerjaan yang berada pada elevasi yang lebih tinggi. Pada proyek pembangunan Hotel Mercure Legian, scaffolding digunakan untuk menyangga bekesting balok dan pelat juga sebagai pijakan.

Gambar 3.4 Scaffolding sebagi penyangga bekisting

32

5.

Concrete Vibrator Concrete Vibrator adalah alat yang digunakan sebagai penggetar beton saat dilakukan

pengecoran sehingga tidak ada ruang kosong di dalam beton cor dan sesuai dengan cetakannya. Dengan penggunaan concrete vibrator diharapkan beton yang telah dituang dapat termampatkan dengan baik, artinya beton padat dan tidak berongga sehingga dapat menghindari terjadinya beton kropos. Dalam gambar 3.5 terlihat para tukang sedang melakukan proses pengecoran dimana beton yang telah dicor dimampatkan dengan Concrete Vibrator agar merata di semua bagian.

Concrete Vibrator

Gambar 3.5 Concrete Vibrator saat memampatkan beton pelat tangga

6.

Waterpass Waterpass adalah alat bantu yang digunakan untuk menentukan beda elevasi antar

bangunan.

Gambar 3.6 Penggunaan Waterpass saat mengukur elevasi pelat

33

7.

Bar Cutter Bar Cutter (Gambar 3.7) adalah alat untuk memotong baja tulangan. Cara kerja dari

alat ini adalah baja yang akan dipotong dimasukan ke dalam gigi bar cutter kemudian pedal pengendali dipijak, dan baja tulangan akan terpotong. Pemotongan untuk baja tulangan yang mempunyai diameter besar dilakukan satu persatu. Sedangkan untuk baja tulangan yang mempunyai diameter lebih kecil, pemotongan dapat dilakukan dengan beberapa buah baja tulangan sekaligus sesuai dengan kapasitas dari alat.

Gambar 3.7 Bar cutter

8.

Bar Bender Bar Bender (Gambar 3.8) adalah alat yang digunakan untuk membengkokkan baja

tulangan dalam berbagai macam sudut sesuai dengan perencanaan dan kebutuhan. Baja yang akan dibengkokan dimasukkan diantara poros tekan dan poros pembengkok dan diatur sudutnya sesuai dengan sudut bengkok yang diinginkan. Ujung tulangan pada poros pembengkok dipegang dengan kunci pembengkok. Kemudian pedal ditekan sehingga roda pembengkok akan berputar sesuai dengan sudut dan pembengkokkan yang diinginkan.

34

Gambar 3.8 Bar bender

9.

Bekisting Bekesting merupakan pembentuk atau cetakan beton dalam bentuk tertentu. Kualitas

bekesting ikut menentukan bentuk dan rupa konstruksi beton. Oleh karena itu, bekesting harus dibuat dari bahan yang bermutu dan perlu direncanakan sedemikian rupa supaya konstruksi tidak mengalami kerusakan akibat lendutan yang timbul ketika adukan beton dituang. Dalam Proyek Pembangunan Hotel Mercure Legian, triplek yang digunakan untuk bekisting adalah triplek (plywood) setebal 20 mm yang telah dilapisi kertas foto pada bagian dalamnya. Triplek jenis ini dapat digunakan 4 sampai 5 kali. Ketika cetakan dibuka, beton yang dihasilkan akan bertekstur lebih halus.

Gambar 3.9 Bekisting pelat

35

10. Concrete Bucket Concrete Bucket (Gambar 3.10) adalah tempat penganggkutan beton dari truck mixer sampai ke tempat pengecoran. Dalam pekerjaannya dibutuhkan satu orang sebagai operator concrete bucket yang bertugas untuk membuka atau mengunci agar cor-an beton tidak tumpah pada saat dibawa ke area pengecoran dengan mibile crane.

Gambar 3.10 Penggunaan concrete bucket saat pendistribusian beton

3.4.4 Persiapan Kantor Kerja Pendataan dan persiapan kantor kerja atau lebih dikenal dengan direksi keet digunakan sebagai tempat bekerjanya karyawan yang terlibat langsung dengan pekerjaan lapangan dan administrasi teknis. Pada proyek Hotel Mercure Legian, direksi keet awalnya bertempat sebelah barat bangunan proyek, namun seiring dengan majunya pembangunan di proyek tersebut, direksi keet dipindahkan ke lantai 1.

