Professional Documents
Culture Documents
SINKRONISASI RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PUSAT DAN DAERAH SERTA ARAHAN KEBIJAKAN UNTUK RPJMD PROVINSI JAWA BARAT 2013-2018
Oleh:
KERANGKA PAPARAN
Pedoman
Renja KL
Diacu
Pedoman
RKA-KL
Rincian APBN
Pemerintah Pusat
Bahan
RPJP Nasional
Pedoman
RPJM Nasional
Dijabarkan
RKP
Pedoman
RAPBN
APBN
Diacu
Diperhatikan
RPJP Daerah
Pedoman
RPJM Daerah
Pedoman
RKP Daerah
Bahan
Pedoman
RAPBD
APBD
Pemerintah Daerah
Bahan
Diacu
Renstra SKPD
Pedoman
Renja SKPD
Pedoman
RKA SKPD
Rincian APBD
UU SPPN (No.25/2004)
UU KeuNeg (No.17/2003)
Slide - 4
Slide - 5
Slide - 6
Aspirasi Masyarakat
Platform Presiden
RANCANGAN RPJMN
RPJMN 2015-2019
Pedoman Penyesuaian
TRILATERAL MEETING
Penelaahan
RENSTRA K/L
Pembagian Tugas
PEMERINTAH DAERAH
RPJMD
2013
Agustus 2014
November 2014
Desember 2014
Januari 2015
Februari 2015
Slide - 7
Penyusunan Background Studies : identifikasi isu-isu strategis jangka menengah 2015-2019 Penyusunan Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 Rancangan Akhir RPJMN 2015-2019
Januari 2013 Desember 2013 Januari 2014 Agustus 2014 mulai November 2014 Januari 2015
Saat ini, substansi RPJMN 2015-2019 teknokratik belum bisa disampaikan secara spesifik karena Kementerian PPN/Bappenas sedang pada tahapan penyusunan background studies. Yang dapat kami sampaikan disini adalah kerangka makro pembangunan berkelanjutan dan isuisu strategis yang dihadapi dalam jangka menengah 2015-2019 (hasil sementara dari background studies). Penyusunan RPJMD Jawa Barat 2013-2018 dapat disusun saat ini dengan mempertimbangkan paparan isu strategis jangka menengah nasional, 2015-2019. Pada Januari 2015, dapat dilakukan revisi RPJMD Jawa Barat untuk disinkronisasikan dengan Dokumen Akhir RPJMN 2015-2019.
Slide - 8
1. 2. 3. 4. 5. 6.
1. 2. 3. 4. 5.
Aspek Ekonomi Struktur Ekonomi Pola Konsumsi dan Produksi Ketahanan Pangan Ketahanan Energi Infrastruktur/ Konektivitas
1. 2. 3. 4. 5.
Aspek Lingkungan Atmosfir Tanah Pesisir dan Laut Air Bersih Keaneka-ragaman Hayati
Ekonomi Hijau
Kelemahan 2: valuasi aspek lingkungan dan internalisasi ke dalam pilar ekonomi dan sosial
Kelemahan 1: aspek lingkungan belum berkembang seperti pilar sosial dan ekonomi ukuran dan indikator
Framework for Construction of Sustainable Development Indicators, September, 2001
Slide - 10
ISU-ISU STRATEGIS JANGKA MENENGAH 2015-2019 DALAM KERANGKA KESINAMBUNGAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
ISU-ISU STRATEGIS JANGKA MENENGAH 2015-2019 DALAM KERANGKA KESINAMBUNGAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Pendidikan dan Kesehatan Penanggulangan Kemiskinan dan Implementasi BPJS Ketahanan Pangan Ketahanan Energi Pengembangan Infrastruktur/Konektivitas Inovasi Teknologi Pemberantasan Korupsi
Slide - 12
PENDIDIKAN
Kesenjangan akses terhadap pendidikan masih belum sepenuhnya terselesaikan untuk semua jenjang pendidikan.
Upaya peningkatan kualitas pendidikan belum memberikan hasil sesuai harapan. Desentralisasi pendidikan dan otonomi pendidikan yang belum berdampak nyata pada peningkatan mutu pendidikan. Isu inefisiensi pembiayaan pendidikan.
