You are on page 1of 26

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah pilar penyangga lembaran masa depan. Pendidikan Non
Formal mempunyai peran penting yang sama besar dengan pendidikan formal
dalam membangun kejayaan bangsa dan negara. Karena pendidikan non formal
menyumbangkan ilmu, pengetahuan, keterampilan dan pembentukan karakter
anak bangsa melalui kursus dengan menciptakan pribadi yang berahlak mulia,
tangguh, cerdas, terampil dan mandiri. Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara
(GBHN) tahun 1983 dicantumkan sebagai berikut: Pendidikan merupakan faktor
penting dalam menunjang kelangsungan hidup manusia yaitu untuk meningkatkan
taraf hidup, kecerdasan, dan kesehatan seluruh rakyat Indonesia yang adil dan
merata serta meletakkan dasar yang semakin kokoh untuk membangun generasi
berikutnya . Selanjutnya dalam Undang-Undang no. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa Satuan Pendidikan adalah
kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur
formal, non formal dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan .
Untuk merealisasikan hal tersebut, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
Permata Kota Magelang memberikan kursus tata boga sebanyak 6 kali pertemuan
dari tanggal 13 18 Maret 2014, dengan materi kue tradisional inovasi dari kulit
ketela. Hal itu karena peserta kursus belum memiliki keterampilan membuat
inovasi kue tradisional dari kulit ketela.Tempat kursus berada di Jalan Perintis
Kemerdekaan no 9, Desa Sanden, Kelurahan Kramat Kecamatan Magelang Utara
dengan jumlah peserta kursus sebanyak 10 orang yang kesemuanya perempuan.
Peserta kursus mengalami kesulitan dalam menciptakan lapangan pekerjaan,
maka penulis memilih materi ini dengan harapan penulis dapat menumbuhkan
home industry dan mengangkat kue tradisional dengan sentuhan inovasi kulit
ketela ke mata dunia melalui media internet. Bahan makanan ini dipilih dengan
pertimbangan di sekitar Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Permata Kota
2

Magelang banyak terdapat pabrik ceriping ketela, pabrik slondok, pabrik pothil ,
dan pabrik gethuk yang menghasilkan limbah kulit ketela. Biasanya kulit ketela
yang menumpuk hanya dimanfaatkan sebagai makanan ternak sapi maupun
kambing.
Peserta kursus belum memiliki produk unggulan dalam merintis usahanya.
Dengan inovasi, kulit ketela ini bisa dirubah menjadi makanan yang lezat, murah,
bergizi dan unik sekalipun tidak lazim. Semua makanan yang berasal dari tanah
mengandung mineral, begitu juga dengan ketela merupakan bahan makanan yang
mengandung unsur gizi yang lengkap seperti karbohodrat, lemak, protein,
vitamin, kalsium, zat besi, kalium, fosfor, magnesium, seng, tembaga, mangan
dan lemak. Sedangkan kulit ketela mengandung protein, karbohidrat, lemak,
kalsium, fosfor dan asam sianida. Sehingga tidak perlu ada kekhawatiran dalam
mengkonsumsi ketela dan kulitnya sebagai kue tradisioanl. Meskipun ada racun
HCN namun hal itu bisa dihilangkan dengan perendaman di air mengalir atau di
air yang tidak mengalir namun harus sering diganti selama 15 menit sekali dalam
waktu kurang lebih 1 jam. Dengan penanganan yang benar kulit ketela dapat
dibuat kue tradisional yang inovatif sehingga bisa menambah khasanah kuliner
khas kota magelang sebagai salah satu daya tarik dalam mengundang wisatawan
lokal maupun manca negara untuk berkunjung ke kota Magelang.
Peserta kursus selama ini belum memanfaatkan media internet sebagai sarana
promosi dan pemasaran produk. Maka perlu adanya pelatihan cara mengakses
internet untuk memperluas jaringan penjualan hasil karya peserta kursus, seperti
facebook, blog maupun website.
Perlu penerapan strategi pembelajaran yang tepat untuk inovasi kue dari kulit
ketela di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Permata Kota Magelang tahun 2014.
Basic pendidikan peserta kursus bervariasi mulai dari lulusan SMP, SMA atau
SMK dan mereka belum memiliki pekerjaan yang tetap. Peserta kursus rata-rata
belum memiliki keterampilan mengolah kue tradisional dari kulit ketela, belum
memiliki kemampuan berwira usaha sehingga tidak tahu bagaimana cara
menghitung harga pokok, menentukan harga jual dan memperkirakan rugi laba
dari produk yang dipasarkan. Selain itu juga cara mengemas, menjaga mutu
3

produk, memasarkan produk, memikat pelanggan , bersaing dipasaran, merupakan
faktor penting yang harus dikuasai peserta kursus sebagai bekal menapaki dunia
business yang keras dan memerlukan mental prima. Di era yang serba canggih,
komputer dan internet sudah menjadi kebutuhan. Maka peserta kursuspun harus
bisa mengoperasikan hal tersebut sabagai sarana untuk mengenalkan kue
tradisional di mata dunia sehingga tidak hanya dijual di pasar-pasar tradisional,
toko-toko lokal tetapi dapat dipesan secara on line.
Kendala yang dihadapi dalam melaksanakan karya nyata adalah belum
tersedianya sarana dan prasana yang lengkap sebagai penunjang kelancaran
pelaksanaan progran kursus, kesulitan mendapatkan modal usaha untuk memulai
home industry, belum adanya kerjasama dengan dunia industri, kurangnya rasa
percaya diri dan belum memanfaatkan media internet sebagai sarana promosi dan
pemasaran produk.
Adapun faktor-faktor pendukung pelaksanaan karya nyata adalah letak
geografis Kota Magelang yang strategis, banyak pabrik/home industry yang
menghasilkan limbah kulit ketela, banyak obyek wisata yang menarik, semangat
peserta kursus untuk maju ditunjang dengan dukungan Pemerintah Kota
Magelang dan udara di Kota Magelang sejuk sehingga membuat perut mudah
lapar.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat kulit
ketela sebagai bahan subtitusi dalam berinovasi membuat kue tradisional dan
menanamkan teori serta jiwa wira usaha dalam upaya menumbuhkan home
industry, dan mengenalkan media internet sebagai wahana untuk memperluas
pemasaran dengan strategi Hibrid di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Permata
Kota Magelang Tahun 2014.
A. Masalah Dan Tujuan
Berdasar pada latar belakang masalah tersebut maka dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut.
1. Peserta kursus belum memiliki keterampilan membuat inovasi kue
tradisional dari kulit ketela.
4