3.4.5 Persiapan Jalan Kerja Untuk memperlancar pelaksanaan suatu proyek, harus diperhatikan lokasi dan keadaan lingkungan disekitar proyek. Faktor faktor yang perlu diperhatikan : 1. Jalan kerja

36

Karena lokasi proyek terletak di tepi jalan maka tidak perlu dibuat persiapan jalan kerja. Lokasi proyek terletak di Sriwijaya, Legian, Bali. 2. Cuaca Keadaan cuaca sangat mempengaruhi pelaksanaan suatu proyek. Pada saat pelaksanaan proyek, cuaca tidak menentu, kadang cerah, berawan, kadang juga hujan. Ketika cuaca cerah dan berawan, pelaksanaan konstruksi proyek dapat berjalan dengan baik, tetapi ketika hujan, pelaksanaan proyek menjadi tersendat akibat keadaan lapangan yang becek. 3. Tumbuh tumbuhan Pada proyek pembangunan Hotel Mercure legian, lokasi proyek sebelumnya terdapat beberapa jenis pepohonan, namun mengingat permintaan dari pemilik tanah, ada sebuah pohon yang tidak ditebang dan pohon tersebut berada pada tengah-tengah proyek.

3.5

Pekerjaan Yang Dilaksanakan Sebelum Kerja Praktek (21 Agustus 2013) Sebelum dimulainya kerja praktek, proyek pembangunan Hotel Mercure Legian

telah mencapai progress 17,52 % sehingga ada beberapa tahapan pelaksanaan pekerjaan yang tidak bisa diamati secara langsung. Adapun beberapa pekerjaan yang telah dilaksanakan sebelum kerja praktek pada proyek pembangunan Hotel Mercure Legian, antara lain pekerjaan persiapan, pekerjaan pengukuran dan bouwplank, pekerjaan tanah, pekerjaan basement serta beberapa pekerjaan pada first floor.. Untuk mengetahui proses pekerjaan tersebut maka dilakukan wawancara dengan pengawas lapangan mengenai proses pekerjaan yang dilakukan.

3.5.1 Pekerjaan Persiapan Pada tahap pekerjaan ini kerja praktek masih belum dimulai sehingga teknik pelaksanaan pekerjaan tidak dapat diuraikan secara detail. Adapun tahapan tahapan pekerjaan persiapan yang diuraikan secara umum yaitu: a. b. c. Persiapan area lokasi dan setting out, Pembersihan pada lokasi pekerjaan, Membuat Direksi Keet (bangunan semi permanen) untuk keperluan karyawan proyek dan konsultan pengawas yang memenuhi syarat sebagai ruang kerja.

37

d.

Membuat gudang bahan (logistik) untuk material-material bangunan yang berharga, atau material penting lainnya agar terhindar dari hujan, panas matahari, dan pencurian.

e. f.

Penyediaan air, listrik, dan obat pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K). Pekerjaan mobilisasi peralatan dan material.

Gambar 3.11 Direksi Keet

3.5.2 Pekerjaan Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank Bouwplank merupakan patok kayu yang di pasang di sekeliling lahan proyek. Bouwplank dipergunakan sebagai tempat pemasangan penamaan dan penomoran as pada bangunan proyek. Alat alat pengukuran berupa meteran, waterpass, dan theodolit disediakan oleh PT. Nusa Konstruksi Enjiniring untuk menentukan garis/bidang horizontal dan vertikal yang diinginkan.

3.5.3 Pekerjaan Tanah Jenis tanah pada lokasi Proyek Pembangunan Hotel Mercure Legian adalah tanah keras berpasir. Adapun tahapan pekerjaan yang dapat diuraikan secara umum yaitu: penggalian untuk pondasi dan basement, pekerjaan sloof atau tie beam, pembuatan lantai kerja dan keseluruhan lantai basement. Pelaksanaan pekerjaan galian baru dapat dilakukan setelah pengukuran tapak atau site proyek telah selesai dilakukan.
38

3.5.4 Pekerjaan Pondasi dan Lantai Kerja Pondasi yang digunakan pada proyek Hotel Mercure Legian adalah pondasi tiang pancang pada tower crane dan pondasi telapak untuk bangunan utama. Sedangkan lantai kerja dibuat sebelum pekerjaan pondasi dilakukan. Pada proyek pembangunan Hotel Mercure Legian, setelah dilakukan pembersihan dan penggalian tanah, pembuatan lantai kerja bisa dilakukan.

3.5.5 Pekerjaan Tie Beam dan Pelat Lantai Basement Pekerjaan tie beam atau sloof dan pelat lantai pada basement dilakukan secara bertahap berdasarkan pembagian zona. Tie beam dan pelat lantai pada basement dikerjakan diatas lantai kerja yang telah dipersiapkan sebelumnya. Proses pelaksanaan pekerjaan tie beam dan pelat lantai memiliki kesamaan dengan proses pelaksanaan pekerjaan balok dan pelat lantai, sehingga akan dibahas lebih detail pada pekerjaan balok dan pelat lantai.