Slide - 14
Perluasan akses pendidikan anak usia dini yang lebih berkualitas untuk memaksimalkan tumbuh kembang anak. Perluasan pendidikan menengah (Pendidikan Menengah Universal) dan tinggi yang berkualitas untuk meningkatkan supply tenaga kerja (skill formation) yang lebih terdidik dan mencetak pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menangkap peluang mendapatkan bonus demografi. Percepatan peningkatan mutu pendidikan untuk berkontribusi lebih besar dalam pertumbuhan ekonomi. Adaptasi pembangunan berkelanjutan di bidang pendidikan melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan siswa untuk melakukan mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan lingkungan. Pembenahan sistem pembiayaan pendidikan yang semakin berat terutama sebagai dampak pelaksanaan UU Guru dan Dosen (fiscal sustainability)
Slide - 15
KESEHATAN
1 2 3 4
Persentase ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih (%) Angka kematian ibu melahirkan (per 100.000 kelahiran hidup) Angka kematian bayi (per 1.000 kelahiran hidup) Prevalensi kekurangan gizi pada anak balita (%)
84,3
228 34 18,4
83,1
259 32 n.a
90
118 24 <15,0
Penurunan kematian ibu dan kematian bayi. Penurunan kekurangan gizi. Penurunan TFR (fertilitas). Penanggulangan penyakit TB, Malaria, HIV/AIDS. Pembiayaan kesehatan.
Slide - 18
Kesiapan pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (2014) dan upaya menuju universal health coverage (2019), meliputi kesiapan suplai, kesinambungan fiskal dan pengaturan peran kesehatan publik. Transisi epidemiologi, yaitu meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular (stroke, cardiovascular, dll). Kekurangan gizi, terutama stunting pada anak. Jumlah, distribusi dan kualitas tenaga kesehatan terutama menghadapi JKN, transisi epidemiologi dan perubahan demografi.
Slide - 19
2014 Pertumbuhan PDB non migas (OPTIMIS) Pertumbuhan PDB non migas (MODERAT) Inflasi (OPTIMIS dan MODERAT) 9% 6,5 % 5,3 %
Tingkat Kemiskinan
10,5-11,5 % 8-10% 10.278 6-7% 467 318 0,045
PDB/kapita (US$)
14.963
Elastisitas
0,243
6.097 4.963
0,083
252
2012
2015
PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN EKSISTING Klaster I Bantuan dan Jaminan Sosial Klaster II Pemberdayaan Masyarakat
2025
PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL
Jaminan Sosial (Social Security): Asuransi Kesehatan Jaminan Kematian Jaminan Hari Tua Jaminan Pensiun Jaminan Kecelakaan Kerja Bantuan Sosial (Social Assistance): Food stamps Temporary shelter Beasiswa miskin
Kelompok Sasaran
RTHM, RTM dan RTSM (40 % terbawah PPLS 2011) 30 % terbawah (PPLS 2014/2017) 20 % terbawah (PPLS 2017/2020) 10 % terbawah (PPLS 2023)
Slide - 22
Jaminan Sosial
Menciptakan sistem perlindungan sosial yang komprehensif
Isu strategis
Menciptakan penghidupan penduduk miskin & rentan yang berkelanjutan (Sustainable Livelihood)
Aset Finansial
Aset Sosial
Slide - 23
Slide - 25
PBI
BUKAN PBI
Fakir miskin
Tidak mampu
Slide - 26
Integrasi Jamkesda ke dalam skema BPJS Kesehatan (paling lambat 2016). Penguatan kualitas dan peningkatan ketersediaan fasilitas layanan kesehatan di daerah. Mempercepat tercapainya cakupan semesta (universal coverage) Jaminan Kesehatan melalui:
Melaksanakan sosialisasi dan edukasi masyarakat, terutama kepada pekerja sektor informal non miskin di daerah masing-masing, untuk berpartisipasi menjadi peserta Jaminan Kesehatan. Menambah cakupan Jaminan Kesehatan untuk masyarakat miskin yang belum tercakup dalam kelompok Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui APBD.