2. Peserta kursus mengalami kesulitan dalam menciptakan lapangan
pekerjaan.
3. Peserta kursus belum memiliki produk unggulan.
4. Peserta kursus belum memanfaatkan media internet sebagai sarana
promosi dan pemasaran produk.
5. Perlu diterapkan strategi pembelajaran untuk inovasi kue dari kulit ketela
di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Permata Kota Magelang tahun 2014.
Tujuan karya nyata adalah :
1. Memberikan keterampilan pembuatan inovasi kue tradisional dari kulit
ketela.
2. Membantu menciptakan lapangan pekerjaan dengan menumbuhkan home
industry.
3. Mengarahkan peserta kursus untuk memiliki produk unggulan.
4. Membimbing penggunaan media internet sebagai sarana promosi dan
pemasaran produk.
5. Menerapkan strategi Hibrid sebagai metode dalam pembelajaran inovasi
kue dari kulit ketela di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Permata Kota
Magelang tahun 2014.

B. Strategi Pemecahan Masalah
1. Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah (teoritis)
Strategi Pembelajaran Hibrid merupakan salah satu metode pembelajaran
yang dikembangkan oleh Guillermo dan rekan-rekannya pada tahun 1999 di
Universitas Tecnica Fedrico Santa Maria Valpariso, Chili. (Huda, 2013:261).
Ada 3 tipe pembelajaran Hibrid, yaitu Traditional Classes-Real Workshop
(TC-RW), Traditional Classes-Virtual Workshop (TC-VW), Traditional
Classes-Real Workshop-Virtual Workshop (TC-RW-VW).
Pembelajaran Traditional Classes ialah cara pembelajaran tradisional
dengan metode ekspositori. Pembelajaran ini meliputi 3 tahap yaitu:
5

a. Instruktur menyampaikan informasi, menerangkan materi kursus dengan
cara ceramah dan demonstrasi, peserta kursus mendengarkan,
memperhatikan dan menanyakan hal-hal yang belum jelas.
b. Instruktur membimbing peserta kursus dalam melakukan praktek, peserta
kursus mempraktekkan inovasi kue dari kulit ketela untuk menumbuhkan
home industry.
c. Instruktur memeriksa pekerjaan peserta kursus sedangkan peserta kursus
melakukan aktifitas sesuai arahan instruktur.
Pembelajaran Real Workshop ialah pembelajaran dengan bantuan media
komputer sebagai sarana pembelajaran. Pembelajaran dengan media ini
dikembangkan sesuai materi bahan ajar yang akan disampaikan. Informasi
yang ada dalam komputer dibuat untuk memancing aktifitas peserta kursus
dalam menanggapi materi yang diajarkan. Dalam pembelajaran ini, fungsi
komputer memainkan peran penting dalam interaksi pembelajaran untuk
menayangkan gambar makanan, resep dan video pembuatan berbagai kue
tradisional sehingga merangsang kreatifitas dalam berinovasi mengolah kue
dari kulit ketela.
Pembelajaran dengan Virtual Workshop adalah pembelajaran dengan
menggunakan jaringan internet. Peserta kursus diberi kebebasan untuk
mengakses informasi yang dibutuhkan, belajar membuat website dan face
book sebagai sarana mempromosikan dan memasarkan hasil produknya
sehingga bisa mendunia.
Menindak lanjuti hal tersebut Fadiati (2013:18) menyampaikan bahwa
home industry kue tradisional termasuk dalam take away service yaitu suatu
usaha komersial dibidang boga dengan cara pelanggan membeli makanan
yang dikemas atau dibungkus untuk dibawa pergi atau dibawa pulang dan
tidak dinikmati ditempat. Sejalan dengan hal tersebut fungsi pembungkus
sangat penting untuk melindungi kue yang dibungkus dan sebagai tempat
promosi yang menarik. Bungkus yang bagus menaikkan citra dari makanan
yang dijajakan sehingga pelanggan terhipnotis untuk membeli.
6