3.5.6 Pekerjaan Kolom Lantai Basement Pekerjaan kolom pada lantai basement memiliki kesamaan penjelasan dengan pekerjaan kolom pada lantai first floor sampai lantai fifth floor, sehingga untuk pembahasan lebih lanjut akan dibahas pada sub bab berikutnya.

3.6

Pekerjaan Yang Dilaksanakan Saat Kerja Praktek Adapun beberapa pekerjaan yang dilaksanakan saat kerja praktek pada proyek

pembangunan Hotel Mercure Legian, antara lain pekerjaan kolom struktur, pekerjaan balok dan plat lantai, pekerjaan tangga, dan kolam renang. 3.6.1. Pekerjaan Kolom Struktur a. Pekerjaan Pembesian Kolom 1. Bahan yang Diperlukan : a. Besi Tulangan Lentur D 22 b. Besi Tulangan Geser D 13 c. Kawat bendrat 2. Alat yang Digunakan : a. Bar Bander b. Bar Cutter c. Meteran
39

d. Tower Crane ( TC ) 3. Langkah kerja yang dilakukan adalah: a. Pabrikasi dilakukan dengan memotong besi D22 untuk tulangan lentur, dan besi D13 untuk tulangan sengkang sesuai dengan ukuran gambar kerja (Gambar 3.12). b. Hasil pabrikasi dibawa ketempat perakitan. c. Pekerja merakit besi D22 untuk tulangan lentur dan besi D13 untuk tulangan geser sesuai dengan tipe kolom yang akan dibuat (Gambar 3.13a) . d. Tulangan sengkang dipasang dengan jarak yang sesuai dengan ketentuan gambar, diikat dengan kawat bendrat. e. Setelah perakitan selesai, dipasang beton decking yang nantinya berfungsi sebagai selimut beton. Beton decking untuk kolom pada proyek ini adalah 2,5 cm (Gambar 3.14). f. Tulangan kolom yang telah selesai di rakit kemudian dibawa menuju posisinya menggunakan bantuan Tower Crane.. g. Besi kolom diturunkan secara perlahan lahan hingga semua besi stek kolom masuk kedalam besi kolom yang sudah dirakit (Gambar 3.14b). h. Antara tulangan pokok dengan tulangan stek kolom diikat dengan kawat bendrat.

Gambar 3.12 Proses Pabrikasi dilakukan pemotongan dan pembengkokan

40

(a) (b) Gambar 3.13 Perakitan (a) dan sambungan (b) tulangan kolom

Gambar 3.14 Beton Decking dengan ukuran 25 mm

b. Pekerjaan Bekisting Kolom 1. Alat yang Digunakan a. Palu b. Suport c. Tower Crane (TC) 2. Bahan yang Digunakan 3. Bekisting dari triplek 4. Langkah kerja di lapangan : a. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

41

b. Siapkan bekisting yang akan dipasang, setiap sisi bekisting di bersihkan dan diolesi mould oil, pada pekerjaan kolom ini digunakan jenis bekisting yang telah dilapisi kertas foto pada bagian dalamnya. c. Mengangkat bekisting dengan bantuan tower crane (TC) yang dimonitoring oleh seorang mandor, dan menempatkannya pada garis marking yang sudah ditentukan sebelumnya. d. Setelah bekisting ditempatkan, pasang wheller dan tie road lalu dikencangkan agar keempat sisi bekisting rapat. e. Selanjutnya pemasangan support keempat sisi bekisting. f. Lot kedua sisi bekisting dengan menggunakan unting-unting untuk mengetahui ketegakan posisi bekisting. g. Jika posisi bekisting belum tegak, support bisa dikencangkan atau dikendorkan sampai posisi bekisting benar-benar tegak.

Gambar 3.15 Bekisting kolom yang sudah tegak dan siap dicor

c.

Pekerjaan Pengecoran Kolom 1. Alat yang Digunakan a. Tower Crane (TC) b. Concrete Bucket dan Pipa Tremie