Slide - 27
KETAHANAN PANGAN
KUALITAS KONSUMSI
(Diversifikasi Pangan dan Kualitas Gizi)
KETAHANAN PANGAN
AKSESIBILITAS
(Distribusi & Harga Terjangkau)
MASALAH PANGAN
(Kemiskinan & Bencana Alam)
Slide - 29
KETAHANAN PANGAN:
KONDISI UMUM
Slide - 30
REALISASI 2012
3,97 persen
5,0 persen 9,8 persen 0,04 persen 16,75 persen 4,2 persen 11,8 persen 113,6 (Tahun Dasar 1993) 105,2 (Tahun Dasar 2007)
Rata-rata 20102012
3,44 persen
2,38 persen 3,35 persen -4,34 persen 2,16 persen 7,33 persen 15,99 persen
RKP 2013
RKP 2014
PDB Pertanian
Padi Jagung Kedelai
3,7 persen
6,25 persen 8,3 persen 18,4 persen 9,2 persen 9,5 persen 21,09 persen NTP diatas 105 (Tahun dasar 2007)
3,7 persen
6,25 persen 10,03 persen 20,05 persen 12,55 persen 7,30 persen 21,09 persen NTP diatas 105 (Tahun dasar 2007)
105,2
Slide - 31
KETAHANAN PANGAN:
TANTANGAN YANG DIHADAPI (1/2)
1. Peningkatan kebutuhan kuantitas konsumsi.
Komponen Penduduk Kebutuhan Beras Kebutuhan Daging Sapi Kebutuhan Daging Unggas Kebutuhan Kedelai Satuan Juta Juta Ton Ribu Ton 2012 247,21 38,18 485,50 2015 256,62 39,98 582,03 2016 259,66 40,64 620,62 2017 262,64 41,33 662,28 2018 265,57 42,05 707,27 2019 268,44 42,78 755,88
0,89 2,55
1,06 2,76
1,13 2,86
1,21 2,97
1,29 3,10
1,38 3,23
Slide - 32
KETAHANAN PANGAN:
TANTANGAN YANG DIHADAPI (2/2)
2. Peningkatan kebutuhan industri pangan baik final maupun produk antara (industri) seiring berkembangnya industri pangan mie instant, bakso dll meningkatkan konsumsi bahan pangan industri. Sementara alih fungsi lahan terutama sawah terus terjadi Pola produksi skala RT tidak dapat mengimbangi dinamika pasar/konsumsi Perubahan pola konsumsi:
i. ii. iii. iv. Kepraktisan bentuk olahan Kualitas: jenis dan kualitas tertentu Brand: jaminan konsistensi kualitas Trend konsumen terhadap konsumsi pangan olahan dan protein hewani meningkat seiring dengan peningkatan pedapatan masyarakat
3. 4. 5.
6.
Karakteristik konsumsi tidak dapat secara fleksibel direspon produsen yang mayoritas IRT respon dilakukan oleh pedagang pengumpul, pengolah sehingga nilai tambah hanya dinikmati oleh pedagang
Slide - 33
KETAHANAN PANGAN:
ISU STRATEGIS YANG PERLU DIPERHATIKAN UNTUK KEBIJAKAN KEDEPAN (1/2)
Wujudkan lahan pertanian (pangan) abadi terutama untuk padi. Revitalisasi sistem perbenihan dan perbibitan.
Pengawalan produksi penyuluhan dan penerapan teknologi tepat dan ramah lingkungan.
Putihkan KUT agar akses kredit meningkat. Mensinergikan dengan subsidi agar tepat sasaran dan efektif mencapai target.
Mensinergikan produksi dan pengolahan : Pengembangan supply chain hulu hilir (produsen-pengumpulpengolah) Pengembangan entrepreneurship pedagang pengumpul untuk menjembatani permintaan pasar yang semakin heterogen
Slide - 34
KETAHANAN PANGAN:
ISU STRATEGIS YANG PERLU DIPERHATIKAN UNTUK KEBIJAKAN KEDEPAN (2/2)
Transparansi dan koordinasi kebijakan pangan Sinkronisasi dan transparansi pengambilan keputusan untuk mempertahankan stabilitas harga yang menjaga kepentingan produsen-pengolah-konsumen (stok, impor, harga dll). Pengambilan keputusan lintas instansi dirumuskan secara komprehensif dan konsisten oleh Tim yang dilengkapi dengan data dan kemampuan analisa yang mencukupi. Peningkatan nilai tambah: Penyediaan bahan baku dari dalam negeri. Komoditas ekspor unggulan yang lebih baik.