Dalam membuka usaha dibidang boga Widaningsih dan Samsul Rizal
(2013:30) mengatakan untuk melayani pelanggan, wira usahawan harus
memiliki pikiran yang positif, sehat, logis dan responsif terhadap selera
pelanggan. Karena kepuasan pelanggan menjadi target utama dari seorang
produsen.
Sejalan dengan hal tersebut Hendro (2013:73) menjelaskan bahwa untuk
memulai suatu usaha kecil diperlukan kemampuan dalam mengelola fasilitas,
bahan, sumber daya manusia, proses produksi, keungan, administrasi dan cara
memasarkan suatu produk. Faktor sumber daya manusia meliputi soft skill
dan hard skill. Soft skill yang harus dikembangkan adalah sikap dan sifat yang
ulet, jujur, percaya diri, ramah, luwes, supel, siap menghadapi kesulitan dan
tahan terhadap setiap cobaan yang menghadang. Hard skill yang perlu diasah
adalah ketrampilan, kecekatan, kecepatan, kreatifitas dan kepiawaian dalam
mengemas suatu produk supaya bisa menarik minat pelanggan.
Di era persaingan global seperti sekarang kue tradisional tetap eksis dan
menjadi primadona. Hal itu karena kue tradisional memiliki cita rasa yang
khas dan unik sehingga berpotensi untuk diangkat dari kue unggulan daerah
menjadi kue populer yang mendunia. Selaras dengan hal tersebut Mulyawati
(2013:3) memberikan pendapatnya bahwa makanan tradisional bisa dibuat
dari bahan-bahan yang mudah didapat didaerah dan kulit ketela merupakan
pilihan bijak untuk mencoba berbagai inovasi kue tradisional yan cantik, lezat
dan bergizi. Aneka rasa kue tradisional bisa disesuaikan dengan usia
pelanggan seperti untuk balita lebih tepat dibuatkan kue dengan rasa manis,
remaja lebih menyakai rasa pedas dengan level yang bertingkat mulai dari
level 1, 2, dan 3 bahkan sampai level tujuh sesuai tingkat kepedasannya.
Sedangkan untuk dewasa kue gurih dan manis menjadi pilihan yang banyak
dicari dipasaran. Maka sebagai produsen harus selalu menyesuaikan
keinginan pelanggan sehingga tidak salah sasaran. Dengan demikian
pelanggan akan ketagihan untuk mencari produk yang menjadi andalan, dan
target awal dalam memulai usaha akan bisa terwujud.
7

Dari semua uraian diatas maka Hibrid diputuskan menjadi strategi yang
dipilih dalam mengajarkan pembuatan kue tradisional inovasi dari kulit
ketela, untuk menumbuhkan home industry di Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat Permata Kota Magelang Tahun 2014. Dengan tumbuhnya home
industry diharapkan masalah kemiskinan dan pengangguran di kota Magelang
dapat sedikit teratasi.

2. Diskripsi Strategi Pemecahan Masalah.
Strategi pemecahan masalah yang penulis pilih dalam pembuatan inovasi
kue tradisional dari kulit ketela untuk adalah strategi Hibrid. Menurut Huda
(2013:71) strategi yaitu cara yang efektif untuk melakukan suatu tindakan.
Sedangkan Hibrid adalah strategi pembelajaran yang menggabungkan cara
tradisional dengan modern yaitu menggunakan media komputer/laptop dan
jaringan internet. Jadi strategi Hibrid adalah cara yang efektif untuk
mengajarkan suatu materi kepada peserta kursus dengan ekspositori, dengan
bantuan media komputer/laptop dan ijaringan internet. Sebagai gambaran,
langkah- langkah yang dilakukan dalam menerapkan strategi Hibrid di Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat Permata Kota Magelang tahun 2014 antara lain:
a. Instruktur menyampaikan tujuan pembuatan inovasi kue dari kulit ketela
disertai teori kewiusahaan.
b. Instruktur mempersiapkan peserta kursus dengan mengatur tempat duduk,
memberikan apresepsi, mengecek kehadiran dan menumbuhkan motivasi
belajar, dan menyampaikan materi inovasi dari kulit ketela melaui media
komputer/laptop.
c. Instruktur mendemonstrasikan cara penanganan kulit ketela, proses
pembuatan kue tradisional dari tersebut lengkap dengan penyajian,
pengemasan dan pemasarannya.
d. Instruktur membimbing pelatihan cara pengolahan inovasi dari kulit
ketela.
e. Menghitung harga pokok, harga jual serta laba yang diinginkan, dan
mengecek pemahaman peserta kursus dengan observasi, memberikan
8

umpan balik dengan memberikan kesempatan bertannya dan menanyakan
kesulitan-kesulitan yang dialami baik dalam pembuatan kue tradisional,
penyajian maupun pengemasannya sebagai bekal dalam menumbuhkan
home industry.
f. Instruktur mengarahkan penggunaan internet sebagai sarana promosi dan
pemasaran produk.
g. Instruktur mengevaluasi pelaksanaan kursus mulai dari pemahaman
peserta kursus, keterampilan mengolah, menghias, menyajikan, mengemas
sampai dengan belajar memasarkan produk.
Kegiatan yang dilakukan peserta kursus dalam mengikuti pelatihan
pembuatan inovasi kue tradisional dari kulit ketela dan usahanya dalam
menumbuhkan home industry adalah sebagai berikut:
a. Peserta kursus merespon tujuan pembelajaran yang disampaikan instruktur
boga dalam pembuatan inovasi kue tradisional dari kulit ketela, dan
menanyakan jika ada hal yang dirasa belum jelas.
b. Peserta kursus menempati tempat duduk sesuai dengan arahan instruktur,
mendengarkan apresepsi, merespon kehadiran dan memotifasi diri untuk
maju, tumbuh dan berkembang sesuai arahan instruktur dan
memperhatikan tayangan melalui media komputer/laptop.
c. Peserta kursus memperhatikan demonstrasi cara penanganan singkong dan
kulitnya, teknik pembuatan kue tradisional, plating, pengemasan dan
prosedur pemasaran.
d. Peserta kursus mempraktekkan cara pembuatan kue tradisional dari
singkong dan kulitnya dengan bimbingan instruktur dilanjutkan belajar
cara menghitung harga pokok, harga jual dan laba yang diharapkan.
e. Peserta kursus menanyakan berbagai hal terkait dengan materi kue
tradisional baik secara teori maupun praktek untuk memperjelas
pemahaman yang didapat.
f. Peserta kursus berlatih dirumah memproduk kue tradisional inovasi dari
kulit ketela sebagai langkah awal dalam menciptakan home industry yang
9