42

c. Concrete Vibrator d. Alat uji slump 2. Bahan yang Digunakan a. Beton Ready K-350 b. Concrete mixer truck 3. Langkah kerja dilapangan a. Setelah beton ready mix tiba dilapangan, diuji kekentalan beton apakah sesuai dengan yang direncanakan dengan tes Slump. Alat-alat yang digunakan dalam uji slump antara lain: Cetakan krucut terpancung yang berdiameter dasar 20 cm, diameter bagian atas 10 cm dan tinggi 30 cm. Tongkat pemampat berdiameter 16 mm, panjang 60 cm, dengan ujung bulat dan terbuat dari baja tahan karat Alas corong kerucut berupa triplek yang kedap air Slump test dapat dilakukan dengan cara : Letakkan corong cetakan yang sudah dialasi triplek di tempat yang rata. Beton cair dimasukkan ke dalam cetakan kerucut terpancung yang berdiameter dasar 20 cm, diameter bagian atas 10 cm dan tinggi 30 cm. Corong cetakan diisi dalam 3 (tiga) lapisan, masing-masing sekitar 1/3 volume corong. Setiap lapis beton cair dimampatkan dengan tongkat pemampat sebanyak 25 kali. Pemukulan atau pemampatan dengan tongkat harus merata dan tidak boleh sampai masuk ke dalam lapisan beton sebelumnya. Setelah lapisan ke-3 beton cair selesai dimampatkan, ratakan bagian atas kerucut, diamkan selama 30 detik. Kemudian corong diangkat tegak lurus ke atas secara perlahan. Pengukuran nilai slump dilakukan dengan meletakkan penggaris pada bagian atas kerucut terpancung, kemudian ukur penurunan beton yang terjadi. (Gambar 3.16). Beton yang memiliki perbandingan campuran yang baik akan menampakkan penurunan bagian atas secara perlahan-lahan dan bentuk kerucut semula tidak hilang.

43

Toleransi dari kekentalan beton yang diinginkan untuk test ini yaitu 2 cm sampai 12 cm. b. Jika nilai slump sudah sesuai dengan yang direncanakan, siapkan beton untuk cetakan silinder, untuk pengetesan kuat tekan beton nantinya dan pengecoran bisa dilaksanakan. c. Dari Concrete Mixer Truck, beton dituangkan kedalam concrete bucket dan diangkat menggunakan tower crane menuju lokasi kolom yang akan dicor. d. Pada saat pemindahan ketempat pengecoran concrete bucket dikunci/ditutup agar beton tidak tumpah. e. Saat sampai dilokasi pengecoran, concrete bucket dibuka dan beton dituangkan kedalam bekisting melalui pipa trimie (Gambar 3.17). f. Beton lalu dipadatkan dengan concrete vibrator. g. Pengecoran dilakukan bertahap sampai ketinggian stop cor yang direncanakan.

Gambar 3.16 Tes Slump saat beton sampai lokasi proyek

44

Gambar 3.17 Proses Pengecoran Kolom menggunakan concrete bucket d. Pembongkaran Bekisting Kolom 1. Alat Yang digunakan a. Kunci inggris b. Linggis 2. Langkah Kerja Dilapangan a. Setelah kolom dicor minimal 24 hari, bekisting bisa dibongkar. b. Lepaskan support yang menyangga bekisting. c. Kendor dan lepaskan tie road. d. Lepaskan satu persatu bagian bekisting, jika bekisting ada yang menempel pada beton, proses pembongkaran menggunakan linggis.

3.6.2. Pekerjan Balok dan Pelat Lantai a. Pekerjaan Bekisting dan Pembesian Balok 1. Alat dan bahan yang digunakan a. Scafolding b. U Head c. Jack Base d. Gergaji e. Palu

45

f. Meteran g. Waterpas e. Bar Bander f. Bar Cutter g. Paku h. Besi hollow 40x40 mm perangkai bekisting plat 2. Langkah kerja dilapangan a. Setelah kolom dicor dilanjutkan dengan pemasangan scaffolding untuk menyangga bekisting balok. b. Jarak pemasangan scafolding ditentukan sesuai dengan gambar rencana. c. Setelah scafolding semua terangkai, pasang besi hollow 40x40 mm kearah memanjang yang bertumpu pada u-head. d. Cek kedataran posisi besi hollow dan ketinggiannya sesuai dengan gambar rencana (elevasi bekisting balok), setelah itu pemasangan tulangan untuk balok sudah bisa dilaksanakan. e. Kebutuhan besi pokok dan jumlah sengkang sebelumya sudah dibuat dipabrikasi besi yang disesuaikan dengan gambar rencana. f. Besi yang akan dipasang diangkut dari tempat pabrikasi besi ketempat balok yang akan dikerjakan menggunakan tower crane yang di monitoring oleh mandor besi. g. Perakitan pembesian balok langsung diatas bodeman balok, dimulai dari penempatan tulangan pokok, dilanjutkan dengan pemasangan sengkang. h. Jarak pemasangan sengkang disesuaikan dengan gambar rencana. i. Tulangan sengkang dengan tulangan pokok diikat dengan kawat bendrat. j. Beton decking dipasang dibagian sisi dan bagian bawah sengkang, sebagai selimut beton. k. Pembesian selesai, dilanjutkan dengan pemasangan bekisting dinding balok, dan pemasangan skur pada bagian sisi/dinding bekisting balok dengan jarak yang direncanakan. l. Pemasangan skur harus kuat, agar waktu pengecoran dinding bekisting balok tidak jebol.