Slide - 35
KETAHANAN ENERGI
Terpenuhinya kebutuhan bahan bakar dan bahan baku industri dalam negeri
Mengurangi ketergantungan yang berlebihan terhadap minyak bumi dan menambah pasokan energi primer melalui pemanfaatan sumber daya energi lainnya
Efisiensi penggunaan energi dan meningkatkan produksi nasional serta penurunan emisi karbon, memperbaiki daya saing dan mendorong pertumbuhan ekonomi
Didukung: Ekonomi: fiskal dan moneter Infrastruktur IPTEK Kewilayahan dan Tata Ruang
Slide - 37
31.959
Rasio Elektrifikasi
Kapasitas PLTP Pembangunan Jaringan Gas Kota Pembangunan SPBG
13/ 57.000
19/ 80.000
21
*) 1,01 juta adalah target Renstra KESDM yang diperkirakan dapat dilaksanakan, sedangkan target kinerja Presiden adalah 1,2 juta **) Belum ada pembangunan melalui APBN; ***) Front End Engineering Design
On Track/On Trend
Slide - 38
Produksi minyak bumi tersendat, dibawah satu juta barel per hari, karena sebagian besar berasal dari lapangan yang sudah tua (mature fields) 62% dari total jumlah lapangan migas yang ada saat ini. Peningkatan produksi dari sumur yang sudah tua (mature) terkendala oleh kemampuan pemanfaatan Teknologi Enhanced Oil Recovery untuk meningkatkan produksi dari secondary/tertiary recovery membutuhkan biaya yang mahal (cost recovery) BUMN (Pertamina EP) menyumbang sekitar 14-15% dari produksi minyak bumi nasional.
35-40% (350-400 ribu barel/hari) produksi minyak berasal dari lapangan minyak yang dikelola oleh Chevron Pacific Indonesia (CPI) di Sumatra, yakni lapangan Duri dan Minas (SLC -Sumatran Light Crude), yang sudah mulai menurun. Sejak tahun 1985 lapangan Duri sudah menggunakan teknologi EOR injeksi uap untuk meningkatkan produksi minyak (secondary/tertiary recovery). Eksplorasi lapangan/sumur baru masih terbatas
Slide - 39
2010
24%
22% 49%
5%
Batubara EBT
2025
2030
2050
KEN mendorong pemanfaatan EBT untuk menggantikan energi fosil, memanfaatkan gas dengan lebih optimal. Ketergantungan terhadap minyak bumi dikurangi seminimum mungkin, mengingat cadangan minyak bumi yang ada terus menurun. Batubara tetap manjadi andalan sumber energi, mengingat cadanganya yang besar, namun penggunaannya dibatasi mengingat potensi emisi karbon yang tinggi.
Slide - 40
Cadangan (MWe) Probable 5,983 3,415 973 992 341 11,704 Possible 15 885 150 1,050 Proven 380 1,815 30 78 2,303 28,543
1,341
Pemanfaatan baru 4% dari total potensi panas bumi dan kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) baru mencapai 1.341MW, dari total potensi 28.000 MW. Lapangan yang sudah menghasilkan listrik adalah lapangan Pertamina, sedangkan yang telah diserahkan ke Pemda (Green Fields) belum ada yang berproduksi masih dalam proses lelang/tender dan negosiasi (Power Purchase Agreement PPA) dengan pihak pembeli listrik (PLN) Dari total potensi 28.000 MW, sebanyak 6.000 MW (21%) diidentifikasi berada di hutan konservasi dan 6.600 MW (23%) berada di hutan lindung. Pengembangan lapangan panas bumi terkendala konflik lahan.