inovatif, dan berlatih mengakses internet sebagaai media promosi dan
pemasaran produk secara on line.
g. Peserta kursus menyimak evaluasi yang diberikan sebagai cambuk untuk
memperbaiki diri demi kemajuan komunitas sanggar permata Kota
Magelang pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Sejalan dengan hal diatas Supardi (2013:42) mengatakan bahwa
keberhasilan proses pembelajaran tampak pada meningkatnya kualitas peserta
didik baik secara akademik, kepribadian, sosial maupun individualnya. Maka
seperti sudah dicantumkan dalam latar belakang masalah, kompetensi yang
diberikan kepada peserta kursus bersifat menyeluruh baik dari segi ilmu
pengetahuan secara teori, keterampilan maupun kepribadian dalam upaya
untuk membentuk manusia tangguh yang sanggup bersaing dipasar global.
Hal ini menjadi salah satu indikator keberhasilan proses pembelajaran.
Kelebihan strategi Hibrid dalam pembuatan inovasi kue dari kulit ketela:
a. Membangun kerja sama antar peserta kursus pada saat pelatihan maupun
praktek nyata sebagai kelanjutan dari proses pembelajaran.
b. Menumbuhkan gairah berwira usaha sebagai langkah awal dalam
mengurangi pengangguran dan menciptakan lapangan pekerjaan baik bagi
peserta kursus maupun warga sekitar.
c. Memberikan keterampilan dalam pengolahan kue tradisional dari kulit
ketela.
d. Melatih kecekatan, kecepatan, kerapihan baik dalam mengolah,
mengemas, menyajikan, maupun memasarkan produk.
e. Menanamkan semangat dan rasa percaya diri dalam menghadapi
persaingan dipasar global.
f. Mengenalkan media internet sebagai sarana promosi dan pemasaran
produk secara on line.
g. Mengarahkan peserta kursus untuk selalu berinovasi supaya tidak
ditinggalkan oleh pelanggan.
Sedangkan kelemahan dari strategi Hibrid menurut penulis hampir tidak
ada. Yang penting seorang instruktur harus menguasai materi, menguasai
10

medan, menguasai pengoperasian komputer/laptop dan bisa mengakses
internet serta mempersiapkan diri sehingga bisa mengatasi kesulitan yang
dihadapi. Selain itu seorang instruktur harus menguasai teknik-teknik
komunikasi seperti yang disampaikan oleh Endang, R & Mulyani dan Suyetti
(2013:8). Dengan penguasaan teknik komunikasi yang baik penyampaian
materi teori maupun praktek akan lebih mudah dipahami oleh peserta kursus.
Selain itu juga perlu diajarkan cara berkomunikasi dengan pelanggan supaya
dapat menarik minat untuk membeli produk yang ditawarkan.
Keramahtamahan, keluwesan, senyum yang tulus, kesabaran dan keikhlasan
dalam melayani pelanggan merupakan modal dasar dalam memasarkan
produk secara face to face, sedangkan penguasaan teknologi merupakan
pengembangan dan perluasan promosi dan pemasaran melalui media internet.
Daya juang yang tinggi dalam mempertahankan mutu produk, menjalankan
roda home industry dan memajukan usaha diperlukan sebagai motivasi untuk
berkreasi, berinovasi, berimajinasi dan selalu menggali inspirasi.
Di era global yang serba mendunia diperlukan intuisi yang tajam dalam
menembus pasar yang semakin luas. Selalu ikuti perkembangan jaman,
kemauan selera pasar dan trend-trend paling up to date adalah cara efektif
untuk bersaing dengan dunia kuliner yang semakin marak. Menggali potensi
lokal seperti penggunaan kemasan etnik tradisional dengan keranjang-
keranjang bambu unik dan menarik bisa menjadi salah satu alternatif dalam
memikat pelanggan. Bungkusan dari pelepah jagung, daun pisang, daun
bambu, janur dan setting yang tidak lazim dan berbeda dari produk yang
sudah ada akan memberikan kesan yang mendalam bagi pelanggan.
Dengan strategi Hibrid semua itu dapat dilaksanakan karena strategi ini
merupakan penggabungan dari cara tradisional (tradisional classes) dengan
karya nyata (real work ) dan cara modern menggunakan media internet
(virtual work) dapat menjadi solusi dalam pembelajaran inovasi kue dari kulit
ketela di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Kota Magelang tahun 2014.


11

BAB II
PEMBAHASAN

A. PROSEDUR PELAKSANAAN KARYA NYATA
Prosedur pelaksanaan karya nyata di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
Permata Kota Magelang dimulai dari observasi dan perkenalan dengan peserta
kursus dari Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Permata Kota Magelang,
dilanjutkan dengan mengajar kursus sebanyak 6 kali pertemuan. Observasi
dilakukan untuk mengetahui materi kursus apa yang dibutuhkan peserta kursus
sehingga kegiatan yang dilakukan tepat sasaran. Tempat kursus beralamatkan di
Jalan Perintis Kemerdekaan No 9 Sanden, Kelurahan Kramat, Kecamatan
Magelang Utara, Kota Magelang dengan jumlah peserta kursus sebanyak 10 orang
yang semuanya teridiri dari perempuan.
Kursus dimulai pada hari Senin, tanggal 13 Maret 2014, pukul 14.00-17.00
Waktu Indonesia Bagian Barat dan berakhir hari Sabtu, tanggal 18 Maret 2014.
Materi kursus berupa inovasi kue dari kulit ketela. Macam kue tradidional tersebut
terdiri dari 5 kue kering dan 5 kue basah. Kue kering yang diajarkan terdiri dari
kue semprong rasa manis dengan teknik dioven, manggar rasa asin dengan teknik
di goreng, sagon rasa manis dengan teknik di panggang, onde-onde mekrok dan
cipir rasa manis dengan teknik di goreng. Sedangkan kue basah terdiri dari madu
mongso, dan jenang lot, krasikan rasa manis dengan teknik direbus sampai kental,
kue bolu kukus gula merah dan moci rasa manis dengan teknik dikukus. Kue
tersebut dibuat dari tepung kulit ketela sebagai bahan subtitusi pembuatan adonan,
isi dan taburan (toping) dengan campuran bahan-bahan lain. Teknik pembuatan
makanan, rasa, warna dan bentuk dibuat bervariasi dengan sentuhan inovasi
sehingga menimbulkan rasa penasaran bagi penikmatnya.
Materi kue tradisional inovasi kulit ketela diberikan pada hari Kamis,
tanggal 13 Maret 2014 sampai dengan Rabu, 26 Maret 2014. Pertemuan dimulai
dengan perkenalan dan penyampaian materi secara teori baik pengetahuan tentang
umbi-umbian, teknik pengolahan makanan maupun teori kewirausahaan. Pada
hari berikutnya dilanjutkan dengan praktek pembuatan kue tradisional dari inovasi
12