46

Gambar 3.18 Bagian Perancah Balok dan Pelat Lantai

Gambar 3.19 Pemasangan Scaffolding untuk menyangga bekisting Pelat dan Balok

47

Gambar 3.20 Proses pembesian balok pada lantai 3 b. Pekerjaan Bekisting dan Pembesian Pelat Lantai 1. Alat yang digunakan a. Scafolding b. U Head c. Jack Base d. Gergaji e. Palu f. Meteran g. Waterpas h. Bar Bander i. Bar Cutter 2. Bahan yang Dibutuhkan a. Plywood b. Paku c. Balok kayu dan usuk

48

3. Langkah Kerja Dilapangan a. Setelah pemasangan skur-skur untuk balok selesai, dilanjutkan dengan pemasangan hory beam untuk plat. b. Pemasangan hory beam bertumpu diatas balok kayu dengan jarak 20 cm. c. Diantara hory beam dipasang usuk dengan jarak yang ditentukan untuk tempat pemakuan plywood. d. Dibagian tengah, dibawah hory beam dipasang balok yang bertumpu pada support untuk menjaga agar saat pengecoran plat tidak mengalami lendutan. e. Selanjutnya dipasang triplek. f. Pengecekan elevasi menggunakan waterpas, jika permukaan bekisting tidak rata support bisa dikencangkan maupun dikendorkan hingga pemukaan bekisting rata. g. Setelah pemasangan dinding balok, multyplex untuk plat sudah selesai maka pembesian bisa dilaksanakan.

Gambar 3.21 Proses Pemasangan Bekisting Pelat

49

Gambar 3.22 Proses Pemasangan Tulangan Pelat disekitar saft

c.

Pekerjaan Pengecoran Balok dan Pelat Lantai 1. Alat yang digunakan a. Concrete Mixer Truck b. Concrete Vibrator c. Alat uji slump d. Cetok e. Cangkul f. Tower Crane g. Pipa Tremi 2. Bahan yang Dibutuhkan a. Beton Ready mix K350. 3. Langkah Kerja dilapangan

50

a. Sebelum melaksanakan pengecoran, area yang akan dicor dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran kotoran yang ada di sekitarnya agar dapat menghasilkan plat lantai sesuai dengan mutu dan perencanaan. (Gambar 3.23) b. Sebelum beton dituangkan kearea pengecoran dilakukan pengujian tes slump dan pembuatan benda uji silinder. c. Jika nilai slump sudah memenuhi syarat yang ditentukan pengecoran bisa dilaksanakan. d. Pengecoran dilakukan dengan bantuan tower crane. Beton ready mix dari concrete mixer truck dialirkan ke concrete bucket melalui pipa (Gambar 3.24), kemudian diangkat ke lokasi tempat akan dilakukan pengecoran dengan menggunakan tower crane. (Gambar 3.25). e. Saat tiba di lokasi pengecoran, concrete bucket bagian bawah dibuka untuk mengalirkan beton ke wilayah yang akan dicor dengan menggunakan pipa tremi (Gambar 3.26). f. Dilakukan pemadatan menggunakan Concrete Vibrator agar seluruh cetakan/ bekisting balok dan plat termampatkan/terisi beton (Gambar 3.27), setelah itu permukaan beton diratakan. g. Setelah diratakan, supervisor akan mengecek elevasi dan kedataran dari plat tersebut dengan menggunakan waterpass. Hal ini bertujuan agar dihasilkan plat yang datar sesuai dengan yang direncanakan.

Gambar 3.23 Penggunaan vacum saat pembersihan lantai kerja sebelum dicor
51

Gambar 3.24 Beton dialirkan ke Concrete Bucket

Gambar 3.25 Beton diangkut menuju lokasi pengecoran menggunakan tower crane

52

Gambar 3.26 Pengecoran pada pelat tangga

Gambar 3.27 Beton dimampatkan dengan Concrete Vibrator

d. Pembongkaran Bekisting Balok dan Plat Lantai 1. Alat Yang digunakan a. Linggis b. Palu
53

2. Langkah Kerja Dilapangan a. Setelah balok dan plat dicor minimal 3 hari bekisting bisa dibongkar. b. Lepaskan scafolding yang menyangga bekisting secara hati-hati. c. Lepaskan satu persatu bagian bekisting, jika bekisting ada yang menempel pada beton, dibantu dengan linggis secara hati-hati untuk melepaskannya. d. Setelah pembongkaran selesai, pasang support dititik-titik tertentu untuk menyangga balok atau plat.