Slide - 41
WILAYAH
SPBG
Jabodetabek Jawa Timur (Surabaya, Gresik, Sidoarjo) Sumsel (Palembang) Kaltim (Balikpapan)
77.983 10.774
68 13
23,1 10,2
9*) 4
5 4 4
2,2 1 1
4 4 4
20.500**) 35,0
1 -
2.976
105.371
4
98
1
38,5
4
29
31,8
176,0
69
*) Tahun 2013 dan 2014 disediakan juga 8 Mobile Refueling Unit **) Tahun 2013 dan 2014 ada alokasi 19 ribu konverter kit yang belum diketahui secara pasti pendiistribusiannya ke masing-masing wilayah
Sampai dengan 2013, telah dibangun 16 SPBG, 22 km jaringan pipa gas, dan konverter kit 7.500 unit. Tahun 2014 akan dibangun 13 SPBG, jaringan pipa sepanjang 153,8 km, dan penyediaan konverter kit 13.000 unit. Pada tahun 2015, diharapkan badan usaha mulai terlibat didalam penyediaan BBG untuk kendaraan umum, baik dalam membangun jaringan pipa BBG maupun SPBG (60-70 unit), termasuk dalam penyediaan konverter kit (80-85 ribu unit), serta penyediaan BBG di kota-kota lain.
Slide - 42
Low rank coal mendominasi penggunaan batubara dalam pembangkit listrik (7580%), atau sekitar 35 juta ton Sebagain besar batubara berkalori tinggi di ekspor, sehingga hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik
Slide - 43
Seiring dengan meningkatnya permintaan listrik, penggunaan Low rank coal akan terus meningkat, dan dalam akhir tahun 2019/2020, penggunaan batubara jenis ini akan mencapai 120 juta ton
PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR/KONEKTIVITAS
Pemenuhan ketersediaan infrastruktur dasar sesuai dengan standar pelayanan minimum; Pemenuhan infrastuktur untuk mendukung ketahanan pangan dan energi; Peningkatan pemerataan pembangunan antar wilayah dan mendukung pusat-pusat pertumbuhan ekonomi melalui konektivitas nasional; Peningkatan koordinasi investasi Pusat, Daerah, BUMN dan Swasta; Peningkatan efektifitas dan efisiensi pendanaan infrastruktur serta pengembangan mekanisme pendanaan alternatif (creative financing scheme).
Slide - 46
Aturan perundang-undangan: masih terdapat kelemahan dan disharmoni dalam aturan perundang-undangan antar bidang infrastruktur maupun dengan bidang non-infrastruktur (contoh: kehutanan, otonomi daerah, pertanahan, keuangan) Kapasitas kelembagaan: belum optimalnya tatakelola (governance), hubungan antar lembaga dan kapasitas SDM Pembebasan tanah: kesulitan pembebasan tanah untuk kepentingan pembangunan infrastruktur secara tepat waktu dan tepat biaya Pendanaan: efektifitas alokasi dan keterbatasan dana untuk pembangunan infrastruktur Prioritisasi: belum sinkron-nya prioritas pembangunan infrastruktur lintas sektor, lintas wilayah maupun antar tingkatan (nasional, propinsi, kabupaten/kota)
Slide - 47
Peningkatan kualitas proyek KPS yang bankable untuk menjamin kepastian bagi investor melalui pengintegrasian proses KPS dalam mekanisme perencanaan dan penganggaran pada masing-masing sektor infrastruktur. Menegaskan kriteria dan ruang lingkup penugasan BUMN di dalam pembangunan infrastruktur. Memperjelas kewenangan antara pusat dan daerah di dalam pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur.
Slide - 48
Slide - 49
Secara geografis Provinsi Jawa Barat memiliki lokasi strategis karena berdekatan dengan Ibu Kota Negara Provinsi Jawa Barat memberikan kontribusi terbesar ketiga terhadap PDB Nasional.
Mempunyai kualitas sumber daya manusia yang mencukupi, khususnya di tingkat pendidikan tinggi karena ditunjang banyaknya perguruan tinggi.
Slide - 51
Provinsi Jawa Barat telah berhasil menurunkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
secara cepat dari 14,51 % (Feb 2007) ke 8,90 % (Feb 2013). Namun, tingkat pengangguran Provinsi Jawa Barat masih berada di atas TPT Nasional 5,92 % (Feb 2012).