kulit ketela. Selain proses pengolahan dan penanganan kulit ketela juga diberikan
teori tentang administrasi kewiurausahaan untuk menumbuhkan home industry
dilingkungan tempat kursus, pengenalan komputer dan internet sebagai sarana
promosi dan pemasaran produk. Supaya lebih jelas dapat dilihat dari tabel sebagai
berikut :

Tabel 1. Jadwal Tatap Muka Kursus Pembuatan Inovasi Kue Dari Kulit
Ketela.

No Hari Tanggal Kegiatan
1. Kamis 13-3-2014 Pembukaan, penjelasan materi
2. Jumat 14-3-2014 Praktek kue kereng, madu mongso
3. Senin 18-3-2014 Praktek kue manggar, jenang lot
4. Selasa 19-3-2014 Praktek kue sagon, moci
5. Rabu 20-3-2014 Praktek onde-onde mekrok, krasikan
6. Kamis 21-3-2014 Praktek kue cipir, bolu kukus gula merah

Penjabaran yang lebih rinci tentang proses pembelajaran kursus kue
tradisional dari kulit singkong dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Perencanaan
Hal yang dilakukan pada tahap perencanaan yaitu :
a. Merencanakan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam bentuk
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
b. Menyusun pedoman observasi dan catatan pengamatan.
c. Mengembangkan format penilaian praktek dan lembar kerja peserta kursus
(porto folio).
13

d. Membagi kelompok yang terdiri dari 5 kelompok dengan jumlah anggauta
2 orang setiap kelompokknya.
e. Memberi tugas belanja secara berurutan dimulai dari kelompok 1,
dilanjutkan kelompok berikutnya pada hari-hari kemudian.

2. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, hal yang dilakukan adalah menerapkan strategi Hibrid
dengan cara:
a. Menyampaikan tujuan pembuatan kue tradisional inovasi dari kulit ketela
beserta teori penanganannya. Jenis kue tradisional yang akan dipraktekkan
yaitu kue kering berupa kue kereng, manggar, sagon, onde-onde mekrok
dan cipir. Sedangkan kue basah yang akan dibuat adalah madu mongso,
jenang lot, moci, krasikan dan bolu kukus gula merah.
b. Mengatur tempat duduk peserta kursus, menyampaikan apresepsi dengan
menanyakan pengetahuan awal tentang kue tradisional dari kulit ketela.
Dilanjutkan dengan mengecek kehadiran peserta kursus. Mengenali
karakteristik peserta kursus sehingga memudahkan dalam membimbing
dan mengarahkan selama pelatihan kue tradisional dari kulit ketela.
c. Menjelaskan materi tentang kue tradisional, kandungan gizi bahan kue
termasuk kulit ketela beserta manfaatnya. Pejelasan melalui media
komputer, menggunakan LCD dengan menayangkan gambar-gambar dan
foto yang menarik.
d. Mendemonstrasikan cara penanganan kulit ketela sebagai bahan subtitusi
untuk kue kereng, manggar, sagon, onde-onde mekrok, cipir, madu
mongso, jenang lot, moci, krasikan dan bolu kukus, yang kesemuanya
menggunakan bahan kulit ketela ditambah dengan bahan-bahan lain.
Selain itu juga mendemonstrasikan cara penyajian, pengemasan pemasaran
baik dengan menitipkan di toko-toko roti, rumah makan maupun pusat
oleh-oleh. Cara menyajikan makanan dipiring (platting) merupakan
langkah penting sebagai finishing dalam rangkaian kegiatan pengolahan
14

makanan. Diperlukan cita rasa seni yang tinggi untuk bisa menampilkan
kue tradisional yang menarik dan merangsang selera makan.
e. Instruktur bersama kolaborator membimbing peserta kursus dalam
menangani kulit ketela, membuat kue kering dan basah berupa kereng,
sagon, manggar, onde-onde mekrok, cipir, madu mongso, jenang lot, moci,
krasikan, dan bolu kukus gula merah. Selain itu juga diberikan teori
tentang kandungan gizi kulit ketela dan racun yang terdapat pada ketela
serta bagaimana cara menghilangkan racun tersebut.
f. Mengecek pemahaman peserta kursus terhadap materi yang diberikan baik
teori maupun praktek dengan menanyakan kesulitan yang dihadapi peserta
kursus dan berkeliling mengamati praktek yang dilakukan oleh peserta
kursus. Peserta didik leluasa menyampaikan ide-ide kreatifnya untuk
menampilkan kue tradisional yang selain leat juga unik, dan menojolkan
ciri khas daerah kota Magelang.
g. Mengajarkan cara pengoperasian komputer dan cara mengakses internet
sabagi media promosi dan pemasaran produk secara on line. Diperlukan
teknik mengajar yang tepat untuk menghadapi peserta kursus yang hampir
semuanya terdiri dari ibu rumah tangga dengan usia yang bervariasi.
Kesabaran dan ketelatenan menjadi faktor penting yang menunjang
kelancaran pelaksanaan kursus. Karena peserta kursus harus diperlakukan
dengan pendekatan yang lebih permisif, tidak menggurui dan banyak
dilontarkan humor-humor segar supaya kegiatan kursus tidak
membosankan.