Gambar 3.28 proses pelepasan bekisting pelat 3.6.3. Pekerjaan Tangga Pekerjaan tangga yang bisa diamati selama kerja praktek adalah pekerjaan balok dan pelat lantai pada lantai 1 sampai lantai 5. Pelaksanaan pekerjaan tangga lantai 1 dilakukan secara bersamaan agar mendapatkan konstruksi yang monolith. Pekerjaan ini baru dapat dilaksanakan setelah semua struktur pendukung balok dan pelat lantai dianggap cukup kuat mendukung beban. Untuk pekerjaan tangga lantai 1 pengecoran harus dilakukan secara bersamaan untuk menghasilkan struktur yang monolit. Karena terbatasnya jumlah material maka pengecoran dilakukan secara bertahap. Agar beton yang dihasilkan monolit maka sebelum pengecoran diberi Adibon. Fungsi Adibon adalah untuk menyatukan beton lama dengan beton yang baru di cor.

54

a.

Pekerjaan Bekisting Tangga 1. Alat yang digunakan a. Palu b. Meteran c. Gergaji d. Pensil e. Siku-siku f. Benang nilon g. Benang Sipat h. Scafolding beserta perlengkapannya 2. Bahan yang Digunakan a. Balok Kayu 6/12 b. Usuk 5/7 c. Multyplex 1 cm 3. Langkah kerja di lapangan a. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan. b. Tentukan ukuran dan tinggi bordes tangga sesuai dengan shop drawing. c. Pasang scafolding diarea bordes yang akan dibuatkan bekisting dengan memperhatikan ukuran tinggi bordes. d. Pasang balok kayu yang menumpu pada scaffolding dilanjutkan dengan pemasangan multyplek. e. Tentukan jarak anak tangga pertama dari tepi kolom. f. Tarik benang dari ujung anak tangga pertama sampai dengan tinggi bordes, sehingga kemiringan tangga bisa didapat. g. Mulai memasang perancah dan multyplek untuk bekisting plat tangga yang miring h. Setelah bekisting plat tangga sudah jadi, dilanjutkan dengan marking anak tangga pada dinding bekisting tangga. i. Sebelum dilaksanakan markingan anak tangga, bodeman bordes dicek dengan menggunakan waterpass, jika bodeman kurang rata, u-head scaffolding bisa dikencangkan / dikendorkan. j. Waktu melaksanakan marking tangga tinggi dan lebar disesuaikan dengan shop drawing.
55

k. Dilanjutkan dengan pembuatan bekisting untuk dinding tangga yang tingginya sama dengan tinggi optrede tangga yang direncanakan l. Pemasangan bekisting dinding untuk optrede tangga dipasang setelah pembesian tangga selesai (Gambar 3.29).

Gambar 3.29 Proses Pemasangan Bekisting Tangga b. Pekerjaan Pembesian Tangga 1. Alat yang Diperlukan a. Bar Bander b. Bar Cutter c. Meteran 2. Bahan yang Dibutuhan a. Besi Tulangan D 13 sebagai tulanga lentur b. Besi Tulangan D 10 sebagai tulangan geser c. Kawat Bendrat 3. Langkah kerja dilapangan a. Untuk kebutuhan besi baik jumlah, pemotongan maupun pembengkokan dilakukan diselah kanan kontruksi. c. Perakitan penulangan langsung diatas bekisting tangga yang dibuat. d. Yang pertama di kerjakan adalah merakit penulangan bagian bawah dengan cara merakit / menata tulangan pokok dengan jarak sesuai gambar.

56

e. Pembangunan tangga pada proyek ini menggunakan pelat dengan ketebalan 150 mm menggunakan tulangan D10-200 arah x dan D10 100 pada arah y dengan mutu tulangan polos BJTP 24. Pemasangan pelat tangga secara konvensional dilakukan secara bertahap (Gambar 3.30).

Gambar 3.30 Tulangan Tangga

Tulangan pokok diikat dengan tulangan stek tangga yang sudah ada. f. Memasang tulangan bagi diatas tulangan pokok, yang diikat dengan kawat bendrat dengan jarak sesuai gambar. g. Rakitan pembesian bagian bawah diangkat sedemikian rupa sehingga bagian bawahnya bisa dikasi beton decking dengan tebal sesuai dengan selimut beton yang direncanakan. h. Setelah penulangan bagian bawah selesai, dilanjutkan penulangan bagian atas yang dimulai dari memasang tulangan bagi. i. Selanjutnya dipasang tulangan pokok dengan jarak sesuai gambar. j. Tulangan bagi dengan tulangan pokok diikat menggunakan kawat bendrat, sehingga tulangan menjadi satu kesatuan. k. Untuk menjaga jarak penulangan bagian bawah dengan penulangan bagian atas dikasi sepatu diikat menggunakan kawat bendrat sehingga penulangan plat tangga tidak menjadi satu.
57

l. Setelah pembesian tangga selesai, dilanjutkan dengan memasang bekisting dinding optrede yang sudah dibuat sebelumnya (Gambar 3.31).