Selama periode 2007-2011, kontribusi ekonomi Jawa Barat terhadap PDB Nasional
semakin menurun (14,79 % di tahun 2007 menjadi 14,30 % di tahun 2011).
Peranan sektor industri pengolahan pada PDRB Jawa Barat terus mengalami penurunan
yang dapat mengurangi penyerapan tenaga kerja sehingga berdampak terhadap tingkat pengangguran (44,97 % di tahun 2007 menjadi 35,79 % di tahun 2012)
Pembangunan ekonomi Jawa Barat tidak merata. Jawa Barat bagian selatan cenderung
tertinggal dan lambat pertumbuhannya.
Slide - 52
Tetapi banyak indikator yang masih di bawah atau di sekitar rata-rata nasional seperti
stunting (anak pendek) karena kurang gizi (33.6%)1, persalinan oleh tenaga kesehatan (80.3%)1 dan anak usia 12-23 bulan dengan imunisasi campak (72.8%)
Kesenjangan antar wilayah masih tinggi. Banyak fasilitas kesehatan yang sistem
manajemen dan tenaga kesehatannya cukup baik, tetapi banyak yang masih tertinggal misalnya: kebutuhan akan tenaga dokter, apoteker, dan sanitarian di Puskesmas; kurangnya pelatihan dan refreshing bagi bidan.
Kesiapan pelaksanaan SJSN bidang kesehatan perlu di tingkatkan, terutama dari sisi
supply side: fasilitas (puskesmas, rumah sakit); tenaga (dokter, bidan dan perawat), dan sistem kesehatan (pelayanan dan sistem rujukan)
Sumber data: 1) SDKI 2012; 2) Riskesdas 2010
Slide - 54
Slide - 56
Peningkatan Teknologi dan Kualitas SDM Pembangunan Pusat Inovasi (NARC) di Bogor dan Majalengka. Pembangunan Pusat Pelatihan di Bekasi, Sukabumi, dan Majalengka. Pembangunan Politeknik/Akademi Komunitas di Bekasi, Sukabumi, dan Majalengka.
5.
Mengefektifkan koordinasi penyelenggaraan pemerintahan secara sinergis dan partisipatif dengan instansi vertikal, kabupaten/kota, serta koordinasi antar kabupaten/kota di wilayah Provinsi Jawa Barat;
Meningkatkan koordinasi dalam penyusunan rencana pembangunan, pelaksanaan dan monev baik di tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten/kota; Meningkatkan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota di wilayah Provinsi Jawa Barat.
Slide - 58
PENUTUP
Sinkronisasi perencanaan menjadi kunci bagi peningkatan sinergi pembangunan antara pusat dan daerah Perencanaan pembangunan daerah yang baik perlu menjaga kesinambungan pembangunan disertai adaptasi dengan dinamika internal dan eksternal Keberhasilan pembangunan daerah akan membentuk daya tahan nasional yang tangguh dalam menghadapi perubahan-perubahan di tingkat global yang semakin sulit diprediksi.