3. Latihan Lanjutan
a. Instruktur bersama kolaborator membimbing pembuatan administrasi
keuangan. Administrasi yang dilakukan antara lain buku kas, buku
penjualan, buku inventaris alat. Selain itu juga mengajarkan cara
menghitung harga pokok, harga jual dan laba yang diinginkan, serta kiat-
kiat pembukuan yang tertib dan teratur.
15

b. Memberi kesempatan latihan lanjutan dalam memproduksi kue tradisional
yang sudah dipraktekkan di rumah masing-masing dan menunjukkan
hasilnya dihari berikutnya serta mencoba untuk menitipkan diwarung-
warung terdekat serta mencoba memberanikan diri untuk menawarkan
ditempat yang lebih luas seperti dipusat oleh-oleh, cake shop, kavetaria,
pusat jajan selera rakyat (puja sera) maupun restoran-restoran yang
memajang aneka kue tradisional.
c. Memasarkannya melalui media internet secara online. Media ini terbukti
ampuh dan efektif untuk mengenalkan produk-produk baru kepada
masyarakat luas tidak hanya di negeri sendiri tapi bisa menjelajah ke
seantero dunia.
d. Mengevaluasi hasil praktek, pembuatan administrasi dan lembar kerja
peserta kursus, (porto folio). Porto folio ini sebagai bukti fisik kerja /
praktek dan sebagai acuan dalam menyusun praktek berikutnya.
e. Memberikan umpan balik dan saran serta masukan yang membangun dan
menyemangati peserta kursus untuk tetap semangat dalam melakukan
latihan berwira usaha. Sebagai pemula pasti akan menemui banyak
kesulitan dan kendala dalam menjalankan usahanya, namun dengan
semangat pasti akan ada jalan.
f. Memotivasi peserta kursus untuk selalu kerja keras dan disiplin sebagai
kunci menuju keberhasilan. Bagi pemula tentu memulai sesuatu yang baru
memerlukan keberanian yang lebih sehingga perlu didorong untuk dapat
merealisasikan usahanya.
g. Memonitor pelaksanaan praktek dan memberikan saran, masukan untuk
kemajuan usaha peserta kursus. Ada salah satu peserta kursus yang pernah
menjalankan usaha di bidang kuliner tetapi jatuh karena persaingan yang
ketat sehingga perlu diberikan kiat-kiat agar dapat bertahan dalam
menghadapi goncangan bisnis.
h. Membantu mencari solusi dari kesulitan yang dihadapi dalam memulai
usaha dengan komunikasi dua arah. Dengan komunikasi dapat di temukan
akar permasalahan yang membelit dan menjadi kendala dalam melakukan
16

suatu kegitan. Prosedur pelaksanaan karya nyata dapat diringkas dalam
gambar seperti berikut ini:

Gambar 1. Prosedur Pelaksanaan Karya Nyata

Berikut adalah sebagian gambar yang menunjukkan aktifitas peserta
kursus dalam pelatihan pembuatan kue tradisional dari kulit ketela.



Gambar 2. Penjelasan Materi Oleh Instruktur, Dan Pembuatan Porto Folio.
HOME
INDUSTRY
PERENCANAAN:
- Menyusun RPP
& pedoman
observasi.
-Mengembangkan
format penilaian.
- Membentuk
kelompok.
- Pembagian tugas.
PELAKSANAAN:
- Menyampaikan tujuan &
apresepsi.
- Demonstrasi.
- Membimbing pelatihan.
- Mengecek pemahaman.
Latihan lanjutan:
- Pembuatan
administrasi
keuangan.
- Praktek wira usaha.
- Memasarkan
melalui media
internet.
- Evaluasi
17


Gambar 3. Aktifitas Peserta Kursus, Platting Kue

Gambar 4. Pengemasan Hasil Praktek, Evaluasi

Kereng, Sagon, Manggar

Onde-Onde Mekrok, Cipir
Gambar 5. Kue kering tradisional inovasi kulit ketela
18


Jenang Lot, Madu Mongso

Krasikan, Bolu Kukus Gula Jawa, Moci
Gambar 6. Kue basah tradisional inovasi kulit ketela.



Gambar 7. Pengenalan Media Internet.



19

B. HASIL ATAU DAMPAK YANG DICAPAI
Hasil atau dampak yang dicapai dalam melaksanakan strategi Hibrid
sebagai strategi yang dipilih untuk memberikan kursus pembuatan kue tradisional
dari kulit ketela bagi peserta kursus di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Permata
adalah sebagai berikut:
1. Menambah pengetahuan tentang ketela, cara penanganan ketela dan
kulitnya, pemilihan ketela sampai cara penyimpanan ketela supaya tahan
lebih lama.
2. Memiliki keterampilan aneka teknik pengolahan, penyajian dan
pengemasan kue tradisional dari kulit ketela.
3. Kompeten dalam pembuatan administrasi keuangan.
4. Menjalin kerjasama yang lebih erat antar warga kursus dan masyarakat.
5. Menumbuhkan rasa percaya diri dalam memulai usaha industi rumahan
(home industry).
6. Memperluas cakrawala business sebagai bekal membuka usaha baru di
bidang kuliner.
7. Menghidupkan pertumbuhan ekonomi.
8. Menaikkan pedapatan individu, keluarga dan masyarakat.
9. Meningkatkan kesejahteraan keluarga yang berdampak pada kesejahteraan
masyarakat.
10. Mengangkat citra Kota Magelang sebagi kota budaya, kota harapan dan
kota sejuta bunga yang memiliki jati diri.
Dari uraian diatas dapat diketahui hasil atau dampak dari penggunaan
strategi Hibrid dalam pembuatan kue tradisional dari kulit ketela bagi peserta
kursus pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Tunas-tunas industri
rumahan akan bermuculan bagikan jamur di musim hujan. Hal ini tentu
menggeliatkan perputaran roda perekonomian sehingga dapat mengangkat harkat
hidup orang banyak. Masyarakat tidak hanya diberi umpan tetapi diberi pancing
untuk mengail rejeki dengan cara yang bermartabat. Dengan pelatihan ini
diharapkan tidak ada lagi kemiskinan apalagi kekurangan gizi yang melanda
warga Kota Magelang dan sekitarnya. Berikut ini adalah nilai yang diperoleh
20