Gambar 3.31 Proses Pemasangan Dinding Optrede Tangga c. Pekerjaan Pengecoran Tangga 1. Alat yang Digunakan a. Concrete Bucket dan Pipa Tremie b. Concrete Vibrator c. Alat uji slump d. Cangkul e. Cetok 2. Bahan yang Digunakan a. Beton Ready Mix (K-350) 3. Langkah kerja Dilapangan a. Setelah beton ready mix tiba dilapangan, diuji kekentalan beton apakah sesuai dengan yang kita rencanakan dengan tes Slump. b. Jika nilai slump sudah sesuai dengan yang kita rencanakan, siapkan beton untuk cetakan silinder, untuk pengetesan kuat tekan beton nantinya dan pengecoran bisa dilaksanakan. c. Dari Concrete Mixer Truck, beton dituangkan kedalam concrete bucket dan diangkat menggunakan tower crane menuju lokasi tangga yang akan dicor.

58

d. Pada saat pemindahan ketempat pengecoran concrete bucket dikunci / ditutup agar beton tidak tumpah. e. Saat sampai dilokasi pengecoran concrete bucket dibuka dan beton dituangkan kedalam talang melalui pipa trimie, sehingga beton jatuh tepat pada tangga yang dicor, Pengecoran dilakukan dari anak tangga yang paling tinggi. f. Dilakukan pemadatan dengan concrete vibrator, dan permukaan beton

diratakan menggunakan roskam. Pada Gambar 3.32 telihat permukaan tangga sudah selesai di cor.

Gambar 3.32 Proses Pengecoran Tangga d. Pembongkaran Bekisting Tangga 1. Alat Yang digunakan a. Linggis b. Palu 2. Langkah kerja Dilapangan a. Setelah Tangga dicor minimal 5 hari bekisting bisa dibongkar. b. Lepaskan scafolding yang menyangga bekisting secara perlahan. c. Lepaskan satu persatu bagian bekisting, jika bekisting ada yang menempel pada beton secara hati-hati dibantu dengan linggis untuk melepaskannya. d. Jika ada beton yang berlubang langsung ditembel menggunakan semen khusus. e. Bersihkan area dari bongkaran bekisting.

59

3.6.4. Pekerjaan Ramp Basement Ramp adalah bagian pada lantai basement yang digunakan untuk mengurangi kecepatan kendaraan saat memasuki basement. Struktur ramp dibuat seperti pada pelat lantai, namun ditambahkan profil siku yang dilas dengan tulangan pelat yang akan berguna sebagai pemberi alur pada ramp. Bekesting ramp dibuat seperti bekesting pelat lantai.

Gambar 3.33 Tulangan pada ramp basement 3.6.5. Pekerjaan Dinding Lantai 1 Pekerjaan dinding yang dilakukan adalah pekerjaan dinding lantai 1 sampai dengan dinding lantai 2. Namun pekerjaan dinding yang dapat diamati pada saat kerja praktek adalah pemasangan batu bata, pemasangan pipa listrik dan plesteran. Dalam Pembangunan Gedung Asrama Pendidikan untuk pemasangan dinding menggunakan dinding dari batu bata merah. a. Pekerjaan Dinding Lantai 1 1. Alat yang digunakan a. Cetok b. Meteran c. Pensil d. Siku-siku e. Benang nilon f. Benang Sipat
60

2. Bahan yang Digunakan a. Semen b. Mortar c. Air d. Citicon 3. Langkah kerja Dilapangan a. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan. b. Pemasangan dinding diawali dengan pemberian tanda dimana posisi dinding yang sesuai dengan gambar rencana. Pemberian tanda menggunakan benang yang sudah berisi pewarna sebelumnya. Benang dibentangkan pada posisi tertentu kemudian benang di getarkan, akibat getaran yang terjadi pada plat terjadi menempelan warna. c. Kemuadian memulai memasang dinding Citicon. Dengan campuran yang digunakan terdiri atas campuran semen, air dan mortae. d. Pemasangan Kolom Praktis. Tulangan yang digunakan adalah besi 12 mm 4 buah dengan sengkang 8 mm setiap 20 cm. perletakan untuk kolom praktis sudah disiapkan terlebih dahulu menggunakan besi pada saat pengeciran plat (Gambar 3.34).