Slide - 59
TERIMA KASIH
LAMPIRAN I:
PRIORITAS PEMBANGUNAN BIDANG TRANSPORTASI PROVINSI JAWA BARAT TA. 2014
Satuan Output
Km M Km M Km M Km Km M Km Km Dokumen Dokumen Dokumen Dokumen Bulan Laya Bulan Laporan Unit
RPM
76.733,3 17.801,9 364.652,0
PHLN
-
143,8
64,9 45,6 2,5 12,9 53,9 3,4 1,2
91.500,0
323.053,2 11.116,0 25.000,0 59.196,0 10.058,8 5.922,5
101.000,0 -
91.500,0
323.053,2 11.116,0 25.000,0 59.196,0 10.058,8 101.000,0 5.922,5
JALAN
Pembangunan Fly Over/Underpass/ Terowongan Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Pembangunan/Pelebaran Jln di Kaw. Srategis, Perbatasan, Wil. Terluar & Terdepan Pengumpulan Data Jalan Dan Jembatan Perencanaan Teknis Dan Pengawasan Teknis Jalan Dan Jembatan Monitoring Dan Evaluasi Pelaksanaan Jalan Dan Jembatan Penyiapan Bahan Usulan Program Tahunan dan 5 Tahunan Layanan Publik (PNBP) Layanan Perkantoran Sistem Pelaporan secara Elektronik (e-Monitoring) Satker Kem. PU III (Jmlh Paket 21 - 40) Peralatan dan Fasilitas Perkantoran Subtotal
5.827,0
53.270,9 1.115,0 74,0 697,4 31.162,1 77,4 3.247,5 1.080.505,0
101.000,0
5.827,0
53.270,9 1.115,0 74,0 697,4 31.162,1 77,4 3.247,5 1.181.505,0
92.787.690
LAMPIRAN II:
PRIORITAS PEMBANGUNAN BIDANG SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA BARAT TA. 2014
Kegiatan Strategis : 1. Pembangunan Daerah Irigasi 2. Pembangunan Waduk Strategis di Jawa Barat
Kegiatan Lokasi Alokasi (Rp juta) 91.060,00
Kabupaten Garut Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya Kabupaten Indramayu Kabupaten Cirebon Kabupaten Indramayu
Pengelolaan dan Konservasi Waduk, Embung, Situ serta Bangunan Penampung Air Lainnya
24.794,1
76.809,48 91.700,00 184.500,00 920.870,00
LAMPIRAN III:
PRIORITAS PEMBANGUNAN BIDANG ENERGI, TELEKOMUNIKASI, DAN INFORMATIKA - PROVINSI JAWA BARAT TA. 2014
Kegiatan Strategis : 1. Akselerasi Peningkatan Rasio Elektrifikasi Jawa Barat 2. Mengembangkan Potensi Energi Baru Terbarukan di Jawa Barat
Kegiatan
Target Fisik
Penyusunan Kebijakan dan Program serta Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Ketenagalistrikan Pembinaan, Pengawasan dan Pengusahaan Aneka Energi Baru Terbarukan
1.400,00
LAMPIRAN IV:
PRIORITAS PEMBANGUNAN BIDANG KERJASAMA PEMERINTAH DAN SWASTA - PROPINSI JAWA BARAT TA. 2013
LAMPIRAN V:
KEGIATAN MP3EI PROVINSI JAWA BARAT TA.2014
Pembangunan gardu induk/trafo di Jawa Barat sampai 2021 (24640 MVA) Pembangunan PLTU Jawa-1 1x1000 MW (Usulan Revisi FTP2) Pembangunan PLTU Jawa-3 2x660 MW (Usulan Revisi FTP2) Pembangunan PLTU Jawa-4 2x1000 MW (Usulan Revisi FTP2) Pembangunan PLTU Jawa-5 2x1000 MW (Usulan Revisi FTP2) Pembangunan PLTU Jawa-6 2x1000 MW (Usulan Revisi FTP2)
2021 2017 2017 dan 2018 2019 dan 2020 2019 2021 2011 2011 2011 2019 dan 2020 2019 dan 2020 2021
Sebagian dalam tahap Kementerian pelaksanaan, sebagian ESDM, PT PLN dalam tahap persiapan PT. PLN - IPP PT. PLN - IPP PT. PLN - IPP PT. PLN - IPP PT. PLN PT. PLN - IPP PT. PLN PT. PLN Persiapan tender Persiapan tender Persiapan tender Dalam tahap Studi Kelayakan. Dalam tahap Studi Kelayakan. Sudah selesai Sudah selesai Sudah selesai
ENERGI
Pembangunan PLTU Cirebon 660 MW Pembangunan PLTU Suralaya 625 MW PLTU 1 Jabar Indramayu (3 x 330 MW)