peserta kursus selama mengikuti pelatihan, meliputi persiapan, proses dan
berkemas. Persiapan meliputi kelengkapan alat, bahan, dan fort folio. Penilaian
proses meliputi teknik memasak, kecekatan, rupa, rasa dan tekstur. Berkemas
meliputi kebersihan dan kerapihan.
Tabel 2. Rekap Nilai Pembuatan Kue Tradisional InovasiKulit Ketela
NO NAMA PESERTA SCORE
1. Mujiasri 87
2. Melur Nirmala 85
3. Sri Wahyuni 86
4. Suhartati 88
5. Wularsih 86
6. Ayik Setyati 85
7. Endang Tugi Rahayu 85
8. Gunarsih 87
9. Aulia Catur Dewanti 86
10 Lestari 88



Gambar 8. Diagram pencapaian nilai peserta kursus.
83,5
84
84,5
85
85,5
86
86,5
87
87,5
88
Diagram Pencapaian Nilai
Peserta Kursus
21

C. KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI
Kendala yang dihadapi dalam melaksanakan strategi yang dipilih untuk
memberikan kursus pembuatan kue tradisional dari kulit ketela adalah sebagai
berikut :
1. Belum semua peserta kursus memiliki peralatan masak yang lengkap
sehingga ada keterbatasan dalam memberikan teknik pengolahan yang
bervariasi.
2. Modal yang diperlukan dalam memulai usaha sebagai dasar pembentukan
home industry.
3. Belum memiliki hubungan kerjasama dengan toko makanan, restoran,
kavetaria, pusat oleh-oleh ataupun tempat-tempat kuliner lain sehingga
dibutuhkan keberanian lebih dalam menembus industri tersebut.
4. Kurangnya rasa percaya diri sebagai pemula dalam memulai suatu usaha
dibidang kuliner.
5. Belum terbiasa menggunakan media internet sebagai wahana promosi dan
pemasaran produk.
Dengan adanya kendala-kendala tersebut dibutuhkan uluran tangan dari
Pemerintah baik dalam bentuk spirit maupun modal untuk memulai usaha
menumbuhkan home industry bagi peserta kursus pada khususnya dan masyarakat
Kota Magelang pada umumnya. Kendala bukanlah halangan untuk maju tetapi
menjadi tantangan yang harus dihadapi. Semangat saja tidak cukup karena itu
harus dibarengi dengan upaya dalam mencapai suatu target dengan ilmu
pengetahuan, keterampilan, kerja keras dan menanamkan jiwa enteurpreunership.
Seperti firman Allah bahwa Sesudah kesulitan akan datang kemudahan .
Pengentasan kemiskinan merupakan kewajiban setiap warga negara, dan
Pemerintah sebagai fasilitator. Meskipun kemiskinan merupakan masalah besar
bagi bangsa tetapi upaya mengatasinya bisa dilakukan dengan memulai hal-hal
kecil, yang dimulai dari diri sendiri. Inovasi kue tradisional dari kulit singkong
setidaknya dengan strategi Hibrid menjadi jawaban atas permasalahan diatas,
sekecil apapun sumbangannya.

22

D. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG
Faktor-faktor yang mendukung pembuatan kue tradisional dari kulit ketela
untuk menumbuhkan home industry dengan strategi Hibrid di Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat Permata adalah sebagai berikut:
1. Letak geografis Kota Magelang diantara persimpangan Purworejo,
Temanggung, Semarang dan Yogyakarta membuat Kota Magelang sebagai
kota jasa sehingga menjadi pusat pertemuan antar pedagang. Hal itu
merupakan peluang yang besar bagi pelaku usaha kuliner untuk
mengembangkan inovasi dan kreatifitas dibidang boga.
2. Banyak home industry yang memproduksi ceriping singkong sehingga
menghasilkan limbah kulit singkong. Limbah ini bisa dimanfaatkan
sebagai bahan baku kue tradisional yang lezat dan bergizi.
3. Di Kota Magelang banyak terdapat obyek wisata yang menarik seperti
Taman Kyai Langgeng, Gunung Tidar, Arung Jeram Sungai Progo,
Museum Jenderal Soedirman dan Museum Diponegoro sehingga kuliner
menjadi kebutuhan pokok baik untuk dinikmati di tempat maupun dibawa
pulang ( take away service ) sebagai oleh-oleh.
4. Semangat peserta kursus dalam mengikuti pelatihan, arahan, bimbingan
maupun petunjuk dari instruktur sehingga memudahkan transfer ilmu
pengetahuan dan keterampilan.
5. Dukungan dari Pemerintah Kota melalui Dinas Pendidikan khususnya
Pendidikan Non Formal dengan program-programnya yang memihak
kepentingan masyarakat.
6. Udara di Kota Magelang yang sejuk membuat perut mudah lapar sehingga
memuluskan usaha di bidang kuliner sebagai obat lapar yang setiap saat
dapat ditemukan di sudut-sudut Kota Magelang.