Gambar 3.34 Pemasangan Citicon

e. Pemasangan bekisting pada kolom praktis. Triplek yang sudah diberi bingkai dipasang pada masing masing sisi yang tidak terdapat batu bata.

61

f. Pengocoran

kolom

praktis menggunakan campuran krikil, semen, dan

pasir. Memasukan campuran beton untuk kolom pratis dimasukan menggunakan cetok dari bagian atas kolom. g. Setelah kolom praktis berumur 3 hari bekisting kolom praktis dapat dilepas.

b. Pekerjaan Plesteran Dinding 1. Alat yang Digunakan a. Mixer b. Cetok 2. Bahan yang Digunakan a. Pasir b. Semen 3. Langkah kerja Dilapangan a. Menyiapkan alat yang akan digunakan. b. Memasang MEP pada dinding. Ukuran pipa listrik yang digunakan adalah VPC 20 mm. Pemasangan pipa listrik berbarengan dengan pemasangan kabel listrk (Gambar 3.34).

Gambar 3.35 Pemasangan Instalasi Listrik

c. Campuran yang digunakan pada plesteran adalah 1 pc + 4 pasir. Khusus untuk dikamar mandi dan ujung ujung dan sudut sudut menggunakan campuran 1 pc + 2 pasir (Gambar 3.35).

62

Gambar 3.36 Plesteran dinding lantai 1

Sebelum diplester dinding disiram dengan air agar air pada campuran plesteran tidak diserap oleh pasangan batu bata. 3.7 Evaluasi Pelaksanaan Konstruksi Pelaksanaan pekerjaan suatu proyek ada kalanya tidak selalu berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya. Seringkali ditemukan beberapa kesalahan atau permasalahan baik itu sengaja maupun tidak disengaja dalam pelaksanaan pekerjaan. Kesalahan atau permasalahan tersebut tentu saja akan berpengaruh pada bangunan dan dapat menghambat pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Permasalahan tersebut umumnya bersifat kompleks dan dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu: 3.7.1. Permasalahan Teknis Permasalahan ini meliputi permasalahan dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan, baik dari tahap persiapan, pelaksanaan maupun pasca pelaksanaan dan pemeliharaan. Beberapa permasalahan teknis yang dapat diuraikan pada Pembangunan Gedung Asrama Pendidikan antara lain: 1. Permukaan pada balok tidak rata (dapat dilihat pada Gambar 3.34). Sebab:

63

a) Tidak dilakukan pukulan pada begesting dan kuranganya getaran dari atas pada saat dilakukan pengecoran. b) Tebal beton decking yang sama dengan ukuran maksimum agregat kasar sehingga agregat tidak bisa sepenuhnya masuk ke sela-sela tulangan yang rapat. c) Pemasangan beton decking yang tidak baik sehingga penyaluran beton di dalam bekisting tidak baik.

Gambar 3.37 Kondisi Balok yang Keropos

Pemecahan: a) Lakukan pukulan secara merata pada begesting dan getaran dari atas sehingga beton yang telah dituangkan tersebut dapat dimampatkan dengan baik. b) Menggunakan tebal beton decking yang lebih besar daripada ukuran agregat maksimum. c) Memperbaiki pemasangan beton decking sehingga suplai beton tidak terhambat oleh adanya beton decking tersebut d) Melakukan pelesteran pada bagian permukaan balok yang berlubang sehingga bagian tersebut tertutup. Pelesteran pada bagian permukaan kolom yang keropos.

64

3.7.2. Permasalahan Non Teknis Permasalahan non teknis meliputi permasalahan yang berhubungan dengan administrasi dan pengelolaan proyek. Beberapa permasalahan non teknis yang dapat diuraikan pada proyek ini adalah sebagai berikut: Terjadi hujan pada pelaksanaan proyek. Sebab: Cuaca yang tidak menentu menyebabkan sulit memperkirakan turunnya hujan pada saat pelaksanaan proyek. Akibat: a) Pekerjaan terhambat karena adanya hujan dan berdampak pada beberapa pekerjaan, terutama pekerjaan pengecoran.

3.8

Evaluasi Waktu Pelaksanaan Proyek Waktu rencana proyek ini telah disusun berdasarkan kurva S dengan masa waktu

rencana 69 minggu. Didalam masa pelaksanaan proyek pembangunan ini tidak terdapat kemunduran waktu pelaksanaan dari waktu rencana. Berikut ini adalah pelaporan pelaksanaan proyek ini mulai dari pelaksanaan kerja praktek bulan Agustus 2013 sampai dengan berakhirnya kerja praktek bulan November 2013 yang dapat dilihat pada lampiran time schedule dan kurva S.

65

You might also like