33800
2013
PT. PLN
Dalam tahap persiapan konstruksi dan ada kendala terhambatnya penyelesaian Indramayu persetujuan amdal dari Pemda
Dalam proses perencanaan Indramayu
14200
2013
PT. PLN
8235
2012
PT. PLN
Nasional
4700
2014
2019
Percepatan pengembangan hidro skala besar (4x260 MW) Upper Cisokan (FTP2) di Jawa Barat
8000
2013
2017
PT. PLN
Eksplorasi tambahan sumur ke-3 (proses lelang EPC Bandung unit 3 dihentikan oleh pengembang) Proses pra konstruksi (pembangunan sebagian access road) Bandung Ijin prinsip dari kemenhut sdh keluar 13 Feb 12
Mulai
Selesai
Pelaksana
Kementerian Perhubungan Kementerian Perhubungan dan swasta
Status Proyek
KPI
Jabodetabek Area Jabodetabek Area
ENERGI
2020 2020
2025 2025
1722
2015
2018
Kementerian Perhubungan
Track Padalarang-Bandung-Cicalengka 45 km, track Kiara Condong-Cicalengka 22 km. TA 2013 : (Rupiah Murni) Kajian AMDAL dan Bandung Larap untuk pembangunan jalur ganda dan elektrifikasi antara Padalarang - Bandung Cicalengka
KA
36199
2017
2025
Kementerian Perhubungan;, Ap2, Swasta Kementerian Perhubungan dan Dinas Perhubungan Prov. Jawa Barat Kementerian Perhubungan dan swasta Dan jalan akses ke pelabuhan sepanjang 30 km. FS Maret 2013 selesai, AMDAL dan DED direncanakan 2013. 2014 : persiapan pelabuhan cilamaya Jabodetabek Area
8299
2013
2020
LAUT
40345
2015
2020
SDA
Pembangunan Bendungan Jatigede (Air baku 3900 l/s; irigasi 90.000 ha) Pengembangan sistem penyediaan air untuk pembangunan infrastruktur skala besar (Jatiluhur Tahap 2)
3252
2011
2014
Progres 76 %, selesai 2013.Pendanaan: Proses penambahan Loan baru $172 juta (total Majalengka biaya: $411juta), blm termasuk biaya pemb. Unit air baku
4300
2015
2018
SWASTA
Jabodetabek Area
Jabodetabek Area
PERMUKIMAN
5.600
2015
2018
SWASTA
Mulai
Selesai
Pelaksana
Status Proyek
KPI
Penanganan Jalan Pantura Cikampek Cirebon (166,1 Km) Pembangunan Jalan Tol Cibitung - Cilincing 33,9 km (JORR 2)
2011 2012
2025 2016
Kementerian PU Kementerian PU
4.800,0
2015
2018
3.500,0
2020
2025
Kementerian PU
Karawang
JALAN
7.775,0
2014
2018
SWASTA
Bogor
9.853,0
2012
2017
Kementerian PU
Panjang ruas 60,10km. Proses Pengadaan Tanah : Seksi I (Ruas Cileunyi - Rancakalong) : 27%, Seksi II (ruas Rancakalong-Sumedang) : 48%; (23102012) Progress pembebasan tanah 21.62% (Seksi I dan II), Progress pekerjaan Majalengka fisik:Paket APBN th.2011 = 100 % Paket th.2012 (0%), terkendala karena belum ditandatanganinya Loan Agreeement dengan Pemerintah China . Ada di PPP Book 2012. Panjang ruas 27,3 km. Belum Tender. Ada di PPP Book 2012.
Pembangunan jalan tol terusan Pasteur - Ujung Berung Cileunyi, Soekarno Hatta - Gedebage
11.523,0
2017
2020
SWASTA
Bandung
4.524,0
2015
2020
Jabodetabek Area
LAMPIRAN VI:
HASIL EVALUASI RPJMN 2010-2014
2013 TARGET RPJM Pertumbuhan Ekonomi Inflasi Pengangguran Kemiskinan 6,7 - 7,4 3,5 5,5 6,0 - 6,6 9,5 - 10,5 TARGET APBN 2013 5,9 9,2 5,8 6,1 9,5 10,5 TARGET RPJM
2014 TARGET RKP 6,4 6,9 3,5 5,5 5,0 6,0 8,0 10,0 STATUS
2
1 1 2
1
4 6 3 4 3 8 3 3 11 1 5
2
2 0 3 1 5 2 3 1 0 3 0
3
4 0 4 0 1 1 1 2 0 0 0
12
13 14
8
1 6 66 62%
5
2 0 27 26%
0
0 0 13 12%
Slide - 78