E. TINDAK LANJUT / RENCANA DESIMINASI
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan kursus pembuatan kue tradisional kulit
ketela dan upaya pertumbuhan home industry maka perlu di adakan diseminasi di
PKK dan Dasa Wisma disekitar area Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Permata
23

Kota Magelang. Hal ini untuk menyebar luaskan pengetahuan dan keterampilan
yang sudah diberikan peserta kursus kepada masyarakat dengan harapan dapat
merangsang ide-ide kreatif dan inofatif untuk kemajuan bersama.
Desiminasi dilaksanakan di dusun Paten Gunung RT O1 / RW 12
Kelurahan Rejo Winangun Selatan Kota Magelang pada pertemuan PKK dan
Dasa Wisma. Pertemuan dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 30 Maret 2014
pukul 15.00-17.00 Jumlah peserta sebanyak 45 ibu-ibu PKK dan anggauta Dasa
Wisma. Kemudian pada hari Minggu tanggal 20 April 2014 pada pukul 10.00-
12.00 WIB desiminasi di desa Timo kerep, Tuntang, Salatiga dengan jumlah
peserta kurang lebih 100 orang.
Materi desiminasi yaitu paparan pembuatan kue tradisional dari kulit
ketela dengan strategi Hibrid untuk menumbuhkan home industry. Kebetulan di
Dusun Paten Gunung juga merupakan desa vokasi dan banyak terdapat home
industry, sehingga dengan adanya desiminasi ini diharapkan dapat memunculkan
home industry-home industry baru. Jika hal itu terwujud maka perekonomian di
Kota Magelang akan semakin bergairah. Masyarakat Paten Gunung dan Timo
kerep sangat antusias mengikuti proses desiminasi dan sangat berminat untuk
mengikuti pelatihan bila ada kesempatan. Apalagi letak Dusun Paten Gunung
sangat dekat dengan pasar Rejo Winangun, sehingga peluang untuk membuka
usaha dibidang kuliner sangat terbuka. Disamping itu juga dekat dengan Pasar
Pagi Gotong Royong yang banyak menjual beragam makanan tradisional di pagi
buta sekitar jam 03.00 dini hari. Dengan peluang yang sangat besar menjadi
motivasi tersendiri bagi pelaku usaha baik pemula maupun yang sudah
berpengalaman.
Selain tindak lanjut yang berupa desiminasi juga dilakukan monitoring
yang berkelanjutan terutama dari pihak Pendidikan Non Formal bagi peserta
kursus di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Permata Kota Magelang supaya
tetap konsisten. Jangan sampai ilmu, pengetahuan dan keterampilan yang sudah
diberikan hanya terbuang sia-sia dan menjadi moment sesaat yang tidak berbekas.
Segala upaya, kerja keras, inovasi dan kreatifitas yang sudah dilakukan hendaknya
24

menjadi inspirasi positif untuk menekan angka kemiskinan dilingkungan kursus
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Tiada gading yang tak retak. Tentu selama proses kegiatan kursus
berlangsung banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan. Namun kekurangan
menjadi cambuk yang melecut dan melesatkan harapan. Dan harapan adalah
nyawa dari sebuah upaya yang selalu memberi nafas dalam setiap kehidupan.
Maka jangan takut melangkah, dan tidak perlu cemas jatuh selama kita masih
memiliki kekuatan untuk bangkit dan berlari mengejar mimpi dan harapan.
Gambar berikut adalah aktifitas saat desiminasi di dusun Paten Gunung Rt 01/ Rw
12 yang dihadiri oleh anggauta PKK dan Dasa Wisma dan desiminasi di desa
Timo kerep, Tuntang, Salatiga.


Gambar 9. Desiminasi hasil pembuatan kue tradisional dari kulit ketela.
25

BAB III
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN
Dengan strategi Hibrid dapat :
1. Memberikan keterampilan dalam pembuatan inovasi kue tradisional dari
kulit ketela.
2. Membantu menciptakan lapangan pekerjaan.
3. Mengarahkan peserta kursus untuk memiliki produk unggulan.
4. Membimbing peserta kursus untuk memanfaatkan media internet sebagai
sarana untuk promosi dan pemasaran produk.
5. Melakukan inovasi kue dari kulit ketela di Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat Permata Kota Magelang tahun 2014.

B. REKOMENDASI
1. Mutu pelatihan sangat ditentukan oleh ketepatan instruktur dalam
memilih, merancang dan menerapkan strategi pembelajaran dengan
karakteristik materi kursus dan kondisi peserta kursus. Karena itu
instruktur harus cerdas dan bijak dalam melakukan proses pelatihan yang
menarik.
2. Salah satu alternatif dalam upaya meningkatkan mutu pelatihan inovasi
kue tradisional dari kulit ketela adalah dengan strategi Hibrid.
3. Strategi ini dapat diterapkan oleh instruktur lain dalam memberikan
pelatihan pada peserta kursus.
4. Perlu kelengkapan sarana dan prasarana untuk kelancaran kursus terutama
peralatan masak yang memadai baik dalam jumlah maupun jenisnya.
5. Usia bisa menjadi pertimbangan dan syarat peserta kursus dalam
mengikuti pelatihan di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Permata Kota
Magelang tehun 2014.


26

DAFTAR PUSTAKA
Fadiati, Ari. 2013. Mengelola Usaha Jasa Boga Yang Sukses. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offset.
Widaningsih dan Samsul Rizal. 2013. Melaksanakan Pelayanan Prima. Jakarta:
Erlangga.
Mulyawati, Wahyuni dan Ilse. 2013. Sajian Tradisional Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Hendro. (2012). Kewirausahaan. Jakarta: Erlangga.
Huda, Miftakhul. 2013. Model-Model Pengajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Offset.
Supardi.2013. Publikasi Ilmiah Non Penelitian Dan Karya Inofatif. Yogyakarta:
Andi Offset.
Endang R, Mulyani dan Suyetty.2013. Mengaplikasikan Keterampilan
Komunikasi. Jakarta: Erlangga.
Erwin, Lilly T. 2013. Hidangan Ramadhan & Lebaran. Jakarta: Erlangga

Hayati,Rufus A.L Tobing. 2014. Masakan Indonesia. Jakarta: Buana Printing.

Liana Marliana. 2013. Aneka Kue Kukus.Jakarta: Dunia Kreasi

Yasa Boga. 2014. Kue-kue Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

You might also like